BAB I PENDAHULUAN. berkembang, karena pendidikan sebagai wahana pokok bagi pengembangan
|
|
- Yohanes Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu bidang kajian yang terus-menerus berkembang, karena pendidikan sebagai wahana pokok bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh dari berbagai pihak terkait. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini menurut Trianto (2007) adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Menurut beliau, hal ini nampak dari hasil belajar peserta didik senantiasa masih sangat memprihatinkan, merupakan hasil dari kondisi pembelajaran yang bersifat konvensional dan tidak menyentuh dimensi peserta didik itu sendiri, dengan kata lain siswa tidak diajarkan bagaimana sebenarnya belajar itu atau bagaimana belajar untuk belajar. Selanjutnya dalam arti yang lebih subtansial, beliau menegaskan bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Walaupun demikian, guru lebih suka menerapkan model pembelajaran tersebut, dengan pertimbangan tidak memerlukan alat dan bahan praktik, hanya menjelaskan 1
2 2 konsep-konsep padabuku ajar atau sumber lain. Model pembelajaran tradisional tidak mengajarkan kepada siswa strategi belajar yang dapat memahami bagaimana cara belajar yang tepat, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, perlu penerapan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila guru ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 (Trianto, 2007) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih pada murid, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipasi, dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Satu hal lagi bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai hasil pembaharuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut juga menghendaki, bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan
3 3 dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang tepat hingga dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Diantaranya adalah bagaimana cara guru mengemas materi setiap mata pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga menumbuhkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut dan akhirnya akan menghasilkan prestasi yang baik. Keberhasilan pengajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif tetapi juga berorientasi pada aspek afektif dan psikomotorik, menuntut guru untuk lebih terampil memilih strategi belajar mengajar yang paling sesuai dengan materi yang disajikan. Oleh karena itu pemilihan strategi belajar mengajar yang tepat sangat besar pengaruhnya terhadap tercapai atau tidaknya tujuan instruksional kegiatan belajar mengajar. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah bidang studi yang menyangkut pendidikan nilai atau bidang studi yang titik tekannya pada kawasan afektif. Sebagai pendidikan nilai bertujuan agar siswa mampu menilai mana yang baik, mana yang berharga, mana yang sepatutnya dengan kematangan moral atau menurut penalaran dan keyakinannya. Nilai berhubungan dengan apa yang dianggap baik, indah dan tidak indah, adil dan tidak adil, efisien dan tidak efisien. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui pembentukan sikap. Menurut Thorsone (Puspitasari, 2005), sikap ialah tingkat kecenderungan atau pernyataan gejala senang atau tidak senang dari seseorang terhadap suatu
4 4 objek. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan(pkn) pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan itu didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, dekadensi moral, korupsi dan lain-lain. Salah satu sebab kegagalan pendidikan moral, nilai atau PKn (Trianto, 2007) adalah kesalahan dalam memilih metode pembelajarannya yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri, serta materi ajar yang terlalu bernuansa politis praktis dan yuridis formal. Padahal untuk dapat menjadi warganegara yang baik, cerdas dan bermoral pemahaman yuridis dan politis saja lebih dari cukup, justru pemahaman dan internalisasi nilai-nilailah yang amat dibutuhkan oleh peserta didik. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu ciri paradigma baru pembelajaran PKn adalah tidak lagi menekankan pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan PKn atau upaya-upaya guru ber-pkn. Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn, siswa dibina untuk membiasakan atau melakoni isi pesan materi PKn. Agar tujuan tersebut dapat berjalan dengan baik maka guru hendaknya menjadi teladan dengan menunjukkan contoh perilaku yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan di sekolah dan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka pemilihan serta penerapan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakteristik materi, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa, waktu dan kebutuhan belajar bagi siswa itu sendiri dan sebagainya.
5 5 Salah satu teknik yang digunakan dalam pembelajaran pada aspek afektif adalah teknik klarifikasi nilai (TKN), karena teknik klarifikasi nilai merupakan strategi yang titik tekannya adalah untuk mengembangkan aspek afektif. Walaupun demikian bukan berarti aspek lain tidak bisa dikembangkan menggunakan teknik ini. Teknik klarifikasi nilai dapat digunakan untuk membina, meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, namun kegunaan utamanya adalah pembinaan aspek afektif. Simon, Hove dan Kirschbaun (Puspitasari, 2005) menyatakan bahwa apabila siswa dihadapkan pada prosesproses value clarification (klarifikasi nilai), ternyata sikapnya yang apatis, bertingkah dan suka menolak menjadi berkurang. Siswa penuh semangat belajar atau bekerja dan lebih kritis cara berpikirnya. Teknik klarifikasi nilai bukan untuk memberi indoktrinasi. Tetapi guru harus bersikap terbuka dan menerima pandangan atau pendapat serta membantu siswa mengungkapkan nilai-nilainya. Karena moral tidak dapat diajarkan secara langsung, tetapi harus dengan cara melibatkan anak didik dalam kegiatan-kegiatan langsung yang aktif, interaksi sosial dan penggunaan daya nalarnya, sehingga secara aktif menemukan konsepkonsep atau prinsip-prinsip moral yang afektif. Ahli pendidikan nilai seperti Superka (1976) berpendapat bahwa tujuan pendidikan nilai adalah agar peserta didik dapat memilih secara bebas nilai-nilai yang diyakini benar dan baik serta dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan metode pembelajaran nilai, lebih lanjut Superka, at al (1976) menyatakan :
6 6 1. Inculcation (having students incorporate the standards and norms of his/her referent group or society primarily through modeling, rewards, and sanctions). Artinya penanaman (mengharuskan para siswa menggabungkan standar dan norma-norma kelompoknya sebagai rujukannya atau terutama melalui pemodelan, penghargaan, dan sanksi). 2. Moral development (having students move through the stages of moral reasoning based on higher sets of values, using primarily discussions of moral dilemmas). Artinya perkembangan moral (mengharuskan siswa berubah melalui tahapan penalaran moral berdasarkan kelompok nilainilai lebih tinggi, terutama dengan menggunakan diskusi dilema moral). 3. Analysis (helping student use rational, sceientific investigation to decide issues of values and ethichs, often using case studies). Artinya analisis (membantu siswa menggunakan rasional, penyelidikan keilmuan untuk memutuskan masalah nilai dan etik, sering menggunakan studi kasus). 4. Value clarification (helping students indentify their own and others values, often with role playing, games or simulation as well as discussion and self-analysis). Artinya klarifikasi nilai (membantu siswa mengidentifikasi nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain, seringkali dengan bermain peran, permainan atau simulasi serta diskusi dan analisis diri). 5. Action learning (using values clarification and/or other approaches, providing students with opportunities to put values into practice with social action). Artinya belajar berbuat (menggunakan klarifikasi nilai
7 7 dan/atau pendekatan lainnya, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menempatkan nilai-nilai praktis dengan aksi sosial). Dengan kelima pendekatan di atas diharapkan dapat dipilih serta digunakan pendekatan yang terbaik (eklektif) dan saling mengkaitkannya satu sama lain agar menimbulkan hasil yang optimal (sinergis). Sejumlah ahli pendidikan nilai seperti Harmin, dkk (Sjarkawi, 2006) yang mengatakan bahwa dari sekian metode pembelajaran nilai maka value clarification tehnique jauh lebih efektif, mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan pendekatan lain sehingga sangat tepat dalam pembelajaran PKn. Pendekatan ini juga sesuai dengan alam demokrasi, yang memungkinkan setiap peserta didik untuk memilih, menentukan, mengolah, dan mengembangkan nilai-nilainya sendiri dengan pendampingan seorang pendidik. Menurut Frydaki dan Mamoura (Adisusilo, 2011), mengatakan peserta didik pada umumnya lebih senang diberi kebebasan untuk memilih nilai-nilai yang diyakininya baik bagi dirinya, dan suatu pemaksaan dari pihak lain tidak akan ada gunanya. Menurut Djahiri (1985) pembelajaran Pkn sangat cocok apabila menggunakan model value clarification tehnique (teknik klarifikasi nilai), sebab model tersebut dapat menyampaikan pesan-pesan kognitif dan afektif sebagaimana terkandung dalam materi pembelajaran PKn yang cenderung penuh dengan muatan moralitas, nilainilai pancasila dan norma yang berhubungan langsung dengan ungkapan sikap atau perilaku sebagai warga negara yang mempelajari PKn tersebut. Berdasarkan pendapat beberapa ahli pendidikan nilai mengenai pendekatan klarifikasi nilai, maka dapat dikatakan bahwa teknik klarifikasi nilai merupakan
8 8 salah satu pendekatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran PKn, karena pengertian pembelajaran PKn (Puspitasari, 2005) adalah proses mentransformasi pengetahuan, keterampilan, nilai dari seorang guru kepada siswa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter serta pada diri siswa terjadi perubahan pada sikap dan tingkah laku yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Menurut Ali Emran (1984), teknik klarifikasi nilai memiliki berbagai model diantaranya adalah model percontohan, model pungutuan suara, model kartu keyakinan, model analisis nilai, model yurisprudensi, model analisis tulisan, model reportase, model perisai, model cerita tidak selesai, model daftar matrik, model tingkat urutan, gejala kontinum dan penilaian diri sendiri, model membaca penilaian orang lain tentang diri kita sendiri, model wawancara dan sebagainya. Bertolak dari hasil penelitian sebelumnya, mengenai penerapan Teknik klarifikasi Nilai dengan menggunakan model teknik tulisan, yurisprudensi, model skala baik buruk dan model percontohan, yang mana dalam bagian kesimpulan dan saran, diharapkan untuk dilaksanakan penerapan Teknik Klarifikasi Nilai dengan model yang lain, maka penulis melakukan penelitian yang sejenis, dengan judul Penerapan Teknik Klarifikasi Nilai Model Reportase Akurat, Kartu Keyakinan, Analisis Nilai Akurat dan Pungutan Suara Dalam Pembelajaran PKn Bagi Siswa Kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga Semester Genap 2012/2013.
9 9 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, masalah pokok yang diteliti adalah bagaimana penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai akurat serta pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap 2012/2013? Berdasarkan rumusan masalah pokok tersebut, dapat dikembangkan dalam beberapa sub masalah sebagai berikut: a) Bagaimana penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai secara akurat serta pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap tahun 2012/1013? b) Apa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai akurat serta pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa di kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap tahun 2012/2013 dan solusi mengatasinya? c) Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai akurat dan pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa di kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap 2012/2013?
10 Tujuan Penelitian Dengan melihat beberapa rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: a) Mendeskripsikan penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai secara akurat serta pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap 2012/2013. b) Mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai akurat serta pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap 2012/2013 dan solusi untuk mengatasinya. c) Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan teknik klarifikasi nilai model reportase akurat, kartu keyakinan, analisis nilai akurat dan pungutan suara dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas VIII A dan B di SMP PL Salatiga semester genap 2012/2013.
11 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Manfaat Akademis (a) Bagi penulis; untuk memenuhi persyaratan dalam penyusunan tugas akhir dan dapat menambah pengetahuan mengenai penerapan teknik klarifikasi nilai dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan diharapkan kelak berguna bagi penulis ketika sudah menjadi guru Pendidikan Kewarganegaraan. (b) Bagi program studi Pendidikan Kewarganegaraan; dapat memberikan masukan dalam pengembangan perkuliahan, khususnya pada mata kuliah Belajar Pembelajaran dan Metode Pembelajaran PKn. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada sekolah dan guru PKn untuk menerapkan teknik klarifikasi nilai dengan menggunakan model kartu keyakinan, model reportase, model analisis nilai secara akurat serta model pungutan suara dalam pembelajaran PKn.
12 Penjelasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap judul yang diajukan, maka perlu dijelaskan beberapa istilah: I. Teknik klarifikasi nilai (Rahardja, 2002) adalah suatu teknik mengajar yang berupaya membina sikap atau nilai moral. Model teknik klarifikasi nilai yang diterapkan adalah berikut : a) Model reportase akurat (Ali Emran, 1984) adalah suatu teknik analisa nilai yang penekanannya pada daya imajinasi, abstraksi menyusun fakta dan konsep tentang apa yang telah dilihat dan didengarkan. b) Model kartu keyakinan (Ali Emran, 1984) adalah teknik klarifikasi nilai yang digunakan untuk membina siswa dalam mengklarifikasi masalah dan pemecahannya secara rasional untuk selanjutnya menentukan sikap, pendirian dan penilaiannya. c) Model analisis nilai akurat (Ali Emran, 1984) adalah teknik analisis nilai yang penekanannya pada imajinasi, abstraksi menyusun fakta dan konsep nilai tentang apa yang diperoleh sebagai hasil liputan secara akurat. d) Model pungutan suara (Rahardja, 2002) adalah teknik dalam klarifikasi nilai yang bertujuan untuk melatih keberanian siswa untuk menyatakan niat, identitas, sikap, pilihannya dengan dilihat oleh teman lain dan juga tahu sikap/ pendapat orang lain dan harus menghargainya.
13 13 II. Pendidikan Kewarganegaraan (BNSP, 2006) adalah mata pelajaran yang ada dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 yang didalamnya mencakup aspek pengetahuan (civic knowledge), aspek keterampilan (civic skill), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions). III. Pembelajaran PKn (Puspitasari, 2005) adalah proses mentransformasi pengetahuan, ketrampilan, nilai dari seorang guru kepada siswa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter serta pada diri siswa terjadi perubahan pada sikap dan tingkah laku yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi utama untuk menciptakan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dalam suatu bangsa. Pendidikan bertujuan membangun potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi. muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pendidikan banyak mendapat sorotan sebagai penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi muda pada umumnya. Menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak terlepas dari pendidikan. Peran pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung secara terus menerus dan kontinu sepanjang hayat ke arah membina manusia atau peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses belajar dan mengajar. Dewasa ini, sekolah dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Di Indonesia, semua orang tanpa terkecuali berhak untuk mendapatkan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah pendidikan sebagai proses pembudayaan dan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era
Lebih terperinciPEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal itu, pendidikan memiliki peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE SISWA KELAS IV SDN 10 PADANG DAREK KABUPATEN SOLOK SELATAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE SISWA KELAS IV SDN 10 PADANG DAREK KABUPATEN SOLOK SELATAN Evri Sandi 1, Pebriyenni 1, Hendrizal 1. 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi yang diharapkan setelah menempuh Pendidikan Kewarganegaraan adalah dimilikinya seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dari seorang warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan tengah mengalami pergeseran paradigma yang sangat cepat dan bersifat global. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th. 2003 Bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad informasi. Seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses perilaku siswa yang kompleks sebagai suatu tindakan, dimana belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Memasuki abad-21, Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting di berbagai sektor kehidupan. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan maju mundurnya suatu bangsa, karena pendidikan merupakan salah satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Negara Indonesia bukan hanya dari aspek perekonomian maupun sosial budayanya saja melainkan dari aspek politik dan pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PKn kelas VII D di SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PKn kelas VII D di SMP Pasundan 3 Bandung terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi baik sebagai individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses jangka pendek dan jangka panjang. Pencapaian tujuan pendidikan nasional memerlukan pertahapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengarahkan kualitas individu kearah yang lebih positif dan berguna, baik untuk dirinya sendiri maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mata pelajaran PKn merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan tantangan yang akan dihadapi oleh anak bangsa pada masa kini maupun masa yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti di Kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta, bahwa permasalahan yang dialami oleh guru
Lebih terperinciPengembangan Pembelajaran PKN di SD. Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009
Pengembangan Pembelajaran PKN di SD Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009 PARADIGMA BARU PKn CIVIC KNOWLEDGE (Pengetahuan Kewarganegaraan) CIVIC SKILLS (Keterampilan Kewarganegaraan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial. Perubahan kearah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Penegasan Istilah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa terhadap materi ajar. Lemahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. formal maupun pendidikan nonformal. Salah satu upaya untuk mengatasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang serius dalam pendidikan tersebut yaitu rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik itu jenjang pendidikan formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi pendidikan. Strategi pembelajaran dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanyalah salah satu faktor saja -dari sekian banyak faktor- yang perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu pembelajaran, pendekatan memang bukan segala-galanya. Masih banyak faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa sebab pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi : Pendidikan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:
II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar. Pendidikan di sekolah mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memahami yang diajarkan.pendidikan harus mendapat perhatian baik oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikandapat dipandang salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pembelajaran,dengan pendidikan maka siswa diharapkan mengerti dan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting berkaitan dengan pembentukan karakter siswa. Pada dasarnya karakter yang dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola segala komponen yang ada di dalamnya dengan baik dan tepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses pendidikan yang merupakan proses untuk meningkatkan harkat serta martabat bangsa. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola pikir seseorang dalam menghadapi berbagai situasi masalah kondisi lingkungan, sesamanya, dirinya dan permasalahan dalam kehidupannya sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pada abad 21 menuntun masyarakat agar memiliki keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st Century Partnership Learning Framework (BSNP,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era kompetitif, semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA. Jl. Semarang 5 Malang.
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail: malyaulfa@ymail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan tingkat satuan pendidikan SD/MI. Mata pelajaran PKn menjadi instrument penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 secara normatif dikemukakan bahwa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
Lebih terperinci