MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS PLATE SINKAGE TEST GUMILAR HISMAYA RAHMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS PLATE SINKAGE TEST GUMILAR HISMAYA RAHMAN"

Transkripsi

1 MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS PLATE SINKAGE TEST GUMILAR HISMAYA RAHMAN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Pendugaan Kedalaman Tekan Roda Traktor Roda Empat Berbasis Plate Sinkage Test adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Gumilar Hismaya Rahman NIM F

4 ABSTRAK GUMILAR HISMAYA RAHMAN. Model Pendugaan Kedalaman Tekan Roda Traktor Roda Empat Berbasis Plate Sinkage Test. Dibimbing oleh LENNY SAULIA. Kedalaman tekan roda traktor di lahan dapat mengakibatkan meningkatnya tahanan gelinding yang menurunkan kemampuan traksi roda traktor sehingga nilai efisiensi kerja traktor menurun. Penelitian bertujuan untuk menduga kedalaman tekan (sinkage) roda traktor roda empat pada suatu lahan kering berbasis plate sinkage test. Parameter yang digunakan untuk plate sinkage test adalah tekanan, sifat fisik dan mekanik tanah (kadar air, densitas, dan tahanan penetrasi) serta ukuran plat (luas plat dan indeks rasio bentuk plat). Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan pendugaan sinkage plat dan membandingkan dengan model pendugaan sinkage Bekker (1960). Berdasarkan uji di lapangan, parameter yang berpengaruh cukup kuat dalam plate sinkage test adalah kadar air dan tekanan plat. Model yang memiliki nilai hubungan terbaik dengan sinkage traktor adalah model k2 yaitu Kata kunci: indeks rasio bentuk, plate sinkage, sinkage, traktor ABSTRACT GUMILAR HISMAYA RAHMAN. Sinkage Prediction Model of a Four-Wheel Tractor Based on Plate Sinkage Test. Supervised by LENNY SAULIA. Sinkage of a tractor on a field will cause motion resistance which reduces its traction. This will lead to the reduction of tractor s efficiency. This study was conducted to predict the sinkage of a four-wheel tractor based on plate sinkage test. The parameters used for the plate sinkage test were load, physical and mechanical properties of soil (water content, bulk density and penetration resistance) and the dimensional parameters of the plate (the plate area and contact shape ratio). The method used were predicting sinkage using plate sinkage test with special consideration on contact shape ratio and comparing the model with Bekker s sinkage model (1960). The test resulted that water content and load on area of plate were significantly affect the depth of sinkage as a parameters. The model which is has the best correlation to the sinkage of tractor is k2 model i.e Keywords: plate sinkage, shape ratio index, sinkage, tractor

5 MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS PLATE SINKAGE TEST GUMILAR HISMAYA RAHMAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Model Pendugaan Kedalaman Tekan Roda Traktor Roda Empat Berbasis Plate Sinkage Test Nama : Gumilar Hismaya Rahman NIM : F Disetujui oleh Dr Lenny Saulia, STP M.Si Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Desrial, M.Eng Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS PLATE SINKAGE TEST. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis juga. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku penguji ujian skripsi yang telah membantu dalam mensukseskan perampungan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada seluruh teman-teman ORION yang telah membantu dalam melakukan penelitian khususnya teman satu bimbingan Robi, Hairunniasa, Andika, dan Adi. Terima kasih juga kepada Acrodia, Darksieg, blackqnight, papajahat, dan Animarelix yang telah memperlambat pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa ucapan terima kasih untuk adik-adik yang telah membantu dalam memberikan dukungan moril dan semua pihak yang memberikan bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah. Penelitian ini dilakukan disebabkan adanya kendala yang terjadi di lapangan dalam penggunaan traktor, di mana mobilitas traktor mengalami penurunan akibat adanya tahanan gelinding antara tanah dengan roda traktor. Hal tersebut terjadi karena tidak ada pendugaan sebelumnya mengenai sinkage roda traktor yang mungkin terjadi di lahan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Gumilar Hismaya Rahman

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Bahan 3 Alat 3 Rancangan Penelitian 5 Metode Penelitian 6 Prosedur Analisis Data 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Deskripsi Lahan Penelitian 11 Pengaruh Parameter Terhadap Kedalaman Tekan (Sinkage) Plat 13 Model Plate Sinkage 21 Verifikasi Model 22 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 28 RIWAYAT HIDUP 29

10 DAFTAR TABEL 1 Pengaruh sinkage (z) terhadap efisiensi lapang 1 2 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat tes dengan luasan 36 cm Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat tes dengan luasan 50 cm Sifat fisik dan mekanik tanah 11 5 Indeks plastisitas dan ukuran fraksi tanah Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo 12 6 Model plat sinkage 22 7 Koefisien hubungan antara sinkage observasi dengan sinkage model 22 8 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor statis 23 9 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor dinamis Karakteristik roda traktor Kubota L3608 pada platform 25 DAFTAR GAMBAR 1 Instrumen plate sinkage test 4 2 Plat sinkage dengan indeks rasio bentuk berbeda 4 3 Diagram skematik rancangan penelitian 5 4 Diagram alir prosedur penelitian 6 5 Denah petakan sampel lapangan pengujian 7 6 Pengukuran (a) batas cair (b) batas plastis 9 7 Ilustrasi teori sinkage Bekker dan tahanan gelinding 10 8 Pengukuran besarnya nilai sinkage (a) traktor (b) plat 11 9 Klasifikasi tektsur tanah UCSC Tahanan penetrasi menurut kedalaman pada berbagai kadar air Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 29.16% Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 29.93% Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 34.18% Hubungan sinkage terhadap kadar air pada plat 36 cm Hubungan sinkage terhadap kadar air pada plat 50 cm Hubungan sinkage terhadap indeks rasio bentuk plat Perbandingan sinkage observasi dengan sinkage model 25 DAFTAR LAMPIRAN 1 Koefisien hubungan antara z observasi dan z model 28

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Traktor memiliki fungsi sebagai penggerak utama dan sebagai penarik implemen yang memerlukan tenaga agak besar. Berdasarkan fungsi tersebut, traktor dirancang dengan traksi tinggi dan kecepatan yang rendah. Pada umumnya traktor lebih sering digunakan untuk kegiatan pertanian pada lahan cukup luas untuk tujuan efisiensi kerja. Kemampuan traksi traktor adalah kemampuan roda traktor untuk melakukan tarikan melawan medan lintasannya, dalam hal ini adalah tanah. Menurut Armansyah (2002), roda traktor yang menggelinding pada permukaan tanah akan mengalami gaya traksi (traction), gaya tahanan gelinding (rolling/motion resistance), gaya akibat berat roda (dynamic load), dan reaksi tanah terhadap roda (surface reaction force). Tahanan gelinding merupakan besarnya tahanan yang harus diatasi traktor untuk dapat bergerak melalui rodanya (Sembiring et al. 1991). Tahanan gelinding timbul akibat adanya kedalaman tekan (sinkage) roda traktor di lahan. Traktor yang masuk ke lahan akan menaikkan tahanan gelinding dan menurunkan traksi karena pembebanan dari traktor akan mengakibatkan sinkage di lahan. Sinkage roda yang besar akan mengakibatkan tahanan gelinding yang besar pula. Berdasarkan hasil penelitian Armansyah (2002), peningkatan beban dengan kondisi kadar air tanah dan kepadatan yang tetap tidak akan meningkatkan nilai coefficient rolling resistance. Nilai tahanan gelinding pada roda traktor akan bertambah disebabkan karena peningkatan sinkage. Semakin besar sinkage maka nilai coefficient rolling resistance juga semakin tinggi. Besarnya tahanan gelinding dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan ukuran roda. Meningkatnya sinkage akibat pembebanan yang diberikan akan meningkatkan besarnya tahanan gelinding yang berpengaruh terhadap menurunnya kemampuan traksi traktor sehingga nilai efisiensi kerja traktor akan lebih kecil dan konsumsi bahan bakar akan lebih besar. Pengaruh besarnya nilai sinkage terhadap efisiensi kerja traktor dapat dilihat pada Tabel 1. Besarnya nilai sinkage traktor bisa diduga menggunakan plate sinkage test. Penggunaan plat untuk melakukan pengujian sinkage dan pembuatan model matematika telah dilakukan sebelumnya di antaranya oleh Bekker (1960) juga Meirion-Griffith dan Spenko (2011). Penelitian ini dilakukan untuk menduga besarnya sinkage roda traktor roda empat di lahan berbasis plate sinkage test. Tabel 1 Pengaruh sinkage (z) terhadap efisiensi lapang z1 (cm) z2 (cm) Efisiensi lapang (%) Sumber: Surbakti AA (2012)

12 2 Perumusan Masalah Sinkage pada traktor roda empat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mobilitas traktor. Sinkage traktor roda empat dapat diduga dengan pendekatan plate sinkage test. Pengujian ini erat hubungannya dengan sifat fisik dan mekanik tanah sebagai media uji. Oleh karena itu ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam menentukan karakteristik tanah yaitu densitas tanah, kadar air tanah, dan indeks plastisitas. Parameter yang digunakan dalam plate sinkage test meliputi pemberian tekanan, luas plat, dan indeks rasio bentuk plat. Tujuan Penelitian 1. Menentukan pengaruh parameter tekanan, dimensi plat, dan sifat fisik dan mekanik pada plate sinkage test 2. Membuat model sinkage 3. Melakukan verifikasi model sinkage terhadap sinkage traktor Manfaat Penelitian Model sinkage yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan desain alat plate sinkage test dan desain roda traktor. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi uji lapangan dan uji laboratorium. Pengambilan tanah contoh dan pengukuran sinkage dilakukan di lapangan dengan parameter luasan plat dan indeks rasio bentuk plat yang berbeda dan pengujian sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan di laboratorium dengan parameter yang digunakan yaitu kadar air tanah, densitas tanah, dan tahanan penetrasi. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama empat bulan di mulai bulan Agustus 2013 sampai dengan November 2013 di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo di Leuwikopo dan pengujian sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah. Keduanya merupakan laboratorium dari Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Kampus Dramaga.

13 3 Bahan Tanah contoh yang berasal dari areal tanah kering di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Alat Peralatan uji sinkage 1. Traktor roda empat 2. Mistar 3. Jangka sorong 4. Pita ukur 5. Instrumen plate sinkage test (Gambar 1) Instrumen plate sinkage test meliputi batang penekan, handle, portable electronic scale, dan plat 6. Plat sinkage (Gambar 2) Plat sinkage menggunakan tujuh nilai indeks rasio bentuk (k) berbeda berdasarkan persamaan (1): (1) Variabel: k adalah indeks rasio bentuk; adalah panjang plat; dan adalah lebar plat Plat sinkage yang digunakan yaitu dengan luasan 36 cm 2 dan 50 cm 2 dengan tebal 5 mm yang terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat dengan luasan 36 cm 2 k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 k = 5 k = 6 k = 7 l b Tabel 3 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat dengan luasan 50 cm 2 k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 k = 5 k = 6 k = 7 l b

14 4 Gambar 1 Instrumen plate sinkage test Gambar 2 Plat sinkage dengan indeks rasio bentuk berbeda Perlengkapan pengukuran kondisi tanah contoh 1. Ring sample 2. Oven 3. Neraca 4. Cone penetrometer 5. Index plasticity apparatus 6. Particle size distribution apparatus

15 5 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian mengenai pembuatan model pendugaan sinkage roda traktor roda empat dapat dilihat pada Gambar 3. Parameter uji laboratorium Parameter plate sinkage test Parameter Sinkage traktor Gambar 3 Diagram skematik rancangan penelitian

16 6 Metode Penelitian Prosedur mengenai penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4. Mulai Persiapan lahan dan persiapan peralatan plate sinkage test beserta peralatan uji sifat fisik dan mekanik tanah Uji tanah contoh di Laboratorium Mekanika Tanah (particle size distribution, indeks plastisitas, kadar air, densitas tanah) i = i+1 Pengambilan data di lapangan ( z,a,k,i ) tidak i = 3? ya Analisis data (regresi linear) dan pembuatan model sinkage Verifikasi model Model sinkage Selesai Gambar 4 Diagram alir prosedur penelitian

17 Persiapan lahan Pengujian di lapangan mengenai sinkage dilakukan dengan beberapa sampel. Sampel berupa petakan-petakan tanah yang diuji dengan masing-masing dimensi meter dengan jumlah petakan enam petak (Gambar 5) yang dilakukan sebanyak tiga ulangan. Banyaknya petakan sampel mempengaruhi nilai error dari hasil pengujian, semakin banyak sampel maka nilai hasil pengujian akan semakin memiliki error yang kecil. 7 Dalil Tchebysheff menyatakan bahwa paling sedikit sebanyak (1-1/k 2 ) dari seluruh hasil pengukuran data observasi (x) akan berada dalam jarak (k) simpangan baku (σ) dari rata-ratanya. Berdasarkan dalil tersebut dapat disimpulkan ± 68% hasil pengukuran x akan berada pada interval 1σ dari rata-ratanya ± 94% hasil pengukuran x akan berada pada interval 2σ dari rata-ratanya ± 99% hasil pengukuran x akan berada pada interval 3σ dari rata-ratanya Dalil Tchebysheff ini sangat penting dan dapat mendekati kebenaran kalau hasil pengukuran yang ditunjukan oleh variabel x mendekati normal. Pentingnya dalil ini terutama untuk membuat kesimpulan mengenai pemerkira dari sampel, apabila sampel cukup besar yaitu apabila n menuju tak terhingga (Supranto 2007). Pengujian tanah contoh Gambar 5 Denah petakan sampel lapangan pengujian Tanah pada tiap petak sampel diambil contoh tanah dengan menggunakan ring sample yang kemudian akan diuji di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik tanah. Contoh tanah yang digunakan yaitu contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sample. Contoh tanah diambil dengan menggunakan ring sample yaitu pada kedalaman 0 10 cm. contoh tanah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Pengujian tanah contoh dilakukan sebanyak tiga kali. 1) Pengukuran wet bulk density (D b ) Nilai bulk density atau densitas tanah dapat dihitung dengan persamaan (2):

18 8 (2) dengan: = densitas tanah basah (g/cm 3 ) = massa partikel tanah basah (g) = volume total (cm 3 ) 2) Pengukuran kadar air (ka) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Kadar air diukur dengan mengambil sampel tanah, lalu ditimbang beratnya. Tanah tersebut kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 C selama 24 jam untuk menghilangkan kadar airnya, kemudian ditimbang kembali. Besarnya nilai kadar air dapat dihitung menggunakan persaman (3): (3) `dengan: = kadar air (%) = massa awal(g) = massa akhir (g) 3) Pengukuran tahanan penetrasi tanah Pengukuran dilakukan untuk memperoleh nilai ketahanan terhadap penetrasi, atau disebut juga indeks penetrometer (Qc). Nilai hasil pengukuran indeks penetrometer dipengaruhi oleh sifat tanah juga sifat dan bahan dari jarum penetrometer. Besaran nilai indeks penetrometer yang diperoleh dari pengukuran dengan penetrometer yang digunakan dalam penelitian ini, dihitung dengan persamaan (4): dengan: Z = nilai pembacaan pada dial gauge A = luas kerucut (cm 2 ) W = berat alat penetometer (kg) Qc = indeks penetrometer (kgf/cm 2 ) Menurut Islami (1995), ketahanan penetrasi akan dipengaruhi oleh tekstur tanah, kandungan dan jenis liat, bobot volume tanah, dan kandungan air tanah. Nilai indeks penetrometer juga meningkat dengan bertambahnya kedalaman sampai suatu nilai maksimum, kemudian relatif konstan. 4) Pengukuran indeks plastisitas Keplastisan merupakan derajat yang menggambarkan kemampuan tanah untuk melakukan perubahan bentuk tanpa menimbulkan retakan ketika diberikan gaya dari manapun. Keplastisan merupakan keadaan di mana kadar air tanah berada di atas batas plastis maksimum namun berada di bawah kelengketan. Determinasi batas plastis tanah (Gambar 6a) dilakukan dengan mengatur kadar air (4)

19 pada tanah sehingga tanah dapat digulung dengan diameter 3 mm tanpa terjadinya retakan. Batas cair didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar air tanah berada di antara batas keadaan cair dan keadaan plastis. Tanah contoh yang digunakan untuk pengujian (Gambar 6b) yaitu tanah yang lolos saringan 0.84 mm sebanyak 100 gram yang telah dicampur air lalu dimasukan ke dalam cawan yang kemudian diratakan dengan spatula sejajar dengan alas dengan tinggi kira-kira 10 mm. Alat pembuat alur (grooving tool) digunakan untuk membuat alur garis tengah pada cawan dengan posisi tegak lurus permukaan cawan. Tuas kemudian diputar dengan kecepatan dua putaran perdetik sampai kedua sisi bersinggungan, kemudian diambil sampel untuk uji kadar air. Jika nilai indeks plastisitas tinggi, maka tanah tersebut banyak mengandung butiran lempung, sedangkan jika nilai indeks plastisitas rendah, maka dengan sedikit saja pengurangan air tanah menjadi kering (Hardiyatmo 2010). Nilai indeks plastisitas dapat dihitung menggunakan persamaan (5): dengan: PI : indeks plastisitas (plasticity index) LL : batas cair (liquid limit) PL : batas plastis (plastic limit) 9 (5) (a) (b) Gambar 6 Pengukuran (a) batas cair (b) batas plastis Pengukuran sinkage traktor Pengukuran sinkage traktor (Gambar 8a) dilakukan pada tapak bekas lintasan traktor yang melintas dengan kecepatan konstan di setiap petak sampel dengan menggunakan jangka sorong. Tiga petak dengan traktor dalam keadaan dinamis dan tiga lainnya dalam keadaan statis. Selain pengukuran sinkage juga dilakukan pengukuran luas kontak roda traktor di lahan dalam keadaan statis. Plate sinkage test Bekker (1960) telah mengembangkan suatu pendekatan untuk mengestimasikan kedalaman bekas roda kaku pada tanah lunak yang ditunjukan pada Gambar 7. Penerapan pada model ini diperlukan dua luasan plat yang

20 10 berbeda yang bertujuan untuk memperoleh nilai konstanta k c, k, dan n. Berdasarkan McKeys and Fan (1985), penggunaan dimensi plat yang lebih banyak,, memberikan nilai yang lebih akurat dalam penentuan konstanta k c, k, dan n. Bekker model ditunjukan menggunakan persamaan (6) sebagai berikut: ( ) (6) dengan: = rata-rata tekanan kontak vertikal (kpa) = lebar plat (cm) = modulus kohesi tanah (kpa/m n-1 ) = modulus sudut gesekan dalam (kpa/m n ) = kedalaman sinkage (m) = eksponensial Gambar 7 Ilustrasi teori sinkage Bekker dan tahanan gelinding (Bekker 1960) Tahapan plate sinkage test (Gambar 8b) dapat dilihat sebagai berikut: 1. Plat dengan berbagai dimensi diukur kedalaman tekannya dengan menggunakan instrumen plate sinkage test. 2. Plat dengan tujuh nilai variabel k yang berbeda diletakan di setiap petakan sampel. 3. Prinsip kerja instrumen plate sinkage test mempunyai mekanisme penekanan plat ke tanah. Mekanisme ini dihubungkan dengan sensor gaya dan gerak linear untuk mendeteksi tekanan dan besarnya sinkage yang terjadi pada plat. 4. Pembacaan pada display pada setiap kedalaman observasi. 5. Ketujuh plat diuji pada setiap petak sampel yang juga dilintasi oleh traktor roda empat. 6. Kegiatan 1-4 diulangi hingga tiga kali ulangan pada waktu yang berbeda untuk memperoleh sifat fisik dan mekanik tanah yang berbeda. 7. Hasil dari plate sinkage test dianalisis dengan metode analisis statistik (regresi linear). 8. Hasil plate sinkage test dibandingkan dengan hasil pengamatan sinkage traktor menggunakan model regresi.

21 11 (a) (b) Gambar 8 Pengukuran besarnya sinkage (a) traktor (b) plat Prosedur Analisis Data Data hasil pengujian baik di lapangan maupun di laboratorium diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft excel Data tersebut diolah untuk memperoleh besarnya sinkage plat dengan menggunakan pendekatan teori Bekker (1960). Hasil pengolahan data menggunakan Microsoft excel dianalisis secara statistik untuk mengetahui korelasi antar parameter yang digunakan menggunakan SPSS17. Pemodelan untuk sinkage dibuat dengan analisis regresi linear menggunakan SPSS17. Verifikasi model sinkage hasil pendugaan model dengan sinkage traktor dilakukan dengan perbandingan model regresi. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lahan Penelitian Pengambilan contoh tanah dan uji sinkage dilakukan selama tiga hari di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo dimulai dari pukul enam pagi sampai dengan selesai. Tabel 4 memberikan memberikan informasi berupa sifat fisik dan mekanik tanah. Hari ka 0-5 cm (%) Tabel 4 Sifat fisik dan mekanik tanah ka 5-10 cm (%) D b 0-5 cm (g/cm 3 ) D b 5-10 cm (g/cm 3 ) Suhu ( C) RH (%)

22 12 Tabel 5 Indeks plastisitas dan ukuran fraksi tanah Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Fraksi tanah Presentase (%) Fraksi kasar (partikel>0.075 mm) Fraksi halus (partikel<0.075 mm) Batas cair Batas plastis Indeks plastisitas Tanah terbagi menjadi tiga fraksi yaitu pasir, debu dan liat. Penentuan klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan melakukan proporsi presentasi dari masing-masing fraksi. Penentuan klasifikasi tanah juga dapat ditentukan berdasarkan indeks plastisitasnya. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah USCS (Unified Soil Clasification System) (Gambar 9), maka tanah di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo dapat ditentukan jenis tanahnya. Tabel 5 memberikan informasi mengenai fraksi tanah di Laboratorium Lapangan Siswadhi Sopardjo dengan indeks plastisitas sebesar 17.83%, dengan begitu maka dapat ditentukan jenis tanah tersebut berada antara garis-a dan garis-u yang merupakan jenis tanah lempung berliat dengan symbol CL/OL. Gambar 9 Klasifikasi tektsur tanah UCSC (Muntohar 2007)

23 13 Pengaruh Parameter Terhadap Kedalaman Tekan (Sinkage) Plat Besarnya sinkage roda traktor di lahan dapat diduga dengan menggunakan plate sinkage test, besarnya sinkage di lahan dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan mekanik tanah. Parameter yang digunakan untuk menduga besarnya sinkage di antaranya tahanan penetrasi tanah, kadar air tanah, densitas tanah, luas plat, dan indeks rasio bentuk plat. Kekuatan tanah adalah kemampuan dari suatu tanah pada kondisi tertentu untuk melawan gaya yang bekerja. Kekuatan tanah dapat juga dikatakan sebagai kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi atau regangan. Kekuatan tanah (soil strength) bervariasi secara sistematik menurut kadar air dan kerapatan tanah, selain dapat juga berubah karena tekstur tanah (Mandang dan Nishimura 1991). Gambar 10 Tahanan penetrasi menurut kedalaman pada berbagai kadar air Uji penetrasi tanah sering digunakan untuk mempelajari sifat-sifat tanah terhadap gaya yang diberikan. Uji penetrasi juga dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan penetrasi tanah yang merupakan kekuatan tanah terhadap gayagaya dari luar. Berdasarkan pada Gambar 10, hubungan antara kadar air dengan tahanan penetrasi yaitu berbanding terbalik, di mana semakin meningkatnya kadar air tanah justru menurunkan tahanan penetrasi tanah begitu juga sebaliknya. Berdasarkan data tersebut pula, dapat dilihat bahwa semakin dalam penetrasi yang dilakukan, maka tahanan penetrasi yang ditimbulkan semakin besar. Semakin dalam suatu lapisan tanah, besarnya kepadatan tanah itu sendiri semakin besar. Berdasarkan hasil penelitian Bontong (2009) mengenai pengaruh kepadatan dan kadar air tanah terhadap penetrasi pada tanah pasir, untuk tanah pasir maupun tanah lanau semakin tinggi kepadatan tanah, maka tahanan penetrasi akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kadar air, pada tanah lanau semakin rendah kadar air maka tahanan penetrasi akan semakin tinggi. Berdasarkan data tersebut maka hubungan antara tahanan penetrasi terhadap kadar air tanah memiliki pola yang mudah dibaca sehingga penggunaan parameter kadar air saja sudah dapat terkait dengan tahanan penetrasi secara tidak langsung. Selain itu, nilai kadar air dapat diperoleh dengan mudah menggunakan beberapa metode baik di lahan maupun di laboratorium.

24 14 Gambar 11 Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 29.16%

25 Gambar 12 Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 29.93% 15

26 16 Gambar 13 Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 34.18%

27 Gambar 14 Hubungan sinkage terhadap kadar air pada plat 36 cm 2 17

28 18 Gambar 15 Hubungan sinkage terhadap kadar air pada plat 50 cm 2

29 Pengaruh luasan plat terhadap sinkage plat tersaji pada Gambar 11, 12, dan 13. Grafik pada Gambar 11 menunjukan besarnya sinkage plat pada tanah dengan kadar air 29.16%. Plat dengan luasan yang lebih kecil yaitu plat dengan ukuran 36 cm 2, menghasilkan sinkage yang lebih besar bila dibandingkan dengan plat 50 cm 2 pada pemberian gaya tekan yang sama hampir pada setiap indeks rasio bentuk kontak. Data pada Gambar 12 menunjukan perbedaan sinkage plat pada kedua luasan plat hanya terdapat pada beberapa indeks rasio kontak, yaitu pada k1, k5, k6 dan k7. Plat dengan konstanta selain yang disebutkan tadi memiliki besarnya sinkage yang tidak terlalu berbeda. Grafik pada Gambar 13 justru tidak terlihat adanya perbedaan sinkage yang signifikan antara plat 36 cm 2 dengan plat 50 cm 2, perbedaan hanya terjadi pada beberapa plat saja, sisanya memiliki sinkage yang hampir sama. Perbedaan sinkage hanya terjadi pada plat dengan k2 dan k6, itupun tidak memiliki perbedaan yang terlalu besar. Secara signifikan hampir pada setiap parameter (kadar air dan indeks rasio bentuk), sinkage plat pada luas yang lebih kecil memiliki nilai yang lebih besar pada pemberian tekanan yang sama. Awalnya kedua plat memiliki sinkage plat yang hampir sama pada kedalaman rendah, namun perbedaan sinkage mulai terlihat pada kedalaman 6 cm dan seterusnya. Bila diperhatikan, besarnya perbedaan sinkage antara plat dengan luasan yang berbeda semakin tidak terlihat seiring meningkatnya kadar air. Berdasarkan data tersebut, pada sinkage yang sama, gaya yang diberikan pada luasan plat yang lebih kecil akan lebih rendah bila dibandingkan dengan plat yang lebih besar. Penggunaan plat dengan luas yang berbeda juga mempengaruhi penetrasi ke dalam tanah. Berdasarkan teori yang ada di mana semakin kecil luas penampang suatu benda, maka dengan gaya tekan yang sama tekanan yang dihasilkan akan semakin besar. Data di atas juga menunjukan hal yang sama, yaitu dengan semakin kecilnya luas penampang maka tekanan yang dibutuhkan untuk mencapai kedalaman plat yang sama akan semakin besar. Data tersebut juga sesuai dengan hasil dari penelitian Gotteland and Benoit (2006) yaitu nilai rata-rata tekanan yang dihasilkan meningkat seiring dengan kecilnya luasan plat pada kedalaman yang sama. Gambar 14 dan Gambar 15 menampilkan hubungan kadar air terhadap sinkage plat, di mana dengan meningkatnya kadar air maka kedalaman yang bisa dicapai oleh plat akan lebih besar pada tekanan yang sama. Sinkage plat pada kadar air 29.16% pada kedua gambar bernilai lebih kecil dibanding kadar air yang 34.18% pada tekanan yang sama. Secara umum perbedaan sinkage plat terjadi pada kedalaman di bawah 4 cm. Grafik pada Gambar 14 menunjukan sinkage plat ukuran 36 cm 2 pada perbedaan kadar air di mana sinkage plat lebih besar terjadi pada tanah dengan kadar air lebih tinggi atau pada kadar air 34.18% pada tekanan yang sama. Grafik pada plat 36 cm 2 terlihat besarnya sinkage yang semakin merenggang seiring besarnya tekanan yang diberikan. Hal ini karena penambahan kandungan air pada tanah kering tidak selalu diikuti dengan penambahan volume. Gas di dalam ruang pori pada tanah berpasir dan berdebu dapat digantikan oleh cairan tanpa harus mengalami peningkatan volume (Mandang dan Nishimura 1991). Secara umum kadar air yang lebih tinggi menghasilkan sinkage yang lebih tinggi. Hal ini karena semakin tinggi tingkat kadar air maka kepadatan tanah akan semakin rendah karena pori-pori dalam tanah semakin besar. Pada tanah dengan kadar air yang rendah pori-pori tersebut akan kosong sehingga tanah akan lebih 19

30 20 mudah terjadi pemadatan ketika diberikan gaya dari luar. Besarnya kadar air dalam tanah juga dipengaruhi oleh banyaknya fraksi yang terkandung dalam tanah, jika terdapat banyak liat pori-pori tanah akan kecil karena fraksi liat memiliki ukuran partikel yang seragam sehingga sedikitnya pori yang yang ada di dalam tanah. Gambar 16 Hubungan sinkage terhadap indeks rasio bentuk plat

31 Indeks rasio bentuk digunakan sebagai salah pendekatan dalam pembuatan model sinkage. McKeys and Fan (1985) menunjukan bahwa menggunakan dimensi plat yang lebih banyak,, memberikan nilai yang lebih akurat dalam penentuan konstanta kc, k, dan n pada teori Bekker (1960). Gambar 16 menunjukan hubungan antara sinkage terhadap indeks rasio bentuk. Grafik pada plat 36 cm 2 memiliki grafik yang menyebar, di mana semakin besar tekanan yang diberikan maka perbedaan sinkage antar indeks rasio bentuk semakin signifikan. Plat dengan indeks rasio bentuk yang semakin besar memiliki sinkage yang rendah pada tekanan yang sama. Berbeda dengan plat 36 cm 2, plat 50 cm 2 justru tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan antar indeks rasio bentuk. Berdasarkan Gambar 16, plat dengan k7 memiliki tekanan terbesar di antara indeks rasio bentuk lainnya, hal ini karena semakin besar nilai k maka semakin kecil lebar (b) dari plat yang digunakan sesuai Tabel 2 dan 3. Gotteland and Benoit (2006) menyatakan tekanan yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan menurunnya lebar plat pada tingkat kedalaman yang sama. Sinkage atau kedalaman tekan merupakan terjadinya penurunan permukaan pada tanah akibat pembebanan yang diberikan. Pembebanan terjadi akibat gaya dari luar dengan mengabaikan distribusi dalam tanah. Penurunan pada permukaan tanah akan terus terjadi hingga tercapainya nilai keseimbangan antara gaya penahanan tanah dengan beban yang diberikan. Sinkage pada plat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan mekanik tanah oleh karena itu diperlukan data-data mengenai sifat fisik dan mekanik tanah yang mana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Setiap sifat fisik dan mekanik tanah memiliki korelasi yang berbeda dan memiliki pengaruhnya terhadap sinkage plat, masing-masing parameter tidak bisa dipisahkan salah satunya karena pengaruh pada kondisi asli lapangan terjadi secara bersamaan. Model Plate Sinkage Model plate sinkage diperoleh dengan menggunakan analisis statistik regresi linear SPSS17. Menurut Wahyono (2009) analisis regresi linear pada SPSS17 dapat digunakan untuk menentukan model yang paling sesuai untuk pasangan data serta dapat digunakan untuk membuat model dan menyelidiki hubungan antara dua variabel atau lebih. Pemodelan sinkage dilakukan agar mempermudah dalam penerapan pendugaan nilai sinkage traktor di lahan. Parameter yang perlu diinput pada model matematika ini (Tabel 6) yaitu banyaknya kadar air tanah dan besarnya tekanan penetrasi. Hal ini karena kadar air dan tekanan penetrasi sangat memiliki pengaruh terhadap besarnya nilai sinkage plat yang dihasilkan. Model ini digunakan untuk melakukan pendugaan nilai sinkage pada plat dengan variasi indeks rasio bentuk kontak. 21

32 22 Tabel 6 Model plat sinkage Indeks rasio bentuk Persamaan k1 z P 59 ka k2 z P 69 ka k3 z P 9 ka k4 z P 7 ka k5 z P 8 ka k6 z6 8 P 94 ka k7 z P 4 ka Verifikasi Model Tabel 7 menunjukan nilai koefiseien antara sinkage dari model dengan sinkage plat observasi. Masing-masing model memiliki nilai koefisien yang berbeda pada tiap indeks rasio bentuk. Model-model tersebut memiliki nilai koefisien yang mendekati 1 yang berarti besarnya nilai sinkage model mendekati nilai observasinya, sehingga model z1 hingga z7 dapat digunakan untuk memprediksi sinkage traktor berbasis plat. Model z1 adalah model dengan nilai koefisien sebesar yaitu yang berarti besarnya nilai sinkage model z1 memiliki nilai yang paling mendekati nilai sinkage observasi di antara model dengan indeks rasio bentuk lainnya. Grafik mengenai hubungan nilai koefisien tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 7 Koefisien hubungan antara sinkage observasi dengan sinkage model Model Nilai koefisien Model z Model z Model z Model z Model z Model z Model z Model-model yang telah dideterminasi ini kemudian diverifikasi dengan cara membandingkan hasil pendugaan sinkage menggunakan model dengan sinkage hasil observasi traktor dengan menginput data parameter traktor. Tabel 8 dan Tabel 9 menyajikan data besarnya nilai error antara sinkage observasi traktor baik itu dalam keadaan statis maupun dinamis terhadap sinkage traktor hasil pendugaan melalui model. Nilai error model terhadap nilai sinkage observasi memiliki nilai yang lebih kecil pada kondisi statis dibanding kondisi dinamis. Hal

33 ini karena mekanisme pembebanan pada pengukuran nilai sinkage dengan menggunakan metode plat sama dengan mekanisme yang terjadi pada pembebanan statis traktor. Traktor dalam kondisi dinamis, memiliki nilai sinkage yang lebih tinggi dari pada dalam kondisi statis. Suatu pemikiran yang timbul apabila pendugaan sinkage traktor pada kondisi dinamis didekati dengan metode plate sinkage test, maka perlu ada suatu pertimbangan dengan memberikan faktor koreksi tertentu. Model yang diderivasi dari metode plat sinkage ini lebih baik bila digunakan untuk menduga sinkage traktor pada kondisi statis. Jika diperhatikan, nilai error terkecil antara nilai sinkage hasil observasi dengan nilai sinkage hasil pendugaan menggunakan model regresi terdapat pada model z2, baik untuk kondisi statis maupun dinamis. Tabel 8 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor statis ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18% Model regresi z1 (1.71) (4.89) (4.11) Model Bekker roda depan Model Bekker roda belakang z2 (1.67) (4.76) (3.51) z3 (1.65) (4.79) (3.80) z4 (1.73) (4.82) (3.58) z5 (1.96) (5.19) (4.74) z6 (2.22) (5.29) (3.94) z7 (1.85) (5.23) (5.57) z1 (5.94) (5.66) (-) z2 (3.04) (6.25) (-) z3 (4.87) (1.38) (-) z4 (22.90) (-) (19.59) z5 (6.78) (9.20) (-) z6 (6.47) (-) (7.34) z7 (0.66) (7.65) (-) z1 (6.19) (5.98) (-) z2 (3.05) (6.50) (-) z3 (4.98) (1.15) (-) z4 (86.08) (-) (33.40) z5 (6.84) (9.31) (-) z6 (6.53) (-) (7.45) z7 (0.40) (7.76) (-) 23

34 24 Tabel 9 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor dinamis ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18% Model regresi z1 (2.02) (6.33) (5.08) Model Bekker roda depan Model Bekker roda belakang z2 (1.97) (6.20) (4.48) z3 (1.95) (6.23) (4.77) z4 (2.04) (6.27) (4.54) z5 (2.26) (6.64) (5.70) z6 (2.52) (6.74) (4.91) z7 (2.16) (6.68) (6.54) z1 (6.25) (7.10) (-) z2 (3.34) (7.70) (-) z3 (5.17) (2.83) (-) z4 (22.60) (-) (18.62) z5 (7.08) (10.65) (-) z6 (6.77) (-) (8.31) z7 (0.97) (9.10) (-) z1 (6.49) (7.43) (-) z2 (3.35) (7.95) (-) z3 (5.29) (2.60) (-) z4 (85.78) (-) (32.43) z5 (7.14) (10.75) (-) z6 (6.83) (-) (8.42) z7 (0.70) (9.21) (-) Jika dibandingkan dengan model Bekker, nilai error yang terdapat pada model Bekker ada yang tidak memiliki nilai, hal ini karena pada perhitungan menggunakaan persamaan Bekker hasil yang diperoleh merupakan nilai yang tidak teridentifikasi, sehingga tidak ada nilai error yang dapat diperoleh. Hal tersebut juga membuktikan bahwa terdapat kelemahan pada persamaan Bekker. Gambar 17 menyajikan perbandingan antara sinkage observasi traktor terhadap sinkage model pada perbedaan kadar air tanah. Pada gambar tersebut hanya digunakan dua model saja yaitu model z1 dan z2, karena model tersebut memiliki nilai yang paling mendekati sinkage observasi traktor. Hal ini diduga karena indeks rasio bentuk plat yang digunakan untuk menderivasi model tersebut adalah mendekati indeks rasio roda traktor (Tabel 10). Bila diamati dari grafik tersebut perbedaan antara model z1 dengan z2 tidak terlalu terlihat, namun besarnya nilai error pada model z2 memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan model z1.

35 25 Sinkage (cm) Sinkage (cm) Model z1 ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18% Model z2 ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18% z observasi statis z observasi dinamis z model regresi z Bekker roda depan z Bekker roda belakang z observasi statis z observasi dinamis z model regresi z Bekker roda depan z Bekker roda belakang Gambar 17 Perbandingan sinkage observasi dengan sinkage model Tabel 10 Karakteristik roda traktor Kubota L3608 pada platform Dimensi roda traktor Roda depan Roda belakang d vertikal (cm) d horizontal (cm) b (cm) l (cm) k (l/b)

36 26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Tanah di lapangan Siswadhi Soepardjo merupakan tanah lempung berliat dengan indeks plastisitas 17.83% 2. Parameter yang digunakan (kadar air tanah, densitas tanah, tahanan penetrasi, tekanan, luas plat, indeks rasio bentuk) pada penelitian memiliki pengaruh masing-masing terhadap sinkage plat, parameter yang berpengaruh secara signifikan di antaranya kadar air tanah, luas plat dan tekanan. 3. Model plat z1 memiliki nilai yang paling mendekati sinkage observasi plat di antara model lainnya dengan nilai koefisien sebesar dengan model , model ini hanya terbatas pada kondisi jenis tanah lempung berliat dengan kadar air 29% - 34% 4. Model plat yang memiliki pendekatan terbaik terhadap sinkage traktor adalah model z2 dengan nilai error terkecil dengan model ), model ini hanya terbatas pada kondisi jenis tanah lempung berliat dengan kadar air 29% - 34% Saran 1. Perlu dilakukan percobaan lanjutan dengan alat yang lebih presisi, penggunaan alat secara manual memiliki tingkat keakuratan yang minim. 2. Kegiatan pengujian sebaiknya dilakukan pada cuaca yang stabil sehingga tidak mempengaruhi sifat fisik dan mekanik tanah, seperti kadar air yang mudah berubah tergantung suhu lingkungan. 3. Pendugaan besarnya nilai sinkage traktor berbasis plate sinkage test merupakan uji dengan pembebanan statis terhadap tanah. Hasil pendugaannya memiliki perbedaan dengan hasil observasi kondisi statis dan dinamis, sehingga dirasakan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor koreksi antara sinkage akibat pembebanan statis dan dinamis. DAFTAR PUSTAKA Armansyah Analisis tahanan gelinding (rolling resistance) roda traksi dengan metode uji roda tunggal pada bak tanah (soil bin) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bekker MG Off-the-road Locomotion. Michigan (US). Univ Michigan Pr. Bontong B Pengaruh Kepadatan dan Kadar Air Terhadap Hambatan Penetrasi Sondir pada Tanah Pasir. Palu (ID): Mektek. Gotteland Ph, Benoit O Sinkage tests for mobility study, modelling and experimental validation. J Terramech. 43(2006):

37 Hardiyatmo HC Mekanika Tanah 1-edisi kelima. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Islami T Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang (ID): IKIP Semarang Press. Mandang T, Nishimura I Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. McKyes E, Fan T Multiple penetration test to determine soil stiffness moduli. J Terramech. 22(3): Meirion-Griffith G, Spenko M A modified pressure-sinkage model for small, rigid wheels on deformable terrains. J Terramech. 48(2011): doi: /j.jterra Muntohar AS Pengantar Rekayasa Geoteknik. Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sembiring EN, Suastawa IN, Desrial Sumber Tenaga Tarik di Bidang Budidaya Pertanian. Bogor (ID). Intitut Pertanian Bogor. Supranto J Teknik Sampling untuk Survey & Eksperimen. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Surbakti AA Analisis hubungan efisiensi lapang dan sinkage pada kegiatan pengolahan tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogot. Wahyono T Model Analisis Statistik dengan SPSS17. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. 27

38 28 Lampiran 1 Koefisien hubungan antara z observasi dan z model k1 k2 z observasi (cm) y = x z observasi (cm) y = x z model (cm) z model (cm) k3 k4 z observasi (cm) y = x z observasi (cm) y = x z model (cm) z model (cm) k5 k6 z observasi (cm) y = x z observasi (cm) y = x z model (cm) z model (cm) z observasi (cm) k7 y = x z model (cm)

39 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sukabumi, 29 Juni 1991 sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Maman dan Ibu Sumi. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SDN Harjasari I pada tahun , lalu melanjutkan ke SMPN 1 Ciawi pada tahun Tahun 2006 penulis kemudian melanjukan ke SMAN 3 Bogor dan pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian yang sekarang berganti nama menjadi Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Fisika ( ) dan asisten praktikum Gambar Teknik ( ). Bulan Juni-Agustus tahun 2012 penulis melakukan Praktek Lapangan di Pabrik Gula Ngadirejo PTPN X Kediri dengan judul Aspek Ergonomika pada Pengangkutan Tebu di PG. Ngadirejo. Adapun pencapaian berharga selama menjadi mahasiswa yaitu sebagai pemenang medali emas tim PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) bidang penelitian pada PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke 26 di Lombok.

PENDUGAAN KETENGGELAMAN TERRESTRIAL ROBOTIC VEHICLE (TRV) DENGAN MENGGUNAKAN TES KETENGGELAMAN PLAT ROBIANSYAH

PENDUGAAN KETENGGELAMAN TERRESTRIAL ROBOTIC VEHICLE (TRV) DENGAN MENGGUNAKAN TES KETENGGELAMAN PLAT ROBIANSYAH PENDUGAAN KETENGGELAMAN TERRESTRIAL ROBOTIC VEHICLE (TRV) DENGAN MENGGUNAKAN TES KETENGGELAMAN PLAT ROBIANSYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS UJI KEDALAMAN TEKAN TELAPAK KAKI MANUSIA ANDHIKA AGENG PRATAMA

PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS UJI KEDALAMAN TEKAN TELAPAK KAKI MANUSIA ANDHIKA AGENG PRATAMA PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS UJI KEDALAMAN TEKAN TELAPAK KAKI MANUSIA ANDHIKA AGENG PRATAMA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

BAB VI PLASTIS LIMIT DAN LIQUID LIMIT. a. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah : Plastisitas Tanah Berbutir Halus.

BAB VI PLASTIS LIMIT DAN LIQUID LIMIT. a. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah : Plastisitas Tanah Berbutir Halus. BAB VI PLASTIS LIMIT DAN LIQUID LIMIT 6.1 LIQUID LIMIT 6.1.1 REFERENSI a. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah : Plastisitas Tanah Berbutir Halus. b. Das, Braja M. Mekanika Tanah I.

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS TAHANAN GELINDING (ROLLING RESISTANCE) RODA TRAKSI DENGAN METODE UJI RODA TUNGGAL PADA BAK TANAH (SOIL BIN) Oleh: ARMANSYAH

SKRIPSI ANALISIS TAHANAN GELINDING (ROLLING RESISTANCE) RODA TRAKSI DENGAN METODE UJI RODA TUNGGAL PADA BAK TANAH (SOIL BIN) Oleh: ARMANSYAH SKRIPSI ANALISIS TAHANAN GELINDING (ROLLING RESISTANCE) RODA TRAKSI DENGAN METODE UJI RODA TUNGGAL PADA BAK TANAH (SOIL BIN) Oleh: ARMANSYAH F01498006 2002 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau 39 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai Bagan Alir Penelitian : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Pengambilan sampel tanah dan abu vulkanik Persiapan bahan : 1. Tanah 2. Abu vulkanik Pengujian kadar material abu vulkanik Pengujian sifat dan

Lebih terperinci

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b. BAB I PENDAHULUAN Untuk lebih memahami Ilmu Mekanika Tanah, selain di pelajari melalui perkuliahan juga perlu dilakukan penyelidikan dilapangan maupun pengujian di laboratorium. Penyelidikan tanah dilapangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Sumber Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Gambar 3. Denah Lokasi

Lebih terperinci

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Dalam perencanaan pekerjaan, diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada, bagaimana

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan. Tanah merah diambil dari sebuah lokasi di bogor, sedangkan untuk material agregat kasar dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau 40 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 16 3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan pertanian milik Institut Pertanian Bogor di Desa Cikarawang Bogor (Gambar 9), sedangkan pengujian karakteristik tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Petry dan Little (2002) menyebutkan bahwa tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di III. METODE PENELITIAN Pekerjaan Lapangan Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di lapangan. Sampel tanah diambil pada beberapa titik di lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Penelitian Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan sampel tanah dapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur B. Metode Pengambilan Sampel Pada saat pengambilan sampel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada kondisi tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. B. Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Pengaruh durasi siklus basah-kering terhadap perubahan kuat tekan tanah yang distabilisasi menggunakan kapur-abu sekam padi dan inklusi serat karung plastik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap kuat geser dan tekan bebas dapat disimpulkan bahwa :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap kuat geser dan tekan bebas dapat disimpulkan bahwa : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan di laboratorium, yang telah diolah dan dianalisis tentang pengaruh serabut kelapa terhadap kuat

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK YUKATA SUITES JALAN SUTERA BOULEVARD NO. 28 - ALAM SUTERA - TANGERANG AGUSTUS 2 0 1 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK YUKATA SUITES JALAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian dilakukan untuk mengkaji perilaku sistem fondasi dengan pelat fleksiglass yang didukung oleh kolom-kolom SiCC pada tanah ekspansif di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat sesuai dengan peta pada gambar 3.1.Waktu pengambilan data

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh panjang mini kolom dalam membantu daya dukung tanah terhadap deformasi pelat dan beban di atas tanah ekspansif.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer). 27 III. METODE PENELITIAN A. BAHAN BAHAN PENETILIAN 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I KOMPOSISI TANAH 2 MEKANIKA TANAH I UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI NORMA PUSPITA, ST. MT. Komposisi Tanah Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara 1 Komposisi Tanah Sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang. 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang. 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan 38 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang diambil dari 3 lokasi yaitu 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan Koordina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. B. Pelaksanaan Pengujian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

DETEKSI VISUAL DAN ANALISIS LUAS KONTAK RODA TRAKSI PADA BEBERAPA KONDISI PERMUKAAN AGUNG NUGROHO

DETEKSI VISUAL DAN ANALISIS LUAS KONTAK RODA TRAKSI PADA BEBERAPA KONDISI PERMUKAAN AGUNG NUGROHO DETEKSI VISUAL DAN ANALISIS LUAS KONTAK RODA TRAKSI PADA BEBERAPA KONDISI PERMUKAAN AGUNG NUGROHO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH (Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen) Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REAKSI TANAH SAWAH DAN LUMPUR TERHADAP PENEKANAN PLAT ACHMAD MUDZAKIR

KARAKTERISTIK REAKSI TANAH SAWAH DAN LUMPUR TERHADAP PENEKANAN PLAT ACHMAD MUDZAKIR KARAKTERISTIK REAKSI TANAH SAWAH DAN LUMPUR TERHADAP PENEKANAN PLAT ACHMAD MUDZAKIR TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari hasil tes pembebanan yang dilakukan dalam pengujian di Bak

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisik Tanah 1. Tekstur Tanah Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Margakaya Kecamatan Jati Agung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). Sampel tanah diambil

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Tanah Lempung Dari pengujian yang dilakukan di Laboratorium Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data sifat-sifat fisik dan sifat

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR Oleh: GINA AGUSTINA F14102037 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DESAIN RODA

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu)

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu) PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu) Benyamin Bontong* * Abstract The penatration resistance using DCPT on a type

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung lunak

Lebih terperinci

DATA HASIL PENGUJIAN Laboratorium. Lampiran A

DATA HASIL PENGUJIAN Laboratorium. Lampiran A LAMPIRAN DATA HASIL PENGUJIAN Laboratorium Lampiran A Model Penurunan Pondasi Konstruksi Sarang Lab-Laba Dimodifikasi dengan Perkuatan Tanah Lunak Menggunakan Pasir Padat Nurdin 0815011075 S0IL MECANICS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian Untuk memudahkan dalam proses penelitian, diperlukan rencana dalam menyusun langkah-langkah penelitian, seperti yang ditampilkan dalam bagan alir pada Gambar

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA Handy Dewanto NRP:9621037 NIRM: 41077011960316 Pembimbing: Ibrahim Surya, Ir.,

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang diberi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan di laboratorium, yang telah diolah dan dianalisis tentang pengaruh geotekstil terhadap kuat geser

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Cone Penetration Test (CPT) Alat kerucut penetrometer (Cone Penetration Test) adalah sebuah alat yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA HASIL UJI KOMPAKSI MODIFIED PROCTOR TERHADAP NILAI UJI PADA ALAT DYNAMIC CONE PENETROMETER

KORELASI ANTARA HASIL UJI KOMPAKSI MODIFIED PROCTOR TERHADAP NILAI UJI PADA ALAT DYNAMIC CONE PENETROMETER KORELASI ANTARA HASIL UJI KOMPAKSI MODIFIED PROCTOR TERHADAP NILAI UJI PADA ALAT DYNAMIC CONE PENETROMETER Nama : Fendy NRP. : 9821017 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

UJI KINERJA BULLDOZER MINI BERBASIS TRAKTOR TANGAN TIPE TREK. Oleh : ANDIKA KURNIAWAN F

UJI KINERJA BULLDOZER MINI BERBASIS TRAKTOR TANGAN TIPE TREK. Oleh : ANDIKA KURNIAWAN F UJI KINERJA BULLDOZER MINI BERBASIS TRAKTOR TANGAN TIPE TREK Oleh : ANDIKA KURNIAWAN F14101077 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI KINERJA BULLDOZER

Lebih terperinci

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT Shinta Pramudya Wardani 1), R. M. Rustamaji 2), Aprianto 2) Abstrak Perubahan cuaca mengakibatkan terjadinya siklus pembasahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F14103033 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR

STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Oleh: Renaya Herawati

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir Gedong Kelurahan Benteng Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dengan titik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini akan di bahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium. Secara garis besarnya, pengujian laboratorium yang dilakukan yaitu untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Material Uji Model Pengujian karakteristik fisik dan mekanis tanah dilakukan untuk mengklasifikasi jenis tanah yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi isi isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Ketentuan...2 4.1 Peralatan...2 5 Benda uji...3 6 Metode pengerjaan...4 7 Perhitungan dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAH PASIR (Studi kasus: Pasir Sungai Palu)

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAH PASIR (Studi kasus: Pasir Sungai Palu) PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAH PASIR Benyamin Bontong* * Abstract The DCPT penatration resistance on each type of soil has a specific characteristic. The

Lebih terperinci

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Bambang Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Syiah Kuala, Indonesia Khalidin Dinas Bina Marga dan Cipta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara. TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar

Lebih terperinci