BAB IV PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA ANAK DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA ANAK DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 BAB IV PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA ANAK DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta belum berjalan dengan baik, karena sampai hari ini belum ada tenaga pendamping pastoral yang bekerja untuk melayani para pesien yang rawat inap di rumah sakit Sardjito. Yang ada di rumah sakit Sardjito adalah seorang rohaniawan Kristen dari Dinas Kementerian Agama Kota Yogyakarta yang selalu menjalankan tugas pelayanannya di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sesuai dengan jadwal setiap hari Rabu dan Sabtu. Jumlah rohaniawan yang melayani pasien di rumah sakit Sardjito dari agama Islam ada 14 orang, Kristen 1 orang, Katholik 1 orang, Hindu 1 orang, Budha 1 orang. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah rumah sakit umum pemerintah. Pelayanan pendampingan pastoral bagi penderita leukemia terbatas pada ruang dan waktu. Disamping penderita leukemia di saat-saat di mana sangat membutuhkan pendampingan pastoral untuk memberikan kekuatan secara rohani, namun hal ini belum bisa berjalan karena mungkin masih banyak pertimbangan dari pihak rumah sakit, bahwa penderita leukemia tidak bisa di kunjungi atau dijenguk oleh banyak orang, karena ketika ada pengunjung yang masuk keluar ruang inap dari penderita leukemia, akan membawa banyak kuman atau virus dari luar, yang akan mengganggu kekebalan tubuh dari penderita yang sementara di rawat khusus di ruangan yang sudah di steril. Ada juga karena banyak penderita leukemia berada dalam kondisi yang tidak stabil, misalnya 80

2 tidak bisa berbicara, atau sementara persiapan mau menjalani kemoterapi. Karena ini menjadi aturan paten khusus bagi penderita leukemia di ruang inap INSKA. Mereka di perlakukan khusus dalam pelayanan medis. Menurut penulis bahwa sebenarnya saat-saat seperti itulah, penderita leukemia dan orangtuanya harus mendapatkan pendampingan pastoral dari seorang pastor, karena seorang yang menderita leukemia membutuhkan suatu situasi di mana ia mendapatkan kekuatan, dalam proses penyembuhan secara holistik. A. Pandangan Penderita Leukemia Anak terhadap Pelayanan di RSUP Dr. SardjitoYogyakarta Berdasarkan hasil wawancara, para penderita leukemia anak pada umumnya mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa itu penyakit leukemia, apa penyebabnya. Sehingga ketika di bawa untuk di periksa dan hasil diagnosis menyatakan mereka positif menderita leukemia, ada rasa takut, menangis, kecewa bahkan putus asa. Karena sudah pasti mereka akan dirawat inap sesuai dengan protokol dari rumah sakit selama dua tahun. Bahkan ketika para orangtua dari anak-anak yang menderita leukemia ini di wawancarai, mereka selalu mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang apa itu penyakit leukemia, mereka takut, kuatir, kecewa dan putus asa, bahkan mereka takut kehilangan anak mereka. Orangtua dapat merasakan ketidakmampuan mereka dalam membiayai pengobatan, karena pasti membutuhkan dana yang sangat besar untuk membiayai pengobatan dan perawatan anak mereka selama menjalani pengobatan di rumah sakit untuk jangka waktu 2 tahun sesuai dengan protokol 81

3 dari rumah sakit. Orang tua berpikir tentang masa depan anak mereka yang akan tertunda, karena anak mereka harus menunda masa belajarnya di sekolah, demi pengobatan yang dijalani di rumah sakit. Orangtua berpikir tentang pekerjaan mereka akan terbengkalai karena harus menjaga dan mendampingi anak mereka yang sakit. Bahkan ada yang menyatakan kalau mereka akan dijauhi oleh temanteman sekolah atau teman bermain mereka, karena mereka menderita leukemia. Namun ada yang menceritakan bahwa mereka harus menyemangati diri mereka untuk bisa sembuh dari penyakit leukemia, karena setiap pelayanan dari RSUP Dr. Sardjito, mereka mengatakan bahwa ketika menjalani pengobatan, perawatan dray awal sampai berada di ruang rawat inap RSUP Dr. Sardjito, pelayanan dari paramedis yakni dokter dan perawat sangat baik dan bersahabat. Penderita leukemia anak di perlakukan seperti anak, teman, sahabat bahkan saudara. Penderita leukemia bisa menjadi akrab dan bersahabat dengan dokter dan perawat yang merawat mereka di bagian INSKA. Bahkan ada yang mengatakan bahwa dokter spesialisnya selalu bergurau bahkan memberikan hadiah/kado berupa tas, buku agenda harian, ketika mereka di periksa dan dilayani di ruang rawat inap. Dan menjadi semangat bagi dirinya untuk bangkit dari rasa takut, putus asa dan kecewa.walaupun mereka dalam keadaan sakit, mereka senang karena selalu ada ayah atau ibu yang setia menjaga dan mendampingi mereka setiap hari di ruang rawat inap. Melakukan pendampingan bagi penderita leukemia bukanlah hal yang mudah, dan tidak bisa dilakukan sembarangan. Seorang pendamping harus 82

4 memiliki keterampilan lebih, bahkan harus bisa memahami dan menerima keadaan mereka dengan ketulusan. Dengan kata lain, seorang pendamping pastoral yang mau menjalankan pendampingannya di rumah sakit harus memiliki sikap dasar pastoral serta keterampilan yang memadai sehingga menjadi seorang pendamping yang benar-benar memberi hidupnya untuk menjadi seorang pendamping yang aktif, kreatif, dan efektif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa selama penderita leukemia berada dan di rawat di ruang inap di instalasi rawat INSKA di RSUP Dr Sardjito, pendampingan terus dilakukan oleh orangtua/keluarga, dokter atau perawat dan rohaniawan yang bertugas di bagian INSKA. Sedangkan pendampingan pastoral dari seorang konselor belum ada, karena penderita leukemia yang Kristen jumlahnya sedikit dibandingkan dengan yang non Kristen. Sehingga yang selalu mengadakan pelayanan pendampingan dan doa di ruang instalasi rawat inap penderita leukemia anak yang Kristen adalah seorang rohaniawan yang sudah di berikan tugas untuk mendampingi seluruh pasien Kristen dan penderita leukemia yang beragama Kristen yang di rawat di RSUP Dr Sadjito. Penderita leukemia anak yang ada di RSUP Dr. Sardjito di tempatkan di ruang instalasi rawat inap INSKA yang terdiri dari Ruang Melati : 1, 2, 3, 4, 5, ruang Cempaka Mulya dan Ruang Estella 1 dan 2. Sesuai dengan data yang penulis peroleh, bahwa semakin hari jumlah penderita leukemia semakin meningkat. Menurut penulis bahwa baik pelayanan dari RSUP Dr.Sardjito dan pendampingan sudah dijalankan sesuai dengan profesi baik itu paramedis, 83

5 rohaniawan dan orangtua. Ketiganya berjalan bersamaa-sama dan memberikan suatu pelayanan yang holistik kepada penderita leuekemia anak yang mendapat perawatan selama berada di rumah sakit. Namun pendampingan pastoral dari seorang pastor belum ada. B. Pelayanan Pendampingan Pastoral terhadap Penderita Leukemia Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Dalam pelayanan pendampingan terhadap penderita leukemia anak, tentu tidak semudah seperti mendampingi penderita penyakit yang lain atau mendampingi orang dewasa. Ada banyak hambatan-hambatan yang dialami oleh seorang pendamping pastoral antara lain: 1. Penderita leukemia anak tidak bisa dikunjungi oleh pengunjung, karena penderita berada dalam ruangan khusus yang sudah diisolasi/disteril dan yang bisa berada dalam ruangan itu adalah satu orang saja, ayah atau ibu yang menjaga. 2. Penderita leukemia anak pada umumnya dipersiapkan untuk menjalani kemoterapi, sehingga pengunjung dilarang untuk masuk dan juga bersentuhan dengan penderita, karena bisa saja terjadi kegagalan menjalani kemoterapi. 3. Penderita leukemia anak, pada umumnya mereka tidak banyak berbicara, selain dengan orangtua atau perawat, dokter yang melayaninya. 4. Penderita leukemia anak pada umumnya berada dalam kondisi terminal illness. 84

6 5. Penderita leukemia anak bila mau mendapatkan pendampingan pastoral, biasanya orang tua atau keluarganya menghubungi pendetanya di mana mereka berjemaat, atau menginformasikan kepada para medis atau rumah sakit untuk mendapatkan pendampingan pastoral. Di ruang instalasi rawat inap pasien/penderita leukemia anak, tidak boleh ada yang menjenguk atau berkunjung. Penderita hanya boleh dijaga oleh satu orang, ayah atau ibu. Perawatan yang nyaman, atau perawatan paliatif, membantu penderita kanker merasa sebaik mungkin dan mengelola gejala-gejala yang berkembang. Perawatan paliatif menangani gejala, tetapi tidak ditujukkan untuk mengontrol penyakit ini. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah salah satu Rumah Sakit yang sudah memiliki tim paliatif dalam menangani penyakit kanker stadium lanjut. Pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia anak di RSUP Dr. SarjitoYogyakarta sangat penting dan harus di perhatikan. Penyakit leukemia ini adalah penyakit yang sangat ganas, dan mematikan yang dalam hitungan hari atau minggu dapat merenggut nyawa seseorang, bila si penderita kurang mendapat pertolongan dan perawatan medis. Kadang-kadang orang menganggap bahwa penyakit leukemia atau kanker darah merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Ketika orang tua, keluarga yang mengetahui bahwa hasil diagnosis terhadap anak mereka difonis menderita leukemia, pasti perasaan, pikiran dan tingkah laku mereka akan kacau dan berada dalam situasi depresi. 85

7 Kesimpulan yang dapat diambil, menurut penulis adalah bahwa RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta seharusnya memperhatikan kebutuhan spritual penderita leukemia dengan mengangkat seorang pendamping pastoral untuk membantu para penderita leukemia dan orangtuanya untuk mendapat pendampingan pastoral dengan baik. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dapat menganalisis secara baik sosialisasi kepada masyarakat secara terus menerus agar dapat memahami dan mengerti apa itu penyakit kanker pada umumnya dan penyakit leukemia atau kanker darah pada khususnya, sehingga ada kesamaan pemahaman dari masyarakat tentang penyakit leukemia atau kanker darah itu sendiri dengan gejala dan penyebabnya dan ada keberhasilan. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab II, bahwa pendampingan pastoral memiliki empat fungsi yaitu menyembuhkan, membimbing, menyokong dan memperbaiki hubungan. Empat fungsi pendampingan pastoral tadi dapat dikatakan juga sebagai terapi pendampingan pastoral. Dalam pendampingan pastoral ada dua fungsi pendampingan yang sangat cocok untuk diterapkan bagi penderita leukemia yakni : fungsi menyembuhkan dan mendukung. Dari kedua fungsi pastoral ini sangat mendukung apa yang dikatakan oleh Albert Ellis dalam rational-emotive behavior therapy (REBT) yang merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalahmasalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi dan perilaku. Karena sangat memprihatinkan ketika penderita leukemia mengalami shock, depresi, putus asa, penyangkalan akan apa yang ia alami. Di dalam dunia kesehatan, tenaga-tenaga paramedik tersebut selalu ditanamkan bahwa bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral 86

8 dari seluruh pelayanan kesehatan yang berdasakan ilmu dan kiat perawatan kesehatan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang bersifat komprehensif. Mereka yang melayani orang sakit seharusnya memahami pentingnya perhatian yang teliti terhadap semua hukum kesehatan. Dalam rumah sakit atau sanitarium, di mana perawat senantiasa bergaul dengan sejumlah besar orang sakit, diperlukan usaha yang keras supaya selalu menyenangkan dan gembira, menunjukkan perhatian penuh dalam setiap perkataan dan tindakan. Di lembaga-lembaga ini, adalah hal yang paling penting agar perawat berusaha melakukan tugasnya dengan baik dan bijaksana. Mereka perlu tetap ingat bahwa dalam tugas sehari-hari mereka sedang melayani Tuhan. Pelayanan ditujukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit yang mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Perawatan yang diberikan harus bersifat komprehensif, artinya pelayanan perawatan harus bersifat menyeluruh, karena bisa dikatakan bahwa manusia merupakan biopsiko sosial dan spiritual. Para perawat dan semua orang yang bertugas di kamar pasien haruslah gembira, tenang dan mengendalikan diri. Semua tindakan tergesa-gesa, kegemparan, atau kebingungan, harus dihindari. Pintu harus dibuka dan ditutup dengan hati-hati. 1 Kemampuan menganalisa adalah kemampuan melihat komponenkomponen yang membangun timbulnya masalah dalam hidup penderita leukemia. Bagaimana komponen yang satu berhubungan dan memengaruhi 1 Ellen G. White, Hidup Yang Terbaik (Bandung: Indonesia Publishing House, 1994),

9 komponen lainya. Sikap, perasaan, dan tingkah laku tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena saling berkaitan. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam pendampingan pelayanan terhadap penderita leukemia melibatkan berbagai unsur diantaranya para rohaniawan, dokter, perawat, keluarga, orang tua. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam bab II, mengatakan bahwa pendampingan pastoral haruslah bersifat holistik. Sebagaimana data yang telah dipaparkan dalam bab III bahwa semua penderita leukemia anak menjalani perawatan rutin selama dua tahun dengan mengikuti protokol Yogya yang disiapkan oleh RDUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Langkahlangkah yang harus dilakukan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah mensosialisasikan penyakit kanker pada umumnya, khususnya leukemia atau kanker darah kepada masyarakat. Proses sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme, misalnya seminar, loka karya, diskusi, rapat kerja, forum ilmiah dan lewat media massa. Tentu sebagai orang tua, keluarga yang setiap hari mendampingi anak mereka yang menderita penyakit leukemia, memiliki beban dan tanggung jawab yang sangat besar. Selain bagaimana orang tua menjelaskan kepada anak mereka tentang penyakit yang diderita, orang tua juga berpikir tentang biaya pengobatan selama anak mereka di rawat di Rumah Sakit, orang tua berpikir tentang sekolah dan masa depan anak mereka, orangtua berpikir tentang pekerjaan mereka yang ditinggalkan demi memberi perhatian khusus kepada anak mereka yang sakit. Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan. REBT beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memilii pikiran, perasaan dan perilaku, yang ketiganya berlangsung secara simultan. 88

10 Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan. Dalam memandang hakikat manusia, REBT memiliki sejumlah asumsi tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan itu (Ellis, 1994). Asumsi tentang hakikat manusia menurut REBT adalah sebagai berikut: 1. Pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan untuk berpikir irasional. Ketika berpikir dan berperilaku rasional dia efektif, bahagia dan kompeten. Ketika berpikir dan berperilaku irasional dia tidak efektif. 2. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari oleh individu. 3. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal dan irasional. 4. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan. Dalam proses pertumbuhannya, akan terus berpikir dan merasakan dengan pasti tentang dirinya dan tentang yang lain. Ini adalah baik dan yang itu adalah jelek. Pandangan ini terus membentuk cara pandangan yang selanjutnya. 5. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir 89

11 yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikirnya yang tepat. Dalam kaitannya dengan hal ini tujuan konseling adalah (1) menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri telah menjadi sumber hambatan emosional (2) membenarkan bahwa verbalisasi diri adalah tidak logis dan irasional dan (3) membenarkan atau meluruskan cara berpikir dengan verbalisasi diri yang lebih logis dan efisien dan tidak berhubungan dengan emosi negatif dan perilaku penolakan diri (self-defeating). 6. Perasaan dan berpikir negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal yang sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. 2 Albert Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan alasan bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan. Albert Ellis lebih tertarik pada bagaimana individu lebih memilih mengelola masalah-masalahnya dengan sistem-sistem keyakinannya ketimbang bagaimana problema-problema tersebut diperoleh. Ellis mengartikan masalah manusia sebagai hasil dari konsepsi yang keliru dan persepsi yang salah terhadap realita. Pada dasarnya masalah manusia tidak hanya berhubungan dengan apa yang mereka rasakan melainkan lebih banyak berhubungan dengan apa yang mereka pikirkan dan percayai. 2 Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM, 2006),

12 Sistem keyakinan ini pada dasarnya diperoleh individu sejak kecil dari orangtua, masyarakat atau lingkungan di mana anak hidup. Mengapa anak tidak mampu berpikir rasional? Ellis mengemukakan sebab-sebab indiividu tidak mampu berpikir secara rasional karena hal-hal berikut (Nelson-Jones) 1. Anak tidak berpikir secara jelas tentang yang ada saat ini dan yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi. 2. Anak tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain. 3. Orang tua dan masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional dan diajarkan kepada anak melalui berbagai media. Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat menyumbangkan banyak hal berhubungan dengan konseling pastoral. Karena konselor Rational- Emotive Behavior Therapy (REBT) memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien. Bahkan keterampilan konseling yang harus dimiliki konselor adalah : empati, menghargai, ketulusan, kekongkritan dan konfrontasi. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Dalam membangun hubungan tersebut komunikasi tercipta secara emosional dan akal sehat, yang memberikan kemungkinan bagi manusia menikmati persekutuan batin dengan orang lain. Orang dapat memahami diri sendiri dan orang lain, bila komunikasi itu membangun hubungan atau relasi yang intim dan mesra, sehingga dalam komunikasi tersebut kebutuhan setiap orang dapat terpenuhi. Hampir semua individu tahu bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah memelihara hubungan sosial dengan sesamanya, dan di dalam suatu lingkungan masyarakat, setiap orang pasti membutuhkan keberadaan orang lain. Sosialisasi 91

13 menumbuhkan kemampuan seseorang dalam membina berbagai hubungan, sehingga diharapkan muncul perkembangan sosial yang positif dan sehat pada setiap manusia yang membentuk mentalitas. Manusia adalah mahluk yang membutuhkan orang lain untuk beradaptasi. Hal ini disebabkan karena setiap manusia memiliki keterkaitannya atau hubungan sehingga berdampak pada kelangsungn hidupnya. Inilah proses kehidupan manusia. Adanya suatu keterkaitan antara satu dengan yang lain yang terbentuk dalam suatu komunitas hidup bersama, memiliki muatan-muatan emosional sehingga melahirkan kehidupan yang sejalan. Hubungan hidup secara horizontal merupakan suatu tindakan dalam rangka menjalin kekerabatan dengan menyatukan berbagai budaya yang ada. Faktor ekonomi keluarga merupakan bagian dari proses kehidupan. Manusia akan tetap bertahan hidup ketika ia berada pada posisi ekonomi yang cukup memadai. Berdasarkan fakta deskripsi kasus yang ada jelaslah bahwa penderita leukemia anak berada pada kehidupan keluarga ekonomi menengah ke atas, ini berarti segala bentuk pengobatan yang mau dilakukan ataupun akan dilakukan untuk proses kesembuhan dari penderita leukemia akan tercukupi oleh keluarganya. Keseimbangan hidup yang sebenarnya menuntut besarnya pengeluaran dalam keluarga bukanlah penghalang dalam proses penyembuhan dan terapi yang dilakukan. Penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta, dan dengan usaha lainnya secara jelas menyatakan bahwa orang tua penderita leukemia benar-benar siap untuk melakukan pengobatan medis sampai pada tingkatan pengobatan terakhir. 92

14 Banyak penderita leukemia yang awalnya terpuruk oleh guncangan jiwa yang datang setelah diagnosis. Bagaimana diagnosis leukemia dan rencana tindakannya sudah menimbulkan dampak psikologi pada penderita leukemia. Betapa penting disadari bahwa orang yang sedang sakit adalah berada dalam keadaan krisis. Mengapa demikian? Pertama-tama karena tubuh mereka tidak dapat berfungsi dengan baik. Kebiasaan-kebiasaan yang dapat dilakukan atau dikerjakan menjadi tidak dapat dilakukan lagi. Mereka berada di dalam situasi yang tidak biasa/abnormal. Apalagi bila harus menjalani perawataan di Rumah Sakit. 3 Pemulihan yang diharapkan mengharuskan konselor dapat menciptakan situasi psikologis yang menyebabkan konseli merasa aman, merasa ada perhatian, kepedulian dan perlakuan yang menyenangkan. Situasi psikologis diciptakan berdasarkan kebutuhan konseli, sehingga konselor harus dapat mengembangkan kemampuannya, baik dalam penampilan fisik seperti cara menyapa, air muka yang menyenangkan, pandangan mata, gerak tangan, anggukan kepala, yang semuanya merupakan wujud dari perilaku konselor untuk menimbulkan rasa puas terhadap setiap layanan konseling. 4 Dalam analisis psikologis, para psikolog pada umumnya memperhatikan beberapa hal misalnya emosi atau perasaan. Contoh: rasa takut, cemas, kuatir semua berakar pada emosi kegelisahan. Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi 3 Totok Soemartha & Aart M. Van Beek, Mendampingi Orang Sakit (Yogyakarta: RS. Bethesda, 1984), J.D. Engel, Konseling Dasar dan Pendampingan Pastoral (Salatiga: Widya Sari Press, 2003),

15 dapat diartikan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. 5 Pada dasarnya pertumbuhan hidup setiap orang akan terbentuk dari mental dan spiritualnya sendiri. Pembentukan mental dan spiritual ini berlandaskan pada kejiwaan manusia itu sendiri, artinya dalam perkembangan hidup yang berkelanjutan manusia diharapkan mampu memiliki pola berpikir yang baik sehingga segala sesuatu dapat berjalan sebagaimana mestinya. Proses inilah yang akan menentukan jalannya suatu kehidupan. Kehidupan yang didasari pada kepribadian yang bersih sehingga menghasilkan pola tindak dan pola pikir yang dapat menjawab kebutuhan. Tindakan orang tua untuk tetap menghadirkan teman-teman bermain dan teman-teman sekolah dan orang terdekatnya telah membantu penderita leukemia dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya. Sehat secara psikologis diperoleh melalui proses perkembangan yang diberikan dalam bentuk pola asuh yang baik dari lingkungan (seperti orang tua, kerabat, masyarakat lingkungan sekitar, para pendidik, pemuka agama dan lainlain) sehingga dapat membentuk perilaku yang baik, santun, bertanggungjawab, dan memiliki wawasan yang postif. 6 5 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta:Rineke Cipta, 1999), 1. 6 Arie Arumwardhani, Psikologi kesehatan (Yogyakarta : Galangpress, 2011),

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah A. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional KONSEP DASAR Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Setiap aktivitas yang dilakukan tentu memerlukan komunikasi. Tidak terkecuali seorang

Lebih terperinci

BAB III. PELAYANAN KESEHATAN BAGI PENDERITA LEUKEMIA di RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB III. PELAYANAN KESEHATAN BAGI PENDERITA LEUKEMIA di RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB III PELAYANAN KESEHATAN BAGI PENDERITA LEUKEMIA di RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Adanya suatu Rumah Sakit tidak terlepas dari tujuan dan mission dari organisasi yang mendirikannya. Maka ada Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Mengompol merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anakanak yang berusia di bawah lima tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mampu melakukan pengendalian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab BAE~ I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakaog Masalah Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah saat ini menuntut siswa untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah satu karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, bahkan diperkirakan jumlah penderita kanker di dunia naik. kanker dan 25 juta hidup dengan kanker.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, bahkan diperkirakan jumlah penderita kanker di dunia naik. kanker dan 25 juta hidup dengan kanker. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kanker dewasa ini dirasakan semakin menonjol dibandingkan dengan masa 40 tahun yang lalu.semakin tahun penderita kanker di dunia terus bertambah. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global Action Againts Cancer (2006) dari WHO menyatakan bahwa angka kematian akibat kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari hari merupakan sarana yang penting untuk menjalin relasi dengan orang lain. Komunikasi juga dapat memberikan pertukaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan masalah perkembangan dan memiliki karakteristik dan. kebutuhan yang berbeda dengan anak perkembangan normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan masalah perkembangan dan memiliki karakteristik dan. kebutuhan yang berbeda dengan anak perkembangan normal lainnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parenting adalah adalah sebuah proses aksi dan interaksi antara orang tua dan anak, dimana dalam proses tersebut, keduanya dapat saling mempengaruhi (Bro ok, 2008).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pasien 2.1.1. Definisi Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa senang; perihal (hal yang bersiap puas, kesenangan, kelegaan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

PALLIATIVE CARE HENDRA

PALLIATIVE CARE HENDRA PALLIATIVE CARE HENDRA LUKA KANKER LUKA KANKER LUKA KANKER Back ground Perawatan paliatif dari bahasa Latin palliare, untuk jubah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Beberapa kanker seperti kanker serviks dan kanker payudara adalah pembunuh terbesar bagi wanita. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kronik merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psiologis dan kognitif dalam melakukan fungsi harian, atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara Indonesia. Berdasarkan data tahun 2001

Lebih terperinci

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga Pendahuluan Pusat perhatian pelayanan kesehatan : - Core : Pasien - Cure : Pengobatan - Care : Perawatan Pada kondisi dimana pasien telah berada pada stadium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA

BAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA BAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA 2.1. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak perkembangan zaman dan pembangunan dewasa ini, menjadi faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan mental spiritual sehingga penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai menulis tentang fenomena yang terus-menerus tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Rumah sakit tidak membedakan pelayanan terhadap orang sakit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA 79 BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA A. Analisis Proses Konseling dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya Dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan padanya. Rumah sakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu misteri yang dijalani seseorang. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas. 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab berikut dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan peneltian dan manfaat penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan 100 BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan Hasil yang dapat diketahui dari pelaksanaan metode SEFT Total Solution dalam menangani

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek Spiritual itu sendiri pada tahun tahun awal praktek keperawatan telah menjadi sentral dari perawatan bahkan lebih dari satu abad yang lalu Florence Nightingale

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman terhadap gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan HUBUNGAN HOSPITALISASI BERULANG DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH YANG MENDERITA LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG MELATI 2 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3 sebagai penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Prevalensi kanker nasional yaitu 1,4 per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam menjalin hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam menjalin hubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan sesama tidak dapat dielakkan, karena manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Public Relations adalah sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi

Lebih terperinci