KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Tim Penyusun"

Transkripsi

1 RENCANA

2 RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN BALANG BARU Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Arie Mardjan, S.K.H Dr. Ir. H. Andi Tamsil, MS Ir. Sapta Putra, M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Irwandi Idris, M.Si Project Management Office (PMO) Coastal Community Development Project

3 KATA PENGANTAR Pengelolaan Pesisir T erpadu atau dalam bahasa asing sering disebut dengan Integrated Coastal Managament (ICM) merupakan sebuah konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terintegrasi. Integrasi yang dimaksud ialah upaya pengelolaan secara terpadu, terpadu antar ekosistem pesisir, terpadu antara ekosistem daratan dengan laut, terpadu antar instansi pemerintahan, terpadu antara pemerintah dengan pemangku kepentingan (stakeholder), dan terpadu antar multi displin ilmu. Keterpaduan tersebut dipandang perlu untuk mencegah konflik kepentingan akan laut, konflik wewenang akan laut, dan konflik penggunaan sumber daya hayati dan non-hayati yang ada di pesisir dan lautan. Keterpaduan merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan masyarakat pesisir. Penyusunan dokumen rencana pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICM) kelurahan Balang Baru merupakan salah satu kegiatan Pembangunan Masyarakat Pesisir melalui CCDP IFAD. Rencana ini diharapkan menjadi salah satu rekomendasi konstruktif, baik kepada pemerintah pusat (Kementerian Kelautan dan Perikanan) serta PMO (Project Managament Officer), dan pemerintah daerah (Dinas Perikanan) serta PIU (Project Implementation Unit) Kota Makassar ataupun pemangku kepentingan diluar pelaksana kegiatan CCDP IFAD. Dokumen ini dapat dijadikan salah satu dokumen acuan dan arahan dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya sehingga dapat tercapai keseimbangan ekonomi dan ekologi dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dokumen ICM ini disusun melalui serangkaian kegiatan antara lain pengumpulan data sekunder, survey lapangan, wawancara, FGD, analisis data dan penulisan dokumen. Dokumen Pengelolaan Wilayah Pesisir (ICM) ini masih perlu dikonsultasikan kembali kepada stakeholder terkait untuk mendapatkan masukan sehingga menjadi lebih baik. Selain itu rencana pengelolaan ini diharapkan dapat diadopsi dalam rencana kerja kelurahan atau pemerintahan daerah Kota Makassar, agar mendapatkan pengakuan dari masyarakat luas dan pemangku kepentingan lainnya dan ikut mengimplementasikannya di masa datang. Akhirnya, disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam keseluruhan proses penyusunan dokumen ICM ini. Tim Penyusun

4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... ii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Tujuan Proses Penyusunan... 3 BAB II. RONA WILAYAH PESISIR Kondisi Geografis dan Administratif Kondisi Sosial Budaya Aktivitas Ekonomi Potensi SDA dan Ekosistem Pesisir... 9 BAB III. RENCANA PENGELOLAAN Isu Isu Prioritas Strategi Pengelolaan Rencana Program Monitoring dan Evaluasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Fatufeto, Kota Makassar

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Identifikasi perencanaan aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan Tabel 2. Identifikasi perencanaan aspek Sosil-budaya Tabel 3. Identifikasi perencanaan aspek Ekonomi Tabel 4. Identifikasi perencanaan aspek Kelembagaan Tabel 5. Rencana Program dalam 5 Tahun Tabel 6. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Alir Penyusunan rencana pengelolaan pesisir terpadu... 4 Gambar 2.Peta Administrasi Kelurahan Balang Baru... 5 Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Di Kelurahan Balang Baru... 6 Gambar 4. Peta Infrastruktur Kelurahan Balang Baru... 7 Gambar 5. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Balang Baru... 8 Gambar 6. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Balang Baru... 9 Gambar 7. Peta Seause Kelurahan Balang Baru...10 Gambar 8. Peta Sumber Daya Pesisir Kelurahan Balang Baru...11 Gambar 9. Peta Rencana ICM Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar...12 ii Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di wilayah pesisir adalah sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan (environmental services). Apabila pemanfaatan potensi tersebut dapat dioptimalkan, akan sangat menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Dahuri, 2001). Sumberdaya dapat pulih adalah hutan bakau, terumbu karang, padang lamun, sumberdaya perikanan laut, dan bahan-bahan bioakif sedangkan sumberdaya tidak dapat pulih adalah seluruh mineral, minyak dan gas yang terdapat di lapisan geologi laut. Berbeda dengan dua hal tersebut, jasa-jasa lingkungan adalaha peran area pesisir dan laut sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan dan keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim, kawasan perlindungan, dan sistem penunjang kehidupan serta fungsi ekologi lainnya. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut terpadu diartikan sebagai suatu proses dinamis dan berkelanjutan yang menyatukan pemerintah dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan pengelolaan serta kepentingan sektoral dan masyarakat umum, dalam menyiapkan dan melaksanakan suatu rencana terpadu untuk perlindungan dan pengembangan sumberdaya dan ekosistem pesisir (GESAMP, 1996). T ujuan pengelolaan sumberdaya wilayah laut dan pesisir terpadu sesuai dengan UU No 27 tahun 2007 adalah : 1. Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; 2. Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 3. Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan 4. Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat melalui peran serta Masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kota Makassar terletak di selatan pulau Sulawesi. Kota ini memiliki wilayah pesisir. T otal luas wilayah Kota Makassar adalah 275, 77 km2 dengan luas daratan 175,77 km2 dan luas perairan adalah ±100 km2 (Pemerintah 1 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Fatufeto, Kota Makassar

7 Kota Makassar 2008, 2009). Letak Kota Makassar berada sebagian besar dalam wilayah pulau sulawesi dan secara geografis terletak pada posisi: 5,8º Lintang Selatan dan 119º Bujur T imur; berbatasan dengan selat Makassar di barat, Kabupaten Kepulauan Pangjakene di utara, Kabupaten Maros di timur dan Kabupaten Gowa di Selatan Wilayah Kota Makassar secara administratif terbagi menjadi 14 Kecamatan, dengan total 143 desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2012). Kota Makassar didiami oleh orang penduduk. Wilayah Kota Makassar sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal seluas ± 186,90 km2 atau 73 persen dan daerah dataran dengan kemiringan sekitar 10 persen seluas ± 55 km2 atau 17 persen dari total luas wilayah daratan. Kota Makassar merupakan salah satu kota pesisir yang ada di Indonesia yang memilki garis pantai sepanjang 32 km dan mencakup 11 pulau-pulau kecil dengan luas keseluruhan mencapai Ha atau sekitar 1,1% dari luas wilayah daratannya. Fakta tersebut menjadikan Kota Makassar memiliki berbagai kawasan wisata pesisir. Keberhasilan pengelolaan Sumberdaya Pesisir tidak terlepas dari upaya masyarakat, pemerintah, dan perguruan tinggi atau lembaga riset. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Perubahan yang terjadi di darat dan laut menjadi pengaruh signifikan bagi kondisi wilayah pesisir. Oleh karena itu, faktor lingkungan penting bagi wilayah pesisir untuk keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam pesisir. Pemanfaatan sumber daya laut dengan cara tertentu yang dapat merusak lingkungan hidup ikan menyebabkan penurunan stock ikan. Penurunan jumlah ikan di laut yang dapat ditangkap dapat menyebabkan pengurangan pendapatan para nelayan lokal. Penurunan pendapatan ini tentu saja memiliki dampak kepada sosial antara masyarakat nelayan dan non-nelayan atau nelayan lokal dan andon (nelayan asing). Dampak sosial dapat berupa konflik yang dipicu oleh kecurigaan tertentu terhadap kelompok lain. 1.2 Ruang Lingkup Perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir berada pada Kelurahan Balang Baru. Adapun ruang lingkup kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir desa/kelurahan Balang Baru adalah sebagai berikut: 1. Menginventarisasi berbagai data primer dan sekunder yang berkaitan dengan potensi sumberdaya alam (pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, dll) dan jasa lingkungan di wilayah pesisir. 2. Mengidentifikasi isu strategis yang ada, khususnya isu kerusakan ekosistem wilayah pesisir, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan di pesisir Kelurahan Kelapa Balang Baru. 2 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

8 3. Mengidentifikasi kondisi perekonomian wilayah baik berupa gambaran perekonomian masyarakat, kegiatan investasi yang berkembang, dan potensi pengembangan ekonomi untuk multi sektor yang ada di wilayah pesisir Kelurahan Balang Baru. 4. Mengidentifikasi kondisi sosial dan nilai-nilai budaya (budaya lokal) dalam pengelolaan sumberdaya pesisir kelurahan Kelapa Lima. 5. Menyusun rencana induk pengelolaan di wilayah pesisir kelurahan Balang Baru, antara lain: isu strategis, visi dan misi, konsep kebijakan dan strategi pengembangan wilayah pesisir dan laut, rencana struktur runag wilayah pesisir, rencana pola pemanfaatan ruang pesisir dan laut, rencana kawasan-kawasan prioritas yang layak usaha secara nasional dan regional serta sektor unggulan yang dapat dikembangkan. 6. Mengadakan pertemuan dan diskusi melalui FGD di pesisir Kelurahan Balang Baruyang melibatkan segenap pemangku kepentingan Tujuan Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk menyusun rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu ICM Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar yang menyeluruh terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi pengembangan pengelolaan wilayah Pesisir Kota Makassar 20 tahun kedepan. 1.4 Proses Penyusunan T ahapan penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu Keluharan Balang Barusebagaimana disajikan dalam alur tahapan penyusunan pada Gambar 1. 3 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

9 Gambar 1. Diagram Alir Penyusunan rencana pengelolaan pesisir terpadu 4 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

10 BAB II RONA PESISIR 2.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kelurahan Balang Baru merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan T amalate. Secara geografis, kelurahan ini terletak pada koordinat 05o10 30,25-05o11 25,4 LS dan , ,27 BT dengan luas wilayah 0,49 km2. Gambar 2.Peta Administrasi Kelurahan Balang Baru Adapun batas wilayah administrasi sebagaimana di sajikan dalam Peta administrasi Kelurahan Balang Baru pada gambar 2: Sebelah Utara : Kelurahan Jongaya Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa Sebelah T imur : Kelurahan Parang T ambung Sebelah Barat : Kelurahan T anjung Merdeka, Maccini Sombala, Kabupaten Gowa 5 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

11 Jarak Kelurahan Balang Baru dari Ibukota Kecamatan T amalate sekitar 1,76 Km dan jarak dari Ibukota Kota Makassar sekitar 1,5 Km. Dilihat dari keadaan administrasi, pemerintahan Kelurahan Balang Baru terbagi atas 2 RW dengan jumlah RT sebanyak 4 RT. Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Di Kelurahan Balang Baru Penggunaan lahan di kelurahan ini untuk sebagian besar dipergunakan untuk perm ukiman dan perkantoran. Beberapa bagian dari keluarahan terdapat vegetasi atau kumpulan pohon-pohon. Fasilitas pendukung masyarakat Balang Baru dapat digunakan dengan baik. Berikut peta sebaran infrastruktur yang dimiliki kelurahan Balang Baru pada gambar 4. 6 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

12 Gambar 4. Peta Infrastruktur Kelurahan Balang Baru 2.2 Kondisi Sosial Budaya Penduduk Jumlah penduduk Kelurahan Balang Baru pada tahun 2014 sebanyak 496 jiwa yang terdiri dari laki -laki sebanyak 238 orang dan perempuan 258 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 97 KK. Jadi, rata-rata anggota keluarga dalam satu keluarga adalah 5 anggota/kk Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan keluarga di Balang Baru sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada masyarakat yang menderita penyakit kusta tidak mendapatkan penanganan kesehatan yang memadai. Kesejahteraan keluarga Balang baru juga bisa dilihat pada indikator pendidikan yang menunjukkan masih banyak masyarakat yang tidak lulus SD. 7 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

13 Pendidikan T ingkat pendidikan penduduk di kelurahan ini adalah tidak lulus SD sebanyak 51,52%, lulus SD sebanyak 20,30%, lulus SLT P sebanyak 20,04%, lulus SLT A sebanyak 6,03%, dan sisanya 2,11% lulus Perguruan T inggi. Gambar 5. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Balang Baru Fasilitas Kesehatan Sarana kesehatan yang ada yaitu Pokesdes / Polindes sebanyak 1 buah dan Posyandu sebanyak 1 buah. T enaga kesehatan yang ada yaitu bidan sebanyak 1 orang. T erdapat penderita penya kit kusta di wilayah ini. Penderita ditempatkan di satu komplek tersendiri guna mempermudah dalam perawatan Koordinasi Kelembagaan Lembaga yang ada selain Pemerintah Kelurahan adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pemberdayaan Kesehatan Keluarga (PKK), Kelompok T ani, dan Karang T aruna Peranan Perempuan Di kelurahan ini, perempuan berperan dalam kegiatan ekonomi untuk membantu pendapatan keluarga dengan cara menjadi karyawan swasta dan usaha perdagangan sembako. 8 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

14 2.3 Aktivitas Ekonomi Perekonomian di Kelurahan Balang Baru didukung oleh sektor jasa perdagangan dan perikanan. Sektor perikanan atau budidaya ikan yang menopang ekonomi di Balang Baru adalah ikan hias (komet dan koi) dan ikan konsumsi air tawar (lele dan nila) Mata Pencaharian Masyarakat Mata pencaharian masyarakat di kelurahan Balang Baru terdiri dari petani ikan (pembudidaya ikan), karyawan swasta, jasa dan bekerja sebagai PNS/T NI/POLRI. Gambar 6. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Balang Baru Pendapatan Perkapita Sektor Perikanan Pendapatan pembudidaya ikan di Kelurahan Balang Baru ini rata-rata Rp ,- per bulan/rumah tangga (Rp ,- penghasilan kepala keluarga dan Rp ,- dari penghasilan anggota keluarga yang bekerja) Prasarana dan Sarana Sarana penerangan penduduk di kelurahan ini menggunakan listrik dari PLN sedangkan untuk memasak pada umumnya menggunakan gas tabung 3 Kg. Prasarana yang menghubungkan satu kelurahan ke kelurahan lain 9 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

15 melalui darat, dimana jalan penghubung berupa jalan aspal sedangkan jalan lingkungan sebagian kecil dihubungkan melalui jalan rabat beton selebar 2,5 meter. Sarana transportasi untuk mencapai kelurahan ini dapat menggunakan angkutan kota atau taksi. Sarana komunikasi yang dipergunakan yaitu telepon seluler, dimana jaringan untuk telepon seluler sangat baik. Gambar 7. Peta Seause Kelurahan Balang Baru 2.4 Potensi SDA dan Ekosistem Pesisir Secara hidrologis, Kelurahan Balang Baru memiliki sum ber daya air berupa sumur galian. Wilayah kelurahan ini terletak tengah Kota Makassar sedangkan ekosistem pesisir kelurahan ini tidak dijumpai karena tidak memiliki pantai. Wilayah kelurahan ini dilintasi danau yang dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan bu didaya ikan. 10 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

16 Gambar 8. Peta Sumber Daya Pesisir Kelurahan Balang Baru 11 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

17 BAB III RENCANA PENGELOLAAN Pemanfaatan wilayah pesisir dominan dilakukan oleh manusia sehingga peranan manusia sebagai pemangku kepentingan dalam lingkup pengelolaan wilayah pesisir terpadu sangatlah penting. Menurut Cicin -Sain (1993) menjelaskan bahwa pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu menekankan pada beberapa hal diantaranya keterpaduan antar sektor, keterpaduan antara daratan dan perairan, keterpaduan antar tingkat pemerintah (nasional, Provinsi, Kabupaten/kota, Kelurahan/desa), keterpaduan antar negara, dan keterpaduan antar disiplin ilmu. Adapun bagian dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir berkaitan dengan tata ruang. Penataan ruang merupakan pemanfaatan dan pengendalian ruang. Wujud pola pemanfaatan ruang diantaranya kawasan pemukiman, perdagangan-jasa, ruang terbuka hijau, disajikan dalam peta pengelolaan pesisir terpadu Balang Baru pada gambar 8. Gambar 9. Peta Rencana ICM Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 12 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

18 3.1 Isu Isu Prioritas 1) Aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pencemaran lingkungan oleh sampah rumah tangga Lingkungan Balang Baru mengalami masalah sampah disebabkan oleh kurangnya kendaraan petugas dan pengangkut sampah. Pencemaran air oleh PDAM PDAM membuang limbah ke lingkungan sehingga mempengaruhi kualitas air yang digunakan masyarakat untuk budidaya masyarakat Pertumbuhan enceng gondok menjadi masalah lingkungan Pertumbuhan enceng gondok tidak terkontrol sehingga merusak atau mengganggu area budidaya. Enceng mempengaruhi kualitas air Masih membutuhkan penampungan air Dengan banyaknya pencemaran air, masyarakat membutuhkan penampungan air untuk kegiatan budidaya Permasalahan banyaknya nyamuk pada musim hujan 2) Aspek Sosial-Budaya Tingkat pengangguran tinggi T ingginya tingkat pengangguran di masyarakat Balang Baru terjadi karena tingkat pendidikan di masyarakat rendah dan kurangnya keterampilan masyarakat Budaya buang sampah pada tempatnya masih belum menjadi kebiasaan Masyarakat Balang Baru masih membuang sampah sembarangan atau ke sungai. Kebiasaan ini justru dapat menyebabkan masalah kesehatan. Tingkat pendidikan rendah Masyarakat Balang Baru masih banyak yang buta huruf. Beberapa anak mengalami putus sekolah disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan dan keluarga. Penyakit masyarakat Beberapa pemuda di Balang Baru sudah kecanduan terhadap minuman keras dan lem 13 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

19 3) Aspek Ekonomi Butuh pendampingan dan pelatihan terkait usaha masyarakat Pemasaran produk atau hasil tangkapan Pemasaran produk dan pengemasan produk menjadi kendala dalam usaha masyarakat Tempat produksi Masyarakat belum bisa mengembangkan usaha karena belum ada tempat produksi Alat belum lengkap 4) Aspek Kelembagaan Kebutuhan masyarakat terhadap pelatihan dilaksanakan oleh LPM untuk menambah softskill Jumlah koperasi belum memadai 14 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

20 3.2. Strategi Pengelolaan Tabel 1. Identifikasi perencanaan aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan Aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan No Isu Strategi 1. Pencemaran lingkungan oleh sampah 2. Pencemaran air oleh PDAM Pertumbuhan enceng gondok menjadi 3. masalah lingkungan 1. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah yang lain 2. Penyediaan fasilitas pembuangan sampah di area padat penduduk 3. Pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik 1. Mendorong ketegasan Pemkot Makassar dalam hal ini. 2. Upaya hukum terhadap PDAM 1. Pemeriksaan kualitas air danau 2. Pemanfaatan enceng gondok sebagai pakan ternak 4. Masih membutuhkan penampungan air Memfasilitasi pembangunan penampungan air 5. Permasalahan banyaknya nyamuk pada musim hujan Membagikan bubuk abate dan sosialisasi 3M Indikator Pengelolaan : 1. Kejadian banjir rob berkurang 2. Tertatanya perencanaan fasilitas yang mendukung lingkungan 3. Sampah tidak mencemari lingkungan sekitar Tabel 2.Identifikasi perencanaan aspek Sosil-budaya Aspek Sosial dan Budaya No Isu Strategi 1. Tingkat pengangguran tinggi Melaksanakan pelatihan pekerjaan dan softskill disesuaikan dengan kebutuhan. (pelatihan pertukangan, perbengkelan, dan pengolahan hasil tangkapan) 15 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

21 Budaya Buang sampah pada tempatnya 2. masih belum menjadi kebiasaan 3. Tingkat pendidikan rendah 4. Penyakit masyarakat Indikator Pengelolaan : 1. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah yang lain 2. Penyediaan fasilitas pembuangan sampah di area padat penduduk 3. Pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik 1. Memfasilitasi beasiswa bagi masyarakat miskin 2. Membantu masyarakat mendapatkan bantuan melalui program Indonesia Pintar 3. Kolaborasi dengan program Indonesia Mengajar 4. Memfasilitasi kursus membaca bagi orang tua yang mau belajar membaca 1. Mendorong penegak hukum melakukan penertiban 2. Mendorong masyarakat adat mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang baik kepada masyarakat 3. Merencanakan kegiatan yang berorientasi pada peningkatan keterampilan, nilai moral, dan solidaritas bagi kalangan anak muda 1. Jumlah pengangguran menurun 10% dari tahun sebelum dilaksanakan program 2. Masyarakat miskin yang mendapatkan pendidikan 80% 3. Ada peningkatan persentase masyarakat yang mengikuti pendidikan tinggi Tabel 3.Identifikasi perencanaan aspek Ekonomi Aspek Ekonomi No Isu Strategi 1. Menghadirkan SDM ahli dan terlatih dalam bidang 1. Butuh pendampingan dan pelatihan tertentu sebagai mentor untuk unit usaha kecil terkait usaha masyarakat masyarakat. 2. Pelatihan manajemen usaha 2. Pemasaran produk atau hasil tangkapan Melaksanakan pelatihan pemasaran dan pengemasan 16 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

22 produk 3. Tempat dan alat produksi masih belum memadai Memfasilitasi permodalan dan alat produksi melalui bantuan pemerintah dan pihak swasta Indikator Pengelolaan : 1. Meningkatnya rataan pendapatan hingga Rp Industri Rumah Tangga masyarakat bertumbuh secara ekonomi dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan Tabel 4.Identifikasi perencanaan aspek Kelembagaan Aspek Kelembagaan No Isu Strategi Pelatihan kepada masyarakat yang 1. dilaksanakan oleh LPM untuk menambah softskill 2. Pembentukkan koperasi Indikator Pengelolaan : 1. Memberikan pelatihan organisasi dan manajemen usaha kepada kelembagaan swadaya dan pemberdayaan masyarakat 2. Menghadirkan SDM ahli dan terlatih dalam bidang tertentu sebagai mentor untuk para anggota-anggota LPM dan masyarakat. 1. Melaksanakan proses perekrutan pengurus koperasi dan persiapan aspek legalitasnya 2. Melaksanakan pelatihan organisasi dan manajemen usaha 1. LPM mampu menghasilkan tenaga terlatih 17 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

23 3.3. Rencana Program Tabel 5. Rencana Program dalam 5 T ahun Isu Strategi Program Kegiatan Waktu (Tahun Ke-) Pelaksana Sumber Pendanaan Pencemaran Meningkatkan Balang Baru Bebas 1. Sosialisasi pentingnya Dinas Kebersihan APBD lingkungan oleh kesadaran dari Sampah pengelolaan sampah sampah dan Budaya masyarakat rumah tangga dan Buang sampah pada sampah yang lain tempatnya masih 2. Penyediaan fasilitas belum menjadi pembuangan sampah di kebiasaan area padat penduduk 3. Pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik Pencemaran air oleh Berkomunikasi Forum Rehabilitasi 1. Mendorong ketegasan Pemkot Makassar APBD PDAM dengan Pemkot dan Lingkungan Balang Pemkot Makassar dalam mendorong tindakan Baru hal ini. tegas terhadap 2. Upaya hukum terhadap pencemaran yang PDAM dilakukan PDAM 18 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Fatufeto, Kota Makassar

24 Pertumbuhan enceng Melakukan Pemanfaatan 1. Pemeriksaan kualitas air Dinas PU, Dinas APBD gondok menjadi pengecekan kualitas Enceng Gondok danau Peternakkan masalah lingkungan air di danau dan 2. Pelatihan Pemanfaatan melakukan enceng gondok sebagai pemanfaatan enceng pakan ternak gondok Masih membutuhkan Memfasilitasi Pembangunan Pembangunan Dinas PU APBD dan APBN penampungan air pembangunan Penampungan Air penampungan air penampungan air melalui pendanaan dari pemerintah atau swasta Permasalahan Melakukan Pemberantasan Membagikan bubuk abate Dinas Kesehatan APBD banyaknya nyamuk pemberantasan Jentik-Jentik dan sosialisasi 3M pada musim hujan terhadap jentik-jentik Nyamuk nyamuk di penampungan air Tingkat pengangguran Meningkatkan Peningkatan Soft Pelatihan pekerjaan dan Dinas APBD tinggi keterampilan Skill Masyarakat softskill disesuaikan Ketenagakerjaan mayarakat yang Relevan dengan kebutuhan. dengan Kebutuhan (pelatihan pertukangan, Masyarakat perbengkelan, dan 19 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

25 pengolahan hasil tangkapan) Tingkat pendidikan Memfasilitasi Bantuan Pendidikan 1. Beasiswa bagi Dinas Pendidikan APBD, Swadaya rendah penyaluran bantuan Balang Baru masyarakat miskin Masyarakat, pendidikan kepada 2. Bantuan melalui program Swasta masyarakat Indonesia Pintar 3. Kolaborasi dengan program Indonesia Mengajar 4. Kursus membaca bagi orang tua yang mau belajar membaca Penyakit masyarakat Memberantas Balang Baru Bebas 1. Mendorong penegak Dinas Sosial APBD penyakit masyarakat dari Penyakit hukum melakukan melalui penegakkan Masyarakat penertiban hukum dan kegiatan 2. Mendorong masyarakat berorientasi budaya- adat mensosialisasikan keterampilan-moral- nilai-nilai budaya yang solidaritas. baik kepada masyarakat 3. Merencanakan kegiatan yang berorientasi pada peningkatan keterampilan, nilai moral, 20 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

26 dan solidaritas bagi kalangan anak muda Butuh pendampingan Membantu kebutuhan Pelatihan dan 1. Menghadirkan SDM ahli dan pelatihan terkait masyarakat terhadap Manajemen Usaha dan terlatih dalam bidang usaha masyarakat keterampilan dan Masyarakat tertentu sebagai mentor manajemen usaha untuk unit usaha kecil masyarakat. 2. Pelatihan manajemen usaha Pemasaran produk atau Pelatihan pemasaran dan hasil tangkapan pengemasan produk Tempat dan alat Membantu Memfasilitasi permodalan produksi masih belum pengadaan tempat dan alat produksi melalui memadai dan alat produksi bantuan pemerintah dan melalui program pihak swasta pemerintah Pelatihan kepada Meningkatkan Peningkatan 1. Memberikan pelatihan masyarakat yang kapasitas organisasi Kapasitas SDM dan organisasi dan dilaksanakan oleh LPM Organisasi manajemen usaha untuk menambah Kelembagaan kepada kelembagaan softskill Swadaya dan swadaya dan Pemberdayaan pemberdayaan 21 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

27 Pembentukkan koperasi baru Masyarakat masyarakat 2. Menghadirkan SDM ahli dan terlatih dalam bidang tertentu sebagai mentor untuk para anggotaanggota LPM dan masyarakat. 1. Melaksanakan proses perekrutan pengurus koperasi dan persiapan aspek legalitasnya 2. Melaksanakan pelatihan organisasi dan manajemen usaha 22 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

28 3.4. Monitoring dan Evaluasi Tabel 6. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab Pembuatan penampungan sampah sementara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan 2 Penegakan peraturan menjaga lingkungan warga Balang Baru BPLHD, DKP 3 Seminar Interaktif Pendidikan lajut Dinas Pendidikan 4 Workshop atau Pelatihan tepat guna bagi masyarakat pesisir DKP 5 Pelatihan dan Pendampingan Management UKM Dinas Koperasi dan UKM, DKP 6 Penyediaan dana Bergulir DKP 7 Agenda Rapat Pertemuan dalm 2 bln Kelurahan Balang Baru 23 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Fatufeto, Kota Makassar

29 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Makassar Kota Makassar Dalam Angka. Catalog: [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Makassar Kecamatan Kota Lama Dalam Angka. Catalog: [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Makassar Produksi Perikanan Laut menurut Jenisnya.In : Kota Makassar Dalam Angka Hal : Bengen D Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dahuri R., Ginting S, dan Sitepu M Pengelolaan Sumber Daya Wilayah 24 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Fatufeto, Kota Makassar

30 LAMPIRAN 1. FOTO KEGIATAN 4. Dokumentasi Kegiatan FGD Di Balang Baru 5. Dokumentasi kegiatan observasi dan pengambilan titik koordinat di kelurahan Balang Baru 25 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

31 LAMPIRAN 2.PETA 1. Peta Administrasi Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 26 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Fatufeto, Kota Makassar

32 2. Peta Penggunaan Lahan (Landuse) Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 27 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

33 3. Peta Penggunaan Ruang Laut (Seause) Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 28 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

34 29 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 4. Peta Sumber Daya Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

35 30 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 5. Peta Infrastruktur Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

36 6. Peta Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar 31 Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Balang Baru, Kota Makassar

37

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN KAMPUNG BUYANG Kecamatan Mariso Kota Makassar Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Pi Arie Mardjan, S.K.H Dr.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun RENCANA (Integrated Coastal Management) DESA NUSANIWE Kota Ambon Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Ir. Irene Sahertian, M.Env.Mgt, Ph.D Ahadar Tuhuteru, S.Pi, M.Si Herbeth T. Y Marpaung,

Lebih terperinci

KELURAHAN TODE KISAR. Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

KELURAHAN TODE KISAR. Kecamatan Kota Lama Kota Kupang RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN TODE KISAR Kecamatan Kota Lama Kota Kupang Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Dr. Ir. H. Andi Tamsil, MS

Lebih terperinci

Kampung Wambi DISTRIK OKABA

Kampung Wambi DISTRIK OKABA Kampung Wambi DISTRIK OKABA KATA PENGANTAR Pengelolaan Pesisir Terpadu atau dalam bahasa asing sering disebut dengan Integrated Coastal Managament (ICM) merupakan sebuah konsep pengelolaan wilayah pesisir

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Barrang Lompo, Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Rencana Pengelolaan Pesisir Kelurahan Barrang Lompo, Kota Makassar RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN BARRANG LOMPO Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Arie Mardjan, S.K.H

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

Kampung Kaiburse DISTRIK MALIND

Kampung Kaiburse DISTRIK MALIND Kampung Kaiburse DISTRIK MALIND KATA PENGANTAR Pengelolaan Pesisir Terpadu atau dalam bahasa asing sering disebut dengan Integrated Coastal Managament (ICM) merupakan sebuah konsep pengelolaan wilayah

Lebih terperinci

KELURAHAN KELAPA LIMA. Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang

KELURAHAN KELAPA LIMA. Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN KELAPA LIMA Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Dr. Ir. H. Andi Tamsil,

Lebih terperinci

KELURAHAN SOLOR. Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

KELURAHAN SOLOR. Kecamatan Kota Lama Kota Kupang RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN SOLOR Kecamatan Kota Lama Kota Kupang Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Dr. Ir. H. Andi Tamsil, MS Ir.

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN BATU KOTA Kota Bitung Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Angeliqu DI Rumondor, SP, M.Env.Mgt Herbeth T. Y Marpaung, S.I.K Ir. Sapta Putra,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

KELURAHAN OESAPA. Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang

KELURAHAN OESAPA. Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN OESAPA Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Dr. Ir. H. Andi Tamsil, MS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN BATU LUBANG Kota Bitung Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Angeliqu DI Rumondor, SP, M.Env.Mgt Herbeth T. Y Marpaung, S.I.K Ir. Sapta Putra,

Lebih terperinci

KELURAHAN PASIR PANJANG. Kecamatan Kota Lama Kota Kupang

KELURAHAN PASIR PANJANG. Kecamatan Kota Lama Kota Kupang RENCANA RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN PASIR PANJANG Kecamatan Kota Lama Kota Kupang Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Kel Dr. Ir. H. Andi Tamsil,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki potensi sumberdaya kelautan dan pesisir yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA (Integrated Coastal Management) DESA DUDEPO Kabupaten Gorontalo Utara Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Nazruddin Maddepungeng

RENCANA (Integrated Coastal Management) DESA DUDEPO Kabupaten Gorontalo Utara Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Nazruddin Maddepungeng RENCANA (Integrated Coastal Management) DESA DUDEPO Kabupaten Gorontalo Utara Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Nazruddin Maddepungeng, ST, M.Si Herbeth T.Y Marpaung, S.I.K Ir. Sapta Putra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Batas ke arah darat: Ekologis: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat ekologi dari pola ruang, proses dan perubahan dalam suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun RENCANA (Integrated Coastal Management) KELURAHAN BUKIT HARAPAN Kota Parepare Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Ir. Muhammad Saenong, MP Ir. Sapta Putra, M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Irwandi Idris,

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Bintan. Isu-isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Monitoring dan Evaluasi 4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Pelaporan PERENCANAAN a. Inventarisasi DAS 1) Proses penetapan batas DAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN A. Kebijakan Umum BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN Pembangunan jangka menengah Kabupaten Pati diupayakan untuk mendukung kebijakan pembangunan nasional yang pro poor, pro job, pro growth

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Kampung Kumbe DISTRIK MALIND

Kampung Kumbe DISTRIK MALIND Kampung Kumbe DISTRIK MALIND RENCANA (Integrated Coastal Management) KAMPUNG KUMBE Distrik Malind Kabupaten Merauke Tim Penyusun : Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si Irfanuddin Rizaki, S.Pi S. Burhanuddin,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON Oleh : H. Mardjoeki, Drs., MM. ABSTRAKSI Pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Kapetakan (Bungko) sampai pesisir pantai Mertasinga

Lebih terperinci