BAB I PENDAHULUAN. Universitas Methodist Indonesia berlokasi di Jl. Harmonika Baru Pasar II Tanjung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Universitas Methodist Indonesia berlokasi di Jl. Harmonika Baru Pasar II Tanjung"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji tentang budaya akademik yang terdapat pada Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia, Medan. Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia berlokasi di Jl. Harmonika Baru Pasar II Tanjung Sari Medan yang dibangun pada tahun 1978 oleh Yayasan Gereja Methodist Indonesia. Merupakan salah satu universitas swasta yang berada di Sumatera Utara, mempunyai 2 program studi yakni program studi agroteknologi dan agribisnis yang memiliki beberapa dosen tetap dan dosen tidak tetap yaitu 7 dosen tetap pada Program Studi Agroteknologi, 6 dosen tetap pada Program Studi Agribisnis. Sedangkan dosen tidak tetap berjumlah 20 dosen pada tahun ajaran 2012/ Berikut ini adalah tabel jumlah mahasiswa di setiap Program Studinya: Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Program Studi Agroteknologi Agribisnis Jumlah Total Sumber : Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia.

2 Setiap mahasiswa di Fakultas Pertanian memiliki kompetensi 1 yang sangat baik dan dapat mengembangkan diri berdasarkan keahliannya masing-masing untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan yang lebih tinggi. Sangat bermanfaat jika dengan ilmu pengetahuan dan praktik-praktik yang mahasiswa dapatkan dari dosen yang berpengalaman dapat membuka wawasan yang luas tentang pertanian. Dalam usaha untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dan berprestasi, Fakultas Pertanian melengkapi sarana dan prasarana belajar sesuai dengan tuntutan kompetensi belajar. Di Fakultas Pertanian ini ada masing-masing ketua jurusan yang mengkoordinasi jalannya kegiatan proses belajar mengajar dari setiap program studi. Selain mereka harus bertanggung jawab terhadap program studi yang dipegangnya, mereka juga tidak menutup diri untuk tetap mengajar pada salah satu mata kuliah yang ada pada program studi tersebut. Ketua jurusan juga berperan aktif dalam mengatur mahasiswanya dalam penyusunan skripsi, seminar proposal, seminar hasil, meja hijau dan selain itu halhal yang berkaitan tentang mahasiswa ketua jurusan yang mengaturnya di bawah pimpinan dekan. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia adalah bapak Ir. Sihar. Silaen, MP. 1 Kompetensi artinya kewenangan untuk menentukan (memutuskan sesuatu) (artikata.com/arti kompetensi.html) (diakses 21 September 2013).

3 Foto 1 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan 2014 Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk membentuk kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan perolehan belajarnya baik pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan tata nilai maupun pada aspek sikap yang berguna untuk menunjang pengembangan potensinya. Oleh karena itu yayasan Methodist mendorong peningkatan program pendidikan jurusan Agroteknologi dan Agribisnis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Banyak kegiatan yang dibuat oleh Fakultas Pertanian seperti paduan suara, KMK (Kebaktian Mahasiswa Kristen), futsal, taekwondo, rindala (rindu alam),

4 karate dan fotografi 2 yang akan berpengaruh pada perkembangan mahasiswa. Dengan demikian keberadaan budaya akademik dibutuhkan dalam setiap organisasi karena dengan adanya budaya tersebut, tiap anggota ataupun mahasiswa dapat memahami kondisi organisasi tempat mereka melakukan kegiatan ataupun belajar sehingga apa yang mereka lakukan dapat tercapai. Fakultas Pertanian ini juga melakukan praktik di lapangan dan di dalam ruangan. Kegiatan tersebut dapat mempermudah setiap mahasiswa untuk lebih cepat memahami pelajaran dan menjadi terbiasa melakukan praktik pertanian, dan lebih terlatih lagi kalau ada kegiatan praktek di hari-hari selanjutnya. Sehingga setiap mahasiswa pun dapat mengembangkan potensinya berwirausaha di dunia luar atau dirumah masing-masing untuk melatih nilai kemandirian, ketekunan, kepercayaan diri, kedisiplinan dan lain sebagainya. 2 Data yang didapat sewaktu dilakukannya wawancara.

5 Foto 2 Lahan Praktik di Lapangan dan di Ruangan Praktik Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan Manusia dilahirkan dengan masing-masing kelebihan, diantaranya kemampuan untuk berpikir, berinteraksi, berbicara, berkreasi, bekerja sama, mengarahkan diri, sehingga dapat mengatur dirinya sendiri. Kemampuan yang berbeda-beda inilah yang membuat manusia hidup secara berdampingan dan saling melengkapi. Dalam aktivitas sehari-hari manusia juga harus bisa menghadapi berbagai perkembangan realitas zaman sekarang ini, karena itu sangat diperlukan suatu sistem, yaitu pendidikan 3. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada 3 Puteri Ananda, Budaya Pendidikan(Studi Etnografi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Medan), (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliitk, Medan, 2012), hal. 6-7.

6 dalam masyarakat. Hal ini dapat kita lihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa dilestarikan dalam setiap masyarakat dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya mungkin terjadi bila para pembawa nilai tersebut dapat mengarahkannya kepada generasi muda sebagai generasi penerus dari nilai tersebut. Tanpa disadari sebenarnya proses penyaluran nilai-nilai budaya yang paling efektif dimiliki adalah melalui proses pendidikan. Penelitian mengenai budaya akademik ini mengupayakan penyusunan laporan penelitian yang berisi konsepsi 4 dan gambaran mengenai budaya akademik yang dapat digali melalui kegiatan akademik dan nilai-nilai budaya pada warga akademik di Fakultas Pertanian. Adapun nilai-nilai budaya itu meliputi penghargaan terhadap pendapat orang lain secara objektif, pemikiran rasional dan kritis, analisis dengan tanggung jawab moral, kebiasaan membaca, penambahan ilmu dan wawasan, kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat, penulisan (artikel, makalah, buku), diskusi ilmiah, proses belajar mengajar dan manajemen di perguruan tinggi yang baik. Perguruan tinggi berperan aktif dalam menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian serta menyebarluaskan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan dan memperkaya kebudayaan nasional. 4 Konsepsi artinya pengertian; pendapat (paham) (artikata.com/arti konsepsi.html) (diakses 21 September 2013).

7 Ini berarti Fakultas Pertanian dituntut secara kompetitif 5 dengan kualitas kinerja yang unggul, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal yang pada akhirnya akan membawa dampak pada perubahan dibidang pendidikan nasional. Fakultas Pertanian juga berusaha untuk mengembangkan nilai-nilai budaya akademik hingga dapat membentuk mahasiswa yang memiliki jati diri dan kompetensi dibidangnya Rumusan Masalah Budaya tidak bersifat sentral karena fakta yang terjadi adalah setiap individu memiliki budaya sendiri yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan budaya yang ada di Fakultas Pertanian, budaya tidak dapat dipandang sebagai bentuk budaya sentral. Artinya, setiap civitas atau warga akademik di Fakultas Pertanian ini, sebelum masuk ke dalam lingkungan fakultas, mereka berbekal dengan kebudayaan mereka sendiri yang mereka bawa dari lingkungannya. Nilai budaya tersebut saling bersentuhan antara satu dengan yang lainnya, yang pada akhirnya menimbulkan budaya baru dan menyebabkan terjadinya situasi budaya akademik. Pertanyaan yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana situasi budaya akademik yang terjadi di Fakultas Pertanian, dan sehubungan dengan itu maka dirumuskan beberapa pertanyaan yang lebih rinci yaitu: 5 Kompetitif artinya berhubungan dengan kompetisi (persaingan) (artikata.com/arti kompetitif.html) (diakses 21 September 2013).

8 1. Bagaimana membangun budaya akademik di Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan? 2. Bagaimana proses penerapan budaya akademik di Fakultas Pertanian? 1.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Pertanian tepatnya di Jl. Harmonika Baru, Pasar II, Tanjung Sari, Medan Alasan penulis memilih Fakultas Pertanian ini sebagai lokasi penelitian adalah karena penulis melihat adanya nilai budaya yang sangat dijunjung tinggi pada fakultas ini yakni nilai keagamaannya, yang membuat penulis sangat tertarik untuk menelitinya, disamping bahwa penulis telah memiliki kedekatan karena ayah penulis merupakan civitas akademik di fakultas ini Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan budaya akademik melalui berbagai hal, proses belajar dan mengajar, kegiatan mahasiswa maupun kedekatan mahasiswa dengan dosen di Fakultas Pertanian dengan tipe penelitian yang bersifat etnografi. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terbentuknya pola pikir yang lebih luas dalam melihat budaya akademik. Peneliti maupun tiap warga akademik harus lebih terbuka terhadap permasalahan akademik sehingga dapat menciptakan ide-ide serta konsep-konsep baru mengenai budaya akademik tersebut.

9 1.5. Tinjauan Pustaka Budaya merupakan sekumpulan pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat, kapabilitas, dan kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu. Setiap individu mempunyai berbagai pengalaman budaya 6. Mereka selalu menggunakan pengharapan, sentimen, dan rasionalitas yang dimilikinya itu guna menafsirkan dan mendefinisikan berbagai situasi sosial. Mereka melakukan penafsiran dengan cara yang sama oleh ketika ada kesamaan pengalaman sosialisasi dan ekspektasi 7. Koentjaraningrat (1990:180) mengartikan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Oleh karena itu, kebudayaan muncul sebagai hasil belajar, dan bukan hanya sebatas pewarisan nilai-nilai saja, tetapi juga bersifat situasional 8 dengan menyesuaikan berdasarkan perkembangan zaman di lembaga pendidikan juga memuat hubungan-hubungan manusia di dalamnya yang berubah dalam kurun waktu tertentu. Kebudayaan juga merupakan suatu keseluruhan yang kompleks 9 dan tidak dapat diredusir 10 hanya dalam satu atau beberapa nilai saja, misalnya nilai IPTEK 11, kepercayaan saja atau 6 Dijelaskan oleh Mead dalam Maliki, 2008: Ekspektasi adalah mengacu kepada tindakan penantian/ pengharapan itu sendiri, menyatakan tingkat atau intensitas pengharapan (indonesiasaram.wordpress.com/ 2007/ 02/ / ekspektasiatau-ekspekta )(diakses 3 Mei 2013). 8 Situasional: sesuai (mengenai) situasi yang tepat (artikata.com/arti situasional.html)(diakses 21 September 2013). 9 Kompleks artinya mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit dan saling berhubungan (artikata.com/arti kompleks.html)(diakses 22 September 2013). 10 Redusir adalah mengurangi (kesukaran, kesulitan), menyederhanakan sesuatu agar lebih mudah ( 3 Mei 2013). 11 IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

10 seni saja, tetapi merupakan suatu yang kompleks dari nilai-nilai sebagai keseluruhan. Nilai-nilai kebudayaan beragam, kompleks dan terintegrasi 12, maka proses pendidikan tidak dapat dilihat dari satu titik pandang saja tetapi harus menggunakan berbagai bidang ilmu lainnya, seperti filsafat, antropologi, sosiologi, biologi, psikologi dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Kebudayaan adalah normatif 13 karena diarahkan oleh suatu hal yang kompleks, nilai-nilai diakui bersama didalam suatu masyarakat. Adanya keteraturan di dalam kebudayaan, adanya suatu proses humanisasi 14 dan visi 15, maka keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan suatu keseluruhan yang terintegrasi dan saling berkaitan. Lembaga pendidikan adalah tempat untuk menyalurkan ilmu pengetahuan dan budaya. Melalui praktik pendidikan, para mahasiswa diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasikan dalam zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada didalamnya 16. Lembaga pendidikan juga memuat hubungan-hubungan manusia di dalamnya yang berubah dalam kurun waktu tertentu. 12 Integrasi artinya pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat (artikata.com/arti integrasi.html)(diakses 21 September 2013). 13 Normatif artinya berpegang teguh pada norma; menurut norma atau kaidah yang berlaku (artikata.com/arti normatif.html)(diakses 21 September 2013). 14 Humanisasi adalah proses penumbuhan rasa perikemanusiaan, harus ditumbuhkan sejak seorang anak di bangku pendidikan sekolah yang paling rendah (artikata.com/arti humanisasi.html)(deiakses 21 September 2013). 15 Visi artinya kemampuan untuk melihat pada inti persoalan (artikata.com/arti visi.html)(diakses 22 September 2013). 16 Kangsaviking.wordpress.com/lembaga-pendidikan-sebagai-agen-perubahan(diakses 3 Mei 2013).

11 Sebagai sistem institusi sosial yang tentunya mengalami kedinamisan 17 seiring dengan adanya perkembangan zaman yang bersifat situasional, menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Lembaga pendidikan memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala hal. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian. Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat: 1. Pengembangan pribadi 2. Pengembangan warga 3. Pengembangan budaya 4. Pengembangan bangsa Universitas mencerminkan masyarakat dan waktu serta sistem sosial yang mempunyai suatu proses interaksi antara dua atau lebih aktor yang membentuk semacam konser. Mahasiswa sebagai peserta didik dalam proses pendidikan di universitas memiliki aktivitas untuk belajar yang diperoleh dari seorang dosen. Belajar selalu berhubungan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain juga selalu berkaitan dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang terbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya (Sukmadinata, 2005:155). 17 Dinamis maksudnya mudah menyesuaikan diri dengan keadaan (artikata.com/arti dinamis.html)(diakses 22 September 2013).

12 Pendidikan merupakan produk dari masyarakat setempat dan kebudayaan adalah kreasi yang disengaja dan penuh makna, penggalian pengetahuan, kemampuan, kecakapan, serta nilai-nilai bersama dan dari suatu konsensus 18 tentang harapan-harapan kognitif dan normatif. Nilai-nilai bersama itulah yang selanjutnya menjadi pedoman pilihan orang-orang yang beraksi di dalamnya. Pendidikan juga merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan pelatihan. Proses pendidikan sebagai suatu proses kebudayaan seharusnya melihat mahasiswanya bukan sebagai suatu entitas 19 yang terpecah-pecah tetapi sebagai individu yang menyeluruh atau sebagai seorang manusia yang seutuhnya. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan pendidikan dibentuk kelembagaan pendidikan formal, yaitu universitas. Budaya pendidikan yang dimiliki oleh setiap fakultas tentunya berbedabeda dan memiliki ciri khas masing-masing. Dalam proses budaya pendidikan, secara aktif peserta didik (mahasiswa) mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi 20 dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di dalam masyarakat, mengembangkan kehidupan 18 Konsensus adalah kesepakatan kata atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dsb) yang dicapai melalui kebulatan suara (artikata.com/arti konsensus.html)(diakses 22 September 2013). 19 Entitas adalah sesuatu yang sungguh ada, kesatuan yang lahir ( 3 Mei 2013). 20 Internalisasi artinya penghayatan (artikata.com/arti internalisasi.html)(diakses 22 September 2013).

13 masyarakat yang lebih sejahtera serta mengembangkan kehidupan bangsa dan bermartabat. Pengembangan pendidikan budaya sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa pada masa yang akan datang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai dan budaya pendidikan adalah usaha bersama fakultas, olehk karena itu harus dilakukan secara bersama oleh semua dosen, para mahasiswa, staf pegawai dan pemimpin fakultas melalui semua mata kuliah dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya akademik fakultas. Budaya akademik merupakan budaya universal artinya budaya akademik dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut. Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademis perguruan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar. Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya. Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dan sebagainya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan

14 dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Lebih sederhana, budaya akademik berarti apa yang dipelajari oleh mahasiswa selama periode waktu tertentu dari universitas, fakultas atau jurusan. Perkembangan budaya akademik didasarkan atas dua faktor yang bersifat internal dan eksternal dalam penyelenggaraan pendidikannya. Faktor internal menunjuk pada adanya perubahan sumber daya manusia hasil didikan perguruan tinggi yang semata-mata tidak hanya berdasarkan pada persyaratan penguasaan ilmu dan keterampilan tetapi juga pada persyaratan sikap dan semangat belajar pengenalan di bidang lapangan pekerjaan dan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikannya serta adanya semangat otonomi sesuai dengan UU No.32 tahun Sedangkan faktor eksternal menunjuk pada adanya persaingan tenaga kerja yang global, tuntutan pendidikan tinggi yang humanis, internasionalisasi pendidikan yang bersifat lintas Negara. Budaya akademik tentu saja merupakan bagian penting perguruan tinggi di dalam mencapai mutu akademik yang sangat baik. Untuk itu maka diperlukan peningkatan SDM (sumber daya manusia) seperti dosen, karyawan, mahasiswa, pengembangan infrastruktur pendidikan (ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan dan sarana prasarana lain pendukung pendidikan), pengembangan kinerja aktivitas akademik. Dalam studi kependidikan yang dikaji melalui pendekatan antropologi, maka kajian tersebut masuk dalam sub antropologi yang biasa dikenal menjadi

15 antropologi pendidikan. Artinya apabila antropologi pendidikan dimunculkan sebagai suatu materi kajian, maka yang menjadi objek kajiannya adalah penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog serta pengetahuan yang diperoleh khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat 21. Dengan demikian, kajian materi antropologi pendidikan, bukan bertujuan menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi. Ketika berbicara mengenai budaya akademik maka kita akan berbicara mengenai aktivitas pendidikan secara keseluruhan. Manusia memiliki aktivitas pendidikan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, untuk itu manusia menciptakan budaya akademik untuk mengatur aktivitas-aktivitas akademik tersebut. Budaya akademik juga harus dipelajari sebagai bagian yang integral dari kebudayaan sebagai keseluruhan dan tidak dianggap sebagai pranata yang otonom 22. Maka dari itu antropologi tidak pernah memandang bahwa budaya akademik itu bersifat sentral 23 karena fakta yang terjadi saat ini bahwa budaya akademik yang dianut oleh suatu masyarakat bisa saja berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Dewasa ini bahasan mengenai budaya akademik bukan merupakan hal baru untuk diperbincangkan. Budaya akademik muncul karena adanya berbagai 21 Puteri Ananda, Budaya Pendidikan(Studi Etnografi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Medan), (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Medan, 2012), hal Otonom adalah berdiri sendiri; dengan pemerintahan sendiri: daerah (artikata.com/arti otonom.html)(diakses 22 September 2013). 23 Sentral artinya di tengah-tengah sekali: titik; dianggap sebagai pusat (artikata.com/arti sentral.html)(diakses 22 September 2013).

16 ragam budaya di lembaga pendidikan. Budaya akademik yang hidup di lembaga pendidikan Indonesia secara teoritis merupakan konfigurasi 24 budaya. Simbol Bhineka Tunggal Ika adalah bukti nyata budaya akademik di lembaga pendidikan Indonesia yang terdiri dari ragam etnik, ras, suku, agama dan sebagainya. Keragaman inilah yang kemudian membentuk satu himpunan bangsa Indonesia dan dilindungi dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, dalam keberagaman selalu ada perbedaan-perbedaan yang menyimpan potensi konflik, jika tidak dikelola dengan baik maka potensi ini akan berwujud pertikaian yang pada akhirnya mengancam kebudayaan bangsa. Merujuk pada konflik maka kebudayaan harus menjadi senjata dalam mengatasi masalah yang ada di masyarakat. Oleh karenanya perlu dipertanyakan apakah budaya sudah dapat diterima oleh masyarakat yang memiliki keragaman budaya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan penelitian yang cukup serius. Namun tidak pada kesempatan ini. Pada kesempatan ini saya ingin memperdalam penjelasan mengenai budaya akademik. Banyak budaya yang terjadi di lembaga pendidikan memperlihatkan bagaimana budaya akademik tersebut bekerja dalam proses belajar mengajar yang kompleks. Mulai dari cara mengajar, belajar, praktik, dan sebagainya. 24 Konfigurasi maksudnya yakni bentuk; wujud (untuk menggambarkan orang atau benda) (artikata.com/arti konfigurasi.html)(diakses 21 September 2013).

17 1.6. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif serta bersifat etnografi. Penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar, melihat, mendengar, berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar dari masyarakat (Spradley, 1997:10). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi dalam hal ini digunakan untuk mengamati langsung gejala yang ada pada saat penelitian. Teknik observasi yang dilakukan peneliti guna melihat, mendengarkan dan mencatat kejadian-kejadian serta aktivitas yang terjadi di Fakultas Pertanian dengan masalah penerapan budaya akademik Wawancara Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan. Informan-informan yang terkait dalam penelitian ini adalah mahasiswa, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), pegawai, dosen, pegawai kebersihan serta informan lainnya yang mungkin terkait dengan pembentukan budaya akademik di Fakultas Pertanian. Wawancara juga memberi keleluasaan bagi peneliti untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami terkait penelitian yang sedang dilakukan.

18 Disamping itu peneliti juga menggunakan data sekunder sebagai pelengkap dan penyempurnaan hasil dari observasi dan wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada fakultas, buku, artikel, surat kabar, jurnal, internet dan lain-lain. Dalam hal melakukan penelitian juga dibutuhkan suatu alat pendukung untuk merekam dan mencatat serta mendokumentasikan apa yang terjadi di lapangan. Untuk itu peneliti menggunakan catatan lapangan (field note) untuk mencatat segala informasi yang diperoleh di lapangan. Selain itu alat perekam suara dibutuhkan guna merekam setiap informasi yang diberikan oleh informan, kamera dan video digunakan untuk mendokumentasikan kejadian-kejadian yang dianggap penting dalam bentuk foto maupun video. Dengan adanya peralatanperalatan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data yang lebih lengkap serta menjadi bukti atas apa yang terjadi di lapangan. Rapport (menjalin hubungan baik dengan informan) menjadi satu hal pokok yang sangat penting ketika melakukan penelitian. Bagaimana seorang peneliti bisa masuk dalam suatu lingkungan dan diterima agar dapat lebih mudah untuk memperoleh informasi dan data yang akurat. Pada penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai seorang yang tidak memiliki pengetahuan apapun tentang budaya akademik yang terdapat di Fakultas Pertanian, sehingga ingin belajar dari kondisi lapangan dan para informan untuk mengetahui budaya akademik yang terdapat di Fakultas Pertanian. Hubungan baik diciptakan melalui pendekatan dengan informan, bersikap ramah dan terbuka merupakan cara yang efektif dalam mendekatkan diri dengan informan, membangun rasa percaya

19 informan bahwa peneliti benar-benar ingin belajar mengenai budaya-budaya akademik di Fakultas Pertanian. Sehingga dengan hal tersebut diharapkan informan agar lebih terbuka untuk memberikan informasi dan menjelaskan mengenai situasi budaya yang terjadi di Fakultas Pertanian. Disamping itu, peneliti juga akan melakukan kontak dan membangun hubungan dengan informan.

Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN

Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN Hak milik yang paling berharga bagi suatu perguruan tinggi adalah kebebasan, otonomi, dan budaya akademik (academic culture). Milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A. PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia merupakan kebudayaan bangsa dan perlu mendapat perhatian khusus. Setiap suku bangsa memiliki budaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Lembaga pendidikan ini diharapkan mampu untuk mewujudkan suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu sarana penting dan strategis yang mudah diterapkan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), yang mempunyai tujuan menuntun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pengembangan potensi diri dalam meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang didalamnya mengajarkan pendidikan kepribadian yaitu Pendidikan Pancasila sesuai dengan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang sangat mendesak akan pendidikan yang berkualitas atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang sangat mendesak akan pendidikan yang berkualitas atas dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal berdirinya SDIT Abu Bakar Ash Shidiq Pati merupakan kebutuhan yang sangat mendesak akan pendidikan yang berkualitas atas dasar aqidah yang kuat, pendidikan

Lebih terperinci

Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB

Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB Dokumen ini berisi pandangan resmi MGB mengenai berbagai aspek pengelolaan ITB, meliputi Tantangan ITB, ITB Badan Hukum Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No : STD/SPMI/A.03 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-10 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN undiknas, 2016 all rights reserved

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT KABUPATEN MUARO JAMBI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik sistem pendidikan nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat memperbaiki sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa manusia, berupa normanorma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang dipelajari dan dimiliki oleh semua individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaan berada dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

, Kementerian Perumahan Rakyat didirikan pada bulan Oktober. tahun Kementerian Perumahan Rakyat adalah unsur pelaksana

, Kementerian Perumahan Rakyat didirikan pada bulan Oktober. tahun Kementerian Perumahan Rakyat adalah unsur pelaksana BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Sejarah Kementerian Perumahan Rakyat Republik Indonesia Menurut buku Rencana Strategis Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010-2014, Kementerian Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN

CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PINKY SAPTANDARI pinky_wisjnubroto@yahoo.com Disampaikan dalam Workshop tgl 7-9 Desember 2013 KEBUDAYAAN SEBAGAI PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN Paradigma

Lebih terperinci

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. Visi, misi, tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN II.1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer STMIK Potensi Utama merupakan salah satu institusi pendidikan yang sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN PENDEKATAN PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan (Nasir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini berkembang cukup maju dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL Oleh: MARET ADI PURWANTO 08503244036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di mana pun berada. Pendidikan sangat penting artinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI

PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI PERATURAN YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 01/YSR/2007 Tentang SISTEM DAN TATACARA PEMILIHAN CALON REKTOR UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2007-2011 PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam proses pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon (makhluk yang hidup berkelompok). Hal itu mengandung makna bahwa manusia senantiasa menginginkan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd Sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter dan mentalitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci