Kajian Validasi Sistem Informasi Kalender Tanam Dinamis Terpadu Padi Sawah di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat

Transkripsi

1 Kajian Validasi Sistem Informasi Kalender Tanam Dinamis Terpadu Padi Sawah di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Dina Omayani Dewi 1, Abdul Sabur 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat Jl. Budi Utomo No. 45 Siantan Hulu, Pontianak Utara Kalimantan Barat 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 PO Box 1832 Banjarbaru malyaputri@yahoo.com Abstrak Penerapan kalender tanam masih belum dilakukan secara tepat dan akurat di lapangan. Sehingga diperlukan adanya kajian validasi terhadap Informasi KATAM Dinamis Terpadu di lapangan. Dengan penetapan jadwal tanam yang tepat dan rekomendasi yang akurat diharapkan mampu meningkatkan produksi yang dihasilkan selain itu dapat memperkecil resiko tanaman mengalami kebanjiran atau kekeringan pada saat musim hujan dan kemarau. Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk memvalidasi keakuratan dari Sistem Informasi Kalender Tanam Dinamis Terpadu di Lapangan. Kajian Validasi data Kalender Tanam Dinamis Terpadu ini dilaksanakan di sentra pengembangan padi sawah di Kalimantan Barat yaitu di Desa Temiang Mali, Kec. Balai, Kabupaten Sanggau Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai bulan Januari sampai dengan Desember 2015 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun parameter yang diamati adalah: jumlah anakan, tinggi tanaman, panjang malai (cm), jumlah gabah, jumlah gabah bernas, dan jumlah gabah per malai. Dari hasil pengamatan, pada fase pertumbuhan vegetative perlakuan III memiliki tinggi tanaman dan jumlah anakan yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya yaitu tinggi 71,40 cm dengan jumlah anakan sebanyak 18 buah. Perlakuan II yang di tanam pada Mei I-II dengan dosis pemupukan 200 kg/ha urea- 150 kg/ha SP36-50 kg/ha KCl memberikan hasil per ha tertingi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 3,09 Ton/ha. Tingkat kerawanan bencana yang ada di Sistim Informasi KATAM seperti bencana banjir dan tingkat serangan hama masih dinilai kurang sesuai dengan kondisi di lapangan. Kata kunci : Kalender tanam, padi sawah, sistem informasi, validasi Pendahuluan Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi di Kalimantan Barat (2-3 ton/ha) karena belum tepatnya waktu tanam. Dari luas panen padi tahun 2007 seluas ha diperkirakan sekitar 35 % terkena kekeringan atau kebanjiran. Variabilitas dan perubahan iklim yang terjadi sejak empat dasawarsa terakhir, berdampak serius terhadap sumber daya alam dan kehidupan masyarakat. Ketersediaan air dan produksi pangan sangat rentan terhadap perubahan iklim. Kekeringan yang berkepanjangan dan peningkatan banjir dapat menyebabkan kerugian besar terhadap sektor pertanian, terutama produksi pangan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60% (Griffiths, 1976) Di sebagian besar wilayah di dunia,frekuensi dan intensitas ancaman perubahan iklim cenderung meningkat dan Indonesia adalah salah satu negara yang sangat rentan terhadap risiko iklim tersebut. Dalam periode saja, terjadi bencana alam sekitar di Indonesia dan 53,3 persen adalah bencana hidro-meteorologi. 392 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

2 Dampak variabilitas dan perubahan iklim terhadap produksi pangan relatif bervariasi menurut wilayah, tergantung kepada sensitivitas dan kerentanan wilayah, terutama terhadap dinamika ENSO (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) serta anomali iklim lainnya. Upaya strategis yang diperlukan oleh sektor pertanian, terutama tanaman pangan untuk mengantisipasi dampak dari variabilitas dan perubahan iklim tersebut adalah upaya penyesuaian atau pengaturan waktu dan pola tanam yang paling tepat, efektif dan beresiko kecil terhadap ancaman variabilitas dan perubahan iklim, terutama akibat perubahan pola hujan. Waktu dan pola tanam yang efektif tersebut perlu pula didukung oleh penerapan teknologi yang adaptif, baik varietas, sistem pemupukan, pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan lain-lain. Pedoman untuk mengatur waktu dan pola tanam termasuk rekomendasi tersebut adalah Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu sesuai dengan kondisi iklim berdasarkan prediksi iklim dan musim yang mutakhir. Di Indonesia kejadian anomali iklim dominan mempengaruhi produksi pertanian dan ketahanan pangan (Hendon, 2003). Dampak dari anomali iklim ini antara lain terjadinya gangguan secara langsung terhadap sistem produksi pertanian. Indikatornya terjadinya penurunan luas tanam, luas panen dan produksi merosot tajam pada saat terjadi anomali iklim. Mengingat besarnya dampak yang diakibatkan oleh adanya penyimpangan iklim, maka diperlukan suatu model yang menghubungkan antara curah hujan dengan indikator anomali iklim sehingga dapat dilakukan perencanaan yang tepat serta langkah-langkah antisipasi lebih dini. Penyesuaian waktu tanam dan pola tanam merupakan pendekatan yang strategis dalam mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran musim tanam dan perubahan pola curah hujan. Waktu tanam dan pola tanam disusun berdasarkan beberapa skenario perubahan iklim, khususnya pola dan jumlah curah hujan. (Irsal Las, 2007) Selain menurunkan produktivitas, pergeseran musim dan peningkatan intensitas kejadian iklim ekstrim, terutama kekeringan dan kebanjiran, juga menjadi penyebab penciutan dan fluktuasi luas tanam serta memperluas areal pertanaman yang akan gagai panen, terutama tanaman pangan dan tanaman semusim lainnya. Oleh sebab itu perubahan iklim dan kejadian iklim ekstrim seperti EI-Nino dan La-Nina akan mengancam ketahanan pangan nasional, dan keberlanjutan pertanian pada umumnya. Sebagai gambaran, satu kali kejadian EI-Nino (Iemah-sedang) dapat menurunkan produksi padi nasional sebesar 2-3%. Jika iklim ekstrim diikuti oleh peningkatan suhu udara maka penurunan produksi padi akan lebih tinggi. Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal waktu tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan kekeringan dan banjir, potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (pada lahan sawah irigasi, tadah hujan dan rawa) berdasarkan prakiraan iklim. Katam Dinamaik terpadu memiliki keunggulan sebagai berikut: (1). Dinamis: disusun berdasarkan prediksi iklim musiman dan tahunan. (2). Operasional dan spesifik lokasi: didasarkan pada potensi sumberdaya iklim dan air, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat kecamatan. (3). Terpadu: diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih, PHT). (4). Mudah diperbaharui. (5). Mudah dipa hami pengguna: disusun secara spasial dan tabular yang dilengkapi manual cara menggunakan system (6). Informatif: dikomunikasikan dengan sistem informasi website yang dapat diunduh setiap saat (Syahbuddin, dkk, 2007) Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk memvalidasi Kalender Tanam Dinamis Terpadu di Kab. Sanggau Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 393

3 Metodologi Bahan yang digunakan dalam penelitian validasi data kalender tanam ini adalah benih padi Varietas Unggul Baru (VUB), Pupuk, pestisida dan alat penolong lainnya. Pelaksanaan Kajian Validasi data Kalender Tanam Dinamis Terpadu dilaksanakan di sentra pengembangan padi sawah di Kalimantan Barat yaitu di Desa Temiang Mali, Kec. Balai, Kabupaten Sanggau Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai bulan Januari sampai dengan Desember Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Rincian perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Adapun parameter yang diamati adalah: jumlah anakan, tinggi tanaman, panjang malai (cm), jumlah gabah, jumlah gabah bernas, dan jumlah gabah per malai. Tabel 1. Perlakuan pada Demplot KATAM di Desa Temiang Mali Kec. Balai Kab. Sanggau Kalimantan Barat NO Input PERLAKUAN I II III IV 1 Luas Tanam (ha) 0,25 0,25 0,25 0,25 2 Waktu Tanam April II-III Mei I-II Mei I-II Mei I-II 3 Jarak tanam (cm) 25 x x x x 25 4 Cara Tanam Jarwo Jarwo Jarwo Jarwo 5 Varietas Inpari 30 Inpari 30 Inpari 30 Inpari 30 6 Pupuk (kg) - Urea SP KCl NPK Pupuk kandang Hasil dan Pembahasan Dari hasil pengamatan, pada fase pertumbuhan vegetative perlakuan III memiliki tinggi tanaman dan jumlah anakan yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya yaitu tinggi 71,40 cm dengan jumlah anakan sebanyak 18 buah. Sedangkan untuk perlakuan IV memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah disbanding perlakuan lainnya (55,60 cm) dengan jumlah anakan yang lebih sedikit (10 buah). Hal ini diesebabkan pada perlakuan IV hanya menggunakan pup uk organik / pupuk kandang. Dimana diketahui bahwa pupuk organik memiliki sifat yang lama tersedia bagi tanaman, sehingga pada saat awal pertumbuhannya tanaman tidak memiliki pasokan hara yang cukup. Pada dasarnya pemanfaatan pupuk organik lebih baik daripada pupuk kimia karena sifatnya yang tidak mudah tercuci oleh air hujan dan erosi. Pupuk organik biasanya digunakan sebagai pupuk dasar yang diberikan sebelum tanam karena sifatnya lambat melepas unsur hara (Isnaini, M.2006). Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi tetapi pupuk ini mempunyai keistemewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, meningkatkan ph dan kation tanah serta memperbaiki sifat biologi tanah (Tohari Yusuf. 2009). Untuk parameter gabah bernas dan hampa paling tinggi pada perlakuan II sebanyak 51 dan 30 buah. Banyaknya gabah hampa ini dipengaruhi karena adanya banjir. Curah 394 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

4 hujan pada saat pengkajian cukup tinggi yaitu > mm dengan sifat hujan di atas normal (BMKG 2015). Hal yang sama juga disebutkan di Sistem Informasi KATAM bahwa sifat curah hujan pada Musim Tanam pada saat Kajian berada Diatas Normal. Namun dari hasil Analisis Sistem Katam Terpadu waktu tanam pada bulan April II-III masih dalam kondisi aman terhadap bencana banjir yang berbeda dengan kondisi di lapangan yang kebanjiran. Dengan kondisi banjir tersebut menyebabkan hilangnya atau tercucinya beberapa unsur hara esensial seperti P dan K yang diperlukan bagi tanaman pada fase pertumbuhannya generatifnya. Seperti dikemukakan oleh Nurita (2001) yang menyatakan bahwa tanggapan tanaman padi terhadap dosis pupuk P yang terus meningkat mempengaruhi meningkatnya jumlah anakan dan mempercepat pertumbuhan serta keluarnya malai, sedangkan pupuk K dapat meningkatkan jumlah malai per rumpun dan mengurangi persentase gabah hampa per malai. Hal ini dipertegas pula dari hasil penelitian Yuwono (1996) yang menyebutkan bahwa pemupukan Kalium mampu meningkatkan tinggi tanaman maksimum, panjang malai, bobot 1000 butir gabah isi, menurunkan presentase gabah hampa,meningkatkan produksi per hektar, dan tidak berpengaruh terhadap jumlah tanaman per rumpun tanaman padi sawah. Penggunaan varietas yang toleran terhadap genangan juga sangat berpengaruh terhadap potensi hasil. Dimana varietas yang digunakan Varietas Inpari 30 dimana varietas ini sesuai dengan rekomendasi yang dianjrkan oleh Sistem Informasi KATAM terpadu. Verietas Inpari 30 cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir lainnya dengan rendaman keseluruhan fase vegetative selama 15 hari. (BBPADI, 2012) Tabel 2. Pertumbuhan Vegetatif Dan Generatif Di Kajian Verifikasi Katam Kab.Sanggau TA Perlakuan Tinggi Tanaman (Cm) Anakan Bernas Hampa Berat 1000 Biji (gram) Hasil (Ton/Ha) I b 14 Ab 62 b 45 ab 18 B b 2.09 c II b 15 Ab 82 a 52 a 30 A a 3.09 a III a 18 a 51 b 41 ab 10 C c 2.51 b IV b 10 b 39 c 33 B 6 C 9.97 c 1.97 c Pada hasil kajian dapat dilihat bahwa perlakuan II yang di tanam pada Mei I-II dengan dosis pemupukan 200 urea- 150 SP36-50 KCl memberikan hasil per ha tertingi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 3,09 Ton/ha. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil padi di demplot padi di Dese Temiang Mali, Kec. Balai Kab. Sanggau ini karena adanya serangan hama tikus dan burung pipit yang menyerang pada saat tanaman padi mulai berisi malainya. Hal ini sesuai dengan Sistem Informasi KATAM yang menyebutkan bahwa serangan tikus di daerah kajian tersebut termasuk kategori sedang. Banyaknya perkebunan kelapa sawit disekitar lokasi demplot menyebabkan banyaknya populasi tikus di lahan petani. Adapun pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan plastik pagar dan gropyokan untuk mengusir tikus dari lahan petani. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 395

5 Kesimpulan 1. Perlakuan II yang di tanam pada Mei I-II dengan dosis pemupukan 200 kg/ha urea- 150 kg/ha SP36-50 kg/ha KCl memberikan hasil per ha tertingi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 3,09 Ton/ha. 2. Tingkat kerawanan bencana yang ada di Sistim Informasi KATAM seperti bencana banjir dan tingkat serangan hama masih dinilai kurang sesuai dengan kondisi di lapangan. 3. Katam diharapkan akan menjadi acuan awal untuk terus meningkatkan iklim kegiatan pertanian yang seharusnya menjadi acuan bagi petani dalam melakukan usahatani di lapangan. 4. Validasi, Kontroling, monitoring dan evaluasi yang terus menerus akan meningkatkan kualitas katam serta aplikasinya di sektor pertanian. 5. Perlu adanya keterlibatan dari seluruh stakeholder dan pihak yang terkait sehigga implementasi katam dalam mengatasi perubahan iklim dapat berjalan dengan baik. Daftar Pustaka Balai Penelitian Padi, Balai Penelitian Padi, 2012, Inpari 30 Ciherang Sub 1, BPS, Luas Tanam Padi Sawah Tingkat Kecamatan Pulau Jawa Tahun Biro Pusat Statistik, Jakarta. Griffiths Applied climatology. Oxford University Press. New York Hendon, H.H Indonesian Rainfall Variability : Impacts of ENSO and Local Air-Sea Interaction, American Meteorology Society. Isnaini, M Pertanian Organik. Kreasi Warna. Yogyakarta. Irsal Las, Strategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim, Sinar Tani Edisi Nopembar Nurita Tanggapan Tanaman Padi Terhadap Pemupukan P dan K serta Pemberian Kapur pada Tanah Bukaan Baru di Lahan Pasang Surut Potensial. Jurnal Wacana Pertanian. Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana. Metro. 7 hlm. Rosmarkam, A. dan Yuwono W. Nasih Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Syahbuddin, H., E. Runtunuwu, A. Pramudia, E. Surmaini, R. Shofiati, K. Subagyono, I. Amien, dan I. Las Identifikasi dan Delineasi Kalender dan Pola Tanam Pada Lahan Sawah Terhadap Anomali Iklim di Pulau Jawa. Laporan Tengah Tahun. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Tohary Yusuf Kandungan Hara Pupuk Kandang dalam Pertanian Blog: Mei Jakarta. 396 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian