PEMBERIAN OBAT VASCON. VASCON 4 mg/ 50 CC NAMA : TGL/ JAM : Pengenceran : 4mg/ 50 = 80 mcg. : 0,01 s/d 2 mcg

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERIAN OBAT VASCON. VASCON 4 mg/ 50 CC NAMA : TGL/ JAM : Pengenceran : 4mg/ 50 = 80 mcg. : 0,01 s/d 2 mcg"

Transkripsi

1 PEMBERIAN OBAT VASCON VASCON 4 mg/ 50 CC NAMA : TGL/ JAM : Pengenceran : 4mg/ 50 = 80 mcg Dosis : 0,01 s/d 2 mcg Dosis x BB x mnt = 0,01x40x60 = 0,3 cc/ jam Pengenceran 80 Ds/BB , , , , , , , , , , , ,2 6 6,8 7,5 8,3 9 9,8 10,5 11,3 12 0,3 9 10,1 11,3 12,4 13,5 14,6 15,8 16,9 18 0, , , , ,5 24

2 0, ,9 18,6 20,6 22,5 24,4 26,3 28,1 30 0, ,3 22,5 24, ,3 31,5 33, PEMBERIAN OBAT DOPAMINE DOPAMIN 200 MG/50 CC NAMA : TGL/ JAM : Pengenceran : 200/ 50 = 4000 mcg Dosis : 1 s/d 15 mcg Dosis x BB x mnt = 1x40x60 = 0,6 cc/ jam Pengenceran 4000 Ds/BB mcg

3 PEMBERIAN OBAT DOBUTAMINE UNIT CATH LAB SHKJ DOBUTAMIN/ DOBUJECT 250/50 CC NAMA : TGL/ JAM : Pengenceran : 250/ 50 = 5000 mcg Dosis : 1 s/d 15 mcg Dosis x BB x mnt = 1x40x60 = 0,48 cc/ jam Pengenceran 5000 Ds/BB mcg 0,48 0,54 0,6 0,66 0,

4 RUMUS PEMBERIAN OBAT MELALUI SYRINGE PUMP 1. DOPAMIN Misalnya : Doperba dan Dopamain Guilini Sediaan 1 Ampul = 5 atau 10 cc = 200 mg INDIKASI Shock yang berhubungan dengan CRF, INFARK MIOCARD, RENAL FAILURE DOSIS I. RINGAN : 3-5 µg/kgbb/menit Fungsinya : Mengsktifksn reseptor dopamine dan vasodilator ginjal. II. SEDANG : 5-10 µg/kgbb/menit Fungsinya : Meningkatkan Blood Presure, mengaktifkan β reseptor, meningkatkan kontraktilitas dan meningkatkan Cardiac Output. III. BERAT : µg/kgbb/menit Fungsinya : Vasokonstriksi vena dan arteri dan mengaktifkan reseptor α EFEK SAMPING Mual, muntah, Aritmia dan Diare Observasi vital sign dan intake output RUMUS PEMBERIAN DOSIS YANG DIMINTA X 60 JUMLAH PENGENCERAN

5 CONTOH : Berikan 1 µg/kgbb/menit dengan BB : 50 kg dan dosis sediaan Dopamin 200 mg dalam 50cc Nacl? 1 mg = 1000 µg Cara : Jumlah Pengenceran = 200 mg = 4 mg/cc Jadi : 1 µg x 50 kg x 60 = 0,75 cc/jam 4000 µg/cc 50 cc Nacl = 4000 µg/cc 2. DOBUTAMIN Misalnya : Dobutrec, Dobujeck dan Dobutel INDIKASI CHF DAN SHOCK FUNGSI Bekerja pada β 1 dan meningkatkan kontraktilitas DOSIS 2-20 µg/kgbb/menit RUMUS PEMBERIAN DOSIS DIMINTA X BERAT BADAN X 60 JUMLAH PENGENCERAN

6 CONTOH : Berikan 1 µg/kgbb/menit dengan BB : 50 kg dengan dosis sediaan 250 mg dalam 50 cc Nacl? 1 mg = 1000 µg Cara : Jumlah Pengenceran = 250 mg = 5 mg/cc 50 cc Nacl = 5000 µg/cc Jadi : 1 µg x 50 kg x 60 = 0,6 cc 5000 µg/cc 3. NITROGLISERIN (NTG) SEDIAAN 1 Ampul = 10 mg DOSIS = µg/menit RUMUS PEMBERIAN DOSIS DIMINTA X 60 JUMLAH PENGENCERAN CONTOH : Berikan 5 µg/menit dengan sediaan NTG 10 mg dalam 50 cc Nacl? 1 mg = 1000 µg Cara : Jumlah Pengenceran = 10 mg = 0,2 mg/cc 50 cc = 200 µg/cc Jadi : 5 µg x 60 = 1,5 cc/ jam 200 µg/cc 4. HEPARIN

7 SEDIIAN : 1 Flacon/Vial = unit = 5 cc Jadi 1 cc = 5000 unit RUMUS PEMBERIAN DOSIS DIMINTA JUMLAH PENGENCERAN CONTOH : Berikan 500 unit/jam heparin dengan sediaan heparin unit dalam 50 cc Nacl? Cara : Jumlah Pengenceran = unit = 400 ui/cc 50 cc Jadi : 500 unit/jam = 1,25 cc/jam 400 unit/cc 5. ADRENALIN Misalnya : Epineprin SEDIAAN : 1 Ampul = 1 mg INDIKASI CARDIAC ARREST, VF halus dan VT tanpa nadi. FUNGSI Sebagai Stimulus Reseptor Adrenergic. DOSIS 0,05 µg/kgbb/menit (4-8 Ampul dalam 50 cc Nacl) RUMUS PEMBERIAN DOSIS DIMINTA X BERAT BADAN X 60

8 JUMLAH PENGENCERAN CONTOH : Berikan 0,1 µg/kgbb/menit dengan BB 50 kg dan sediaan Adrenalin 1 mg dalam 50 cc Nacl? Cara : Jumlah pengenceran = 1 mg = 0,02 mg/cc 50 cc = 20 µg/cc Jadi : 0,1 µg x 50 kgx 60 = 15 cc/jam 20 µg/cc 6. NORADRENALIN Misalnya : Levoped, Levosol dan Vascon SEDIAAN 1 cc = 1 mg INDIKASI Hipotensi berat dengan tahanan perifer total yang menurunkan dosis. FUNGSI Vasokonstriktor yang meningkatkan BP dan Inotropik yang kuat (Stimulator reseptor β) DOSIS 0,05 µg/kgbb/menit RUMUS PEMBERIAN

9 DOSIS DIMINTA X BERAT BADAN X 60 JUMLAH PENGENCERAN CONTOH : Berikan 0,01 µg/kgbb/menit dengan sediaan vascon 4 ml (4 mg) dalam 50 cc Nacl dengan BB 40 kg? Cara : Jumlah Pengenceran = 4 mg = 0,08 mg Jadi : 0,01 µg x 40 kg x60 = 0,3 cc/jam 80 µg/cc 50 cc = 80 µg/cc 7. CORDARONE Misalnya : Amiodarone INDIKASI Antiaritmia SEDIAAN 1 Ampul = 3 cc = 150 mg RUMUS PEMBERIAN DOSIS DIMINTA JUMLAH PENGENCERAN X JAM PEMBERIAN CONTOH : 1. Jika dosis sediaan Cordarone 600 mg dalam 50 cc Nacl dan dosis permintaan 300 mg/20 jam? Cara : Jumlah Pengenceran = 600 mg = 12 mg/cc 50 cc

10 Jadi : 300 mg = 1,25 cc/jam 12 mg/cc x 20 jam 2. Jika sediaan Cordarone 300 mg dalam 50 cc Nacl dan dosis permintaan 300 mg/20 jam? Cara : Jumlah Pengenceran = 300 mg = 6 mg/cc 50 cc Jadi : 300 mg = 2,5 cc/jam 12 mg/cc x 20 jam 8. LASIK Misalnya : Furosemide dan Farsix SEDIAAN 1 Ampul Lasix =20 mg = 2 cc 1 cc = 10 mg 12 Ampul = 240 mg dioplos dengan 50 cc Nacl RUMUS PEMBERIAN DOSIS DIMINTA JUMLAH PENGENCERAN CONTOH : Berapa jumlah dosis Lasix 30 mg/jam jika sediaan lasix 12 Ampul (240 mg) dalam 50 cc Nacl? Cara : Jumlah Pengenceran : 240 mg = 4,8/cc atau 5 mg/cc 50cc Jadi : 30 mg = 6cc/jam 5 mg/cc

11 KOREKSI HASIL LABORATORIUM A. KOREKSI ALBUMIN Volume darah untuk anak-anak : BB x 85 cc Volume darah untuk dewasa : BB x 75 cc Albumin yang normal dalam tubuh 3,2-4,5 dalam 100 cc darah, ambil rata-rata 3,2 RUMUS : (ALBUMIN NORMAL (3,2) ALBUMIN PASIEN) X (BB X VOL.DARAH) 100 Contoh : Albumin pasien 2,5 gr dengan BB 50 kg Jawab: 3,2 2,5 x ( 50 x 75 ) = 26 gr 100 Fungsinya : untuk menarik cairan yang ada di extravascular ke intravascular Komposisi : Dalam 100 cc albumin 25 % mengandung 25 gr albumin Dalam 100 cc albumin 20 % mengandung 26,5 gr albumin

12 Dalam 50cc albumin mengandung 12,5 gr albumin B. KOREKSI HEMAGLOBIN RUMUS : 1. WHOLE BLOOD (WB) : Hb X BB X 6 2. PACKED CELL (PRC) : Hb X BB X 3 Ket : Hb = jumlah Hb yang diinginkan nilai Hb hasil lab Contoh : Hb yang diinginkan 10 dan Hb hasil lab 7 jadi Hb = 10 7 = 3 dan BB 60 kg. Untuk WB Untuk PRC : 3 x 60 x 6 = 1040 cc : 3 x 60 x 3 = 540 cc C. KOREKSI BICNAT/MEYLON INDIKASI Asidosis Metabolic Acid Intoksikasi Mostion Sickness Vomiting Inpregnancy DOSIS 1. Secara Blind tanpa ada hasil ASTRUP/AGD 1 Meq/kgBB, dimulai 50 Meg lalu 25 Meq tiap 10 menit. 2. Ditentukan dengan hasil BE pada hasil lab Analisa Gas Darah

13 RUMUS : A) BE X kgbb 6 B) HCO3 NORMAL- HCO3 PASIEN X kgbb X 0,4 D. RUMUS PEMBERIAN DEXTROSE 40% ( Sesuai hasil gula darah ) RUMUS NILAI GDS MAX 126 mg/dl NILAI GDS mg/dl I VIAL DEX 40% SETELAH ½ - 1 JAM PERIKSA GDS ULANG NILAI GDS mg/dl II VIAL DEX 40 % SETELAH ½ - 1 JAM PERIKSA GDS ULANG NILAI GDS < 30 mg/dl III VIAL DEX 40 % SETELAH ½ - 1 JAM PERIKSA GDS ULANG E. KOREKSI HIPOKALEMI NILAI KALIUM NORMAL = 4,5 Meq/dl RUMUS : NILAI KALIUM NORMAL NILAI KALIUM PASIEN X kgbb 3 CONTOH : Nilai Kalium pasien = 2,5 Meq/dl bb pasien 50 kg

14 Jawab : 4,5 2,5 x 50 = 33,3 Meq KCL 3 Artinya : pasien diber Kalium ( Pottasium ) sebanyak 33,3 Meq diberikan dengan drip selama 2-4 jam dalam Nacl 0,9 % atau D5%W. periksa ulang Elektrolit setelah 1-2 jam pemberian. F. KOREKSI HIPERKALEMIA A. DEX 5 % + ACTRAPID 20 UNIT DIBERIKAN SELAMA 6 JAM PERIKSA ULANG GDS. B. BICNAT 1 Meq/kgBB/JAM C. THERAPI LASIX 1 ATAU 2 AMPUL DAN LIHAT KONDISI PASIEN G. KOREKSI HIPONATREMIA RUMUS : Na NORMAL Na PASIEN X kgbb X 0,6 Koreksi dilakukan bila hasil Natrium pasien < 120 Meq/dl Natrium normal : ( 140 ) Kenaikan natrium max Meq/24 jam KOREKSI DENGAN Nacl 3% pro IVFD diberikan dalam 24 Jam Periksa Elektrolit 24 jam kemudian. H. KOREKSI HIPERNATREMIA Cairan yang dibutuhkan tubuh = kgbb x 0,6 = Liter Natrium yang normal x cairan yang dibutuhkan = Liter Natrium pasien Hasil I Hasil II =.. Liter Diberikan setengahnya habis dalam 10 jam Bisa memakai cairan NS, Dex 5 % atau RL

15 Bila memakai Dex 5 % cek gula darah tiap 4 jam Elektrolit di cek tiap 4 jam Contoh : BB pasien 60 kg, Natrium 170 Jawab : I. Cairan yang dibutuhkan tubuh = 60 x 0,6 = 36 Liter II. 140 x 36 Liter = 29,6 Liter 170 III. 36 Liter 29,6 Liter = 6,4 Liter Diberikan setengahnya. I. SEDASI-RELAXAN 1. Sedasi Midazolam : Hipnos, Miloz, Dormicum, Anasfar. Golongan Benzodiazepam yang larut dalam air dan mempunyai masa kerja yang pendek yang menjadi senyawa lipolitik didalam darah dan dapat menembus susunan syaraf pusat. Untuk pemakaian jangka pendek. Sediaan : 1 amp = 3cc = 5 mg/cc 1 amp = 5cc = 1 mg/cc Indikasi : Anastesi Fungsi : Melemaskan otot-otot pernafasan Dosis : 1-5 mg/jam Saat pemberian / drip sediaan tidak diencerkan Notrixum : Atracurium besylate Sediaan : 1 amp = 5cc = 10 mg/cc 2. Relaxan

16 Indikasi : Biasanya diberikan pada pasien yang menggunakan ventilator ( knock down ) diberikan saat fighting Fungsi : Untuk melumpuhkan otot Pernafasan Dosis : Bolus = 25 mg/2,5 cc bila pasien fighting Drip : mg/1-2 cc/jam sesuai kebutuhan J. HYPERTENSI 1. Catapres Sediaan : 1 amp = 150 mcg = 1cc Indikasi : Semua bentuk hipertensi kecuali Peokromositomatik Dosis : 1 µg/kgbb/jam 2. Nitrogliserin Sediaan : 1 amp = 10 mg = 10 cc Indikasi Dosis : µg/kgbb/mnt Rumus : DOSIS X 60 PENGENCERAN

17 3. Lidocain : Lidocain, Xylocard Sediaan : Lidocain : 1 amp = 2cc = 40 mg Xylocard : 1 amp = 5cc = 100 mg 1 amp = 5 cc = 500 mg Indikasi : Dosis : Bolus 1 mg/kg BB Rumus : Maintenance 1 X 60 PENGENCERAN 4. Amiodaron : Cordaron Sediaan : 1 amp = 3 cc = 150 mg Indikasi : Anti aritma Dosis : Rumus : Keb/24 jam OBAT-OBAT EMERGENSI Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan. Perhatian! Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter atau tenaga terlatih di bidang gawat darurat) Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang disebutkan di bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam menghadapi pasien, kita harus melihat kasus per kasus.

18 Obat Indikasi Sediaan Dosis dan cara pemberian Perhatian Aminofil in Menghilangkan & mencegah gejalagejala asma & bronkhospasme yang bersifat reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis & emfisema Ampul 10 ml = 24mg/m l. a. Dosis awal : 6,3 mg/kg b. Anak 1-9 tahun 1 mg/kg/jam c. Anak 9-16 tahun dan perokok dewasa 0,8 mg/kg/jam d. Dewasa bukan perokok 0,5 mg/kg/jam a. Perhatian Pasien dengan penyakit jantung berat, hipoksemia (keadaan kadar oksigen darah yang menurun) parah, gagal jantung kongestif, penyakit hati, usia lanjut, hipertensi, atau hipertiroidisme. b. Interaksi obat Klirens teofilin dikurangi oleh eritromisin dan makrolida lainnya, dan simetidin. e. Lansia dan pasien dengan gangguan paru-paru 0,3 mg/kg/jam c. Efek samping Gangguan saluran pencernaan, takhikardia, berdebar, & gemetar. f. Pasien gagal jantung kongestif 0,1-0,2 mg/kg/jam Amiodar one a. Henti jantung tak respon (refrakter) terhadap RJP, shock, dan vasopresor b. Aritmia ventrikel berulang mengancam nyawa (VF atau Ampul 3 ml = 150 mg a. Henti jantung 300 mg (dalam 20 ml 30 ml D5%) IV/IO bolus, diikuti satu kali 150 mg IV bolus dalam 3 sampai 5 menit b. Aritmia ventrikel 150 mg IV dalam 10 a. Waktu paruh sangat panjang (sampai 40 hari) b. Interaksi obat yang kompleks dan multipel c. Efek CV : hipotensi d. Efek CNS : gaya berjalan yang abnormal/ataksia, kepeningan, kelelahan, pusing, tidak enak badan,

19 VT dengan hemodinamik tak stabil) menit (15 mg/menit) c. Maintenance : - 1 mg/menit IV dalam 6 jam, kemudian gangguan ingatan, gerakan yang tidak disengaja, insomnia, lemah koordinasi, peripheral neuropathy, gangguan tidur, gemetar - 0,5 mg/menit IV dalam 18 jam e. Efek Dermatologis : fotosensitivitas - Dosis maksimal : 2,2 g/hari f. Efek GI N/V : anoreksia, konstipasi g. Efek hati : LFT tidak normal h. Efek Ophtha : mikrode Atropin a. Bradikardia simtomatis b. Blok av node selagi menunggu pemasangan pacemaker c. Obat pilihan kedua untuk asistol atau PEA (setelah epinefrin/vasopr esor) d. Intoksikasi organofosfat Ampul 1 ml = 0,25 mg a. Asistol/PEA 1 mg IV/IO bolus, diulang tiap 3 5 menit; maksimal 3 kali pemberian (3 mg) b. Bradikardia 0,5 mg IV/IO tiap 3 5 menit; maksimal 3 mg c. Endotrakeal 2 3 mg dilarutkan dalam 10 ml NS d. Dibutuhkan dosis yang sangat besar untuk intoksikasi organofosfat a. Memperburuk iskemia miokard b. Menyebabkan bradikardia paradoksal pada dosis < 0,5 mg c. Tidak berguna untuk blok AV node derajat 2 tipe II dan derajat 3 d. Efek CV : arrhythmia, hipotensi, palpitasi, tachycardia e. Efek lainnya : anaphylaxis Cedocar d a. Cedocard digunakan untuk mencegah atau mengobati nyeri dada (angina). Ampul 10 ml = 1 mg/ml a. Cedocard 5 mg - Serangan angia akut: 1 tablet - Profilaksis: 3-4 a. Obat ini mengandung Isosorbide Dinitrat yang merupakan vasodilator dan bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah ke jantung,

20 b. Cedocard 5 mg, Cedocard 10 mg, dan Cedocard Retard 20 mg - Angina pektoris - Profilaksis serangan angina pada penyakit jantung koroner kronis - Angina setelah infark miokardium (rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat) - Gagal jantung c. Cedocard 20 mg - Pengobatan & pencegahan angina pektoris - Angina pectoris yang parah - Refractory kali sehari 1-2 tablet. - Pencegahan serangan malam: 1-2 tablet sebelum tidur b. Cedocard 10 mg 1-3 tablet 4 x/hari (dewasa) c. Cedocard Retard 20 mg 1 tablet 2 x/hari d. Cedocard 20 mg - Pencegahan serangan angina dimalam hari: 1 tablet - Dosis umum: mg/hari, dikonsumsi 3-4 kali sehari - CHF tahap awal: ½ tablet - Dosis efektif: mg sehari, pada kasus yang berat hingga 240 mg sehari. e. Cedocard IV infusion 2-10 mg/jam sehingga suplai darah dan oksigen ke jantung meningkat. b. Obat ini merupakan tablet sublingual (dihisap dibawah lidah). c. Kontraindikasi - Anemia - Hipotensi - Syok kardiogenik - Pada penggunaan sildenafil, tadalafil, vardenafil d. Efek samping : Pusing, Sakit kepala

21 CHF (Congenital Heart Failure) d. Cedocard IV infusion - Unresponsive CHF, terutama pasca infark miokard - mengontrol refractory angina pectoris Diazepa m Digunakan untuk mengatasi kejangkejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus Dosis dewasa 1 amp (10 mg) IV dapat diulangi setiap 15 menit. Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan Digoksin a. Gagal jantung kongestif b. Takhikardia supraventrikular paroksismal Tablet 0,25 mg a. Digitalisasi cepat (24-36 jam) 4-6 tablet, diberikan satupersatu sampai didapatkan hasil yang diinginkan. b. Digitalisasi lambat (3-5 hari) a. Kontra indikasi - Fibrilasi & takhikardia ventrikular - Blok atrioventrikular derajat II dan komplit 2-6 tablet sehari dalam dosis terbagi, pemeliharaan : 1-3 tab sehari. c. Digitalisasi cepat pada anak-anak - Henti sinus - Bradikardi sinus yang berlebihan. b. Perhatian 25 µg/kg berat badan - Blok jantung sebagian,

22 diberikan sedikit-sedikit sampai didapat hasil yang diinginkan. miokarditis akut, karditis reumatis. - Gangguan fungsi ginjal. - Kehamilan. c. Interaksi obat - Amfoterisin dan obat-obat yang mengurangi Kalium bisa mempertinggi kemungkinan toksisitas Digoksin. - Penyerapan Digoksin bisa dihalangi oleh antasida, Kolestiramin, Kolestipol, Neomisin, Sulfasalazin. - Meningkatkan resiko aritmia jantung dengan garam Kalsium dan antiaritmia. - Kadar serum bisa ditingkatkan oleh Quinidin. d. Efek samping - Gangguan saluran pencernaan & susunan saraf pusat. - Jarang : kekacauan/kebingu

23 ngan, disorientasi, afasia, gangguan detak, konduksi & irama jantung. - Reaksi alergi kulit hebat, ginekosmatia (pembesaran payudara pria). Diphenh y- dramine HCl / Delladry l Antihistamin, antiemetik, anti spasmodik; parkinsonisme, reaksi ekstrapiramidal karena obat; anak dengan gangguan emosi Ampul 10 ml = 10 mg/ml Anak-anak 1. Oral, i.m, i.v: a. Reaksi alergi : 5 mg/kg/hari atau 150 mg/m 2 /hari dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam, tidak lebih dari 300 mg/hari b. Alergi rhinitis ringan dan mabuk perjalanan : - 2 sampai < 6 tahun 6,25 mg tiap 4-6 jam; maksimal 37,5 mg/hari - Usia 6 sampai <12 tahun 12,5-25 mg tiap 4-6 jam; maksimal 150 mg/hari - Usia 12 tahun a. Kontra indikasi Serangan asmatis akut. Bayi prematur. b. Perhatian - Glaukoma sudut sempit. - Kehamilan. - Retensi urin, pembesaran prostat. - Pasien dengan lesi fokal pada korteks serebri. - Hindari mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin. - Sensitifitas silang terhadap obat-obat terkait mg tiap 4-6 jam, maksimal 300 mg/hari c. Membantu tidur c. Interaksi obat Alkohol, depresan susunan saraf pusat, antikolinergik, MAOI (penghambat mono

24 dimalam hari: - Diminum 30 menit sebelum tidur - Usia 2 sampai <12 tahun 1 mg/kg/dosis tiap 4 jam; maksimal 50 mg/hari - Usia 12 tahun : 50mg 2. Oral sebagai antitusif - 2 sampai < 6 tahun 6,25 mg tiap 4 jam; maksimal 37,5 mg/hari - 6 sampai <12 tahun 12,5-25 mg tiap 4 jam; maksimal 75 mg/hari - 12 tahun amin oksidase). d. Efek samping - Sedasi. - Gangguan saluran pencernaan. - Efek antimuskarinik. - Hipotensi, lemah otot, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar, euforia (keadaan emosi yang gembira berlebihan), sakit kepala. - Perangsangan sistem saraf pusat. - Reaksi alergi. - Kelainan darah. 25 mg tiap 4 jam; maksimal 150 mg/hari 3. Pemberian secara i.m dan i.v Perawatan reaksi dystonic 0,5-1 mg/kg/dosis Dewasa 1. Oral : a mg tiap 6-8

25 jam b. Alergi rhinitis ringan dan mabuk perjalanan : mg tiap 4-6 jam; maksimal 300 mg/hari c. Membantu tidur dimalam hari : 50 mg sebelum tidur 2. Pemberian secara i.m dan i.v a mg dosis tunggal tiap 2-4 jam, tidak lebih dari 400 mg/hari b. Reaksi dystonic : 50 mg dosis tunggal, ulang setelah menit jika perlu 3. Topical tidak boleh diberikan lebih dari 7 hari Dobuta min HCl Dipertimbangkan untuk kasus pump problems (gagal jantung kongestif, sembab paru/congestive pulmonum) dengan TDS mmhg dan tidak ada tandatanda syok Ampul 10 ml = 250 mg a. Laju pemberian yang lazim 2 20 µg/kg per menit, titrasi sehingga HR tidak sampai meningkat 10 % dari baseline b. Untuk penggunaan yang optimal, disarankan memonitor hemodinamik a. Cegah pemberian pada TDS < 100 mmhg dan ada tanda-tanda syok b. Menyebabkan takiaritmia c. Tidak boleh mencampur dengan natrium bikarbonat d. Kontra indikasi c. Respon untuk pasien - Resisten mekanik

26 usia tua menurun signifikan d. Rumus dosis dobutamin dalam syringe pump adalah : - Sediaan dobutamine 1 ampul = 250 mg. - Karena 1 mg = mikrogram maka 1 ampul = mikrogram. - Syringe pump menggunakan spuit 50 cc. Kecepatan pemberian dalam satuan cc/ jam. - Maka 1 cc cairan dalam syringe pump : dari pengisian dan atau pengosongan ventrikular seperti tamponade perikardial, perikarditis konstriktif, penyumbatan kardiomiopati hipertrofik, & stenosis aorta berat. - Hipovolemik berstatus parah. - Penggunaan bersama dengan obat-obat penghambat mono amin oksidase. e. Efek samping - Meningkatnya detak jantung, tekanan darah μg g 50 cc Dosis 60xBB konsentrasi - Dapat memicu aritmia ventrikular baru & peningkatan aritmia ventrikuler yang telah ada sebelumnya. Atau Contoh: Dosis 60xBB Kadang-kadang terjadi kemerahan pada kulit, demam, eosinofilia, bronkhospasme, tidak bisa menahan berkemih.

27 Pasien dengan BB 50 kg. Dosis dobutamin dimulai dari 5 mg/kgbb/menit. - Perubahan kadar gula pada penderita diabetes 5 60x cc/jam e. Rumus hitung tetesan dobutamin per drip : - Faktor pengencer Rumus menggunakan kolf Dosis 60xBB 500 Hasil disesuaikan makro/ mikro f. Rumus untuk low cardiac output. - Dosis kecil : 1 3 μg/kg/min (Renal dose) Menstimulir Dopaminergic receptors, menyebabkan vasodilatasi. - Dosis sedang : 3 10 μ g/kg /min Menstimulir beta 1

28 receptor, menyebabkan peningkatankontraktilitas myocard, heart rate dan konduksi. - Dosis besar : μ g/kg/ min. Menstimuliralpha receptors. Alpha 1: vasokonstriksi arteriole dan venulae SVR (systemic BP) meningkat, PVR (pulmonary artery pressure) meningkat. Alpha 2: vasodilatasi arteriole dan venulae sertadepresi sympathic PenurunanSVR, PVR danheart rate. g. Dosis untuk CO BP (SBP < 100 mmhg) SVR Dosis : 2 15 μg/kg/min. Dopami n a. Obat pilihan kedua untuk bradikardia simtomatis (setelah atropin) b. Hipotensi (TDS mmhg) Ampul 5 ml = 200 mg a µg/kg/menit, titrasi sampai respon tercapai b. Rumus dosis dopamin dalam syringe pump adalah : - Sediaan dopamine 1 ampul = 200 mg. - Karena 1 mg = mikrogram maka 1 ampul = Turunkan bertahap (tapering) - Jangan mencampur/ melarutkan dengan natrium bikarbonat, lakukan pengenceran dengan D5%, D5 1/2 NS, D10 0,18 NS; RL - Diberikan dengan syringe pump atau infusion pump, harus selalu drip, bukan IV bolus

29 mikrogram. - Syringe pump menggunakan spuit 50 cc. Kecepatan pemberian dalam satuan cc/ jam. - Bisa menyebabkan takiaritmia, vasokonstriksi yang eksesif - Maka 1 cc cairan dalam syringe pump : μg 50 cc g Dosis 60xBB konsentrasi atau Dosis 60xBB Contoh: Pasien dengan tekanan darah 80/50 mmhg dan BB 50 kg. Dosis dopamin dimulai dari 5 mikrogram/kgbb/menit. 5 60x ,75cc/jam

30 c. Rumus hitung tetesan dopamin per drip : Contoh: - Pasien dengan berat 80 kg - Diberikan dopamin 10 mcg/kgbb/menit dalam 250 ml NS (mikrodrip). - Dopamin 1 ampul : 200 mg / 10 ml - Hitung dosis : 10 mcg/kgbb/men it : 10 mcg x 80 kg x 1 menit : 800 mcg / menit - Hitung tetesan : 250 ml / 200 mg) x (800 mcg/1 menit) x (60 gtt / 1 ml) : (250 ml / mcg) x 800 mcg/menit x 60 gtt/ml : (25 / 20) x 8 x 6 gtt/menit : 5/4 x 8 x 6 gtt / menit

31 : 60 gtt/menit Epinefri n/ adrenali n a. Henti jantung : fibrilasi ventrikel (VF), takikardi ventrikel tanpa denyut nadi (pulseless VT), asistol, PEA (Pulseless Electrical Activity) b. Bradikardia simtomatis c. Hipotensi berat d. Anafilaksis, reaksi alergi berat : kombinasi bersama sejumlah besar cairan, kortikosteroid, antihistamin Ampul 1 ml = 1 mg a. IV/IO 1 mg diberikan/diulang setiap 3 5 menit b. Endotrakeal 2 2,5 mg (2 2,5 kali dosis IV/IO), dilarutkan dalam 10 ml PZ/NS c. Infus kontinyu 1 mg dilarutkan dalam 500 ml NS atau D5%, kecepatan inisial 1 µg/menit dititrasi sampai mencapai efek d. Reaksi atau syok anafilaktik 0,3-0,5 mg SC dapat diulang setiap menit. e. Bradikardi atau hipotensi a. Peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat menyebabkan iskemia miokard, angina, dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard b. Dosis besar tidak meningkatkan perbaikan kesudahan (outcome) status neurologis, bahkan bisa menyebabkan disfungsi miokard post-resusitasi Diberikan perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt Furosem ide a. Terapi ajuvan untuk edema paru akut (ALO : Acute Lung Oedem) pada pasien dengan TDS > 90 mmhg Ampul 2 ml = 20 mg 0,5 1 mg/kg diberikan 1 2 menit, jika tidak respon : 2 mg/kg diberikan pelan 1 2 menit (pemberian lazim dengan drip/memakai syringe pump) a. Dehidrasi b. Hipovolemia c. Hipotensi d. Hipokalemia atau gangguan

32 (tanpa gejala dan tanda syok) keseimbangan elektrolit lainnya b. Hipertensi emergensi c. Peningkatan tekanan intrakranial Diltiaze m HCl Hipertensi esensial ringan sampai sedang, angina pektoris, angina pektoris varian. a. Dosis - Intravena = 0,25 mg/kgbb diberikan dalam 2 menit. - Pertetrasi disesuaikan dengan kebutuhan (5-10 mcg/kgbb/menit). b. Cara pemberian herbesser. - 2 ampul 50 mg (= 100 mg ), diencerkan dengan PZ 0,9% 50 cc. a. Kontra indikasi Gagal jantung kongestif berat, blok atrio-ventrikular (AV) derajat kedua atau ketiga atau sick sinus syndrome, kehamilan. b. Efek samping Bradikardia, pusing, sakit kepala bila terkena cahaya, blok AV, kulit kemerahan, perasaan tidak enak badan yang tidak jelas, sakit kepala, peningkatan SGOT dan SGPT, ruam, gatalgatal, gangguan lambungusus. - Rumus : Permintaan (micro) x BB x 60 / 2000 = ml/jam. Kalsium gluconat / kalsium klorida Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk 1 vial = 25 meq a. Diberikan secara pelahan-lahan IV selama menit atau dengan menggunakan drip b. Dosis 4-8 mg/kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/kg BB

33 mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama untuk kalsium klorida. c. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul kalsium gluconat d. Pengenceran tiap 12,5 meq/48 cc e. Faktor pengenceran : Dosis yang diminta 12,5 meq f. Waktu ganti : Waktu yang diminta Faktor pengenceran g. Dosis per syringe pump : 48 cc Waktu ganti Contoh: Pasien membutuhkan KCl 100 meq dalam 24 jam. - Hitung faktor pengenceran : 100 meq 12,5 meq 8 pengenceran

34 - Hitung waktu ganti : 24 jam 8 pengenceran 3 jam - Hitung dosis per syringe pump : 48 cc 16 cc/jam 3 jam Lidokain a. Alternatif amiodaron pada henti jantung karena VF/VT b. Obat pilihan utama untuk PVC (Paroxismal Ventrikel Contraction) berbahaya/meng ancam nyawa : - Multipel - Multifokal Ampul 2 ml = 40 mg a. Henti jantung karena VF/VT dosis inisial 1 1,5 mg/kg IV/IO bolus b. VF refrakter 0,5 0,75 mg/kg IV bolus, diulang tiap 5 10 menit; maksimal 3 kali pemberian (3 mg/kg) c. Endotrakeal 2 4 mg/kgbb a. Hati-hati pada penderita : - syok kardiogenik - dekompensasi kordis - usia > 70 tahun - penyakit liver b. Stop pemberian jika ada efek samping : - somnolen - gatal-gatal - Bigemini - konvulsi - Salvo/run - R on T - bicara kabur/tak jelas c. VT stabil dengan ventrikel kiri

35 yang baik Magnesi um sulfat a. Direkomendasika n untuk pengobatan Tors ades de pointes pada ventrikel takikardi, keracunan digitalis. Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam a. Efek Samping - Serum Mg lebih besar dari 1.2 mmol/l (3 mg/dl): Penekanan CNS; Efek GI (diare); penekanan fungsi neuromuskular. b. Preeklamsia - Serum Mg lebih besar dari 2.1 mmol/l (5 mg/dl): Efek CNS (somnolence/meng antuk); Efek CV (kulit kemerahmerahan). - Serum Mg lebih besar dari 5.1 mmol/l (12.5 mg/dl): Efek CV (complete heart block); Efek berturut-turut (depresi). b. Instruksi Khusus - Awasi BP - Awasi tanda-tanda hipermagnesemia untuk menghindari kelebihan dosis. (Awasi diare, arrhythmias, hipotensi, depresi CNS ketika melakukan pemberian obat

36 dengan cepat dengan bolus IV) - Hindari penggunaan pada pasien dengan sumbatan jantung atau gagal ginjal akut dan jangan melakukan pemberian obat dalam waktu 2 jam setelah pemberian pertama. - Gunakan dengan hati-hati pada pasien penderita kerusakan ginjal akut dan pasien myasthenia gravis Morfin a. Chest pain dengan Acute Coronary Syndrome (ACS) yang tak respon dengan nitrat b. Edema paru akut kardiogenik (bila TD adekuat) Ampul 1 ml = 10 mg a. Dosis inisial : 2 4 mg IV dalam 1 5 menit, setiap 5 sampai 30 menit b. Dosis ulangan : 2 8 mg pada interval 5 sampai 15 menit c. Masukkan pelan-pelan dan titrasi sampai tercapai efek a. Bisa menyebabkan depresi napas b. Menyebabkan hipotensi (pada pasien dengan deplesi volume cairan) c. Gunakan dengan hatihati/perhatian penuh pada kasus infark ventrikel kanan d. Antidotum : nalokson (0,4 2 mg IV) Nicardip ine HCl a. Hipertensi emergensi b. Hipertensi krisis selama pembedahan Ampul 10 ml = 10 mg a. Hipertensi emergensi 0,5 6 mcg/kgbb/menit (syringe pump/drip infus) b. Hipertensi akut selama a. Kontraindikasi - Pasien yang kemungkinan memiliki hemostasis tidak

37 operasi mcg/kgbb/menit (syringe pump/drip infus) mcg/kgbb (bolus IV) lengkap dengan perdarahan intrakranial - Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial saat fase akut stroke serebral - Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap produk ini b. Perhatian - Pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal - Pasien dengan stenosis aorta c. Efek samping Ileus paralitik, hipoksemia, edema paru, dyspnea, trombositopenia, gangguan fungsi hati, dan jaundis. Takikardi, hipotensi, peningkatan kreatinin dan BUN, sakit kepala, nausea, muntah, mual dan hipersensitif. Natrium bikarbo nat Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya. Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

38 metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik. Nitroglis e-rin a. Bedah : mengontrol dengan cepat hipertensi selama bedah jantung, menurunkan tekanan darah & menjaga hipotensi yang terkontrol selama prosedur bedah, mengkontrol iskemia miokardial selama dan setelah bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). b. Angina tak stabil yang kebal terhadap pengobatan dengan β-bloker dan Nitrat sublingual (di bawah lidah). c. Gagal jantung kongestif sekunder yang tak responsif terhadap infark Ampul 10 ml = 10 mg a. Pembedahan Dosis awal 25 mcg/menit, bisa ditingkatkan dengan kenaikan 25 mcg/menit pada jarak waktu 5 menit sampai tekanan darah stabil. b. Iskemia miokardial perioperatif Dosis awal mcg/menit kenaikan berikutnya mcg/menit sampai efek yang dibutuhkan tercapai. c. Gagal jantung kongestif unresponsif Dosis awal mcg/menit, dapat diturunkan menjadi 10 mcg/menit atau ditingkatkan secara bertahap dengan peningkatan sebesar mcg/menit tiap menit sampai efek yang diinginkan tercapai. d. Angina tak stabil Dosis awal 10 mcg/menit dengan peningkatan a. Kontra indikasi Anemia yang jelas, perdarahan otak berat, hipovolemia tak terkoreksi atau hipotensi berat. Pasien dengan kecenderungan glaukoma sudut tertutup. b. Perhatian - Hipotiroidisme, hipotermia, malnutrisi, penyakit ginjal atau hati yang parah. - Dibutuhkan pengawasan ketat terhadap denyut nadi dan tekanan darah. c. Efek samping - Sakit kepala, mual, hipotensi, takhikardia, muntah-muntah, pembentukan keringat yang banyak, ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, keresahan/kegelisa han, otot berkedut/ bergerenyet, rasa

39 miokardial akut. sebesar 10 mcg/menit yang dilakukan dengan jarak waktu sekitar 30 menit tergantung pada kebutuhan pasien. tidak enak di belakang tulang dada, berdebar, pusing, nyeri perut. - Bradikardia paradoksikal. Norepin e-frin Hipotensi akut, septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut). 1 vial = 4 mg a. Dosis : 0,01 0,10 μg/kg/min. b. Start : 0,05 μg/kg/min. c. Dosis pemberian kelipatan 25 d. Rumus dosis dobutamin dalam syringe pump adalah : a. Kontra indikasi - Pasien yang hipotensi akibat kehilangan darah kecuali sebagai tindakan darurat sampai terapi volume darah selesai. - Sediaan 1 vial = 4 mg. - Karena 1 mg = nanogram maka 1 ampul = mikrogram. - Anestesi siklopropan dan halotan, trombosis pembuluh darah tepi atau mesenterik. b. Perhatian - Syringe pump menggunakan spuit 50 cc. Kecepatan pemberian dalam satuan cc/ jam. - Hipertensi, ekstravasasi (keluarnya darah dari pembuluhpembuluh darah di dalam badan). - Maka 1 cc cairan dalam syringe pump : - Harus diberikan melalui vena besar. c. Efek samping g - Adakalanya terjadi g 50 cc bradikardia, kecemasan, sakit kepala yang bersifat sementara.

40 Dosis 60xBB konsentrasi - Deplesi volume darah (penggunaan jangka panjang). - Kesulitan bernafas, iskemia. Atau Dosis 60xBB Contoh: Pasien dengan BB 50 kg. Dosis norepinefrin dimulai dari 25 mg/kgbb/menit x ,9 cc/jam Noradre na-lin Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik : hipotensi signifikan (TDS < 70 mmhg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah Ampul 4 ml = 4 mg a. Diberikan hanya melalui jalur IV b. Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 250 ml D5%, D5NS (bukan NS), jangan memasukan pada jalur yang sama dengan larutan alkalis c. Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk meningkatkan perfusi yang adekuat pada a. Meningkatkan oxygen demand miocard, TD dan HR b. Bisa menginduksi aritimia. Hati-hati penggunaan pada pasien iskemia akut; monitor cardiac output c. Ekstravasasi obat menimbulkan nekrosis jaringan, jika terjadi : campur phentolamin 5 10 mg ke dalam 10

41 kasus drug-induced hypotension 15 ml NS, infiltrasikan ke area ekstravasasi Pethidin Nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricular failure Ampul 2 ml = 50 mg a. Dewasa : mg setiap 3-4 jam - Injeksi intravena lambat mg/jam (IM/SC) - Sebelum pembedahan mg (IM/SC) b. Anak-anak mg/kgbb setiap 3 4 jam jika perlu a. Kontraindikasi - Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya (menyebabkan koma, depresi pernapasan yg parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang) - Hipersensitivitas - Pasien dengan gagal ginjal lanjut b. Efek Samping - Depresi pernapasan, - Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang, - Pencernaan : mual, muntah, konstipasi, - Kardiovaskular :

42 aritmia, hipotensi postural, - Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria. - Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi, halusinasi. - Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit Propofol Menginduksi & mempertahankan anestesi umum, sedasi selama perawatan intensif. Ampul 5 ml = 20 mg/ml a. Induksi anestesi umum : - Dewasa < 55 tahun Diawali dengan 40 mg secara bolus intravena lambat dalam jarak waktu 10 detik sampai mulai terjadi reaksi anestesi. Efek samping : - Nyeri pada tempat penyuntikan - Hipotensi - Berhentinya pernafasan untuk sementara waktu - Dosis lazim 2-2,5 mg/kg berat badan. - Anak > 8 tahun 2,5 mg/kg berat badan secara intravena lambat - Gerakan epilepsi, kejang - Reaksi distonik - Edema paru - Sakit kepala

43 sampai mulai terjadi reaksi anestesi. b. Mempertahankan anestesi umum : - Dewasa 4-12 mg/kg berat badan/jam secara infus yang terus-menerus (drip infusion). - Mual muntah - Henti jantung - Urin berwarna hijau atau merah kecoklatan - Perubahan prilaku seksual. - Penyuntikan ulang secara bolus sebesar mg tergantung pada respon. - Anak > 3 tahun 9-15 mg/kgbb/jam. c. Sedasi selama perawatan intensif 1-2 mg/kg berat badan secara injeksi bolus, dilanjutkan dengan infus yang terus-menerus (drip infusion) yang disesuaikan tergantung pada tingkat kebutuhan sedasi. Sulfas atropin a. Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler a. Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg. Kontra indikasi : Bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III. b. Asistole atau PEA lambat (kelas II b. Dapat diberikan intratrakeal atau

44 B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hatihati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi) transtrakeal dengan dosis 2 2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc Tranexa mic acid a. Fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic hyphaemia, neoplasma tertentu, komplikasi b. pada persalinan (obstetric complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi kandung kemih, prostatektomi atau konisasi serviks. c. Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada angioedema herediter. a. Dosis oral : 1-1,5 gram (atau mg/kg) 2-4 x/hari. b. Dosis injeksi IV perlahan : 0,5-1 g (atau 10 mg/kg) 3 x/hari c. Dosis infus kontinyu : mg/kg setiap hari. d. Dosis anak : 25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra vena setiap 2-3 x/hari e. Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia - Sebelum operasi 10 mg/kgbb (IV). - Setelah operasi a. Kontraindikasi : - Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat. - Penderita perdarahan subarakhnoid. - Penderita dengan riwayat tromboembolik. - Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif. - Penderita buta warna. b. Efek samping : - Gangguan pada saluran pencernaan (mual,

45 25 mg/kgbb (oral) 3-4 x/hari selama 2-8 hari. muntah, diare) gejala ini akan hilang bila dosis dikurangi. - Hipotensi jarang terjadi. Xylomid on Analgetik, antipiretik dan anti radang DOSIS PADA ANAK-ANAK Obat Epinephrin Atropin Lidokain Natrium Bikarbonat Kalsium Klorida Kalsium Glukonat Diazepam Furosemide Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01 mg/kgbb iv (1:1000) 0,02 mg/kgbb iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan dosis 2 kali maksimal 1mg 1 mg/kgbb iv 1 meq/kgbb iv mg/kgbb iv pelan-pelan mg/kgbb iv pelan-pelan 0,3-0,5 mg/kg BB iv bolus 0,5-1 mg/kgbb iv bolus

46

RUMUS PEMBERIAN OBAT MELALUI SYRINGE PUMP

RUMUS PEMBERIAN OBAT MELALUI SYRINGE PUMP RUMUS PEMBERIAN OBAT MELALUI SYRINGE PUMP 1. DOPAMIN Misalnya : Doperba dan Dopamain Guilini Sediaan 1 Ampul = 5 atau 10 cc = 200 mg INDIKASI Shock yang berhubungan dengan CRF, INFARK MIOCARD, RENAL FAILURE

Lebih terperinci

OBAT-OBAT EMERGENSI. Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan.

OBAT-OBAT EMERGENSI. Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan. OBAT-OBAT EMERGENSI Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan. Perhatian! Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten

Lebih terperinci

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt.

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt. OBAT OBAT EMERGENSI Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt. PENGERTIAN Obat Obat Emergensi adalah obat obat yang digunakan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat

Lebih terperinci

DAFTAR OBAT EMERGENSI UNIT GAWAT DARURAT (UGD)

DAFTAR OBAT EMERGENSI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG PUSKESMAS SALO KEC. WATANG SAWITTO Alamat : Jl. Salo Telp. (0421) 924 101, 91212 Pinrang DAFTAR OBAT EMERGENSI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) Dosis Dewasa Epinephrin Sulfas Atropin

Lebih terperinci

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN ATROPIN 0,25 MG/ML INJEKSI GOLONGAN : K KANDUNGAN : Atropine sulfat DOSIS : 250-1000 µg secara subkutan. KEMASAN : Injeksi 0,25 mg/ml x 30 ampul @1 ml SEDIAAN : ampul inj.im/iv/sk

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

PEMBERIAN OBAT-OBATAN DENGAN INFUS ( DRIP)

PEMBERIAN OBAT-OBATAN DENGAN INFUS ( DRIP) PEMBERIAN OBAT-OBATAN DENGAN INFUS ( DRIP) 1. DOPAMIN HIDROKLORIDA Indikasi: 1. Untuk penanggulangan syok syndrom. 2. Pre syok, severe hypotension. Kontra indikasi:1. Pasien Dehidrasi. 2. Hypotiroidism.

Lebih terperinci

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol OBAT KARDIOVASKULER Kardio Jantung Vaskuler Pembuluh darah Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung Jenis Obat 1. Obat gagal jantung 2. Obat anti aritmia 3. Obat anti hipertensi 4. Obat anti angina

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

Kegawatdaruratan Jantung

Kegawatdaruratan Jantung PANDUAN PEMBIMBING KETERAMPILAN KLINIS (SKILL LABORATORY) BLOK 22 Modul Elektif Kegawatdaruratan Jantung PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBI Tahun Akademik 2013/2014 TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

ACLS. 5 rantai kelangsungan hidup:

ACLS. 5 rantai kelangsungan hidup: ACLS Bantuan hidup dasar menggunakan rekomendasi yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan hidup. 5 rantai kelangsungan hidup: 1. Early

Lebih terperinci

Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman

Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman Banyak orang terpikat untuk mengonsumsi minuman berenergi. Dengan publikasi/promosi yang menarik, minuman berenergi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea merupakan hal yang rutin dilakukan pada anastesi umum. Namun tindakan laringoskopi dan intubasi tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM FARMAKOTERAPI ASMA H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM Pendahuluan Etiologi: asma ekstrinsik diinduksi alergi asma intrinsik Patofisiologi: Bronkokontriksi akut Hipersekresi mukus yang tebal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT JULAEHA, M.P.H., Apt FISIONEUROLOGI OBAT SSP Obat SSP menekan / menstimulasi seluruh atau bagian tertentu dari SSP. Jika terdapat penekanan

Lebih terperinci

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang RESUSITASI CAIRAN Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang SYOK Syok adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN Niken Andalasari PENGERTIAN Hipoglikemia merupakan keadaan dimana didapatkan penuruan glukosa darah yang lebih rendah dari 50 mg/dl disertai gejala autonomic dan gejala neurologic.

Lebih terperinci

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai ASERING JENIS-JENIS CAIRAN INFUS Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteriis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

Konsep Pemberian Cairan Infus

Konsep Pemberian Cairan Infus Konsep Pemberian Cairan Infus Cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita

Lebih terperinci

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Survey WHO, 2009 : angka kematian akibat penyakit kardiovaskular terus meningkat, thn 2015 diperkirakan 20 juta kematian DKI Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI Curiculum vitae Nama : DR.Dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) Tempat/tanggal lahir : Jakarta 27 Januari 1968 Pekerjaan : Staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Pendidikan : Dokter umum 1991-FKUI

Lebih terperinci

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin Pengertian Macam-macam obat uterotonika Cara kerja / khasiat obat uterotonika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Uterotonika - 2 Pada aterm, sekresi

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi umum merupakan teknik yang sering dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. 1 Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. 2 Idealnya induksi

Lebih terperinci

Irsad Andi Arso Bag. Kardiologi FK UGM / SMF Jantung RSS

Irsad Andi Arso Bag. Kardiologi FK UGM / SMF Jantung RSS Irsad Andi Arso Bag. Kardiologi FK UGM / SMF Jantung RSS 1 HENTI JANTUNG > Jantung kehilangan fungsi secara mendadak dan sangat tiba-tiba > 450.000 kasus/tahun di USA > Penyebab kematian >> Stroke, Ca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI DIAGNOSIS DEFINISI ARITMIA Deviasi abnormal dari irama sinus yaitu suatu gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan sistem konduksi listrik jantung. Gangguan Pembentukan Impuls. 1. Gangguan Pembentukan

Lebih terperinci

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak Yazid Dimyati Divisi Saraf Anak Departemen IKA FKUSU / RSHAM Medan UKK Neurologi / IDAI 2006 Pendahuluan Kejang merupakan petunjuk adanya

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE Oleh : Rozario N. Ramandey 200852089 PENCABUTAN GIGI Pencabutan gigi yang ideal pencabutan tanpa rasa sakit satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Keseluruhan anjing yang dipergunakan pada penelitian diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki 1. Definisi Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

DEHIDRASI CAIRAN PADA GANGGUAN GASTROINTESTINAL

DEHIDRASI CAIRAN PADA GANGGUAN GASTROINTESTINAL DEHIDRASI CAIRAN PADA GANGGUAN GASTROINTESTINAL Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya @2000) 3 kegawatan pada GIT : 1. Perdarahan. 2. Infeksi atau keradangan. 3. Gangguan pasase

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Alfi Yasmina Obat Jantung Antiangina Antiaritmia Antihipertensi Hipolipidemik Obat Gagal Jantung (Glikosida jantung) Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik,

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia 23 BAB 4 HASIL 4.1 Karakteristik Umum Sampel penelitian yang didapat dari studi ADHERE pada bulan Desember 25 26 adalah 188. Dari 188 sampel tersebut, sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebesar

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu

Lebih terperinci

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH SYOK sebagai kondisi kompleks yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan sel-sel tubuh (Rice 1991). Komponen-komponen aliran darah

Lebih terperinci

Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler. Rianti Citra Utami

Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler. Rianti Citra Utami Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskuler Rianti Citra Utami 03011252 Pendahuluan Henti jantung (cardiac arrest) bertanggung jawab terhadap 60% angka kematian penderita dewasa yang mengalami PJK 40% pasien

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG KONGESTIF Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung kongestif

KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG KONGESTIF Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung kongestif KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG KONGESTIF Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung kongestif meliputi efusi pleura, aritmia, pembentukan trombus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang anestesiologis, mahir dalam penatalaksanaan jalan nafas merupakan kemampuan yang sangat penting. Salah satu tindakan manajemen jalan nafas adalah tindakan

Lebih terperinci

SYOK ANAFILAKTIK. No.Revisi : 0. Halaman :1 dari 4

SYOK ANAFILAKTIK. No.Revisi : 0. Halaman :1 dari 4 SYOK ANAFILAKTIK No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Syok anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena dapat mengancam nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini dikarenakan memiliki waktu mula kerja, durasi dan waktu pulih sadar yang singkat. 1,2 Disamping

Lebih terperinci

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope TERAPI CAIRAN MAINTENANCE RSUD ABDUL AZIS 21 April 2015 TERAPI CAIRAN TERAPI CAIRAN RESUSITASI RUMATAN Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Mengganti Kehilangan Akut Koreksi 1. Kebutuhan normal 2. Dukungan

Lebih terperinci

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital dr Jetty RH Sedyawan SpJP K FIHA FAsCC Sindroma koroner akut (SKA) atau acute coronary syndrome (ACS) merupakan suatu spektrum penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI BAB I PENDAHULUAN Banyaknya jenis status epileptikus sesuai dengan bentuk klinis epilepsi : status petitmal, status psikomotor dan lain-lain. Di sini khusus dibicarakan status epileptikus dengan kejang

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Data Hasil Penelitian Uji perbandingan antara keempat kelompok sebelum perlakuan menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol adalah

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. BATASAN Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang tua. 1 Berdasarkan data pada Agustus 2010, terdapat pasien anak berusia 2-12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak-anak mempunyai kondisi berbeda dengan orang dewasa pada saat pra bedah sebelum masuk

Lebih terperinci

Penatalaksanaan DBD Pada Dewasa

Penatalaksanaan DBD Pada Dewasa Penatalaksanaan DBD Pada Dewasa Armon Rahimi Definisi : Demam Dengue : Demam akut 2 7 hari + 2 atau lebih : - Nyeri kepala - Nyeri retroorbital - Mialgia / artralgia - Ruam kulit - Manifestasi perdarahan

Lebih terperinci

BALANCE CAIRAN. IWL (insensible water loss(iwl) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.

BALANCE CAIRAN. IWL (insensible water loss(iwl) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa. SARI CHAERUNISAH 04091401070 BALANCE CAIRAN Balance cairan atau keseimbangan cairan adalah keseimbangan antara pemasukan cairan (intake) dan pengeluaran cairan (output). Masukan cairan orang dewasa normalnya

Lebih terperinci

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK ASUHAN KEPERAWATAN SYOK Syok yaitu hambatan di dalam peredaran darah perifer yang menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme ( Theodore,

Lebih terperinci

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung Cardiac Arrest 1. Pengertian Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian didapatkan subjek penelitian sebesar 37 penderita kritis yang mengalami hiperbilirubinemia terkonjugasi pada hari ketiga atau lebih (kasus) dan 37 penderita

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Pengertian Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta Beberapa keadaan klinis: 1. Hiperkalemi 2. Hiponatremi 3. Asidosis metabolik 4.

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

Atropine sulfat Susunan saraf pusat Mata Saluran nafas Kardiovaskular

Atropine sulfat Susunan saraf pusat Mata Saluran nafas Kardiovaskular Atropine sulfat Termasuk golongan antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik (antimuskarinik), menghambat transmisi asetilkolin yang dipersyarafi oleh serabut pascaganglioner kolinergik. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan luar biasa terhadap mekanisme hemostasis tubuh karena jaringan di dalam mulut memiliki vaskularisasi

Lebih terperinci

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia 4. HASIL Sampel penelitian diambil dari data sekunder berdasarkan studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) pada bulan Desember 2005 Desember 2006. Jumlah rekam medis yang didapat adalah

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci