BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Cara untuk mencari kebenaran dilakukan para peneliti dan praktisi melalui model yang biasa dikenal dengan prespektif. Becker mendefenisikan perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jeni-jenis tindakan yang secara layak danmasuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai (Mulyana,2005:5) Menurut Mulyana (Kriyantono, 2006:48), jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh teoritis bergantung pada bagaimana teoritis itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan paradigma konstruktivisme. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengalaman manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material dimana pengalaman manusia tersebut terdiri dari interpretasi makna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Dengan kata lain dunia ini terbentuk secara terorganisasi dan bermakna ( Ardianto dan Bambang, 2007: 152). Robyn Penmann merangkum kaitan konstruktivisme dalam hubungannya dengan ilmu komunikasi: 1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas walaupun lingkungan sosial membatasi apa yang dapat dan telah dilakukan. 2. Pengetahuan adalah produk sosial dimana pengetahuan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial.

2 3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan adalah produk yang dipengaruhi ruang waktu dan dapat berubah sesuai perubahan waktu. 4. Teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara pandang yang mempengaruhi cara pandang manusia terhadap realitas. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dan pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu tetapi disaring lagi melaui cara pandangorang terhadap realitas tersebut (Ardianto dan Bambang, 2007:158). 2.2 Kajian Pustaka Komunikasi Defenisi dan Prinsip Komunikasi Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui apa yang terjadi dengan lingkungan sekitarnya bahkan yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang membuat manusia bekomunikasi dengan yang lain. Komunikasi adalah hal yang fundamental di dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan rasa ingin tahu tersebut. Menurut Tubbs dan Moss, komunikasi adalah proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Gudykunst dan Kim mendefenisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang dari budaya yang berbeda (Deddy Mulyana, 2005:59). Berdasarkan model Laswell, komunikator sangat powerfull, mampu mempengaruhi komunikan, dan menganggap bahwa pesan pasti memiliki efek di dalam diri komunikannya. Unsur-unsur utama komunikasi adalah komunikator (who), pesan (says what), saluran komunikasi (in which channel), komunikan (to whom), dan efek komunikasi (with what effect) (Dani Vardiansyah, 2004:115). Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka pengalaman (field of experience). Dari pernyataan tersebut dapat ditarik empat prinsip dasar komunikasi, yaitu :

3 1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences). 2. Jika daerah tumpang tindih menyebar menutupi lingkaran A dan B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif). 3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif. 4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh karena dalam konteks komunikasi antar-manusia tidak pernah ada manusia di atas dunia ini yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat-sifat yang persis sama sekalipun kedua manusia itu dilahirkan secara kembar (Cangara, 2007 :21-22). Menurut Berlo dalam bukunya The Process Communication (1960), komunikasi sebagai suatu proses adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefenisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis. Dilihat dari konteks komunikasi antarpribadi, proses menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Sementara itu, dari konteks komunikasi massa, proses dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi kepada khalayaknya (Cangara, 2007: 51-52) Fungsi dan Tujuan Komunikasi Adapun fungsi komunikasi adalah: 1. Menyampaikan informasi (to inform). 2. Mendidik (to educate). 3. Menghibur (to entertain). 4. Mempengaruhi (to influence). Adapun tujuan komunikasi adalah : 1. Perubahan sikap (attitude change). 2. Perubahan pendapat (opinion change). 3. Perubahan perilaku (behavior change). 4. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2002: 8).

4 Jenis-Jenis Komunikasi Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana juga defenisi komunikasi, konteks komunikasi ini juga diuraikan secara berlainan. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Klasifikasi komunikasi berdasarkan tingkat jumlah peserta dapat dikategorikan menjadi enam (Mulyana,2005:80): a. Komunikasi Intrapribadi Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks lainnya. Sebelum kita berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri guna mempersepsikan dan memastikan makna pesan oranglain. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri. b. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik yang biasanya terjadi hanya melibatkan dua orang yang berkomunikasi dalam jarak dekat, dimana pesan yang dikirim maupun diterima secara simultan dan spontan baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi ini sangat efektif untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan besar hingga kapanpun selama manusia masih memiliki emosi. c. Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Dengan demikian komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan oleh kelompok kecil, jadi bersifat tatap muka.

5 d. Komunikasi Publik Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi ini biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit dibandingkan dengan komunikasi antarpribadi dan kelompok, dikarenakan bentuk komunikasi publik ini menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah orang atau khalayak. e. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi, dapat bersifat formal maupun informal, dan berlangsung dalam ruang lingkup lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah komunikasi yang berdasarkan struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas, dan komunikasi setara atau horisontal. Komunikasi informal adalah komunikasi yang berdasarkan struktur organiasi, seperti komunikasi antar rekan.. f. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik, dengan tujuan masyarakat luas yang anonim, heterogen yang tersebar diberbagai tempat Komunikasi Antarpribadi Defenisi Komunikasi Antarpribadi Menurut Vardiansyah (2004:30-31), Komunikasi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Komunikasi antarpribadi dapat terjadi secara tatap muka maupun melalui media komunikasi antarpribadi, seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dan komunikan saling mengenal satu dan lainnya, pesan yang dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, tidak berstruktur, serta umpan balik yang terjadi dengan segera. Efek komunikasi antarpribadi yang paling kuat daripada bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi antarpribadi dapat mengubah tingkah laku dari komunikannya dengan menggunakan pesan verbal maupun nonverbal.

6 Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book mendefenisikan komunikasi antarpribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesanpesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Fajar, 2009: 78) Tujuan Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi memiliki enam tujuan, yaitu: 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Komunikasi ini memberi kita kesempatan untuk memperbincangkan mengenai diri sendiri. Melalui komunikasi ini kita dapat belajar mengenai bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, kita juga dapat mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain. 2. Mengetahui dunia luar Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat memahami lingkungan kita dengan baik yaitu mengenai objek dan kejadian-kejadian orang lain. Banyak informasi yang kita miliki berasal dari interaksi antarpribadi. 3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Manusia menggunakan banyak waktu untuk berkomunikasi antarpribadi yang bertujuan agar tercipta dan terpeliharanya hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih postif tentang diri kita sendiri. 4. Mengubah sikap dan perilaku Manusia banyak menggunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. 5. Bermain dan mencari hiburan Bermain gunanya untuk memperoleh kesenangan dan perlu dilakukan untuk memberi suasana lepas. 6. Membantu Psikolog, ahli terapi dan psikiater adalah contoh profesi yang mempunyai tugas menolong orang lain dengan menggunakan komunikasi antarpribadi.

7 Berdasarkan tujuan komunikasi tersebut, dapat dilihat dua perspektif, yaitu: 1. Tujuan-tujuan ini dapat dilihat sebagai faktor motivasi atau sebagai alasan mengapa manusia melakukan komunikasi antarpribadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia melakukan komunikasi antarpribadi untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. 2. Tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi antarpribadi. Sebagai hasil dari komunikasi antarpribadi, kita dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, membuat hubungan lebih bermakna serta memperoleh pengetahuan tentang dunia luar ( Marhaeni fajar, 2009 : 78-80). Komunikasi antarpribadi sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah dan sangat tidak efektif. Pada suatu saat komunikasi bisa lebih baik dan pada saat lain bisa menjadi sangat buruk. Ini dikarenakan setiap tindakan komunikasi adalah berbeda dan mempunyai keunikan sendiri sehingga prinsip-prinsip yang dibicarakan harus ditetapkan secara fleksibel. Menurut Yosep A. Devito, karakteristik-karakteristik efektvitas komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: 1. Humanitis, meliputi sifat-sifat: a. Keterbukaan Sifat keterbukaan menunjuk pada 2 aspek mengenai komunikasi antarpribadi. Aspek pertama adalah bahwa kita harus terbuka pada orangorang yang berinteraksi dengan kita. Aspek kedua adalah kemauan kita untuk memberi tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakan. b. Perilaku Suportif Jack R, Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu: i. Deskriptif, suasana deskriptif akan menimbulkan sikap suportif dibanding dengan suasana yang evaluatif. ii. Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkan.

8 iii. Provosionalisme, orang yang memiliki sifat terbuka, mau mendengar pandangan berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru. c. Perilaku Positif Komunikasi antarpribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi. d. Empatis Empati adalah kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. e. Kesamaan Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Yang kedua adalah kesamaan dalam percakapan di antara pelaku komunikasi memberi pengertian bahwa dalam komunikasi antarpribadi harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. 2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat: a. Bersikap yakin Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Orang yang mempunyai sifat ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non-verbal. b. Kebersamaan Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi antarpribadi dengan orang lain bila ia membawa ras kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini akan memperhatikan dan merasakan kepentingan orang lain. c. Manajemen interaksi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang baik dan efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.

9 d. Perilaku eksperesif Perilaku ini memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. e. Orientasi pada orang lain Untuk mencapai efektivtas komunikasi, seseorang harus memilki sifat yang berorientasi pada orang lain (Marhaeini fajar, 2009 : 84-86) Media Literasi Dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia (2011: 32-33), literasi media menurut Aufderheide merupakan kemampuan untuk membuat, mengakses, menganalisa, dan melakukan evaluasi terhadap media dalam semua bentuknya. Hal ini selaras dengan Buckingham (2008) bahwa literasi media tidak lagi hanya mengandung makna sebagai cara untuk memahami, memaknai, dan mengkritisi media, namun juga kemampuan untuk berkreasi dan berekspresi sosial dan kemampuan teknis lainnya. Aufderheide menambahkan bahwa pendidikan media juga seharusnya membantu remaja untuk belajar mengenali kenyataan yang dibentuk oleh media dan meningkatkan pengetahuan remaja terhadap diri dan lingkungannya. Pada penelitian Studi komparatif pengetahuan dan keterampilan media literasi oleh Mazdalifah dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia (2011: ) yang memaparkan mengenai pengetahuan media literasi dan keterampilan media literasi menyebutkan bahwa pondasi pengetahuan media literasi menurut potter (2005) adalah seperangkat struktur pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang isi media, media industri, pengaruh media, informasi dunia nyata dan diri sendiri. Namun potter mneyoroti tiga aspek pengetahuan yang amat mendasar dalam media literasi, yaitu: pengetahuan tentang isi media, media industri dan pengaruh media. Pengetahuan tentang isi media berkaitan dengan pengetahuan orang tentang banyak informasi yang dimiliki tentang acara TV. Pengetahuan tersebut meliputi acara apa saja yang ada di televisi seperti: acara hiburan, berita dan iklan. Informasi ini membantu orang untuk mengakses pesan media dan untuk alasan ini, jenis informasi sangat berguna. Pengetahuan tentang industri media berkaitan dengan pengetahuan kepemilikan televisi, bagaimana mereka menjalankan bisnis televisi, bagaimana mereka memasarkan pesan-pesan melalui televisi, dan bagaimana mereka berinteraksi. Pengetahuan tentang pengaruh media berkaitan

10 dengan pengetahuan yang luas mengenai pengaruh yang dimilki oleh media, dalam hal ini khususnya tentang media televisi. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh pada pengetahuan sesorang, sikap, emosi, psikologi, dan perilaku. Lalu selanjutnya Mazdalifah mengartikan bahwa keterampilan media literasi adalah kecakapan keluarga (orang tua) dalam mendampingi anak, menjelaskan kepada anak, memilih tayangan yang baik, dan menjadwalkan kegiatan menonton televisi yang baik bagi anak. Media literasi harus dimulai dari orangtua lalu berlanjut kepada anak-anaknya, tetangganya, dan akhirnya pada masyarakat sekitarnya. Hal ini menjelaskan bahwa orangtua harus benar-benar memahami tentang berbagai media yang dikonsumsi anak. Orangtua harus tahu acara apa yang tonton anak, apa muatannya (sehatkah untuk anak, sesuai dengan umur anak?), dan apa kemungkinan dampak yang timbul (apakah positif atau negatif). Orangtua juga seharusnya mengatur pola jam menonton anak. Berapa lama anak menonton? (seharusnya tidak lebih dari dua jam, sesuai saran ahli), acara apa yang boleh ditonton, dan kapan saja anak boleh menonton. Bila orangtua melek media menerapkan ini pada anak-anak, maka anak pun akan melek media. Mereka akan memiliki daya kritis terhadap isi tayangan televisi, tidak gampang terpengaruh TV, dan ada proses seleksi terhadap acara TV. Dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia (2011: ), Potter (2009) mengatakan bahwa tujuan kegiatan literasi media adalah membangun perspektif mengenai media. Perspektif mengenai media itu dibangun oleh tiga pilar, yaitu 1. Personal Locus : adalah energi, tujuan yang mengarahkan proses pencarian informasi. Semakin memiliki literasi media, semakin orang tersebut akan lebih terkonsentrasi untuk memproses dan mengontrol informasi, serta menekan efek media. 2. Knowledge structure: Elemen ini terkait dengan aspek informasi dan pengetahuan yang dimilki, yang dapat menyediakan kemampuan dalam memahami dan menganalisis media serta melihat konteks pesan media. 3. Skills: adalah keahlian untuk menganalisis, mengevaluasi, mengkategorikan, mensintesakan, mengkritisi isi media. Keahlian ini jika dilatih maka akan semakin kuat kemampuannya. Materi dan informasi mengenai media menjadi dasar bagi pengembangan kemampuan ini.

11 Dari kajian Tyner (2010), disebutkan bahwa literasi seringkali dikaitkan dengan agenda politik, budaya dan agenda pendidikan. Artinya sebagai suatu agenda publik, kegiatan literasi media idealnya haruslah bersifat terintegrasi dalam berbagai agenda kebijakan dan kegiatnan lainnya diluar kebijakan komunikasi, seperti kebijakan politik, budaya dan pendidikan. Tyner mengatakan bahwa terdapat beberapa pola kegiatan literasi media yang dijalankan di berbagai negara, yaitu: 1. Literasi media yang dijalankan melalui jalur pendidkan formal. Di level universitas, dibawah program studi komunikasi atau jurnalisme, pendidkan literasi media yang dikembangkan bertujuan untuk membangun critical thinking siswa dalam menganalisa media, memaknai, dan memproduksi media 2. Literasi media yang dijalankan sebagai bagian dari program media berbasis komunitas. 3. Literasi media yang dijalankan sebagai bagian daria kegiatan di lingkungan sekolah. Kegiatan literasi media, baik secara formal maupun non formal, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan daya kritis masyarakat atas media. Tujuan akhirnya adalah menjadikan perubahan dalam masyarakat (Pemakalah konferensi nasional literasi media, 2011: 236) Teori Kultivasi Menurut McQuail, teori ini menyatakan bahwa televisi telah mendapat tempat yang penting didalam kehidupan sehari-hari, sehingga mendominasi lingkungan simbolik, menggantikan pesan (yang terdistorsi) mengenai realitas untuk pengalaman pribadi dan alat lain untuk mengetahui mengenai dunia. Hipotesis utama dari penelitian ini adalah bahwa menonton televisi secara berangsur-angsur mengarahkan pada adopsi keyakinan mengenai sifat dasar dari dunia sosial yang mengikuti pandangan akan realitas yang memiliki stereotip, terdistorsi, dan sangat selektif sebagaimana yang digambarkan dengan cara yang sistematis di fiksi dan berita televisi. Teori ini melibatkan pembelajaran dan pembentukan pandangan akan realitas sosial tergantung pada keadaan dan pengalaman pribadi. Dalam teori ini, televisi menyediakan lingkungan yang konsisten dan simbolisme yang hampir total bagi banyak orang yang memasok norma-norma untuk tindakan dan keyakinan mengenai serangkainan situasi pada kehidupan nyata. Menurut Mcquail, penelitian mengenai

12 teori ini menghasilkan dua poin utama yaitu: satu diarahkan untuk menguji asumsi mengenai konsistensi (dan distorsi) dari 'sistem pesan' di televisi, dan satunya lagi dirancang untuk menguji, melalui analisis survei, beragam keyakinan publik mengenai realitas sosial, terutama yang dapat diuji dengan indikator empiris (McQuail,2007: ). Temuan penelitian awal dari Gerbner dan Gross (1976) mengenai kultivasi menyebutkan bahwa semakin banyak televisi yang ditonton orang, semakin mungkin mereka akan melebih-lebihkan insiden kekerasan di dunia nyata dan resiko pribadi yang mereka hadapi. Dalam pembahasan yang mendalam akan sejumlah studi mengenai pembentukan realitas oleh televisi, Hawkins dan Pingree (1983) menemukan banyak indikasi yang tersebar mengenai hubungan yang telah diperkirakan, tetapi tidak ada bukti kuat yang menyimpulkan arah dari hubungan antara menonton televisi dengan gagasan mengenai realitas sosial. Mereka mengatakan bahwa televisi dapat mengajari realitas sosial dan bahwa hubungan antara menonton dan realitas sosial dapat timbal-balik: menonton televisi dapat menyebabkan realitas sosial dibentuk dalam cara tertentu, tetapi konstruksi realitas ini juga membentuk perilaku menonton (McQuail, 2007: ) Sikap dan Perilaku Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu wujud sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Menurut Bimo Walgito (1980) bahwa pembentukan sikap dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu : Faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum (1975) menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan Karakter kepribadian individu

13 Informasi yang selama ini diterima individu Ketiga faktor ini akan berinteraksi dalam pembentukan sikap. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu dan faktor di luar diri individu yang keduanya saling berinteraksi. Proses ini akan berlangsung selama perkembangan individu (Tri Dayakisni, 2003, 96;98-99). Sikap mempunyai 3 aspek, yaitu: 1. Aspek kognitif, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berbentuk pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. 2. Aspek Afektif, berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti rasa takut, dengki, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada objek tertentu. 3. Aspek Konatif, berupa proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat kepada suatu objek (Ahmadi, 2007:149). Sikap timbul karena dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap anakanaknya. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Sikap dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku (Ahmadi, 2007: 156). Ada beberapa teori yang membantu kita untuk memahami bagaimana sikap dibentuk dan bagaimana sikap dapat berubah: 1. Teori Belajar Teori belajar pertama kali dikembangkan oleh Carl Hovland dan rekannya di Yale University. Asumsi di balik teori ini adalah bahwa proses pembentukan sikap adalah sama seperti pembentukan kebiasaan. Orang mempelajari informasi dan fakta tentang objek sikap yang berbeda-beda, dan mereka juga mempelajari perasaan dan nilai yang

14 diasosiasikan dengan fakta itu. Belajar juga dapat dilakukan melalui reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman). Sikap juga bisa dipelajari melalui imitation (peniruan,imitasi). Orang menirukan orang lain, khususnya jika orang itu adalah orang kuat dan penting. Message Learning (belajar pesan) dianggap penting bagi perubahan sikap. Apabila seseorang mempelajari suatu pesan, ada kemungkinan terjadi perubahan. Teori belajar juga menunjukkan bahwa orang terbujuk ketika mereka mentransfer afek dari satu objek ke objek lain yang diasosiasikan dengan objek itu. 2. Teori Konsistensi Kognitif Pendekatan konsistensi kognitif menegaskan bahwa seseorang selalu berusaha mendapatkan koherensi dan makna dalam kognisinya, Jika kognisi mereka sudah konsisten dan mereka berhadapan dengan kognisi baru yang mungkin menimbulkan inkonsistensi, maka mereka akan berjuang untuk meminimalkan inkonsistensi itu (Shelley E. Taylor, 2009: ). Adapun sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Sikap itu dipelajari (learnability), sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif psikologi lainnya. Contoh: lapar, haus, adalah motif psikologi yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tanpa disengaja dan tanpa kesadaran dari individu. 2. Memiliki kestabilan (stability), Sikap yang bermula dari dipelajari, selanjutnya menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman. 3. Personal-societal significance, sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Bila sesesorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat akan sangat berarti abgi dirinya, ia merasa bebas. 4. Berisi kognisi dan afeksi, berisi informasi yang faktual, misalnya: suatu objek dirasa menyenangkan atau tidak. 5. Approach avoidance directionally, bila seseorang memiliki sikap ketertarikan akan suatu objek, maka dia akan mendekatinya, sebaliknya bila tidak memiliki ketertarikan, maka orang tersebut akan menjahuinya. Fungsi dari sikap itu sendiri dibagi kedalam empat (4) golongan, yaitu:

15 1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap itu bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Justru karena itu suatu golongan yang didasarkan atas kepentingan dan pengalaman bersama biasanya ditandai dengan adanya sikap anggotanya yang sama terhadap suatu objek. Dengan demikian sikap menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lainya. 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Seperti tingkah laku anak kecil yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan/penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan citacita orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginankeinginan pada orang itu dan sebagainya 3. Sikap berfungsi sebagai alat atur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia dalam menerima pengalaman-pengalaman dilakukan secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani manusia, tetapi manusia memilah man yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman itu diberi nilai, lalu dipilih. Pemilihan itu pun dilakukan atas tinjauan apakh pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti atau tidak baginya. Tanpa pengalaman tidak ada keputusan dan tidak dapat melakukan perbuatan. 4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini dikarenakan sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut ( Ahmadi, 2007: ). Adapun hubungan erat antara sikap dan perilaku didukung oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu.

16 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Warner dan De Fleur (1969) diidentifikasi adanya 3 postulat hubungan antara sikap dan perilaku. 1. Postulat keajegan (consistency): sikap verbal merupakan alasan masuk akal untuk meprediksi apa yang akan dilakukan seseorang bila ia berhadapan dengan objek sikapnya. Dengan kata lain ada hubungan langsung antara sikap dan perilaku. 2. Postulat ketidakajegan (inconsistency): Postulat ini membantah adanya hubungan yang konsisten antar sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku adalah dimensi individual yang berbeda dan terpisah.postulat ini berdasarkan penelitian La Pierre (1934) namun memperoleh kritikan dari Kiesler, COllins dan Miller (1960), dan Campbell. Raab dan Lipset mengemukakan defenisi sikap yang mencerminkan hubungan kondisional dengan perilaku yaitu bahwa sikap bukanlah suatu benda melainkan sebuah proses, suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan objek, tetapi semua faktor lain yang hadir dalam setiap situasi. Mereka menyarankan agar sikap dapat dipakai untuk meramalkan perilaku perlu dicari akal menemukan beberapa ukuran variabel dari semua situasi. 3. Postulat Konsistensi Kontingen (Postulat keajegan yang tidak tentu): Postulat ini mengusulkan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku tergantung pada faktorfaktor situasi tertentu pada variabel antara. Pada situasi tertentu dapat diharapkan adanya hubungan antara sikap dan perilaku; dalam situasi lain hubungan itu tidak ada. Postulat ini kelihatannya lebih dapat menerangkan hubungan antara sikap dan perilaku. Norma, peranan, keanggotaan kelompok, kelompok referen dan unsur kebudayaan menempati kondisi yang tidak tetap yang dapat tercermin dalam hubungan antara sikap dan tingkah laku. Ketiga postulat tersebut yang mencoba menerangkan hubungan antara sikap dan perilaku semuanya bersummber pada pada satu asumsi dasar bahwa tingkah laku adalah fungsi daripada sikap (Ahmadi, 2007: ). Berdasarkan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975; Ajzen dan Fishbein, 1980) yang berusaha menunjukkan faktor-faktor yang menentukan konsistensi sikap-perilaku, perilaku kita terjadi sesuai dengan niat sadar kita, yang didasarkan pada kalkulasi rasional tentang efek potensial dari perilaku kita dan tentang bagaimana orang lain akan memandang perilaku kita. Poin utama dari teori ini adalah perilaku seseorang dapat diprediksikan dari behavioral intention (niat sadar untuk

17 menjalankan suatu tindakan). Niat sadar ini dapat diprediksikan melalui dua variabel utama yaitu sikap seseorang terhadap perilaku (apakah aborsi aman dan baik dilakukan) dan norma sosial subjektif (persepsi mengenai apa yang dipikirkan orang lain terhadap tindakan yang dilakukan: apakah ibu setuju dilakukan aborsi?). Sikap seseorang terhadap perilakunya sendiri diprediksikan oleh kerangka ekspektasi nilai: keinginan untuk mencapai suatu hasil akan dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan terwjudnya hasil itu. Norma sosial subjektif diprediksikan melalui ekpektasi terhadap pertimbangan orang lain ddengan motivasi untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi itu..(shelley E. Taylor, 2009: ) Keluarga Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak (Ahmadi, 2007: 221) Dalam sejarah kehidupan keluarga terdapat 4 tingkat sebagai berikut: 1. Formatif pre-nuptial stage. Yaitu tingkat persiapan sebelum pekawinan. Saling mengenal satu sama lain lebih dalam. 2. Nupteap stage. Yaitu tingkat sebelum lahirnya anak. Suami istri yang hidup bersama dalam suatu rumah tangga, medapatkan pengalaman baru, sikap baru dalam masyarakat. 3. Child rearing stage. Tingkat dimana tanggung jawab yang semakin bertambah dikarenakan sudah memiliki anak. 4. Maturity stage. Tingkat dimana anak-anak tidak lagi membutuhkan pemeliharaan dari orangtua, telah memasuki masa dewasa, memulai aktivitas baru (Ahmadi, 2007: 223). Keluarga merupakan kelompok primer yang mempunyai arti penting bagi kehidupan individu. Pada keluargalah terletak peranan yang penting di dalam membentuk kepribadian seseorang di dalamnya perilaku dan pengalamannya. Prof. Dr. J. Verkuyl mengemukakan tiga tugas orangtua terhadap anaknya yaitu:

18 1. Mengurus keperluan materi anak-anak, yaitu memberi makan, tempat perlindungan dan pakaian anak-anak. 2. Menciptakan suatu "home" bagi anak-anak. "Home" disini bermakna bahwa di dalam keluarga itu anak-anak dapat berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramahtamahan, merasa aman, ter;indungi dan lain-lain. 3. Tugas mendidik merupakan tugas terpenting dari orangtua, terhadap anak-anaknya. Ogburn membagi fungsi keluarga menjadi 7 yaitu: 1. Affectional (Afeksi). 2. Economic (Ekonomi). 3. Educational (Pendidikan). 4. Protective (Perlindungan). 5. Recreational. 6. Family status. 7. Religius. Disini, Orgburn lebih mengetengahkan fungsi keluarga tidak saja di dalam lingkungan keluarga sendiri tetapi juga di dalam masyarakat. Menurut Ahmadi (2007: )., fungsi keluarga bukanlah fungsi tunggal melainkan jamak. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa tugas oangtua adalah: 1. Menstabilisasi situasi keluarga: dalam arti stabilisasi situasi ekonomi keluarga. 2. Mendidik anak. 3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan religius. Adapun yang menjadi faktor-faktor keluarga terhadap perkembangan anak antara lain: 1. Perimbangan perhatian. Artinya keseimbangan perhatian orangtua terhadap tugas-tugasnya yang menjadi kebutuhan anak yaitu stabilitas keluarga, pendidikan, pemeliharaan fisik dan psikis termasuk kehidupan religius. Apabila tugas-tugas tersebut tidak dipenuhi secara seimbang oleh orangtua akan berakibat dengan tidak terpenuhinya kebutuhan anak untuk berkembang. Contohnya orangtua yang memusatkan perhatian pada tugas menstabilkan keluarga dalam hal ini ekonomi namun mengesampingkan pendidikan

19 akan berakibat dengan tidak terpenuhinya kebutuhan anak akan pendidikan. Anak berkembang tanpa adanya pola yang dituju dan dibiarkan tumbuh tanpa tuntutan norma yang pasti. Situasi ini disebut juga miss educated yang bisa disebabkan secara sengaja maupun tidak sengaja. Orangtua berbuat demikian mungkin dikarenakan faktor: a. Ketidaktahuan, yaitu tidak tahu bagaimana cara mendidik anak. b. Tahu tetapi situasi yang memaksa berbuat demikian, mungkin karena terlalu sibuk. 2. Kebutuhan keluarga. Keluarga yang utuh adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Utuh tidak sekedar dalam bentuk fisik melainkan juga dalam psikis.keluarga yang utuh memiliki pengaruh yang berbeda dengan keluarga yang pecah atau broken home terhadap perkembangan anak. Keluarga yang utuh memilki perhatian yang penuh atas tugas-tugasnya sebagai orangtua. Sebaliknya keluarga broken home kurang memiliki perhatian pada anaknya dikarenakan antara ayah dan ibu tidak memiliki kesatuan perhatian atas anak-anaknya. Situasi broken home ini tentu tidak menguntungkan bagi perkembangan anak. Anak akan mengalami maladjusment, dimana situasi ini bersumber dari hubungan keluarga yang tidak memuaskan, frustasi dan sebagainya. Di dalam keluarga anak memerlukan perhatian, kasih sayang dari orangtuanya dimana hal ini tidak dapat diperoleh secara memuaskan pada keluarga broken home. 3. Status sosial. Status sosial orangtua memilki pengaruh terhadap tingkah laku dan pengalaman anak-anaknya. Setiap keluarga memilki kebiasaan yang berlainan dengan keluarga lain, sehingga perkembangan anakpun juga berlainan. Di dalam hal ini status orangtua memegang peranan yang penting. Kebiasaan sehari-hari dalam keluarga benyak dipengaruhi atau terbawa oleh status sosial orangtua. 4. Besar kecilnya keluarga Besar kecilnya jumlah anak mempengaruhi perkembangan sosial anak. Pada Keluarga besar yang terdiri atas lebih dari 3 orang anak biasanya anak sejak kecil sudah biasa bergaul dengan orang lain. Pergaulan ini mempunyai pengaruh yaitu

20 unsur memberi dan menerima. Anak tidak bisa seenaknya sendiri sebab ia memiliki saudara-saudara lain. Peraturan dalam keluarga dipatuhi bersama yang didalamnya terdapat pembagian tugas. Anak dilatih memilki tanggung jawab sendiri-sendiri. Anak juga sudah biasa bergaul, bagaimana ia harus memperlakukan saudaranya. bagaimana ia harus bisa menerima pendapat, menghormati, bersikap terhadap saudara-saudaranya. Sedangkan pada keluarga kecil yang memilki anak kurang dari 3 orang, ada keterbatasan pergaulan pada si anak, terlebih bagi anak tunggal. Pada situasi anak tunggal, orangtua cenderung memanjakan karena dorongan untuk tidak mengecewakan anaknya. Anak yang manja cenderung tidak mandiri, terlalu bergantung pada orangtuanya. Kondisi ini tentu merugikan karena anak berkembang dengan tidak wajar. Sikap yang ditemui si anak ketika berada diluar rumah berbeda dengan dirumah yang selalu menuruti kehendaknya. Anak akan kecewa karena sifat egoismenya juga akan diterapkan pada oang lain. Kesimpulannya, besar kecilnya keluarga berpengaruh pada perkembangan anak. Pada keluarga besar, sikap toleransi sudah diajarkan pada anak karena sudah biasa memperlakukan dan diperlakukan orang lain. Sedangkan pada kelurga kecil, dibutuhkan perhatian lebih dari orangtua dalam mendidik anak agar perkembangannya wajar. 5. Keluarga kaya/miskin Keluarga yang kaya atau miskin berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pada keluarga kaya yang mampu menyediakan materi terhadap anak-anaknya, ternyata cenderung tidak seimbang dalam hal pengajaran dan kasih sayang dikarenakan orangtua memusatkan perhatian pada pekerjaan untuk menstabilkan keluarga. Sedangkan pada keluarga miskin, orangtua yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga terkadang melupakan perhatian pada si anak karena keadaan yang memaksa untuk mencari materi demi memenuhu kebutuhan. Namun dalam hal keterampilan, kerja anak dari keluarga miskin biasanya lebih unggul dariapa anak dari keluarga kaya karena anak dari keluarga miskin sudah terbiasa untuk mandiri bahkan turut bekerja untuk memenuhi nafkah. Jadi, miskin atau kaya perekonomian suatu keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan anak. Masing-masing memilki sisi positif dan negatif (Ahmadi, 2007: ).

21 2.2.7 Televisi Menurut Milton Chen yang tertulis pada buku yang berjudul Anak-Anak dan Televisi (1996), televisi pernah dijuluki si Tabung Tolol, Candu Elektronik, Monster Mata Satu, dan sebagainya. Itu sisi jeleknya. Sisi baiknya, tabung tolol itu juga bisa berperan sebagai tabung percobaan untuk belajar di rumah. Tetapi untuk mewujudkannya, harus diamati terlebih dahulu dari dekat apa yang bisa ia lakukan dan apa yang tidak. Menerapkan pengetahuan ini dalam tindakan nyata menuntut komitmen serius dari orangtua maupun anak. Dan untuk bisa berperan sebagai orangtua yang efektif, sebagaimana dengan semua cara lain, orang perlu bereksperimen dengan tabung percobaan ini untuk melihat mana yang paling cocok untuk keluarga sendiri. Menurut catatan Agge (2001), dari semua media komunikasi yang tersedia, televisi merupakan media yang paling berpengaruh bagi kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi dirumahnya. Tayangan televisi yang menyiarkan hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. Tahun 1948 merupakan tahun penting bagi dunia pertelevisian, dengan adanya perubahan dari televisi ekperimen ke televisi komersial di Amerika. Karena perkembangan televisi yang sangat cepat, dari waktu ke waktu media televisi memiliki dampak terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Ardianto, 2004: 125). Televisi sebagai salah satu media komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Pengawasan (Surbeillance), yakni memberi informasi dan menyediakan berita. Dalam membentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca yang ekstrem. Fungsi pengawasan ini juga menyebabkan beberapa disfungsi seperti kepanikan atas penekanan berlebihan mengenai suatu berita. Lazarsfeld dan Merton (1948/1960) mencatat adanya disfungsi yang memabukkan ketika individu jatuh dalam kelesuan atau kepasifan sebagai akibat dari banyaknya informasi yang diterima. Selain itu, terlalu banyak ekspose "berita" yang tidak biasa bisa membuat mereka yang menonton menjadi memiliki sedikit perspektif tentang apa yang biasa, normal atau wajar dalam masyarakat.. 2. Korelasi (Correlation), adalah seleksi dan interpretasi informasi mengenai lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang

22 harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Salah satu bentuk disfungsi utama pada korelasi media yang sering disinggung adalah pembentukan apa yang disebut Daniel Boorstin "kejadian Palsu" atau pembentukan kesan atau kepribadian- yang sebagian besar merupakan barang yang dijual industri humas. 3. Penyampaian Warisan Sosial, merupakan suatu fungsi dimana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang.. 4. Hiburan. Sebagian besar media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan. Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istrahat dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang (Werner,2005: ) Televisi memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. Adapun televisi memiliki karakterisitik sebagai berikut. 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Apabila radio hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat meilhat gambar yang bergerak. Namun, tidak berarti gambar lebih penting dibanding kata-kata. Keduanya harus memiliki kesesuaian secara harmonis. Karena sifatnya yang audiovisual, maka acara siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yaitu rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Jadi, penayangan film berita dalam siaran berita, selain untuk memanfaatkan karakteristik televisi, juga agar penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang berita yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran berita. 2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Yang pertama adalah visualisasi, yaitu menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara

23 berperan penting dalam menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga memiliki suatu makna (Effendy,1993). Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar sangat besar, gambar diambil dari jarak dekat, dan lain-lain. Perpindahan dari satu gambar ke gambar lainnya juga bermacam-macam, bisa secara menyamping, dari atas ke bawah atau sebaliknya, dan sebagainya. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, penoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat meilbatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran (Ardianto,2004:128). 2.3 Model Teoritik Dalam penelitian ini, penelitian membuat model teoritik dengan memahami keterkaitan antara beberapa teori, yaitu pengolahan informasi pada komunikasi antarpribadi, media literasi, teori kultivasi, sikap dan perilaku, keluarga dan televisi. Keterkaitan teroti-teori ini akan mebentuk rangkaian yang berkesinambungan. Berikut model teoritik yang peneliti gambarkan untuk menunjukkan keterkaitan antar teori tersebut:

24 Gambar 1 Bagan Model Teoritik Penelitian Pendampingan Orangtua dengan Aktivitas Anak Menonton Televisi Media Literasi Televisi, Teori Kultivasi Orangtua (Ayah maupun Ibu) Anak Sikap dan Perilaku Komunikasi Pribadi Pendampingan Orangtua

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI (Studi kasus pada keluarga di Perumahan Meranti Permai, Kecamatan Siantar utara, Kota Pematangsiantar) Julius Osvaldo Situmorang 100904041

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

Proses dan efek Media

Proses dan efek Media Proses dan efek Media McQuail Buku.2 bab.17 Kita di pengaruhi oleh media, tetapi mekanismenya seperti apa masih belum jelas. Penduduk empat musim berpakaian berdasarkan ramalan cuaca, membeli sesuatu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

BAB III SIKAP (ATTITUDE) BAB III SIKAP (ATTITUDE) A. Pengertian Sikap atau disebut juga dengan attitude pengertiannya adalah sikap terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan untuk bertidak sesuai dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Cara untuk mencari kebenaran dilakukan para peneliti dan praktisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communications

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan secara signifikan. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis PASAR KONSUMEN DAN TINGKAH LAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI Pasar konsumen: Semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi kelompok Proses komunikasi kelompok tidak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain. Sekumpulan orang yang melakukan suatu proses komunikasi tentunya memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi untuk memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1.KOMUNIKASI Berikut ini beberapa pendapat menutut para ahli mengenai pengertian komunikasi diantaranya : menurut Barnlund komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Landasan teori merupakan bagian yang membahas uraian pemecahan

BAB II STUDI PUSTAKA. Landasan teori merupakan bagian yang membahas uraian pemecahan BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan bagian yang membahas uraian pemecahan masalah. Teori ini adalah teori yang sudah dipahami banyak orang dan digunakan untuk menganalisa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi Modul ke: 11Fakultas FIKOM Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM KAP Definisi komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan dari 3 perspektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi, Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah Provinsi,

Lebih terperinci

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu Click to edit Master title style Komunikasi massa dan efek media terhadap individu Click to edit Master subtitle style *Rahmawati Z Komunikasi massa Sistem komunikasi massa Oleh komunikator professional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari sutu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukaan

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Kelompok Menurut beberapa ahli, terdapat beberapa definisi komunikasi. Menurut Mulyana (2002: 54) mengatakan bahwa komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sebuah proses yang dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory

Lebih terperinci

Pengertian Komunikasi

Pengertian Komunikasi Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat pada era teknologi ini benar-benar merasakan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi terhadap lingkungan dan media massa. Ada berbagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Membeli 1. Pengertian Perilaku Membeli Perilaku adalah semua respon (reaksi, tanggapan, jawaban; balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme (Chaplin, 1999). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Komunikasi massa Puri Kusuma D.Putriii 1. Apa yang Anda ketahui mengenai komunikasi massa? Sebutkan contohnya! 2.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Persepsi 1.1 Defenisi Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005). Persepsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi AntarPribadi Komunikasi Antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantab dan jelas. Jadi komunikasi antarpribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk - produk seperti media cetak dan media elektronik. Produkproduk ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian saudara Ashari (2011) yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian saudara Ashari (2011) yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Produk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian saudara Ashari (2011) yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Produk dan Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness dan Dampaknya Pada Minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung PERAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENCEGAH TINDAK KEKERASAN ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN KLABALA KOTA SORONG Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung e-mail: deamanukily@gmail.com

Lebih terperinci

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S Komunikasi Interpersonal?? Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kunci dari kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Buku inspiratif yang mengulas peran perempuan untuk gerakan literasi media. Kaya akan pengalaman baru. Sayang, kurang jeli dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto, II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan dan menawarkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Yang Melandasi Permasalahan Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam masalah, maka perlu dikemukakan suatu landasan teori yang bersifat ilmiah. Dalam

Lebih terperinci

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI Hambatan dalam kegiatan komunikasi Efektivitas proses komunikasi Beberapa Hambatan dalam Komunikasi Massa Hambatan Psikologis Hambatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan sebagai pengganggu ketika sedang serius menonton acara televisi. Namun iklan juga ibarat darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Komunikasi massa 1. Apa yang Anda ketahui mengenai komunikasi massa? Sebutkan contohnya! 2. Bagaimana pendapat Anda

Lebih terperinci

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Luas Lingkup Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? (Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi) Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu

Lebih terperinci

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P Tipe-tipe komunikasi Puri Kusuma D.P a)komunikasi kesehatan b)komunikasi politik c) Komunikasi bisnis d)komunikasi keluarga e) dll Konteks-konteks komunikasi Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial,

Lebih terperinci

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci