ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP HUJAN WILAYAH DI DAS PROGO HULU MENGGUNAKAN SKENARIO IKLIM HadCM3 DENGAN SKENARIO EMISI A2 DAN B2
|
|
- Suharto Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP HUJAN WILAYAH DI DAS PROGO HULU MENGGUNAKAN SKENARIO IKLIM HadCM3 DENGAN SKENARIO EMISI A2 DAN B2 Slamet Suprayogi 1, Ahmad Cahyadi 2, Tommy Andryan Tivianton 3, Sugeng Riyadi 4, Ahdi Ahmad Fajri 5, Tika Rahayu Sasongko 6 dan Vera Arida 7 1,2,3,4 Jurusan geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada 5,6,7 Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada slametsuprayogi@yahoo.com, ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id ABSTRAK Hujan merupakan proses yang penting bagi kelangsungan kehidupan di dalam suatu DAS. Hujan merupakan input utama simpanan dan aliran air yang ada di dalam DAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap hujan wilayah di DAS Progo Hulu, Provinsi Jawa Tengah. Analisis perubahan iklim dilakukan dengan menggunakan skenario iklim HadCM3 dengan skenario emisi A2 dan B2. Data curah hujan eksisting yang digunakan meliputi 10 stasiun meteorologi di lokasi kajian. Data hujan eksisting dan hasil pencatatan IPCC akan dianalisis menggunakan statistik downscalling dan menghasilkan data hujan Tahun 2011 sampai dengan 2100 di lokasi kajian. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampai dengan Tahun 2100, curah hujan wilayah untuk skenario emisi A2 dan B2 keduanya mengalami trend kenaikan. Hal ini berarti bahwa jumlah hujan wilayah di lokasi kajian diperkirakan cenderung bertambah. Kata kunci: Dampak Perubahan Iklim, Hujan Wilayah, DAS Progo Hulu PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim menjadi isu yang banyak dibahas sejaka awal tahun 1990-an. Dampaknya terhadap curah hujan telah banyak diteliti oleh peneliti-peneliti dari berbagai negara (Viglizzo et al., 1995; Mason, 1996; Plummer et al., 1999; Marsoudi dan Afrough, 2011; Zhai et al., 1999). Meskipun demikian, hasil penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim di satu daerah dengan daerah yang lain ternyata berbeda, baik dari derajat perubahan yang terjadi, serta sebaran spasial dari perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, kajian terkait dengan perubahan iklim menjadi sangat penting dilakukan, khususnya pada skala lokal. Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo merupakan salah satu sungai besar di Pulau Jawa. Sumberdaya air yang banyak dari DAS ini menyebabkan banyak kehidupan manusia yang tergantung pada ketersediaan air di DAS ini. DAS Progo berhulu di beberapa Gunungapi dengan material yang baik sebagai akuifer, sehingga kondisi runoff pada musim kemarau masih banyak diandalkan oleh petani di DAS tersebut, bahkan digunakan di luar DAS.
2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak perubahan iklim terhadap curah hujan wilayah di DAS Progo Hulu. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembangunan di masa mendatang. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam perencanaan hidrologi dan pertanian. METODE Alat dan Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data curah hujan harian, data general circulation model dan data NCEP/ NCAR reanalysis. Data curah hujan yang dilakukan yang digunakan adalah data curah hujan harian dari 10 stasiun curah hujan tahun 1971 sampai dengan tahun Data yang digunakan berasal dari stasiun pencatatan hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Direktorak Bina Penatagunaan Sumberdaya Air (PSDA) Kementrian Pekerjaan Umum. Data curah hujan harian ini akan digunakan dalam predictant file dalam analisis statistik downscalling. Data General Circulation Model diperoleh dari hasil pemodelan yang telah dilakukan dengan skala yang lebih global. Data ini merupakan data hasil pencatatan dan perkiraan curah hujan harian tahun 1961 sampai dengan tahun Data ini dapat diperoleh dengan men-download dari situs Data ini digunakan sebagai input dalam statistik downscalling. Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah data NCEP/NCAR reanalysis. Data ini berisikan data tahun 1961 sampai dengan tahun 2000 dengan skenario emisi A2 dan B2. Data ini di-download dari Data ini digunakan dalam input data downscalling. Metode Analisis Data Estimasi kondisi iklim sampai tahun 2100 dalam penelitian ini merupakan hasil analisis yang dilakukan berdasarkan hasil pencatatan data Tahun 1961 sampai dengan tahun Data ini bersifat global (mewakili grid sebesar 2.5 x 3.75 ), sehingga dibutuhkan statistik downscalling untuk aplikasi di wilayah yang lebih kecil (Wilby et al., 2008). Data curah hujan harian global ini disebut sebagai Global Circulation Model (GCM). Model GCM ini dihasilkan oleh Hadley Climate Model Seri ketiga (HadCM3) yang dikeluarkan oleh UK Hadley Centre. Data yang diperoleh dari model ini adalah data yang mewakili grid sebesar 2.5 x Teknik analisis Downscaling dilakukan dengan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Pemodelan kondisi iklim di masa mendatang didasarkan pada skenario emisi A2 dan B2. Kedua skenario ini mencerminkan kondisi lingkungan di masa mendatang berdasarkan prediksi parameter-parameter pengaruh seperti jumlah populasi dan kondisi ekonomi. Skenario emisi A2 dan B2 merupakan skenario yang paling sesuai dengan kondisi negara berkembang, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skenario ini. Skenario A2 (ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah). Skenario ini memperkirakan temperatur di Indonesia akan mencapai lebih 3 C pada tahun Skenario B2 merupakan skenario dasar (reference scenario) yang menghasilkan proyeksi temperatur maksimum sebesar 1,4 C pada tahun 2050 dan selanjutnya meningkat sampai dengan 2,6 C pada tahun Representasi dari kondisi lingkungan di masa mendatang dari skenario emisi A2 dan B2 ditunjukkan oleh Tabel 1.
3 Gambar 1. Skema proses downscaling dengan ASD (Hessami et al.,2007) Tabel 1. Representasi kualitatif perubahan indeks kunci SRES (
4 PEMBAHASAN Kajian sebelumnya yang dilakukan Suprayogi, dkk. (2014) menunjukkan bahwa pemodelan perubahan iklim dengan menggunakan skenario perubahan iklim HadCM3 dan skenario emisi A2 menunjukkan 4 stasiun meteorologi menunjukkan jumlah curah hujan tahunan mengalami tren menurun, sedangkan 6 stasiun yang lain mengalami kenaikan. Lebih lanjut Suprayogi, dkk. (2014) menjelaskan bahwa hasil pemodelan dengan skenario perubahan iklim HadCM3 dan skenario emisi B2 menunjukkan hanya 2 stasiun yang mengalami penurunan curah hujan, sedangkan 8 stasiun yang lain di DAS Progo Hulu mengalami trend kenaikan curah hujan tahunan. Meskipun demikian, pada kajian sebelumnya dampak perubahan iklim baru dikaji pada sebatas analisis per stasiun yang digunakan. Penelitian ini menganalisis penelitian lebih lanjut terkait dengan dampak perubahan iklim dimasa mendatang secara spasial, yakni menganalisis dampak perubahan iklim terhadap hujan wilayah. Penelitian ini menjadi sangat penting mengingat bahwa analisis hujan wilayah sangat penting dilakukan untuk menganalisis potensi sumberdaya air suatu wilayah, termasuk di dalamnya adalah potensi sumberdaya air di dalam daerah aliran sungai. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa curah hujan wilayah yang dihasilkan pada skenario emisi A2 (Gambar 2) menunjukkan bahwa tren curah hujan semakin bertambah. Curah hujan wilayah eksisting yang berbasis data curah hujan tahun di DAS Progo Hulu adalah sebesar mm/tahun. Tahun 2020-an curah hujan wilayah mengalami kenaikan sebesar 1,5% menjadi mm/tahun. Periode iklim berikutnya pada tahun 2050-an, curah hujan wilayah di DAS Progo Hulu berubah menjadi mm/tahun, atau mengalami kenaikan sebesar 3,7%. Periode 2080-an, curah hujan mengalami peningkatan yang cukup besar, yakni menjadi mm/tahun atau mengalami kenaikan sebesar 17,8%. Secara keseluruhan, curah hujan akan terus mengalami kenaikan dengan besaran 0,27% setiap tahunnya.
5 Gambar 2. Curah Hujan Wilayah DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi A2 Hasil analisis curah hujan wilayah dengan skenario emisi B2 (Gambar 3.) menunjukkan tren kenaikan jumlah curah hujan, meskipun pada periode iklim 2020-an data menunjukkan penurunan dibandingkan periode iklim sebelumnya (eksisting). Curah hujan wilayah pada periode tahun 2020-an mengalami penurunan dari mm/tahun menjadi mm/tahun atau menurun sebesar 1,7%. Periode tahun 2050-an curah hujan wilayah diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 9,5%, sedangkan pada periode tahun 2080-an curah hujan wilayah diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 12,63%. Secara keseluruhan curah hujan wilayah DAS Progo hulu akan mengalami kenaikan sebesar 0,24% setiap tahunnya, sedikit lebih kecil dibandingkan dengan skenario emisi A2. Gambar 3. Curah Hujan Wilayah DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi B2 Hasil analisis spasial terhadap curah hujan wilayah baik untuk skenario emisi A2 dan B2 (Gambar 4 sampai dengan Gambar 10), menunjukkan bahwa wilayah di bagian Barat dan Selatan menunjukkan tren penurunan curah hujan, sedangkan pada bagian tengah dan Timur DAS Progo, hujan wilayah cenderung mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah Gunungapi Merapi dan Gunungapi Merbab akan mengalami peningkatan curah hujan, sedangkan wilayah di Lereng Gunungapi Sisndoro, Sumbing, Pegunungan Menoreh dan bagian Utara Kabupaten Sleman akan mengalami penurunan curah hujan wilayah.
6 Gambar 4. Distribusi Hujan Existing di DAS Progo Hulu Gambar 5. Distribusi Hujan Tahun 2020-an di DAS Progo Hulu
7 Berdasarkan Skenario Emisi A2 Gambar 6. Distribusi Hujan Tahun 2050-an di DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi A2
8 Gambar 7. Distribusi Hujan Tahun 2080-an di DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi A2 Gambar 8. Distribusi Hujan Tahun 2020-an di DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi B2
9 Gambar 9. Distribusi Hujan Tahun 2050-an di DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi B2 Gambar 10. Distribusi Hujan Tahun 2080-an di DAS Progo Hulu Berdasarkan Skenario Emisi B2
10 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2100, curah hujan wilayah hasil pemodelan iklim dengan Skenario iklim HadCM3 dengan skenario emisi A2 dan B2 keduanya mengalami trend kenaikan. Kondisi ini secara meteorologis akan meningkatkan jumlah sumberdaya air di DAS Progo Hulu. Namun demikian, hal ini juga berarti bahwa frekuensi dan intensitas dari proses-proses terkait dengan proses aliran air seperti banjir lahar, banjir dan erosi akan semakin mengalami peningkatan. PENGHARGAAN Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Bersaing Pascasarja Universitas Gadjah Mada 2014 dengan judul Estimasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Pertanian Sampai Tahun 2100 Berdasarkan Skenario Perubahan Iklim HadCM3 dan Skenario Emisi A2 dan B2 di DAS Progo Hulu. REFERENSI Viglizzo, E.F., Roberto, Z.E., Filippin, M.C., Pordomingo, A.J Climate Variability and Agroecological Change in The Central Pampas of Argentina. Agriculture, Ecosystems & Environment, Vol. 55. Hal: Plummer N, Salinger MJ, Nicholls N, dkk Changes in Climate Extremes over The Australian Region and New Zealand During The Twentieth Century. Climatic Change, Vol. 42. Hal: Mason, S.J Climatic Change Over the Lowveld of South Africa. Climatic Change, Vol. 32. Hal: Masoudi, M., Afrough, E Analyzing Trends of Precipitation for Humid, Normal and Drought Classes using Standardized Precipitation Index (SPI), A Case of Study: Fars Province, Iran. International Journal of AgriScience Vol. 1(2). Hal: Suprayogi, S.; Cahyadi, A.; Tivianton, T.A.; Riyadi, S; Fajri, A.A.; Sasongko, T.R. dan Arida, V Estimasi Dampak Perubahan Iklim Terhadap Curah Hujan Tahunan Menggunakan Skenario Iklim HadcmCM3 dengan Skenario Emisi A2 dan B2 Analisis di Das Progo Hulu. Makalah dalam Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Tanggal 15 November 2014 di Universitas Negeri Yogyakarta. Wilby, R.L., dan Dawson, C.W Using SDSM A Decision Support Tool for The Assessment of Regional Climate Change Impacts. United Kingdom: National Centre for Risk Analysis and Option Appraisal, UK Environment Agency Zhai, P.M., Sun, A.J., Ren, F.M., Liu, X.L., Gao, B., Zhang, Q Changes of Climate Extremes in China. Climatic Change, Vol. 42. Hal:
Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi,Universitas Gadjah Mada 2
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN SKENARIO IKLIM HadCM3 DENGAN SKENARIO EMISI A2 DAN B2 ANALISIS DI DAS PROGO HULU Slamet Suprayogi 1,2, Ahmad Cahyadi 1, Tommy Andryan
Lebih terperinciANALISIS TREND KEJADIAN KEKERINGAN DI SEBAGIAN WILAYAH PROPINSI D.I. YOGYAKARTA DAN DAMPAK El-Nino TERHADAPNYA
ANALISIS TREND KEJADIAN KEKERINGAN DI SEBAGIAN WILAYAH PROPINSI D.I. YOGYAKARTA DAN DAMPAK El-Nino TERHADAPNYA Gilang Arya Dipayana 1, Ahmad Cahyadi 2, Emilya Nurjani 3 1,2 Program Beasiswa Unggulan Biro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekeringan merupakan fenomena alam yang kompleks dengan prosesnya berjalan lambat, tidak diketahui pasti awal dan kapan bencana ini akan berakhir, namun semua baru
Lebih terperinciESTIMASI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE BILANGAN KURVA BERDASARKAN SKENARIO IKLIM SRES IPCC DI SUB DAS WURYANTORO
ESTIMASI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE BILANGAN KURVA BERDASARKAN SKENARIO IKLIM SRES IPCC DI SUB DAS WURYANTORO Sugeng Riyadi Wijanarko sugengriyadiw@gmail.com Sudibyakto sudib@ugm.ac.id ABSTRACT
Lebih terperinciESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN BANJIR LAHAR DI MAGELANG, JAWA TENGAH
ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN BANJIR LAHAR DI MAGELANG, JAWA TENGAH Suprapto Dibyosaputro, Ahmad Cahyadi, Henky Nugraha, Slamet Suprayogi Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (a)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penambahan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya aktivitas di permukaan bumi. Seiring dengan berjalannya waktu hal ini dapat menimbulkan dampak pada perubahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim di bumi tidak pernah statis, tapi berbeda-beda dan berfluktuasi dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yang
Lebih terperinciPEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN
PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN Muh Aris Marfai 1, Ahmad Cahyadi 2, Achmad Arief Kasbullah 3, Luthfi Annur Hudaya 4 dan Dela Risnain Tarigan 5 1,2,3
Lebih terperinciGambar 2.1. Diagram Alir Studi
2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian, perencanaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1 ( )
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi ramalan curah hujan sangat berguna bagi petani dalam mengantisipasi kemungkinan kejadian-kejadian ekstrim (kekeringan akibat El- Nino dan kebanjiran akibat
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL Ahmad Cahyadi 1, Abdur Rofi 2 dan Rika Harini 3 1 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id
Lebih terperinciBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 2012
X. 155 PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI LAHAN KERING Dr. Ir. Yayan Apriyana, M.Sc Ir. Erni Susanti, M.Sc Ir. Suciantini, M.Si Fadhlullah
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN
HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN Muhammad Syukri, Maulidia, dan Nurmalita Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: m.syukri@gmail.com
Lebih terperinciPEMANFAATAN GLOBAL CIRCULATION MODEL (GCM) UNTUK PREDIKSI PRODUKSI PADI
82 Jurnal Sains Dirgantara Vol. 6 No. 2 Juni 2009 : 82-94 PEMANFAATAN GLOBAL CIRCULATION MODEL (GCM) UNTUK PREDIKSI PRODUKSI PADI Sinta Berliana Sipayung * ), Sutikno **) (*) Peneliti Pusat Pemanfaatan
Lebih terperinciPANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL
PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL Slamet Suprayogi 1), Ahmad Cahyadi 2), Tommy Andryan T. 3) dan Bayu Argadyanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan
Lebih terperinciPROYEKSI PERUBAHAN IKLIM TAHUN DI WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) PROVINSI SUMATERA BARAT
PROYEKSI PERUBAHAN IKLIM TAHUN 2016-2045 DI WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) PROVINSI SUMATERA BARAT Fitri Adi Suryanto 1, Dr. Agus Safril 2 1,2 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika E-Mail: fitriadi01@yahoo.com
Lebih terperinciPERBANDINGAN LUARAN MODEL GCM, TRMM DAN OBSERVASI DALAM MENENTUKAN VARIABILITAS CURAH HUJAN DI ZONA PREDIKSI IKLIM JAWA BARAT
Prosiding Seminar Nasional Sains Atmosfer I 21, 16 Juni 21, Bandung PERBANDINGAN LUARAN MODEL GCM, TRMM DAN OBSERVASI DALAM MENENTUKAN VARIABILITAS CURAH HUJAN DI ZONA PREDIKSI IKLIM JAWA BARAT Sinta Berliana
Lebih terperinciPrediksi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-161 Prediksi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim Ayu Haristyana, Suntoyo dan Kriyo Sambodho Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai letak sangat strategis, karena terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan juga terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang
Lebih terperinciPERINGATAN DINI PUTING BELIUNG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERINGATAN DINI PUTING BELIUNG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Emilya Nurjani 1, Ahmad Cahyadi 2 dan Utia Suarma 3 1 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, n_emilya@yahoo.com
Lebih terperinciTEKNIK STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN PADA KONDISI EL NINO, LA NINA, DAN NORMAL 1 2 Woro Estiningtyas, Aji Hamim Wigena
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan
Lebih terperinciBuku 1 EXECUTIVE SUMMARY
Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing Through Bogor, Depok, and North Jakarta Buku 1 Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change
Lebih terperinciUrgensi Monitoring Jaringan Pipa PDAM Mataair Paisu Mandoni, Pulau. Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah
Chapter 8 Urgensi Monitoring Jaringan Pipa PDAM Mataair Paisu Mandoni, Pulau Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah Ahmad Cahyadi 1 Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi,
Lebih terperinciKAJIAN SIMULASI ADAPTASI TERHADAP TINGKAT KENYAMAN- AN TERMAL AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI KOTA PADANG
KAJIAN SIMULASI ADAPTASI TERHADAP TINGKAT KENYAMAN- AN TERMAL AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI KOTA PADANG STUDY OF ADAPTATION SIMULATION ON TERMAL COMFORT- ABLENESS LEVEL CAUSED BY GLOBAL CLIMATE CHANGE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini diuraikan beberapa hal seperti: latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan keaslian penelitian yang akan membedakan dengan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya
Lebih terperinciKata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi
PEMODELAN SPASIAL GENANGAN BANJIR ROB DAN PENILAIAN POTENSI KERUGIAN PADA LAHAN PERTANIAN SAWAH PADI STUDI KASUS WILAYAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH Achmad Arief Kasbullah 1) dan Muhammad
Lebih terperinciRingkasan Proyeksi Produksi Minyak Sawit 2017 dari Segi Trend Kondisi Iklim Indonesia
Ringkasan Proyeksi Produksi Minyak Sawit 2017 dari Segi Trend Kondisi Iklim Indonesia 1 SEKILAS KETERKAITAN IKLIM (CURAH HUJAN) DAN KELAPA SAWIT Iklim merupakan given factor dalam usaha perkebunan kelapa
Lebih terperinciPREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006
PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kata kunci: presipitasi; tren
STUDI VARIABILITAS CURAH HUJAN STASIUN PENGAMATAN KATULAMPA BERDASARKAN DATA OBSERVASI TAHUN 1981-2006 RAINFALL VARIABILITY ANALYSIS OF KATULAMPA RAIN STATION IN BOGOR, 1981-2006 Astrid Wulandari 1 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan
Lebih terperinciANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR
JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 1, April 2015 ISSN 1858-330X ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR 1) Intan Pabalik, Nasrul Ihsan,
Lebih terperinci2. PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING
2. PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING 2.1 Model Sirkulasi Umum (General Circulation Models:GCM) GCM merupakan penggambaran matematis dari sejumlah besar interaksi fisika, kimia, dan dinamika atmosfer bumi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim menjadi kajian penting dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan iklim dipicu oleh pemanasan global yang menyebabkan suhu udara naik. Intergovernmental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1980-an para peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spasial maupun temporal. Kenaikan temperatur
Lebih terperinciKAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA
KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Ahmad Cahyadi, Muh Aris Marfai, Tommy Andryan Tivianton, Wulandari dan Wahyu Hidayat
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5
Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi. Kerugian jiwa dan material yang diakibatkan oleh bencana banjir menyebabkan suatu daerah terhambat pertumbuhannya
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa
PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA R. Muhammad Isa r.muhammad.isa@gmail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@ugm.ac.id Abstract Settlement
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan aspek fisik, sosial dan ekosistem yang di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang komplek, seperti degradasi
Lebih terperinciSIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)
SIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan) TUGAS AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kurikuler Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data hidrologi merupakan data yang menjadi dasar dari perencanaan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan bangunan irigasi, bagunan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan teknik yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisa pola perubahan aliran rendah pada musim kemarau pada aliran DAS
Lebih terperinciJl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah 2
H.1 PENGARUH AMBLESAN TANAH (LAND SUBSIDENCE) TERHADAP PERUBAHAN LUAS GENANGAN AIR PADA DATARAN ALLUVIAL KOTA SEMARANG BAGIAN TIMUR (STUDI KASUS : KECAMATAN GENUK DAN KECAMATAN PEDURUNGAN) Rahmad Fuji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya, baik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. paket program HEC-HMS bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air pada suatu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Konsep Dasar dan Metode Penggunaan model Soil Moisture Accounting (SMA) yang terdapat dalam paket program HEC-HMS bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air pada suatu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber penghidupan makhluk hidup di permukaan bumi, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Ketersediaan air di suatu wilayah dipengaruhi oleh potensi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder
Metodologi III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan suatu jaringan transmisi air bersih suatu kawasan perlu mempertimbangkan beberapa aspek yaitu sosial budaya, teknis, biaya dan lingkungan.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH
IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH Suprapto Dibyosaputro 1, Henky Nugraha 2, Ahmad Cahyadi 3 dan Danang Sri Hadmoko 4 1 Departemen Geografi
Lebih terperinciPEMBAHASAN ... (3) RMSE =
7 kemampuan untuk mengikuti variasi hujan permukaan. Keterandalan model dapat dilihat dari beberapa parameter, antara lain : Koefisien korelasi Korelasi dinyatakan dengan suatu koefisien yang menunjukkan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan
Lebih terperinciBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2012
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP KONDISI CUACA EKSTREM E 4 Wido Hanggoro Danang Eko Nuryanto Sri Noviati Utoyo Ajie Linarka Hastuadi Harsa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Lebih terperinciOleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)
Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM
Lebih terperinciVARIABILITAS TEMPERATUR UDARA PERMUKAAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN DATA SATELIT AIRS
VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA PERMUKAAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN DATA SATELIT AIRS Lely Qodrita Avia, Indah Susanti, Agung Haryanto Pusfatsatklim LAPAN, lely@bdg.lapan.go.id Abstract Air temperature
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM
APLIKASI METODE PUNCAK AMBANG BATAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT DAN ESTIMASI PARAMETER MOMEN-L PADA DATA CURAH HUJAN (Studi Kasus : Data Curah Hujan Kota Semarang Tahun 2004-2013)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
Lebih terperinciSKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)
SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD) Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan
Lebih terperinciANALISA KEKERINGAN DAS AMPRONG MALANG DENGAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) TUGAS AKHIR
ANALISA KEKERINGAN DAS AMPRONG MALANG DENGAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) TUGAS AKHIR Disusun oleh : BAYU TRI NURJIANTO 0853010077 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
Lebih terperinciGambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
Lebih terperinciAnalisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu
Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)
ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) Rahmanita Lestari, Nurul Hidayah, dan Ambar Asmoro Fakultas Geografi UMS E-mail: rahmanovic1993@gmail.com
Lebih terperinciPERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN DI YOGJAKARTA, SEMARANG, SURABAYA, PROBOLINGGO DAN MALANG
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Penerapan dan Pendidikan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 29 PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN DI YOGJAKARTA, SEMARANG, SURABAYA, PROBOLINGGO
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Sarana prasarana yang ada di Sungai Progo, yang melintasi dua Propinsi dan empat Kabupaten yaitu Kabupaten Magelang di Propinsi Jawa
Lebih terperinciKarakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul
Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul Romza Fauzan Agniy, Eko Haryono, Ahmad Cahyadi Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Dalam usaha membuat penelitian ilmiah diperlukan studi pustaka dalam rangkaian proses penelitian, baik sebelum, ketika atau setelah melakukan penelitian. Pembuatan
Lebih terperinci3 BAB III METODOLOGI
3-1 3 BAB III METODOLOGI 3.1 PENGUMPULAN DATA Untuk pengumpulan data yang dipergunakan dalam Tugas Akhir ini didapatkan dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari catatancatatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hidrologi sebagai cabang ilmu yang basisnya adalah pengukuran Fenomena Alam, dihadapkan pada tantangan bagaimana memodelkan atau memprediksi proses hidrologi pada
Lebih terperinciKAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak
Kajian Dimensi Saluran Primer Eksiting KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR Djuang Panjaitan 1,SH Hasibuan 2 Abstrak Tujuan utama dari penelitian adalah
Lebih terperinciPROYEKSI KESESUAIAN AGROKLIMAT TANAMAN PADI DI PROVINSI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN CURAH HUJAN BERDASARKAN SKENARIO RCP4.5
PROYEKSI KESESUAIAN AGROKLIMAT TANAMAN PADI DI PROVINSI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN CURAH HUJAN BERDASARKAN SKENARIO RCP4.5 PROYEKSI KESESUAIAN AGROKLIMAT TANAMAN PADI DI PROVINSI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN
Lebih terperinciANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH
ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh
Lebih terperinciIII. DATA DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 2.11 Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen
7 radiasi surya, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara dalam penentuan evapotranspirasi. Sedangkan faktor tanah yang mempengaruhi seperti tekstur, kedalaman tanah, dan topografi. Kebutuhan
Lebih terperinciTREND ANALYSIS OF EXTREAM RAINFALL FROM AND PROJECTION FROM IN BANDA ACEH AND MEULABOH
Jurnal Natural Vol.17, No.2, 2017 pissn 1411-8513 eissn 2541-4062 TREND ANALYSIS OF EXTREAM RAINFALL FROM 1982-2013 AND PROJECTION FROM 2014-2050 IN BANDA ACEH AND MEULABOH Farid Mufti 1,2, Nazli Ismail*
Lebih terperinciKAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak
Kajian Dimensi Saluran Primer Eksiting Daerah Irigasi Muara Jalai KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan 1, Djuang Panjaitan 2 Abstrak Tujuan utama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Langkah kerja dalam penyusunan Tugas Akhir diperlukan agar lebih terarah dan
BAB III METODOLOGI 3.1. Langkah Kerja Langkah kerja dalam penyusunan Tugas Akhir diperlukan agar lebih terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal. Langkah
Lebih terperinci5. HUBUNGAN ANTARA PEUBAH-PEUBAH PENJELAS GCM CSIRO Mk3 DAN CURAH HUJAN BULANAN
5. HUBUNGAN ANTARA PEUBAH-PEUBAH PENJELAS GCM CSIRO Mk3 DAN CURAH HUJAN BULANAN 5.1 Pendahuluan Dalam pemodelan statistical downscaling (SD), khususnya fungsi transfer diawali dengan mencari model hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang berfungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai () merupakan suatu wilayah daratan yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari hujan ke danau atau ke laut secara
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciSemua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
KLIMATOLOGI; Pengukuran dan Pengolahan Data Curah Hujan, Contoh Aplikasi Hidrologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (Seri Hidrologi), oleh Soewarno Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir merupakan salah satu peristiwa alam yang seringkali terjadi. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di
Lebih terperinciTingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index
Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Herwina Dewani, Sobirin, Djoko Harmantyo Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUMBERDAYA AIRTANAH UNTUK KEGIATAN PERTANIAN LAHAN KERING DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KULONPROGO
PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIRTANAH UNTUK KEGIATAN PERTANIAN LAHAN KERING DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KULONPROGO Sudarmadji 1 dan Ahmad Cahyadi 2 1 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dengan tingkat pemanasan dan kelembaban tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DENSITY BASED SPATIAL CLUSTERING APPLICATION WITH NOISE (DBSCAN) DALAM PERKIRAAN TERJADI BANJIR DI BANDUNG
IMPLEMENTASI DENSITY BASED SPATIAL CLUSTERING APPLICATION WITH NOISE (DBSCAN) DALAM PERKIRAAN TERJADI BANJIR DI BANDUNG Bima Aryo Putro¹, Kemas Rahmat Saleh Wiharja², Shaufiah³ ¹Teknik Informatika,, Universitas
Lebih terperinciHaries Satyawardhana *)1 dan Armi Susandi **) *) Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
Proyeksi Awal Musim... (Haries Satyawardhana dan Armi Susandi) PROYEKSI AWAL MUSIM DI JAWA BERBASIS HASIL DOWNSCALING CONFORMAL CUBIC ATMOSPHERIC MODEL (CCAM) (SEASON ONSET PROJECTION IN JAVA BASED ON
Lebih terperinciAnomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ
Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ Erma Yulihastin* dan Ibnu Fathrio Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjadinya anomali curah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Curah hujan tidak bekerja sendiri dalam membentuk limpasan (runoff). Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) sangat mempengaruhi
Lebih terperinci