The Study of Tapioca and Ice Water Proportion in The Making of Oyster Mushroom Meatballs. Korespodensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "The Study of Tapioca and Ice Water Proportion in The Making of Oyster Mushroom Meatballs. Korespodensi"

Transkripsi

1 KAJIAN PROPORSI TEPUNG TAPIOKA DAN AIR ES DALAM PEMBUATAN BAKSO BERBAHAN UTAMA JAMUR TIRAM The Study of Tapioca and Ice Water Proportion in The Making of Oyster Mushroom Meatballs Antonius Maranatha Lumban Gaol (1), Wignyanto (2), Arie Febrianto Mulyadi (2) (1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-UB (2) Staff Pengajar Juruan Teknologi Industri Pertanian FTP-UB Korespodensi arie_febrianto@ub.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian memperoleh proporsi optimal untuk tepung tapioka dan air es, mengetahui kandungan kimia yang meliputi kandungan karbohidrat, protein, dan air. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor, yaitu penambahan tepung tapioka (10%, 15% 20%) dan penambahan air es (10%, 15%, 20%) dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Penilaian subyektif menggunakan kuisioner uji hedonik (uji kesukaan) dengan skala skoring terhadap sifat organoleptik bakso jamur (warna, aroma, tekstur, rasa), dan untuk mendapatkan perlakuan yang terbaik menggunakan metode Index Efektivitas. Sedangkan penilaian obyektif dilakukan dengan menguji kandungan karbohidrat, protein, dan kadar air dari bakso dengan perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan proporsi tepung tapioka dan air es terbaik dalam pembuatan bakso jamur tiram yang dapat diterima oleh konsumen yaitu perlakuan dengan konsentrasi tepung tapioka sebesar 15% dan konsentrasi air es sebesar 15%. Melalui analisis ragam diketahui bahwa tidak ada pengaruh atau beda nyata penambahan tepung tapioka dan air es terhadap keempat parameter pengamatan organoleptik. Nilai rerata kandungan karbohidrat, protein, dan air berturut-turut sebagai berikut: 27,603%; 11,312% 35,13%. Kata kunci: proporsi, tepung tapioka, air es, jamur tiram, bakso ABSTRACT The research aims to obtain the optimal proportions for tapioca flour and ice water, knowing the chemical content of meatball that includes carbohydrates, protein, and water, and calculate the total cost of production process oyster mushrooms meatballs. Experimental design used is Randomized Group Design (RAK), which consists of two factors, namely the addition of tapioca starch (10%, 15% 20%) and the addition of ice water (10%, 15%, 20%) with repeated three times. Subjective assessment using hedonic test questionnaire with a scoring scale of organoleptic properties of mushroom meatballs (color, aroma, texture, taste), and to get the best treatment using Effectiveness Index method. While the objective assessment conducted by testing the content of carbohydrates, protein, and water of the meatballs which the best treatment. The results showed the best proportion of tapioca flour and ice water in making oyster mushrooms meatballs that can be accepted by consumers is treated with 15% of tapioca flour and 15% of ice water. Through analysis of various known that there is no effect or real difference that caused by addition of tapioca flour and ice water on four organoleptic parameters that observed. Average value of carbohydrate, protein, and water content are: 27,603%; 11,312%; and 35,13%. Keywords: proportion, tapioca flour, ice water, oyster mushroom, meatball

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai (preferency) oleh semua lapisan masyarakat. Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenal sebagai penghasil jamur terkemuka di dunia. Salah satu jamur yang telah dibudidayakan dan telah popular atau memasyarakat sebagai makanan dan sayuran serta banyak diperdagangkan di pasar adalah jamur tiram (Pleurotus cornucopiae atau Pleurotus sapidus, P. abalonus atau P.cystidious, P. ostreatus, P. flabellatus, P. florida, P. sayor caju atau P. pulmonaris dan Tricoloma spp) (Djarijah, 2001). Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah, 2001). Disamping kekayaan kandungan nutrisinya, jamur tiram memiliki umur simpan yang relatif pendek. Hal tersebut yang menyebabkan harga jual jamur tiram menjadi rendah jika tidak segera habis dijual. Oleh sebab itu perlu dipikirkan alternatif usaha untuk menggunakannya sebagai bahan campuran makanan. Salah satu produk makanan yang mungkin dapat diolah dengan mencampurkan jamur tiram sebagai bahan yaitu bakso. Bakso merupakan salah satu produk olahan yang disukai beragam kelompok usia, mudah proses pembuatan, serta dapat dimanfaatkan dalam berbagai olahan menu masakan. Selain itu bakso dengan bahan dasar protein nabati yaitu jamur tiram putih ini juga akan menjadi alternatif bahan pangan bagi para vegetarian yang ingin menikmati olahan pangan dalam bentuk bakso. Hal ini menjadi alasan kuat memilih bakso untuk dikembangkan dengan bahan utama jamur tiram. Bakso salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging. Dihasilkan dengan mencampur daging, garam, bawang, dan tepung tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola ping-pong sebelum dimasak dalam air mendidih (Purnomo dan Rahardiyan, 2008). Produk olahan seperti bakso cukup mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Bila ditinjau dari upaya kecukupan gizi masyarakat, bakso dapat dijadikan sebagai sarana yang tepat, karena produk ini bernilai gizi tinggi dan disukai oleh semua lapisan masyarakat (Widyaningsih dan Murtini, 2006). Kualitas bakso ditentukan oleh bahan baku serta tepung yang digunakan dan perbandingannya di dalam adonan. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kualitas bakso diantaranya adalah bahan-bahan tambahan yang digunakan serta cara memasaknya (Daniati, 2005). Pada penelitian ini diamati lebih lanjut proporsi tepung tapioka dan air es untuk menghasilkan bakso dengan karakteristik yang disukai konsumen berdasarkan beberapa parameter. Tujuan penambahan air es atau es seperti pada sosis tempe adalah untuk membentuk adonan yang baik serta menurunkan suhu selama proses pencampuran dan penggilingan. Umumnya air atau es yang ditambahkan pada pembuatan sosis sebesar pound per 100 pound daging. Penambahan air yang terlalu banyak akan menyebabkan sosis lunak, sedangkan penambahan air yang terlalu sedikit menyebabkan tekstur sosis keras (Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB b, 2002). Prinsip penggunaan air dengan suhu rendah juga digunakan pada proses pencucian daging ikan pada pembuatan surimi. Air yang digunakan mempunyai suhu rendah ( C) atau air es, karena air keran dapat merusak tekstur (akibat denaturasi/ kerusakan protein) dan mempercepat degradasi lemak (Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB c, 2002). Hal serupa diterapkan pada proses pengolahan kamaboko. Selama penanganan, penggilingan, dan pembentukan emulsi aktomiosin pada pembuatan kamaboko tidak boleh mengalami denaturasi. Oleh karena itu selama proses tersebut suhu daging

3 dipertahankan di bawah 15 0 C (Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB c, 2002). Parameter mutu bakso yang diperhatikan para pengolah maupun konsumena dalah tekstur, warna, dan rasa. Tekstur yang biasanya disukai adalah yang halus, kompak, kenyal, dan empuk. Halus dimana permukaan irisannya rata, seragam dan serta dagingnya tidak tampak. Kekenyalan bakso dapat ditentukan dengan melempar bakso ke permukaan meja dan lantai, dimana bakso yang kenyal akan memantul, sedangkan keempukan diukur dengan cara digigit, dimana bakso yang empuk akan mudah pecah (Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB a, 2002). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian, meliputi: 1. Memperoleh proporsi tepung tapioka dan air es terbaik dalam pembuatan bakso yang dapat diterima oleh konsumen. 2. Mengetahui kandungan karbohidrat, protein dan kadar air bakso jamur tiram dengan perlakuan terbaik menurut selera konsumen. Manfaat Penelitian Hasil penelitian memberi alternatif peluang usaha baru olahan jamur tiram dengan menyuguhkan informasi mengenai proporsi optimal bahan baku yang sesuai dengan selera pasar dan dilengkapi dengan hasil analisa komposisi kandungan kimia dan perhitungan biaya proses produksi. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan bakso jamur tiram, yaitu: jamur tiram putih, tepung tapioka, air es, putih telur ayam, bawang putih, bawang merah, garam, merica atau lada putih, dan gula. Sedangkan bahan yang digunakan dalam analisa kandungan karbohidrat, yaitu: HCl, Etanol, Aquades, NaOH, dan kertas saring. Bahan yang digunakan dalam analisa kandungan protein, yaitu: Na 2 SO 4 HgO : 20-1, H 2 SO 4, NaOH, MM, HCl, H 3 BO 3, Aquades. Bahan yang digunakan dalam analisa kadar air, yaitu: silika gel dan sampel bahan. Alat Peralatan yang digunakan dalam pembuatan bakso jamur tiram, yaitu: waskom, timbangan, penggiling daging, kain saring, sarung tangan plastik, alat tumbuk bumbu, timbangan digital, panci, kompor. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam analisa kandungan karbohidrat, meliputi: pendingin balik, timbangan, hot plate, erlenmeyer, corong, gelas kimia, pipet ukur, dan karet hisap. Alat-alat yang digunakan dalam analisa kandungan protein, meliputi: destruksi, labu kjeldahl, perangkat destilasi, erlenmeyer, buret, pipet ukur, gelas ukur, labu takar, statif, klem, karet hisap. Alatalat yang digunakan dalam analisa kadar air, meliputi: botol timbang, oven, desikator, mortal martil, dan alas penimbangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Warna Hasil analisa ragam terhadap tingkat kesukaan panelis berkaitan dengan warna menunjukkan bahwa konsentrasi tepung tapioka dan air es pada masingmasing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata, interaksi keduanya juga tidak memberikan pengaruh nyata (α = 0,05). Uji BNT tidak perlu dilakukan karena kedua perlakuan yang diberikan serta interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rerata nilai kesukaan panelis terhadap warna bakso jamur tiram dapat dilihat seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Warna Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Konsentrasi Tepung Tapioka Rerata Nilai Kesukaan Warna Air Es 10% 10% 3,4 10% 15% 3,6 10% 20% 3,4 15% 10% 3,8

4 15% 15% 4,2 15% 20% 3,8 20% 10% 3,6 20% 15% 3,8 20% 20% 3,4 Hasil analisa menunjukkan nilai kesukaan panelis terhadap warna bakso jamur tiram berkisar antara 3 sampai dengan 5, yaitu nilai netral sampai dengan suka sekali. Dari 45 penilaian yang diambil (9 perlakuan dan 5 panelis untuk tiap perlakuan), sebesar 44,44% menyatakan netral, 44,44% menyatakan suka, dan 11,11% menyatakan suka sekali. Hal tersebut menunjukkan bakso jamur tiram cukup dapat diterima dari segi warna. Histogram rerata nilai kesukaan panelis terhadap warna bakso jamur tiram pada berbagai penambahan tepung tapioka dan air es dapat dilihat seperti pada Gambar Rerata Nilai Kesukaan Warna 0 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Rerata Nilai Kesukaan Warna Gambar 1. Histogram Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Warna Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Aroma Hasil analisa ragam terhadap tingkat kesukaan panelis berkaitan dengan aroma menunjukkan bahwa konsentrasi tepung tapioka dan air es pada masingmasing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata, interaksi keduanya juga tidak memberikan pengaruh nyata (α = 0,05). Uji BNT tidak perlu dilakukan karena kedua perlakuan yang diberikan serta interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rerata nilai kesukaan panelis terhadap aroma bakso jamur tiram dapat dilihat seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Aroma Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Konsentrasi Rerata Nilai Air Tepung Tapioka Kesukaan Aroma Es 10% 10% 2,6 10% 15% 3,0 10% 20% 2,8 15% 10% 3,2 15% 15% 3,6 15% 20% 3,6 20% 10% 3,2 20% 15% 3,4 20% 20% 3,2 Hasil analisa menunjukkan nilai kesukaan panelis terhadap aroma bakso jamur tiram berkisar antara 2 sampi dengan 4, yaitu nilai tidak menyukai sampai dengan suka. Dari 45 penilaian yang diambil (9 perlakuan dan 5 panelis untuk tiap perlakuan), sebesar 11,11% menyatakan tidak suka, 60% menyatakan netral, dan 28,89% menyatakan suka. Hal tersebut menunjukkan bakso jamur tiram masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk mendapatkan aroma yang lebih disukai. Histogram rerata nilai kesukaan panelis terhadap aroma bakso jamur tiram pada berbagai penambahan tepung tapioka dan air es dapat dilihat seperti pada Gambar Rerata Nilai Kesukaan Aroma 0 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Rerata Nilai Kesukaan Aroma Gambar 2. Histogram Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Aroma Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Tekstur Hasil analisa ragam terhadap tingkat kesukaan panelis berkaitan dengan tekstur menunjukkan bahwa konsentrasi tepung tapioka dan air es pada masingmasing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata, interaksi keduanya juga tidak memberikan pengaruh nyata (α = 0,05). Uji BNT tidak perlu dilakukan karena kedua perlakuan yang diberikan serta interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata.

5 Rerata nilai kesukaan panelis terhadap tekstur bakso jamur tiram dapat dilihat seperti pada Tabel 3. Hasil analisa menunjukkan nilai kesukaan panelis terhadap tekstur bakso jamur tiram berkisar antara 2 sampai dengan 5, yaitu nilai tidak menyukai sampai dengan suka sekali. Dari 45 penilaian yang diambil (9 perlakuan dan 5 panelis untuk tiap perlakuan), sebesar 13,33% menyatakan tidak suka, 35,56% menyatakan netral, 26,67% menyatakan suka, dan 24,44% menyatakan suka sekali. Hal tersebut menunjukkan bakso jamur tiram cukup disukai dari segi tekstur. Histogram rerata nilai kesukaan panelis terhadap tekstur bakso jamur tiram pada berbagai penambahan tepung tapioka dan air es dapat dilihat seperti pada Gambar 3. Tabel 3. Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Konsentrasi Tepung Tapioka Rerata Nilai Kesukaan Tekstur Air Es 10% 10% 2,4 10% 15% 3,4 10% 20% 2,8 15% 10% 4,4 15% 15% 4,6 15% 20% 4,4 20% 10% 4,0 20% 15% 3,6 20% 20% 3,0 Rerata Nilai Kesukaan Tekstur A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Rerata Nilai Kesukaan Tekstur Gambar 3. Histogram Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Rasa Hasil analisa ragam terhadap tingkat kesukaan panelis berkaitan dengan rasa menunjukkan bahwa konsentrasi tepung tapioka dan air es pada masingmasing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata, interaksi keduanya juga tidak memberikan pengaruh nyata (α = 0,05). Uji BNT tidak perlu dilakukan karena kedua perlakuan yang diberikan serta interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rerata nilai kesukaan panelis terhadap rasa bakso jamur tiram dapat dilihat seperti pada Tabel 4. Hasil analisa menunjukkan nilai kesukaan panelis terhadap rasa bakso jamur tiram berkisar antara 2 sampai dengan 5, yaitu nilai tidak menyukai sampai dengan suka sekali. Dari 45 penilaian yang diambil (9 perlakuan dan 5 panelis untuk tiap perlakuan), sebesar 22,22% menyatakan tidak suka, 55,56% menyatakan netral, 15,56% menyatakan suka, dan 6,67% menyatakan suka sekali. Hal tersebut menunjukkan bakso jamur tiram cukup disukai dari segi rasa, namun tetap membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan nilai kesukaan. Histogram rerata nilai kesukaan panelis terhadap rasa bakso jamur tiram pada berbagai penambahan tepung tapioka dan air es dapat dilihat seperti pada Gambar 4. Tabel 4. Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Rasa Bakso Jamur Tiram pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Konsentrasi Tepung Tapioka Rerata Nilai Kesukaan Rasa Air Es 10% 10% 2,8 10% 15% 3,0 10% 20% 2,8 15% 10% 3,4 15% 15% 3,4 15% 20% 3,4 20% 10% 3,0 20% 15% 3,0 20% 20% 2,8 Rerata Nilai Kesukaan Rasa 0 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 Rerata Nilai Kesukaan Rasa Gambar 4. Histogram Rerata Nilai Kesukaan Panelis terhadap Rasa Bakso Jamur Tiram

6 pada Berbagai Penambahan Tepung Tapioka dan Air Es Analisa ragam yang dilakukan terhadap 4 parameter organoleptik, yaitu warna, aroma, tekstur, dan rasa menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung tapioka dan air es dengan persentase berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penilaian atau tingkat kesukaan panelis yang mewakili konsumen pada umumnya. Sedangkan pada hipotesa penelitian disebutkan bahwa, diduga perbandingan proporsi tepung tapioka dan air es berpengaruh terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa dari bakso jamur tiram yang berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis. Kedua pernyataan bertentangan, atau dapat dikatakan bahwa hipotesa tidak terbukti. Hal tersebut dapat disebabkan 2 hal berikut. Pertama, rentang persentase penambahan masingmasing perlakuan yang kecil yaitu 10%, 15% dan 20%. Kedua, skala produksi yang kecil, yaitu 100 gram bahan baku (jamur tiram). Perbedaan penambahan tepung tapioka dan air es dapat berpengaruh terhadap keempat parameter organoleptik, namun perbedaan tersebut relatif kecil atau sedikit, jadi panelis tidak menangkap perbedaan nyata antar perlakuan. Melalui penelitian diketahui hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa secara umum keempat parameter, yaitu warna, aroma, tekstur dan rasa masih dinilai netral. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panelis belum banyak yang suka atau sangat suka, hanya menilai biasa atau rata-rata, bahkan persentase tidak suka cukup besar untuk parameter rasa. Seperti pada penelitian Suradi (2009) yang mencoba membandingkan tingkat kesukaan panelis terhadap bakso dari berbagai jenis daging, diketahui bahwa rasa, bau dan kekenyalan bakso dari daging sapi dan domba lebih disukai dibandingkan dengan bakso dari daging ayam dan kelinci. Ada dugaan yang kuat bahwa adanya faktor kebiasaan panelis dalam mengkonsumsi bakso menyebabkan bakso sapi lebih disukai, demikian pula karakteristik sifat fisik daging yang berbeda setiap jenis ternak akan mempengaruhi baso yang dihasilkan. Hal serupa juga terjadi pada pembuatan bakso dengan bahan dasar jamur tiram ini. Pemilihan Perlakuan Terbaik Penilaian organoleptik dilakukan dengan membagi kuisioner pada 5 orang panelis ahli. Panelis ahli yang dipilih, meliputi: 4 orang pengusaha bakso dan 1 orang akademisi. Pengusaha bakso dan akademisi yang dipilih menjadi panelis ahli semuanya berdomisili di kota Malang. Akademisi yang dipilih yaitu seorang guru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga swasta di kota Malang. Pada penilaian organoleptik dengan metode uji kesukaan (hedonic scale) untuk dapat mengetahui perlakuan terbaik berdasarkan selera konsumen, data yang didapat dari kuisioner kemudian dianalisa dengan menggunakan indeks efektivitas. Perlakuan dengan NP total tertinggi merupakan perlakuan terbaik berdasarkan selera konsumen. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa bobot nilai untuk masing-masing kriteria, yaitu: 0,12 untuk warna, 0,22 untuk aroma, 0,26 untuk tekstur, dan 0,4 untuk rasa. Bobot ditentukan dari kepentingan masing-masing kriteria. Bobot 1 untuk kriteria yang dinilai kurang penting. Bobot 2 untuk kriteria yang dinilai cukup penting. Bobot 3 untuk kriteria yang dinilai penting. Bobot 4 untuk kriteria yang dinilai sangat penting. Nilai NP untuk kriteria warna tertingi yaitu 0,179 dari perlakuan A 2 B 2. Sedangkan NP untuk kriteria warna terendah yaitu 0 dari perlakuan A 1 B 1, A 1 B 3, dan A 3 B 3. Nilai NP untuk kriteria aroma tertingi yaitu 0,286 dari perlakuan A 2 B 2 dan A 2 B 3. Sedangkan NP untuk kriteria aroma terendah yaitu 0 dari perlakuan A 1 B 1. Nilai NP untuk kriteria tekstur tertingi yaitu 0,179 dari perlakuan A 2 B 2. Sedangkan NP untuk kriteria tekstur terendah yaitu 0 dari perlakuan A 1 B 1. Nilai NP untuk kriteria rasa tertingi yaitu dari perlakuan A 2 B 1, A 2 B 2, dan A 2 B 3. Sedangkan NP untuk kriteria rasa terendah yaitu 0 dari perlakuan A 1 B 1, A 1 B 3, dan A 3 B 3. Nilai NP total tertingi yaitu 1 dari perlakuan A 2 B 2. Sedangkan NP total terendah yaitu 0 dari perlakuan A 1 B 1.

7 Analisa Kandungan Kimia Bakso jamur tiram dengan perlakuan terbaik hasil penilaian panelis, yaitu A 2 B 2 kemudian diuji kandungan kimianya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa kandungan dalam bakso jamur tiram untuk kemudian dibandingkan dengan standar bakso yang telah ada sebelumnya, yaitu bakso daging sapi dan bakso ikan. Kandungan kimia yang diuji, meliputi: karbohidrat, protein, dan air. Kadar Karbohidrat Hasil analisa untuk perlakuan A 2 B 2 menunjukkan kadar karbohidrat bakso jamur tiram sebesar 27,125% untuk ulangan pertama, 27,543% untuk ulangan kedua, dan 28,141% untuk ulangan ketiga. Kadar karbohidrat terendah diperoleh pada ulangan pertama yaitu sebesar 27,125%, sedangkan kadar karbohidrat tertinggi diperoleh pada ulangan ketiga yaitu sebesar 28,141%. Rerata kadar karbohidrat untuk perlakuan A 2 B 2 yaitu sebesar 27,603%. Kadar karbohidrat tidak ditetapkan dalam SNI (SNI untuk Bakso Daging), sehingga tidak ada standar khusus untuk kandungan karbohidrat dalam bakso. Kadar Protein Hasil analisa untuk perlakuan A 2 B 2 menunjukkan kadar protein bakso jamur tiram sebesar 11,511% untuk ulangan pertama, 11,247% untuk ulangan kedua, dan 11,177% untuk ulangan ketiga. Kadar protein terendah diperoleh pada ulangan ketiga yaitu sebesar 11,177%, sedangkan kadar protein tertinggi diperoleh pada ulangan pertama yaitu sebesar 11,511%. Rerata kadar protein untuk perlakuan A 2 B 2 yaitu sebesar 11,312%. Kadar protein yang ditetapkan SNI (SNI untuk Bakso Daging) adalah minimal 9,0% b/b. Dengan demikian kadar protein bakso jamur tiram untuk perlakuan A 2 B 2 memenuhi standar. Kadar Air Hasil analisa untuk perlakuan A 2 B 2 menunjukkan kadar air bakso jamur tiram sebesar 35,167% untuk ulangan pertama, 35,465% untuk ulangan kedua, dan 36,508% untuk ulangan ketiga. Kadar air terendah diperoleh pada ulangan pertama yaitu sebesar 35,167%, sedangkan kadar air tertinggi diperoleh pada ulangan ketiga yaitu sebesar 36,508%. Rerata kadar air untuk perlakuan A 2 B 2 yaitu sebesar 35,713%. Kadar air yang ditetapkan SNI adalah maksimal 70% b/b. Dengan demikian kadar air bakso jamur tiram untuk perlakuan A 2 B 2 memenuhi standar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Proporsi tepung tapioka dan air es terbaik dalam pembuatan bakso jamur tiram yang dapat diterima oleh konsumen yaitu pada konsentrasi tepung tapioka sebesar 15% dan konsentrasi air es sebesar 15%. Melalui analisis ragam diketahui bahwa tidak ada pengaruh atau beda nyata penambahan tepung tapioka dan air es terhadap keempat parameter pengamatan organoleptik, yaitu: warna, aroma, tekstur, dan rasa. 2. Nilai rerata kandungan karbohidrat, protein, dan air dalam bakso jamur dengan proporsi tepung tapioka 15% dan air es 15%, berturut-turut sebagai berikut: 27,603%; 11,312%; dan 35,713%. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan proporsi yang dapat meningkatkan kesukaan konsumen terutama berkaitan dengan aroma dan rasa. DAFTAR PUSTAKA Anonymous Penggunaan Jamur Tiram sebagai Substitusi Bakso Daging Kelinci. Diakses 14 Juli Daniati, Tristeza Pembuatan Bakso Ikan Cucut dengan Bahan Tambahan Jenis Tepung yang Berbeda. Universitas Negri Semarang. Semarang

8 Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pengolahan Pangan Tepung Tapioka. Diakses 8 Nopember 2010 Djarijah, Nunung M. dan Abbas Siregar Djarijah Budidaya Jamur Tiram: Pembibitan Pemeliharaan dan Pengendalian Hama-Penyakit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB a Bakso Daging. Jurnal Teknologi Pangan dan Agroindustri, Volume 1, Nomor 6 Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB b Sosis Tempe. Jurnal Teknologi Pangan dan Agroindustri, Volume 1, Nomor 12 Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB c Surimi dan Kamaboko. Jurnal Teknologi Pangan dan Agroindustri, Volume 1, Nomor 3 Purnomo, H. dan Rahardiyan, D Bakso (Traditional Indonesian Meatball) Properties with Postmortem Condition and Frozen Storage. International Food Research Journal 15(2): (2008) Suradi, Kusmajadi Tingkat Kesukaan Bakso dari Berbagai Jenis Daging melalui Beberapa Pendekatan Staistik. Jurnal Universitas Padjajaran. Volume 9, Nomor 11 Wibowo, S Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya. Jakarta Widyaningsih, T. D. dan E. S. Murtini Alternatif Pengganti Formalin pada Produk Pangan. Trubus Agrisarana. Surabaya

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan produk pangan olahan yang disukai oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua. Dengan demikian, pembuatan bakso dapat

Lebih terperinci

Kajian Proporsi Pembuatan Bakso Berbahan Utama Jamur Kancing ( Agaricus bitorquis )

Kajian Proporsi Pembuatan Bakso Berbahan Utama Jamur Kancing ( Agaricus bitorquis ) Kajian Proporsi Pembuatan Bakso Berbahan Utama Jamur Kancing ( Agaricus bitorquis ) The Study Proportion in The Making of button mushrooms meatballs (Agaricus bitorquis) Oleh: Wirangga Indra Kusuma Aviantara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada Bulan April sampai Juli 2014. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Che-Mix Pratama,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN DAGING BAKSO Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman REFERENSI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA KAJIAN PROPORSI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG UBI JALAR KUNING SERTA KONSENTRASI GLISERIL MONOSTEARAT (GMS) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MUFFIN SKRIPSI OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA (6103006001)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Ayam Bakso merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging. Dihasilkan dengan mencampur daging, garam, bawang, dan tepung tapioka menjadi adonan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Jamur

Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Jamur Jurkessia, Pengaruh Vol. Proporsi IV, No. 2, Maret 2014 Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Nany Kandungan Suryani, dkk. Protein, Kalsium dan Daya Terima Bakso Effect Of Proportion Of Oyster Mushrooms

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia ternyata sampai sekarang konsumsi protein kita masih bisa dikatakan kurang, terutama bagi masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai Juli 2015. Pembuatan jenang dilakukan di Laboratorium Benih-UKSW dan analisis kandungan gizi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi Masalah (1.2.), Maksud dan Tujuan Penelitian (1.3.), Manfaat Penelitian (1.4.), Kerangka Pemikiran (1.5.), Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

The, Kevin Ciandra T. NRP 6103009136. Pengaruh Proporsi Tapioka dan Tepung Jagung terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Kerupuk Jagung. Di bawah bimbingan: 1. Ir. Indah Kuswardani, MP. 2. Erni Setijawati,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR Sarah Mayang Surgawi, Wendry Setyadi Putranto, dan Kusmajadi Suradi Fakultas

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 97 104 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TINGKAT KEKENYALAN, DAYA MENGIKAT AIR, KADAR AIR, DAN KESUKAAN PADA BAKSO DAGING SAPI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di III. MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. 3.2.

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA (Effect of Addition of Palm Sugar and Heating Temperature on Organoleptic and Quality of Coconut Water

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. 3.1. Materi Materi yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS (Channa striata) Dewi Farah Diba Program Studi Budidaya Peraiaran STITEK

Lebih terperinci

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI OLEH: MARCELIA LEMBONO 6103008014 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN THE FORMULATION OF DESICCATED COCONUT BISCUITS BY ROASTING AND WITHOUT ROASTING Yanti Meldasari Lubis 1*), Satriana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea canaliculata) dan tepung paku air (Azolla pinnata) terfermentasi terhadap produktivitas,

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal DOI: 10.17969/jtipi.v6i2.2065 http://jurnal.unsyiah.ac.id/tipi Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI OLEH: NATHANIA CHRISTINE PITONO NRP. 6103011018 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, sementara pengujian mutu gizi dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN PATI BIJI DURIAN (DURIOZIBETHINUSMURR) TERHADAP KUALITAS KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM Effect of Durian Seed Starch Addition (DuriozibethinusMurr) on Chemical Qualities and Organoleptic

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT The Quality Evaluation of Banana s Heart and Fish Sausage Meatball as Rich Fiber Food Eko Pradana (0806121142) Shanti Fitriani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN Combination Cassava Flour with Sago Starch to Quality of Banana s Heart and Fish MeatBall Dyah Ayu Ariani (0906121514)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan

Lebih terperinci

[EDIBLE V - 1 : 1 7, Juli 2016Type text] [Type text] [Type text] ISSN

[EDIBLE V - 1 : 1 7, Juli 2016Type text] [Type text] [Type text] ISSN MEMPELAJARI SIFAT FISIKA KIMIA BAKSO JAMUR DENGAN PERSENTASE JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus Jacq) DAN TEPUNG TAPIOKA Suarmi Handayani, Dasir, Ade Vera Yani Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG Devy Nur Afiah 123020120 Pembimbing Utama :Dr. Tantan Widiantara,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bakso merupakan salah satu olahan daging secara tradisional, yang sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki rasa yang khas, enak,

Lebih terperinci

Pembuatan Bakso Ikan Toman (Channa micropeltes)

Pembuatan Bakso Ikan Toman (Channa micropeltes) Pembuatan Bakso Ikan Toman (Channa micropeltes) Making Meatball of Toman Fish (Channa micropeltes) Restu Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya E-mail : bakrierestu@yahoo.co.id Diterima :

Lebih terperinci

3 METODOLOGI Penelitian pendahuluan

3 METODOLOGI Penelitian pendahuluan 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2011. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan dan Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN Oleh Josua naibaho 1), Ira sari 2), Suparmi 2) Email: chuajion@yahoo.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk pangan semakin meningkat, sehingga berdampak pada peningkatan permintaan pangan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI OLEH: BERNADETTE MAUREEN SOEWANDI 6103008100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 07 OF EFFECT ADDITIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi 1 I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1,6.) Hipotesis

Lebih terperinci

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan. MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG PROPOSAL SKRIPSI OLEH : TANYA WIJAYA 6103006040 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bakso adalah makanan dari olahan daging yang populer dan digemari semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, dari 48,9

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dengan pengujian organoleptik dan uji lipat dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI

PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH DAN PENAMBAHAN SANTAN TERHADAP MUTU ABON JAMUR TIRAM

PENGARUH PERBANDINGAN GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH DAN PENAMBAHAN SANTAN TERHADAP MUTU ABON JAMUR TIRAM PENGARUH PERBANDINGAN GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH DAN PENAMBAHAN SANTAN TERHADAP MUTU ABON JAMUR TIRAM SKRIPSI OLEH : WINDA WIDYASTUTI 120305028 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti protein 45,11% (db), vitamin dan mineral. Dari segi kesehatan, konsumsi daging yang berlebihan tidak disarankan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi tepung kaki ayam broiler terhadap ketebalan kerabang, kadar protein dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 295 300 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KADAR PROTEIN DAN KEEMPUKAN NUGGET AYAM DENGAN BERBAGAI LEVEL SUBSTITUSI HATI AYAM BROILER

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN DADA SKRIPSI

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN DADA SKRIPSI PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN DADA SKRIPSI OLEH: DEBBY NATALLIA (6103007066) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program studi pendidikan biologi Disusun oleh: Arif Rachmad Hakim A420100085 PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Waktu dan Tempat Tempat penelitian untuk pembuatan kue

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL 1 KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010 PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL TERHADAP KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK BISKUIT (The Influence of Addition of Rice Bran to Protein Consentration and Organoleptic Characteristic) Mita Wulandari dan Erma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis kadar protein, viskositas, dan sifat organoleptik.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 3.2.Alat dan Bahan

Lebih terperinci

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG KEDELAI : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG KEDELAI : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG KEDELAI : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI OLEH : REVITA LINTANG KUSNAWA 6103007084 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Chemical Properties and Palatability of Chicken Nugget Using Difference Type and Concentration of

Lebih terperinci

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN EFFECT OF FORTIFICATION BLUE GREEN ALGAE (Spirulina) ON MACARONI catfish

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 11 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2012 dan bertempat di beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap orang. Berbagai produk olahan pangan baik pangan nabati maupun hewani beredar luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, CV. An-

Lebih terperinci

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Effect of Manila Duck Meat and Cassava Powder on Chemical Composition and Organoleptic Properties

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan 14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci