Pusaka BERITA. Dalam aturan, kami dengar hutan sagu dan tempat keramat tidak ditebang tetapi semua sudah habis. Aturan itu tipu saja...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pusaka BERITA. Dalam aturan, kami dengar hutan sagu dan tempat keramat tidak ditebang tetapi semua sudah habis. Aturan itu tipu saja..."

Transkripsi

1 Edisi IV Oktober 2013 BERITA Pusaka Kompleks Rawa Bambu I, Jl. B No. 6 B, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia. Telpon/Fax: Serikat Tani Sepakat Garap Lahan Malam itu, tanggal 17 oktober 2013, seluruh pengurus dan anggota Serikat Tani Magantang Tarung, Kampung Mantangai Hulu, Kabupaten Kapuas, berembug dirumah salah satu anggota. Diskusi malam itu berlangsung sengit, seluruh anggota, perempuan maupun lakilaki diberi kesempatan mengeluarkan pendapat, untuk bersama menentukan sikap atas sengketa lahan warga dengan perkebunan sawit PT Usaha Handalan Perkasa. Basri HD, yang didapuk sebagai Ketua Serikat Tani, melalui selulernya mengabarkan, pertemuan itu dilakukan untuk menyatukan pandangan dan sikap anggota menyikapi persoalan sengketa lahan pasca kunjungan pihak TRIPIKA Mantangai ke lokasi tanggal 15 Oktober Pihak TRIPIKA terdiri dari: Camat Mantangai beserta staf, Danramil, sekretaris Kadamangan yang merangkap Humas Perusahaan, serta Polsek Mantangai. Camat Mantangai, meminta warga yang berladang di Sei Hambiye menerima tali asih (ganti rugi) dari perusahaan. Basri, tidak menerima begitu saja tawaran itu. Ia memilih melakukan musyawarah dengan warga untuk mengambil keputusan bersama. Hasil pertemuan seluruh anggota memutuskan untuk tetap menggarap lahan di Sei Hambiye, dalam waktu dekat, secara serentak kami akan menanam benih padi dengan cara Manugal. Jelas Basri. Sikap itu diambil, karena proses penyelesaian sengketa melalui jalur pemerintah sejauh ini kebijakannya belum menunjukan tanda-tanda keberpihakan kepada warga. Selain itu, lahan tersebut sudah menjadi lahan pertanian warga jauh sebelum perusahaan sawit datang. Dilokasi tersebut, Serikat Tani menargetkan penggalian parit sepanjang dua kilometer, dan sejauh ini panjang galian baru mencapai 300 meter. Kini, bibit pisang dan bibit karet sudah ditanam, sebagian warga juga sudah menanam benih padi gunung jenis geragai. (AP) Pemetaan Tanah Adat Prioritas Pemerintah Sekitar 70 orang tokoh-tokoh masyarakat dari lima kampung, yakni: Kampung Baad, Wayau, Zanegi, Koa dan Kaiza, keseluruhannya di Distrik Animha, Kabupaten Merauke, mengikuti Lokakarya Pemetaan Tanah Adat, di Kampung Wayau, yang berlangsung selama dua hari, 21 dan 22 Oktober Hadir pula dalam lokakarya perwakilan kampung tetangga yang berbatasan, yakni: Kampung Kaliki, Distrik Kurik dan Kampung Muting, Distrik Muting. Lokakarya ini dilaksanakan kerjasama PUSAKA, YASANTO, JKPP Bogor dan WWF di Merauke, serta Pemkab Merauke. Efendi Kanan, Kadis Kehutanan dan Perkebunan, yang membuka Lokakarya tersebut mengatakan pemetaan tanah adat adalah prioritas pemerintah daerah Merauke dan penting dilakukan untuk memperjalas batas-batas hak tanah adat. Peta tanah adat penting agar berguna bagi masyarakat saat ini hingga generasi anak cucu nanti mengetahui batas-batas pemilikan tanah adatnya sehingga tidak terjadi konflik, jelas Efendi Kanan. Diakui oleh Efendi, pemetaan tanah adat tidak gampang, prosesnya bisa berulang-ulang, namun harus difasilitasi oleh Pemerintah Daerah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Otsus Papua dan Perdasus Papua tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Papua. Pada akhir kegiatan lokakarya, disepakati fasilitasi pemetaan tanah adat dimulai dari Kampung Zanegi dan Wayau, pada tahap pertama, menyusul Kampung Koa, Kampung Baad dan Kaiza. Jago Bukit dari YASANTO, menjelaskan fasilitasi pemetaan untuk lima kampung akan dilakukan pada bulan Oktober hingga November Diperkirakan kegiatan survei pengambilan data dan penggambaran peta berakhir pada bulan Desember 2013 (Ank, Okt 2013) Dalam aturan, kami dengar hutan sagu dan tempat keramat tidak ditebang tetapi semua sudah habis. Aturan itu tipu saja... PT. Nabire Baru Membongkar Hutan Adat Suku Yerisiam, Nabire. Masyarakat di Kampung Sima dan Wami, Distrik Yaur, Nabire, tidak dapat mengendalikan aktifitas perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Nabire Baru, yang terus memperluas pembongkaran hutan adat setempat untuk perkebunan kelapa sawit. Pemerintah Kabupaten Nabire memberikan izin lokasi seluas ha untuk PT. Nabire Baru. Meskipun belum ada AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) tetapi perusahaan asal Singapura tersebut sudah membongkar hutan ribuan hektar. Demianus, tokoh pemuda setempat mengungkapkan Masa depan saya sudah hancur. Kapan kayu bisa tumbuh lagi. Dalam aturan, kami dengar hutan sagu dan tempat keramat tidak ditebang tetapi semua sudah habis. Aturan itu tipu saja. Kalau kami hitung-hitung semua, perusahaan mampu bayar kami ka. Kepala Suku Yeirsam, Simon Petrus Hanebora, telah meminta pemerintah menutup aktifitas perusahaan PT. Nabire Baru, karena aktifitas perusahaan yang menggusur, merusak dan menghilangkan hutan adat masyarakat setempat, serta telah menimbulkan konflik diantara masyarakat. Penebangan hutan sudah masuk hingga areal keramat, dusun sagu dan pinggiran pantai. Ribuan pohon kayu putih dan rotan yang memiliki nilai komersial diterlantarkan dan dikuburkan begitu saja. Sedangkan kayu merbau diburu dan dijual, ungkap Hanebora. Terjadinya penyimpangan perusahaan dan pengrusakan hutan ini diperkirakan melibatkan pemerintah provinsi Papua dan Pemerintah Daerah Nabire, yang melakukan persokongkolan dan membiarkan aktifitas perusahaan. Perusahaan juga menggunakan pendekatan keamanan (TNI dan Brimob) dalam menjaga dan mengamankan aktifitas perusahaan. Masyarakat setempat enggan dan takut untuk melakukan protes. (Ank, Okt 2013) Menambang Tanpa Ijin di Hutan Lindung Perusahaan PT. Madinah Qurataain (MQ) melakukan kegiatan pertambangan dan pembangunan landasan pesawat di kawasan hutan lindung tanpa ada ijin dan tidak memiliki dokumen AMDAL. Diketahui kawasan hutan tersebut berada di Kampung Nomouwodide, Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. Perusahaan MQ tidak sendirian, tetapi bekerjasama dengan sebuah perusahaan asal Australia yaitu West Wits Mining, Ltd, dalam melakukan kegiatan pembangunan landasan pesawat. Di daerah ini pula, pihak perusahaan terlibat menjadi pemodal dan penggerak eksploitasi pertambangan emas oleh rakyat yang berlangsung disepanjang Sungai Degeuwo. Ketua Dewan Adat Daerah Paniyai, John NR. Gobai, meminta Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua untuk menurunkan tim dan menghentikan kegiatan yang dilakukan dalam Kawasan Hutan Lindung oleh PT. Madinah Qurataain, karena diduga mereka melakukan kegiatan di hutan tanpa ijin. (Ank, Okt 2013) 1

2 PT. SIS Menggusur Tempat Penting Orang Malind Orang Malind mempunyai kearifan tradisional untuk melindungi tempat-tempat yang dianggap penting. Tempat penting tersebut mempunyai nilai sejarah, sosial budaya dan ekonomi, seperti: jalur perjalanan leluhur, tempat peninggalan yang keramat, kuburan leluhur, kampung tua dan dusun sagu. Ketua WWF Merauke, Lienke Rahawarin, dalam Lokakarya Pemetaan Partisipatif di Kampung Wayau, Distrik Animha, Merauke, (21/10/2013) menyampaikan hasil pemetaan tempat penting Orang Malind di Kampung Zanegi. Ditemukan ada sekitar empat dari 10 tempat penting yang hilang milik Orang Malind di Kampung Zanegi. Menurut Amandus Gebze, tokoh masyarakat Zanegi, tempat penting dusun sagu digusur oleh perusahaan hutan tanaman PT. SIS (Selaras Inti Semesta) yang beroperasi di Kampung Zanegi. Pada tahun 2012 dan 2013, PT. SIS membongkar hutan dan menggusur dusun sagu yang ada disekitar rawa kali Watkind. Nama tempat dusun-dusun sagu tersebut, antara lain: kakor, nggatifik, doga, kemabus, okas, galti, ogati dan kombadi. Penggusuran tempat penting bertentangan dengan rekomendasi Gubernur Papua untuk melindungi tempat penting dan bernilai konservasi tinggi. Juga berarti, perusahaan tidak menghormati hakhak dan pengetahuan ekonomi sosial budaya masyarakat. Warga tidak dapat berbuat dan berharap ada kehendak pemerintah untuk menegakkan hukum. (Ank, Okt 2013) Buah Sawit PT RASR Diamankan Warga Masyarakat korban perampasan lahan perkebunan kelapa sawit PT. Rezeki Alam Semesta Raya ( PT RASR ) di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan tengah, mengamankan empat buah perahu klotok yang mengangkut buah sawit dari kebun PT RASR. Sejak jumat (4/10/2013), buah sawit dengan bobot sekitar 28 ton itu teronggok di depan kantor Polsek Mantangai. Aksi penahanan itu, merupakan sikap masyarakat atas hasil kesepakatan dengan Bupati Kapuas yang tertuang dalam berita acara pada tanggal 17 September lalu. Dalam berita acara itu tertuang, bahwa PT RASR diberi kesempatan satu minggu untuk melakukan panen. Perusahaan sendiri yang telah melanggar kesepakatan. Sudah lebih dari satu minggu mereka tetap melakukan panen, jadi kami amankan buah sawit itu kemudian kami serahkan kepada pihak kepolisian, kata Misradi, warga Sei Ahas. Warga sudah melaporkan aksinya dan pelanggaran yang dilakukan RASR kepada pihak polsek Mantangai, namun tidak ada tanggapan. Sebaliknya, pihak Wakapores Kapuas datang dan mendesak warga agar membiarkan buah itu diangkut untuk dijual oleh perusahaan. Warga menolak permintaan Pak Wakapolres, sebelum masalah ini selesai, buah sawit tetap kami tahan dan jika tidak ada keputusan maka kami akan membawa buah sawit itu ke halaman kantor Bupati Kapuas, kata Misradi. Masyarakat hingga saat ini masih berjaga-jaga disekitar polsek Mantangai. Sebagian melakukan pemantauan diperkebunan sawit. (AP) Warga Handel Sei Nyamuk Melayangkan Surat Protes Kepada Bupati Kapuas Sebanyak 27 Warga Handel Sei Nyamuk, Desa Palingkau Baru, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, melayangkan Surat Kepada Bupati Kapuas, pada 11 Oktober Surat tersebut memuat sikap penolakan dan protes wagra terkait keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Semangat Usaha Agro (SUA), yang mendapatkan Ijin Lokasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kapuas Nomor 186 tahun 2012, tanggal 30 Januari 2012, dengan luas areal hektar, yang lokasinya tersebar di empat kecamatan, yakni: Kecamatan Kapuas Timur, Kapuas Hilir, Pulau Petak dan Kapuas Murung Warga meminta Bupati Kapuas mencabut izin perusahaan SUA, alasannya areal perkebunan kelapa sawit SUA berada dalam areal pertanian masyarakat di Handel Sei Nyamuk dan mengancam mata pencaharian di bidang pertanian, lingkungan, sosial dan budaya. (Ank, Okt 2013) Perusahaan Kelapa Sawit Menggusur Hutan Papua Skenario pemerintah Provinsi Papua untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit guna mendukung gagasan pembangunan ekonomi rendah karbon dan pengurangan emisi karbon di tanah Papua, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Justeru menimbulkan keresahan dan konflik yang mengorbankan masyarakat dan memperparah kerusakan hutan. Sebabnya, perusahaan kelapa sawit yang datang ke kampung tidak memanfaatkan lahan hutan sekunder yang rusak dan tidak produktif sebagaimana dikehendaki pemerintah. Sebaliknya yang terjadi menggusur hutan alam, merusak kawasan bernilai budaya dan konservasi tinggi, tidak menghargai hak-hak masyarakat, pemberian ganti rugi yang tidak layak, terjadi praktik kekerasan dan bersikap diskriminatif terhadap pekerja penduduk asli Papua. Silvester Ndiken, warga Kampung Muting, Distrik Muting, Merauke, mengabarkan aktivitas perusahaan sawit PT. Berkat Cipta Abadi dan PT. Bio Inti Agrindo, yang beroperasi didaerah Muting dan Ulilin, mereka menggusur dan menggunduli hutan alam dan daerah sekitar hutan keramat untuk perkebunan kelapa sawit, ungkap Silvester. Di Nabire, perusahaan kelapa sawit PT. Nabire Baru menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat Suku Yerisiam, perusahaan menggusur dan merobohkan pohon di hutan keramat, dusun sagu hingga ke daerah pinggiran pantai. Perusahaan juga mengambil pohon merbau. Padahal perusahaan belum mempunyai AMDAL. Hal tersebut disampaikan oleh John Gobai, Sekretaris Dewan Adat Papua, melalui surat elektronik. Situasi hutan dan masyarakat suku Yerisiam sangat memprihatinkan dan tidak ada pertanggung jawaban dari perusahaan, tulis John Gobai. Berdasarkan info data PUSAKA, hingga tahun 2013, sudah ada puluhan perusahaan kelapa sawit yang mendapatkan Izin Lokasi untuk beroperasi di tanah Papua. Di Provinsi Papua, sudah ada 59 perusahaan yang mendapatkan izin lokasi dengan luas lahan konsesi ha, sebagian besar sudah beroperasi di Merauke dan Boven Digoel. Di Provinsi Papua Barat, sudah ada 17 perusahaan yang mendapatkan Izin Lokasi dengan luas lahan konsesi ha. Umumnya perusahaan perkebunan kelapa sawit di Papua dikuasai perusahaan besar dan modal asing, seperti: Korindo Group, Daewoo International, Medco Agro Group, Rajawali Group, Sinar Mas Group, Noble Group, Wilmar International Group, Musim Mas Group, Austindo Nusantara Jaya Group. (Ank, Okt 2013). Lokasi 1. Jayapura 2. Sarmi 3. Keerom 4. Serui 5. Nabire 6. Mimika 7. Merauke 8. Boven Digoel 9. Manokwari 10. Sorong 11. Sorong Selatan 12. Bintuni 13. Fakfak ε Perusahaan 8 PT 1 PT 3 PT 25 PT 16 PT 7 PT 4 PT Luas (Ha)

3 Perusahaan Gagal Menghormati Hak Masyarakat Adat Malind Guru ke Kota, Siswa SD Koa Tidak Sekolah Guru-guru SD di Kampung Koa, Distrik Animha, Merauke, pergi ke kota Merauke semenjak Juli 2013 dan belum kembali hingga akhir Oktober Akibatnya aktifitas belajar para siswa SD terhenti. Para siswa di Kampung Koa hanya bermain-main sepanjang hari dan pergi ikut membantu orang tua di bevak. Ada lima orang guru yang bertugas di satu-satunya SD di Kampung Koa, tetapi tidak ada satupun dari guru-guru tersebut mengabarkan keberadaannya, termasuk Kepala Sekolah. Hal ini diinformasikan Primus Gebze, Kepala Kampung Koa, Distrik Animha, Kabupaten Merauke, Papua. Alasan yang sering digunakan para guru ke kota adalah bertemu keluarga. Padahal sudah disiapkan rumah untuk guru dan keluarga, tetapi tidak ada guru dan keluarga yang tinggal. Seringnya guru meninggalkan tugas mengajar mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan siswa yang tidak mengalami perkembangan berarti. Diketahui kebanyakan siswa di Kampung Koa masih belum bisa membaca dan menulis. (Ank, Okt 2013) Kampung Zanegi Tanpa Petugas Kesehatan Warga Kampung Zanegi mengeluhkan tidak adanya petugas kesehatan di kampung sehingga warga kesulitan mendapatkan perawatan dan obat-obatan saat sakit, utamanya kejadian mendadak sakit, seperti gangguan saluran pernafasan, demam tinggi dan malaria, yang seringkali dialami warga. Pustu di Kampung Zanegi, Distrik Animha, Kab. Merauke, sudah kosong tiga bulan terakhir. Petugas sebelumnya pindah ke Kampung Baad dan belum ada pengganti hingga saat ini. Bulan September lalu, Komnas HAM Jakarta berkunjung ke Kampung Zanegi untuk menyelidiki kasus busung lapar dan meninggalnya lima anak di Zanegi. Namun kunjungan tersebut nampaknya tidak mempengaruhi sikap dan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Kita pasrah saja dan berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap kami, ungkap Bonafasius Gebze. Masyarakat Zanegi juga tidak mengandalkan bantuan kesehatan dari perusahaan PT. SIS, yang beroperasi disekitar kampung. Tidak bisa diharapkan, kata Bonafasius Gebze. (Ank, Okt 2013) Gizi Buruk di Koa Warga Kampung Koa, Distrik Animha, melaporkan adanya empat orang anak yang sedang mengalami gizi buruk. Tidak ada informasi penyebab terjadinya gizi buruk. Terlihat kondisi badan mereka masih sangat lemah. Petugas Kesehatan juga tidak melakukan pemeriksaan intensif dan berkala untuk pemulihan kesehatan anak gizi buruk di Koa. Perawat yang bertugas di Kampung Koa juga jarang di Kampung. Pustu yang baru dibangun tahun 2012 lalu, tidak pernah dimanfaatkan. Perawat sekali-kali datang ke Koa, kata Primus Gebze, Kepala Kampung Koa. Menurut petugas kesehatan di Puskesmas Distrik Animha, petugas kesehatan di Distrik Animha sangat minim sekali dan hanya ada satu dokter umum yang bertugas di Puskesmas. Pelayanan ke kampung dilakukan pada waktu tertentu atau berkala. (Ank, Okt 2013) Forest Peoples Programme, Pusaka dan Sawit Watch, meluncurkan laporan berjudul Manis dan Pahitnya Tebu: Suara Masyarakat Adat Malind dari Merauke, Papua. Laporan ini diluncurkan bersamaan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia, 16 Oktober Organisasi Pangan dan Pertanian PBB memberikan tema Hari Pangan Sedunia, Sistem Pangan Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi. Laporan ini mengkaji sejauh mana hak atas Keputusan Bebas, Didahulukan dan Diinformasikan masyarakat adat Malind dari Merauke di Provinsi Papua, Indonesia, dihormati oleh perusahaan perkebunan tebu PT. Anugrah Rejeki Nusantara (PT ARN) milik Wilmar Internasional, dalam konteks proyek Merauke Integrated Food & Energy Estate (MIFEE) seluas 2 juta hektar yang disponsori pemerintah. Temuan-temuan penting dari laporan ini adalah perusahaan tebu, kelapa sawit dan kayu yang beroperasi di Merauke gagal menghormati hak masyarakat adat Malind untuk menentukan dan memutuskan secara bebas pemanfaatan lahan berdasarkan informasi yang memadai. Peraturan perundangan nasional dan lokal tidak dilaksanakan atau ditafsirkan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan pemerintah, secara inheren bertentangan dengan standar hak asasi manusia internasional. Perkembangan proyek MIFEE yang ada menunjukkan sistem ketahanan pangan masyarakat Malind terancam oleh maraknya konversi lahan menjadi perkebunan monokultur tanpa adanya jaminan perlindungan yang memadai terhadap mata pencaharian mereka yang berbasis hutan, baik dari negara atau perusahaan. Rekomendasi dari laporan ini meminta pemerintah Indonesia segera menghentikan setiap bagian dari proyek yang dapat mengancam kelangsungan budaya masyarakat yang terkena dampak dan memberikan dukungan segera kepada masyarakat adat yang dirancang dengan partisipasi dan persetujuan mereka yang telah terampas sumber penghidupannya, melakukan reformasi kebijakan yang mengakui hak masyarakat adat di Papua untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan bebas, didahulukan dan diinformasikan mereka terhadap setiap proyek yang mempengaruhi tanah, wilayah dan sumber daya mereka. (Ank, Okt 2013) Laporan ini tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. (Lihat: asweetnessundodeathmifeeindonesiabahasaindonesia2.pdf ) sistem ketahanan pangan masyarakat Malind terancam oleh konversi lahan menjadi perkebunan monokultur tanpa adanya jaminan perlindungan yang memadai terhadap mata pencaharian mereka Hari Pangan Dunia: Kepedulian Terhadap Kemiskinan dan Kelaparan Setiap tanggal 16 Oktober, diperingati sebagai hari Pangan Sedunia. Tanggal 16 Oktober ini berasal dari tanggal didirikannya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang didirikan tahun Semenjak tahun 1981, FAO membuat berbagai tema untuk perayaan hari pangan sedunia dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap permasalahan kemiskinan dan kelaparan yang sangat terkait erat dengan pangan. Pada tahun 2013 ini, FAO memberikan tema hari pangan dunia, yakni: "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi". Pemerintah pusat hingga daerah mempunyai berbagai macam slogan tema untuk memperingati hari pangan, seperti: meningkatkan kemandirian pangan, membangun kedaulatan pangan, mengusahakan keamanan pangan, memberi makan dunia. Slogan ini akan sangat berarti jika ada kebijakan program dan aksi nyata untuk rakyat kecil dan miskin. 3

4 Hak Menguasai Negara bukan bermakna negara memiliki, tetapi pengertiannya adalah negara merumuskan kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad), pengurusan (bestuurdaad), pengelolaan (beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudendaad) Kembalinya Praktik Feodalisme Negara dalam UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani Tim Advokasi Hak Asasi Petani, gabungan organisasi masyarakat sipil di Jakarta memohon Mahkamah Konstitusi untuk melakukan Uji Material (Judicial Review) terhadap Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang disahkan oleh DPR RI pada 9 Juli Pasalnya, pada bagian ketentuan menimbang Undang-Undang tersebut, tidak memasukkan persoalan tanah sebagai permasalahan petani sehingga undang-undang a quo tidak secara komprehensif mengupayakan redistribusi tanah kepada petani. Itupun dalam Pasal 59 Undang-Undang a quo, tanah yang diredistribusikan kepada petani tidak menjadi Hak Milik petani, melainkan hanya berupa Hak Sewa, Izin Pengusahaan, Izin Pengelolaan, atau Izin Pemanfaatan. Persoalan lahan pertanian atau lebih tepatnya tanah yang dimiliki adalah permasalahan utama dari petani Indonesia, namun persoalan tanah justeru tidak masuk dalam konsiderans Undang-Undang tersebut, tulis Tim Advokasi Hak Asasi Petani dalam Surat Pernyataan, 11 Oktober Ketentuan pemberian Hak Sewa kepada petani juga melanggar prinsip dari Hak Menguasai Negara, karena berarti menjadikan negara menjadi pemilik tanah yang tanahnya disewa oleh petani. Seharusnya Hak Menguasai Negara bukan dalam makna negara memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa negara merumuskan kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan pengurusan (bestuurdaad), melakukan pengelolaan (beheersdaad), dan melakukan pengawasan (toezichthoudendaad), ungkap Tim Advokasi. Petani menyewa tanah kepada negara adalah suatu konsep yang menghidupkan kembali praktek feodalisme, yang mana negara menjadi tuan tanah dan petani menjadi penggarap. Konsep sewa menyewa akan menyulitkan untuk memperoleh penghidupan yang layak karena mengingat petani sebagai kelompok rentan yang tidak akan mampu membayar sewa. Pembatasan hak atas tanah melalui redistribusi tanah berdasarkan hak sewa dan izin merupakan bentuk dari tidak adanya upaya negara melakukan redistribusi tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pandangan tersebut dan situasi kemiskinan petani maka Tim Advokasi Hak Asasi Petani melakukan Uji Materi atas UU No. 19 tahun 2013 tersebut. Di tingkat akar rumput, banyak petani yang tidak mengetahui ketentuan yang baru ditetapkan oleh DPR pada Juli Padahal ketentuan tersebut akan berdampak pada kehidupan petani. (Ank, Okt 2013) Komite CERD PBB Menyoroti Proyek MIFEE Alexei Avtonomov, Ketua Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial (CERD) PBB menyoroti dugaan pengaruh negatif proyek MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate), dikarenakan dampak dari aktifitas puluhan perusahaan yang beroperasi di Merauke. Alexei Avtonomov dalam surat resminya kepada Triyono Wibowo, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia pada PBB, pada akhir Agustus. Avtonomov mengatakan komite akan mempertimbangkan situasi orang-orang Malind dan masyarakat adat di Merauke, serta dugaan efek negatif yang berlangsung pada kehidupan mereka akibat perampasan secara massif oleh MIFEE dan kegagalan negara untuk mengimplementasikan UU Otonomi Khusus Papua. Sebelumnya, pada akhir Juli 2013, sedikitnya 27 organisasi sipil yang berbasis di Indonesia, Inggris dan Jerman menyurati komite yang berbasis di Jenewa, Swiss tersebut, yang mendesak secara resmi komite untuk PBB tersebut mempertimbangkan situasi masyarakat adat Malind yang terampas lahan-lahannya akibat proyek MIFEE. (Ank, Okt 2013) REDD Berpotensi Hilangkan Akses Perempuan Terhadap Hutan Proyek REDD telah membatasi akses kaum perempuan untuk mengelola dan memanfaatkan hasil hutan. Hal ini dialami dan disampaikan oleh Herlina (22 thn) asal Kampung Sei Ahas, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas. Herlina menyampaikan adanya proyek KFCP di Desa Sei Ahas, membuat kaum perempuan sudah tidak bisa lagi mengelola hutan, padahal hutan bagi kami memiliki fungsi ekonomi, sosial dan budaya, ungkap Herlina pada acara dialog dengan Tim Penyusun STRADA REDD plus, Senin (21/10/13) di kantor Sekber REDD plus, Palangkaraya. Kaum perempuan disekitar proyek KFCP juga tidak banyak dilibatkan dalam pengambilan keputusan soal proyek REDD. Winda F Karotina, aktifis elspa (Lembaga Solidaritas Perempuan dan Anak) Kalteng, pada pertemuan dengan tim penyusun STRADA REDD plus menyampaikan pandangan dan mendesak untuk mengintegrasikan standar perlindungan perempuan ke dalam STRADA. Kami menganggap bahwa tim penyusun Strada REDD Plus belum memuat poin-poin yang melindungi hak-hak perempuan, agar kebijakan yang dihasilkan mampu melindungi hak-hak perempuan, maka standar perlindungan yang disusun berdasarkan pengalaman perempuan akar rumput ini harus diintegrasikan dalam strada, tegasnya. Rio Jenerio dari Tim Pengayaan Strada REDD Plus Kalteng menanggapi, agar kaum perempuan dan organisasi perempuan yang ada di Kalteng untuk memberikan masukan terhadap Raperda pengarusutamaan gender yang akan menjadi salah satu acuan strada itu sendiri. (AP) Mengkhawatirkan, Sawit Dimasukkan dalam Produk Ramah Lingkungan Produk agribisnis dan kehutanan, yakni: sawit, karet, beras, dan rotan, berhasil diterima dan didaftarkan sebagai produk yang ramah lingkungan (Environmental Goods and Services, EGS). Hal ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan pada pertemuan APEC Ministerial Meeting (AMM) bersama Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Nusa Dua, Bali, Sabtu (5/10). Seluruh anggota APEC yang berjumlah 21 negara secara bulat menyetujui keempat produk andalan Indonesia itu dicantumkan sebagai produk ramah lingkungan. Ini sukses besar karena yang masuk daftar produk ramah lingkungan tidak hanya CPO, tapi juga karet, rotan, dan beras. Itu produk agro yang bisa membantu pengentasan kemiskinan, pembangunan perdesaan, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kata Gita. Keberhasilan itu disambut gembira para pelaku usaha. Mereka yakin setelah berstatus ramah lingkungan, produk-produk tersebut lebih diterima pasar. Apalagi keempat produk strategis itu secara otomatis akan memperoleh keringanan bea masuk (BM). Aktivis LSM mengkhawatirkan hasil pertemuan tersebut hanya mengakomodir kepentingan para pengusaha dibandingkan mempertimbangkan dampak social dan lingkungan dari bisnis minyak sawit yang merusak hutan dan keanekaragaman hayati, penghilangan hak-hak masyarakat asli dan berkurangnya lahan pangan rakyat. Ketua SPKS (Serikat Petani Kelapa Sawit), Mansuetus Darto, mengungkapkan, pemerintah belum mempunyai kebijakan yang menjamin dan mengikat pelaku bisnis kelapa sawit untuk tidak menggusur lahan rakyat dan tidak merusak kawasan hutan. Selain itu, tata kelola pemerintah yang buruk memperlemah proses pengawasan dan penegakan hukum bagi perusahaan kelapa sawit. "Indonesia butuh solusi atas masalah sosial dan lingkungan bukan pertumbuhan investasi semata," kata Darto. (Ank, Okt 2013) Indonesia butuh solusi atas masalah sosial dan lingkungan bukan pertumbuhan investasi semata 4

5 Hak atas Bahan Pangan yang Layak Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (EKOSOB) mengatur mengenai hak atas bahan pangan yang layak sangat komprehensif. Berikut beberapa Komentar Umum (sidang ke-20, 1999) tentang Hak atas Pangan yang Layak sebagaimana Pasal 11 Kovenan EKOSOB, disebutkan negara penandatangan mengakui Hak setiap orang atas standar kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya, termasuk makanan, pakaian dan tempat tinggal yang layak, serta atas perbaikan berkelanjutan dari kondisi hidupnya. Hak atas Bahan Pangan yang Layak tak terpisahkan dari martabat inheren dari setiap manusia serta tak bisa ditinggalkan dalam pemenuhan hak asasi manusia lainnya yang tercantum dalam Piagam Internasional Hak Asasi Manusia. Hak ini tidak bisa dipisahkan dari keadilan sosial, kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial yang layak, baik dalam skala nasional maupun internasional, ditujukan untuk penghapusan kemiskinan serta pemenuhan seluruh Hak Asasi Manusia bagi semua. Pada dasarnya, permasalahan kelaparan dan kekurangan gizi bukanlah kurangnya bahan pangan tetapi akses terhadap bahan pangan yang tersedia, diantaranya disebabkan oleh kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat dunia. Hak atas Bahan Pangan yang Layak terwujudkan ketika setiap laki-laki, perempuan dan anak-anak, sendiri atau dalam komunitas, mempunyai akses fisik dan ekonomis sepanjang waktu kepada bahan pangan. Hak atas Bahan Pangan yang Layak haruslah diwujudkan secara progresif. Negara-negara mempunyai kewajiban inti untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi meringankan kelaparan, bahkan dikala bencana alam atau lainnya. Konsep kelayakan mempunyai makna khusus dan arti sesungguhnya Kelayakan secara luas ditentukan oleh keadaan sosial, ekonomi, budaya, iklim, ekologis dan lain-lain yang terjadi saat ini, sedangkan Kesinambungan berkaitan dengan gagasan persediaan dan aksesibilitas jangka panjang dan tidak mengganggu pemenuhan hak asasi manusia lainnya. Inti dari Hak atas Bahan Pangan yang Layak adalah ketersediaan bahan pangan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makanan individu, bebas dari substansi yang merugikan, serta bisa diterima dalam budaya setempat. Kebutuhan makanan adalah makanan sebagai keseluruhan yang berisikan gabungan gizi untuk pertumbuhan fisik dan mental, perkembangan dan perawatan, serta aktivitas fisik sesuai dengan kebutuhan psikologis manusia di seluruh jenjang dalam roda kehidupan serta sesuai dengan jender dan pekerjaan. Oleh karena itu, tindakan-tindakan mungkin diperlukan untuk menjaga, beradaptasi atau memperkuat keragaman bahan makanan serta pola pemberian makan dan konsumsi yang layak, termasuk pemberian ASI dan pada saat yang sama menjamin bahwa perubahan dalam ketersediaan dan akses kepada persediaan bahan pangan secara minimal tidak berpengaruh negatif komposisi dan pemberian makanan. Hak atas pangan bebas dari substansi-substansi yang merugikan, menetapkan kebutuhan atas keamanan bahan pangan dan tindakan perlindungan, baik dalam arti publik atau swasta, untuk mencegah kontaminasi bahan pangan melalui pencampuran atau melalui kesehatan lingkungan yang buruk atau penanganan yang buruk pada tingkat yang berbeda sepanjang rantai makanan; ketelitian juga harus dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghindarkan atau menghancurkan racun-racun yang terjadi secara natural. Penerimaan budaya konsumen berarti kebutuhan harus mempertimbangkan, sebisa mungkin, unsur-unsur yang dirasakan Non-Nutrien yang terkandung dalam makanan dan konsumsi makanan serta menginformasikan pendapat konsumen tentang sifat dari suplai bahan makanan yang bisa diakses. Ketersediaan mengacu pada kemungkinan untuk memberi makan diri sendiri langsung dari lahan produktif atau sumber daya alam lainnya, atau pada distribusi, pemrosesan dan sistem pemasaran yang berjalan baik, bisa memindahkan makanan dari tempat produksi ke tempat mana makanan itu dibutuhkan sesuai dengan permintaan. Aksesibilitas mencakup baik aksesibilitas ekonomis maupun fisik: Aksesibilitas ekonomis berarti bahwa biaya finansial personal atau rumah tangga yang berkaitan dengan pembelian bahan pangan untuk suatu menu yang layak harus berada pada tingkatan tertentu dimana tidak mengganggu atau membahayakan perolehan dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Aksesibilitas ekonomi berlaku pada semua pola pembelian atau perolehan dengan mana masyarakat mengadakan bahan makanan dan merupakan suatu ukuran kepuasan bagi pemenuhan Hak atas Bahan Pangan yang Layak. Kelompok yang rentan secara sosial seperti orang-orang yang tidak memiliki lahan dan kelompok-kelompok miskin tertentu di masyarakat mungkin membutuhkan perhatian melalui program khusus. Aksesibilitas fisik berarti bahwa bahan pangan yang layak harus terjangkau bagi semua orang, termasuk individu yang rentan secara fisik, seperti bayi dan anak-anak, orang lanjut usia, cacat, sakit parah dan tidak kunjung sembuh, serta sakit jiwa. Korban bencana alam, kelompok tak beruntung yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu kerentanan khusus ialah banyak kelompok masyarakat adat yang diganggu aksesnya kepada tanah leluhur mereka. Sedangkan kewajiban hukum negara penandatangan utamanya adalah mengambil langkah-langkah progresif untuk perwujudan penuh hak atas bahan pangan. Menjamin akses kepada bahan pangan pokok minimum yang memadai, layak dan aman bergizi, menjamin kebebasan mereka dari rasa lapar. Hak atas Bahan Pangan yang Layak, membebankan 3 jenis kewajiban bagi negara penandatangan, yakni wajib menghormati, melindungi dan memenuhi. Kewajiban untuk memenuhi mencakup kewajiban memfasilitasi dan menyediakan. Beberapa tindakan pada kewajiban berbeda ini mempunyai sifat harus dilaksanakan segera dan lainnya berkarakter jangka panjang. Pelanggaran Kovenan terjadi ketika suatu negara gagal menjamin pemenuhan, setidaknya, tingkat pokok minimum yang dibutuhkan untuk bebas dari rasa lapar. Untuk menentukan tindakan atau pengecualian yang merupakan pelanggaran hak atas pangan, maka penting untuk membedakan antara ketidakmampuan dan ketidakmauan dari suatu negara untuk mematuhi ketentuan. Jika suatu negara penandatangan berargumentasi bahwa keterbatasan sumberdaya menyebabkan negara itu tidak mungkin untuk menyediakan akses bahan pangan bagi mereka yang tidak bisa menjamin akses itu sendiri, negara tersebut harus membuktikan bahwa semua usaha telah dilakukan dengan menggunakan seluruh sumberdaya yang ada padanya untuk memenuhi dan sebagai suatu prioritas. Lebih jauh lagi, semua diskriminasi dalam akses atas bahan pangan, termasuk cara dan wewenang pengadaannya, dengan dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, umur, agama, politik atau lainnya, asal negara atau sosial, kepemilikan, status lahir atau lainnya, dengan tujuan untuk meniadakan atau mengurangi pemenuhan atau pelaksanaan yang sama dari hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan pelanggaran Kovenan. Pelanggaran hak atas pangan bisa terjadi melalui tindakan langsung dari Negara atau entitas lainnya yang tidak diatur secara memadai oleh Negara tersebut. Hal ini termasuk : pencabutan atau penundaan formal terhadap peraturan yang dibutuhkan bagi kesinambungan pemenuhan hak atas pangan; penolakan akses kepada bahan pangan terhadap individu-individu atau kelompok tertentu, baik diskriminasi ini berdasar atas suatu peraturan atau bersifat proaktif; pencegahan akses kepada bantuan pangan kemanusiaan ketika terjadi konflik internal atau keadaan darurat lainnya; pengesahan peraturan kebijakan yang secara nyata tidak sesuai dengan kewajiban hukum yang telah ada berkaitan dengan hak atas pangan; serta kegagalan mengatur aktivitas individu atau kelompok-kelompok sehingga bisa mencegah mereka melanggar hak atas pangan dari orang lain, atau kegagalan dari suatu Negara untuk mengindahkan kewajiban hukum internasionalnya berkaitan dengan hak atas pangan ketika Negara tersebut mengikat perjanjian dengan Negara lain atau suatu organisasi internasional. Meskipun hanya negara yang ikut menandatangani tetapi yang paling berkewajiban untuk mematuhi Kovenan dan bertanggung jawab atas perwujudan hak atas Bahan Pangan yang Layak adalah seluruh anggota masyarakat individu, keluarga, komunitas lokal, organisasi non pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan badan usaha swasta. Badan usaha swasta nasional atau transnasional harus melakukan aktivitasnya dalam kerangka pedoman perilaku yang kondusif bagi penghormatan Hak atas Bahan Pangan yang Layak, pedoman mana disepakati bersama dengan Pemerintah dan masyarakat sipil. Setiap orang atau kelompok yang mengalami pelanggaran terhadap Hak atas Bahan Pangan yang Layak harus mendapatkan akses kepada proses yudisial yang efektif atau cara penyelesaian lainnya, baik ditingkat nasional ataupun internasional. Semua korban pelanggaran semacam itu berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang layak, yang bisa berbentuk restitusi, kompensasi, pemuasan atau jaminan bahwa hal seperti itu tidak akan terulang lagi. Lembaga Ombudsmen dan komisi hak asasi manusia nasional harus memperhatikan pelanggaran terhadap Hak atas Bahan Pangan yang Layak. Penggunaan instrumen internasional tentang pengakuan terhadap hak atas pangan, atau pengakuan atas daya berlakunya, dalam sistem hukum nasional, bisa secara signifikan meningkatkan cakupan dan efektivitas tindakantindakan penyelesaian serta harus didorong penggunaannya. (Ank, Okt 2010) (Artikel ini diringkas dari Komentar Umum 12, Sidang ke-20, 1999: Hak atas Bahan Pangan yang Layak, Pasal 11, sumber: 5

6 Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Hari ini, 16 Oktober 2013, merupakan hari Pangan Sedunia. FAO memberikan tema "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi". Hari ini, faktanya sistem ketahanan pangan dan gizi di Indonesia masih carut marut yang ditandai dengan meningkat dan mudahnya berubah harga-harga pangan, banjirnya produk pangan impor, sulitnya mengakses mendapatkan produk pangan yang berkwalitas dan murah, prioritas pembangunan pangan berbasis pada korporasi bermodal besar dibanding pertanian ataupun perkebunan rakyat, tanaman komersial untuk tujuan ekspor dan mengabaikan pangan lokal, praktik tengkulak dan korporasi yang memiskinkan dan menggantungkan kehidupan petani, dan sebagainya. Fakta-fakta tersebut menggambarkan bahwa pemerintah masih belum beranjak dari paradigma ketahanan pangan. Hal ini berakibat pada semakin rentan terpinggirkan dan dilemahkan sistem pangan Indonesia oleh sistem pasar yang dikuasai dan dikendalikan oleh korporasi. Selain itu juga dikarenakan adanya kebijakan pemerintah pro pada korporasi dibandingkan melindungi dan mengembangkan usaha produksi pangan rakyat, membangun dan menyediakan pemenuhan pangan yang adil dan mudah diakses oleh rakyat, serta mengembangkan dan memanfaatkan potensi pangan lokal sesuai dengan UU Pangan yaitu memenuhi kebutuhan pangan secara berdaulat dan mandiri. Fakta lain yang saling terkait, yakni meningkatkan alih fungsi kawasan hutan untuk proyek kebutuhan pangan dan energy berbasiskan investasi skala luas, seperti: hutan tanaman, perkebunan sawit, perkebunan tebu, perkebunan dan tanaman pangan lainnya. Pada kenyataannya proyek-proyek yang bertujuan untuk bukan hanya pangan saja, melainkan tanaman ekspor dan pemenuhan industri energi, telah menyebabkan kerusakan hutan (deforestasi), bencana ekologi dan pemanasan iklim global. Sehingga pada gilirannya mengancam keberlanjutan sistem ketahanan pangan. Di Merauke, Provinsi Papua, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pembangunan yang sangat ambisius untuk pengembangan pangan dan energi nasional, yakni: MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate), yang berbasiskan pada investasi skala besar, pengetahuan teknologi dan organisasi modern. Lebih dari 80 perusahaan swasta mendapatkan Izin Lokasi dengan menguasai lahan berupa kawasan hutan, rawa, padang savana, yang luasnya lebih dari 2,5 juta hektar untuk investasi perkebunan tanaman tebu, kelapa sawit, hutan tanaman dan tanaman pangan lainnya. Proyek raksasa MIFEE yang dilakukan tanpa ada Kajian Lingkungan Hidup Strategis telah menimbulkan dampak perubahan berarti dan mengancam keberlanjutan kemampuan kemandirian pemenuhan pangan Orang Malind, yang sebagian besar berdiam disekitar lokasi proyek MIFEE tersebut. Orang Malind yang hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil hutan terpaksa kehilangan sumber mata pencaharian, semakin sulit untuk mendapatkan hewan dan sumber pangan dari hutan, sehingga menurunkan pendapatan dan kwalitas hidup masyarakat. Mereka kehilangan alat produksi dan kemandirian dalam berusaha, berubah menjadi tergantung pada kebutuhan pokok yang dibeli pada kios dan toko, yang nilainya mahal dan tidak terjangkau dari upah rendah sebagai buruh perusahaan. Meningkatnya alih fungsi kawasan hutan dan tidak terkontrolnya aktifitas penebangan hutan, penggusuran rawa, padang dan sungai, merubah fungsi-fungsi ekologi, hidrologi dan terganggunya kehidupan habitat, pencemaran air sungai dan rawa, pada gilirannya menurunkan daya dukung lingkungan dan merugikan masyarakat. Dampak penting lainnya adalah meningkatnya kasus kesulitan mengakses pangan, air bersih dan kasus busung lapar. Pada tahun 2013 saja, teridentifikasi sudah ada 5 orang anak yang meninggal di Kampung Zanegi, Distrik Animha, yang diduga karena busung lapar. Demikian pula, meningkatnya kasus-kasus kekerasan yang melibatkan TNI dalam memaksakan masyarakat untuk melepaskan tanah bagi kepentingan perusahaan dan pembangunan infrastruktur pendukung proyek MIFEE. Karenanya kami memandang perlu merekomendasikan dan mendesak pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah kebijakan guna mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia dan menghentikan segera setiap bagian proyek MIFEE yang mengancam kelangsungan hidup Orang Marind, sebagai berikut: 1. Melakukan review, evaluasi dan menata setiap kebijakan dan izin-izin perusahaan yang menguasai alat produksi pangan, tanah dan kekayaan alam lainnya, infrastruktur, pasar dan kelembagan yang menyangkut hajat hidup orang banyak untuk dikembalikan, dikelola, dikembangkan dan digunakan oleh r akyat. 2. Mendesak pemerintah Indonesia untuk melindungi dan menghormati hak-hak masyarakat adat, petani, nelayan dan penduduk pedesaan, untuk dapat leluasa mempertahankan dan mengembangkan hidup mereka dalam pemenuhan, pemberdayaan dan pengembangan pangan berbasiskan pada pengetahuan, sistem sosial budaya dan hak-hak mereka secara adil dan berkelanjutan. 3. Mendesak pemerintah Indonesia untuk mendata, mendukung, mempromosikan dan mengembangkan sumber-sumber pangan rakyat yang dikelola oleh rakyat sendiri. 4. Merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk meminta dan mengabulkan permintaan kunjungan lapangan dari Pelapor Khusus PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat dan Pelapor Khusus PBB tentang Hak-hak atas Pangan dan Bentuk-bentuk Kontemporer Perbudakan agar mendukung pemenuhan kewajiban internasional, termasuk yang terkait dengan hak-hak masyarakat adat di Papua. Secara khusus dalam surat ini, kami luncurkan pula Laporan tentang Proyek Perkebunan Tebu PT. ARN, salah satu perusahaan milik Wilmar International, yang berinvestasi dalam skema MIFEE. Laporan ini berjudul "Manis dan pahitnya tebu": Suara Masyarakat adat Malind dari Merauke, Papua, yang diproduksi oleh Forest Peoples Programme, Pusaka dan Sawit Watch, tahun Laporan ini berusaha untuk memberi ilham pada salah satu tujuan utama Hari Pangan Sedunia, yaitu untuk mendorong partisipasi masyarakat pedesaan, khususnya kaum perempuan dan mereka yang memiliki kewenangan paling kecil, dalam keputusan dan kegiatan yang mempengaruhi kondisi hidup mereka. Terima Kasih Surat Pernyataan Press ini dikeluarkan oleh: 1. WALHI Eksekutif Nasional, Jakarta 2. Forest Peoples Programme, UK 3. SAWIT WATCH, Bogor 4. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Jakarta 5. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Jakarta 6. PUSAKA, Jakarta 7. HUMA, Jakarta 8. Greenpeace Indonesia, Jakarta 9. Transparansi untuk Keadilan Indonesia, Jakarta 10. Vivat Indonesia, Jakarta 11. FORMASI SSUMAWOMA, Merauke 12. Indonesia Human Rights Committee for Social Justice, Jakarta 13. Sarekat Hijau Indonesia, Jakarta. 6

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Hari ini, 16 Oktober 2013, merupakan hari Pangan Sedunia. FAO memberikan tema "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM no. 12

KOMENTAR UMUM no. 12 1 KOMENTAR UMUM no. 12 HAK ATAS BAHAN PANGAN YANG LAYAK Komite Persatuan Bangsa-bangsa untuk Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya E/C.12/1999/5 Komite Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, (Sidang ke 20,

Lebih terperinci

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia PELIBATAN PENYANDANG DANA, DALAM KONFLIK PTPN II DAN MASYARAKAT DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Lain Ditulis, Lain Diucapkan, Lain Pelaksanannya: Hutan Rusak dan Masyarakat Adat Tersingkir.

Lain Ditulis, Lain Diucapkan, Lain Pelaksanannya: Hutan Rusak dan Masyarakat Adat Tersingkir. Lain Ditulis, Lain Diucapkan, Lain Pelaksanannya: Hutan Rusak dan Masyarakat Adat Tersingkir. 2014 Kompleks Rawa Bambu Satu, Jl. B Nomor 6B, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12510) Telp/Fax: +62 21 7892137

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan I. PEMOHON 1. Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS); 2. Perkumpulan Sawit Watch; 3. Aliansi Petani Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT YEI/SIT MERAUKE NOMOR 03/KPTS DPAY/09/95

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT YEI/SIT MERAUKE NOMOR 03/KPTS DPAY/09/95 KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT YEI/SIT MERAUKE NOMOR 03/KPTS DPAY/09/95 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

Shared Resources Joint Solutions

Shared Resources Joint Solutions Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah I. PEMOHON 1. Masyarakat Hukum Adat Nagari Guguk Malalo, sebagai Pemohon I; 2. Edi Kuswanto, sebagai Pemohon

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL LOGAM, MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia RISALAH KEBIJAKAN Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia LBH Jakarta November 2015 Tim Penyusun: Alldo Fellix Januardy, Yunita, & Riesqi Rahmadhiansyah RISALAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

Lain Ditulis, Lain Diucapkan, Lain Pelaksanannya: Hutan Rusak dan

Lain Ditulis, Lain Diucapkan, Lain Pelaksanannya: Hutan Rusak dan Lain Ditulis, Lain Diucapkan, Lain Pelaksanannya: Hutan Rusak dan Masyarakat Adat Tersingkir. 2014 Kompleks Rawa Bambu Satu, Jl. B Nomor 6B, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12510) Telp/Fax: +62 21 7892137

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DR. Wahiduddin Adams, SH., MA ** Pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berawal dari bersatunya komunitas adat yang ada di seluruh

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI KOTABARU,

Lebih terperinci

TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui, menghormati dan melindungi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan

Lebih terperinci

Latar belakang proyek MIFEE juga masih terkait dengan agenda lokal, yakni proyek Merauke Integrated Rice Estate (MIRE) untuk meningkatkan

Latar belakang proyek MIFEE juga masih terkait dengan agenda lokal, yakni proyek Merauke Integrated Rice Estate (MIRE) untuk meningkatkan MIFEE: Perampasan Tanah Luas dan Menggusur Hak Orang Papua. Oleh: Y.L. Franky Tanggal 11 Agustus 2010 lalu, Menteri Pertanian RI meluncurkan proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate, selanjutnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus diperhatikan pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO Menimbang : 1. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR Disampaikan pada Kongres ke-4 Masyarakat Adat Nusantara (KMAN IV) Tobelo, Halmahera Utara, 19-25 April 2012 Assalamu alaikum Warohmatullahi

Lebih terperinci

Komite Penasehat Dewan HAM PBB Dorong Adopsi Deklarasi Hak Asasi Petani Sebagai Instrumen HAM Internasional

Komite Penasehat Dewan HAM PBB Dorong Adopsi Deklarasi Hak Asasi Petani Sebagai Instrumen HAM Internasional Komite Penasehat Dewan HAM PBB Dorong Adopsi Deklarasi Hak Asasi Petani Sebagai Instrumen HAM Internasional "Harus ada perhatian lebih terhadap kelompok rentan yang bekerja di pedesaan, khususnya petani

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Transparansi merupakan komponen kunci

Transparansi merupakan komponen kunci Berkaca Dari Pengalaman SAMPAN Kalimantan Provinsi Kalimantan Barat MENDORONG PARTISIPASI UNTUK MEMPERKUAT TRANSPARANSI Oleh Dede Purwansyah (SAMPAN Kalimantan) Transparansi merupakan komponen kunci untuk

Lebih terperinci

Yang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi ; Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati.

Yang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi ; Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati. Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati. Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih karena diberikan ruang dan waktu untuk menyampaikan faktafakta yang saya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP)

KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP) Seri briefing hak-hak, hutan dan iklim Oktober 2011 KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP) Pada bulan Desember 2010, Kalimantan Tengah dipilih oleh Presiden Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (multi-ethnic society). Kesadaran akan kemajemukan tersebut sebenarnya telah ada sebelum kemerdekaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 99/PUU-X/2012 Tentang Hak-hak Petani Dalam Melakukan Kegiatan Pemuliaan Tanaman

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 99/PUU-X/2012 Tentang Hak-hak Petani Dalam Melakukan Kegiatan Pemuliaan Tanaman RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 99/PUU-X/2012 Tentang Hak-hak Petani Dalam Melakukan Kegiatan Pemuliaan Tanaman I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee For Social Justice

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DAN HASIL PERKEBUNAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON Menimbang : a. bahwa Tata Kelola Sumber Daya Air Desa Patemon

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN POKOK BERKELANJUTAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN POKOK BERKELANJUTAN GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN POKOK BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG POLA INDUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA HUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PRUSEDUR PENCEGAHAN KONFLIK, PENGHENTIAN KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN

1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN Daftar isi TERLANGGARNYA HAK PEREMPUAN ATAS RASA AMAN Hasil Pemantauan Hak Perempuan atas Rasa Aman di Transportasi Publik hal : 1 LATAR BELAKANG 3 TEMUAN PEMANTAUAN PEREMPUAN 7 KETIDAKMAMPUAN NEGARA MENJAMIN

Lebih terperinci