PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK (GL-2011)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK (GL-2011)"

Transkripsi

1 PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK (GL-2011) 2013 LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU TEKNIK KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2 Contents BAB 1 PENDAHULUAN Definisi dan Ruang Lingkup Cabang Ilmu dalam Geologi... 5 BAB 2 KRISTAL DAN MINERAL Definisi Pengenalan Mineral Sifat-sifat Mineral... 7 Bentuk Kistal dan Perawakan (Crystal Habit)... 7 Warna dan Gores (Streak) Kilap (Luster) Belahan (Cleavage) Kekerasan (Hardness) Densitas (Specific Gravity) Transparansi (Transparency) Keliatan (Tenacity) Reaksi dengan asam Klasifikasi Mineral Mineral Silikat Mineral Silikat Gelap Mineral Silikat Terang Mineral Non Silikat Mineral Non Logam Praktikum BAB 3 2. BATUAN BEKU Batuan Asal Kejadian Batuan Beku Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku Pengenalan Batuan Beku Komposisi Mineral Tekstur Klasifikasi Batuan Beku Praktikum BAB 4 BATUAN SEDIMEN Kejadian Batuan Sedimen Tekstur Batuan Sedimen Besar butir (grain size) Pemilahan (Sorting) Kebundaran (roundness) Kemas (Fabric) Porositas Semen dan Masa Dasar Struktur Sedimen Komposisi Batuan Sedimen Kwarsa... 46

3 Kalsit Lempung Fragmen-fragmen batuan Klasifikasi Batuan Sedimen Golongan detritus/klastik Golongan karbonat Golongan evaporit Golongan Batubara Golongan silika BAB 5 BATUAN METAMORFIK Kejadian Batuan Metamorf Jenis metamorfisme Tekstur batuan metamorf Struktur batuan metamorf Berfoliasi Tak berfoliasi Klasifikasi BAB 6 PETA TOPOGRAFI Peta Topografi Garis kontur & karakteristiknya Skala Peta Cara membuat peta topografi Penampang Topografi Analisa Peta Topografi Foto Udara BAB 7 FOSIL Fosil Kegunaan Fosil Taxonomi Umur Geologi BAB 8 7. PETA GEOLOGI Pengertian dan Kegunaan Penyebaran batuan pada peta Jurus dan kemiringan lapisan batuan Hubungan kedudukan lapisan dan topografi Cara penulisan kedudukan lapisan Simbol pada peta dan tanda litologi BAB 9 PERLAPISAN Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen Prinsip Superposisi Prinsip perlapisan sejajar dan kesamaan waktu Prinsip kesinambungan Keselarasan dan bukan keselarasan Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) Hubungan antar satuan batuan dan struktur BAB 10 STRUKTUR GEOLOGI

4 10.1 Struktur geologi Kekar (Joint) Sesar (Fault) Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan sesar Klasifikasi Sesar Lipatan Beberapa istilah pada struktur lipatan ***

5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Kata geologi berasal dari kata latin, gea berarti bumi, dan logos berarti ilmu. Geologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman tentang bumi. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi sebagai obyek utama, dan sebagian besar berhubungan dengan bagian terluar dari bumi yaitu kerak bumi. Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil; tidak hanya sebagai obyek, tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah pembentukannya. Geologi juga mempelajari dan menjelaskan gambaran fisik serta proses yang berlangsung dipermukaan dan dibawah permukaan bumi, pada saat sekarang dan juga pada masa lalu. Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari kesemuanya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan sebagai penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta menjelaskan kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi. 1.2 Cabang Ilmu dalam Geologi Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup sangat luas, yang didalam pengkajiannya lebih dalam berkembang sebagai cabang ilmu yang bersifat lebih khusus dan terinci. Beberapa cabang ilmu geologi antara lain: Petrologi, adalah studi tentang batuan, asal mula kejadiannya, terdapatnya, serta penjelasan lingkungan pembentukannya. Disiplin ini akan berhubungan dengan studi tentang mineral (mineralogi) dan bentuk-bentuk kristal dari mineral (kristalografi). Stratigrafi, adalah studi tentang urutan perlapisan pada batuan, membahas tentang hubungannya dan proses-proses sedimentasinya (sedimentologi) serta sejarah perkembangan cekungan sedimentasinya. Paleontologi, adalah studi tentang fosil dan aspek kehidupan purba yang terekam di dalam batuan. Studi ini akan membahas tentang lingkungan pembentukan batuan, umur relatif, serta menjelaskan keadaan dan proses yang terjadi pada masa lalu (paleogeografi). Geologi struktur, adalah studi tentang bentuk batuan dan kerak bumi, sebagai hasil dari proses perubahan (deformasi) akibat tektonik, yaitu proses gerak yang terjadi didalam bumi. Didalam perkembangannya, geologi sebagai dasar dari ilmu kebumian, sangat berhubungan dengan ilmu dasar yang lain yaitu ilmu-ilmu fisika dan kimia. Geofisika adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat fisika dari bumi, mempelajari parameter fisika, menerapkan hukum dan teori fisika untuk menjelaskan tentang proses yang

6 terjadi di bumi. Demikian pula Geokimia, beberapa sifat kimia dari batuan dan kerak bumi dipelajari lebih lanjut dengan prinsip dan teori kimia untuk dapat menjelaskan proses kejadiannya. Selain itu geologi berhubungan dengan ilmu sebagai dasar ilmu terapan, misalnya: dibidang pertambangan (Geologi pertambangan), perminyakan (Geologi Minyak), teknik sipil (Geologi Teknik), hidrologi (Hidrogeologi), lingkungan (Geologi Lingkungan) dan sebagainya.

7 BAB 2 KRISTAL DAN MINERAL 2.1 Definisi Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya. Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan. Mineral-mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati bagian terbesar di bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon (Si), Aluminium (AL), Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium (Mg). 2.2 Pengenalan Mineral Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya. Sebagai contoh, garam dapur halite (NaCl) dapat dengan mudah dirasakan. Komposisi kimia seringkali tidak cukup untuk menentukan jenis mineral, misalnya mineral grafit (graphite) dan intan (diamond) mempunyai satu komposisi yang sama yaitu karbon (C). Mineral-mineral yang lain dapat terlihat dari sifat fisik seperti bentuk kristal, sifat belahan atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana seperti pisau atau potongan gelas dengan mudah diuji kekerasannya. Mineral dapat dipelajari dengan seksama dengan memerikan dari bentuk potongan (hand specimen) dari mineral, atau batuan dimana dia terdapat, dengan menggunakan lensa pembesar (hand lens/loupe), dan mengujinya dengan alat lain, seperti pisau, kawat baja, potongan gelas atau porselen dan cairan asam (misalnya HCL). Mineral juga dipelajari lebih lanjut sifat fisik dan sifat optiknya dalam bentuk preparat sayatan tipis (thin section) dengan ketebalan 0,03 mm, dibawah mikroskop polarisasi. 2.3 Sifat-sifat Mineral Bentuk Kistal dan Perawakan (Crystal Habit) Suatu kristal dibatasi permukaan (sisi kristal) yang mencerminkan struktur dalam dari mineral. Bentuk kristal merupakan kumpulan dari sisi-sisi yang membentuk permukaan luar kristal. Sifat simetri kristal adalah hubungan geometri antara sisi-sisinya, yang merupakan karakteristik dari tiap mineral. Satu mineral yang sama selalu menunjukkan hubungan menyudut dari sisi-sisi kristal yang disebut sebagai sudut antar sisi (constancy of interfacial angles), yang merupakan dasar dari sifat simetri. Bentuk kristal ditentukan berdasarkan sifat-sifat simetrinya yaitu, bidang simetri dan sumbu simetri.

8 Dikenal tujuh bentuk kristal (Gambar 2.1) yaitu; Kubus (Cubic), Tetragonal, Ortorombik (Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin (Triclinic), Hexagonal dan Trigonal. Gambar 2.1 Karakteristik dari bentuk kristal dan beberapa contohnya.

9 Beberapa mineral umumnya berupa bentuk kristal (Gambar 2.2 dan Gambar 2.3) yang terdiri dari kristal tunggal atau rangkaian kristal, yang dikenal istilahnya sebagai perawakan (crystal habit). Gambar 2.2 Beberapa contoh perawakan Kristal

10 Gambar 2.3 Beberapa contoh perawakan Kristal

11 Warna dan Gores (Streak) Warna dari mineral adalah warna yang terlihat di permukaan yang bersih dan sinar yang cukup. Suatu mineral dapat berwarna terang, transparan (tidak berwarna atau memperlihatkan warna yang berangsur atau berubah). Warna sangat berariasi, umumnya karena perbedaan kompisisi kimia atau pengotoran pada mineral. Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila mineral digoreskan pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna goresan. Untuk mineral-mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk. Kilap (Luster) Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan mineral. Ini akan tergantung pada kwalitas fisik permukaan (kehalusan dan trasparansi). Belahan (Cleavage) Tabel 2.1 Beberapa istilah kilap mineral Metallic (logam) Seperti logam terpoles digunakan untuk pemerian mineral bijih Dull (tanah) buram seperti tanah Vitrous (kaca) seperti pecahan kaca terutama untuk mineral silikat Resinous (minyak) berminyak Silky (sutera) seperti serat benang, sejajar permukaan Pearly (mutiara) seperti mutiara Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan ini umumnya sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan diperikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa bentuk belahan ditunjukkan pada Gambar 2.4 Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau mineral tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut sebagai rekahan (fracture). Beberapa sifat rekahan karakteristik, misalnya pada kwarsa membentuk lengkungan permukaan yang kosentris (conchoidal fracture). Beberapa istilah lain adalah, serabut (fibrous) pada asbes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty, pada mineral yang lunak misalnya kaolinit. Kekerasan (Hardness) Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini ditentukan dari dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak diketahui denga mineral lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala kekerasan relatif dari mineralmineral, dari yang paling lunak hingga yang paling keras. Untuk pemakaian praktis,

12 dapat digunakan kuku (± 2,5), jarum tembaga (± 3,5), pisau silet (5-5,5), pecahan kaca (± 5,5) dan kawat baja dengan kekerasan (± 6,5). Gambar 2.4 Beberapa pemerian pada bidang belahan.

13 Tabel 2.2 Skala Kekerasan Mohs 10 Diamond (Intan) 9 Corundum (korundum) 8 Topaz 7 Quartz (Kwarsa) 6,5 > Kawat baja 6 Felspar 5,5 > Kaca 5-5, 5 > Pisau silet 5 Apathite (Apatit) 4 Fluorite (Fluorit) 3,5 > Jarum tembaga 3 Calcite (Kalsit) 2,5 > Kuku 2 Gypsum (Gips) 1 Talc (Talk) Densitas (Specific Gravity) Densitas mineral dapat diukur dengan sederhana di labolatorium bila kristal tersebut tidak terlalu kecil. Hubungan ini dinyatakan sebagai berikut : Spesific Gravity (SG) = W 1 / (W 1 - W 2 ) W 1 = berat butir mineral di udara W 2 = berat butir mineral di dalam air Dilapangan agak sulit menentukan dengan pasti biasanya dengan perkiraan; berat, sedang atau ringan. Beberapa mineral yang dapat dipakai sebagai perbandingan misalnya : - Silikat, Karbonat, Sulfat, dan Halida SG berkisar antara 2,2-4,0. - Bijih logam, termasuk Sulfida, dan Oksida berkisar antara 4,5-7,5. - Native elemen (logam), Emas dan Perak umumnya termasuk logam berat. Transparansi (Transparency) Transparansi merupakan kemampuan (potongan pipih) mineral untuk meneruskan cahaya. Suatu obyek terlihat jelas melalui cahaya yang menembus potongan mineral yang transparan. Bila obyek tersebut terlihat secara samar, dipakai istilah transculent.

14 Transparent Sub-transparent Transculent Sub-translucent Opaque Tabel 2.3 Derajat Transparansi obyek terlihat jelas obyek sulit terlihat obyek tak terlihat, sinar masih menembus kristal. sinar diteruskan hanya pada tepi kristal sinar tidak tembus. Keliatan (Tenacity) Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Beberapa istilah untuk memerikan sifat ini seperti pada berikut; Brittle (tegar) Elastic (lentur) Flexible (liat) Malleable Sectille Ductille Tabel 2.4 Istilah pemerian Keliatan mineral. mudah hancur/pecah dapat dibentuk, dapat kembali keposisi semula dapat dibetuk, tidak kembali ke posisi semula dapat dibelah menjadi lembaran dapat dipotong dengan pisau dapat dibentuk menjadi tipis Reaksi dengan asam Beberapa mineral akan bereaksi bila ditetesi dengan asam hidroklorit (HCl). Pada kalsit terbentuk gelembung-gelembung CO 2, dan pada beberapa sulfida bijih terbentuk H 2 S. Sifat lain untuk beberapa mineral misalnya rasa (taste), sifat refraksi ganda, dan sifat kemagnetan. Dalam pengenalan mineral sering digunakan asosiasi mineral untuk mengenal jenis mineral yang lain. Beberapa mineral dapat bersamaan, dan adakalanya tidak pernah ditemukan dengan mineral lain. 2.4 Klasifikasi Mineral Mineral Silikat Mineral silikat merupakan bagian terbesar dari mineral pembentuk batuan. Mineral ini merupakan kombinasi unsur-unsur utama yang terdapat di bumi ; O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg. Perbedaan yang mudah dapat dilihat dari contoh potongan dari dua mineral dalam batuan adalah warna, yaitu terang dan gelap. Pengelompokan sederhana ini merupakan dasar yang berguna, karena terdapat hubungan empiris antara warna, kompisisi mineral, serta peranan individu dalam kristalisasi dan pembentukan batuan. Mineral Silikat Gelap Kelompok mineral ini umumnya memiliki kilap vitrous sampai dull, sifat -sifatnya diringkas dalam tabel berikut:

15 Tabel 2.5 Sifat fisis Mineral Silikat Gelap Mineral Warna SG H Belahan Olivine (Olivin) hijau (gelap) 3,5 +6,5 1 Buruk Pyroxene (piroksen) hitam-coklat 3,3 5,5 2 Hornblende hitam 3,3 5,5 2 Biotit coklat 3,0 2,5 1 sempurna Garnet merah (coklat) 3,5 7 tidak ada Olivin ((Mg, Fe) K2SiO4) adalah mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi, mengkristal paling awal. Dalam batuan seringkali dijumpai tidak sempurna karena pelarutan oleh magma sekitarnya sebelum pemadatan selesai. Pengaruh kandungan air yang cukup besar setelah atau saat konsolodasi menyebabkan olivin ber-alterasi ke serpentin. Serpentin berwarna hijau, SG = 2,6, H = 3,5, pembentukannya melibatkan pembesaran volume dari olivin asalnya, sehingga pada beberapa batuan basa seringkali timbul retakan-retakan dan melemahkan struktur batuan. Kehadiran serpentin merubah sifat fisis batuan beku yang banyak mengandung olivin. Beberapa batuan yang baik untuk pelapis jalan (dolerit, basalt, gabro) yang mengandung olivin, dan derajat altrasinya sebaiknya diperiksa. Piroksen (X2Y2 O6) dengan X : Ca, Fe atau Mg, dan Y : Si atau Al. Mineral ini banyak jenisnya yang terpenting dalam batuan beku adalah Augit. Augit mengandung silika dengan presentasi relatif rendah, seringkali terdapat bersamaan dengan olivin. Pengaruh air menyebabkan alterasi menjadi Khlorit (chlorite), mineral yang mirip dengan serpentin. Mineral-mineral ini jarang pada batuan sedimen, umum merupakan mineral batuan Metamorf. Hornblende (X2-3 Y5 Z8 O22 (OH)2) dengan X : Ca, Y : Mg atau Fe, dan Z : Si atau Al. Hornblende mengandung silikat cukup banyak. Kristalisasinya dari magma mengandung komponen air (disebut mineral basah), dan kemungkinan beralterasi menjadi klorit bila kandungan air cukup banyak. Mineral ini sangat tidak stabil pada kondisi permukaan (pelapukan). Biotit (K (Mg, Fe)6 Si6 Al2 O20 (OH)4) merupakan bagian dari kelompok mineral mika (Mica Group) yang berwarna gelap. Ikatan mineral ini sangat lemah, sangat mudah membelah sepanjang bidang kristalnya. Mengkristal dari magma yang mengandung air pada batuan beku yang banyak mengandung silika, juga pada batuan sedimen dan metamorf. Dapat beralterasi menjadi klorit. Biotit dimanfaatkan untuk bahan isolasi pada peralatan listrik, bila kristalnya cukup besar. Garnet (R3, Al2 Si3 O12) dengan R mungkin Fe, Mg, Ca, Mn, Cr, dll. Terdapat pada batuan metamorf. Kriteria untuk mengenalnya terutama adalah kekerasannya menyamai kwarsa dan hampir tidak ada belahan. Mineral ini digunakan sebagai bahan kertas yang cukup baik, dengan memanfaatkan butirannya.

16 Mineral Silikat Terang Beberapa sifat penting dari mineral-mineral ini ditunjukkan pada tabel dibawah : Tabel 2.6 Sifat Mineral Silikat Terang Mineral Warna SG H Belahan Feldspar (Felspar) putih, merah Clays (Lempung) putih 2,6 2-2,5 1 sempurna Quartz (kwarsa) tak berwarna, putih, merah, beragam 2,65 7 tidak ada Muscovite (Muskovit) tak berwarna 2,7 2,5 1 sempurna Felspar, dibagi dalam dua jenis utama ; Felspar ortoklas (Orthoclase feldspar) atau K feslpar, K Al Si3 O8 dan Feslpar plagioklas (Plagioclase feldspar), (Na-Ca) Si3 O8-Ca Als-Si3 O8. Felspar ortoklas terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Felspar plagioklas merupakan kandungan utama yang penting dan dipakai sebagai dasar klasifikasi batuan beku. Mineral Lempung terbentuk hasil alterasi dari mineral lain, sebagai contoh hasil alterasi felspar dengan hadirnya air. Ortoklas berubah menjadi Kaolin : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K (K-hidroksida) dipindah oleh reaksi dengan air. Ortoklas + air = Kaolin + silika + K Perubahan menjadi Illite : Al2 Si2 O5 (OH)4 bila K tidak dipindah secara keseluruhan. Ortoklas + air = Illite + K Plagioklas baralterasi menjadi Montmorilonite 2H + 2Al2 (Al Si3) O10 (OH)2 : plagioklas + air = Montmorilonite + Ca hidroksida. Kandungan air yang cukup besar dapat merubah montmorilonite menjadi kaolin. Dalam beberapa hal kaolin merupakan hasil akhir, misalnya, pada proses pelapukan. Mineral lempung dimanfaatkan dibanyak tempat. Kaolin digunakan sebagai bahan industri keramik. Montmorilonite dimanfaatkan kandungan bentonite nya. Kwarsa (SiO2) tidak berwarna bila murni penambahan zat lain akan merubah warna beragam, misal hadirnya mangan memberi warna kemerahan (rose quartz) besi menjadi ungu (amethyst), dan merah coklat (jasper) tergantung pada kandungan kombinasi dengannya. Jenis silika yang lain Kalsedon (Chalcedonic silika) Chert, Flint, Opal dan Agate.

17 Kwarsa dijumpai pada batuan yang kaya akan silika misalnya granit, juga didapat bersama mineral lain, termasuk bijih. Kwarsa digunakan sebagai bahan gelas dan untuk indusri alat-alat listrik. Muskovit K2 Al4 Si6 Al2 O20 (OH)4 termasuk kelompok mika yang hampir sama dengan biotit. Terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika. Digunakan sebagai bahan isolasi panas atau listrik. Muskovit terdapat juga pada batuan sedimen dan metamorf. Seperti jenis mika lainnya, muskovit beralterasi menjadi montmorilonite. Mineral Non Silikat Secara garis besar hampir semua mempunyai komposisi kimia yang sederhana ; berupa unsur, sulfida (bila unsur logam bersenyawa dengan sulfur), atau oksida (bila unsur logam bersenyawa dengan oksigen). Native element seperti tembaga, perak atau emas agak jarang terdapat. Sulfida kecuali Pirit, tidak jarang ditemukan, tetapi hanya cukup berarti bila relatif terkonsentrasi dalam urat (Vein) dengan cukup besar. Tabel 2.7 Sifat Mineral Bijih Mineral Warna Gores SG H Belahan Sulfida Galena PbS abu-abu hitam 7,5 2,5 3 sejajar sisi kubus hl Sphalerite T Coklat-kemerahan hitam Pyrite FeS2 Kuning hitam 5 6 tidak ada Oksida Magnetitte Fe3O4 hitam hitam ± 5 rekahan buruk Limonite Fe2O3 hitam tanah coklat 4 5 rekahan buruk Heamatite Fe2O3 hitam, abu-abu coklat 5 5,5 tidak ada Pirit berbentuk kubus, terdapat dibatuan beku yang kaya silika. Pirit pernah dimanfaatkan untuk diambil sulfurnya. Magnetit terdapat dihampir semua batuan beku, juga batuan metamorf sering kali berasosiasi dengan kholrit. Pada batuan sedimen, mineral-mineral ini dijumpai sebagai butiran yang terkonsentrasi secara ilmiah karena densitas yang berbeda, kadang-kadang juga karena adanya kandungan besi pada endapan. Hematit, terdapat dari hampir semua batuan, juga terkosentrasi dalam bentuk urat, membentuk jebakan yang ekonomis. Pada batupasir sering kali berfungsi sebagai semen. Limonit dan Geotit terbentuk oleh kombinasi oksida besi dan air.

18 Mineral Non Logam Mineral yang paling umum dijumpai adalah karbonat, sebagian besar kalsit, gips; yaitu kalsium sulfat. Semuanya berwarna putih atau tak berwarna. Sering dijumpai dalam bentuk urat bersama bijih logam, umumnya bernilai ekonomis dan hanya sebagai gangue mineral. Gips dan asosiasi mineral sulfat, andhidrit, keduanya didapatkan dengan batugaram (halite) pada endapan yang terbentuk karena penguapan garam-garam air laut. Nama yang umum dipakai adalah Kelompok Evaporite, Gips, andhidrit dan halit digunakan bahan industri kimia, bahan bangunan dll. Kalsit adalah mineral yang penting dalam batugamping dan juga terdapat di banyak sedimen. Merupakan unsur mineral yang prinsip dalam marmer dan juga terdapat dalam urat sebagai gangue mineral bersama kwarsa, barite, dan fluorite. Tabel 2.8 Sifat fisik Mineral Non logam, Non Silikat Mineral Warna SG H Belahan Barite, BaSO4 putih 4,5 3,5 2 Fluorite, CaF2 beragam 3 4 4sejajar sisi oktahedron Kelompok Evaporite Gypsum, CaSO4.2H2O putih-tak berwarna sempurna Halite, NaCl tak berwarna sempurna sejajar sisi kubus Kelompok Karbonat Kalsit, CaCO3 putih-tak berwarna 3 2,7 3 sejajar sisi rhombohedron Dolomite, CaMg(CO3)2 putih pucat sejajar sisi rhombohedron 2.5 Praktikum Pengenalan Mineral Tujuan Dapat mengidentifikasi sifat fisik mineral (warna, gores, kilap, belahan, kekerasan, dll.) Dapat mengidentifikasi mineral penyusun batuan berdasarkan sifat fisik mineral Peralatan Praktikum pengenalan mineral menggunakan beberapa peralatan antara lain: kaca pembesar (min. 10x perbesaran), magnet, paku baja, contoh mineral, dan alat tulis.

19 Tugas Setelah mempelajari sifat-sifat fisik mineral, identifikasi mineral yang tersedia berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kemudian tentukan nama mineral berdasarkan tabel pada daftar mineral dan sifat fisiknya (Gambar 2.8 hingga Gambar 2.12). Pertama identifikasi mineral berdasarkan kilapnya, kemudian kekerasannya. Gunakan urutan identifikasi sesuai dengan tabel yang tersedia. Untuk mineral dengan kilap metal gunakan tabel pada Gambar 2.5, sedangkang untuk mineral dengan kilap bukan metal gunakan tabel pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.Gunakan tabel pada Gambar 2.13.

20 Gambar 2.5 Urutan identifikasi mineral dengan kilap metalik.

21 Gambar 2.6 Urutan identifikasi mineral dengan warna terang dan kilap bukan metal.

22 Gambar 2.7 Urutan identifikasi mineral dengan warna gelap dan kilap bukan metal.

23 Gambar 2.8 Daftar sifat fisik mineral.

24 Gambar 2.9 Daftar sifat fisik mineral.

25 Gambar 2.10 Daftar sifat fisik mineral.

26 Gambar 2.11 Daftar sifat fisik mineral.

27 Gambar 2.12 Daftar sifat fisik mineral.

28 Gambar 2.13 Tabel identifikasi mineral.

29 BAB 3 BATUAN BEKU 3.1 Batuan Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi (Gambar 3.1). Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu: batuan beku (igneous rock), terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma didalam bumi atau dipermukaan bumi; batuan sedimen (sedimentary rock), terbentuk dari sedimen hasil rombakan batuan yang telah ada, oleh akumulasi dari material organik, atau hasil penguapan dari larutan; dan batuan metamorfik (metamorphic rock), merupakan hasil perubahan dalam keadaan padat dari batuan yang telah ada menjadi batuan yang mempunyai komposisi dan tekstur yang berbeda, sebagai akibat perubahan panas, tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiganya. Semua jenis batuan ini dapat diamati dipermukaan sebagai (singkapan). proses pembentukannya juga dapat diamati saat ini. Sebagai contoh, kegiatan gunung api yang menghasilkan beberapa jenis batuan beku, proses pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan sedimen yang setelah melalui proses pembatuan (lithification) menjadi beberapa jenis batuan sedimen. Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses yang mempengaruhi pembentukan ketiga jenis batuan tersebut. Sepanjang kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis yang lain. Hubungan ini merupakan dasar dari jentera (siklus) batuan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2. Gambar 3.1 Batuan merupakan kumpulan/agregat dari satu atau lebih jenis mineral yang terbentuk secara alamiah.

30 Gambar 3.2 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus 3.2 Asal Kejadian Batuan Beku Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur pada umumnya bertambah dengan 30 o C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan yang lebur ini, atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava, dan membeku di dalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif. Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen. Seri reaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3 memberikan petunjuk pembentukan berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan asosiasi dari beberapa mineral.

31 Gambar 3.3 Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma Pada Gambar 3.3ditunjukkan bahwa mineral pertama yang terbentuk cenderung mengandung silika rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada plagioklas dimaksudkan bahwa, kristal pertama, plagioklas-ca (anorthite), menerus bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan berlangsung. Disini terjadi substitusi Sodium (Na) terhadap Kalsium (Ca). Seri tak-menerus (discontinuous) terdiri dari mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivine. Hasil reaksi selanjutnya antara olivine dan sisa larutannya membentuk piroksen (pyroxene). Proses ini berlanjut hingga terbentuk biotite. Apabila magma asal mempunyai kandungan silika rendah dan kandungan besi (Fe) dan magnesium (Mg) tinggi, magma dapat membentuk batuan sebelum seluruh seri reaksi ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg dan Fe, yang dikatakan sebagai batuan mafic, dengan mineral utama olivin, piroksen dan plagioklas-ca. Sebaliknya, larutan yang mengandung Mg dan Fe yang rendah, akan mencapai tahap akhir reaksi, dengan mineral utama felspar, kwarsa dan muskovit, yang dikatakan sebagai batuan felsic atau sialic. Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat terjadi di alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu pemisahan kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan (filtering), juga oleh proses asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang terlibat akibat naiknya cairan magma, atau oleh percampuran (mixing) dua magma dari komposisi yang berbeda.

32 3.3 Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku Batuan intrusif dan batuan ekstrusif dapat berupa bentuk geometri yang bermacammacam. Gambar 3.4 menunjukkan bentuk-bentuk batuan beku yang umumnya dijumpai dialam, dan hubungan antara jenis batuan dan keberadaannya ditunjukkan pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Hubungan antara jenis batuan dan kebaradaannya pada kerak bumi Jenis Batuan Bentuk Pumice Aliran lava, piroklastik Scoria Kerak pada aliran lava, piroklastik Obsidian Aliran lava EKS Ryolit Andesit Aliran lava, intrusi dangkal Basalt Ryolit porfir Korok (Dikes), sill, lakolit, Andesit porfir diintrusikan pada kedalaman Basalt porfir menengah - dangkal Granit INT Diorit Batolit dan stock berasal dari Gabro intrusi dalam Peridotit Gambar 3.4 Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi

33 Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal kasar (phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi yang sama, berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang (tabular), memotong arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan pada hubungan kontaknya dengan struktur batuan yang diterobos disebut sebagai bentuk batuan beku yang diskordan (discordant igneous plutons). Sill, berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith), tabular dan membumbung dibagian tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan, yang disebut sebagai bentuk batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons). 3.4 Pengenalan Batuan Beku Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur nya. Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran tentang sejarah atau proses pendinginan dari magma. Komposisi Mineral Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur utama yaitu; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan Magnesium. Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama yaitu; Felspar, Olivin, Piroksen, Amfibol, kwarsa dan Mika. Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal. Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang, sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 merupakan cara pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada komposisi mineral.

34 Gambar 3.5 Bagan untuk pengenalan dan klasifikasi umum batuan beku Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan mineral utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi mineral tambahan pada kelompok batuan granitik. Tekstur Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan butiran atau kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-tekstur yang utama yaitu :

35 Fanerik (phaneric) Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal) kasar, umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada pengamatan lebih seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk kristal yang sempurna (euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral) bentuk kristal tak baik (anhedral). Gambar 3.6 Tekstur fanerik yang memperlihatkan mineral yang dapat diidentifikasi dengan mata telanjang. Afanitik (aphanitic) Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil dari 1 mm, dan tidak dapat diamati di bawah pengamatan biasa.

36 Gambar 3.7 Tekstur batuan afanitik, yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Porfiritik (Porphyritic) Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran (kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut sebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau matriks (matrix) yang lebih halus (dapat berupa kristal halus (afanitik), maupun fanerik).

37 Gambar 3.8 Tekstur afanitik porfiritik dan fanerik porfiritik. Vesikuler (Vesicular) Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong, oval atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang terperangkap pada saat pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amygdaloidal. Gelas (glassy) Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph). Gambar 3.9 Beberapa tekstur yang umum dalam batuan beku. Gelas (pertama dari kiri), vesikuler (kedua dari kiri), porfiritik (ketiga dari kiri), fanerik (keempat dari kiri). Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik diantaranya adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic). Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses pembekuan magma atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik adalah hasil pembekuan yang lambat, sehingga dapat terbentuk kristal yang kasar. Umumnya terdapat pada batuan plitonik. Tekstur afanitik atau berbutir halus, umumnya terdapat pada batuan ekstrusif, yang merupakan hasil pembekuan yang bertahap, dari proses pendinginan yang lambat, dan sebelum keseluruhan magma membeku, kemudian berubah menjadi cepat. Tekstur vesikuler merupakan ciri aliran lava, dimana terjadi lolosnya gas pada saat lava masih mencair, menghasilkan rongga-rongga. Tekstur gelas terjadi karena pendinginan yang sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan

38 mineral tidak sempat membentuk kristal (amorph). tekstur ini umumnya terdapat pada lava. 3.5 Klasifikasi Batuan Beku Dasar untuk mengelompokan batuan beku yang terutama adalah kriteria tentang komposisi mineral dan tekstur. Kriteria ini tidak saja berguna untuk pemerian batuan, akan tetapi juga untuk menjelaskan asal kejadian batuan. Banyak sekali klasifikasi yang dapat dipakai, yang penting untuk diketahui untuk kriteria mineralogi adalah ; - Kehadiran Mineral Kwarsa Kwarsa adalah mineral utama pada batuan felsik, dan merupakan mineral tambahan pada batuan menengah atau mafik. - Komposisi dari Felspar K-Felspar dan Na-Felspar adalah mineral-mineral utama pada batuan felsik, tetapi jarang atau tidak terdapat pada batuan menengah atau mafik. Ca- Plagioklas adalah mineral karakteristik batuan mafik. -Proporsi Mineral Feromagnesia (Fe-Mg) Sebagai batasan umum, batuan mafik kaya akan mineral Fe-Mg, dan batuan felsik kaya akan kwarsa. Olivin umumnya hanya terdapat pada batuan mafik. Piroksen dan amfibol hadir pada batuan mafik sampai menengah. Biotit umumnya terdapat pada batuan menengah sampai felsik. Gambar 3.5 adalah bagan klasifikasi yang umum, yang dapat dipakai untuk pemerian jenis batuan beku secara makroskopik. 3.6 Praktikum Tujuan Dapat mendeskripsi dan menginterpretasi tekstur batuan beku Dapat mendeskripsi komosisi mineral dari batuan beku Dapat mengklasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi mineral Mengeksplorasi lebih lanjut informasi tentang batuan beku dari sumber lain (internet, buku, dll) Peralatan Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan beku.

39 Tugas Deskripsi sampel batuan, lakukan hal-hal berikut: a. Tuliskan kode sampel batuan. b. Tulis dan deskripsikan tekstur batuan yang dapat teramati. Tekstur (faneric, afanitik, porfiritik, gelas, vesikuler?) i. Apakah terlihat minerak diskrit? ii. Apakah saling interloking? iii. Apakah ada masadasar yang halus? iv. Apakah berbentuk vesikuler? Komposisi (mineral apa saja yang ada??) Gunakan kaca pembersar!! i. Apakah ada kuarsa? ii. Feldspar? iii. Mika? iv. Piroksen? v. Olivin? vi. Yang lainnya? Tekstur dan atau pengamatan lainnya? c. Klasifikasikan sampel tersebut (tentukan nama batuan) berdasarkan hasil obsevasi pada poin b sesuai dengan bagan pada Gambar 3.5. d. Sketsa sampel batuan dengan jelas. e. Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut. f. Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain.

40 BAB 4 BATUAN SEDIMEN 4.1 Kejadian Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang binatang, sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan pengangkutan hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi, sementasi menjadi batuan yang padat. 4.2 Tekstur Batuan Sedimen Besar butir (grain size) Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth Diameter butir Istilah Lebih besar 256 mm Bourder (bongkah) 64 mm s/d 256 mm Cobble (berangkal) 4 mm s/d 64 Pebble (kerakal) 2 mm s/d 4 mm Granuale (kerikil) 1/16 mm s/d 1/16 mm Sand (pasir) 1/256 mm s/d 1/16 mm Silt (lanau) Lebih kecil 1/256 Clay (lempung) Pemilahan (Sorting) Pemilahan adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah-istilah yang dipakai adalah terpilah baik (butir-butir sama besar), terpilah sedang dan terpilah buruk (gambar 3.1). Gambar 4.1 Perbandingan pemilahan

41 Gambar 4.2 Contoh visual pemilahan baik (kiri) dan pemilahan buruk (kanan). Kebundaran (roundness) Kebundaran adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen/butiran. Istilah-istilah yang dipakai adalah (gambar 3.2) : - membundar baik (well rounded) - membundar (rounded) - membundar tanggung (sub rounded) - menyudut tanggung (sub angular) - menyudut (angular)

42 Gambar 4.3 Perbandingan kebundaran Gambar 4.4 Kenampakan kebundaran butir. Kemas (Fabric) Kemas adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau di antara semennya. Istilah-istilah yang dipakai adalah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang tidak saling bersentuhan, dan kemas tertutup untuk butiran yang saling bersentuhan

43 Porositas Gambar 4.5 Kenampakan kemas terbukan dan tertutup. Porositas adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah kualitatif yang merupakan fungsi daya serap batuan terhadap cairan. Porositas ini dapat diuji dengan meneteskan cairan. Istilah-istilah yang dipakai adalah Porositas dangat baik (very good), baik (good), sedang (fair), buruk (poor. Semen dan Masa Dasar Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung. Masa dasar (matrix) adalah masa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan. Masa dasar terbentuk bersama-sama fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus.

44 4.3 Struktur Sedimen Gambar 4.6 Hubungan antara matrik, semen, dan butiran. Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen yang dapat diamati pada satuan antara lain : Perlapisan Perlapisan adalah bidang kemasan waktu yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunannya. Jenis perlapisan beragam dari sangat tipis (laminasi) sampai sangat tebal. Perlapisan bersusun (graded bedding) Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada satu satuan perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk bagian bawah dan bagian atas dari perlapisan tersebut. Umumnya butir yang kasar merupakan bagian bawah (bottom) dan butiran yang halus merupakan bagian atas (top). Perlapisan silang-siur (cross bedding) Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya dengan sudut yang berlainan dalam satu satuan perlapisan (Gambar 3.3). Lapisan ini terutama terdapat pada batupasir. Gelembur gelombang (current ripple) Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan (gb 3.3).

45 Flute cast Struktur sedimen berbentuk suling dan terdapat pada dasar suatu lapisan yang dapat dipakai untuk menentukan arus purba (gambar 3.2). Load cast Struktur sedimen yang terbentuk akibat pengaruh beban sedimen diatasnya (gambar 3.3). Gambar 4.7 Beberapa struktur sedimen, perlapisan gelembur (kiri atas), perlapisan sejajar (kanan atas dan kiri bawah), perlapisan bersusun (kanan bawah). Gambar 4.8 Contoh perlapisan silangsiur.

46 Gambar 4.9 Struktur-struktur sedimen pada batuan sedimen. 4.4 Komposisi Batuan Sedimen Batuan sedimen dibentuk dari material batuan lain yang telah mengalami pelapukan dan stabil dalam kondisi temperature dan tekanan permukaan. Batuan sedimen dibentuk oleh 4 material utama yaitu : a. Kwarsa b. Karbonat c. Lempung d. Fragmen batuan Kwarsa Kwarsa adalah salah satu dari mineral-mineral klastik pada batuan sedimen yang berasal dari batuan granit kerak kontinental, bersifat keras, stabil dan tahan terhadap pelapukan. Kwarsa tidak mudah lapuk walaupun telah mengalami transportasi oleh air, malahan sering terakumulasi seperti endapan pasir fluvial pada lingkungan pantai. Kalsit Kalsit adalah mineral utama pembentuk batugamping (limestones) yang juga dapat berfungsi sebagai semen pada batupasir dan batulempung. Kalsium (Ca) berasal dari batuan-batuan beku, sedangkan karbonat berasal dari air dan karbon dioksida. Kalsium diendapkan sebagai CaCO3 atau diambil dari air laut oleh organisme-organisme dan dihimpun sebagai material cangkang. Ketika organisme tersebut mati, fragmen-fragmen cangkangnya biasanya terkumpul sebagai partikel klastik yang paling kaya membentuk macam-macam batugamping. Lempung Mineral-mineral lempung berasal dari pelapukan silikat, khususnya feldspar. Mereka sangat halus serta terkumpul dalam lumpur dan serpih. Kelimpahan feldspar dalam

47 kerak bumi dan bukti bahwa pelapukan secara cepat dibawah kondisi atmosfer, terlihat dari mineral-mineral lempung pada batuan-batuan sedimen dalam jumlah yang besar. Fragmen-fragmen batuan Batuan sumber yang telah mengalami pelapukan membentuk fragmen-fragmen berbutir kasar dan endapan klastik seperti kerikil. Fragmen-fragmen batuan adalah juga hadir sebagai butiran dalam beberapa batuan berukuran halus. 4.5 Klasifikasi Batuan Sedimen Golongan detritus/klastik Breksi (Breccia) Berukuran butir lebih besar dari 2 mm, dengan fragmen menyudut, umumnya terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar yang lebih halus dan tersemenkan. Bahan penyusun dapat berupa bahan dari proses vulkanisme yang disebut breksi volkanik. Konglomerat (Conglomerate) Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan menjadi, Batupasir halus, sedang dan kasar. Jenis-jenis batupasir ditentukan oleh bahan penyusunannya misalnya ; Greywacke yaitu batupasir yang banyak mengandung material volkanik. Arkose, yaitu batupasir yang banyak mengandung felspar dan kwarsa. Kadang-kadang komposisi utama dipakai untuk penamaannya misalnya; Batupasir kwarsa, Kalkarenit yaitu hampir keseluruhannya terdiri dari butiran gamping. Batulanau (Siltstone) Berukuran butir antara 1/256-1/16 mm, perbedaan dengan batupasir atau betulempung hanya perbedaan besar butirnya. Batulempung (Claystone) Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari mineralmineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari warnanya (berhubungan dengan lingkungan pengendapan) Serpih (Shale) Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada bidang-bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar). Napal (Marl) Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi, yaitu antara 30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30% yang dikenal dengan nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari 60% yang disebut

48 batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian batuan detrius yang mengandung unsur karbonat). Golongan karbonat Gambar 4.10 Beberapa contoh batuan sedimen klastik. Secara umum dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya adalah mineral kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (CaMg (CO3)2). Sumber yang utama batugamping adalah terumbu (reef), yang berasal dari kelompok binatang laut. Macam-macam batugamping dapat dilihat pada Gambar.3.6. Pada batugamping klastik, sedimentasi mekanis sangat berperan, dimana bahan penyusun merupakan hasil rombakan dari sumbernya. Dikenal beberapa jenis batugamping : -Kalkarenit yaitu batupasir dengan butiran gamping/kalsit -Kalsirudit yaitu berukuran butir lebih besar dari 2 mm dan -Batugamping bioklastik atau batugamping kerangka (Skeletal),

49 Pada sedimentasi organik dikenal Batugamping terumbu dimana bahan penyusun terdiri dari Koral, Foraminifera dan ganggang yang saling mengikat satu sama lainnya. Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan gamping, dikenal sebagai Batugamping kristalin, terdiri dari kristal kalsit. Dapat disebut dolomit, jika terjadi penggantian kristal kalsit menjadi dolomit. Gambar 4.11 Contoh kenampakan batugamping bioklastik dan batugamping terumbu. Golongan evaporit Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan tersebut. misalnya : Anhidrit yaitu garam CaSO4 Gypsum yaitu garam CaSO4xH2O Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl. Golongan Batubara Terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mengalami proses tekanan dan pemanasan. Dapat dibedakan jenisnya berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi Carbon dan Hidrogen : - Gambut (peat) = 54% C - 5% H - Batubara muda = 67% C - 6% H - Batubara (Coal) = 78% C - 6% H - Antrasit = 91% C - 3% H

50 Golongan silika Gambar 4.12 Salah satu kenampakan batubara di lapangan. Terdiri dari batuan yang umumnya diendapkan pada lingkungan laut dalam, bersifat kimiawi dan kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti halnya radiolaria dan diatomea. Contoh batuan ini adalah : Chert (Rijang), Radiolarit, Tanah Diatomea.

51 Gambar 4.13 Bagan klasifikasi batuan sediment Gambar 4.14: Determinasi batuan sedimen

52 4.6 Praktikum Tujuan Dapat mendeskripsi dan menginterpretasi tekstur batuan sedimen Mengklasifikasikan batuan sedimen dalam kategori kimia, detritus, dan atau organik Dapat mendeskripsi komposisi mineral dari batuan sedimen Dapat mengklasifikasi batuan sedimen berdasarkan tekstur dan komposisi mineral Dapat menginterpretasi struktur sedimen Dapat memperkirakan lingkungan pembentukan berdasarkan komposisi mineral, tekstur dan struktur sedimen. Mengeksplorasi lebih lanjut informasi tentang batuan sedimen dari sumber lain (internet, buku, dll) Peralatan Tugas Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan sedimen. HCl, komparator besar butir. 1. Deskripsi batuan sedimen. a. Tentukan sampel batuan sedimen yang anda dapatkan termasuk dalam golongan klastik, karbonat, evaporit, batubara atau silica! b. Deskripsikan besar butir dan tekstur lainnya sesuai dengan golongan batuan sedimennya. Gunakan larutan HCl untuk mengetahui material/mineral penyusun dan semen (jika ada). c. Jika tidak terjadi reaksi dengan HCl, tentukan kekerasan mineral penyusun batuan tersebut, kemudian tentukan nama/jenis mineralnya. d. Perhatikan baik-baik, apakah sampel anda memiliki fosil dan tekstur khusus lainnya? e. Tentukan nama batuan sesuai dengan Gambar f. Minta bantuan asisten untuk memastikan nama batuan dan deskripsi anda sudah dalam keadaan benar.

53 BAB 5 BATUAN METAMORFIK 5.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung di bawah permukaan. Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya. 5.2 Jenis metamorfisme a) Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses yang berperan adalah panas larutan aktif. b) Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadangkadang juga terjadi rekristalisasi. c) Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona tunjaman dsb. 5.3 Tekstur batuan metamorf Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran mineral (Gambar 5.1). a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk:

54 Lepidoblastik, mineral-mineral pipih dan sejajar Nematoblastik, bentuk menjarum dan sejajar Granoblastik, berbentuk butir b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik Gambar 5.1 Tekstur batuan metamorfik 5.4 Struktur batuan metamorf Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah foliasi, yaitu tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran mineral. Kadang-kadang foliasi menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada sama sekali hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga mencerminkan derajat metamorfisme. Jenis-jenis foliasi di antaranya : a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-putus, dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik. b. Schistosity, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selangseling tekstur lepodoblastik dan granoblastik. c. Phyllitic, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur lepidoblastik. d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan sangat luas.

55 Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih menunjukkan tekstur granulose (penyusunan mineral) berbentuk butir, berukuran relatif sama, atau masif. Ini terjadi pada batuan metamorf hasil metamorfisme dinamis, teksturnya kadang-kadang harus diamati secara langsung dilapangan misalnya; breksi kataklastik dimana fragmen-fragmen yang terdiri dari masa dasar yang sama menunjukkan orentasi arah; jalur milonit, yaitu sifat tergerus yang berupa lembar/bidang-bidang penyerpihan pada skala yang sangat kecil biasanya hanya terlihat dibawah mikroskop Beberapa batuan metamorf yang penting Berfoliasi Batu sabak (Slate) Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral. Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral lempung, serisit, kompak dan keras. Sekis (Schist) Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot. Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya mineral-mineral lain disamping mika. Filit (Phyllite) Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic, berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain, seperti turmalin dan garnet. Gneis (Gneiss) Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat bended ( gneissic ). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit. Amfibolit Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.

56 Tak berfoliasi Kwarsit Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa, umumnya terjadi pada metamorfisme regional. Marmer/pualam (Marble) Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa kontak atau regional. Grafit Batuan yang terkena proses metamorfosa (regional/thermal), berasal dari batuan sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama batu bara. Serpentinit Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa. 5.5 Klasifikasi Untuk mengindentifikasi batuan metamorf, dasar utama yang dipakai adalah strukturnya (foliasi atau tak berfoliasi), dan kandungan mineral utamanya atau mineral khas metamorf (Tabel 5.1 dan Tabel 5.2). Sedangkan klasifikasi secara umum dapat mempergunakan Gambar 5.2

57 Tabel 5.1 Mineral pembentuk batuan metamorf A. MINERAL DARI BATUAN ASAL ATAU HASIL METAMORFOSA Kwarsa Muskovit Plagioclas Hornblende Ortoklas Kalsit Biotit Dolomit B. MINERAL KHAS BATUAN METAMORF Sillimanit 1) Garnet 2) Kyanit 1) Korundum 2) Andalusit 1) 2) & 3) Wolastonit Staurolit 1) Epidot 3) Talk 1) Chlotit 3) 1) metamorfosa regional 2) metamorfosa thermal 3) larutan kimia Tabel 5.2 Zona derajat metamorfosa regional DERAJAT METAMORFOSA MINERAL KHAS RENDAH (Low grade Metamorphism) PERTENGAHAN (medium grade metamorphism) TINGGI (High grade metamorphism) Chlorit Biotit Almandit Staurolit Kyanit Sillimanit

58 Gambar 5.2 Bagan untuk determinasi batuan metamorf 5.6 Praktikum Tujuan Praktikan dapat membedakan batuan metamorf berfoliasi dan tidak berfoliasi Dapat mendeskripsi dan membedakan bentuk dan tipe foliasi. Dapat menentukan jenis mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf Dapat mengklasifikasi batuan metamorf yang umum ditemukan Peralatan Alat tulis, kaca pembesar, sampel batuan metamorf HCl Tugas Bedakan sampel batuan yang ada menjadi dua kemumpok, yaitu kelumpok non foliasi dan berfoliasi. Untuk sampel batuan berfoliasi, mulai dari yang memiliki butir kasar, tentukan mineral yang menyusun batuan tersebut. Kemudian identifikasi jenis foliasi yang ada. Apakah termasuk dalam gneiss? Sekistose? Filitik? Atau slaty? Tentukan nama batuan dari sampel-sampel tersebut berdasarkan jenis foliasinya. Untuk sampel batuan yang tidak berfoliasi, tentukan mineral yang menyusun batuan tersebut, gunakan larutan HCl dan paku baja serta peralatan lain untuk menentukan mineral penyusun batuan tersebut. Minta bantuan kepada asisten praktikum untuk memastikan nama batuan yang anda deskripsi adalah benar.

59 BAB 6 PETA TOPOGRAFI 6.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garisgaris ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi-rendahnya permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit, sungai, lembah, danau, rawa, tepi-laut dan adakalanya pada beberapa jenis peta, ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil aktifitas manusia. Pada peta topografi standard, umumnya dicantumkan juga tandatanda yang menunjukkan geografi setempat. Peta topografi mutlak dipakai, terutama didalam perencanaan pengembangan wilayah, sehubungan dengan pemulihan lokasi atau didalam pekerjaan konstruksi. Didalam kegiatan geologi, peta topografi terpakai sebagai peta dasar untuk pemetaan, baik yang bersifat regional ataupun detail, disamping foto udara atau jenis citra yang lain. Peta topografi juga dipelajari sebagai tahap awal dari kegiatan lapangan untuk membahas tentang kemungkinan proses geologi muda yang dapat terjadi, misalnya proses erosi, gerak tanah/bahaya longsor dan sebagainya. Selain itu, keadaan bentang alam (morfologi) yang dapat dibaca pada peta topografi sedikit banyak merupakan pencerminan dari keadaan geologinya, terutama distribusi batuan yang membawahi daerah itu dan struktur geologinya. 6.2 Sistem koordinat Dikarenakan peta hanya memperlihatkan bagian kecil dari permukaan bumi, diperlukan posisi dimana peta tersebut terdapat relative terhadap bumi secara keseluruhan. Oleh karena itu dibentuk garis-garis imaginer yang memotong bumi dan disebut garis lintang dan garis bujur (Gambar 6.1). Dikarenakan bentuk bumi yang hampir bulat, sedangkan peta berupa permukaan datar maka diperlukan system proyeksi untuk memproyeksikan permukaan bola atau sebagian permukaan bola (permukaan bumi) ke permukaan data (peta). Salah satu proyeksi yang umum digunakan adalah proyeksi Mercator. Namun demikian tetap terdapat distorsi, yang tidak dapat dihindari, dalam peta yang dihasilkan jika dibandingkan dengan keadaan sebenarnya. Distorsi tersebut kan kecil di daerah dekat katulistiwa seperti Indonesia, dan akan besar jika di daerah dekat dengan kutub. Dalam system koordinat geografi, pengukuran sudut digunakan menggunakan system derajat. Dalam satu lingkaran penuh terbagi menjadi 360 o, dalam satu derajat terbagi menjadi 60 (menit), dan dalam satu menit terbagi menjadi 60 (detik). Satu derajat dalam garis lintang jika diukur di permukaan bumi pada garis lintang 0 o akan memiliki panjang 111km, sedangkan untuk satu derajat garis bujur jika diukur di garis katulistiwa akan memiliki jarang 111km, sedangkan jika di ukur di kutub (geografi) akan memiliki jarak 0km.

60 Gambar 6.1 Garis bujur(longintut) dan lintang(latitut) dalam system koordinat geografi. Lintan0 o terletak ada garis katulistiwa, sedangkan bujur (longitut) memotong kutub utara dan selatan geografis melalui Greenwich pada 0 o. Sistem koordinat UTM umum digunakan di dunia didasarkan pada 60 zona utara selatan berdasarkan garis bujur. Setiap zona UTM memiliki lebar 6 o garus bujur. Grid yang digunakan dalam system UTM merupakan system metrik, dimana nilai dari kiri ke kanan (barat ke timur) akan meningkat, dan dari selatan ke utara akan meningkat. Satu titik dalam sistem koordinat UTM dinyatakan dengan nilai koordinat barat-timur, utara selatan koordinat, kemudian zona UTM dan hemisphere. Misalnya lokasi di Semenanjung Mangkalihat dengan koordinat UTM 50N mE, mN menyatakan bahwa titik tersebut berada di zona 50 hemisphere utara, pada meter dari titik acuan semu (yang berada pada ujung barat dari setiap zona UTM), dan berada sejauh meter dari katulistiwa. Sedangkan titik di Rote, dengan titik koordinat UTM 50S mE, mN menyatakan bahwa titik tersebut berada pada zona UTM 51 di belahan bumi (hemisphere) selatan, berjarak meter dari titik acuan semu zona 51 dan berjarak meter dari kutub selatan (geografi).

61 Gambar 6.2 Pembagian zona UTM di wilayah Indonesia dan sekitarnya. 6.3 Arah peta dan deklinasi magnetik Petunjuk arah peta ini umumnya menunjukkan dimana arah utara peta. Pada umumnya utara peta akan berada pada arah atas, namun tidak menutup kemungkinan pada arah yang lain. Petunjuk arah utara peta ini menunjukkan arah utara geografi. Sedangkan jika kita menggunakan kompas makan arah utara kompas adalah arah utara magnet bumi yang tidak sama dengan arah utara geografi. Untuk itu dalam peta topografi diperlukan informasi perbedaan arah utara magnet bumi dan arah utara geografi. Perbedaan ini disebut sebagai deklinasi magnetic. Dalam peta topografi yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL (saat ini berubah nama menjadi Badan Informasi Geospasial), terdapat juga arah utara grid (UG) yang menunjukkan arah utara dari grid UTM. Contoh informasi arah deklinasi pada peta topografi terdapat pada Gambar Skala Peta Skala yang dipakai dalam topografi bisa bermacam-macam misalnya, skala verbal contoh one inch to one mile, atau sering kali dipakai Skala grafis berupa pita garis yang dicantumkan pada peta. Skala ini seringkali dipakai sebagai pelengkap dari skala perbandingan angka yang sudah dicantumkan (Gambar 6.4). Di Indonesia, dikenal berbagai ukuran skala perbandingan skala-skala seperti 1: , 1: , 1: dikenal sebagai skala iktisar. Skala 1:25.000, 1:50.000, 1: merupakan skala standar. Skala 1:1.000, 1:5.000 atau lebih umumnya disebut skala detail. Contoh efek skala dalam peta dan tingkat kedetilan terdapat pada Gambar 6.3.

62 Gambar 6.3 Skala peta untuk daerah yang sama akan memperlihatkan detil yang berbeda. 6.5 Symbol peta Pada peta topografi yang standard, disamping titik ketinggian hasil pengukuran topografi, umumnya dicantumkan tanda-tanda menunjukkan sifat fisik permukaan, misalnya sifat sungai, garis pantai dan juga obyek hasil aktifitas manusia (Gambar 6.5 dan Gambar 6.6)

63 Gambar 6.4 Unsur-unsur yang terdapat dalam peta topografi yang diterbitkan oleh BIG (dahulu BAKOSURTANAL).

64 Gambar 6.5 Tanda-tanda pada peta topografi

65 Gambar 6.6 Tanda-tanda pada peta topografi (lanjutan). 6.6 Garis kontur & karakteristiknya Pada topografi menunjukkan bentuk dan ketinggian permukaan melalui garis-garis ketinggian (garis kontur). Garis kontur pada prinsipnya adalah garis perpotongan bentuk muka bumi dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian yang tetap (Gambar 6.7).

66 Garis kontur mempunyai sifat-sifat berikut: Setiap titik pada garis kontur mempunyai ketinggian yang sama. Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu dengan yang lain, atau diluar peta. Setiap garis kontur yang ber-spasi seragam (uniformly spaced contour) menunjukkan suatu keminringan lereng yang seragam. Garis-garis kontur yang rapat menunjukkan lereng curam. Garis-garis kontur yang renggang menunjukkan suatu lereng landai. Garis kontur yang bergigi menunjukkan suatu depresi (daerah yang rendah), yang tanda giginya menunjukkan kearah depresi tersebut. Garis kontur membelok kearah hulu suatu lembah, tetapi memotong tegak lurus permukaan sungai. Garis-garis kontur umumnya membulat pada punggung bukit atau gunung tetapi membentuk lengkung yang tajam pada alur-alur lembah sungai. Nilai garis kontur terbesar suatu punggung bukit dan nilai terkecil pada suatu lembah selalu terdapat berpasangan, yang berarti bahwa tidak terdapat nilai satu kontur yang maksimum atau minimum. Gambar 6.7 Garis kontur pada prinsipnya adalah garis perpotongan bentuk muka bumi dengan bidang horizontal pada suatu ketinggian yang tetap. 6.7 Cara membuat peta topografi Untuk dapat menggambarkan peta topografi yang baik, perlu diketahui unsur-unsur penting diantaranya; bukit, lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia.

67 Relief atau bentuk tinggi rendahnya bentang alam diukur dengan menggunakan alat ukur seperti; teodolit, alidade, waterpas, kompas dan lain- lain. Titik yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut diterakan pada peta menurut skala yang tertentu. Cara membuat kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian sebagai kerangka. Contoh pada Gambar 6.8, titik-titik ketinggian adalah A sampai E mewakili ketinggian dari bentang alam diukur. Misalnya pada garis A-B dengan beda tinggi 100 m akan dibuat kontur ketinggian 100m, maka spasi antar kontur dapat diinterpolasikan jaraknya dari selisih harga kontur dengan titik tsb. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan dengan jarak A-B pada peta. Demikian pula misalnya antara A-E akan dibuat kontur 250, maka konturnya adalah selisih tinggi A dan harga kontur (250) dibandingkan dengan beda tinggi A-E dikalikan jarak A-E sebenarnya pada peta. Gambar 6.8 proses pembuatan garis kontur ketinggian.

68 Dalam penggambaran garis kontur ketinggian, kadang-kadang diperlukan gambaran atau sketsa bentang alamnya misalnya bukit-bukit dan lembah, alur sungainya, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam interpolasi. 6.8 Penampang Topografi Penampang topografi adalah profil yang menunjukkan muka bumi sepanjang garis penampang tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan titik potong kontur dan garis penampang pada ketinggian (Gambar 6.9). Kadang-kadang skala tegak dibuat lebih besar dengan maksud lebih memperlihatkan profilnya. Cara konstruksi penampang topografi adalah sebagai berikut: A. Pilih garis dimana penampang akan dibuat (misalnya A-B pada Gambar 6.9A). B. Catat ketinggian masing-masing kontur yg terpotong oleh garis A-B. (Gambar 6.9B). Dalam proses ini dapat menggunakan kertas grafik dimana akan dibuat penampang topografi. C. Buat skala/nilai ketinggian secara vertikal di sisi kanan dan kiri dari kertas grafik yang ada digunakan dalam mengkonstruksi penampang. Pastikan nilai ketinggiannya mencakup nilai ketinggian maksimum dan minimum dari nilai peta yang akan dibuat penampang. Skala vertikal dapat bernilai sama dengan skala horizontal maupun tidak. D. Setelah itu dari titik-titik ketinggian yang dicatat pada langkah B, kemudian tarik garis lurus ke bawah dan sesuaikan dengan nilai ketinggian di sebelah kiri dan kanan, kemudian beri tanda. E. Setelah itu hubungkan nilai-nilai ketinggian yang telah ditandai pada langkah sebelumnya.

69 Gambar 6.9 Cara membuat penampang topografi

70 6.9 Analisa Peta Topografi Analisa peta topografi dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum dilakukan penyelidikan dilapangan ataupun pembukaan suatu wilayah. Analisa ini umumnya disertai foto udara, atau dengan bantuan informasi keadaan geologi regional. Seringkali keadaan topografi sangat dicerminkan oleh keadaan geologinya, sehingga studi pendahuluan ini sangat membantu penyelidikan selanjutnya Hal-hal yang perlu dipelajari pada peta topografi antara lain, pola garis kontur, kerapatan, bentuk-bentuk bukit, kelurusan punggungan, bentuk lembah atau aliran, pola aliran sungai dan sebagainya. Bebarapa sifat yang menonjol dari topografi misalnya bentuk morfologi yang landai, umumnya ditempati oleh endapan aluvial sungai/pantai, atau batuan-batuan yang lunak misalnya lempung, napal dan sebagainya. Bentuk perbukitan yang bergelombang, umumnya ditempati oleh batuan yang berselang-seling, misalnya batupasir dan lempung atau breksi. Bukit-bukit yang menonjol dan tersendiri, seringkali merupakan suatu tubuh batuan intruksi, misalnya andesit, basalt. Pada batugamping, sangat khas dikenal bentuk topografi karst dan sebagainya. Kelurusan punggungan atau sungai biasanya menunjukkan struktur geologi, misalnya perlapisan batuan, jalur patahan atau batas perbedaan jenis batuan. Pola aliran sungai, apabila dapat dikelompokkan menjadi kelompokkan menjadi kelompok yang mendirikan batuan atau struktur tertentu. Beberapa bentuk pola aliran antara lain adalah (Gambar 6.10) : -Dendritik Mempunyai pola seperti ranting pohon dimana anak sungai menggabung pada sungai utama dengan sudut yang tajam, menunjukkan batuan yang homogen terdiri dari batuan sedimen yang lunak atau vulkanik. -Rectangular Arah anak sungai dan hubungan dengan sungai utama dikontrol oleh joint (kekarkekar), fracture dan bidang folasi, umumnya terdapat pada batuan metamorf dan atau batuan dengan perlapisan yang datar. -Angulate Mempunyai anak sungai yang pendek-pendek, sejajar, anak sungai dikontrol oleh sifat seperti batupasir atau gamping yang mempunyai pola kekar paralel. -Trellis

71 Mempunyai anak-anak sungai yang pendek-pendek sejajar, pola ini lebih menunjukkan struktur dari pada jenis batuannya sendiri, umumnya terdapat pada daerah batuan sedimen yang mempunyai kemiringan, serta adanya perselingan antara batuan yang lunak dan keras dimana sungai utama umumnya dikontrol oleh adanya sesar atau rekahan-rekahan. -Paralel Terbentuk pada permukaan yang mempunyai kemiringan yang seragam. Sudut anak sungai dengan sungai utama hampir sama, sungai utama umumnya dikontrol oleh sesar atau rekahan-rekahan. -Radial Aliran sungai-sungai menyebar dari puncak yang lebih tinggi. Umumnya terdapat pada puncak gunung atau bukit-bukit. -Sentripetal Sungai menuju kesatu arah, umumnya menunjukkan adanya depresi atau akhir dari pada antiklin atau siklin yang tererosi.

72 Gambar 6.10 Jenis pola aliran Sungai

73 Pada peta topografi, proses geologi muda, terutama erosi akan tercermin pada bentuk lembah dan aliran sungainya. Pada prinsipnya gaya pengikis erosi cenderung untuk meratakan muka bumi ini, sampai pada batas dasar erosi yang berupa, laut, danau atau sungai yang besar. Sehubungan dengan ini dikenal jenjang-jenjang atau stadium erosi dari tingkat muda (youth), dewasa (mature) dan lanjut (old) untuk suatu wilayah yang terbatas. Suatu wilayah dikatakan stadium erosinya tingkat muda apabila dicirikan oleh bentuk lembah yang curam, berbentuk V, lurus erosi vertikal dasar lembah sangat berperan. Pada stadium dewasa, erosi lateral mulai berperan, dinding lembah mulai landai dan berbentuk U, dan mulai ada pengendapan. Pada stadium lanjut, dinding lembah sudah sangat landai, bahkan berupa dataran limpahan banjir, banyak sekali meander. Seringkali meander tersebut sudah terputus membentuk oxbow lake (Gambar 6.12). Pada peta topografi juga dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungan nya dengan curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS), dimana batas garis pemisah air (water divide) dapat dipelajari dengan melihat bentuk-bentuk punggungan yang meliputi aliran sungai utama (Gambar 6.11). Gambar 6.11 Garis pemisah air yang membatasi DAS.

74 Gambar 6.12 Perkembangan tingkat erosi sungai

75 6.10 Foto Udara Foto udara adalah alat yang fundamental dalam mempelajari geologi karena foto udara dapat menunjukkan gambaran permukaan bumi secara terinci dari perspektif vertikal. Gambaran vertikal pada foto udara tidak selalu menunjukkan keadaan alamiah seperti tampak pada bentang alam. Objek-objek seperti jalan, bangunan, sawah, danau akan mudah diketahui. Akan tetapi untuk mengidentifikasi jenis bentang alam, tubuh batuan dan gambaran geologi lainnya, diperlukan pengalaman dan dengan kontrol keadaan geologi yang diketahui. Salah satu kelebihan dari foto udara adalah dapat memberikan gambaran stereoskopik sehingga citra bentang alam akan tampil dalam gambaran tiga dimensi. Foto udara diambil secara berurutan searah jalur terbang dengan kurang lebih 60% mengulangi daerah yang tercakup pada foto (overlap). Apabila dua foto pada satu jalur digabungkan dan dilihat dengan stereoskop dengan konsentrasi pandangan pada kedua foto, akan terlihat gambaran tiga dimensi. Beberapa foto udara vertikal telah ditampilkan dalam cetak pasangan berbentuk stereogram. Untuk melihat gambaran tiga dimensi, letakkan stereoskop diatas stereogram dan lakukan pandangan tepat pada garis tengah (Gambar 6.13). Atur jarak lensa stereoskop sesuai dengan jarak mata Gambar 6.13 Cara melihat gambaran tiga dimensi dengan menggunakan stereoskop

76 6.11 Praktikum Tujuan Dalam praktikum kali ini praktikan diharapakan dapat memahami dan membaca peta topografi dan foto udara. Praktikan dapat mengkonstruksi kontur ketinggian sederhana. Praktikan dapat membuat penampang topografi Praktikan dapat menganalisa pola aliran sungai Praktikan dapat menentukan garis pemisah air dari foto udara. Peralatan Tugas Alat tulis (pensil, penghapus, pensil warna, penggaris, busur derajat, dll.) Kertas grafik Kertas kalkir atau plastik transparan Kertas A4. Peta-peta sebagai tugas 1. Pada Gambar 6.14, terdapat beberapa titik ketinggian (dalam meter) dan garis yang menunjukkan aliran sungai. Buat kontur dengan interval 10m dari peta tersebut. a. Mulai dengan mengamati data ketinggian yang ada, tandai ketinggian maksimum dan minimum. Amati kemiringan lereng secara umum. b. Kontur paling bawah (110m) telah dibuat. Tidak ada nilai yang benarbenar 110m pada peta, namum perhatikan bahwa kontur 110m terletak dekat dengan titik ketinggian 111m dan relative lebih jauh dari titik 106m. c. Perhatikan juga bahwa kontur berbentuk V ketika melewati sungai. d. Lanjutkan untuk kontur 120m dan seterusnya. 2. Lakukan langkah-langkah yang sama dengan tugas 1 untuk peta pada Gambar kemudian buat penampang barat timur yang memotong titik ketinggian 65m di bagian tengah peta. 3. Gunakan peta dan ilustrasi morfologi pada Gambar a. Buat peta topografi pada lembar tugas dengan interval kontur 20m. b. Buat penampang topografi barat-timur melewati BM 275 (dengan skala vertikal dan horisontal yang sama) 4. Gunakan peta topografi daerah Bantarujeg pada Gambar 6.17 a. Identifikasi sungai sungai yang digambarkan pada peta topografi tersebut. b. Perhatikan sungai-sungai kecil yang mengalir ke S.Cilutung. c. Analisis pola aliran sungai yang ada. 5. Gunakan foto udara pada Gambar 6.18 (akan disediakan pada saat praktikum). a. Gunakan stereoskop untuk melihat foto udara tersebut.

77 b. Pastikan posisi stereoskop anda sudah benar dan dapat melihat sungai di tengah foto udara sebagai lembah bukan sebagai tinggian. c. Identifikasi sungai-sungai kecil yang mengalis ke arah sungai utama (terlihat pada foto udara). d. Tentukan mana sungai dan mana punggungan. e. Tandai sungai-sungai kecil yang mengalir ke sungai utama, kemudian identifikasi garis pemisah air untuk DAS sungai cabang dari sungai utama (cabang pertama). Gambar peta untuk digunakan dalam Tugas 1.

78 Gambar PGambar 6.15eta untuk digunakan pada tugas 2. Ketinggian dalam meter.

79 Gambar 6.16 peta dan sketsa kenampakan morfologi untuk Tugas 3.

80 Gambar 6.17 Peta topografi daerah Bantarujeg, Jawa Barat (Tugas 4).

81 Gambar 6.18 Foto udara untuk Tugas 5.

82 BAB 7 FOSIL DAN SKALA WAKTU GEOLOGI 7.1 Fosil Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada lapisanlapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain. Fosil merupakan pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan kehidupan serta evolusi dari kehidupan purba. 7.2 Kegunaan Fosil Suatu kelompok fosil merupakan petunjuk di dalam mempelajari lingkungan kehidupannya selang waktu yang tertentu, serta penyebaran kehidupannya. Oleh karena itu fosil sangat berguna didala : a. Menentukan umur fosil Fosil yang ditemukan dalam batuan mempunyai selang waktu yang tertentu. Dengan membandingkan urutan perlapisan pada batuan sedimen dan kandungan fosilnya, dapat ditentukan umur relatif suatu lapisan terhadap lapisan yang lain. b. Urutan korelasi Korelasi adalah prinsip menghubungkan lapisan yang sama umurnya pada lapisan batuan. Dengan melihat kumpulan fosil yang sama pada satu lapisan dengan lapisan yang lain, maka dapat dihubungkan suatu garis kesamaan waktu pembentukan batuan tersebut. c. Menentukan lingkungan pengendapan Beberapa binatang dapat dipelajari lingkungan hidupnya (misalnya: lingkungan laut dalam, laut dangkal, payau, darat dsb). Hal ini akan membantu didalam merekontruksikan paleogeografi dari pengendapan satuan batuan. 7.3 Taksonomi Taxonomi ialah suatu cara pengelompokkan dari kehidupan tumbuhan atau binatang berdasarkan sifat dan hubungan genetiknya. Urutan taxonomi ialah: Kingdom, Filum, Subfilum, kelas, ordo, genus dan species. 7.4 Umur Geologi Umur geologi pada umumnya dikaitkan dengan sejarah kehidupan terdahulu (purba), urut-urutan satuan batuan dan peristiwa geologi yang menyangkut skala yang besar, misalnya: pengangkatan, pembentukan pegunungan, pembentukan cekungan dsb.

83 Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut sebagai umur relatif, sedangkan penentuan umur geologi dengan mempergunakan metoda radioaktif dari unsur-unsur yang terkandung dalam batuan sebagai umur absolut. Umur relatif ini pada dasarnya adalah umur suatu proses/objek geologi dibandingkan dengan proses atau objek geologi yang lainnya. Beberapa proses/objek geologi yang sering digunakan untuk menentukan umur relatif adalah pengendapan sedimen, terobosan batuan beku, pembentukan struktur geologi (lipatan, sesar dll.), pengangkatan dan erosi. 7.5 Skala waktu geologi Perkembangan zaman geologi disusun didalam urutan skala waktu geologi yang meliputi : Masa (Era), Zaman (Period), dan Kala (Epoch). Masa terdiri dari Kenozoikum, Mesozoikum, Paleozoikum, dan Pre-Kambrium (terdiri beberapa Masa). Sedangkan Zaman terdiri dari Kuarter (Quarternary), Neogen (Neogene), Paleogen (Paleogene), Kapur (Cretaceous), Jura (Jurassic), Trias (Triassic), Perm (Permian), Karbon (Carboniferus), Devon (Devonian), Silur (Silurian), Ordovisium (Ordovician), Kambrium (Cambrium) dll. Skala waktu geologi ditunjukan pada Gambar 7.1

84 Gambar 7.1 Skala Waktu Geologi

85 BAB 8 PERLAPISAN 8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur geologinya. Gambaran tersebut mengikuti aturan atau pengertian mengenai hubungan dan kejadian geologi suatu lapisan batuan, serta sifat-sifat hubungannya. Pengertian ini meliputi: umur batuan, urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukan batuan sedimen, dikenal beberapa prinsip dasar tentang letak (posisi) lapisan batuan dengan lapisan yang lain. Prinsip Superposisi Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan batuan lain, selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya. Pada dasarnya lapisan sedimen diendapkan secara horizontal, kecuali pada lingkungan dimana posisi sedimen terhadap cekungan mempunyai kemiringan asal (initial dip). Pada kedudukan lapisan yang sudah terganggu karena tektonik (miring, terlipat dan terbalik), prinsip ini dapat diterapkan apabila dapat diketahui bagian atas (top) dan bawah (bottom) lapisan, dengan mempelajari struktur sedimennya (Gambar 4.7). Prinsip perlapisan sejajar dan kesamaan waktu Lapisan sedimen diendapkan dan membentuk perlapisan yang sejajar. Batas perlapisan (garis pengendapan) merupakan garis kesamaan waktu dari satu tempat ke tempat yang lainnya pada lapisan yang sama. Prinsip kesinambungan Lapisan sedimen diendapkan secara menerus atau berkesinambungan (continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam keadaan normal. Kecuali apabila sudah dipengaruhi oleh aktifitas tektonik (misalnya sesar), atau memang terjadi penipisan secara berangsur-angsur, kemungkinan adanya perubahan facies, atau hubungan yang tak selaras. Dengan prinsip-prinsip diatas, digunakan cara korelasi yang menghubung kan satuan batuan di suatu tempat dengan satuan batuan di tempat yang lain didasarkan pada kesamaan waktu pembentukannya. Untuk korelasi ini dapat dipakai sifat-sifat batuan (korelasi litologi = kesebandingan) atau sifat kandungan fosilnya (korelasi paleontologi) yang pada dasarnya merupakan petunjuk kesamaan waktu kejadian pembentuknya. Bila dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama terdapat perubahan sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat berubah menjadi

86 napal ditempat lain, dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut berubah fasies. Fasies menyangkut aspek lingkungan dan biologisnya. 8.2 Keselarasan dan ketidakselarasan Suatu urutan beberapa satuan batuan sedimen dikatakan mempunyai hubungan yang selaras (conformity), apabila pada pembentukannya, urutan satuan-satuan tersebut secara vertikal merupakan hasil pengendapan yang menerus tanpa adanya selang waktu dalam pengendapan. Selang waktu yang hilang (time gap), dan berhentinya pengendapan disebabkan oleh kejadian pengangkatan, perlipatan dan pensesaran isi cekungan, pengikisan (erosi), penurunan dan pengendapan kembali di atas batuan tersebut. Umumnya bidang ketidakselarasan dicirikan oleh suatu batas hasil erosi, dengan endapan lingkungan darat (misal konglomerat dasar). 8.3 Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) Bentuk ketidakselarasan, dimana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan satuan batuan di atasnya. Dalam hal ini pengangkatan sudah disertai dengan pemiringan lapisan (tilting) atau perlipatan (folding). Hubungan bukan keselarasan (Non-conformity), merupakan hubungan antara batuan beku ataupun metamorf dengan batuan sedimen yang diendapkan diatasnya. pada dasarnya hubungan ini juga merupakan ketidak selarasan, mengingat proses pengendapan diatas batuan jenis lain akan menyangkut proses pengangkatan, pengikisan dan penurunan kembali sehingga merupakan alas bagi batuan sedimen di atasnya. 8.4 Hubungan antar satuan batuan dan struktur Pada keadaan geologi dengan berbagai jenis dan satuan batuan, berlaku aturan yang menyangkut kedudukan batuan (akan dijelaskan pada bab selanjutnya) dan hubungan antar satuan batuan tersebut. Hubungan antar satuan batuan bisa merupakan hubungan yang teratur (lihat Gambar 8.1), berupa tidak selaras (lihat Gambar 8.2) dan dapat juga saling berpotongan. Keadaan potong memotong ini berhubungan dengan umur relatif dan waktu kejadiannya (lihat Gambar 8.3). Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda terhadap batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen, beku metamorf. Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat menjelaskan kejadiannya. Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan dan juga struktur geologi (sesar). Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan merupakan kejadian berikutnya dari satuan batuan dibawahnya yang memungkinkan juga sudah mengalami beberapa

87 kejadian, misal, perlipatan, pensesaran dsb. Umur sesar umumnya dapat ditentukan berdasarkan satuan batuan paling muda yang ikut tersesarkan. Maka umur sesar tersebut adalah lebih muda dari satuan batuan tersebut. Menghubungkan lapisan batuan yang sama A B Menghubungkan batas lapisan batuan, satuan batuan berubah fasies Gambar 8.1 Prinsip kesebandingan dan korelasi pada satuan batuan

88 Ketidakselarasan sejajar (paralel unconformity) Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) Tak selaras (non conformity) Gambar 8.2 Jenis-jenis ketidak selarasan (unconformity)

89 E D C B A Urutan batuan dari tua ke muda ( A - B - C - D - E ) Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan _ + B _ + _ D A E C Urutan kejadian perlipatan intrusi ( C - A - B - D ), intrusi E Gambar 8.3 Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya

90 BAB 9 PETA GEOLOGI 9.1 Pengertian dan Kegunaan Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk-bentuk struktur dari masing-masing satuan batuan tersebut. Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis-jenis batuan, ketebalan, kedudukan satuan batuan (jurus dan kemiringan), susunan (urutan) satuan batuan, struktur sesar, perlipatan dan kekar serta proses-proses yang pernah terjadi di daerah ini. Peta geologi ada kalanya dibuat berdasarkan kepentingan, misalnya untuk kepentingan ilmiah (science), untuk kepentingan pertambangan, teknik sipil (engineering), pertanian, lingkungan dsb. Hal ini akan menghasilkan bermacam-macam peta geologi, misalnya peta geologi teknik. 9.2 Penyebaran batuan pada peta Peta geologi dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran singkapan di lapangan, yang kemudian diplot pada peta dasar yang dipakai (peta topografi). Untuk dapat menggambarkan keadaan geologi pada suatu peta dasar, dipakai beberapa aturan teknis, antara lain: perbedaan jenis batuan dan struktur geologi digambarkan berupa garis. Penyebaran batuan beku akan mengikuti aturan bentuk tubuh batuan beku (misalnya sill, dike, lakolit dsb., Gambar 3.4), sedangkan penyebaran batuan sedimen akan tergantung pada jurus dan kemiringannya. 9.3 Jurus dan kemiringan lapisan batuan Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menerangkan kedudukan suatu bidang. Bidang tersebut, salah satunya adalah bidang perlapisan suatu batuan sedimen. Pada suatu singkapan batuan berlapis, jurus dinyatakan sebagai garis arah dan kemiringan dinyatakan sebagai besaran sudut (Gambar 9.1).

91 Gambar 9.1 Jurus dan kemiringan pada singkapan batuan berlapis Secara geometris jurus dapat dinyatakan sebagai perpotongan antara bidang miring (perlapisan batuan, bidang sesar, dll.) dengan bidang horizontal yang dinyatakan sebagai besaran sudut, diukur dari Utara atau Selatan. Kemiringan adalah besaran sudut vertikal yang dibentuk oleh bidang miring tersebut dengan bidang horizontal. Dalam hal ini diambil yang maksimum, yaitu pada arah yang tegak lurus jurus lapisan batuan (Gambar 9.2). EBCH = bidang perlapisan EH = jurus pada ketinggian 200 m BC = jurus pada ketinggian 100 m α = kemiringan lapisan β = kemiringan semu FG = proyeksi jurus 100 m pada horizontal Gambar 9.2 Geometri jurus dan kemiringan suatu lapisan batuan Jurus umumnya diambil pada selang ketinggian yang pasti, misalnya jurus pada ketinggian 100 m, 200 m, 300 m, dan seterusnya. Pada tampak peta (proyeksi pada bidang horizontal), dengan sendirinya garis-garis jurus merupakan garis-garis yang sejajar dengan spasi yang tetap. Pada suatu satuan batuan yang mempunyai ketebalan tertentu dapat dibatasi adanya jurus lapisan bagian atas (top) dan jurus lapisan bagian bawah (bottom) pada ketinggian yang sama. Dari sini dapat ditentukan ketebalan tiap satuan, apabila penyebaran atau jurus top dan bottomnya dapat diketahui (Gambar 9.3).

92 F Jurus 200 bottom t' E α α t N M ketinggian 200 m. B Jurus G 200 top t I D Penampang ketebalan (t) satuan batuan A C Satu satuan batuan E F t B A I B bottom a top E α 200 bottom 200 top I t B F C Proyeksi jurus top dan bottom, dan penentuan ketebalan satuan Gambar 9.3 Penentuan ketebalan lapisan dengan metoda orthografi 9.4 Hubungan kedudukan lapisan dan topografi Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan-lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas-batas lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis kontur topografi) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang sama (Gambar 9.4).

93 A D E B Jurus 200 m. C Jurus 300 m. F Jurus 400 m. Proyeksi pada peta kontur Titik-titik singkapan (perpotongan kontur dan jurus) B K L M N A m C. x x x x Titik-titik kedudukan lapisan A K L M N B Penampang A - B Gambar 9.4 Hubungan jurus lapisan batuan, topografi dan penyebaran singkapan Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan dipermukaan dengan mencari titik-titik tersebut, apabila jurus-jurus untuk beberapa ketinggian dapat ditentukan. Sebaliknya, dari suatu penyebaran singkapan dapat pula ditentukan kedudukan lapisan dengan mencari jurus-jurusnya.

94 Sehubungan dengan ini terdapat suatu keteraturan antara bentuk topografi, penyebaran singkapan dan kedudukan lapisan. Pada suatu bentuk torehan lembah, keteraturan ini mengikuti Hukum V (Gambar 9.5). a b c d e f Gambar 9.5 Pola singkapan menurut hukum V a. Lapisan horizontal; b. Lapisan dengan kemiringan berlawanan dengan arah aliran; c. Lapisan vertikal; d. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran; e. Lapisan dengan kemiringan searah dan sama besar dengan arah aliran; f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil dengan arah aliran)

95 9.5 Cara penulisan kedudukan lapisan Kedudukan lapisan batuan diukur dengan kompas geologi di lapangan. Oleh karena itu kerangka yang dipakai umumnya arah Utara atau Selatan. Dikenal dua jenis skala kompas yaitu skala azimut ( ) dan skala kwadran ( ). Suatu lapisan mempunyai kemiringan berarah Selatan Barat, dituliskan sebagai berikut : - Skala azimuth N E/45 SW atau - Skala kwadran S 60 0 E/45 SW (Gambar 9.6) N N 120º 60º W E W E 60º S S Gambar 9.6 Cara penggambaran kedudukan lapisan secara skala Azimut dan Kwadran Lazimnya lebih sering dipakai skala azimuth karena lebih praktis karena selalu ditulis N... 0 E untuk arah jurusnya, sehingga kadang-kadang tidak dicantumkan pada kwadran arah kemiringan dicantumkan. 9.6 Simbol pada peta dan tanda litologi Peta geologi menggunakan tanda-tanda yang menunjukkan jenis batuan, kedudukan, serta struktur geologi yang ada pada daerah tersebut. Beberapa simbol yang umum dipakai ditunjukkan pada Gambar 9.7. Disamping tanda (simbol) litologi, juga sering dipakai warna, untuk membedakan jenis satuan (Gambar 9.8).

96 Jurus dan kemiringan lapisan Arah kemiringan dan kemiringan lapisan Jurus dan kemiringan lapisan terbalik Lapisan vertikal Lapisan horisontal Jurus dan kemiringan foliasi Foliasi vertikal Foliasi horisontal Jurus dan kemiringan kekar Kekar vertikal Kekar horisontal Sumbu antiklin Antiklin dengan arah penunjaman Antiklin rebah U D 60º Sumbu sinklin Sinklin dengan arah penunjaman Sinklin rebah Sesar mendatar Sesar dengan bidang sesar miring ke arah panah U = up, D = down Sesar normal Sesar sungkup (thrust fault) Gambar 9.7 Tanda-tanda pada peta geologi

97 7.7. Peta geologi dan penampang geologi Peta geologi selalu dilengkapi dengan penampang geologi, yang merupakan gambaran bawah permukaan dari keadaan yang tertera pada peta geologi. Keadaan bawah permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan dengan menggunakan prinsip dan pengertian geologi yang telah dibahas sebelumnya. Konglomerat Jingga / Coklat Breksi Jingga / Coklat Batupasir Kuning Napal (marl) Biru muda Lempung Hijau Serpih (shale) Lanau (silt) Batugamping Kelabu Kuning muda Biru Dolomit Biru tua Evaporit Merah muda Batubara Hitam v v v v v v v v Batuan beku Tuff Batu Metamorf Merah Coklat / ungu Ungu / jingga Gambar 9.8 Simbol dan warna batuan Untuk dapat lebih jelas menunjukkan gambaran bahwa permukaan penampang dibuat sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal-hal yang penting, misalnya; memotong seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya. Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan penggambaran dengan bantuan garis jurus (Gambar 9.9), yaitu dengan memproyeksikan titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan pada ketinggian sebenarnya.

98 Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan lapisan yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan sebenarnya, sehingga kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada penampang, akan tetapi bila tidak tegak lurus jurus, kemiringan lapisan yang tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis. Gambar 9.9 Cara membuat penampang dengan batuan garis jurus

99 Tugas 6 Peta Geologi Lapisan Horisontal dan Miring Tugas 6.A Lengkapi peta geologi dan diagram blok di atas! a. Lengkapi peta geologi (atas) dan permukaan atas diagram blok b. Gambarkan lapisan pada sisi vertikal diagram blok berdasarkan data kemiringan yang ada di peta geologi (45 derajat ke selatan). c. Pada blok diagram yang sudah selesai, tandai sudut jurus dan sudut kemiringan lapisan.

100 Tugas 6.B a. Peta geologi di atas merupakan peta lapisan batuan yang horisontal b. Urutkan umur tua ke muda untuk setiap lithologi berdasarkan kontur ketinggiannya c. Perkirakan ketebalan masing-masing unit batuan d. Buat penampang barat timur.

101 Tugas 6.C a. Buat kontur struktur (strike) dari bidang kontak unit batupasir dan batulempung dengan mengidentifikasi kontak batuan dengan kontur ketinggian sebagaimana pada Gambar 9.4 dan Gambar 9.9 b. Berdasarkan hasil butir a., buat penampang X-Y sebagaimana dicontohkan pada Gambar 9.9

102 Tugas 6.D Pada peta diatas titik A, B dan C adalah titik lokasi Bor dimana didapatkan lapisan batubara dengan elevasi sebagai berikut: Bor A 125mdpl (dari muka laut) Bor B 50mdpl Bor C 150mdpl Buat kontur struktur dari lapisan batubara tersebut, dengan asumsi kemiringan tetap. Kemudian identifikasi dimana lapisan batubara tersebut tersingkap (dalam seluruh luasan peta).

103 Tugas 7 Peta Geologi Lapisan Miring dan Ketidakselarasan Tugas 7.A Pada Peta diatas tarik garis kontur struktur (strike) untuk setiap batas litologi. Kemudian buat penampang yang tegak lurus terhadap garis kontur struktur (strike) tanpa eksagerasi vertikal (skala vertikal=skala horizontal). Tentukan besar kemiringan berdasarkan penampang dan menggunakan metode pada Gambar 9.3.

104 Tugas 7.B Problem 2. The map shows outcrops of breccia-mudstone contact, interpret the run of the contact all over the map. Draw a cross-section perpendicular to the strike line. Calculate the strike and dip of the contact.

105

106 BAB 10 STRUKTUR GEOLOGI 10.1 Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi dapat dibedakan menjadi : - Struktur primer - Struktur sekunder Struktur primer adalah struktur geologi yang terbentuk pada saat pembentukan batuan. Misalnya, struktur sedimen (silang siur, flute cast, dll, lihat Gambar 4.7); struktur kekar akibat pendinginan magma (kekar kolom dan kekar berlembar) dan struktur perlapisan. Struktur sekunder adalah struktur geologi yang mempelajari dan membahas bentukbentuk deformasi kerak bumi dan gejala-gejala penyebab pembentukannya. Dibedakan dengan geotektonik atau tektonik, geologi struktur mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit, yang meliputi deformasi-deformasi pada isi cekungan, sedangkan tektonik menyangkut skala yang lebih luas dari ini, misalnya proses pembentukan pegunungan (orgenesa) dsb. Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold) Kekar (joint) Kekar adalah struktur rekahan pada batuan yang tidak memperlihatkan pergeseran. Hampir tidak ada suatu singkapan di muka bumi ini yang tidak memperlihatkan gejala rekahan. Kekar bukan merupakan gejala yang kebetulan, tetapi merupakan hasil kekandasan/kegagalan batuan akibat tegasan (stress). Karena itu kekar akan mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum-hukum fisika. Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan banyak dipelajari secara luas tetapi merupakan struktur yang paling sukar untuk dianalisa. Berdasarkan cara terbentuknya kekar dapat diklasifikasikan menjadi : - Kekar tektonik, misalnya kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik (tension joint). - Kekar non tektonik, misalnya mudcrack, kekar kolom dan kekar berlembar. Struktur ini banyak dipelajari karena sangat berhubungan erat dengan masalah-masalah geologi teknik, geologi minyak bumi (terutama masalah cadangan dan produksi), geologi untuk pertambangan baik dalam hal sistem penambangannya maupun pengerahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi dll.

107 Di dalam teknik sipil dan pertambangan, masalah kekar merupakan hal yang sangat penting, karena meraka merupakan jalur-jalur lemah dalam batuan. Kesukaran yang dihadapi dalam membuat analisa struktur ini terletak pada banyaknya sifat-sifat dasar yang dimilikinya, artinya terdapat bukti-bukti bahwa rekahan-rekahan ini dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian. Umumnya, dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai dari saat pengendapan, atau segera setelah pengendapannya, dimana sedimen tersebut masih dalam proses kompaksi. Kekar non-tektonik, yaitu kekar yang terbentuk bukan karena gaya tektonik, misalnya kekar akibat pendinginan (cooling joint) pada batuan beku, misalnya kekar kolom (columnar joints) atau dapat juga terbentuk akibat pembebanan, misalnya sheeting joints. Struktur kekar dipelajari dengan cara statistik, mengukur dan mengelompokkannya dalam bentuk diagram roset (diagram bunga) atau diagram kontur (stereonet) Sesar (Fault) Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan, dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus yang disebut sesar translasi atau terputar yang dinamakan sesar rotasi. Pergeseranpergeseran ini mempunyai demensi berkisar antara beberapa cm sampai mencapai ratusan km. Bahan yang hancur akibat pergeseran yang terdapat pada jalur sesar, dapat berupa gouge yaitu suatu bahan yang halus karena lumat akibat gerusan dan breksi sesar yaitu zona hancuran yang memperlihatkan orientasi fragmen akibat gerusan. Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan sesar. Bidang sesar adalah bidang rekahan dimana terjadi pergeseran antara blok-blok yang saling berhadapan. Seringkali bidang sesar tercerminkan secara morfologis sebagai gawir sesar (Gambar 10.1). Hanging wall adalah blok patahan yang berada dibagian atas bidang sesar. Foot wall adalah blok yang ada dibagian bawah bidang sesar (Gambar 10.1). Throw (loncatan vertikal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada bidang vertikal (Gambar 10.1).

108 Heave (loncatan horizontal) adalah jarak slip / separation yang diukur pada bidang horizontal (Gambar 10.1). Foot Wall Jurus Sesar Hanging Wall BIDANG SESAR X Y Z α X Z = Pergeseran sesar X Y = Throw Y Z = Heave α = Kemiringan sesar Gambar 10.1 Diagram blok yang memperlihatkan bagian-bagian dari sesar Klasifikasi Sesar Berdasarkan pada sifat gerak, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : a. Sesar normal yaitu gerak hanging wall relatif turun terhadap foot wall b. Sesar mendatar yaitu gerak relatif hanging wall relatif naik terhadap foot wall c. Sesar mendatar yaitu gerak relatif mendatar pada bagian-bagian yang tersesarkan. Gerak-gerak ini sangat berhubungan dengan sifat atau posisi tegasan utama yang bekerja pada daerah atau tubuh batuan yang mengalami deformasi (Gambar 10.2).

109 Intermediate Maximum SESAR NAIK (a) Intermediate Minimum SESAR NORMAL Maximum (b) Intermediate Minimum SESAR MENDATAR Maximum (c) Gambar 10.2 Diagram blok yang memperlihatkan jenis-jenis sesar 10.4 Lipatan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat pengaruh suatu tegasan (stress). Pada umumnya refleksi pelengkungan ditunjukkan pada perlapisan batuan sedimen atau foliasi batuan metamorf. Beberapa istilah pada struktur lipatan - Hinge point adalah titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat (b. pada Gambar 10.3). garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, disebut juga hinge-line atau axis line (sumbu perlipatan) (d pada Gambar 10.3).

110 - Crest point adalah titik tertingi pada lipatan (a. pada Gambar 10.3). Garis yang melalui titik-titik tersebut crestal-line (c pada Gambar 10.3). - Trough point dan Trough line adalah titik dan garis terendah pada lipatan (g pada Gambar 10.3). - Garis sumbu lipatan (Axial line) adalah perpotongan antara bidang sumbu dengan bidang horizontal. (Garis ini lazim dicantumkan pada peta geologi). - Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang melalui garis sumbu dan garis pusat perlipatan dan membagi sama besar sudut yang dibentuk sayap-sayapnya (f pada Gambar 10.3). - Crestal plane adalah bidang yang melalui crestal-line dan pusat perlipatan (e pada Gambar 10.3). - Sayap lipatan (Limb) adalah bagian sebelah-menyebelah dari sisi lipatan (I pada Gambar 10.3). - Core adalah pusat lipatan (h pada Gambar 10.3) a c d e i b f h g Gambar 10.3 Diagram blok yang memperlihatkan bagian-bagian dari lipatan

111 Jenis-jenis lipatan Secara umum bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi : - Antiklin yaitu lipatan yang kedua sayaonya mempunyai arah kemiringan yang saling menjauh. - Sinklin yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang saling mendekat. Berdasarkan posisi bidang sumbunya, lipatan dapat diklasifikasikan menjadi (Gambar 10.4): - lipatan tegak - lipatan miring - lipatan rebah Lipatan tegak Lipatan miring Lipatan rebah Gambar 10.4 Jenis-jenis lipatan berdasarkan bidang sumbu secara diskriptif (berdasarkan posisi bidang sumbu dan sayap), lipatan diklasifikasikan menjadi: - lipatan simetri yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai sudut kemiringan - lipatan asimetri yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai sudut kemiringan tidak sama besar.

112 Lipatan simetri Lipatan asimetri Gambar 10.5 Jenis-jenis lipatan berdasarkan bentuknya

113 Tugas 8 Peta Geologi Lipatan dan Instrusi Buat penampang dari X ke Y, kemudian beri simbol struktur geologi jika ada! Apakah ada ketidakselarsan dalam peta tersebut?

114

115 Tugas 9 Peta Geologi Struktur Sesar Buat penampang melalui Y-Y, kemudian tentukan jenis sesar yang ada pada peta geologi tersebut. Berdasarkan skala yang ada tentukan besar throw dan heave-nya.

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth 3. Batuan Sedimen 3.1 Kejadian Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus. 2. Batuan Beku 2.1 Batuan Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku (igneous rock), terbentuk

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

1. Kristal dan Mineral

1. Kristal dan Mineral 1. Kristal dan Mineral 1.1 Definisi Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur kristal karakteristik

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

Mineralogi. By : Asri Oktaviani

Mineralogi. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan Olimpiade Sains Mineralogi By : Asri Oktaviani Batuan Beku-Sedimen-Metamorf Mineral sebagai komponen batuan Contoh pada Batuan Beku: Granit Foto: Thompson & Turk,

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

hiasan rumah). Batuan beku korok

hiasan rumah). Batuan beku korok Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. B. BATUAN BATUAN : Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya, batuan terbagi menjadi 3,

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari MINERAL DAN BATUAN Yuli Ifana Sari Tugas Kelompok 1. Jelaskan macam2 jenis batuan berdasarkan proses terjadinya dan berikan contohnya! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus batuan! Batuan Bahan padat

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS)

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) QUARTZ Rumus kimia : SiO 2 : bening atau putih : kaca (viteorus luster) : tidak ada 7 2,65 heksagonal mineral kuarsa dialam ditemukan didalam batuan beku dan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) Gambar 2.21 Fasies batuan metamorf Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) GEOLOGI DASAR 38 Fasies Batuan Metamorf Fasies merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN 4.1 Litofasies Menurut Walker dan James pada 1992, litofasies adalah suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen yang menunjukkan karakteristik fisika, kimia, dan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGERTIAN TANAH Apa itu tanah? Material yang terdiri dari

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Di sekitar kita terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik) 2. Batuan

Lebih terperinci

BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH

BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH BUMI YANG DINAMIS DIGERAKKAN OLEH ENERGI DARI MATAHARI ENERGI DARI DALAM BUMI MERUBAH WAJAH PERMUKAAN BUMI MELALUI PROSES-2 : 1. PELAPUKAN 2. PENGIKISAN 3. PENGANGKUTAN DAN 4.PENGENDAPAN MEMBENTUK RELIEF

Lebih terperinci

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli Lokasi pengamatan singkapan atupasir sisipan batulempung karbonan adalah pada lokasi GD-4 ( Foto 3.21) di daerah Gandasoli. Singkapan ini tersingkap pada salah satu sisi sungai. Kondisi singkapan segar.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PEMBENTUKAN TANAH 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik)

Lebih terperinci

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Lampiran Petrografi 1 KODE SAYATAN : Y1 LINTASAN : TERMINAL MS 3 FORMASI : Steenkool PERBESARAN : 10 X d = 2 mm DESKRIPSI : LEMBAR DESKRIPSI

Lebih terperinci

Raden Ario Wicaksono/

Raden Ario Wicaksono/ Foto 3.15 Fragmen Koral Pada Satuan Breksi-Batupasir. Lokasi selanjutnya perselingan breksi-batupasir adalah lokasi Bp-20 terdapat pada Sungai Ci Manuk dibagian utara dari muara antara Sungai Ci Cacaban

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978). (Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar

Lebih terperinci

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batuan sedimen sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan pondasi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya

Lebih terperinci

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS Oktober 21, 2011 flutecast09 Geologi Fisik, Pengenalan Mineral Tinggalkan Komentar TALK Kategori: Mineral Silikat Rumus Kimia: Mg 3Si 4O 10(OH) 2 Komposisi: Hydrated

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN

RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN Genesha Mineral Pada Lingkup Magmatik RORO RASI PUTRA REDHO KURNIAWAN FAJAR INAQTYO ZALLAF AHMAD ABDILLAH DOLI ALI FITRI KIKI GUSMANINGSIH BENTI JUL SOSANTRI ALFI RAHMAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Lingkup/Lingkungan

Lebih terperinci

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm. DAFTAR ISTILAH Aglomerat adalah batuan sedimen yang merupakan akumulasi material blok berukuran diameter > 64 mm, terdiri dari material volkanik, umumnya fragmen lava, yang dihasilkan pada fase erupsi

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah mineralogi Dosen pengampu : Dra. Sri Wardhani Disusun oleh Vanisa Syahra 115090700111001

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur Batuan Sedimen a. Ukuran butir Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari Skala Wentworth yaitu b. Sortasi atau Derajat Pemilahan Derajat

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / Pada sayatan tipis (Lampiran C) memiliki ciri-ciri kristalin, terdiri dari dolomit 75% berukuran 0,2-1,4 mm, menyudut-menyudut tanggung. Matriks lumpur karbonat 10%, semen kalsit 14% Porositas 1% interkristalin.

Lebih terperinci

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi

Lebih terperinci

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) www.pelatihanosn-soc.com soc.scienceolympiad@gmail.com : Jl. Bintara Jaya IV, No. 108, Bekasi Barat 17136 Bekasi - Jawa Barat 0812-9508-9496 NO MATERI SUB MATERI Meteorologi-Klimatologi (Atmosfer) 1 Meteorologi-Klimatologi

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-Sifat Optik Mineral Sifat-sifat optik pada suatu mineral terbagi menjadi dua, yakni sifat optik yang dapat diamati pada saat nikol sejajar dan sifat yang dapat diamati

Lebih terperinci

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert Chert Dasar Penamaan (Klasifikasi) Chert Chert adalah penamaan umum yang digunakan untuk batuan siliceous sebagai sebuah kelompok (grup), namun ada yang mengaplikasikannya untuk tipe spesifik dari chert

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan 2.1.1. Batuan Beku Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava

Lebih terperinci

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT Satuan batugamping Gunung Sekerat tersingkap dengan baik, dengan penyebaran kurang lebih 10% dari luas daerah penelitian, dalam Peta Geologi (Lampiran G-3) satuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

Magma dalam kerak bumi

Magma dalam kerak bumi MAGMA Pengertian Magma : adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobil, suhu antara 900-1200 derajat Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah.

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral Batuan(rocks) merupakan materi yang menyusun kulit bumi, yaitu suatu agregat padat ataupun urai yang terbentuk di

Lebih terperinci

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1 DIAGENESA BATUAN SEDIMEN Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi 3.2.3.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan data analisis mikrofosil pada batupasir (lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Breksi yaitu N8 (Akhir Miosen Awal) dengan ditemukannya

Lebih terperinci

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir). Apabila diperhatikan, hasil analisis petrografi dari sayatan batupasir kasar dan sayatan matriks breksi diperoleh penamaan yang sama. Hal ini diperkirakan terjadi karena yang menjadi matriks pada breksi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Singkapan Stadion baru PON Samarinda Singkapan batuan pada torehan bukit yang dikerjakan untuk jalan baru menuju stadion baru PON XVI Samarinda. Singkapan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU 4.1 Pendahuluan Kata provenan berasal dari bahasa Perancis, provenir yang berarti asal muasal (Pettijohn et al., 1987 dalam Boggs, 1992). Dalam geologi, istilah

Lebih terperinci

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi 3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan 3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,

Lebih terperinci

PETROLOGI. (mineral, batuan dan tanah) Informasi Geoteknik 1/13/2011

PETROLOGI. (mineral, batuan dan tanah) Informasi Geoteknik 1/13/2011 PETROLOGI petro = batu logos = ilmu stone = batu rocks = batuan kumpulan satu atau lebih mineral cabang ggeologi g yang mempelajari tentang genesa, klasifikasi dan deskripsi batuan serta pemanfaatanya

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan 7 Peta Geologi 71 Pengertian dan Kegunaan Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk bentuk struktur dari masingmasing satuan batuan

Lebih terperinci