BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Logam berat merupakan jenis logam yang seringkali menimbulkan masalah lingkungan perairan. Hal ini dikarenakan karakter dari logam berat yang dapat bersifat racun bagi lingkungan dan manusia. Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung. Logam berat yang banyak berperan sebagai polutan adalah timbal, krom, merkuri, uranium, selenium, seng, arsen, kadmium, emas, perak, tembaga dan nikel. Logam berat yang beracun ini biasanya berasal dari sisa hasil pertambangan, pemurnian bijih logam, industri peralatan elektrik, cat, baterai, pestisida, dan sebagainya. Tembaga merupakan logam penting yang sering digunakan sebagai bahan baku dalam perindustrian. Pengolahan tembaga sering menghasilkan sisa-sisa produksi sebagai limbah yang menimbulkan efek terhadap lingkungan. Efek yang ditimbulkan oleh logam beracun seperti tembaga telah dikenal secara luas. Sebagai contoh adalah kerusakan pada ginjal dan organ-organ dalam yang lain sehingga berbagai cara dilakukan untuk memisahkan tembaga dari konstituen yang diinginkan (Sonowale, Ghalgasi and Argekar,2002). Apabila konsentrasi tembaga sangat tinggi di perairan dapat menyebabkan pencemaran air laut. Kepekatan tembaga yang tinggi dan terakumulasi dalam ikan dan organisme lain dapat mengakibatkan kerusakan insang, hati, ginjal, dan sistem saraf ( Kadmium(II) merupakan salah satu logam berat yang masuk kategori bersifat toksik tinggi (Munaf, 1994). Kadmium dan garamnya bersifat toksik bagi organisme (terakumulasi pada hati dan ginjal), karena ion divalennya mampu berikatan dengan residu sulfihidril (-SH) pada enzim (Lagowski, 1997). Timbal merupakan logam beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Timbal dan garamnya dapat menyebabkan kerusakan pada hati, otak, peredaran darah, dan sistem saraf ( Kromium merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(IV), tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam dan memiliki sifat racun yang lebih rendah dibanding dengan valensi enam. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah (Suhendrayatna, 1999). Beberapa cara telah dilakukan untuk mengolah limbah logam berat tersebut sebelum dibuang ke perairan bebas. Cara yang biasa dipakai atau dikembangkan dengan tujuan untuk memisahkan ion-ion logam berat yang bersifat toksik dari lingkungan ialah ekstraksi pelarut, pengendapan, dan adsorpsi (Hiratani, dkk, 1994). Pemisahan ion logam pada umumnya dilakukan dengan metode pembentukan kompleks seperti ekstraksi pelarut, adsorpsi ion logam dengan resin, serta dengan electroplating (Umi, 2002). Prosedur yang biasa digunakan untuk mengambil ion logam dari larutan seperti pengendapan kimia, pertukaran ion, osmosis terbalik, ekstraksi pelarut (Ramachandra dan Kanamadi, 2003). Metode konvensional yang sering digunakan untuk mengambil logam berat

2 2 dari limbah industri di perairan termasuk pengendapan kimia dengan sulfide atau hidroksida, oksidasi atau reduksi kimia, pertukaran ion, perlakuan elektrokimia, evaporative recovery, dan adsorpsi (Al-Qodah, 2006). Metode ekstraksi kurang efisien karena menggunakan pelarut yang sangat banyak sehingga sangat mahal untuk diaplikasikan dalam skala industri (Chen, dkk, 1995). Elektrodialisis merupakan metode pemisahan logam berat menggunakan membran semi permeable selektif ion, kekurangannya yaitu apabila terdapat endapan logam terhidroksida maka akan menyumbat membran. Kelemahan dari metode pengendapan kimia adalah endapan yang dihasilkan mengandung komponen yang beracun (Ramachandra dan Kanamadi, 2003). Metode pertukaran ion tengah dikembangkan dan akan dipelajari sebagai metode pengambilan logam dengan menggunakan bahan penukar ion. Suatu senyawa dapat dimanfaatkan sebagai penukar ion bila mempunyai gugus aktif seperti OH, -COOH, -SO 3 H sebagai pusat pertukaran. Penukar ion dengan gugus terionisasi kuat seperti -SO 3 H, R 3 NH disebut sebagai penukar kuat, sedangkan gugus ion yang terionisasi secara parsial seperti -OH, -COOH, dan NH 2 dikenal sebagai penukar lemah. Adanya pusat aktif pada penukar ion menyebabkan terjadinya pertukaran ion terhadap pusat aktif dengan ion-ion logam. Ion-ion logam akan masuk ke dalam penukar ion dan menggantikan kedudukan pusat aktif penukar ion tersebut. Eugenol mempunyai struktur yang mirip dengan stirena yang banyak digunakan sebagai bahan dasar resin. Eugenol mempunyai gugus hidroksi (-OH), gugus metoksi (-OCH 3 ), dan gugus propenil (-CH 2 -CH=CH 2 ). Polimer dari eugenol dapat dimanfaatkan sebagai penukar kation, karena mempunyai banyak gugus hidroksi (-OH) sebagai pusat pertukaran. Melihat dari struktur eugenol, maka selain dapat dikopolimerisasi secara kationik (Odian, 1991), juga dapat disambungsilangkan dengan DVB secara ionik. Untuk meningkatkan efisiensi pertukaran dilakukan sambungsilang dengan DVB untuk membentuk struktur mirip dengan jaring, sehingga ion-ion logam selain tertukar dengan H + pada gugus hidroksi, ion-ion logam yang mempunyai ukuran sesuai dengan ukuran jaring yang terbentuk akan terjebak dalam jaring. Peningkatan efektivitas penukar ion dapat dilakukan dengan impregnasi ionofor tertentu. Penukar ion yang terimpregnasi menjadi lebih efektif dalam mengikat ion logam karena ionofor dapat membentuk ikatan terhadap logam. Pertukaran ion dengan metode batch untuk ion logam dapat digunakan ligan terimpregnasi yaitu memasukkan suatu ionofor tertentu ke dalam penukar ion untuk meningkatkan selektivitas penukar ion. Mustikarini (2007) telah mensintesis suatu ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena (CTA) melalui reaksi diazotasi. Ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena mempunyai dua atom O pada gugus hidroksi dan dua atom N yang mana kedua atom tersebut mempunyai sifat sangat elektronegatif sehingga dapat menarik kation dengan elektron bebasnya. Ionofor tersebut dimpregnasikan ke dalam kopoli (Eugenol- DVB) menjadi suatu penukar ion kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena. Dari hasil karakterisasi terlihat bahwa kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena memiliki gugus fungsi yang terdapat pada kopoli

3 3 (Eugenol-DVB) dan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena, serta pori-pori yang lebih banyak dibandingkan kedua penukar ion tersebut. Oleh karena itu diharapkan ion logam dapat tertukar dengan atom hidrogen pada gugus aktif kopoli(eugenol-dvb) dan berikatan dengan keempat elektron bebas pada atom O dan N. Selain itu kation yang mempunyai jari-jari atom mendekati ukuran pori akan terjebak dalam pori yang dibentuk oleh kompleks antara kopoli(eeugenol- DVB) dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena. Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian efektivitas dan selektivitas kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasikan dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena sebagai penukar ion terhadap ion-ion logam Cu, Cd, Cr, dan Pb secara batch dengan variasi kondisi ph dan waktu kontak. Selain itu akan diteliti pula untuk penukar ion ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena dan dengan kopoli (Eugenol-DVB). B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Pada pertukaran ion terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya metode batch dan metode continu. Metode batch lebih sering digunakan dalam penelitian karena lebih mudah dan dapat dilakukan secara sederhana. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertukaran ion terhadap pusat aktif penukar ion dengan ion logam secara batch antara lain : ph larutan logam, waktu kontak, konsentrasi awal larutan, dan temperatur. Analisis logam dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan banyak cara. Metode yang sering digunakan antara lain dengan spektrofometri serapan atom, fotometri nyala, dan kolorimetri 2, Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka pada penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut : a. Metode pertukaran ion yang digunakan adalah metode batch. b. Variabel yang diteliti adalah ph pada range ph 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan waktu kontak sebesar 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit, dengan konsentrasi awal larutan sebesar 50 ppm dan pada temperatur kamar c. Analisis logam ditentukan dengan Spektrofotometri Serapan Atom. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka pada penelitian ini diberikan rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh ph dan waktu kontak terhadap pertukaran ion tersebut? b. Apakah kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena merupakan penukar ion yang selektif? c. Apakah kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena merupakan penukar ion yang paling efektif bila dibandingkan dengan penukar ion ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena, dan dengan penukar ion kopoli (Eugenol-DVB)?

4 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh ph dan waktu kontak terhadap pertukaran ion tersebut. 2. Mengetahui tingkat selektivitas kopoli(eugenol-dvb) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena. 3. Mengetahui tingkat efektivitas dari kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena, ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena, dan kopoli (Eugenol-DVB). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara teoritis, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu kimia polimer secara khusus, serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis adalah dapat memperluas pemanfaatan eugenol yang merupakan komponen utama minyak daun cengkeh dan meningkatkan nilai ekonomisnya. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka B. Kerangka Pemikiran Eugenol mempunyai gugus hidroksi (-OH), gugus metoksi (-OCH 3 ), dan gugus propenil (-CH 2 -CH=CH 2 ). Polimer dari eugenol dapat dimanfaatkan sebagai penukar kation, karena mempunyai gugus hidroksi (-OH) sebagai pusat pertukaran. Monomer eugenol disambungsilangkan dengan DVB melalui reaksi kopolimerisasi kationik dengan katalis BF 3 (OC 2 H 5 ) 2 membentuk kopoli(eugenol- DVB) dengan struktur mirip jaring sehingga ion-ion logam selain tertukar dengan H +, juga terjebak dalam jaring tersebut. Kopolimerisasi dengan DVB bertujuan untuk meningkatkan efektivitas penukar ion yaitu kemampuan penukar ion dalam berikatan dan menjebak ion. Untuk memperoleh penukar ion yang akan berikatan atau menjebak ion tertentu, maka kopoli (eugenol-dvb) diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena membentuk penukar ion kopoli (eugenol-dvb) yang terimpregnasi ionofor. Ionofor merupakan reseptor untuk membentuk kompleks lipofilik dengan spesies bermuatan dan mempunyai kemampuan menangkap ionion. Ionofor ini dapat membedakan ion-ion berdasarkan ukuran dan sifat selektivitasnya. Pertukaran ion secara batch dipengaruh oleh kondisi optimum pertukaran. Kondisi optimum tersebut diantaranya ph larutan logam dan waktu kontak. Pada ph rendah, H + akan terprotonasi sehingga terjadi persaingan antara proton dengan ion logam. Sedangkan pada ph tinggi, ion logam akan terhidroksida dan akan

5 5 membentuk suatu endapan. Waktu kontak terjadi relatif cepat karena pertukaran ion terjadi pada gugus aktif dan pori yang terletak di permukaan. Sedangkan kapasitas pertukaran ion dihitung dengan AAS. C. Hipotesis 1. Keasamaan (ph) optimum berada pada ph larutan Cu netral dan waktu kontak optimum relatif cepat. 2. Kopoli (Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena merupakan penukar ion yang selektif terhadap logam Cu(II). 3. Kopoli(Eugenol-DVB) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena merupakan penukar ion yang lebih efektif terhadap logam Cu(II) dibandingkan penukar ion ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena ataupun penukar ion kopoli(eugenol-dvb). 1. Penentuan ph Optimum BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 ml larutan logam Cu ppm dengan variasi ph 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan Erlenmeyer kopoli(eugenol-dvb) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -Trihidroksiazobenzena Distirer selama 15 menit, kemudian disaring Filtrat Analisis SSA Konsentrasi ion logam Cu 2+ Kurva ph vs % ion logam tertukar ph optimum

6 6 2. Penentuan Waktu Kontak Optimum n 25 ml larutan logam Cu ppm dengan ph yang telah dioptimasi Erlemeyer Penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena Distirer dengan variasi waktu kontak 0, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, kemudian disaring Filtrat Analisis SSA Konsentrasi ion logam Cu 2+ Kurva waktu kontak vs persen (%) ion logam Waktu kontak optimum

7 7 3. Penentuan Efektivitas Penukar Ion dalam Logam Tunggal 25 ml larutan logam tunggal Cu 2+ /Cd 2+ /Cr 3+ /Pb ppm dengan ph 7 Erlenmeyer Penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena Distirer dengan waktu kontak optimum kemudian disaring Filtrat Analisis SSA Konsentrasi ion logam Cu 2+ / Cd 2+ / Cr 3+ / Pb 2+ % E masing-masing logam Efektivitas Langkah yang sama dilakukan untuk penukar ion Kopoli(Eugenol-DVB) dan penukar ion ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena.

8 8 4. Penentuan Selektivitas Penukar Ion dalam Logam Bersaingan 25 ml larutan logam bersaing 50 ppm dengan ph yang telah dioptimasi Erlenmeyer Penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang diimpregnasi dengan ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena Distirer dengan waktu kontak optimum kemudian disaring Filtrat Analisis SSA Konsentrasi ion logam Cu 2+, Cd 2+, Cr 3+ dan Pb 2+ % E masing-masing ion logam Selektivitas Langkah yang sama dilakukan untuk penukar ion Kopoli(Eugenol-DVB) dan penukar ion ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena.

9 9 E. Teknik Analisa Data Kandungan logam di filtrat dianalisis dengan instrumen SAA, sehingga akan diperoleh harga absorbansi dan konsentrasi dari tiap-tiap sampel di filtrat (logam yang tidak tertukar). ph optimum dan waktu kontak optimum adalah ph dan waktu saat konsentrasi Cu yang tidak terukar sedikit atau Cu banyak yang tertukar. ph dan waktu kontak optimum ditentukan dari harga % tertukar logam Cu(II) dalam penukar ion. Efektivitas dan selektivitas kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena terhadap logam Cu(II) dan logam lainnya pada logam bersaing ditentukan berdasarkan harga % tertukar dan koefisien selektivitasnya. F. Teknik Penafsiran dan Penyimpulan Hasil ph dan waktu kontak dikatakan optimum atau efektif bila persen (%) tertukar dalam penukar ion sangat tinggi. Efektifitas dikatan baik apabila jumlah persen (%) logam Cu (II) yang tertukar dalam penukar ion besar. Selektivitas kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'- kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena dikatakan baik apabila harga selektivitas logam Cu(II) terhadap logam lain besar. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan ph Optimum Logam Cu (II) ph optimum dalam penelitian ini adalah suatu kondisi asam atau basa suatu larutan yang dinyatakan dalam ph agar logam dapat tertukar secara optimum dalam penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'- kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena. Pada penelitian ini penentuan ph optimum logam dilakukan pada variasi ph 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 karena pada ph diatas 7, larutan logam Cu (II) telah mengalami pengendapan. Data pengamatan absorbansi dan konsentrasi Cu(II) pada setiap variasi ph, konsentrasi larutan logam Cu(II) 50 ppm, berat penukar kation kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena 0,1 gram disajikan pada Tabel lampiran 1. Data konsentrasi logam Cu(II) yang tidak tertukar dan tertukar disajikan pada Tabel 1.

10 10 Tabel 1. Data Konsentrasi Logam Cu(II) Tidak Tertukar, dan Tertukar Terhadap variasi ph dengan Waktu Kontak Selama 15 Menit. ph Kons. Awal (ppm) Kons. Tak Tertukar Kons. Tertukar (ppm) (ppm) 1 42,54 ± 0,14 07,08 ± 0, ,52 ± 0,10 08,10 ± 0, ,70 ± 0,34 12,92 ± 0, ,62 ± 1,06 36,40 ± 2,15 13,22 ± 1, ,26 ± 1,03 16,36 ± 0, ,22 ± 0,22 17,40 ± 0, ,25 ± 0,06 24,37 ± 1,00 Dari data konsentrasi Cu(II) pada Tabel 1 tersebut selanjutnya dapat ditentukan persen (%) tertukar logam Cu(II). Persen (%) tertukar dapat dihitung dengan membagi konsentrasi Cu(II) tertukar dengan konsentrasi Cu(II) sebelum tertukar (Awal). Contoh perhitungan persen (%) tertukar Cu(II) pada Lampiran 2, Data persen (%) tertukar logam Cu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data persen (%) Tertukar Logam Cu(II) 50 ppm dalam penukar kation* terhadap variasi ph dengan Waktu Kontak selama 15 menit. ph Tertukar Ion Logam (%) 1 14, , , , , , ,11 * kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena Dari data pada Tabel 2 dapat dibuat kurva hubungan antara persen (%) tertukar terhadap ph. Kurva hubungan antara persen (%) tertukar Cu terhadap ph disajikan pada Gambar 7.

11 11 Gambar 7. Kurva Hubungan Antara Persen (%) Tertukar Cu(II) terhadap ph. Kopoli(Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena dibuat dari impregnasi Kopoli(eugenol-DVB) yang mempunyai gugus OH sebagai pusat pertukaran dan ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena yang mempunyai dua atom O pada gugus hidroksi dan dua atom N yang mana kedua atom tersebut mempunyai sifat sangat elektronegatif sehingga dapat menarik kation dengan elektron bebasnya. Oleh karena itu, Kopoli(Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena merupakan suatu penukar kation yang memiliki gugus aktif OH, dimana atom O yang sangat elektronegatif mudah menarik elektron H sehingga H lepas sebagai H + (proton). Apabila larutan yang mengandung logam ditambahkan ke dalam suatu penukar kation maka akan terjadi pertukaran antara ion logam dengan proton yang terikat pada gugus aktif penukar kation tersebut, yang disebut pertukaran kation. Pertukaran kation dipengaruhi oleh ph larutan, waktu kontak, konsentrasi awal larutan, dan temperatur. ph larutan akan menunjukkan banyaknya proton maupun hidroksida yang berada pada larutan. Konsentrasi proton dan hidroksida ini akan mempengaruhi kemampuan Cu(II) untuk bertukar. Dari data Tabel 2 dan Gambar 10 terlihat bahwa semakin tinggi ph diikuti dengan peningkatan jumlah logam yang tertukar. Konsentrasi Cu(II) yang tertukar pada ph 1 sebesar 07,08 ppm dengan persen tertukar 14,27 %. Hal ini disebabkan pada ph yang rendah atau pada ph yang lebih asam konsentrasi proton dalam larutan tinggi sehingga proton dan ion logam dalam larutan yang sama-sama bermuatan positif dan berfungsi sebgai asam lewis akan berkompetisi untuk bertukar dengan proton dalam penukar kation yang berfungsi sebagai basa lewis. Karena asam lewis dari proton lebih besar dibandingkan dengan kation logam Cu(II) maka proton akan lebih dominan bereaksi sehingga terjadi protonisasi. Penukar kation yang terprotonisasi tidak dapat bereaksi secara efektif dengan kation karena kemampuannya sebagai penukar kation berkurang sehingga menyebabkan kation logam yang tertukar sedikit. Pada ph 2, konsentrasi Cu(II) tertukar naik menjadi 08,10 ppm (16,32%) dan pada ph 3 juga terdapat peningkatan menjadi 12,92 ppm (26,04 %). Pada ph 4 konsentrasi Cu(II) masih meningkat meski tidak begitu besar menjadi 13,32 ppm (26,64%). Pada ph 5 konsentrasi Cu(II) tertukar sebesar 16,36 ppm (32,97%) dan ph 6 menjadi 17,40 ppm (36,07 %). Dan saat ph 7 konsentrasi Cu(II) menjadi 24,37 ppm dengan

12 12 persen(%) tertukar sebesar 49,11 %. Hal ini disebabkan semakin besar ph maka konsentrasi proton semakin berkurang sehingga kompetisi proton dan kation logam semakin kecil dan kation logam bisa tertukar secara efektif dengan proton pada penukar kation. Penurunan konsentrasi proton dalam larutan diikuti dengan kenaikan konsentrasi hidroksida seiring bertambahnya ph. Hidroksida merupakan basa lewis yang akan berkompetisi dengan penukar kation yang sama-sama basa lewis untuk berreaksi dengan kation logam. Semakin besar ph, kation logam lebih cenderung bereaksi dengan hidroksida membentuk endapan hidroksida yang lebih stabil sehingga konsentrasi awal ion logam yang akan tertukar dengan penukar kation menjadi berkurang yang menyebabkan kemampuan pertukaran ionnya berkurang. Pada penelitian ini, pada ph di atas 7 ternyata logam sudah membentuk endapan sehingga penelitian hanya sampai ph 7. Oleh karena itu, berdasarkan data dan Gambar terlihat bahwa pada ph 7 pertukaran kationnya mencapai nilai terbesar dibanding pada ph lain maka dapat disimpulkan bahwa ph efektif logam Cu(II) dalam pertukaran ion ini pada ph 7 sehingga untuk penelitian selanjutnya ph yang digunakan adalah larutan logam pada ph 7. B. Penentuan Waktu Kontak Optimum Logam Cu(II) Waktu kontak pada penelitian ini adalah lamanya kontak kation logam pada gugus aktif penukar kation. Pada penelitian ini waktu kontak logam Cu(II) dilakukan dengan variasi waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit. Data pengamatan absorbansi dan konsentrasi Cu(II) pada setiap variasi waktu kontak dengan ph larutan logam 7, konsentrasi larutan logam Cu(II) 50 ppm, berat penukar kation kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena 0,1 gram disajikan pada Tabel lampiran 2. Data konsentrasi logam Cu(II) dengan variasi waktu kontak disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Konsentrasi Logam Cu(II) terhadap waktu kontak dengan ph larutan logam 7. Waktu Kontak(menit) Kons. Tak Tertukar(ppm) Kons. Tertukar(ppm) 0 49,62 ± 1,06 00, ,82 ± 0,08 21,80 ± 0, ,61 ± 0,38 46,01 ± 0, ,25 ± 0,06 24,37 ± 1, ,80 ± 1,29 21,82 ± 0, ,89 ± 1,66 21,73 ± 0, ,94 ± 0,42 15,68 ± 0,64 Dari data konsentrasi Cu(II) pada Tabel 3 tersebut selanjutnya dapat ditentukan persen (%) tertukar logam Cu(II). Persen (%) tertukar dapat dihitung dengan membagi konsentrasi Cu(II) tertukar dengan konsentrasi Cu(II) sebelum tertukar (Awal). Contoh perhitungan persen (%) tertukar Cu(II) pada Lampiran 2, Data persen (%) tertukar logam Cu disajikan pada Tabel 4.

13 13 Tabel 4. Data persen (%) Tertukar Logam Cu(II) variasi Waktu Kontak dengan ph larutan logam 7. Waktu Kontak (menit) Tertukar Ion Logam (%) 5 43, , , , , ,60 Dari data pada Tabel 4 dapat dibuat kurva hubungan antara persen (%) tertukar terhadap waktu kontak. Kurva hubungan antara waktu kontak dengan persen (%) tertukarnya logam Cu (II) disajikan dalam Gambar 8. Gambar 8. Kurva hubungan Persen (%) Tertukar Ion Cu 2+ dengan waktu kontak. Tabel dan Gambar di atas menunjukkan bahwa pada saat waktu kontak 5 menit persen tertukar logam mencapai 43,93% dan saat waktu kontak diperpanjang yaitu 10 menit terjadi peningkatan yang tajam hingga mencapai 92,72%. Kenaikkan yang tajam ini dapat disebabkan atom O yang elektronegatif mudah melepaskan proton dan cepat menangkap kation logam untuk menggantikan kedudukan proton yang lepas. Selain itu, penukar ion memiliki struktur pori pada permukaannya dan struktur tersebut dengan mudah akan melepaskan dan menangkap kation. Akan tetapi semakin lama waktu kontaknya terjadi penurunan persen tertukar secara kontinu. Saat waktu kontak 15 menit persen tertukarnya menjadi 49,11%, saat waktu kontak 20 menit menurun menjadi 43,97%. meskipun tidak terlalu menurun tajam tetapi pada saat waktu kontak 25 menit menjadi 43,79% dan pada waktu kontak 30 menit hanya mencapai 31,60%. Penurunan jumlah persen yang tertukar tersebut dapat dikarenakan pada saat larutan logam dimasukkan dalam penukar kation maka logam akan bertukar dengan proton dari penukar kation sehingga semakin banyak jumlah kation logam dalam penukar kation maka proton yang terlepas akan masuk dalam larutan. Hal ini menyebabkan konsentrasi proton akan semakin bertambah atau semakin asam sehingga menyebabkan terjadinya protonisasi. Kemungkinan lain terjadinya penurunan dapat dikarenakan Cu yang terikat secara fisis sifatnya kurang kuat

14 14 sehingga dengan bertambahnya waktu dan pengadukan maka Cu yang terjebak dalam pori penukar ion akan terlepas kembali. Selain itu, kemungkinan karena ikatan yang terbentuk antara kation logam dengan gugus aktif penukar ion kurang stabil sehingga semakin lama waktu dan pengadukan membuat ikatan itu terlepas. Berdasarkan data dan Gambar yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pada saat waktu kontak 10 menit terjadi petukaran sebesar 92,72% sehingga waktu kontak optimum adalah waktu kontak selama 10 menit. Untuk itu, pada penelitian selanjutnya dilakukan pada ph larutan logam 7 dan waktu kontak 10 menit. C. Penentuan Efektivitas Kopoli(Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksibenzena Pada Logam Tunggal. Efektivitas suatu penukar ion dapat ditentukan dengan melihat jumlah persen (%) tertukar suatu logam terhadap penukar ion tertentu. Pada penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pertukaran ion logam Cu 2+ terhadap penukar ion maka akan dibandingkan jumlah persen(%) tertukar ion logam Cu 2+ pada penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro- 2,4,2'-trihidroksiazobenzena, pada penukar ion kopoli(eugenol-dvb), dan pada penukar ion ionofor 5'-kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena. Efektivitas suatu penukar ion dipengaruhi oleh jenis logam dan struktur penukar ion itu sendiri. Data pengamatan absorbansi dan konsentrasi ion-ion logam tunggal pada ph larutan logam 7, berat masing-masing penukar ion 0,1 gram disajikan pada Tabel Lampiran 3. Persen (%) tertukar dapat dihitung dengan membagi konsentrasi ion logam yang tertukar dengan konsentrasi ion logam sebelum tertukar. Contoh perhitungan % tertukar disajikan pada lampiran 2.Data persen (%) tertukar ion-ion logam pada masing-masing penukar ion dapat ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Persen (%) Tertukar Ion-ion Logam Tunggal dalam Penukar Ion dengan ph Larutan 7 dan Waktu Kontak 10 menit. Ion Logam Tertukar Ion Logam (%) A B C Cu 2+ 92,72 43,19 78,76 Cd 2+ 23,22 10,21 28,72 Cr 3+ 35,54 53,79 36,84 Pb 3+ 57,24 55,88 30,96 A : kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena B : kopoli (Eugenol-DVB) C : ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena Dari data persen (%) tertukar ion logam dalam masing-masing penukar ion selanjutnya dapat dibuat kurva hubungan antara persen (%) tertukar masing-

15 15 masing resin terhadap jenis ion logam. Kurva persen (%) tertukar ion-ion logam pada masing-masing penukar ion ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Kurva Persen (%) tertukar Ion-Ion Logam Tunggal pada Penukar Ion. Ketiga penukar ion yang dipakai memiliki gugus aktif hidroksi (-OH) yang bersifat proton terionisasi, yang akan melepaskan proton dan mengikat kation logam menurut mekanisme asam-basa Lewis. Apabila ion logam dianggap sebagai asam lewis dan gugus aktif pada penukar ion sebagai basa lewis maka teori HSAB (Hard and Soft Acid Base) menurut Pearson dapat diterapkan (Huheey, J.E., and Keither, R.L., 1993). Secara teoritis, karena gugs aktif OH bersifat hard base sehingga lebih cenderung berikatan kuat dengan hard acid, kemudian dengan borderline acid dan terakhir dengan soft acid. Urutan yang mungkin berdasarkan HSAB adalah Cr 3+ >Cu 2+ =Pb 2+ >Cd 2+. Pertukaran ion juga dipengaruhi oleh jenis logam dan struktur penukar ion. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh besarnya afinitas yang berkaitan dengan valensi ion, jari-jari ion, dan berat atom. Bila berdasarkan berat atom atau massa atom relatif maka semakin besar massa atom menyebabkan jumlah mol dalam larutan semakin sedikit sehingga pertukarannya lebih kecil. Urutan berdasarkan massa atom relatifnya maka pertukaran yang terjadi Cr 3+ >Cu 2+ > Cd 2+ >Pb 2+ Bila didasarkan dengan jari-jari bila semakin besar jari-jari ioniknya maka semakin besar ukuran kation dengan urutan jari-jari ioniknya Pb 2+ >Cd 2+ >Cu 2+ >Cr 3+. Namun karena pertukaran ion juga dipengaruhi oleh jenis logam dan struktur penukar ion yang memiliki selektivitas dan efektivitas yang berbeda-beda maka terkadang terjadi ketidaksesuaian hasil dengan teori. Tabel 5 menunjukkan jumlah ion-ion logam yang tertukar pada ionofor dengan waktu kontak selama 10 menit. Berdasarkan data tersebut, jumlah ion Cu yang tertukar mencapai 78,76%. Hal ini menunjukkan bahwa ionofor 5 -kloro- 2,4,2 -trihidroksiazobenzena mampu secara efektif menangkap ion Cu 2+. Ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena memiliki atom donor O dan N yang sangat elektronegatif sehingga disebut basa kuat (mempunyai donor atom). Ion logam Cu 2+ bersifat borderline acid sehingga mampu membentuk kompleks dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena. Ion logam Cr 3+ bersifat hard acid sehingga mampu membentuk ikatan kompleks dengan ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena persen tertukar Cr 3+ hanya 36,84%. Meskipun Pb 2+ sama-

16 16 sama bersifat boderline acid seperti Cu 2+, hasil yang didapatkan hanya sebesar 30,96%. Hal ini dapat dipengaruhi ion logam Pb 2+ berukuran lebih besar sehingga mempengaruhi tingkat selektivitas dari ionofor itu sendiri. Ion logam Cd 2+ merupakan soft acid sehingga ikatan kompleks dengan ionofor yang bersifat hard acid kurang stabil sehingga ion yang tertukar sedikit sebesar 28,72%. Data pertukaran ion logam terhadap kopoli (Eugenol-DVB) di atas menunjukkan bahwa Cu 2+ tertukar sebanyak 43,19%, Cr 3+ tertukar sebesar 53,79%, Pb 2+ mengalami pertukaran terbanyak sebesar 55,88%, dan Cd 2+ tertukar sebesar 10,21%. Meskipun antara Cu 2+ dengan Pb 2+ sama-sama bersifat boderline acid. Namun perbedaan pertukaran dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran atau jari-jari ion logam. Pb 2+ memiliki ukuran dan jari-jari ionik lebih besar dibandingkan dengan Cu 2+ sehingga karena ukuran tersebut Pb 2+ mampu terjebak secara efektif ke dalam jaring-jaring penukar ion dibandingkan Cu 2+. Sedangkan Cr 3+ yang bersifat hard acid dapat berinteraksi lebih stabil dengan gugus aktif yang bersifat hard base dibandingkan dengan Cu 2+. Untuk ion logam Cd 2+ tertukar sedikit karena ion logam tersebut menrupakan soft acid sehingga interaksi dengan gugus aktif kurang stabil. Data pertukaran ion Kopoli(Eugenol-DVB) yang terimpregnasi ionofor 5 - kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena di atas menunjukkan bahwa pertukaran Cu 2+ mencapai 92,72% sehingga kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi ionofor 5 - kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena penukar ion yang efektif dalam mengikat kation logam Cu 2+. Meskipun bersifat boderline acid tetapi karena berada pada kondisi optimum Cu 2+ sehingga mempengaruhi tingkat pertukaran. Ion logam Pb mampu bertukar sebesar 57,24%, kemungkinan karena sifatnya yang sama-sama boderline acid seperti Cu 2+ maka hasil yang didapatkan cukup besar. Sedangkan Cr 3+ meskipun bersifat hard acid yang mampu berinteraksi kuat dengan gugus aktif OH tetapi kemungkinan karena jari-jari ioniknya yang kecil sehingga pertukarannya sebesar 35,54%. Sedangkan Cd 2+ mengalami pertukaran paling sedikit hanya sebesar 23,22%. Hal ini disebabkan interaksi antara Cd 2+ yang bersifat soft acid dengan penukar ion sangat lemah sehingga penukar ion kurang mudah menarik ion logam Cd 2+. Efektivitas penukar ion terhadap logam Cu 2+ dikatakan tinggi bila jumlah(%) tertukar ion logam Cu 2+ dalam penukar ion besar. Dari data di atas, ion logam Cu 2+ yang tertukar dalam penukar ion ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena sebesar 78,67%, dalam penukar ion kopoli (Eugenol-DVB) sebesar 43,19%, dan dalam penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena mencapai 92,72%. Oleh karena itu, penukar ion kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena dapat dikatakan sebagai penukar ion yang paling efektif terhadap ion logam Cu 2+. Urutan efektivitas penukar ion dapat ditulis sebagai berikut : penukar ion kopoli (Eugenol-DVB) yang terimpregnasi ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena > ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena > kopoli (Eugenol-DVB).

17 17 D. Penentuan Selektivitas Kopoli(Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksibenzena dalam Pertukaran Logam Bersaing. Selektivitas suatu penukar ion dapat ditentukan dengan membandingkan kemampuan penukar ion tersebut dalam menukar proton dengan kation lain yang berbeda. Pertukaran logam bersaing dilakukan dengan memasukan larutan yang berisi campuran 25 ml (50 ppm Cu ppm Cd ppm Cr ppm Pb 2+ ) dalam ph 7, dengan berat penukar ion yang digunakan seberat 0,1 gram. Ion-ion logam tersebut akan berkompetisi dengan ion Logam Cu 2+ dalam pertukaran ion dengan penukar ion. Data pengamatan absorbansi dan konsentrasi berbagai ion logam pada pertukaran logam bersaing dengan ph larutan 7 dan waktu kontak selama 10 menit disajikan pada Tabel Lampiran 4, Data persen (%) tertukar ion-ion logam pada masing-masing penukar ion disajikan pada Tabel 6, Tabel 6. Data Persen (%) Tertukar Ion-ion Logam pada Pertukaran Logam Bersaingan dengan ph larutan 7 dan Waktu Kontak selama 10 menit. Ion Logam Tertukar Ion Logam (%) A B C Cu 2+ 90,95 44,36 81,34 Cd 2+ 41,83 08,84 19,30 Cr 3+ 95,21 29,84 76,58 Pb 3+ 41,84 67,67 41,52 A : kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena B : kopoli (Eugenol-DVB) C : ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena Dari data persen (%) tertukar ion-ion logam dalam Tabel 6 tersebut akan dibuat kurva hubungan antara persen (%) tertukar dengan jenis logam pada masing-masing penukar ion. Kurva persen (%) tertukar ion-ion logam pada pertukaran logam bersaingan disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Kurva Persen (%) Tertukar Ion-ion Logam pada Pertukaran Logam Bersaingan.

18 18 Berdasarkan pada data di atas, untuk ionofor 5 -kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena terlihat bahwa persen (%) Cu 2+ mengalami kenaikan dibandingkan pada transpor tunggalnya menjadi sebesar 81,34 %. Ion logam Cr 3+ mengalami kenaikan menjadi 76,58% bila dibandingkan pertukaran tunggalnya dan Pb 2+ menjadi 41,52 %. Sebaliknya, ion logam Cd 2+ mengalami penurunan menjadi 19,30 %. Hal ini disebabkan terjadi kompetisi antara ion-ion logam tersebut dalam larutan untuk menggantikan kedudukan proton dan juga terjebak pada pori. Cu 2+ memiliki persen tertukar yang paling besar sehingga dapat dikatakan bahwaionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzen merupakan penukar ion yang efektif terhadapa logam Cu. Sedangkan Cr 3+ mengalami kenaikan karena Cr 3+ bersifat hard acid sehingga interaksi dengan gugus aktif pada ionofor 5 - kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzen lebih kuat bila dibandingkan dengan ion logam lainnya sehingga Cr 3+ mampu berkompetisi secara kuat dengan ion-ion logam tersebut dibandingkan dengan Pb 2+ (boderline acid) dan Cd 2+ (soft acid). Pada kopoli (Eugenol-DVB), ion logam Cu 2+ mengalami kenaikan persen (%) tertukar menjadi 44,36 bila dibandingkan pada logam tunggalnya. Begitu juga dengan Pb 2+ yang naik menjadi 67,67%. sebaliknya persen(%) tertukar ion logam Cr 3+ menurun menjadi 29,84%, dan Cd 2+ menjadi 08, 84%. Hal ini dikarenakan pertukaran tidak hanya terhadap gugus aktifnya yang bersifat hard base tetapi terjadi penjebakan pada jaring-jaring kopoli sehingga ion logam yang memiliki jari-jari atom mendekati ukuran jaring akan terjebak ke dalamnya. Kemungkinan ion logam Pb 2+ yang ukuran jari-jari logamnya lebih besar mendekati ukuran jaring-jaring tersebut sehingga banyak yang terjebak dan mengakibatkan banyak yang terikat pada penukar ion. Sedangkan ion logam Cu 2+ ukuran jari-jari ioniknya lebih kecil sehingga tidak terlalu banyak yang terjebak. Meskipun Cd 2+ memiliki jari-jari ionik lebih besar dari Cu 2+, tetapi karena bersifat soft acid sehingga interaksi dengan gugus aktif sangat lemah. Sedangkan Cr 3+ yang memiliki sifat hard acid, tetapi ukuran jari-jari ioniknya sangat kecil sehingga kurang dapat terjebak dalam pori/jaring-jaring penukar ion. Pada kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi ionofor 5-kloro-2,4,2 - trihidroksiazobenzena, penurunan persen (%) tertukar terjadi pada ion logam Cu 2+ menjadi 90,95% dan ion logam Pb 2+ menjadi 41,84%, sedangkan kenaikan terjadi pada ion logam Cr 3+ menjadi 95,21% dan ion logam Cd 2+ menjadi 41,84% bila dibandingkan dengan pertukaran logam tunggalnya. Hal ini dapat disebabkan campuran multikomponen sehingga terjadi kompetisi antar ion-ion logam untuk tertukar dengan proton pada gugus aktif penukar ion ataupun terjebak dalam poripori penukar ion. Ion logam Cr 3+ bersifat hard acid sehingga dapat berinteraksi secara stabil dengan gugus aktif yang bersifat hard base dan membuat kestabilan kompleks yang terbentuk lebih kuat sehingga pertukaran ionnya menjadi lebih besar dibanding ion-ion logam lainnya. Ion Cu 2+ dan Pb 2+ sama-sama bersifat boderline acid, tetapi karena penelitian dilakukan pada keadaan optimum Cu sehingga persen tertukar Cu 2+ lebih besar bila dibandingkan dengan Pb 2+. Sedangkan Cd 2+ yang bersifat soft acid membuat interaksi dengan resin kurang stabil sehingga persen (%) tertukarnya lebih kecil bila dibandingkan dengan ionion logam lainnya.

19 19 Selektivitas pemisahan logam dapat dilihat dari harga faktor pertukarannya (α) yang merupakan harga perbandingan kecepatan tertukar logam Cu dengan kecepatan tertukar ion logam lainnya. Semakin besar harga α berarti logam tersebut semakin mudah dipisahkan dan menunjukkan bahwa penukar ion yang dipakai memiliki selektivitas yang baik. Data kecepatan tertukar ion-ion logam pada pertukaran logam bersaingan disajikan pada Tabel 9. Sedangkan contoh perhitungan kecepatan tertukar disajikan dalam Lampiran 3. Tabel 9. Data Kecepatan Tertukar Ion-ion Logam Pada Pertukaran Logam Bersaingan. Ion Kecepatan Tertukar (mol/jam) Logam A B C Cu 2+ 1, , , Cd 2+ 2, , , Cr 3+ 1, , , Pb 3+ 1, , , A : kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena B : kopoli (Eugenol-DVB) C : ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena Dari data kecepatan tertukar pada Tabel 9 maka dapat ditentukan harga selektivitas (α) penukar ion terhadap logam Cu 2+ pada pertukaran logam bersaingan. Nilai selektivitas masing-masing penukar ion terhadap ion logam Cu 2+ disajikan pada Tabel 8. Sedangkan contoh perhitungan nilai selektivitas disajikan pada lampiran 3. Tabel 8. Selektivitas Masing-masing Penukar Ion Terhadap Ion Logam Cu 2+ dengan Ion Cd 2+, Cr 3+, dan Pb 2+ dalam Pertukaran Logam Bersaingan. Ion Logam Selektivitas (α) A B C Cu Cu 2+ /Cd 2+ 4,090 9,441 7,926 Cu 2+ /Cr 3+ 0,766 1,191 0,851 Cu 2+ /Pb 3+ 7,048 2,124 6,351 A : kopoli(eugenol-dvb) yang terimpregnasi dengan ionofor 5'-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena B : kopoli (Eugenol-DVB) C : ionofor 5 -kloro-2,4,2 -trihidroksiazobenzena Data di atas menunjukkan bahwa selektivitas rata-rata Cu 2+ terhadap Cr 3+ di ketiga penukar ion lebih kecil dibandingkan selektifitas Cu dengan logam lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Cr 3+ merupakan logam yang kurang mudah dipisahkan terhadap logam Cu 2+. Hal ini dimungkinkan karena ukurannya yang kecil mengingat jari-jari ionik logam ini yang terkecil diantara ketiga logam lainnya ataupun karena sifatnya yang hard base sehingga berikatan kuat dengan gugus aktif. Hal lain dapat disebabkan karena massa relatifnya yang tidak terlalu

20 20 besar dan diikuti dengan konsentrasi dalam penukar ion yang besar sehingga jumlah mol yang terbentuk menjadi lebih besar sehingga kecepatannya tinggi dan mempengaruhi selektivitas terhadap Cu. Logam Cd meskipun massa atom relatifnya kecil tetapi konsentrasi di dalam penukar ion juga kecil sehingga jumlah mol juga kecil dan kurang mempengaruhi selektivitas Cu. Logam Pb meskipun banyak yang tertukar tetapi karena massa atomnya sangat besar sehingga mol yang terbentuk dalam penukar ion juga kecil. Berdasarkan harga selektivitas di atas terlihat bahwa ketiga penukar ion tersebut memiliki koefisien selektivitas yang relatif kecil sehingga belum bisa disimpulkan bahwa penukar ion tersebut merupakan penukar ion yang selektif. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ph efektif dan waktu kontak optimum pada pertukaran ion logam Cu 2+ dengan kopoli (Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan ionofor 5-kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena dengan konsentrasi ion logam Cu ppm, berat penukar ion 0,1 gram adalah ph 7 dan 10 menit. 2. Penukar ion kopoli (Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan ionofor 5- kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena, kopoli (Eugenol-DVB), maupun ionofor 5-kloro-2,4,2'-trihidroksiazobenzena ternyata merupakan penukar ion yang kurang selektif karena harga selektivitasnya relatif kecil pada pertukaran logam bersaing. Harga selektivitas ketiga penukar ion di atas dalam pertukaran logam bersaing dapat ditulis berturut-turut sebagai berikut Cu 2+ /Cd 2+ adalah 4,090; 9,441; dan 7,926, Cu 2+ /Cr 3+ adalah 0,766; 1,191; dan 0,851, Cu 2+ /Pb 2+ adalah 7,048; 2,124; dan 6,351, 3. Efektivitas ketiga penukar ion yang digunakan relatif berbeda-beda terhadap ion logam Cu 2+. Pada pertukaran ion logam tunggal, urutan efektifititas penukar ion terhadap logam Cu 2+ adalah sebagai berikut : penukar ion kopoli (Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan ionofor 5-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena sebesar 92,72% > penukar ion ionofor 5-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena sebesar 78,76% > penukar ion kopoli (Eugenol-DVB) sebesar 43, 19%. B. Saran 1. Mengkaji lebih lanjut mekanisme pertukaran ion logam dengan kopoli (Eugenol-DVB) yang terimpregnasi dengan ionofor 5-kloro-2,4,2'- trihidroksiazobenzena. 2. Mengkaji lebih lanjut struktur yang akan terbentuk dari pertukaran ion tersebut.

21 21 DAFTAR PUSTAKA Andrea E.H, and Pinnel, R.P, Sulfonation of Polystirene, Vol. 66, No. 07, July, Braithwhaite, A., and Smith, F.J., Chromatographic Methods. Kluwer Academic Publishers. Netherland. Bernasconi, dkk Teknologi Kimia Bagian 2. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Chen, et al Selective Preconcentration and Separation of a Trace Amount of Copper(II) with Poly[N-(8-hydroxy-5-quinolymethyl)-4- aminomethylstyrene] (PQAS) Resin. Analytical Science. Vol II. Darmono, 1995, Logam-logam dalam Sistem Makhluk Hidup, UI press, Jakarta. Handayani,D.S dan Kusumaningsih, T Sintesis Kopoli(Eugenol Sulfonat) - DVB sebagai Resin Penukar Kation yang Efektif. Laporan Kegiatan. FMIPA Universitas Sebelas Maret : Surakarta. Handayani, D.S. dan Martini, T., 2004, Sintesis Turunan Asam Poli(Eugenil Oksikarboksilat) dan Aplikasinya untuk Pengembangan Metode Recovery Logam dengan Transport Membran Cair, Laporan Hibah Pekerti Angkatan-II, F MIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Hendayana, S., 1993, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press, Semarang, , Howard, P. H. and Meyland, W. M. 1997, Physical Properties of Organic Chemical. Lewis Publisher, Boca Raton : New York. Huheey, J.E., and Keither, R.L., 1993, Inorganic Chemistry, Fourth Edition, Hamper Collins College Publisher, New York Irving S.N., and Lewis, J.R., 1987, Hawley s Condensed Chemical Dictionary, 11 th Edition, Van Nostra Reinhold, New York Kirk-Othmer, 1995, Encyclopedia of Chemical Technology. Fourth Edition. Vol. 7, John Willey and Sons; New York. Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta. Terjemahan : Basic Concepts of Analytical Chemistry, S.M. Khopkar, 1985, Wiley Eastern Limited, New York.

22 22 Lagowski, J.J., 1997, Macmillan Encyclopedia of Chemistry, Simon and Schuster Macmillan, USA. Lee, J. D. 1991, Concise Inorganic Chemistry. Fourth Edition. John Willey and Sons; New York. Liptrot Modern Inorganic Chemistry. London : The English Language Book Society and Mills and Boon Limited. Morgan, D.L., Mahler,J.F., Wilson,R.E., Moorman,M.P., Herman C.P., Jr.,f and O'Connor,R.W Toxicity of Divinylbenzene-55 for B6C3F1 Mice in a Two-Week Inhalation Study. Fundamental and Applied Toxicology 39, Article No. FA Munaf Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadmium, dan Tembaga) di Perairan. Mustikarini, S., 2007, Sintesis Ionofor 5 -kloro-2,4,2 -Trihidroksiazobenzena dan Studi Impregnasi Resin Kopoli(eugenol-DVB) Dengan Ionofor, Skripsi, F MIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta. New Jersey Department of Health and Senior Services. 2001, Divinyl Benzene. CAS Number: , New Jersey. Odian,G. 1991, Principles of polymerization. John Wiley & Sons Inc. : USA Palar, H. 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Pecsok, R.L., Shields, L.D., Cairns, T. And Ian, G.M., 1968, Modern Methods of Chemical Analysis, Second Edition, John Wiley and Sons, New York. Russel General Chemistry International Student Edition, McGraw Hill, New York. Sastrohamidjojo, H. 1981, Study of some Indonesian Essential Oils. Desertasi. FMIPA Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Setiono L., dan Pudjaatmakan, H Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jilid 2. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta. Terjemahan : Text Book of Macro and Semimacro Qualitative Inorganic Analysis. Vogel Longman Group Limited. London

23 23 Setyowati, L. 1999, Pengaruh Penambahan Divinil Benzena (DVB) pada Kopolimerisasi Kationik Eugenol-DVB dan Sifat Pertukaran Kation Kopoligaramnya. Tesis. FMIPA Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Shugar, G. and Balinger, J.T., 1996, Chemical Technicians Ready Reference Handbook, Fourth Edition, McGraw Hill, New York. Siswanta, D., 1993, Design and Synthesis of Highly Selective Ammonium Ionophores for Ion-Selective Electrode, Thesis, Keio University, Yokohama. Skoog, D.A. and West, D.M., 1982, Fundamentals of Analytical Chemistry, Fourth Edition, CBS College Publishing, New York. Sonowale, S.B. Ghalgasi, Y.V., and Argekar, A.P., Extraction of Lead(II) and Copper (II) from Salicylate Media by Tributhylphosphine Oxide. Analytical Science, No. 17, Suhendrayatna, 1999, Bioremoval Logam Berat Dengan Menggunakan Mikroorganisme; Suatu Kajian Kepustakaan, ISTECS-Chapter Japan. Umi, H.T Sintesis Asam Poly(Eugenil-Oksiasetat) dan Studi Selektivitas Cu(II) dalam Transport Membran Cair Kloroform. Tesis. Pendidikan Sains Ilmu Kimia, Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. The Dow Chemical Company. 1995, DVB-Divinyl Benzene Product Properties. Van der Maarel, J.R.C. 1996, Structure and Change Distribution in Poly(Styrene- Sulfonat) Ion Exchange Resins. American chemical Society, Vol 29, No 06, , diakses tanggal 14 Agustus diakses tanggal 2 Januari diakses tanggal 2 Januari 2007

24 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr), merkuri (Hg) yang diantaranya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan oleh berbagai macam zat pencemar (polutan) merupakan permasalahan lingkungan yang terus berlanjut tanpa henti. Salah satu polutan yang

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 EKSTRAKSI LOGAM KROMIUM (Cr) DAN TEMBAGA (Cu) PADA BATUAN ULTRABASA DARI DESA PUNCAK MONAPA KECAMATAN LASUSUA KOLAKA UTARA MENGGUNAKAN LIGAN POLIEUGENOL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Harry Agusnar, Irman Marzuki Siregar Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Polusi air oleh bahan kimia merupakan problem seluruh dunia. Ion logam berat adalah salah satu yang sangat berbahaya karena sangat toksik walaupun dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat menimbulkan dampak bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI 20 ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI Adsorption of Pb (II) by Humic Acid (HA) Immobilized on Hybrid Mercapto Silica (HMS) from Rice Husk Ash

Lebih terperinci

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli

Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography. Annisa Fillaeli Ion Exchange Chromatography Type of Chromatography Annisa Fillaeli TUJUAN Setelah pembelajaran ini selesai maka siswa dapat melakukan analisis kimia menggunakan resin penukar ion. Title R+OH- + X- ===

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN Siti Nurul Islamiyah, Toeti Koestiari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email :islamiyahnurul503@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

SINTESIS ASAM EUGENOKSI ASETAT (EOA) DARI EUGENOLUNTUK EKSTRAKTAN LOGAM BERAT DAN RECOVERY KROM DARI LIMBAH ELEKTROPLATING

SINTESIS ASAM EUGENOKSI ASETAT (EOA) DARI EUGENOLUNTUK EKSTRAKTAN LOGAM BERAT DAN RECOVERY KROM DARI LIMBAH ELEKTROPLATING SINTESIS ASAM EUGENKSI ASETAT (EA) DARI EUGENLUNTUK EKSTRAKTAN LGAM BERAT DAN RECVERY KRM DARI LIMBAH ELEKTRPLATING M. Cholid Djunaidi, Khabibi, Dede Trisna Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap barang-barang elekronik seperti handphone, komputer dan laptop semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga merupakan salah satu jenis bahan pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia, ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas air semakin hari semakin menurun akibat aktivitas manusia yang banyak menimbulkan polusi di perairan. Penurunan kualitas air

Lebih terperinci

PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER

PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN ASAM p-t-butilkaliks[]arena-tetrakarboksilat SEBAGAI ION CARRIER Andi Dzulviana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat sebagai polutan bagi lingkungan hidup diawali dengan meningkatnya populasi dan industrialisasi dari proses modernisasi manusia dan lingkungan

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 12 OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Imelda, Zaharasmi Kahar, Maria Simarmata, dan Djufri Mustafa Laboratorium

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebanyakan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tomat merupakan buah dengan panen yang melimpah, murah, tetapi mudah busuk dan menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Pemerintah daerah telah membuat kebijakan

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang industri saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 1 No. 1, September 2007 TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Olly Norita Tetra, Admin Alif, Hermansyah A dan Emriadi Laboratorium Elektrokimia/Fotokimia, Jurusan

Lebih terperinci

Ion Exchange. Shinta Rosalia Dewi

Ion Exchange. Shinta Rosalia Dewi Ion Exchange Shinta Rosalia Dewi RESIN PARTICLE AND BEADS Pertukaran ion Adsorpsi, dan pertukaran ion adalah proses sorpsi, dimana komponen tertentu dari fase cairan, yang disebut zat terlarut, ditransfer

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri dan teknologi yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan telah menimbulkan berbagai dampak pada pencemaran udara, air dan darat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh kesetimbangan dinamik dan interaksi fisika-kimia. Logam berat dalam perairan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya peningkatan jumlah limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang memunculkan berbagai macam industri tidak dapat dipisahkan dari pertimbangan lingkungan hidup, maka diperlukan suatu keseimbangan dimana pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN ION NATRIUM (Na) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM BITTERN (BUANGAN) INDUSTRI GARAM DENGAN MEMBRAN ELEKTRODIALISIS

PROSES PEMISAHAN ION NATRIUM (Na) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM BITTERN (BUANGAN) INDUSTRI GARAM DENGAN MEMBRAN ELEKTRODIALISIS PROSES PEMISAHAN ION NATRIUM (Na) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM BITTERN (BUANGAN) INDUSTRI GARAM DENGAN MEMBRAN ELEKTRODIALISIS Nur Hapsari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA NAMA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C4 07 017 KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN : II : PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA ASISTEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II) SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH 3 ) H O DAN GARAM RANGKAP AMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT Cu(SO ).6HO OLEH:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri Serapan Atom I. Tujuan Menentukan kepekaan dan daerah konsentrasi analisis logam Cu pada panjang gelombang 324.7 nm Menentukan pengaruh spesi lain, matriks, dan nyala api pada larutan

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENENTUAN KADMIUM DALAM LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN METODE KOPRESIPITASI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logam berat merupakan jenis pencemar yang sangat berbahaya dalam sistem lingkungan hidup karena bersifat tak bio-urai, toksik, serta mampu mengalami bioakumulasi

Lebih terperinci

Sintesis Kopoli(Eugenol-DVB) Sulfonat dari Eugenol Komponen Utama Minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Sintesis Kopoli(Eugenol-DVB) Sulfonat dari Eugenol Komponen Utama Minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum) Biofarmasi 2 (2): 53-57, Agustus 2004, ISSN: 1693-2242 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Sintesis Kopoli(Eugenol-) Sulfonat dari Eugenol Komponen Utama Minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum) Synthesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Cegara Arung D. 1, Erwin Akkas 2, dan Rahmat Gunawan 2,* 1 Laboratorium Riset Program Studi

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221 LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221 Percobaan 5 EKSTRAKSI PELARUT Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 20 Maret 2012 Tanggal Laporan : 27 Maret 2012 Asisten Praktikum : Ka Elsi

Lebih terperinci

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut: DASAR TEORI Resin penukar ion ( ion exchange) yang merupakan media penukar ion sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalan pembuatan resin hasil polimerisasi styrene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan yang cukup pesat dibidang riset dan teknologi menghasilkan penemuan penemuan bermanfaat, salah satunya adalah nanofiber. Nanofiber disintesis menggunakan

Lebih terperinci

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN Widia Purwaningrum, Poedji Loekitowati Hariani, Khanizar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan kecenderungan yang mengarah pada green science, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan yang membantu pelestarian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari senyawa krom nitrat (Cr(NO 3 ) 3. 9H 2 O) yang dilarutkan dalam aquades. Pada proses pengontakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk

Lebih terperinci

Ihya Ulumudin*), M. Cholid Djunaidi*), Khabibi*) *)Kimia Analitik Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang

Ihya Ulumudin*), M. Cholid Djunaidi*), Khabibi*) *)Kimia Analitik Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang Pemisahan kation Cu 2+, Cd 2+ dan Cr 3+ menggunakan senyawa carrier poli(metil tiazol etil eugenoksi asetat) hasil sintesis dengan teknik BLM (Bulk Liquid Membrane) Ihya Ulumudin*), M. Cholid Djunaidi*),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran belakangan ini sangat menarik perhatian masyarakat banyak.perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter

I. PENDAHULUAN. sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ion renik (trace) adalah ion yang terdapat di perairan dalam jumlah yang sangat sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter (Haslam, 1995).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar.

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan bagian tervital dari kehidupan. Hampir seluruh aspek kehidupan melibatkan air dalam prosesnya. Keberadaan air di bumi pun sangat besar jumlahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka berkembang pula dengan pesat bidang industri yang berdampak positif guna untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 3(C) 14307 Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Aldes Lesbani, Setiawati Yusuf, R. A. Mika Melviana Jurusan Kimia, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4000 SM, manusia telah mengenal dan mengolah emas, berdasarkan penemuan arkeolog di Bulgaria. Pengolahan emas berlanjut hingga sekarang. Emas menjadi salah satu

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat berbahaya, baik bagi tubuh maupun bagi lingkungan. Pencemaran logam berat merupakan isu yang sudah lama tersebar

Lebih terperinci

APLIKASI KONSTANTA KESTABILAN KOMPLEKS PADA ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

APLIKASI KONSTANTA KESTABILAN KOMPLEKS PADA ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM APLIKASI KONSTANTA KESTABILAN KOMPLEKS PADA ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Oleh : Sunarto M.Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Harga konstanta stabilitas menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup, semuanya bergantung pada air untuk atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari, oleh karena itu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

Kuliah 4 Ion Exchange

Kuliah 4 Ion Exchange Kuliah 4 Ion Exchange Pertukaran ion Pertukaran ion merupakan fenomena adsorpsi yang melibatkan mekanisme elektrostatik. Gaya elektrostatik t tik menahan ion pada gugus2 fungsional bermuatan yang ada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara penghasil tebu yang cukup besar di dunia. Menurut data FAO tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-9 dengan produksi tebu per

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae

PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) (Ariqah Khoirunnisa )53 PENGARUH INTERFERENSI ION KADMIUM (Cd 2+ ) TERHADAP BIOSORPSI ION TIMBAL (Pb 2+ ) OLEH SEL RAGI Saccharomyces cerevisiae THE INFLUENCE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A PENETAPAN LOGAM TIMBAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A PENETAPAN LOGAM TIMBAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK 72 PENETAPAN LOGAM TIMBAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK Imelda Fajriati, Eka Anastria Endah SW Program Studi Kimia Fak. Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jl. Laksda Adi sucipto

Lebih terperinci

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis Roni Saputra, M.Si 1 Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan, STIKes Ibnu Sina Batam ronniegodzilla@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 12 17 12 ISSN: 1410-8917 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 12 17 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Lebih terperinci