BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984, 1995) yaitu sebagai berikut: Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Sub Classis Ordo Sub ordo Familia Genus Species : Animalia : Chordata : Vertebrata : Osteichties : Acanthoptherigii : Percormorphii : Percoidae : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus Gambar 2.1 Ikan Nila 4

2 2.1.2 Ciri-ciri Morfologis Ikan Nila Ukuran tubuh ikan nila (O. niloticus) relatif lebih panjang dibanding kerabat dekatnya yaitu ikan mujair (Oreochromis mossambicus), dengan perbandingan panjang total dan lebar pada ikan nila yaitu 3:1 dan 2:1. Pada ikan nila terdapat enam buah garis vertikal yang berwarna gelap pada sirip ekornya. Garis vertikal tersebut terdapat juga pada sirip punggung dan sirip dubur. Berbeda dengan ikan mujair yang tidak memiliki garis-garis vertikal tersebut (Suyanto, 2010). Ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan. Ikan nila jantan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan terletak di depan anus. Bentuknya berupa tonjolan agak runcing, berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. Sementara itu, alat kelamin ikan nila betina juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang terpisah dengan lubang saluran urine (Khairuman & Amri, 2012) Sifat Biologis Ikan Nila Ikan nila merupakan hewan omnivora yang memakan tumbuhan dan hewan lainnya. Ikan nila yang masih berbentuk benih biasanya memakan zooplankton (plankton hewani) seperti Rotifera sp. dan Daphnia sp. Selain itu, benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitatnya. Saat dibudidayakan, ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam. Jika telah mencapai ukuran

3 dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Khairuman & Amri, 2012). Ikan nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin dengan kadar garam antara 0-35 per mil. Ikan nila juga dapat dibudidayakan di kolam-kolam pekarangan rumah yang relatif sempit dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Suyanto, 2010). Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, ikan nila memerlukan suhu yang optimum yaitu sekitar o C. Salinitas atau kadar garam sangat mempengaruhi kehidupan ikan nila. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29% (promil), dan masih dapat tumbuh pada salinitas 29-35% tetapi tidak dapat bereproduksi. Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Khairuman & Amri, 2012) Penyakit Ikan Nila Dalam pembudidayaan ikan nila terdapat beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya yaitu penyakit yang menyerang ikan nila. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh cacing, jamur, protozoa, maupun bakteri. Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. merupakan cacing yang menyebabkan penyakit pada ikan nila yang biasanya menyerang pada kulit, sirip, dan insang. Jamur yang menyebabkan penyakit pada ikan nila yaitu Saprolegnea sp., Achlya sp. dan Branchiomyces sp. Protozoa yang umum

4 menyerang ikan nila yaitu, Tricodina sp., Tricodinella sp. dan Epistylis sp. (Afrianto & Liviawaty, 2009). Dibanding dengan jamur, protozoa dan cacing, bakteri merupakan penyebab penyakit yang sering menyerang pada ikan nila. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan Gram. Bakteri tersebut yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Hampir semua bakteri patogen pada ikan tergolong dalam bakteri Gram negatif, misalnya seperti Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Flexibacter sp., dan Vibrio sp. Bakteri-bakteri tersebut hampir selalu ditemukan dan hidup di air kolam, di permukaan tubuh ikan dan pada organorgan tubuh bagian dalam ikan. Untuk mencegah infeksi dari bakteri ini dapat dilakukan dengan pengolahan kualitas air dengan baik agar ikan terhindar dari stres. Bakteri yang sering menyerang ikan nila antara lain bakteri Aeromonas hydrophila, A. salmonicida dan Pseudomonas flourescens. MAS (Motile Aeromonas Septicemia) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. Ikan nila yang terserang penyakit ini akan muncul gejala-gejala seperti warna tubuh menjadi agak gelap, kulit kasar dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok, kemampuan berenang menurun karena insangnya rusah sehingga sulit bernafas, mata rusak dan agak menonjol (Afrianto & Liviawaty, 2009).

5 2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila Klasifikasi Aeromonas hydrophila Menurut Holt et al. (1998), klasifikasi Aeromonas hydrophila adalah sebagai berikut : Phylum : Protophyta Classis : Schizomycetes Ordo : Pseudanonadeles Familia : Vibrionaceae Genus : Aeromonas Species : Aeromonas hydrophila Karakteristik Aeromonas hydrophila Bakteri A. hydrophila adalah bakteri Gram negatif yang mempunyai dinding sel dengan kandungan lipid tinggi (11-12%). Lapisan lipid tersebut bersama polisakarida (liposakarida) menyusun dinding luar sel bakteri Gram negatif (Pelczer & Chan, 1988). Bakteri A. hydrophila bersifat heterotropik unicellular dan prokariot. Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel (Robert, 1987). A. hydrophila merupakan bakteri Gram negatif yang tidak membentuk spora dan bersifat fakultatif anaerob serta hidup pada lingkungan yang bersuhu o C (Afrianto & Liviawaty, 2009) Serangan A. hydrophila Pada Ikan A. hydrophila merupakan penyebab penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) yang menyerang berbagai jenis ikan air tawar.

6 Pengendalian bakteri ini cukup sulit karena memiliki banyak strain dan selalu ada di air serta dapat resisten terhadap obat-obatan (Kamiso &Triyanto, 1996). Pada saat ketahanan tubuh ikan menurun akibat stres maka serangan bakteri tersebut akan terlihat (Afrianto & Liviawaty, 2009). Gejala eksternal yang muncul akibat penyakit MAS adalah adanya inflamasi, redmouth disease (erosi di dalam rongga dan sekitar mulut), mata membengkak dan menonjol. Gejala internalnya yaitu membengkaknya ginjal tetapi tidak lembek, adanya bintik merah pada otot daging dan peritoneum, dan usus tidak berisi makanan melainkan berisi cairan kuning (Sarono et al., 1993). Bakteri A. hydrophila yang menempel pada sel inang akan mengurai senyawa-senyawa dalam sel inang dan memproduksi enzim-enzim ekstraseluler (amilase, lipase, protease) yang kemudian hasil penguraian sel inang digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan. Pemecahan sel-sel tubuh ikan di daerah yang meradang akan merusak pembuluh darah, yang menyebabkan bakteri masuk dan ikut dalam peredarah darah yang menyebar keseluruh tubuh (Roberts, 1978; Taufik, 2000 dalam Nuraeti, 2006). Bakteri A. hydrophila dapat ditularkan melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang sudah tercemar atau terkena pemindahan ikan yang terserang bakteri A. hydrophila dari satu tempat ke tempat lain. Gejala pada ikan yang terserang A. hydrophila yaitu warna tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya akan menjadi borok, kemampuan berenangnya menurun dan

7 sering terengah-engah di permukaan air karena insangnya rusak sehingga sulit bernafas, sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam (hati, limpa maupun ginjal), sering terlihat pula perutnya membesar (dropsi), seluruh siripnya rusak dan insangnya menjadi berwarna keputih-putihan, mata rusak dan agak membengkak (exopthalmia) (Afrianto & Liviawaty, 2009). Perubahan kondisi lingkungan, stres, populasi yang padat, suhu tinggi, perubahan suhu secara mendadak, penanganan yang kasar, transfer ikan, rendahnya oksigen terlarut, rendahnya persediaan makanan dan infeksi fungi atau parasit merupakan hal yang berhubungan dengan serangan penyakit. Serangan penyakit tersebut akan berpengaruh pada perubahan fisiologis dan menambah kerentanan terhadap infeksi (Hayes, 2000 dalam Hermawan, 2011). 2.3 Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Deskripsi Tanaman Kecombrang Gambar 2.2 Bunga Kecombrang

8 Tanaman kecombrang memiliki batang yang berbentuk silinder dengan bagian pangkal yang membesar dan tumbuh tegak. Batangnya tidak bercabang dan saling berdekatan dengan rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya pendek dan berbentuk serabut. Daun dari tanaman kecombrang berbentuk lanset dengan ujung dan pangkal runcing. Memiliki tangkai daun yang pendek dan dalam satu pohon biasanya terdiri dari daun. Bunga kecombrang merupakan bunga majemuk yang berbentuk bongkol yang terdiri atas bunga-bunga kecil di dalam karangan bunga. Bunga berwarna merah dengan putik kecil berwarna putih serta benang sari berwarna kuning (Backer & Brink, 1965) Klasifikasi Tanaman Kecombrang Klasifikasi kecombrang yaitu sebagai berikut (Cronquist, 1981): Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Nicolaia Species : Nicolaia speciosa Horan Kandungan Kimia Tanaman Kecombrang Pada tumbuhan, senyawa organik dibedakan menjadi dua yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumbuhan, misalnya asam nukleat, lemak, karbohidrat dan protein. Metabolit

9 sekunder merupakan senyawa organik yang tidak mempunyai fungsi langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Metabolit sekunder dibagi menjadi tiga kelompok yaitu terpen, fenolat, dan senyawa yang mengandung nitogen (Sallisburry & Ross, 1995). Pada tanaman kecombrang terdapat beberapa senyawa kimia, antara lain minyak astiri, flavonoid, tanin, senyawa fenolik, terpenoid, dan alkaloid. a. Minyak astiri Minyak atsiri penting sebagai dasar wewangian alam serta sebagai rempah-rempah dan senyawa cita-rasa dalam industri makanan. Minyak atsiri secara kimia dibagi menjadi dua yaitu monoterpena dan seskuiterpena. Monoterpena banyak tersebar luas dan kebanyakan merupakan bagian dari minyak atsiri, sedangkan seskuiterpena mempunyai rasa yang cenderung pahit atau pedas (Harborne, 1987). Senyawa antibakteri yang terdapat di dalam tanaman umumnya ditemukan dalam fraksi minyak astiri. Cara memperoleh minyak astiri dari bahan tanaman dapat melalui destilasi uap atau dengan perlakuan dingin dan destilasi vakum (Farrel 1990 dalam Naufalin, 2005). b. Flavonoid Hampir semua tumbuhan mengandung senyawa flavonoid yang mempunyai peran penting dalam tumbuhan. Pada bunga, senyawa flavonoid berperan sebagai pigmen untuk menarik serangga dan burung pada proses penyerbukan. Senyawa flavoniod juga berperan dalam mengarahkan serangga dengan menyerap sinar ultraviolet (Robinson,

10 1995). Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas pada tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 (Markham, 1988). c. Tanin Tanin merupakan senyawa fenol yang sering ditemukan pada tumbuhan yang berpembuluh seperti daun, buah, kulit kayu atau batang. Kadar tanin yang tinggi akan sangat membantu sistem pertahanan tumbuhan dan mengusir hewan pemakan tumbuhan. Tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi dapat ditemukan pada paku-pakuan, gimnospermae dan angiospermae, sedangkan tanin terhidrolisis tumbuhannya terbatas pada tumbuhan yang memiliki biji berkeping dua. Salah satu kemampuan tanin dalam bidang industri yaitu mampu mengawetkan kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai (Harborne, 1987). d. Alkaloid Kebanyakan alkaloid beracun bagi manusia dan banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal dan hanya sedikit yang berbentuk cair pada suhu kamar. Alkaloid jarang ditemukan pada tumbuhan gymnospermae, paku-pakuan, lumut, dan tumbuhan rendah. Alkaloid lebih sering mempunyai aktivitas anti serangga dan antifungus dibandingkan antibakteri (Harborne, 1987).

11 2.4 Pengobatan Penyakit Ikan Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang paling baik, tetapi jika ikan telah terserang penyakit maka harus dilakukan pengobatan. Ada beberapa jenis penyakit yang menyebabkan ikan sakit. Jenis penyakit ini akan menentukan jenis obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Hermawan, 2011). Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para pembudidaya ikan yang akan melakukan pengobatan terhadap beberapa jenis penyakit infeksi yaitu (Kordi 2010 dalam Hermawan, 2011) : a. jika penyakit ikan disebabkan oleh virus makan tidak ada obat yang dapat memberantas virus tersebut. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi halhal yang menyebabkan terjadinya penyakit; b. jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami atau antimikroba; c. jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat yang digunakan adalah bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air, tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi kolam, harus selektif, dan mudah terurai. Pengobatan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan harus mempertimbangkan ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang diberikan, dan sifat ikan. Menurut Kordi (2010) dalam Hermawan (2011), metode dalam pengobatan penyakit ikan, antara lain metode suntik, matode makanan, dan metode perendaman.

12 a. Metode Suntik Metode suntik dilakukan apabila yang diberikan adalah sejenis obat seperti antibiotika atau vitamin. Penyuntikan dilakukan pada daerah punggung ikan yang mempunyai jaringan otot lebih tebal. Penyuntikan dilakukan pada ikan yang berukuran besar terutama ukuran induk, karena ikan yang berukuran kecil kurang efektif. b. Melalui Makanan Prinsip dari pengobatan melalui makanan adalah meningkatkan daya tahan tubuh ikan dan membunuh organisme penyebab penyakit menggunakan obat yang sengaja dicampurkan pada makanan. Lamanya pengobatan biasanya berlangsung 5-10 hari secara terus-menerus. Metode ini efektif diberikan pada ikan yang tidak kehilangan nafsu makannya. Hal ini dikarenakan jika makanan yang diberikan tidak segera dimakan ikan maka konsentrasi obat atau vitamin pada makanan akan menurun karena sebagian akan larut dalam air. c. Metode Perendaman Metode perendaman dilakukan apabila yang diberikan adalah bahan kimia untuk membunuh parasit maupun mokroorganisme dalam air atau untuk memutuskan siklus hidup parasit. Jenis bahan kimia dan lamanya waktu perendaman harus diperhatikan. Jika bahan kimia yang digunakan dapat meracuni ikan, sebaiknya perendaman cukup menit. Jika bahan kimia yang digunakan kurang sifat racunnya atau konsentrasi yang diberikan tidak akan membunuh ikan, perendaman boleh

13 dilakukan dalam waktu yang lebih lama (lebih dari 1 jam sampai beberapa hari). 2.5 Kualitas Air Kualitas air berhubungan dengan mutu air tersebut. Air yang berkualitas baik harus bebas dari bahan pencemar atau polutan. Selain itu, air harus memenuhi kriteria sejumlah parameter kualitas air yang dibutuhkan untuk budidaya, yakni derajat keasaman (ph), kandungan oksigen terlarut, suhu, dan kecerahan (Khairuman & Amri, 2012) Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman (ph) air berkisar 6-8,5. Tingkat kesuburan perairan dipenaruhi oleh derajat keasaman (ph) yang mempengaruhi kehidupan jasad renik. Ikan yang hidup di air akan tumbuh optimal pada kisaran ph 7-8, tetapi akan terhambat pertumbuhannya jika ph-nya kurang atau lebih dari kisaran tersebut (Suyanto, 2010) Kandungan Oksigen Terlarut Oksigen sangat penting bagi kehidupan organisme baik di darat maupun di air. Oksigen yang dibutuhkan oleh organisme di air harus dalam keadaan terlarut dalam air agar tidak mengganggu pertumbuhan organisme tersebut. Bagi ikan, oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan makanan yang akan menghasilkan energi untuk beraktifitas, berenang, pertumbuhan,

14 reproduksi, dan sebagainya. Untuk budidaya ikan, konsentrasi oksigen terlarut yang ideal yaitu sekitar 4-7 ppm (Suyanto, 2010) Suhu Suhu mempengaruhi aktivitas fisika dan kimia dalam perairan, karena suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Suhu juga mempengaruhi distribusi mineral dalam air, mempengaruhi kekentalan air, tingkat konsumsi oksigen, dan kandungan oksigen terlarut. Untuk pertumbuhan ikan suhu optimalnya yaitu o C. Jika suhunya kurang dari suhu optimalnya, maka akan terhambat pertumbuhannya (Suyanto, 2010). Laju pertumbuhan biota di dalam air juga dipengaruhi oleh suhu, karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme dan daya angkut darah. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi tingkat metabolisme organisme, sehingga semakin tinggi juga konsumsi oksigennya. Perubahan daya angkut darah disebabkan oleh perubahan suhu secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan ikan mati (Hermawan, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Menurut Saanin jilid 2 (1995), klasifikasi ikan gurami (Osphronemus gouramy) adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Excoecaria agallocha 2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha Klasifikasi tumbuhan mangrove Excoecaria agallocha menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut (Saanin,1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Phylum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Taksonomi Klasifikasi atau pengelompokkan ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2007) adalah sebagai berikut : Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh para pembudidaya karena berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Teh 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Teh (Camelia sinensis) Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Familia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa Portugis mangue dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa Portugis mangue dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Kata mangrove dalam bahasa Portugis digunakan untuk menyatakan

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

HAMA DAN PENYAKIT IKAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN I. MENCEGAH HAMA DAN PENYAKIT IKAN Hama dan penyakit ikan dapat dibedakan berdasarkan penyerangan yaitu hama umumnya jenis organisme pemangsa (predator) dengan ukuran tubuh lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari famili cyprinidae. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari famili cyprinidae. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Spesies ikan mas (Cyprinus carpio L.) masuk dalam genus cyprinus dari famili cyprinidae. Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teh (Camelia sinensis) 2.1.1 Deskripsi Teh (Camelia sinensis) Tanaman teh termasuk jenis pohon, tapi karena pemengkasan kerapkali seperti perdu dengan tinggi 5-10 m. Ujung

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas (C. carpio) menurut Saanin (1984) adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas (C. carpio) menurut Saanin (1984) adalah sebagai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Klasifikasi ikan mas (C. carpio) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat. Selain dagingnya yang enak, ikan mas juga memiliki nilai jual

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) Klasifikasi Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), menurut Trewavas (1983) dalam Suyanto (2005) sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Dalam memenuhi besarnya permintaan terhadap persediaan ikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Nila Merah Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain nila merah. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF BUDIDAYA IKAN NILA POTENSI : - daya adaptasi tinggi (tawar-payau-laut) - tahan terhadap perubahan lingkungan - bersifat omnivora - mampu mencerna pakan secara efisien

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar untuk ikan Nila merah sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) 2.1.1. Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) Ikan lele sangkuriang merupakan keturunan dari lele dumbo, yaitu hasil rekayasa genetik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo Lele dumbo adalah ikan introduksi yang didatangkan ke Indonesia tahun 1985. Lele dumbo merupakan lele hibrid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia sudah sering mengkonsumsi ikan sebagai menu lauk-pauk sehari-hari. Salah satu jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah lele dumbo.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Api-api (Avicennia marina ) Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pegagan menurut Cronquist (1981), sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pegagan menurut Cronquist (1981), sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Pegagan 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Pegagan Klasifikasi pegagan menurut Cronquist (1981), sebagai berikut: Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Magnoliphita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan yang terdiri dari rawa, sungai, danau, telaga, sawah, tambak, dan laut. Kekayaan alam ini sangat potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ikan merupakan hal yang sangat dihindari dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi pembudidaya karena ikan yang terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar. Ada beragam jenis ikan yang hidup di air tawar maupun air laut. Menurut Khairuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beluntas (Pluchea indica Less) 2.1.1 Klasifikasi Menurut Cronquist (1981) tanaman beluntas diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio Classis Ordo Familia

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal (Colossoma macropomum) berasal dari negeri Samba, Brazil. Di Negara asalnya ikan ini disebut Tambaqui. Di Amerika dan Inggris

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53, BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hasil kekayaan alam Indonesia untuk dijadikan bahan pangan karena memiliki kandungan zat gizi yang tinggi seperti protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Menurut Cronquist (1981), kedudukkan tanaman sirih merah dalam sistematika tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam famili Cyprinidae yang bersifat herbivore. Ikan ini menyebar di Asia Tenggara, di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01 6485.1 2000 yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2000), ikan

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan produk perikanan untuk kebutuhan domestik maupun ekspor semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan budidaya perikanan dengan intensif (Gardenia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Merah Nila merah (Oreochromis niloticus) didatangkan ke Indonesia awal tahun 1981 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Santoso 2000).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Meniran (Phyllanthus niruri) 2.1.1. Klasifikasi Menurut Cronquist (1981) tanaman meniran diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar produksi induk ikan lele dumbo kelas induk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012) TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa Phylum Sub Phylum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan merupakan ikan budidaya yang menjadi salah satu komoditas ekspor.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di PENDAHULUAN Latar Belakang Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di Indonesia merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hambatan yang seringkali dihadapi oleh pembudidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Kesehatan ikan menurun disebabkan lingkungan yang buruk akan menimbulkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga dapat ditemukan pada perairan payau atau muara sungai. Ikan mas tergolong jenis omnivora

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. Sebagai salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman lada dijadikan komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) 1. Klasifikasi Menurut Muktiani (2011 : hal 4), Lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui

Lebih terperinci

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) Ikan Lele dumbo (Gambar 1) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan memiliki bentuk tubuh panjang, agak bulat, kepala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi dan Taksonomi Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele dumbo (Krisnawan, 2011): Kingdom Filum Kelas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data KKP menunjukkan bahwa produksi ikan mas pada tahun 2010 mencapai 282.695 ton, dengan persentasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memiliki nilai ekonomis. Kerang ini tergolong dalam filum Mollusca makanan laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Udang windu merupakan komoditas perikanan laut yang memiliki peluang usaha cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal (domestik) dan konsumen luar negeri. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya yang banyak diminati oleh masyarakat.perkembangan dan perawatan lele dumbo yang mudah menjadi alasan

Lebih terperinci