BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri rendah adalah evaluasi diri perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Mary C.Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya rasa percaya diri harga diri merasa gagal mencapai keinginan (Budi Anna Keliat, 1999). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri (Lynda Juall Carpenito, 1997). Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi hubungan orang lain. B. Komponen Konsep Diri Konsep diri yang didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya mempengaruhi hubungannya orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sehingga hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, orang terdekat realitas dunia (Gail Wiscarz Stuart, 2006). 7

2 Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Citra tubuh Kumpulan sikap individu yang disadari tidak disadari terhadap tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan persepsi pengalaman baru (Gail Wiscarz Stuart, 1998). 2. Ideal diri Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Gail Wiscarz Stuart, 1998). Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman. Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri : a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya. b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. Kemudian standar ini dibandingkan standar kelompok teman. c. Ambisi keinginan melebihi berhasil; kebutuhan yang realitis; keinginan menghindari kegagalan; perasaan cemas, rendah diri (Budi Anna Keliat, 1992). 8

3 3. Harga diri Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya ideal diri.harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa sebagai seorang penting berharga (Gail Wiscarz Stuart, 1998). Menurut (Stuart Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah pada anak: a. Memberikan kesempatan berhasil Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan pujian akan keberhasilan. b. Menanamkan gagasan Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak berkembang. c. Mendorong aspirasi Pertanyaan anak perlu ditanggapi memberikan penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan sokongan aspirasi yang positif bermakna. d. Membantu membentuk koping Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang 9

4 rendah berhubungan interpersonal yang buruk terutama menonjol pada pasien skizotrenia depresi. 4. Performa peran Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani seorang tidak mempunyai pilihan. peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih individu (Gail Wiscarz Stuart, 1998). Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak. Sikap peran terdiri dari : a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain. b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku penampilan yang diharapkan. c. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu profesi. d. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak terjadi waktu menyelesaikan (Budi Anna Keliat, 1992) 10

5 Banyak faktor yang mempengaruhi menyesuaikan diri peran harus dilakukan (Stuart Sundeen, 1991) : a. Kejelasan perilaku pengetahuan yang sesuai peran b. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan c. Kesesuaian keseimbangan d. Keselarasan budaya harapan individu terhadap perilaku peran e. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran 5. Identitas diri Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, keunikan individu (Gail W. Stuart 2006). Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan perkembangan konsep diri. Individu kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal berikut ini: a. Gambaran diri positif akurat Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini yang lalu, akan diri sendiri, perasaan tentang ukuran, fungsi penampoilan potensi tubuh. b. Ideal diri yang realistis Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dicapai. 11

6 c. Konsep diri yang positif Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam hidupnya. d. Harga diri yang tinggi Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memang dirinya sebagai seseorang yang berarti bermanfaat. ia memang dirinya sangat sama apa yang diinginkan. e. Kepuasan penampilan peran Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat berhubungan orang lain secara intim mendapat kepuasan. ia dapat mempercayai terbuka pada orang lain membina hubunhan interdependen. f. Identitas jelas Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. (Budi Anna Keliat, 1992). Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif (Skema1.3). Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis merasa asing pada diri sendiri. Hal ini berhubungan tingkat ansietas panik kegagalan dalam uji reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri 12

7 sendiri dari orang lain, tubuhnya sendiri terasa tidak nyata asing baginya (Gail Wiscarz Stuart, 2006). C. Rentang Respon Konsep Diri RENTANG RESPON KONSEP DIRI Respon adaptif Respon maladaptif Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi Diri diri positif rendah identitas Skema 1.3 Rentang Respon Konsep Diri (Townsend, 1996). Keterangan: 1. Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif latar belakang pengalaman nyata yang sukses dapat diterima. 2. Konsep diri Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. 3. Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri adaptif konsep diri maladaptive 13

8 4. Kerancauan identitas Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis 5. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realistis asing terhadap diri sendiri yang berhubungan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri orang lain (Budi Anna Keliat, 1998). D. Pengkajian 1. Faktor Predisposisi Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut: a. Faktor yang mempengaruhi harga diri. Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencitai dirinya menggapai cinta orang lain. Individu yang kurang mengerti akan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain gagal mengembangkan kemampuan sendiri. ia mengingkari kebebasan 14

9 mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan menjadi tidak sabar, kasar banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan tidak dapat dicapai. b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran. Peran sesuai jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang objektif kurang rasional dibandingkan pria. pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding wanita. Sesuai standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri maupun hubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran. c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya merupakan faktor lain 15

10 yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan dimiliki oleh kelompoknya (Budi Anna Kelliat, 1992). 2. Stresor Pencetus Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri komponennya. stressor yang mempengaruhi harga diri ideal diri adalah penolakan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan saudara, kesalahan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart sundeen, 1991). Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut: a. Trauma seperti penganiayaan seksual psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan b. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran: 1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau normanorma budaya, nilai-nilai serta tekanan menyesuaikan diri. 16

11 2) Transisi peran situasi terjadi bertambah atau berkurangnya anggota melalui kelahiran atau kematian. 3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh Kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh Perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal prosedur medis keperawatan (Gail Wiscarz Stuart, 1998) E. Tanda Dan Gejala Stuart (2006) mengemukakan Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi menjadi sebagai bertikut: 1. Perilaku yang berhubungan harga diri rendah: a. Mengkritik diri sendiri orang lain b. Penurunan produktivitas c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain d. Gangguan dalam berhubungan e. Rasa diri pentinng yang berlebihan f. Perasaan tidak mampu g. Rasa bersalah h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan i. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri j. Ketegangan peran yang dirasakan k. Panangan hidup yang pesimis 17

12 l. Keluhan fisik m. Pangan hidup yang bertentangan n. Penolakan terhadap kemampuan personal o. Destruktif terhadap diri sendiri p. Pengurangan diri q. Menarik diri secara sosial r. Penyalahgunaan zat s. Menarik diri dari realitas t. Khawatir 2. Perilaku yang berhubungan kerancauan identitas : a. Tidak ada kode moral b. Sifat kepribadian yang bertentangan c. Hubunganm interpersonal eksploitatif d. Perasaan hampa e. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri f. Kerancuan gender g. Tingkat ansietas tinggi h. Ketidak mampuan empati pada oranng lain i. Kehilangan keautentikan j. Masalah intimasi 3. Perilaku yang Berhubungan Depersonalisasi: a. Afektif 1) Perasaan asing 18

13 2) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu 3) Perasaan tidak realistis 4) Rasa isolasi yang kuat 5) Ketidakmampuan mendapatkan kesenagan atau perasaan mencapai sesuatu 6) Kurang rasa kesinambungan dalam diri 7) Kehilangan identitas b. Persepsi 1) Halusinasipendengaran penglihatan 2) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri 3) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain 4) Gangguan citra tubuh 5) Mengalami dunia seperti dalam mimpi c. Kognitif 1) Bingung 2) Disorientasi waktu 3) Gangguan berfikir 4) Gangguan memori 5) Gangguan penilaian 6) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama d. Perilaku 1) Afek tumpul 2) Emosi yang pasif tidak berespon 19

14 3) Komunikasi yang tidak sesuai 4) Kurang spontanitas animasi 5) Kehilangan kendali terhadap impuls 6) Kehilangan inisiatif kemampuan membuat keputusan 7) Menarik diri secara sosial F. Mekanisme Koping Mekanise koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan Pertahanan jangka pendek meliputi: 1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri(misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif) 2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara(misal: ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng) 3. Aktifitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya: olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes mendapatkan popularitas) 4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misal: penyalah gunaan obat) 20

15 Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini: 1. Penutupan identitas-adopsi identitas premature yng diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu. 2. Identitas negatif-asumsi identitas yang tidak sesuai daengan nilai harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri, amuk (Stuart, 2006). G. Etiologi 1. Gangguan citra tubuh Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan makna obyek yang sering kontak tubuh, biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah. 2. Ideal diri tidak realistik Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai sukar realitas, idial diri yang sukar tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalankegagalan yang dialami fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat dicapai membuat frustasi timbul harga diri rendah (Keliat Anna Keliat, 1998). 21

16 H. Akibat 1. Perubahan penampilan peran Mikanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah. 2. Keputusan Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri kemampuannya karena menganggap dirinya tidak mampu 3. Menarik diri Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan menghindari interaksi oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah (Budi Anna Keliat, 1998) I. Pohon masalah Perubahan sensori persepsi Isolasi social Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah Gangguan Citra Tubuh Idial diri tidak realistic (Budi Anna Keliat, 1998) 22

17 Masalah Data yang perlu di kaji 1. Resiko gangguan sensorik persepsi : a. Data objektif : Berbicara tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam asyik sendiri. b. Data subjektif : Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan stimulus nyata, melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar, ingin memukul atau melempar barang. 2. Isolasi sosial : menarik diri a. Data objektif : Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur. b. Data subjektif : Sukar didapat jika menolak komunikasi, kag hanya dijawab singkat, ya atau tidak. 3. Harga diri rendah a. Data objektif : Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri. 23

18 b. Data subjektif Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.(townsend, 1998). J. Diagnosa keperwatan 1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah 2. Isolasi Sosial 3. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. (Townsend, 1998) 24

19 K. Perencanaan keperawatan No Diagnosa Keperawatan 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah Sp lp 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Perencanaan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional Setelah Ix interaksi diharapkan: a. Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau berjabat tangan, mau nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 1.1 Bina hubungan saling percaya menggunakan komunikasi yang terapeutik: a. Sapa pasien ramah tamah baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri sopan c. Tanyakan nama lengkap nama panggilan yang d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur menepati janji f. Tunjukan sikap empati menerima pasien 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya 25

20 2. Klien dapat mengidentifik asi a. Aspek positif kemampua n yang di miliki b. Aspek positif c. Aspek positif lingkungan 3. membantu menilai kemampuan yang masih dapat digunakan 4. membantu memilih yang akan di latihan sesuai b. Klien dapat aspek positif yang dimiliki, lingkungan c. Klien dapat menilai kemampuan yang di miliki dilaksanakan d. dapat merencanakan yang sesuai kemampuan yang dimiliki g. Beri perhatian perhatikan kebutuhan dasar 2.1 Diskusikan kemampuan aspek positif yang di miliki 2.2 Setiap pertemuan hindari nilai negatif 2.3 Bersama buat daftar tentang aspek positif yang dimiliki,, lingkungan kemampuan yang dimiliki 2.1 Utamakan pemberian pujian yang realitis 3.1 Diskusikan kemampuan yang masih dapat di gunakan selama sakit Dan dapat di lanjutkan penggunaan 4.1 Tingkatkan yang sesuai toleransi kondisi 4.2 Rencanakan 2. Sebagai dasar asuhan keperawatan 3. Memotivasi diri tetap mempertah ankan penggun aannya 4. Klien dapat berfikiran positif sehingga bisa 26

21 kemampuan 5. melatih yang di pilih sesuai rencana yang di buat sesuai kemampuan e. Klien dapat melakukan sesuai jadwal yang dibuat bersama aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan) 4.1 Beri contoh yang boleh digunakan 5.1 Anjurkan melaksanakan yang telah direncanakan 5.2 Pantau yang telah dilaksanakan 5.1 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan setelah pulang membuat percaya diri 5. Karena adalah individu yang bertanggun g jawab terhadap dirinya 1 Gangguan konsep diri : harga diri 6. Menganjurkan dalam jadwal harian Sp 2 p 1. Memvalidasi masalah dari latihan f. Klien dapat melakukan sesuai jadwal yang dibuat Setelah 2x interaksi diharapkan: 6.1 Motivasi yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 1.1 Motivasi 6. Agar terbiasa melakukan -nya 1. Untuk mengingat kembali 27

22 rendahnya sebelum a. Klien dapat mendemonstrasi kan latihan yang diajarkan sebelum nya 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah 2. Melatih selanjutnya yang dipilih sesuai kemampuan 3. Membimbing memasukan ke dalam jadwal harian Sp lk 1. Mendiskusikan masalah yang di b. Klien mendemonstrasikan cara yang dilatih c. Klien bersedia yang telah di lakukan ke dalam jadwal harian a. Keluarga dapat: - Menjelaskan mendemonstrasikan latihan sebelumnya 2.1 Beri pujian atas jawaban yang benar a. Motivasi lebih bisa apa yang diajarkan b. Anjurkan mengikuti lain mempraktekan c. Beri reinforceme n positif atas tidakan yang di lakukan 3.1 Motivasi yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 1.1 Bina hubungan saling latihan sebelumnya 2. Karena adalah individu yang bertanggun g jawab terhadap dirinya 3. Agar terbiasa melakukan -nya 1. Hubungan saling percaya 28

23 rasakan dalam merawat 2. Menjelaskan pengertian harga diri rendah, tanda gejala serta prosesnya 3. Menjelaskan cara merawat pasien harga diri rendah perasaannya - Menjelaskan cara merawat harga diri rendah - Mendemonstrasikan cara perawatan harga diri rendah - Berpartisipasi dalam perawatan harga diri rendah b. Keluarga mengerti kembali pengertian tanda gejala proses terjadinya harga diri rendah. c. Keluarga mengerti tentang cara merawat harga diri rendah percaya : a. Saling berkenalan b. Jelaskan tujuan c. Buat kontrak d. Ekplorasi 1.1 Motivasi menyetujui mengikuti kontrak 2.1 Diskusikan tentang : a. Harga diri rendah b. Penyebab harga diri rendah c. Akibat yang akan terjadi jika harga diri rendah tidak ditangani d. Cara menghadapi harga diri rendah 3.1 Beri pendidikan kesehatan pada tentang cara merawat harga diri rendah merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya 2. Mengantisipasi masalah yang timbul 3. Meningkatkan kemampuan dalam merawat 29

24 2 Isolasi sosial : menarik diri 4. Melatih memprakteka n cara meawat harga diri rendah Sp lp 1. Membina hubungan saling percaya d. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat harga diri rendah a. Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau berjabat tangan, mau nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 4.1 Dorong anggota mengikuti cara merawat harga diri rendah l. Bina hubungan saling percaya menggunakan komunikasi yang terapeutik: a. Sapa pasien ramah tamah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri sopan c. Tanyakan nama lengkap nama panggilan yang d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur menepati janji f. Tunjukan sikap empati harga diri rendah. 4. Mendorong akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan. 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya 30

25 2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial : menarik diri 3. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi b. Klien dapat mengungkapkan penyebab isolasi sosial : menarik diri. c. Diharapkan mampu menerima pasien g. Beri perhatian perhatikan kebutuhan dasar 2.1 Tanyakan pada tentang orang yang tinggal serumah / teman sekamar, orang yang paling dekat di rumah / di ruang perawatan, apa yang membuat dekat orang tersebut tidak dekat orang tersebut, upaya apa yang sudah dilakukan supaya dekat orang tersebut. 2.1 Diskusikan penyebab menarik diri / tidak mau bergaul orang lain 3.1 Tanyakan pada tentang manfaat hubungan 2. mengetahui pengetahuan alasan menarik diri 3. Meningkatkan pemahaman 31

26 kerugian tidak berinteraksi orang lain. 4. Melatih berkenalan satu orang keuntungan berhubungan sosial misalnya : - Banyak teman - Tidak kesepian - Bisa berdiskusi - Saling menolong, Dan kerugian menarik diri, misal: - Sendiri - Kesepian - Tidak bisa diskusi d. Klien dapat memperagaka n cara berkenalan 1 orang sosial kerugian menarik diri 3.1 Diskusikan pada tentang manfaat hubungan sosial kerugian menarik diri 4.1 Beri motivasi bantu berkenalan atau komukasi : perawat, pasien kelompok 4.2 Beri reinforcement positif atas keberhasilan usaha dalam berkenalan 1 orang 4.1 Motivasi lebih banyak lagi berkenalan orang tentang berhubung an orang lain. 4. Meningkatkan interaksi lingkungan. 32

27 5. Membimbing ke dalam jadwal e. Klien mau yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 5.1 Motivasi yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian 5. Agar terbiasa melakukan -nya 2 Isolasi sosial : menarik diri Sp2p 1. Memvalidasi masalah latihan sebelumnya 2. Melatih berkenalan 2 orang atau lebih a. Klien dapat mendemostrasikan latihan yang diajarkan sebelum nya b. Klien dapat mendemonstra si-kan cara berkenalan 2 orang atau lebih 1.1 Motivasi mendemonstra sikan latihan sebelumnya 2.1 Motivasi berkenalan lebih banyak lagi orang 2.2 Anjurkan mengikuti lalu mempraktekan berkenalan lebih banyak orang 1. Untuk mengingat latihan sebelum nya 2. meningkatkan interaksi lingkungan. 3. Membimbing memasukan ke dalam jadwal harian c. Klien memasukan yang telah di lakukan ke dalam jadwal harian 3.2 Motivasi yang telah di lakukan kedalam jadwal harian 3. Agar terbiasa melakukan nya 33

28 2 Isolasi sosial : menarik diri 2 Isolasi sosial menarik diri Sp 3 p 1. Memvalidasi masalah latihan sebelum nya 2. Melatih berinteraksi kelompok 3. Membimbing ke dalam jadwal harian Sp l k 1. Mendiskusikanmasalah yang dirasakan dalam merawat a. Klien dapat mengungkapkan apa yang dirasakan b. Klien dapat Memperagakan kembali latihan sebelumnya c. Klien mau mengikuti mempraktekkan apa yang di ajarkan d. Klien bersedia yang telah di lakukan ke dalam jadwal harian a. Keluarga dapat : -. Menjelaskan perasaannya -. Menjelaskan cara merawat menarik diri - Mendemonstrasikan cara perawatan 1.1 Motivasi mengungkapkan masalah mendemonstra si kan kembali latihan sebelumnya 2.1 Motivasi mengikuti apa yang telah diajarkan 3.1 Motivasi yang akan diakukan ke dalam jadwal harian 1.1 Bina hubungan saling percaya a. Saling berkenalan b. Jelaskan tujuan c. Buat kontrak d. Ekplorasi perasaan 1. Untuk mengingat latihan sebelumnya 2. meningkatkan interaksi lingkungan. 3. Agar terbiasa melakukan -nya 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya 34

29 3 Perubahan sensori persepsi : 2. Menjelaskan pengertian menarik diri, tanda gejala serta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara merawat isolasi sosial :menarik diri Sp lp 1. Mengidentifikasi jenis 2.Mengidentifikasi isi 3.Mengidentifi- menarik diri - Berpartisipasi dalam perawatan menarik diri 2. Keluarga mengerti kembali pengertian, tanda gejala, proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri. 3. Keluarga mengerti meyebutkan kembali cara merawat isolasi sosial : menarik diri Setelah Ix interaksi diharapkan: a. Klien dapat : - Mengetahui jenis 2.1 Diskusikan tentang : Isolasi sosial : menarik diri, Penyebab isolasi sosial, akibat yang akan terjadi jika isolasi sosial : menarik diri tidak di tangani, cara menghadapi isolasi sosial : menarik diri 3.1 Dorong anggota mengikuti cara merawat isolasi sosial : menarik diri 1.1 Observasi tingkah laku terkait nya (dengar / lihat / pennghidu / raba / kecap ) 2. Mengantisipasi masalah yang timbul 3. Meningkatkan kemampuan dalam perawat isolasi sosial : menarik diri 1. Mengenal perilaku pada saat halusina si timbul memudahkan perawatan 35

30 kasi waktu 4. Mengidentifikasi frekuensi 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan - Mengetahui isi - Mengetahui waktu - Mengetahui frekuensi - Mengetahui situasi kondisi yang menimbulka n jika menemukan pasien yang seg : a. Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu (dengar / lihat / pennghidu / raba / kecap) b. Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang seg dialaminya c. Katakan bahwa perawat percaya mengalami ( nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) d. Katakan bahwa ada lain yang mengalami hal yang sama e. Katakan bahwa akan membantu dalam melaksanakan intervenisi mengena1 memungkin -kan menghindar kan faktor pencetus timbulnya 36

31 6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap b. Klien menyatakan perasaan responnya saat mengalami : - Marah - Takut - Sedih - Senang - Cemas - Jengkel Jika pasien tidak seg ber, diskusikan pasien : a. Isi, waktu frekuensi terjadinya ny a (pagi, siang, sore, malam atau sering kagkag) b. Situasi kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan 6.1 Diskusikan apa yang dirasakan jika terjadi beri kesempatan mengungkapkan perasaannya 6.2 Diskusikan apa yang dilakukan mengatasi perasaan tersebut 6.1 Diskusikan 6. Sebagai dasar asuhan keperawatan 37

32 7. Melatih cara mengontrol menghardik. b Klien tindakan yang biasanya dilakukan mengendalikan nya c. Klien cara baru mengontrol nya d. Klien dapat memilih Memperagakan cara mengatasi (dengar / lihat / penghidu / raba kecap ) e Klien melaksanakan cara yang telah dipilih mengontrol nya tentang dampak yang akan dialaminya bila menikmati nya. 7.1 Identifikasi bersama cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi (tidur, marah, menyibukkan diri dll) 7.2 Diskusikan cara yang digunakan : a. Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b. Jika cara yang digunakan maladaptive Diskusikan kerugian cara tersebut 7.3 Diskusikan cara baru memutuskan/ mengontrol timbulnyahalu sinasi : a. Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidak 7. Upaya memutusk an siklus sehingga tidak berlanjut. 38

33 nyata ("saya tidak mau dengar / lihat / penghidu / raba/kecap pada saathalusina si terjadi") b. Menemui orang lain (perawat /teman /anggota ) menceritakan tentang nya c. Membuat melaksanakan jadwal yang telah disusun d. Meminta / teman / perawat menyapa jika seg ber 7.4 Bantu memilih cara yang sudah dianjurkan latih mencobanya 7.5 Beri kesempatan melakukan cara 39

34 3 Perubahan sensori persepsi : 8. Membimbing kedalam jadwal harian Sp2p 1. Memvalidasi masalah dari latihan sebelum nya 2. Melatih cara control berbincang orang lain 3. Membimbing memasukan ke dalam jadwal harian f. mau yang telah dilakukan kedalam jadwal harian a. Klien dapat mendemonstra si-kan latihan yang diajarkan sebelum nya b. Klien melaksanakan cara yang dipilih mengendalikan ny c. Klien merasa senang d. Klien bersedia yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian yang dipilih dilatih 7.1 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dilatih, jika berhasil beri pujian 8.1 Motivasi yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian 1.1 Motivasi mendemonstra -sikan latihan sebelumnya 2.1 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan latih mencobanya 2.1 Beri kesempatan melakukan yang dipilih di latih 3.1 Motivasi yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian 8. Agar terbiasa melakukan -nya 1. Untuk mengingat latihan sebelumnya 2. Upaya memutuska n siklus sehingga tidak berlanjut 3. Agar terbiasa melakukan nya 40

35 3 Perubahan sensori persepsi : 3 Perubahan sensori persepsi : S P 3p 1. Memvalidasi masalah dari latihan sebelum nya 2. Melatih cara control (yang biasa dilakukan ) 3. Membimbing memasukan ke dalam jadwal harian Sp 4 p 1. Memvalidasi masalah latihan sebelumnya 2. Mengajarkan cara kontrol a. Klien dapat mendemonstra sikan latihan yang di ajarkan sebelum nya b. Klien melaksanakan cara yang dipilih mengendalikan nya c. Klien merasa senang d. Klien bersedia yang telah di lakukan ke dalam jadwal harian a. Klien dapat mengungkapk an apa yang dirasakan b. Klien dapat Memperagakan lagi latihan sebelumnya c. Klien melaksanakan cara yang telah 1.1 Motivasi mendemonstrasikan latihan sebelumnya 2.1 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan latih mencobanya 2.1 Beri kesempatan melakukan yang dipilih di latih 3.1 Motivasi yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 1. Motivasi mengucapkan masalah mendemonstrasikan kembali latihan sebelumnya 2. Diskusikan Pasien tentang 1. Untuk mengingat latihan sebelumny a 2. Upaya memutuska n siklus sehingga tidak berlanjut 3. Agar terbiasa melakukan -nya 1. Untuk menging at latihan sebelum nya 2. Upaya memutuska 41

36 3 Perubahan sensori persepsi : minum obat (prinsip 5 benar minum obat) 3. Membimbing kedalam jadwal harian Sp lk 1. Mendiskusikan masalah yang dipilih mengontrol halausinasinya d. Klien mengerti tentang manfaat kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi efek samping penggunaan obat e. Klien mengerti akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter f. Klien bersedia yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian a. Keluarga dapat: - Menjelaskan manfaat kerugian tidak minum obat, nama,warna, dosis, cara, efek terapi efek samping penggunaan obat 3. Pantau Pasien saat penggunaan obat 4. Ben pujian jika Pasien menggunakan obat benar 5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 6. Anjurkan Pasien konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan 3.1 Motivasi yang telah dilakukan kedalam jadwal harian l.l Diskusikan masalah yang dihadapi n siklus sehingga tidak berlanjut 3. Agar terbiasa melakukan -nya 1. Mengenal masalah yang di 42

37 dirasakan dalam merawat 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, jenis yang dialami beserta proses terjadinya. 3. Menjelasan cara-cara merawat perasaannya - Menjelaskan cara merawat nya - Mendemonstrasikan cara perawatan nya - Berpartisipasi dalam perawatan nya. b. Keluarga mengerti kembali pengertian tanda gejala serta proses terjadinya nya. c. Keluarga dapat Memperagakan lagi latihan sebelumnya dalam merawat 2.1 Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, jenis yang dialami, tanda gejala, proses terjadinya, cara merawat, cara merawat anggota yang 3.1 Berikan kesempatan pada Memperagakan cara merawat hadapi memudahkan perawatan dalam melaksana -kan intervenisi 2. Mengenal perilaku pada saat timbul memudahkan perawatan dalam melaksanakan intervenisi mengena1 memungki n kan menghinda rkan faktor pencetus timbulnya 3. Mengantisipasi masalah yang timbul 43

38 4. Melatih memprakteka n cara merawat 5. Melatih melakukan cara merawat langsung pada 6. Membantu membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat 7. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat e. Keluarga mampu mempraktekkan langsung cara merawat f. Keluarga bersedia yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian g. Keluarga mengerti / memahami follow up yang telah diarahkan pada. 4.1 Diskusikan bersama mempraktekan cara merawat 5.1 Diskusikan bersama mempraktekan cara merawat 6.1. Diskusikan bersama membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat 7.1 Diskusikan follow up 4. Meningkatkan kemampuan dalam merawat harga diri rendah. 5. Mendorong akan sangat berpengaruh dalam memper cepat proses penyembu han 44

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang di ekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998) Gangguan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 5-7-2010 di Ruang larasati Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondho Hutomo Semarang diagnosa medis skizofrenia paranoid. Pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart and

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes

KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes Pengertian. Smart dan Sundeen (1995) mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Harga Diri 1.1. Pengertian harga diri Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaptif seseorang berespon terhadap marah (Townsend, M.C. 1998). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

Lebih terperinci

Konsep diri, KDK, Sal

Konsep diri, KDK, Sal KONSEP DIRI S A L B I A H, S K p Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny. V DI TANGGERANG DI SUSUN OLEH MARIA FRANSISKA 1410721043 PROGRAM STUDI PROVESI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan Proses Terjadinya Masalah Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua. BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri 2.1.1 Pengertian Harga Diri Stuart dan Sundeen (1991), mendeskripsikan harga diri (self esteem)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT tanggal upload : 28 April 2009 PENGERTIAN 1. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP) NURSING CARE PLAN (NCP) 1. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : DiagnosaMedis : No CM : Ruangan : Tgl No. Dx Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan meningkatkan keterlibatan orang lain, tetapi tidak mampu

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 desember 2010, pukul 09.00 WIB di ruang Gatot Koco Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondhohutomo Semarang, dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI Di susun oleh: 1. Andi Perdana Saputra (14.401.15.006) 2. Angellita Monica Winarno (14.401.15.007) 3. Dewi Fitri (14.401.15.026)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat yang dialami oleh setiap orang. (Kaplan, 1995). Perilaku kekerasan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,

Lebih terperinci