IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di SMA Mutiara Natar yang terletak di Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Secara geografis wilayah Kecamatan Natar terletak pada 105º14 00 BT - 105º14 22 BT dan 5º20 20 LS - 5º21 00 LS (Monografi Kecamatan Natar Tahun 2010). Secara administratif batas-batas wilayah Desa Pemanggilan adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Natar - Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Sidosari - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Hajimena - Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Negeri Sakti Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Lokasi berikut:

2 52

3 2. Sejarah Berdirinya SMA Mutiara Natar Lampung Selatan SMA Mutiara Natar merupakan sekolah yang bernaung pada Yayasan Mutiara Natar. Yayasan yang bergerak dibidang pendidikan ini menaungi sekolah formal seperti SMP, STM dan SMA Mutiara Natar. Gedung SMA Mutiara Natar dibangun pada tahun 1979, yang awalnya terdiri dari dua kelas. Pembangunan ini dilakukan setelah ditetapkannya beberapa keputusan dari dinas sebagai berikut: 1. Undang-Undang No. 2 Tahun Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan dan Aparatur Negara No. 84 Tahun Surat Keputusan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 V dan No. 025/ Keadaan Gedung SMA Mutiara Natar Lampung Selatan Gedung yang dimaksud adalah banyaknya ruang atau lokal yang ada di SMA Mutiara Natar. Gedung yang ada di SMA Mutiara Natar tergolong sudah cukup baik karena sudah permanen. Jumlah ruang kelas ada 8 lokal. Kelas X terdiri dari 2 kelas, kelas XI terdiri dari 3 kelas dan kelas XII ada 3 kelas. Fasilitas penunjang lainnya adalah perpustakaan, laboratorium komputer yang dilengkapi dengan fasilitas internet, laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan ruang musik. Sedangkan fasilitas gedung di SMA Mutiara masih berbagi dengan STM Mutiara yang jam belajarnya pada siang hari. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai keadaan gedung di SMA Mutiara Natar dapat dilihat pada Denah Ruang SMA MutiaraNatarberikut:

4 Gambar 3. Denah Ruang SMA Mutiara Natar 54

5 4. Struktur Organisasi SMA Mutiara Natar Lampung Selatan Untuk menciptakan pola hubungan kerja di SMA dibutuhkan struktur organisasi sekolah untuk mengetahui pembagian tugas dari masing-masing personel sekolah secara mudah. Berikut ini merupakan bagan struktur organisasi SMA Mutiara Natar. KETUA YAYASAN Drs. H. RIZAL NURMAN KEPALA SEKOLAH ANTON SAPUTRA,S.S, M.Pd WAKA KURIKULUM DEDY ASMARANTAKA, A.Md WAKA KESISWAAN JULIMIN, S.Pd BP GURU TU SISWA Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi SMA Mutiara Natar

6 5. Keadaan Guru SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Guru merupakan perangkat pendidikan yang harus ada dalam pendidikan sekolah, serta karyawan sebagai penunjang kegiatan administrasi sekolah. Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 SMA Mutiara Natar didukung oleh 34 guru. Adapun untuk mengetahui keadaan guru di SMA Mutiara Natar pada Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Guru di SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No Bidang Studi Kualifikasi Pendidikan Jumlah Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Agama PPKN/Kewarganegaraan Matematika Fisika Kimia Biologi Sejarah Geografi Ekonomi/Akuntansi Kesenian Olahraga Sosiologi Komputer Muatan Lokal Jumlah S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 D3 D3 dan S1 S1 D3 Sumber : Administrasi Tata Usaha SMA Mutiara Natar S1 2 orang 4 orang 1 orang 2 orang 4 orang 3 orang 3 orang 2 orang 2 orang 2 orang 3 orang 1 orang 2 orang 1 orang 2 orang 1 orang 34 orang

7 Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMA Mutiara Natar berlatar belakang pendidikan Strata 1 yaitu berjumlah 31 orang, yang diantaranya 2 orang sebagai guru mata pelajaran Geografi dan selebihnya berlatar belakang pendidikan Diploma 3 yang berjumlah 3 orang. 6. Keadaan Siswa SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 SMA Mutiara Natar memiliki jumlah siswa 321 siswa yang terdiri dari 8 kelas. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 10. Jumlah Siswa SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan Jenis Kelamin Kelas Jenis Kelamin Jumlah Jumlah Kelas Laki-Laki Perempuan X (41,17%) (58,82%) XI (46,28%) (53,71%) XII (39,13%) (60,87%) Jumlah Sumber : Administrasi Tata Usaha SMA Mutiara Natar Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa di SMA Mutiara Natar sebagian besar terdiri dari siswa perempuan yang berjumlah 185 siswa, sedangkan siswa laki-laki berjumlah 136 siswa. Hal ini berarti jumlah siswa perempuan di SMA Mutiara Natar lebih banyak daripada siswa laki-laki.

8 B. DESKRIPSI DATA PRIMER 1. Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tes semester genap pada materi pokok Prinsip-Prinsip dan Keterampilan Dasar Pembuatan Peta dan Kawasan Industri siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 yang tesnya diberikan langsung oleh peneliti. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SMA Mutiara Natar adalah 62. Maka dalam menentukan prestasi belajar geografi terdapat kriteria yaitu jika nilai <62 maka termasuk kategori rendah, dan jika nilai 62 termasuk kategori tinggi. Data selengkapnya mengenai prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Prestasi Belajar Geografi SMA Mutiara Natar Tahun pelajaran 2010/2011 No. Prestasi Belajar Frekuensi Persentase (%) 1 < ,67% ,33% Jumlah % Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa persentase pada kategori nilai belajar rendah yaitu sebesar 66,67% sedangkan persentase kategori nilai belajar tinggi yaitu sebesar 33,33%. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase prestasi belajar Geografi siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 pada kategori rendah. Berdasarkan tabel hasil prestasi belajar siswa yang ada pada Lampiran 12 diperoleh nilai geografi tertinggi adalah 90 dan terendah 40. Selanjutnya untuk mengetahui panjang interval digunakan rumus panjang interval sebagai berikut:

9 I = I = NT NR K I = 50 3 I = 16,67 dibulatkan menjadi 17 Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh panjang interval prestasi belajar adalah 11, selanjutnya prestasi belajar dikelompokkan menjadi 3 kategori prestasi belajar tinggi, sedang dan rendah sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut ini: Tabel 12. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Prestasi Belajar Geografi Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No. Prestasi Belajar Interval Frekuensi Persentase 1 Tinggi ,93% 2 Sedang ,69% 3 Rendah ,38% Jumlah % Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar memiliki prestasi belajar yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya frekuensi siswa yang termasuk dalam kategori prestasi rendah yaitu sebanyak 33 siswa (52,38%). Untuk lebih lengkapnya mengenai data hasil prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 10.

10 2. Pengelompokan Gaya Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada proses pengelompokan gaya belajar, penulis merujuk pendapat Bobbi deporter & Mike Hernacki yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar dominan siswa diketahui dari jumlah skor total tertinggi yang diperoleh dari setiap masing-masing gaya belajar. Adapun ketentuan kategori tipe gaya belajar adalah sebagai berikut: 1. Dikategorikan sebagai gaya belajar visual, jika jumlah skor pernyataan gaya belajar visual lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor pernyataan gaya belajar auditorial dan kinestetik. 2. Dikategorikan sebagai gaya belajar auditorial, jika jumlah skor pernyataan gaya belajar auditorial lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor pernyataan gaya belajar visual dan kinestetik. 3. Dikategorikan sebagai gaya belajar kinestetik, jika jumlah skor pernyataan gaya belajar kinestetik lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor pernyataan gaya belajar visual dan auditorial. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, dapat diketahui tipe gaya belajar siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu sebagai berikut.

11 Tabel 13. Pengelompokan Gaya Belajar Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No. Skor Gaya Belajar Gaya Belajar Responden Visual Auditorial Kinestetik Dominan Visual Visual Auditorial Visual Auditorial Visual Kinestetik Auditorial Visual Visual Auditorial Kinestetik Kinestetik Visual Auditorial Auditorial Visual Auditorial Auditorial Visual Visual

12 Kinestetik Visual Kinestetik Visual Kinestetik Auditorial Kinestetik Visual Visual Auditorial Kinestetik Visual Auditorial Visual Kinestetik Visual Auditorial Visual Visual Kinestetik Visual Kinestetik Visual

13 Kinestetik Auditorial Visual Kinestetik Auditorial Auditorial Visual Auditorial Auditorial Auditorial Visual Auditorial Auditorial Visual Auditorial Visual Visual Kinestetik Auditorial Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 memiliki ketiga tipe gaya belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Meskipun siswa memiliki 3 gaya belajar

14 tersebut pada umumnya siswa memiliki satu gaya belajar yang dominan. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rose dan Nicholl dalam Bobbi Deporter, dkk (2000:165) yang menyebutkan bahwa semua orang memiliki ketiga gaya belajar yang berdasarkan modalitas yaitu visual, auditorial dan kinestetik, tetapi umumnya hanya ada satu gaya yang dominan. Data pengelompokan gaya belajar siswa kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar di atas jika divisualisasikan akan nampak seperti berikut ini. F R E K U E N S I Visual Auditorial Kinestetik TIPE GAYA BELAJAR Gambar 5. Diagram Gaya Belajar Siswa Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 bervariasi. Ada yang memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Jumlah siswa yang dominan pada gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik berturut-turut adalah 27 siswa (42,86%), 22 siswa (34,92%), 14 siswa (22,22%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang paling

15 banyak dimiliki oleh siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis prestasi belajar dan hasil analisis gaya belajar dominan siswa, maka dapat dibuat distribusi prestasi belajar berdasarkan gaya belajar dominan seperti pada tabel berikut. Tabel 14. Distribusi Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Dominan No Gaya Belajar Prestasi Belajar Jumlah Dominan < Visual Auditorial Kinestetik Jumlah Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar yang tinggi sebagaian besar dicapai oleh siswa yang memiliki gaya belajar dominan auditorial. Hal ini dapat terlihat dari 22 siswa yang memiliki gaya belajar dominan auditorial, 12 siswa diantaranya memiliki prestasi yang tinggi. Sedangkan siswa dengan gaya belajar dominan visual dan kinestetik memiliki jumlah prestasi rendah lebih banyak daripada yang jumlah siswa yang berprestasi tinggi. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga tipe gaya belajar tersebut, gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang mampu meningkatkan prestasi belajar yang paling besar. Tingginya prestasi belajar pada siswa dengan gaya belajar auditorial ini berhubungan dengan tingginya skor gaya belajar auditorial pada siswa tersebut, selain itu juga ada kesesuaian antara gaya belajar auditorial dengan metode mengajar yang digunakan guru.

16 Selanjutnya dapat dijelaskan juga bahwa gaya belajar berhubungan dengan kecerdasan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang teori yang diungkapkan Howard Gardner bahwa gaya belajar berhubungan dengan kecerdasan seseorang. Orangorang dengan kecerdasan auditorial mampu memahami informasi cukup dengan mendengar informasi tersebut tanpa harus dengan melihat ataupun dengan mempraktikkan langsung informasi tersebut. Artinya orang-orang yang skor gaya belajar auditorial tinggi memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga dapat meraih prestasi yang tinggi pula. 3. Gaya Belajar Visual Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, diperoleh hasil skor jawaban responden dengan skor tertinggi 60 dan skor terendah 20 (Lampiran 10). Untuk mengetahui panjang interval digunakan rumus panjang interval sebagai berikut. I = I = NT NR K I = 8 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka panjang interval untuk gaya belajar visual adalah 8. Selanjutnya skor gaya belajar visual ini dibagi menjadi 5 kategori sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut.

17 Tabel 15. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Skor Gaya Belajar Visual Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No. Kategori Skor Gaya Belajar Visual Kelas Interval Frekuensi 1 Skor gaya belajar visual sangat tinggi Skor gaya belajar visual tinggi Skor gaya belajar visual sedang Skor gaya belajar visual rendah Skor gaya belajar visual sangat rendah Jumlah 63 Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berada pada kategori skor gaya belajar visual rendah jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel, sebanyak 35 siswa (55,56%) berada pada kategori skor gaya belajar visual rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa skor gaya belajar visual siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori rendah. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi skor gaya belajar visual dapat dilihat pada Lampiran 11.

18 4. Gaya Belajar Auditorial Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, maka diperoleh hasil skor jawaban responden dengan skor tertinggi 61 dan skor terendah 20 (Lampiran 10). Sedangkan untuk mengetahui panjang interval gaya belajar visual digunakan rumus panjang interval sebagai berikut. I = I = NT NR K I = 8, 2 dibulatkan menjadi 8 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka panjang interval untuk gaya belajar auditorial adalah 8. Selanjutnya skor gaya belajar visual ini dibagi menjadi 5 kategori sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut. Tabel 16. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Gaya Belajar Auditorial Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No. Kategori Skor Gaya Belajar Auditorial Kelas Interval Frekuensi 1 Skor gaya belajar auditorial sangat tinggi Skor gaya belajar auditorial tinggi Skor gaya belajar auditorial sedang Skor gaya belajar auditorial rendah Skor gaya belajar auditorial sangat rendah Jumlah 63 Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011

19 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berada pada kategori skor gaya belajar auditorial rendah jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel, sebanyak 29 siswa (46,03%) berada pada kategori skor gaya belajar auditorial rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa skor gaya belajar auditorial siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori rendah. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi skor gaya belajar auditorial dapat dilihat pada Lampiran Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan angket, maka diperoleh hasil skor jawaban responden dengan skor tertinggi 54 dan skor terendah 26 (Lampiran 10). Sedangkan untuk mengetahui panjang interval gaya belajar kinestetik digunakan rumus panjang interval sebagai berikut. I = I = NT NR K I = 5,6 dibulatkan menjadi 6 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka panjang interval untuk gaya belajar kinestetik adalah 6. Selanjutnya skor gaya belajar kinestetik ini dibagi menjadi 5 kategori sebagaimana terdistribusi pada tabel berikut.

20 Tabel 17. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 No. Kategori Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Interval Frekuensi 1 Skor gaya belajar kinestetik sangat tinggi Skor gaya belajar kinestetik tinggi Skor gaya belajar kinestetik sedang Skor gaya belajar kinestetik rendah Skor gaya belajar kinestetik sangat rendah Jumlah 63 Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berada pada kategori skor gaya belajar kinestetik sangat rendah jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel, sebanyak 24 siswa (38,09%) berada pada kategori skor gaya belajar kinestetik sangat rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa skor gaya belajar kinestetik siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori sangat rendah. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi skor gaya belajar kinestetik dapat dilihat pada Lampiran 11.

21 C. HASIL UJI PERSYARATAN INSTRUMEN 1. Hasil Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk menunjukkan bahwa data varibel variabel prestasi belajar (Y) dengan data gaya belajar (X) berada dalam satu garis lurus. Perhitungan uji linieritas menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0 dengan metode grafik. Melalui metode ini, pemeriksaan dilakukan melalui scatterplots untuk melihat apakah hubungan antar variabel linier atau tidak. Lebih baik lagi jika grafik yang dilihat tidak hanya skor yang terlihat, akan tetapi residu yang dilihat melalui scatterplots residu terstandar. Scatterplots ini menunjukkan hubungan antara terhadap nilai prediksi terstandar (standardized estimate) dengan residu terstandar (standardized residuals) yang harus menunjukkan pola yang linier. Berikut ini merupakan grafik hasil uji linieritas antara Prestasi Belajar (Y) dengan gaya belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2) dan gaya belajar kinestetik (X3). Gambar 6. Grafik Linieritas antara Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Visual

22 Gambar 7. Grafik Linieritas Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Auditorial Gambar 8. Grafik Linieritas Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Kinestetik Berdasarkan 3 grafik linieritas di atas dapat diketahui bahwa data serta prestasi belajar, gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memiliki pola yang linier (berada dalam satu garis lurus). Selain itu dapat dianalisis untuk besarnya skor masing-masing variabelnya sebagai berikut.

23 Tabel 18. Hasil Uji Linieritas Data Variabel Penelitian Tahun 2011 No Variabel Harga ρ Harga α Keterangan 1 Y terhadap X 1 0,00 0,05 Linier 2 Y terhadap X 2 0,00 0,05 Linier 3 Y terhadap X 3 0,00 0,05 Linier Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh (ρ) untuk setiap variabel penelitian adalah lebih kecil daripada nilai signifikansi yang ditetapkan (α), sehingga ρ<α. Dengan demikian H 1 diterima dan H 0 ditolak karena data penelitian linier. Selanjutnya untuk mengetahui hasil uji linieritas lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya. Perhitungan uji linieritas menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0 dengan metode uji Kolmogrov-Smirnov. Berikut ini merupakan grafik hasil uji normalitas data prestasi belajar (Y), gaya belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2) dan gaya belajar kinestetik (X3).

24 Gambar 10. Grafik Normalitas Data Prestasi Belajar Gambar 11. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Visual

25 Gambar 12. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Auditorial Gambar 12. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Kinestetik

26 Berdasarkan 4 grafik normalitas di atas dapat diketahui bahwa data serta prestasi belajar, gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memiliki data yang berdistribusi normal. Selain itu dapat dianalisis untuk besarnya skor masingmasing variabelnya sebagai berikut. Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Tahun 2011 No. Variabel Harga Harga α Keterangan ρ 1 Prestasi Belajar 0,053 0,05 Berdistribusi normal 2 Gaya Belajar Visual 0,068 0,05 Berdistribusi normal 3 Gaya Belajar Auditorial 0,106 0,05 Berdistribusi normal 4 Gaya Belajar Kinestetik 0,111 0,05 Berdistribusi normal Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2011 Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh (ρ) untuk setiap variabel penelitian adalah lebih besar daripada nilai signifikansi yang ditetapkan (α), sehingga ρ>. Dengan demikian H 1 diterima dan H 0 ditolak karena data penelitian berdistribusi normal. Selanjutnya untuk mengetahui lebih lengkap mengenai uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 12. D. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi Untuk pengujian hipotesis pertama diperoleh r hitung = 0,735

27 Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X 1 dan Y, maka nilai r hitung = 0,735 dikonsultasikan pada interpretasi koefisien korelasi nilai r. Maka diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X 1 dengan Y adalah kuat, yaitu berada antara 0,600-0,799. Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka r hitung dikonsultasikan dengan r tabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248. Setelah dibandingkan dengan r tabel tersebut, ternyata r hitung yang diperoleh lebih besar dari r tabel (r hitung 0,735 > r tabel 0,248) yang berarti hubungan antara gaya belajar visual (X 1) dengan prestasi belajar (Y) signifikan. Selain itu, dari hasil uji hipotesis pertama yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa r hitung = 0,735 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara gaya belajar visual (X 1) dengan prestasi belajar (Y) karena r hitung positif (+), artinya semakin tinggi skor gaya belajar visual akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar visual akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13.

28 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi Untuk pengujian hipotesis kedua diperoleh r hitung = 0,790. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X 2 dan Y, maka nilai r hitung = 0,790 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai r, sehingga diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X 2 dengan Y adalah kuat, yaitu berada antara 0,600-0,799. Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka r hitung dibandingkan dengan r tabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248. Setelah dibandingkan dengan r tabel, ternyata r hitung yang diperoleh lebih besar dari r tabel (r hitung 0,790 > r tabel 0,248) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara X 2 dengan Y. Selain itu, dari hasil uji hipotesis kedua yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa r hitung = 0,790 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara gaya belajar auditorial (X 2 ) dengan prestasi belajar (Y) karena r hitung positif (+),

29 artinya semakin tinggi skor gaya belajar auditorial akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar auditorial akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi Untuk pengujian hipotesis ketiga diperoleh r hitung = 0,775. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X 3 dan Y, maka nilai r hitung = 0,775 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai r, sehingga diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X 3 dengan Y adalah kuat, yaitu berada antara 0,600-0,799.

30 Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka r hitung dikonsultasikan dengan r tabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248. Setelah dikonsultasikan dengan harga r tabel tersebut, ternyata r hitung yang diperoleh lebih besar dari r tabel (r hitung 0,775 > r tabel 0,248) yang berarti hubungan antara gaya belajar kinestetik (X 3 ) dengan prestasi belajar (Y) signifikan. Selain itu, dari hasil uji hipotesis ketiga yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa r hitung = 0,775 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara gaya belajar kinestetik (X 3 ) dengan prestasi belajar (Y) karena r hitung positif (+), artinya semakin tinggi skor gaya belajar kinestetik akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar kinestetik akan cenderung semakin rendah prestasi belajar siswa. Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13.

31 4. Hipotesis Keempat Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan prestasi belajar geografi siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dilakukan perhitungan menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi Untuk pengujian hipotesis keempat diperoleh R hitung = 0,895. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara X 1, X 2 dan X 3 dengan Y, maka nilai R hitung = 0,895 dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai r halaman 50, sehingga diperoleh hasil bahwa tingkat keeratan hubungan antara X 1, X 2 dan X 3 dengan Y adalah sangat kuat yaitu berada antara 0,800 1,000. Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansinya maka R hitung =0,895 dikonsultasikan dengan R tabel untuk N=63 dengan taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0,248. Setelah dikonsultasikan dengan R tabel ternyata R hitung yang diperoleh lebih besar dari R tabel (R hitung 0,895 > R tabel 0,248) yang berarti hubungan antara gaya belajar visual (X 1), gaya belajar auditorial (X 2 ) dan gaya belajar kinestetik (X 3 ) dengan prestasi belajar (Y) adalah signifikan. Selain itu, dari hasil uji hipotesis keempat yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa, R hitung =0,895 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara X 1, X 2 dan X 3 dengan Y karena R hitung positif (+), artinya semakin tinggi skor gaya

32 belajar visual, auditorial dan kinestetik maka akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik maka akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa. Dengan demikian hipotesis keempat dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa ada hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan prestasi belajar geografi kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima kebenarannya. Selanjutnya untuk mengetahui hasil perhitungan korelasi ganda antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik secara bersama-sama dengan prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 13. E. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara Gaya Belajar Visual (X 1 ) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu dengan koefisien korelasi r hitung = 0,735. Hubungan tersebut bersifat positif, erat dan signifikan. Artinya ada kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar visual maka akan semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar visual maka akan semakin rendah prestasi belajar geografi siswa. Gaya belajar visual merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar, karena siswa dengan skor gaya belajar

33 visual yang tinggi maka dalam proses pembelajaran akan banyak melakukan halhal yang berhubungan dengan visualitas karena gaya belajar visual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang karena gaya belajar visual merupakan salah satu cara siswa dalam menerima, menyerap, memahami dan mengingat informasi/pelajaran yang bertujuan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki skor gaya belajar visual kategori tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor gaya belajar visual rendah cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah pula. Dari hasil penelitian dapat diketahui juga bahwa skor gaya belajar visual siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori rendah. Sebanyak 35 siswa atau sebesar 55,56% memiliki skor gaya belajar visual yang rendah. Dan dari 35 siswa tersebut 28 siswa diantaranya memiliki prestasi belajar geografi yang rendah. Selain itu dapat diketahui juga bahwa siswa yang memiliki gaya belajar dominan visual sebagian besar memiliki prestasi yang rendah. Dari 27 siswa yang memiliki gaya belajar dominan visual 21 siswa diantaranya memiliki prestasi yang rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini disebabkan karena rendahnya skor gaya belajar visual siswa. Siswa kurang optimal memanfaatkan cara-cara visualitas dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban responden pada saat mengisi angket, dimana banyak siswa yang jarang mencatat materi pelajaran yang sedang dipelajari, membaca materi pelajaran hanya pada saat akan diadakan ulangan dan

34 jarang memperhatikan materi pelajaran yang ditulis guru di papan tulis. Hal tersebut berakibat siswa tidak memahami pelajaran dengan baik, sehingga pada saat diadakan tes mereka memperoleh hasil yang kurang baik. Rendahnya prestasi belajar pada siswa dengan gaya belajar visual ini juga disebabkan adanya ketidaksesuaian antara gaya belajar visual siswa dengan metode mengajar guru. Dalam proses pembelajaran di sekolah, gaya belajar sangat berhubungan erat dengan gaya mengajar atau metode mengajar seorang guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2008:93) bahwa kesesuaian antara gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektifitas belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru geografi kelas XII IPS yang berkaitan dengan metode mengajar, guru geografi di kelas XII IPS tersebut biasanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas. Hal ini terlihat pada saat menyampaikan materi tentang Prinsip-Prinsip dan Keterampilan Dasar Pembuatan Peta, guru hanya memberikan penjelasan secara lisan/ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan pemberian PR (Pekerjaan Rumah) mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. Metode ceramah yang digunakan guru geografi tersebut merupakan salah satu metode mengajar yang menuntut ketajaman pendengaran agar seorang siswa dapat menyerap informasi dengan baik. Padahal secara teoritis siswa dengan gaya belajar visual akan mudah menyerap informasi jika banyak mendapatkan rangsangan visualitas yaitu melihat segala sesuatu baik informasi maupun pelajaran secara visual. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (1999:117) bahwa salah satu ciri anak yang

35 memiliki gaya belajar visual adalah mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. Sejalan dengan hal tersebut, Suparlan (2004:31) menyatakan bahwa untuk dapat memahami isi dari materi pembelajaran, siswa yang memiliki gaya belajar visual biasanya mampu berpikir dengan menggunakan gambar dan dapat belajar dengan baik melalui penglihatan, yaitu seperti diagram, peta, ilustrasi teks dari buku, transparasi, dan video. Berdasarkan beberapa teori tersebut menegaskan akan pentingnya pembelajaran dengan visualitas terutama bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual. Namun pada kenyataannya guru masih kurang memperhatikan faktor visualitas dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa yang memiliki gaya belajar visual kesulitan dalam menyerap materi pelajaran. Ketidaksesuaian antara gaya belajar visual siswa dengan metode mengajar guru inilah yang membuat siswa dengan gaya belajar visual sulit untuk memahami materi pelajaran sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar. Hal ini berarti ada kecenderungan bahwa semakin tinggi skor gaya belajar visual akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar visual akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.

36 2. Hubungan antara Gaya Belajar Auditorial (X2) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan koefisien korelasi r hitung = 0,790. Hubungan tersebut bersifat positif, erat dan signifikan. Artinya ada kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar auditorial maka akan semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar auditorial maka akan semakin rendah prestasi belajar geografi siswa. Gaya belajar auditorial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar, dengan skor gaya belajar auditorial maka siswa memiliki akses audio/mendengar untuk dapat memahami materi pelajaran karena gaya belajar auditorial merupakan salah satu cara siswa dalam menyerap informasi/pelajaran yang bertujuan untuk berprestasi. Berdasarkan hasil penelitian, siswa-siswa dengan gaya belajar dominan auditorial sebagian besar memiliki prestasi yang tinggi. Hal ini terlihat pada Tabel 17, dari 22 siswa yang gaya belajarnya dominan auditorial, 12 diantaranya prestasinya tinggi. Secara teoritis, karakteristik gaya belajar auditorial menempatkan pendengaran sebagai alat utama dalam memudahkan seseorang dalam menyerap informasi/pelajaran. Individu yang memiliki gaya belajar dominan auditorial dapat belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran

37 berlangsung. Karakteristik gaya belajar auditorial ini sesuai dengan yang di ungkapkan Barbe dalam M. Joko Susilo (2009:120) Bahwa anak dengan gaya belajar auditori adalah anak-anak yang aktif berbicara; ia kerap mengulang-ulang kata baru yang ia pelajari; ia aktif bertanya dan tidak mudah puas dengan jawaban tidak tahu karena ia akan terus bertanya; emosinya mudah dikenali dengan suara yang makin keras atau cara ia memecahkan masalahnya dengan mencari teman berbicara; suka berbicara tapi sering tak sabar jika harus mendengar orang lain bicara. Dalam proses pembelajaran, metode mengajar guru merupakan strategi transfer informasi yang diberikan kepada siswanya. Sedangkan gaya belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswanya. Berdasarkan hasil observasi berkaitan dengan metode mengajar, bahwa metode mengajar yang sering digunakan oleh guru Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar adalah metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Beberapa metode tersebut merupakan metode mengajar yang menitikberatkan pada audio/pendengaran. Hal ini berarti transfer informasi dari guru dapat diterima dengan baik khususnya bagi siswa yang memiliki gaya belajar dominan auditorial. Sehingga hal ini menjadi penyebab siswa yang memiliki gaya belajar auditorial memiliki prestasi yang tinggi. Meskipun demikian, berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa gaya belajar auditorial siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori rendah. Sebanyak 29 siswa atau sebesar 49,03% memiliki skor gaya belajar auditorial yang rendah. Dan dari 29 siswa tersebut 23 siswa diantaranya memiliki prestasi belajar geografi yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki skor gaya belajar auditorial tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor

38 gaya belajar auditorial rendah cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah pula. Rendahnya skor gaya belajar auditorial siswa ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar pada siswa tersebut. 3. Hubungan antara Gaya Belajar Kinestetik (X 3 ) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan koefisien korelasi r hitung = 0,775. Hubungan tersebut bersifat positif, erat dan signifikan. Artinya ada kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar kinestetik maka akan semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar kinestetik maka akan semakin rendah prestasi belajar geografi siswa. Gaya belajar kinestetik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar, dengan gaya belajar kinestetik yang tinggi maka siswa memiliki akses kinestis yang tinggi untuk mencapai keberhasilan karena gaya belajar kinestetik merupakan salah satu cara siswa dalam menyerap informasi/pelajaran yang bertujuan untuk berprestasi. Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki skor gaya belajar kinestetik tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik rendah cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah pula.

39 Dari hasil penelitian dapat diketahui juga bahwa gaya belajar kinestetik siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar termasuk dalam kategori sangat rendah. Sebanyak 24 siswa atau sebesar 38,09% memiliki skor gaya belajar auditorial yang sangat rendah. Dan dari 24 siswa tersebut 23 siswa diantaranya memiliki prestasi belajar geografi yang rendah. Selain itu dapat diketahui juga bahwa gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar yang paling sedikit dimiliki oleh siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar. Hanya 14 siswa (22,22%) yang memiliki gaya belajar dominan kinestetik. Selanjutnya siswa yang memiliki gaya belajar dominan kinestetik tersebut sebagian besar memiliki prestasi yang rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17, bahwa dari 14 siswa yang memiliki gaya belajar dominan kinestetik, 11 siswa diantaranya memiliki prestasi yang rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini disebabkan karena rendahnya skor gaya belajar kinestetik siswa. Siswa kurang optimal memanfaatkan cara-cara kinestis dalam belajar. Bahkan jika dibandingkan dengan dua tipe gaya belajar lainnya yaitu visual dan auditorial, gaya belajar kinestetik siswa sebagian besar berada pada kategori sangat rendah. Hal tersebut berakibat siswa tidak memahami pelajaran dengan baik, sehingga pada saat diadakan tes mereka memperoleh hasil yang kurang baik. Rendahnya prestasi belajar pada siswa dengan gaya belajar kinestetik ini juga disebabkan masih berkaitan dengan metode mengajar yang digunakan guru pada saat mengajar. Pada saat belajar tentang Prinsip-Prinsip Dasar Pembuatan Peta, guru hanya menggunakan metode ceramah. Padahal siswa dengan gaya belajar kinestetik ini mudah bosan dengan penjelasan yang panjang lebar. Dengan metode

40 mengajar yang konvensional ini, siswa dengan gaya belajar kinestetik kurang termotivasi untuk belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Menurut Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos (2002:105) bahwa para pelajar kinestetik adalah yang paling beresiko gagal dalam kelas tradisional. Mereka perlu bergerak, menyentuh, atau bertindak. Jika metode pengajarannya tidak memungkinkan mereka melakukannya, mereka merasa ditinggalkan, tidak terlibat, dan bosan. Siswa kinestetik lebih menyukai pembelajaran yang banyak melakukan aktifitas fisik/praktik langsung misalnya dengan diberikan tugas yang berkaitan dengan proses pembuatan peta atau dengan menggunakan sebuah peta kemudian menunjukkan secara langsung tentang unsur-unsur yang ada dalam peta tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparlan (2004:31) yang menyatakan bahwa: Gaya belajar kinestetik memiliki karakteristik yaitu siswa dapat belajar dengan baik melalui penggunaan pendekatan tangan (tubuh) atau melakukan aktifitas fisik. Golongan ini lebih banyak belajar dengan melakukan (learning by doing) dengan menggunakan alat peraga dan praktik langsung ke lapangan karena lebih mudah bagi mereka mencerna dan memahami suatu konsep. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi skor gaya belajar kinestetik akan cenderung semakin tinggi prestasi belajar geografi siswa dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar kinestetik akan cenderung semakin rendah prestasi belajar geografi siswa.

41 4. Hubungan antara Gaya Belajar Visual (X 1 ), Gaya Belajar Auditorial (X 2 ) dan Gaya Belajar Kinestetik (X 3 ) dengan Prestasi Belajar Geografi (Y) Untuk menganalisis hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik secara bersama-sama dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 digunakan rumus Korelasi Ganda. Dari perhitungan Korelasi Ganda diperoleh R hitung = 0,895. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dibuktikan melalui pengujian hipotesis keempat diperoleh R hitung 0,895 > R tabel 0,248. Hubungan ini secara kualitatif dapat dinyatakan sangat kuat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga tipe gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) pada dasarnya mampu meningkatkan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2008:142) bahwa tidak ada satu cara berpikir atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih buruk daripada yang lainnya. Mereka hanya berbeda saja. Setiap cara dapat berhasil. Kuncinya menyadari yang mana yang paling berhasil untuk anda, dan juga mengembangkan yang lain-lainnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dapat dicapai dengan menggunakan gaya belajar visual, auditorial maupun kinestetik. Karena apapun gaya belajar yang dimiliki siswa pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu agar dapat memberi hasil belajar yang optimal.

42 Namun dari 3 tipe gaya belajar tersebut, gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang dapat mencapai prestasi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa sebagian besar siswa yang memiliki gaya belajar dominan auditorial cenderung memiliki prestasi tinggi. Selain itu dari hasil perhitungan korelasi secara parsial, gaya belajar auditorial memiliki koefisien korelasi yang paling tinggi dibandingkan dengan dua gaya belajar lainnya yaitu dengan r hitung = 0,790. Untuk mencapai prestasi yang tinggi seorang siswa sebaiknya mengenali gaya belajarnya sendiri, dengan begitu siswa tersebut dapat mengambil langkahlangkah penting agar dapat belajar dengan lebih cepat dan lebih mudah. Apabila seseorang telah memiliki gaya belajar yang tinggi maka ia akan memahami serta mengingat suatu informasi/pelajaran dengan mudah sesuai dengan akses gaya belajar yang dimilikinya. Semakin tinggi skor gaya belajar yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin tinggi hasil belajar yang dicapai. Ketika seorang siswa telah mengenali gaya belajarnya, maka ia juga harus berusaha untuk mengembangkan modalitas atau gaya belajar lain yang tidak dominan pada dirinya. Gaya belajar tidak bersifat kaku, meskipun seseorang memiliki gaya belajar yang dominan pada salah satu tipe gaya belajar bukan berarti siswa tersebut tidak dapat mengembangkan gaya belajar yang lain. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat menerima informasi dengan baik meskipun guru menyampaikan berbagai metode mengajar yang terkadang hanya melayani satu tipe gaya belajar saja.

43 Selain dari diri siswa, prestasi belajar dapat ditingkatkan dengan memperhatikan kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Seorang guru diharapkan tidak menggunakan metode mengajar yang hanya melayani satu gaya belajar saja sehingga mengabaikan gaya belajar yang lainnya. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran yang menuntut adanya pelayanan individual. Dengan memahami hal tersebut, sebetulnya guru sudah memberi kontribusi besar dalam keberhasilan belajar siswanya karena siswa menjadi mudah menangkap materi pelajaran. Pentingnya penggunaan metode mengajar yang dapat melayani semua tipe gaya belajar ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pike dalam Komarudin Hidayat (2009:11) Manakala pengajaran menggunakan visual, auditory dan kinestetik kesan pembelajaran menjadi lebih kuat dengan 3 sistem penyampaian itu. Dengan menggunakan ketiganya anda memiliki kesempatan lebih besar memenuhi kebutuhan beberapa tipe siswa. Pendapat tersebut menegaskan bahwa upaya pendidik untuk berinovasi dalam mengajar sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai perbedaan gaya belajar pesesrta didik. Pendidik dituntut tidak hanya menggunakan satu metode mengajar saja tapi berbagai metode yang dipadukan sehingga setidaknya dapat mengakomodir berbagai gaya belajar peserta didik. Seperti penggunakan metode ceramah dengan didukung oleh penggunaan media pembelajaran berbasis visual dan praktik langsung di lapangan.

44 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini berarti ada kecenderungan semakin tinggi skor gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik maka semakin tinggi prestasi belajar siswa, dan sebaliknya semakin rendah skor gaya belajar maka semakin rendah prestasi belajar siswa.

45

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. satu variabel dengan variabel lain dan apabila ada hubungan, berapa eratnya

III. METODE PENELITIAN. satu variabel dengan variabel lain dan apabila ada hubungan, berapa eratnya III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Menurut Sumadi Suryabrata (003:8) metode penelitian korelasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang dilaksanakan, yaitu berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei Semester genap Tahun

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei Semester genap Tahun 22 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei Semester genap Tahun Pelajaran 2013-2014. Tempat Penelitian adalah SMP Negeri 1 Kotabumi, SMP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 87 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Data hasil penelitian terdiri dari tiga variabel bebas yaitu variabel gaya belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2)

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI 1 SINJAI TIMUR. Reski. P Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI 1 SINJAI TIMUR. Reski. P Pendidikan Sosiologi FIS-UNM PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI 1 SINJAI TIMUR Reski. P Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat merubah jalan hidupnya menjadi lebih baik dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 151 siswa SMA N 2 Salatiga yang terdiri dari masing-masing 3 program studi yaitu kelas XI

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari analisis data penelitian, maka dilakukan pembahasan tentang hasil penelitian sebagai berikut : A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. korelasional, yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. korelasional, yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional, yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 39 BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi hasil penelitian Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan observasi pada sekolah yang ambil sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, menurut Sudijono (2010) penelitian komparatif adalah salah satu teknik analisis statistik yang dapat

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Volume 15, Nomor 1, Hal. 27-36 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode korelasional. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode korelasional. Menurut 1 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:4) penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan dan kegagalan proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Volume 15, Nomor 2, Hal. 01-10 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Aulia Sanova Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga yang berada di Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, dan penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3)

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3) 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3) Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan soalnya sesuai waktu yang disediakan. Oleh karena itu, siswa memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan soalnya sesuai waktu yang disediakan. Oleh karena itu, siswa memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Ujian Nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) program IPA pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa rata-rata nilai matematika menjadi rata-rata nilai terendah dibandingkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada semester

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada semester 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/ 2013. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Mulyoharjo dan SD Negeri 5 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Semester 2 Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Setelah melakukan penelitian, peneliti memperoleh hasil studi lapangan berupa data tentang pemahaman materi Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Keagamaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin Zahra2639@gmail.com ABSTRAK Gaya belajar adalah salah satu cara bagaimana

Lebih terperinci

PENGARUH POLA BELAJAR DAN FREKUENSI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI JUMAPOLO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH POLA BELAJAR DAN FREKUENSI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI JUMAPOLO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI PENGARUH POLA BELAJAR DAN FREKUENSI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI JUMAPOLO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FITRI NUR ROHMAWATI A 420 090 015

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Singkat Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanjung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanjung adalah sekolah tingkat menengah sederajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. lanjut dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru adalah tenaga pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran di sekolah, sesuai dengan standar pendidik guru harus memiliki kualifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Playen tahun ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Playen tahun ajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat belajar siswa dan pemanfaatan waktu belajar siswa di luar jam pelajaran sekolah dengan prestasi belajar PKn

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan a. Letak geografis SMAN 1 Rejotangan terletak di Desa Buntaran Kecamatan Rejotangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah saja tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro, Salatiga. Populasi penelitian adalah semua

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 19 Banjarmasin Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Banjarmasin adalah merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diambil oleh peneliti, Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana data-data penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Korelasional adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk. menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini.

METODE PENELITIAN. Korelasional adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk. menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Korelasi. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (006:70): Metode Penelitian Korelasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai denngan masalah dan persoalan penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Bagian pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Letak sekolah ini mudah diakses dan sangat strategis yang berada di tengah kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pendahuluan Untuk memperoleh data tentang pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika menggunakan instrumen angket, dengan item

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini. belajar siswa kelas VIII Tahun Pembelajaran 2008/2009.

III. METODE PENELITIAN. menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini. belajar siswa kelas VIII Tahun Pembelajaran 2008/2009. 28 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Korelasi. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:270): Metode Penelitian Korelasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one group design pada kelompok-kelompok ekuivalen. Penelitian akan dilakukan pada dua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kranggan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak adanya kesalahan dalam penafsiran dan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian, ada beberapa istilah yang akan dijelaskan berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di MTs Aswaja Tunggangri, yaitu kelas VIII A, B dan C. Ketiga kelas tersebut dibagi atas tingkatan-tingkatan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang didasarkan pada

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/1014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti

BAB V PEMBAHASAN. hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti BAB V PEMBAHASAN Dari hasil angket gaya belajar, tes dan wawancara, peneliti mengetahui hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya, yaitu tentang kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, hasil analisis data penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa Psikologi Bina Nusantara angkatan 2015. Setelah peneliti melakukan penyebaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 3) metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI IPA DALAM PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 KABUPATEN BATANG HARI

ANALISIS MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI IPA DALAM PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 KABUPATEN BATANG HARI ANALISIS MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI IPA DALAM PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 KABUPATEN BATANG HARI Sri Wahyuni Universitas Jambi Sriwahyuni_june@yahoo.com Abstrak. Motivasi berprestasi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Salam Babaris SMAN 1 Salam Babaris terletak di Jalan Transmigrasi Utara No. 212 Desa Salam Babaris

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Latar Belakang Berdirinya Lokasi Penelitian

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Latar Belakang Berdirinya Lokasi Penelitian BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Latar Belakang Berdirinya Lokasi Penelitian SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin beralamatkan di Jalan Mangga III Rt. 22 No. 48 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Hipotesis 1. Analisis data tahap Awal a. Normalitas kelas uji coba Berdasarkan hasil penelitian, menguji normalitas kelompok uji coba dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba instrumen ini diikuti oleh 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba instrumen ini diikuti oleh 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang diuji coba berupa soal tes hasil belajar siswa, terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru IPS SMP negeri di Kabupaten Semarang. Pemilihan guru yang menjadi subjek penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Burton (1952) siswa yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Futuhiyyah Mranggen merupakan sebuah lembaga pendidikan formal setingkat menengah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Hulu Sungai Tengah. Dengan Nomor Statistik Sekolah

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Hulu Sungai Tengah. Dengan Nomor Statistik Sekolah BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah MAN 1 Barabai Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Barabai yang beralamat di Jalan H. Damanhuri Komplek Mesjid

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan hasil hasil penelitian pembelajaran menggunakan model learning cycle pada materi pokok cahaya. Adapun hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. Dalam satu gugus terdapat 8 SD. Adapun SD yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keberadaan subjek penelitian, peneliti mengumpulkan data tentang identitas responden.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Yogyakarta. berdiri pada tahun 1994, di tanah seluas 3890 m dan memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Yogyakarta. berdiri pada tahun 1994, di tanah seluas 3890 m dan memiliki 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Yogyakarta Berdasarkan sejarahnya SMP Negeri 4 Yogyakarta berdiri pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah berdirinya MAN Selat Tengah Kabupaten Kapuas MAN Selat Tengah Kabupaten Kapuas berdiri pada tahun 1993 hal ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran Umum Responden Penelitian ini mengambil populasi seluruh siswa kelas XI dan XII Madrasah Aliyah Negeri Demak yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. model, salah satunya memiliki karakteristik combine School yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. model, salah satunya memiliki karakteristik combine School yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III berlokasi di Jalan Magelang KM. 4 Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta sebagai MAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara kemampuan kognitif matematika dengan kemampuan kognitif IPA dan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, 64 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa Talang Bojong serta Tokoh Masyarakat Desa Talang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan Pendekatan dalam pembelajaran matematika.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi. Seperti yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi. Seperti yang 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi. Seperti yang dijelaskan: Menurut Sukardi (2008: 166) Penelitian korelasi adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMA Persada Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013

METODE PENELITIAN. SMA Persada Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 14 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung pada semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam mengembangkan kehidupan manusia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Gatak kelas VIII tahun ajaran 2015/2016. Deskripsi data dalam penelitian ini sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen secara murni. Dalam hal ini, karena siswa bukanlah suatu. sebagaimana pada penelitian di bidang eksata.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen secara murni. Dalam hal ini, karena siswa bukanlah suatu. sebagaimana pada penelitian di bidang eksata. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis eksperimen semu (quasi eksperimen). Dalam bidang pendidikan, seringkali sulit melakukan

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Situasi Umum MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak. Sejarah Berdirinya MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak sebagai lembaga pendidikan swasta yang ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri Gorontalo SMA Negeri Gorontalo adalah Sekolah Menengah Atas yang pertama berdiri di Grorontalo.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya proses belajar ditandai dengan terjadinya perubahan pada diri siswa, baik dalam aspek Kognitif, Afektif, maupun Psikomotor. Perubahan itu meliputi cara berpikir,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 28 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 bulan Januari 2013 di SMA Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tambakboyo 02 pada tanggal 5-16 Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA ini beralamat di Jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA ini beralamat di Jalan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Data Lokasi Penelitian SMA Kolombo merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta yang terletak di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang 28 BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman matematis siswa SMA IPS melalui pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksinya dengan lingkungan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksinya dengan lingkungan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas X SMA Negeri 11 Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas X SMA Negeri 11 Kota 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Setelah penyebaran kuesioner kepada siswa kelas X SMA Negeri 11 Kota Jambi dengan jumlah populasi 53 orang, kemudian dilakukan tabulasi, serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman bacaan siswa kelas II SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman bacaan siswa kelas II SD BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman

Lebih terperinci

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : , PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI LINGKUNGAN HIDUP SISWA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 (THE EFFECT OF STUDENT LEARNING STYLE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang juga dibahas dalam bab ini antara lain definisi operasional variabel, teknik

III. METODE PENELITIAN. yang juga dibahas dalam bab ini antara lain definisi operasional variabel, teknik 45 III. METODE PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel penelitian. Hal lain yang juga dibahas dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Penabur Purworejo yang berada di Jalan Dr Setia Budi 18, Purworejo. Siswa yang diteliti adalah siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian dilakukan kepada 70 karyawan PT. YMMI. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kriteria Ketuntasan Minimal

Lebih terperinci