ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA"

Transkripsi

1 ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Permintaan Ekowisata di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Insan Aulia NIM H

4

5 ABSTRAK INSAN AULIA.Analisis Permintaan Ekowisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Pariwisata dengan konsep ekowisata saat ini sedang diminati. Orang kini cenderung memilih wisata minat khusus daripada wisata massal, seperti memilih wisata yang kembali ke alam. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) merupakan salah satu destinasi ekowisata yang terletak di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangarango (TNGGP). Program ekowisata yang ditawarkan di PPKAB adalah pendidikan lingkungan dan konservasi serta rekreasi alam. Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan PPKAB tidak memiliki nilai pasar, sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat.oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan dengan metode biaya perjalanan untuk menentukan nilai ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan wisata lebih lanjut. Melalui penelitian ini dilakukan identifikasi karakteristik pengunjung rekreasi alam dan pengunjung kegiatan pendidikan di PPKAB, faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengarui fungsi permintaan rekreasi alam dan fungsi permintaan kegiatan pendidikan di PPKAB serta mengestimasi nilai ekonomi wisata dari PPKAB. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat variabel bebas yang memengaruhi jumlah kunjungan kegiatan rekreasi alam secara signifikan, yaitu jarak tempuh, jumlah tanggungan, waktu yang dihabiskan, dan lama mengetahui, sedangkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan kegiatan pendidikan adalah variabel waktu tempuh dan lama mengetahui. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh surplus konsumen per kunjungan per individu untuk kegiatan rekreasi alam sebesar Rp dan untuk kegiatan pendidikan sebesar Rp Nilai ekonomi PPKAB sebagai lokasi rekreasi alam sebesar Rp dan nilai ekonomi PPKAB sebagai lokasi pendidikan lingkungan dan konservasi sebesar Rp Kata Kunci: Ekowisata, PPKAB, metode biaya perjalanan, TNGGP

6 vi ABSTRACT INSAN AULIA. Analysis of Ecotourism Demand in Bodogol Conservation Education Center Gunung Gede Pangrango National Park. Supervised by YUSMAN SYAUKAT. The tourism with Eco-tourism concept is the interest of tourism nowadays. Most people nowdays choose niche tourism such as back-to-nature concept than mass tourism. Bodogol Conservation Education Center (PPKAB) is ecotourism destination located in Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Ecotourism package that offered by PPKAB were conservation and environmental education and nature recreation. Most of the services that offered by PPKAB for eco tourism did not had any big effect on the market so the entrance tariff to tourism sites still not showed up for economic value from the eco tourism itself. Therefore travel cost method approachment is needed to determine economic value from environmental services as the indicator to develop sustainable ecotourism onwards. This research had identificated visitors characteristic to nature recreation and education activity in PPKAB, social economic factors that influenced its demand function in PPKAB and also estimated economic values of ecotourism in PPKAB. Based on the research result, there were four independent variables that significantly influenced nature recreation visitor: mileages, the number of dependents, time spent, and long known. Variable that significantly influence to visitor amount of education activity were mileages and long known. Estimation result determines that consumer surplus per visitor per individual for nature recreation Rp and for education activity Rp Economic value of PPKAB as nature recreation destination Rp and economic value of PPKAB as consevation education center Rp Keywords: Ecotourism, PPKAB, travel cost method, TNGGP

7 vii ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 viii

9

10 x

11 xi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Analisis Permintaan Ekowisata di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta untuk semua doa, dukungan dan cintanya. Ibu (Ayi Damayanti,S.Pd) dan Ayah (Ir.Tedy Suryadiputra) serta kakak (Khairunnisa,S.Pd) dan adik (Tsabit Khairul Auni). 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji utama dan Prima Gandhi, SP, M.Si selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 4. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 5. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Pengelola PPKAB, Mas Elan, Mang Ae yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada penulis selama penelitian. 6. Ma shum Afnani yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL Melin, Mamal, Amal, Dhea, Nana, Aldi, Rizal, Donna, Gita, Ayas, Rifal dan Dwi yang selalu memberikan bantuan, motivasi, dan semangat. 8. Sahabat-sahabat TPB Rahmalia, Febri, Ichsan, Dinta, Nizaf, Baskoro, dan Rifki yang telah memberikan dukungan. 9. Sahabat UKF dan Wisma La Sapienza Cahyatina, Hesty, Yunita, Ima yang telah memberikan dukungan dan semangatnya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca. Bogor, Februari 2015 Insan Aulia

12 xii

13 xiii DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xvii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Ekonomi Wisata Wisata Alam di Taman Nasional Ekowisata Permintaan Wisata Valuasi Ekonomi Travel Cost Method Nilai Ekonomi Wisata dan Surplus Konsumen Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN IV METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Karekteristik Wisatawan dan Fungsi Permintaan Wisata Nilai Ekonomi Wisata dengan Pendugaan Surplus Konsumen V GAMBARAN UMUM Lokasi dan Kondisi Geografis Latar Belakang Pendirian PPKAB... 27

14 xiv 5.3 Fasilitas yang Tersedia VI KARAKTERISTIK PENGUNJUNG PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL Karekteristik Responden Umur Daerah asal Tingkat Pendidikan Pekerjaan Tingkat Penghasilan Cara Kedatangan Jumlah Rombongan Sumber Informasi Kawasan Lama Kunjungan Jarak Tempuh Waktu Tempuh Alat Transportasi Persepsi Pengunjung Mengenai PPKAB Keamanan Penyediaan Fasilitas Pelayanan Pengelola Aksesibilitas Kebersihan Tarif Tiket Masuk Keindahan VII FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Wisata Fungsi Permintaan Wisata Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekowisata di PPKAB Variabel Model Fungsi Permintaan Rekreasi Alam Variabel Model Fungsi Permintaan Kegiatan Pendidikan... 54

15 xv 7.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi PPKAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 86

16 xvi DAFTAR TABEL 1 Ranking devisa pariwisata terhadap 10 barang ekspor terbesar Jumlah pengunjung tahunan PPKAB Matriks metode analisis data Sebaran umur responden pengunjung PPKAB tahun Sebaran daerah asal pengunjung PPKAB tahun Sebaran pendidikan akhir responden pengunjung PPKAB tahun Sebaran pekerjaan responden pengunjung PPKAB tahun Sebaran tingkat pengasilan responden pengunjung PPKAB tahun Sebaran cara kedatangan pengunjung PPKAB tahun Sebaran jumlah rombongan pengunjung PPKAB tahun Sebaran sumber informasi lokasi pengunjung PPKAB tahun Sebaran lama kunjungan pengunjung PPKAB tahun Sebaran jarak tempuh pengunjung PPKAB tahun Sebaran waktu tempuh pengunjung PPKAB tahun Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung PPKAB sampai kantor resort Bodogol Tahun Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung untuk sampai lokasi PPKAB tahun Proporsi persepsi pengunjung mengenai keamanan di PPKAB tahun Proporsi persepsi pengunjung PPKAB mengenai penyediaan fasilitas tahun Proporsi persepsi pengunjung mengenai pelayanan pengelola PPKAB tahun Proporsi persepsi pengunjung mengenai aksesibilitas menuju PPKAB tahun Proporsi persepsi pengunjung mengenai kebersihan PPKAB tahun Proporsi penilaian pengunjung terhadap tarif tiket masuk PPKAB tahun Proporsi persepsi pengunjung mengenai keindahan di PPKAB tahun Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan pengunjung rekreasi alam... 47

17 xvii 25 Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan pengunjung kegiatan pendidikan Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi kunjungan DAFTAR GAMBAR 1 Alur kerangka berpikir...20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi penelitian Hasil regresi fungsi permintaan kegiatan rekreasi alam Hasil regresi fungsi permintaan kegiatan pendidikan Perhitungan surplus konsumen Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan kegiatan rekreasi alam Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan kegiatan pendidikan Kuesioner penelitian Dokumentasi penelitian...83

18 xviii

19 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah beriklim tropis. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Potensi sumberdaya alam itu antara lain adalah wilayah hutan tropis, tanah pertanian yang subur, lautan yang luas, serta keanekaragaman hayati. Kekayaan Indonesia akan sumberdaya alam ini bisa menjadi pertimbangan pemerintah dalam membangun industri pariwisata. Industri pariwisata ini nantinya diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Pariwisata merupakan salah satu potensi daerah yang banyak dikembangkan masyarakat Indonesia. Keindahan panorama alam dan keunikan budaya lokal Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi obyek wisata di Indonesia. Saat ini sektor pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Secara kumulatif (Januari Oktober) 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 7,76 juta kunjungan, yang berarti meningkat 8,71% dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2013 (BPS 2015). Pada tahun 2013 sektor pariwisata menempati urutan ke empat setelah migas, batu bara, dan minyak kelapa sawit dalam ranking devisa pariwisata terhadap 10 barang ekspor terbesar seperti terlihat pada Tabel 1. Besarnya potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia dan prospek pariwisata yang terus meningkat menjadi pemicu berkembangnya pariwisata di Indonesia. Salah satu potensi wisata yang bisa di kembangkan di Indonesia adalah kegiatan ekowisata. Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal (Damanik dan Weber 2006). Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan melibatkan unsur pendidikan dan interpretasi (TIES 2015).

20 2 Tabel 1 Ranking devisa pariwisata terhadap 10 barang ekspor terbesar Jenis Nilai Jenis Nilai Jenis Nilai Komoditas (juta USD) Komoditas (juta USD) Komoditas (juta USD) Minyak & Minyak & gas Minyak & gas 41477, ,00 gas bumi bumi bumi 32633,20 Batubara 27221,80 Batubara 26166,30 Batubara 24501,40 Minyak Minyak kelapa Minyak 17261, ,00 kelapa sawit sawit kelapa sawit 15839,10 Karet olahan 14258,20 Karet olahan 10395,50 Pariwisata 10054,10 Pariwisata 8554,40 Pariwisata 9120,85 Karet olahan 9316,60 Pakaian jadi 7801,50 Pakaian jadi 7304,70 Pakaian jadi 7501,00 Alat listrik 7364,30 Alat listrik 6481,90 Alat listrik 6418,60 Tekstil 5563,30 Tekstil 5278,10 Makanan olahan 5434,80 Makanan olahan Bahan Kimia Kertas dan barang dari kertas 4802, ,00 Makanan olahan Kertas dan barang dari kertas 5135,60 Tekstil 5293, ,00 Kertas dan barang dari kertas 3802, ,40 Bahan Kimia 3636,30 Kayu olahan 3514,50 Sumber: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2014 Tingginya tingkat stress di perkotaan akibat dari beban pekerjaan, kemacetan lalu lintas dan polusi udara menyebabkan kegiatan wisata berbasis ekowisata mulai diminati masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan. Kegiatan ekowisata yang menawarkan konsep yang berbeda dari kegiatan wisata massal diminati masyarakat untuk menghilangkan kepenatan selama beraktivitas. Ekowisata dapat memberikan sensasi relaksasi kepada pengunjung sehingga dapat membangkitkan kembali semangat untuk bekerja setelah pulang berwisata. Salah satu kegiatan ekowisata yang bisa dilakukan adalah kegiatan ekowisata di kawasan Taman Nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma

21 3 kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke wisata minat khusus yaitu ekowisata (Nugroho 2011). Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor berpotensi besar untuk dikelola menjadi daerah tujuan ekowisata di kawasan Taman Nasional. Di dua Kabupaten ini terdapat dua taman nasional diantaranya adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Salah satu tujuan ekowisata di taman nasional di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor yang menarik perhatian wisatawan adalah Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), terletak di wilayah zona pemanfaatan TNGGP. Secara geografis PPKAB berada di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor, tetapi pengelolaannya berada di bawah pengelolaan Kantor Bidang Pengelolaan TNGGP Wilayah III Bogor. TNGGP sendiri berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur dengan luas ,03 ha dan hanya berjarak sekitar 100 km dari kota Jakarta 1. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berada pada ketingian 800 m dpl. Perannya mampu menopang keragaman hayati yang tinggi. Beberapa jenis tumbuhan berbunga, tumbuhan obat, tanaman hias, serta satwa endemik jawa seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates moloch) dapat ditemukan di dalam kawasan ini. Selain sebagai lokasi pendidikan konservasi alam, PPKAB memiliki peran sebagai kawasan penelitian dan ekowisata terbatas. Beberapa atraksi wisata khusus yang ditawarkan oleh PPKAB adalah menyingkap rahasia hutan hujan tropis, flora-flora bermanfaat di hutan hujan tropis, mamalia hutan hujan tropis, birdwatching, asal-usul air, dan jungle trekking. PPKAB sendiri memiliki fasilitas penunjang untuk kegiatan ekowisata seperti asrama untuk tempat menginap wisatawan, menara pengamatan satwa dan jembatan canopy trail 2. Keberadaan PPKAB menjadi daya tarik ekowisata yang 1 TNGGP Tentang TNGGP Diakses: 3 Februari PPKAB Profil PPKAB ppkab.blogspot.com/2010/04/profil-ppkab.html?m=1. Diakses: 21 November 2013

22 4 cukup menarik bagi wisatawan yang ingin merasa lebih dekat dengan kehidupan liar hutan hujan tropis. Program ekowisata yang ditawarkan adalah atraksi wisata khusus yang tidak bisa dirasakan di kawasan wisata massal. Daya tarik dan objek dalam kegiatan ekowisata ini tergolong dalam sumberdaya yang bersifat barang publik dimana konsumsi yng dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan indah, pengalaman bertemu dengan satwa liar dan lain sejenisnya. 1.2 Perumusan Masalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan kawasan pelestarian alam yang kaya dengan obyek wisata. TNGGP memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi perlindungan dan pelestarian, fungsi pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan serta fungsi rekreasi dan pariwisata. Salah satu jenis wisata yng dikembangkan di taman nasional adalah ekowisata. Pariwisata dengan konsep ekowisata saat ini sedang diminati. Orang kini cenderung memilih wisata minat khusus dari pada wisata massal, seperti memilih wisata yang kembali ke alam (Nugroho 2011). Salah satu kegiatan ekowisata yang dilakukan di kawasan TNGGP adalah kegiatan yang dilakukan di PPKAB Sukabumi. PPKAB didesain sebagai pusat kegiatan pendidikan konservasi yang ditujukan untuk semua kalangan, baik masyarakat sekitar taman nasional, wisatawan, pelajar, dan peneliti. PPKAB sendiri terbentuk atas prakarsa tiga lembaga, yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Alam Mitra Indonesia (ALAMI). PPKAB mulai diperkenalkan secara umum kepada masyarakat luas pada tahun Pada tahun 2008 konsorsium PPKAB berubah menjadi Konsorsium Konservasi Alam Bodogol dengan anggota Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Owa Jawa (YOJ) 2.

23 5 Lebih dari orang telah mengunjungi tempat ini sejak tahun 1998, termasuk anak-anak sekolah setempat, keluarga, kelompok masyarakat, pengambil kebijakan dan eksekutif perusahaan 2. PPKAB mempunyai tiga program utama yaitu program pendidikan dengan sasaran siswa sekolah dasar sampai mahasiswa, program penelitian untuk mahasiswa atau peneliti yang tertarik untuk meneliti hutan hujan tropis di PPKAB, dan program rekreasi alam untuk khalayak umum yang ingin merasakan wisata yang tidak biasa dengan suasana hutan hujan tropis. PPKAB biasanya ramai oleh pengunjung diakhir pekan atau hari libur nasional. Tabel 2 Jumlah pengunjung tahunan PPKAB Tahun Jumlah Pengunjung (orang) Pendidikan Penelitian Rekreasi Total Kunjungan Sumber: Pengelola Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, 2013 Pada Tabel 2 terlihat peningkatan jumlah kunjungan dari tahun 2008 hingga tahun 2011, tetapi terjadi penurunan yang cukup signifikan di tahun 2012 yaitu sebesar 862 pengunjung dan meningkat lagi di tahun 2013 sebesar 202 pengunjung. Penurunan kunjungan yang cukup tinggi ditahun 2012 menurut pengelola diindikasikan karena adanya kejenuhan dari wisatawan yang berkunjung ke PPKAB. Kurangnya promosi dan pengetahuan masyarakat akan keberadaan PPKAB juga diduga membuat tingkat kunjungan ke PPKAB masih rendah. Batas maksimal pengunjung ekowisata di PPKAB perhari adalah 150 orang (one day trip). Akses jalan yang rusak membuat pengunjung yang datang hanya orang tertentu saja, yaitu pengunjung yang bersedia berjalan kaki sejauh kurang lebih 2,8 km, pengunjung yang bersedia menyewa kendaraan four wheel drive atau naik ojek, dan pengunjung yang memiliki kendaraan four wheel drive. Pengunjung yang datang ke PPKAB biasanya adalah para wisatawan minat khusus. Keberadaan PPKAB yang terletak di dalam hutan hujan tropis menjadikan PPKAB jalur perlintasan satwa liar. Wisatawan yang beruntung bisa melihat

24 6 satwa liar seperti owa jawa, lutung, atau macan tutul. Hal seperti ini membuat PPKAB mempunyai nilai jual sebagai destinasi ekowisata. Pengunjung adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi pendapatan suatu tempat wisata. Pengelola perlu mengetahui karakteristik pengunjung untuk dapat menentukan arah kebijakan pelayanan yang tepat dalam pengembangan dan pengelolaan obyek wisata tersebut. Sebagian besar jasa lingkungan untuk kegiatan wisata yang ditawarkan PPKAB tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan dengan metode biaya perjalanan untuk menentukan nilai ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan wisata lebih lanjut. Nilai ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai tersebut meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimakah karakteristik dari pengunjung PPKAB dari kegiatan wisata alam dan pendidikan? 2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi permintaan ekowisata di PPKAB dari kegiatan wisata alam dan kegiatan pendidikan? 3. Berapa nilai ekonomi wisata PPKAB? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai betikut : 1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke PPKAB.

25 7 2. Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengarui fungsi permintaan ekowisata di PPKAB dari kegiatan wisata alam dan kegiatan pendidikan. 3. Mengestimasi nilai ekonomi wisata yang dihasilkan PPKAB. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2. Bagi pengambil kebijakan, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya pengembangan lebih lanjut Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan. 1.5 Ruang Lingkup 1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai ekonomi dari PPKAB TNGGP berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). 2. Nilai ekonomi yang dianalisis hanya manfaat intangible berupa manfaat ekowisata, tidak dilakukan untuk manfaat tangible dan intangible lainnya pada PPKAB. 3. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik sumberdaya alam yang dimilikinya. 4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang sama dengan pengunjung pada saat penelitian. 5. PPKAB dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata responden.

26 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Wisata Pengertian wisata menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1990 adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut undang-undang yang sama pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pengertian pariwisata yang dikemukan oleh Wahab (1992) yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Ekonomi wisata adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara ekonomi dan kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan maupun pelaku wisata lainnya. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas alam) serta industri lainnya (Yoeti 2008). Pariwisata juga dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan, karena dampak yang diberikan terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan mancanegara (foreign tourist) pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat, dimana pariwisata dikembangkan. Gilbert (1990) dalam Vanhove (2005) menyatakan bahwa pariwisata merupakan bentuk kegiatan manusia yang menitikberatkan pada perjalanan, sehingga pariwisata menimbulkan berbagai kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan sarana transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, hiburan, dan sebagainya. Sarana inilah yang kemudian dikenal sebagai industri pariwisata karena dapat menghasilkan produk tertentu berupa barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan penginapan, angkutan wisata, restoran dan perusahaan hiburan serta perusahaan souvenir. Kegiatan wisata berkaitan erat dengan

27 9 pertumbuhan ekonomi di daerah tujuan wisata. Salah satu kegiatan wisata yang saat ini sedang banyak diminati adalah kegiatan wisata alam. 2.2 Wisata Alam di Taman Nasional Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2010 Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Menurut Suswantoro (1997) kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam. Semua kegiatan wisata ini dilakukan dalam obyek wisata yang ada. Pada umumnya obyek wisata tersebut berada pada suatu kawasan dimana kawasan tersebut sering disebut sebagai kawasan wisata alam. Obyek wisata alam yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi dua, obyek wisata alam yaitu obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dan obyek wisata yang terdapat di dalam kawasan konsevasi yang terdiri dari taman nasional, taman wisata alam, taman buru, taman laut dan taman hutan raya. Semua kawasan ini berada di bawah tanggung jawab Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam (Soemarno 2008). Menurut Eagles (2002) dalam Prayoga (2013), kawasan konservasi merupakan tempat yang menarik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan wisata outdoor (kegiatan-kegiatan yang memberi penghargaan pada lingkungan alam). Hal ini merupakan tantangan bagi pengelola kawasan konservasi untuk memastikan bahwa pengunjung mendapatkan kegiatan wisata yang diinginkan, disisi lain juga mampu meningkatkan kesadaran mereka untuk memelihara nilainilai yang dilindungi dengan kegiatan tersebut. Salah satu kegiatan wisata alam di kawasan konservasi adalah wisata di kawasan taman nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sisem zonasi

28 10 yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Kawasan pelestarian alam sendiri menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1990 adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 56 Tahun 2006, Taman Nasional di kelola dalam beberapa zona di antaranya adalah : 1. Zona Inti Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi,berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. 2. Zona Rimba Zona rimba untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 3. Zona Pemanfaatan Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. 4. Zona lainnya Zona ini dibagi lagi dalam beberapa zona yang karena fungsi dan kondisinya di tetapkan dalam zona tertentu seperti zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi dan zona khusus. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma

29 11 kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke wisata minat khusus yaitu ekowisata (Nugroho 2011). 2.3 Ekowisata Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegitan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelesatarian sumberdaya pariwisata (Damanik dan Weber 2006). Masyarakat Ekowisata International mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan melibatkan unsur pendidikan dan interpretasi (TIES 2015). Menurut Damanik dan Weber 2006, dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; ketiga, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wisata secara ramah lingkungan Prinsip ekowisata menurut The International Ecotourism Society (2015), dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Mengurangi dampak negarif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata. 2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik dari diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya. 3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan dan konservasi tempat wisata tersebut. 4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi memalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan. 5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.

30 12 6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata. 7. Mendesain, membangun, dan mengoperasikan fasilitas yang berdampak rendah bagi lingkungan. 8. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. 2.4 Permintaan Wisata Permintaan adalah sejumlah barang atau produk yang merupakan barangbarang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan harga tertentu dalam suatu waktu atau periode tertentu. Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang lebih umum, diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap barangbarang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun dalam praktiknya, pengertian permintaan seperti ini menunjukkan adanya permintaan atas sejumlah barang yang diikuti dengan kekuatan membeli (purchasing power) (Yoeti 2008). Permintaan masyarakat terhadap jasa-jasa lingkungan seperti tempat rekreasi alam juga sama dengan permintaan barang dan jasa. Menurut Douglas (1970) permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan wisata yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitas-fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat. Permintaan wisata di alam terbuka dapat diartikan sebagai jumlah pengunjung yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai unit volume (kunjungan, hari kunjungan) pada berbagai tingkat biaya wisata. Kurva permintaan secara ekonomi menggambarkan jumlah unit barang atau jasa tertentu yang akan dibayar pada berbagai tingkat harga (Clawson dan Knetsch 1975). Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan wisata menurut Clawson dan Knetsch (1975) adalah sebagai berikut : 1. Faktor individu atau yang berhubungan dengan pemakai potensial :

31 13 1) Jumlah total individu yang berada di sekitar tempat rekreasi. 2) Distribusi geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan mencapai areal. 3) Karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jemis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan status pendidikan. 4) Pendapatan rata-rata dan distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya. 5) Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan wisata. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi : 1) Keindahan dan daya tarik. 2) Intensitas dan sifat pengelolaan. 3) Alternatif pilihan tempat rekreasi. 4) Kapasitas akomodasi untuk pemakaian potensial. 5) Karekteristik iklim dan cuaca tempat rekreasi. 3. Hubungan antara pemakai potensial dengan tempat rekreasi : 1) Lamanya dan waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat rekreasi. 2) Kesenangan atau kenyamanan dalam perjalanan. 3) Biaya untuk berkunjung ke tempat rekreasi. 4) Meningkatnya permintaan rekreasi sebagai akibat promosi yang menarik. 2.5 Valuasi Ekonomi Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menilai secara riil harga dari suatu barang dan jasa. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan adalah penilaian ekonomi dengan menggunakan pendekatan penilaian kegunaan langsung dan tidak langsung (Adrianto dan Wahyudin 2007). Secara umum, teknik valuasi ekonomi digunakan untuk sumberdaya alam dan lingkungan yang belum memiliki nilai pasar (non-market valuation). Valuasi ekonomi dengan non-market valuation dapat digolongkan kedalam dua kelompok.

32 14 Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (DCM) (Fauzi 2010). 2.6 Travel Cost Method Menurut Fauzi (2010), Travel Cost Method (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi diatas. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Peneliti dapat mengkaji nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola expenditure dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat biaya akibat: 1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru. 3. Perubahan kualitas lingkungan. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasy (ZTCM).

33 15 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (ITCM). Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : Keterangan: Vij = f ( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi ) Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j. Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. Tij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi. Sij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi : pendapatan (income) dari individu i. Menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010), agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar : 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips).

34 16 Menurut Fauzi (2010), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni : 1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurposive visit). 2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat. 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time). 2.7 Nilai Ekonomi Wisata dan Surplus Konsumen Nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Secara formal, konsep ini disebut dengan keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi 2010). Menurut Nicholson (1995), surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari partisipasinya di suatu pasar dan dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen yang terkait dengan penilaian ekonomi untuk barang-barang sumberdaya dan lingkungan cenderung underestimated sehingga surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total dari barang dan jasa tersebut (Hufschmidt et al dalam Sihombing 2011).

35 Penelitian Terdahulu Aprilian (2009) dalam penelitiannya di Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung menduga pemintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabelvariabel tersebut yaitu: biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Guna menentukan nilai ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Wilingness To Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Sihombing (2011) dalam penelitiannya di Taman Wisata Alam Gunung Pancar mengestimasi nilai ekonomi menggunakan metode biaya perjalanan dan prospek pengembangan wisata. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu: biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Guna menentukan nilai ekonomi total dari TWA Gunung Pancar surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay. Firandari (2009) dalam penelitiannya di Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) menduga permintaan dan nilai ekonomi wisata dengan metode biaya perjalanan. Permintaan wisata PSG-3 dimodelkan dalam bentuk regresi poisson. Permintaan wisata PSG-3 (frekuensi kunjungan seseorang ke PSG-3) dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap keberadaan PSG-3.

36 18 Analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk PSG-3 sampai taraf harga Rp 8.577,00. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di PPKAB TNGGP yang merupakan lokasi wisata minat khusus dan belum cukup dikenal masyarakat.

37 III KERANGKA PEMIKIRAN Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol merupakan salah satu destinasi ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Fasilitas yang disediakan PPKAB cukup lengkap seperti asrama, stasiun penelitian, menara pengamatan, jembatan canopy trail, dan dapur. Tujuan pendiriaan PPKAB adalah sebagai tempat pelestarian alam dan ekowisata terbatas. Program ekowisata yang ditawarkan disini antara lain pendidikan lingkungan dan konservasi, penelitian hutan hujan tropis serta rekreasi bagi keluarga maupun kelompok tertentu. Sebagai sarana ekowisata, PPKAB berhubungan erat dengan pengunjung. Oleh karena itu, pengelola penting untuk mengetahui bagaimana karekteristik pengunjung, faktor faktor apa saja yang memengaruhi permintaan wisata, dan nilai ekonomi wisata PPKAB. Hasil pengkajian kerakteristik dan penilaian pengunjung tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk pengembangan dan pengelolaan PPKAB. Pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah dengan pendekatan biaya perjalanan. Pengunjung yang melakukan suatu kegiatan wisata pasti mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut sebagai biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri atas biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lainnya disamping biaya tiket masuk obyek wisata tersebut. Perlu diketahui karakteristik dan faktor sosial ekonomi pengunjung untuk menentukan fungsi permintaan ekowisata di kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol. Faktor sosial tersebut diantaranya adalah total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju lokasi wisata, jumlah tanggungan dan waktu di lokasi. Setelah mengetahui biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi pengunjung kemudian dilakukan analisis pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan wisata di PPKAB. Dari estimasi fungsi permintaan akan didapatkan nilai dari surplus konsumen. Setelah mendapatkan surplus konsumen maka akan diperoleh nilai ekonomi wisata PPKAB. Adapun kerangka alur berpikir ditunjukkan pada Gambar 1.

38 20 Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Tujuan pelestarian Tujuan Ekowisata Tujuan Penelitian Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Rekreasi Alam Belum optimalnya pengelolaan di PPKAB secara ekonomi Analisis secara ekonomi permintaan ekowisata di PPKAB Belum diketahuinya karakteristik dan persepsi pengunjung PPKAB Belum diketahuinya faktorfaktor yang memengaruhi permintaan ekowisata PPKAB Belum diketahuinya nilai ekonomi PPKAB lokasi ekowisata Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linear Berganda Pendugaan Surplus Konsumen Karekteristik dan persepsi pengunjung Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekowisata Nilai ekonomi tempat wisata Rekomendasi pengelolaan dan pengembangan PPKAB Keterangan: diluar ruang lingkup penelitian Gambar 1 Alur kerangka berpikir

39 IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanan di kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini di pilih dengan pertimbangan bahwa kawasan memiliki sumberdaya alam yang berpotensi untuk lebih dikembangkan menjadi tempat ekowisata. Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung kawasan PPKAB yang ditemui saat penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada petugas dan pengelola PPKAB. Data Sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak pengelola PPKAB yang meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, status, letak kawasan, keadaan fisik serta potensi wisata) dan jumlah pengunjung pertahun. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari literatur yang relevan dengan topik penelitian ini. 4.3 Teknik Pengambilan Sampel Metode pangambilan contoh yang digunakan pada pengunjung adalah metode non-probability sampling, hal ini karena populasi responden tidak diketahui pasti. Responden dipilih dengan mengunakan teknik purposive sampling atau judgmental sampling, dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan penelitian (Prasetyo dan Jannah 2010). Responden yang dipilih merupakan responden yang berusia 15 tahun keatas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Selain pengunjung, dilakukan wawancara kepada informan (key person), yaitu pihak pengelola PPKAB.

40 22 Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dari program pendidikan dan 30 orang dari program rekreasi alam terbatas dengan batas kesalahan 10%. Menurut data yang diperoleh dari pengelola PPKAB, jumlah kunjungan rata-rata setiap bulan pada periode tahun 2013 adalah sebesar 63 orang pada program pendidikan dan progam rekreasi alam terbatas sebesar 60 orang dengan carrying capacity per hari nya 150 orang. 4.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan aplikasi penghitungan ekonometrika di komputer. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks analisis data yang akan digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian ini. Tabel 3 Matriks metode analisis data No. Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1 Mengidentifikasi karekteristik wisatawan dari masing-masing program di PPKAB Data Primer : Wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Analisis Deskriptif 2 3 Menduga fungsi permintaan dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan wisata di PPKAB Mengestimasi besarnya surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata PPKAB Data Primer : Wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data Primer : Wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Regresi Linear Berganda Metode Biaya Perjalanan dan Surplus Konsumen Karekteristik Wisatawan dan Fungsi Permintaan Wisata Karakteristik pengunjung PPKAB diidentifikasi menggunakan analisis deskriptif. Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian diolah menggunakan software Minitab 15 yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi linear berganda. Regresi linear berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variable dependent) dengan faktor-faktor yang

41 23 memengaruhi lebih dari satu prediktor (variable independent) (Juanda 2009). Adapun fungsi permintaan yang dibentuk dengan model regresi linear berganda adalah : Y = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8 + b9x9 + ɛ...(1) Keterangan: Y = Jumlah kunjungan ke PPKAB dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini, yaitu tahun 2014 (frekuensi kunjungan pertahun) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 b0 = Biaya perjalanan individu ke PPKAB (Rp/orang) = Total penghasilan (Rp/bulan) = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun) = Umur responden (tahun) = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke PPKAB (Km) = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke PPKAB (jam) = Jumlah tanggungan (orang) = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam) = Lama mengetahui Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (tahun) = Konstanta b1-b9 = Koefisiensi regresi ɛ = Error Pada regresi linear berganda dilakukan pengujian asumsi atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain uji kenormalan, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi Nilai Ekonomi Wisata dengan Pendugaan Surplus Konsumen Tujuan dasar Travel Cost Method (TCM) adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam melalui pendekatakan proxy. Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Prinsip dasar TCM adalah teori permintaan konsumen dimana nilai yag diberikan seseorang pada lingkungan (atribut yang tidak terpasarkan) dapat disimpulkan dari biaya

42 24 yang dikeluarkan ke lokasi yang dikunjungi. Oleh karena TCM dibangun atas dasar teori permintaan konsumen, maka surplus konsumen menjadi isu sentral dalam TCM. Surplus konsumen dalam TCM menunjukkan seberapa besar seseorang menilai suatu tempat wisata yang didasarkan pada kunjungan yang dilakukan (Fauzi 2014). Setelah mengetahui fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata PPKAB. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : WTP Consumer Surplus =...(2) dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi 2010). Nilai ekonomi wisata PPKAB merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata PPKAB diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : NE = SK TN... (3) Keterangan: NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan TN = Total jumlah pengunjung selama satu tahun

43 V GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia tahun TNGGP mempunyai luas ,03 hektar yang ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan. Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia pengelolaan kawasan TNGGP merupakan tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Secara administratif kawasan TNGGP berada di tiga kabupaten yaitu Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaannya dibagi tiga Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil), yaitu Bidang PTN Wil I di Cianjur, Bidang PTN Wil II di Selabintana Sukabumi, dan Bidang PTN Wil III di Bogor. Penelitian dilakukan di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Kawasan ini terletak di zona pemanfaatan TNGGP. Secara administrasi pemerintahan, PPKAB termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, meliputi Desa Benda dan Purwasari Kecamatan Cicurug, Desa Watesjaya dan Desa Bodogol Kecamatan Caringin. Tetapi secara pengelolaan PPKAB berada dibawah pengelolaan Kantor Bidang PTN Wil III Bogor. Kawasan PPKAB merupakan pintu gerbang sebelah barat TNGGP. Khusus region Bodogol luasnya sekitar 300 ha, berada pada koordinat antara 6 o 32-6 o 34 LS dan 106 o o 56 BT (Ario et al 2011). PPKAB berada pada ketinggian 800 m dpl dengan suhu rata-rata antara o C dengan jarak 7 km dari danau Lido. PPKAB adalah salah satu destinasi ekowisata di Kabupaten Bogor yang menyajikan suasana pegunungan dengan hamparan hutan hujan tropis yang cukup lebat. Suasana nyaman dan hawa sejuk serta keindahan alam pegunungan hutan tropis dapat dijadikan sarana berekreasi alam sekaligus relaksasi bagi wisatawan yang berkunjung. PPKAB tidak hanya menawarkan pemandangan indah tetapi juga menawarkan pengalaman berpetualang di dalam hutan hujan tropis dengan

44 26 trekking di jalur interpretasi. Di dalam kawasan PPKAB juga terdapat curug atau air terjun, seperti Curug Cikaweni dan Curug Cipadaranten. Hal lain yang membuat pengunjung ingin datang ke PPKAB adalah keberadaan jembatan canopy trail yang memungkinkan pengunjung melihat lebatnya hutan hujan tropis dari ketinggian. Pengunjung juga dapat menginap di camping ground atau asrama yang tersedia di lokasi PPKAB. Bagi pengunjung yang berminat untuk berekowisata di PPKAB harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Reservasi dipusatkan di kantor PPKAB atau kantor CII Lido. Pengunjung yang ingin menginap di PPKAB diwajibkan melaukan reservasi minimal dua minggu sebelum hari kunjungan. Batas maksimal pengunjung ekowisata di PPKAB perhari adalah 150 orang (one day trip), batas maksimal pengunjung yang menginap di asrama adalah 30 orang dan untuk kapasitas menginap di Camping Area adalah 28 orang atau 7 tenda kapasitas masing- masing tenda 4 orang. Cara mencapai Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi dan keluar pintu tol Ciawi ke arah Sukabumi. Di sisi jalan raya Bogor-Sukabumi km 21 Cicurug, belok kiri ke arah Taman Rekreasi Lido hingga menemukan kantor CI Lido di dekat pintu masuk komplek Lido Lake Resort untuk memperoleh informasi atau bantuan cara mencapai lokasi. Karena akses jalan menuju PPKAB yang rusak dan hanya bisa dilalui kendaraan four wheel drive, kendaraan pribadi disarankan dititipkan di Kantor CI atau Kantor Resort TNGGP Bodogol. Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menggunakan kendaraan operasional PPKAB berupa jip dengan biaya sebesar Rp per mobil, menggunakan sepeda gunung, atau berjalan kaki. Tarif masuk ke PPKAB bila hanya ingin menikmati pemandangan alam adalah sebesar Rp per individu, sedangkan bila ingin trekking di jalur interpretasi dikenakan biaya guide yaitu sebesar Rp per individu dan tarif menginap di camping ground ataupun di asrama sebesar Rp per malam per individunya. Tarif dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kebijakan yang diterapkan pengelola PPKAB.

45 Latar Belakang Pendirian PPKAB PPKAB didirikan atas kerjasama Conservation International Indonesia (CII), Program Yayasan Alam Mitra Indonesia (Alami) dan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. PPKAB mulai diperkenalkan secara umum kepada masyarakat luas pada tahun Peran PPKAB adalah memperkenalkan kekayaan alam hutan hujan tropis, penyadaran dan pelibatan masyarakat dalam kaitannya dengan perlindungan kawasan hutan guna mempertahankan kawasan ini sebagai kawasan konservasi. Pada tahun 2008 konsorsium PPKAB berubah menjadi Konsorsium Konservasi Alam Bodogol dengan beranggotakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Owa Jawa (YOJ). Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berdiri atas dasar semakin banyaknya permasalahan lingkungan di Indonesia sehingga mendorong berbagai pihak untuk membuat solusi penanganan terhadap dampak-dampak negatif yang terjadi, diantaranya dengan cara melakukan kegiatan pendidikan konservasi lingkungan, ekowisata dan penelitian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terbuka bagi semua pihak. Lokasi pendidikan konservasi alam ini terletak di dalam kawasan hutan di lereng Gunung Pangrango yang memiliki panorama indah dikelilingi bukit. Kondisi cuaca pegunungan dengan curah hujan berkisar mm mendukung keanekaragaman hayatinya dengan banyaknya pohon-pohon besar dan tinggi, berbagai tanaman epifit, tumbuhan memanjat, dan tumbuhan bawah, serta aneka satwanya. Flora didominasi jenis rasamala, puspa dan angrek-angrekan. Di lokasi pendidikan ini, jika beruntung kita dapat menemukan beberapa jenis hewan yang tergolong langka seperti owa jawa (Hylobates moloch), elang jawa (Nisaetus bartelsi), dan macan kumbang (Panthera pardus melas). Selain Owa Jawa, terdapat beberapa jenis primata lainnya, seperti lutung (Trachypithecus auratus), surili (Presbytis comata), dan monyet ekor panjang (Macaca facicularis).

46 28 Adapun tujuan dari pendirian PPKAB adalah sebagai berikut (TNGGP 2014). 1. Memperkenalkan, mempromosikan, dan mengembangkan konsep pendidikan konservasi yang diselenggarakan di dalam kawasan Taman nasional. 2. Menciptakan sebuah model pengelolaan yang berdasarkan prinsip kemandirian. 3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya melestarikan sumberdaya alam. 4. Menciptakan sebuah model kerjasama antara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah, lembaga-lembaga nasional dan internasional. Kawasan Bodogol tidak mungkin dijadikan sebagai tempat untuk mass tourism, hal ini disebabkan karena pihak pengelola mengutamakan mutu bukan jumlah pengunjung. Mutu yang ditawarkan berupa ilmu yang berkualitas dan pengalaman yang berkesan bagi para pengunjung. Penghasilan PPKAB bukan dengan cara meningkatkan jumlah pengunjung, melainkan dengan cara meningkatkan kualitas muatan materi yang disampaikan oleh para interpreter sehingga pengunjung bisa rela membayar mahal dilihat dari sisi kualitas informasi yang disampaikan oleh interpreter. Dengan tidak menerapkan mass tourism di kawasan Bodogol, maka kegiatan alam liar dan manusia seimbang. 5.3 Fasilitas yang Tersedia Untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengunjung, PPKAB menyediakan beberapa fasilitas, seperti: 1. Ruang Kelas Dirancang sebagai ruang belajar, memperkenalkan hutan sebelum melihatnya langsung di alam dan berkapasitas 40 (empat puluh) orang serta dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti OHP dan proyektor. 2. Jembatan Kanopi (Canopy trail) Di jembatan ini, pengunjung dapat menikmati keindahan hutan lapis atas hutan tropis sambil mempelajari ekosistem yang terdapat di daerah kanopi.

47 29 3. Pondok Inap Ditujukan untuk dipergunakan oleh para pengunjung yang melakukan kegiatan lebih dari 1 (satu) hari. Terdiri dari 2 (dua) asrama yang cukup untuk menampung 40 (empat puluh) orang 4. Pondok Baca dan Diskusi Tempat di mana pengunjung dapat membaca buku ataupun diskusi di alam terbuka sambil tetap bisa menikmati pemandangan. 5. Pondok Makan Di tempat ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam sambil menikmati makanan yang disajikan dengan cita rasa khas daerah setempat dengan melakukan reservasi terlebih dahulu. 6. Taman Ruang terbuka yang dapat digunakan untuk bersimulasi atau bermain. 7. Catwalk Pengunjung dapat melihat bukit dan hutan dari sini. Selain itu, tempat ini juga sering digunakan oleh para pengunjung minat khusus yang gemar mengamati burung. 8. Jalur Interpretasi Jalur yang dirancang untuk perjalanan pendek (short track) dan perjalanan panjang (long track). Di sepanjang perjalanan, pengunjung dapat melihat panorama hutan yang begitu menakjubkan dan apabila beruntung dapat bertemu dengan satwa langka dan tumbuhan yang menarik.

48 VI KARAKTERISTIK PENGUNJUNG PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL 6.1 Karekteristik Responden Penentuan karekteristik pengunjung PPKAB diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 60 orang responden yang dibagi menjadi dua program ekowisata yang ada di PPKAB yaitu program pendidikan dan rekreasi alam. Program rekreasi alam terdiri dari 30 orang responden yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 23 orang laki-laki, sedangkan untuk program pendidikan terdiri dari 30 orang responden yang terdiri dari 22 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Pengunjung PPKAB didominasi oleh laki-laki pada program kegiatan rekreasi alam sedangkan kegiatan pendidikan didominasi oleh pengunjung perempuan Umur Karekteristik umur pengunjung PPKAB yang bertujuan untuk rekreasi alam berusia antara tahun yaitu sebanyak 54%. Pengunjung usia tahun sebanyak 23% dan pengunjung usia tahun sebanyak 23%. Usia tahun ini didominasi oleh kalangan pelajar dan sebagian karyawan swasta. Karekteristik umur pengunjung kegiatan pendidikan sebagian besar berusia tahun sebesar 77% dan sisanya sebesar 23% responden berusia tahun. Hal ini menggambarkan bahwa kawasan PPKAB diminati oleh usia tahun untuk berwisata alam karena kondisi alam di PPKAB baik untuk pengunjung yang suka petualangan dan wisata minat khusus. Berikut sebaran umur responden pengunjung PPKAB dapat dilihat pada Tabel 4.

49 31 Tabel 4 Sebaran umur responden pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Umur Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Total Daerah asal Berdasarkan daerah asal, pengunjung PPKAB yang bertujuan rekreasi alam didominasi oleh pengunjung yang berasal dari daerah Bogor yakni sebesar 60%. Pengunjung yang berasal dari Bekasi sebesar 14%, pengunjung yang berasal dari Jakarta 13% dan pengunjung yang berasal dari Depok sebesar 7%. Sisanya berasal dari Sukabumi dan Tangerang masing-masing sebesar 3%. Hal ini menunjukkan hampir seluruh pengunjung PPKAB berasal dari Jabodetabek sedangkan dari Sukabumi hanya 3%. Pengunjung sebagian besar besar berasal dari Jabodetabek dikarenakan lokasi PPKAB yang tidak jauh dari Jabodetabek Pengunjung dengan tujuan pendidikan sebagian besar juga berasal dari Bogor yaitu sebesar 33%, dari Bekasi dan Jakarta masing-masing sebesar 27% dan sisanya berasal dari Depok dan Tangerang masiang-masing sebesar 7%. Pengunjung kegiatan pendidikan seluruhnya berasal dari Jabodetabek. Sebaran daerah asal pengunjung PPKAB dengan tujuan pendidikan dan rekreasi alam dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran daerah asal pengunjung PPKAB tahun 2014 Daerah Asal Rekreasi Alam Jumlah Responden Persentase (orang) (%) Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Bekasi Bogor Depok ,5 Jakarta Sukabumi Tangerang ,5 Total Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang berasal dari Bogor merupakan konsumen potensial bagi PPKAB. Hal tersebut dikarenakan walaupun

50 32 lokasi PPKAB secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sukabumi tetapi lokasi ini masuk dalam pengelolaan balai besar TNGGP wilayah Bogor. Lokasi PPKAB sendiri lebih dekat degan pusat Kota Bogor dibandingkan Kota Sukabumi Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan menunjukkan jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang. Berdasarkan karekteristik tingkat pendidikannya, pengunjung PPKAB dengan tujuan rekreasi alam sebagian besar adalah lulusan perguruan tinggi yaitu sebesar 40%, sedangkan lulusan SMA sebesar 37% dan lulusan SMP sebesar 23%. Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan akan meningkatkan pemahaman pengunjung tentang pentingnya menjaga lingkungan dan keberlangsungan dari suatu sumberdaya alam serta meminimalisir kerusakan akibat eksploitasi alam yang terjadi sehingga keseimbangan ekosistem taman nasional di PPKAB dapat terus terjaga. Tingginya tingkat pendidikan pengunjung PPKAB juga akan meningkatkan rasa ingin tahu tentang obyek wisata yang ada di PPKAB. Berbeda dengan rekreasi alam, kegiatan pendidikan di PPKAB sebagian besar pengunjung didominasi lulusan SMA yaitu sebesar 70%, lulusan SMP sebesar 27% dan perguruan tinggi sebesar 3%. Aktifitas yang dilakukan yaitu praktikum, pendidikan dan latihan (diklat), dan pendidikan lingkungan. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden PPKAB ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Sebaran pendidikan akhir responden pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) SMP Tingkat Pendidikan Persentase (%) SMA Perguruan Tinggi Total

51 Pekerjaan Pekerjaan sebagian besar pengunjung PPKAB dengan tujuan rekreasi alam adalah pegawai swasta yakni 54%, sedangkan pelajar atau mahasiswa sebesar 33%, PNS atau BUMN sebesar 10% dan wiraswasta sebesar 3%. Hal ini menyebabkan PPKAB lebih ramai dikunjungi pada hari libur atau akhir minggu, dimana pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Untuk kegiatan wisata pendidikan keseluruhan responden berstatus pelajar atau mahasiswa. Data pekerjaan pengunjung PPKAB dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Sebaran pekerjaan responden pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Pekerjaan Jumlah Responden (org) Persentase (%) Jumlah Responden (org) Persentase (%) PNS/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Total Tingkat Penghasilan Berdasarkan tingkat penghasilan, sebagian besar pengunjung PPKAB yang bertujuan rekreasi alam memiliki penghasilan dibawah Rp yaitu sebesar 34% responden. Sebesar 23% responden mempunyai penghasilan antara Rp RP , penghasilan antara Rp Rp dan penghasilan antara Rp Rp masing-masing sebesar 10%, penghasilan Rp Rp sebesar 13%, dan penghasilan antara Rp Rp sebesar 7%. Tetapi bila dijumlahkan, responden yang berpenghasilan di atas Rp mencapai 66%. Artinya pengunjung PPKAB yang berwisata alam sebagian besar adalah orang-orang yang sudah bekerja dan berpenghasilan. Faktor pendapatan dapat memengaruhi kegiatan konsumsi termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata merupakan kebutuhan tersier. Konsumen akan mendahulukan kebutuhan primer dan sekundernya sebelum memutuskan untuk berwisata, sehingga dengan semakin tingginya tingkat pendapatan diharapkan alokasi terhadap kegiatan wisata juga

52 34 meningkat. Meningkatnya alokasi konsumsi terhadap kegiatan wisata akan meningkatkan kesediaan membayar pengunjung. Berbeda dengan rekreasi alam, kegiatan pendidikan di PPKAB sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa yang belum memiliki penghasilan melainkan uang saku dari orang tua. Sebagian besar pengunjung kegiatan pendidikan memiliki penghasilan dibawah Rp yaitu sebesar 70% dan penghasilan antara Rp Rp sebanyak 20% serta sisanya berpenghasilan diatas Rp yaitu sebesar 9%. Berikut proporsi pengunjung PPKAB yang disajikan pada Tabel 8. tingkat penghasilan Tabel 8 Sebaran tingkat pengasilan responden pengunjung PPKAB tahun 2014 Penghasilan Rekreasi Alam Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Pendidikan Persentase (%) < Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Total Cara Kedatangan Berdasarkan hasil penelitian seluruh pengunjung PPKAB yang berekreasi alam datang secara berkelompok. Kelompok yang datang didominasi oleh kelompok dengan jumlah anggota 2-10 orang yaitu sebesar 63%. Pengunjung lainnya datang secara rombongan dalam kelompok yang besar atau lebih dari 10 orang yaitu sebesar 37% dan tidak ada pengunjung yang datang berwisata sendirian. Kondisi kawasan yang terletak di dalam hutan dan akses jalan yang kurang baik menyebabkan pengunjung datang secara berkelompok. Pengunjung yang melakukan kegiatan pendidikan seluruhnya datang secara rombongan atau dalam kelompok besar yaitu lebih dari 10 orang. Mereka datang untuk melakukan praktikum ataupun kegiatan pendidikan lingkungan. Berikut disajikan pada Tabel 9 cara kedatangan pengunjung PPKAB.

53 35 Tabel 9 Sebaran cara kedatangan pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Sendiri Berkelompok (2-10 org) Rombongan (>10 org) Total Jumlah Rombongan Wisatawan yang mengunjungi PPKAB dengan tujuan rekreasi alam sebagian besar datang secara berkelompok dengan jumlah anggota kelompok sebesar 5-10 orang yaitu sebesar 47%, 36% datang secara rombongan dengan jumlah rombongan lebih dari 10 orang dan 17% datang secara berkelompok dengan jumlah anggota kurang dari 5 orang. Kelompok dengan jumlah anggota 5-10 orang yang banyak datang ke PPKAB adalah kelompok pecinta sepeda gunung dan pelajar/ mahasiswa yang camping di sekitar Curug Cikaweni. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas di kawasan camping ground di sekitar Curug Cikaweni. Berbeda dengan pengunjung rekreasi alam, pengunjung kegiatan pendidikan datang dalam kelompok besar yang anggotanya lebih dari 10 orang. Hal ini dikarenakan pengunjung kegiatan pendidikan adalah rombongan siswa sekolah atau mahasiswa. Adapun sebaran jumlah rombongan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10 Sebaran jumlah rombongan pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi alam Pendidikan Penghasilan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) < > Total

54 Sumber Informasi Kawasan Berdasarkan sumber informasi keberadaan PPKAB, sebagian besar pengunjung yang bertujuan rekreasi alam mengetahuinya dari teman atau keluarga yaitu sebesar 83%, sisanya pengunjung mengetahui dari website atau internet sebesar 14% dan 3% lagi pengunjung mengetahui keberadaan PPKAB dari surat kabar atau majalah. Pengunjung kegiatan pendidikan 93% mengetahui keberadaan PPKAB dari teman atau keluarga dan sisanya 7% mengetahui dari website atau internet. Hal ini menunjukkan bahwa pihak pengelola perlu meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi. Salah satu kegiatan promosi yang dapat dilakukan untuk menginformasikan keberadaan PPKAB adalah dengan mengikuti pameran-pameran wisata dan meningkatkan pegelolaan website resmi PPKAB. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan PPKAB dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11 Sebaran sumber informasi lokasi pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Sumber Informasi Jumlah Jumlah Responden Persentase (%) Responden Persentase (%) (orang) (orang) Teman/Keluarga Surat Kabar/Majalah Website/Internet Total Lama Kunjungan Berdasarkan hasil observasi lapangan diperoleh bahwa 50% pengunjung rekreasi alam menghabiskan waktu di lokasi tersebut sekitar 4-6 jam. Aktivitas pengunjung yaitu outbond dan trekking di jalur interpretasi yang membutuhkan waktu beberapa jam. Pengunjung yang menghabiskan waktu di PPKAB selama 1-3 jam sebanyak 30%, pengunjung ini hanya menikmati keindahan alam di PPKAB. Sisanya sebayak 13% pengunjung menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di PPKAB untuk camping atau menginap di asrama yang telah disediakan pengelola dan 7% lagi pengunjung menghabiskan waktu di PPKAB selama 7-9 jam. Pengunjung kegiatan pendidikan seluruhnya menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di PPKAB atau menginap. Hal ini dilakukan karena pengunjung kegiatan

55 37 pendidikan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas. Sebaran lama kunjungan wisatawan di PPKAB dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Tabel 12 Sebaran lama kunjungan pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Lama Kunjungan Jumlah Responden Persentase Jumlah Responden Persentase (orang) (%) (orang) (%) 1-3 jam jam jam hari 1 malam hari 2 malam hari 3 malam Total Jarak Tempuh Berdasarkan observasi lapang diperoleh bahwa pengunjung kegiatan rekreasi alam sebagian besar menempuh jarak kurang dari 50 km dengan persentase sebesar 64%, pengunjung PPKAB sebagian besar merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang realatif dekat dengan lokasi seperti Bogor dan sekitarnya. Pengunjung yang menempuh jarak lebih dari 50 km berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 36%. Pengunjung kegiatan pendidikan sebanyak 40% menempuh jarak km. Pengunjung yang menempuh jarak kurang dari 50 km sebanyak 34% dan sisanya menempuh jarak lebih dari 80 km. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju PPKAB dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13 Sebaran jarak tempuh pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) < Jarak Tempuh (Km) Persentase (%) > Total

56 Waktu Tempuh Berdasarkan waktu tempuh, pengunjung rekreasi alam memerlukan waktu 3-4 jam untuk tiba di PPKAB yakni sebanyak 63%. Jumlah waktu tersebut diperlukan oleh pengunjung yang datang menggunakan sepeda dan berjalan kaki dari kantor resort menuju lokasi PPKAB. Sisanya sebanyak 37% pengunjung membutuhkan 1-2 jam untuk sampai ke PPKAB, pengunjung ini adalah pengunjung yang datang ke PPKAB menggunkan sepeda motor atau kendaraan four wheel drive. Pengunjung yang melakukan kegiatan pendidikan sebanyak 50% menempuh waktu 3 jam untuk mencapai PPKAB. Sebanyak 40% pengunjung menempuh waktu selama 4 jam dan sisanya 13% menempuh waktu selama 1-2 jam. Sebaran waktu tempuh pengunjung PPKAB dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14 Sebaran waktu tempuh pengunjung PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Waktu Tempuh (jam) Persentase (%) Total Alat Transportasi Berdasarkan hasil wawancara, alat transportasi yang digunakan oleh pengunjung PPKAB terbagi menjadi dua, yaitu kendaraan yang digunakan sampai Kantor CII atau Kantor Resort TNGGP Bodogol dan kendaraan yang digunakan sampai lokasi PPKAB. Pengunjung rekreasi alam sebanyak 23% menggunakan sepeda motor sampai kantor Resort TNGGP Bodogol, 23% menggunakan kendaraan carteran, 17% menggunakan mobil pribadi dan masing-masing 13% menggunakan kendaraan umum dan sepeda serta sisanya 10% berjalan kaki. Pengunjung kegiatan pendidikan 60% menggunakan kendaraan carteran untuk mencapai kantor resort TNGGP Bodogol, 27% menggunakan kendaraan umum dan sisanya 13% menggunakan sepeda motor.

57 39 Tabel 15 Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung PPKAB sampai kantor resort Bodogol Tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Mobil Alat Transportasi Persentase (%) Sepeda motor Kendaraan umum Kendaraan carteran Sepeda Jalan Kaki Total Akses jalan menuju lokasi PPKAB dari kantor resort TNNGP Bodogol mengalami kerusakan parah dan hanya bisa dilalui kendaraan four wheel drive. Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan menyewa kendaraan operasional PPKAB, berjalan kaki, menggunakan sepeda motor atau sepeda gunung. Berikut sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung untuk mencapai lokasi PPKAB dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Alat Transportasi Sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung untuk sampai lokasi PPKAB tahun 2014 Rekreasi Alam Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Jip 8 26,7 0 0 Persentase (%) Sepeda Motor 3 10,0 0 0 Jalan Kaki 11 36, Sepeda 8 26,7 0 0 Total Pengunjung PPKAB baik yang berekreasi alam maupun yang melakukan kegiatan pendidikan sebagian besar memilih untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi PPKAB dengan berjalan kaki. Jarak yang ditempuh bila berjalan kaki dari kantor resort Bodogol sampai ke lokasi PPKAB kurang lebih 2,8 km. Berjalan kaki dipilih karena biaya untuk menyewa kendaraan four wheel drive cukup mahal. Tetapi bagi pengunjung yang berrekreasi alam sebesar 26,7% sanggup membayar lebih mahal untuk menyewa kendaraan jip sampai lokasi PPKAB dan

58 40 sebesar 26,7% pengunjung menggunakan sepeda gunung untuk mencapai lokasi PPKAB. 6.2 Persepsi Pengunjung Mengenai PPKAB Persepsi pengunjung mengenai PPKAB penting untuk diketahui. Hal ini dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola PPKAB. Penilaian mengenai persepsi pengunjung meliputi keamanan, penyediaan fasilitas, pelayanan petugas pengelola dalam menerima pengunjung, kemudahan mencapai lokasi atau aksesibilitas, kebersihan, tarif tiket masuk, dan keindahan alam Keamanan Keamanan dalam penelitian ini adalah aman baik dari segi kecelakaan fisik yang disebabkan oleh areal PPKAB yang berupa hutan hujan tropis yang terjal, adanya jurang, ataupun serangan satwa liar dan keamanan dari segi materi seperti pencurian barang berharga. Berdasarkan wawancara didapat hasil bahwa pengunjung menyatakan keamanan di PPKAB sangat aman sebesar 10%, yang menyatakan aman sebesar 38% dan yang menyatakan cukup aman 47%, sisanya sebesar 5% menyatakan kurang aman. Pengunjung mengatakan kurang aman bila sedang musim hujan karena jalur interpretasi yang curam menjadi sangat licin. Hal ini membuat pengunjung harus lebih berhati-hati agar tidak terpeleset. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pihak pengelola sudah menyediakan tali tambang di jalur interpretasi agar pengunjung mempunyai pegangan dan tidak terjatuh ke jurang. Proporsi persepsi pengunjung mengenai keamanan di kawasan PPKAB dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 17 Proporsi persepsi pengunjung mengenai keamanan di PPKAB tahun 2014 Keamanan Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Aman 6 10 Aman Cukup Aman Kurang Aman 3 5 Total

59 Penyediaan Fasilitas Penyediaan fasilitas di PPKAB menurut responden sebesar 42% menyatakan cukup lengkap seperti adanya asrama untuk menginap, mushola, ruang kelas, dapur dan kantin. Sebesar 28% responden menyatakan lengkap, 3% menyatakan sangat lengkap dan 27% lagi menyatakan kurang lengkap. 23% responden menyatakan kurang lengkap karena areal camping ground di dekat Curug Cikaweni belum tersedia toilet, serta beberapa responden menginginkan mushola diperbaiki dan disediakan fasilitas bermain anak seperti ayunan atau perosotan, serta perbaikan dan penambahan papan interpretasi atau petunjuk jalan. Tabel berikut menunjukan proporsi persepsi pengunjung mengenai penyediaan fasilitas di PPKAB. Tabel 18 Proporsi persepsi pengunjung PPKAB mengenai penyediaan fasilitas tahun 2014 Fasilitas Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Lengkap 2 3 Lengkap Cukup Lengkap Kurang Lengkap Total Pelayanan Pengelola Berdasarkan penilaian persepsi pengunjung terhadap pelayanan pengelola PPKAB, sebanyak 53% dari pengunjung mengatakan bahwa pelayanan petugas pengelola dalam menerima kunjungan wisatawan sudah baik. Sebesar 40% menyatakan sangat baik dan sisanya 7% menyatakan kurang baik. Berdasarkan hal itu, perhatian pengelola terhadap pelayanan di PPKAB perlu ditingkatkan lagi untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke PPKAB. Proporsi persepsi pengunjung mengenai pelayanan pengelola PPKAB tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

60 42 Tabel 19 Proporsi persepsi pengunjung mengenai pelayanan pengelola PPKAB tahun 2014 Pelayanan Petugas Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Baik Baik Kurang Baik 5 8 Sangat Kurang 0 0 Total Aksesibilitas Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kondisi jalan dan mudah atau tidaknya alur jalan yang dilalui responden untuk mencapai PPKAB. Sebanyak 42% responden pengunjung menyatakan aksesibilitas menuju PPKAB sangat sulit, 25% menyatakan sulit, sebesar 25% menyatakan mudah dan sisanya 8% menyatakan sangat mudah. Akses jalan dari kantor resort TNGGP Bodogol sampai PPKAB rusak parah dan hanya bisa dilalui kendaraan fourwheels drive, sepeda motor, sepeda dan atau berjalan kaki. Akses jalan yang rusak kurang lebih 4 km. Pengunjung yang berpendapat aksesibilitas menuju PPKAB mudah dan sangat mudah adalah orang-orang yang menggunakan mobil jip atau orang yang sudah terbiasa bersepeda gunung atau berjalan kaki menuju PPKAB. Untuk mengatasi jalan yang rusak ini diperlukan suatu upaya kerjasama antara pengelola PPKAB dan pemilik lahan setempat untuk memperbaiki jalan menuju kawasan PPKAB sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung. Tabel berikut menunjukkan proporsi penilaian pengunjung mengenai aksesibilitas menuju PPKAB. Tabel 20 Proporsi persepsi pengunjung mengenai aksesibilitas menuju PPKAB tahun 2014 Aksesibilitas Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Mudah 5 8 Mudah Sulit Sangat Sulit Total

61 Kebersihan Kebersihan suatu kawasan adalah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan suatu kawasan wisata serta untuk menjaga kelestarian lingkungan di kawasan wisata tersebut. Berdasarkan wawancara, sebanyak 48% responden menyatakan PPKAB sudah bersih. Sebanyak 32% responden menyatakan PPKAB cukup bersih, 8% menyatakan sangat bersih dan sisanya 12% menyatakan kurang bersih. Pengunjung yang menyatakan PPKAB kurang bersih adalah pengunjung yang datang ke PPKAB ketika banyak pengunjung yang menginap. Saat sedang ramai pengunjung yang menginap, ada saja pengunjung yang kurang disiplin dalam membuang sampah sehingga PPKAB terlihat kurang bersih. Proporsi persepsi pengunjung mengenai kebersihan PPKAB disajikan pada Tabel 21 berikut. Tabel 21 Proporsi persepsi pengunjung mengenai kebersihan PPKAB tahun 2014 Kebersihan Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Bersih 5 8 Bersih Cukup Bersih Kurang Bersih 7 12 Total Tarif Tiket Masuk Berdasarkan hasil wawancara sebagain besar pengunjung menyatakan tarif tiket masuk ke PPKAB sedang yaitu sebesar 57%. Sisanya pengunjung menyatakan mahal sebesar 25% dan yang menyatakan murah sebesar 18%. Tarif masuk ke PPKAB adalah sebesar Rp per individu bila hanya ingin menikmati pemandangan alam saja, sedangkan bila ingin trekking di jalur interpretasi dikenakan biaya lagi untuk guide yaitu sebesar Rp per individu dan tarif menginap di camping ground sebesar Rp per malam per individunya. Berikut proporsi penilaian pengunjung terhadap tarif tiket masuk dapat dilihat pada Tabel berikut.

62 44 Tabel 22 Proporsi penilaian pengunjung terhadap tarif tiket masuk PPKAB tahun 2014 Tarif Tiket Masuk Jumlah (orang) Persentase (%) Murah Sedang Mahal Total Keindahan Salah satu yang mendorong wisatawan untuk datang ke PPKAB adalah karena keindahan alamnya yang masih asri, sejuk, dan jauh dari keramaian kehidupan kota sehingga bisa memberikan efek relaksasi kepada pengunjung yang datang. Berdasarkan wawancara kepada pengunjung, sebesar 43% responden pengunjung menyakatakan keindahan PPKAB indah, 35% menyatakan sangat indah, 22% menyatakan cukup indah dan tidak ada responden yang menyatakan keindahan PPKAB kurang indah. Hal ini menunjukkan keindahan alam di PPKAB memang tidak diragukan lagi, PPKAB menawarkan panorama hutan hujan tropis yang masih asri dan terjaga kelestarainnya. Pihak pengelola dan TNGGP harus terus menjaga kelestarian hutan dan lingkungan disana agar keindahan alam dan keseimbangan ekosistem yang sudah tercipta tetap ada dan terjaga. Tabel 23 Proporsi persepsi pengunjung mengenai keindahan di PPKAB tahun 2014 Keindahan Alam Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Indah Indah Cukup Indah Kurang Indah 0 0 Total

63 VII FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL Fungsi permintaan dan nilai ekonomi PPKAB diestimasi pada dua program kegiatan yang berbeda, yaitu pada kegiatan rekreasi alam dan kegiatan pendidikan. Nilai ekonomi wisata dapat diestimasi menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung untuk menikmati jasa rekreasi pada suatu tempat rekreasi tertentu. Model permintaan rekreasi dan kegiatan pendidikan di PPKAB diturunkan melalui pendekatan model persamaan regresi linear berganda menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan wisatawan. Berikut akan dijelaskan fungsi permintaan wisata beserta interpretasi variabel-variabel yang memengaruhi dan nilai ekonomi wisata dari PPKAB. 7.1 Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Wisata Berdasarkan hasil wawancara kuesioner pengunjung PPKAB didapatkan rata- rata frekuensi kunjungan responden yang berekreasi alam selama satu tahun terakhir adalah empat kali, dengan minimum frekuensi kunjungan sebanyak satu kali dan maksimum kunjungan sebanyak 20 kali dalam satu tahun. Rata-rata frekuensi kunjungan responden yang melakukan kegiatan pendidikan selama satu tahun terakhir adalah dua kali, dengan minimum frekuensi kunjungan sebanyak satu kali dan maksimum kunjungan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Dari hasil wawancara diketahui bahwa orang yang mempunyai frekuensi kunjungan lebih banyak adalah pengunjung yang tempat tinggalnya berada tidak jauh dari kawasan PPKAB. Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh responden rekreasi alam untuk melakukan satu kali kunjungan ke PPKAB rata-rata sebesar Rp per orang. Minimum biaya perjalanan adalah sebesar Rp per orang dan maksimum biaya perjalanan adalah sebesar Rp per orang. Responden dengan tujuan pendidikan, biaya perjalanan yang dikeluarkan rata-rata adalah Rp

64 Minimum biaya perjalanan adalah sebesar Rp per orang dan maksimum biaya perjalanan adalah sebesar Rp Total penghasilan responden pengunjung PPKAB yang berekreasi alam rata-rata sebesar Rp per orang per bulan, dengan minimum penghasilan sebesar Rp per orang per bulan, dan maksimum penghasilan sebesar Rp per orang per bulan. Tingkat pendidikan rata-rata responden rekreasi alam adalah 12,8 tahun atau dapat dikatakan rata-rata responden sudah atau sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah atas, sedangkan responden yang melakukan kegiatan pendidikan rata-rata mempunya total penghasilan sebesar Rp per orang per bulan, dengan minimum penghasilan Rp per orang per bulan, dan maksimum penghasilan Rp per orang per bulan. Tingkat pendidikan rata-rata responden kegiatan pendidikan adalah 11,33 tahun atau dapat dikatakan rata-rata responden sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Umur rata-rata responden yang berekreasi alam adalah 27 tahun yang umumnya merupakan laki-laki yang menyukai petualangan di alam seperti sepeda gunung dan hiking. Responden dengan tujuan pendidikan rata-rata berumur 19 tahun dan umumnya berjenis kelamin perempuan. Responden pengunjung rekreasi alam PPKAB rata-rata menempuh jarak sejauh 39,3 km dengan rata-rata waktu tempuh sebesar 2,67 jam dan responden kegiatan pendidikan rata-rata menempuh jarak sejauh 58 km dengan rata-rata waktu tempuh 3,23 jam. Waktu tempuh yang cukup lama disebabkan sebagian pengunjung mengendarai kendaraan bermotor hanya sampai Lido dan meneruskan perjalanan ke PPKAB dengan berjalan kaki atau bersepeda. Berjalan kaki dipilih pengunjung karena akses jalan yang rusak dan hanya bisa dilalui kendaraan four wheel drive, sepeda motor atau sepeda saja. Jumlah tanggungan rata-rata dari responden rekreasi alam adalah satu orang dan responden kegiatan pendidikan semuannya tidak memiliki tanggungan keluarga. Seluruh responden pendidikan tidak memiliki tanggungan keluarga karena seluruh responden kegiatan pendidikan adalah pelajar atau mahasiswa yang belum berkeluarga. Jenis kelamin responden yang berekreasi alam mayoritas adalah laki-laki dan jenis kelamin responden kegiatan pendidikan mayoritas adalah perempuan. Waktu yang dihabiskan responden rekreasi alam di PPKAB

65 47 rata-rata adalah 10,6 jam dan rata-rata responden telah mengetahui lokasi PPKAB selama 2,4 tahun. Sedangkan responden kegiatan pendidikan rata-rata menghabiskan waktu 65,6 jam dan responden telah mengetahui lokasi PPKAB selama 1,53 tahun. Responden kegiatan pendidikan menghabiskan waktu yang lebih lama di PPKAB karena mereka di PPKAB biasanya melakukan praktikum atau kegiatan yang menghabiskan waktu lebih dari satu hari atau harus menginap di PPKAB. Hasil perhitungan deskriptif statistik yang dijabarkan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 23 dan Tabel 24. Tabel 24 Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan pengunjung rekreasi alam Variabel N Maksimum Minimum Mean Frekuensi Kunjungan ,53 Biaya Perjalanan (Rp) Total penghasilan (Rp) Tingkat Pendidikan (tahun) ,8 Umur (tahun) ,03 Jarak Tempuh (km) ,3 Waktu tempuh ( jam) ,67 Jumlah tanggungan (org) ,23 Waktu yang dihabiskan (jam) ,6 Lama Mengetahui (tahun) ,4 Tabel 25 Deskripsi statistik variabel fungsi permintaan pengunjung kegiatan pendidikan Variabel N Maksimum Minimum Mean Frekuensi ,8 Biaya Perjalanan (rp) ,00 Total Penghasilan (rp) ,67 Tingkat Pendidikan (tahun) ,33 Umur (tahun) ,27 Jarak Tempuh (km) ,00 Waktu Tempuh ( jam) ,23 Jumlah Tanggungan (org) ,00 Waktu yang dihabiskan (jam) ,60 Lama Mengetahui (tahun) ,53

66 Fungsi Permintaan Wisata Fungsi permintaan wisata di PPKAB ditentukan oleh beberapa independent variable yang diperkirakan dapat memengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan per tahun di PPKAB. Indepedent variable yang digunakan untuk menganalisis pengaruh terhadap frekuensi kunjungan (dependent variable) kegiatan rekreasi alam antara lain biaya perjalanan, total penghasilan, tingkat pendidikan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, waktu yang dihabiskan dilokasi, dan lama mengetahui lokasi. Indepedent variable yang digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan (dependent variable) kegiatan pendidikan antara lain biaya perjalanan, total penghasilan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, waktu yang dihabiskan dilokasi, dan lama mengetahui lokasi. Data pada variabel biaya perjalanan dikonversi dalam puluh ribu dan variabel total penghasilan dikonversi dalam ratus ribu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diestimasi menggunakan software Minitab 15, yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi linear berganda sebagai berikut untuk fungsi permintaan rekreasi alam : Y = - 1,72 + 0,068 X1 0,0005 X2 + 0,269 X3 + 0,058 X4 0,0906 X5 + 0,199 X6 0,971 X7 + 0,231 X8 + 0,509 X9 dan sebagai berikut untuk fungsi permintaan kegiatan pendidikan: Y = 0,84 0,0391 X1 + 0,0012 X2 + 0,65 X4 + 0,00351 X5 0,409 X6 + 0,0182 X8 0,534 X9

67 49 Berikut merupakan tabel hasil analisis menggunakan software Minitab 15. Tabel 26 Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi kunjungan Variabel Koefisien P-Value VIF Rekreasi Pendidikan Rekreasi Pendidikan Rekreasi Pendidikan Konstanta -1,1718 0,840 0,726 0, Biaya Perjalanan (X 1) 0,0681-0, ,517 0,164 4,588 4,659 Total Penghasilan (X 2) -0, , ,986 0,922 3,457 1,410 Tingkat Pendidikan (X 3) 0,2686-0,521-4,452 - Umur (X 4) 0,0579 0,0653 0,686 0,616 5,637 3,739 Jarak Tempuh (X 5) -0,0906 0, ,060* 0,702 4,714 6,146 Waktu Tempuh (X 6) 0,1993-0,4092 0,762 0,041** 1,371 1,672 Jumlah Tanggungan (X 7) -0,971-0,096* - 3,760 - Waktu yang dihabiskan (X 8) 0, , ,00** 0,360 1,916 3,217 Lama Mengetahui (X 9) 0,5093 0,5343 0,082* 0,00** 2,758 1,547 Keterangan : * signifikan pada taraf nyata 10% ** signifikan pada taraf nyata 5% Dari hasil analisis regresi tersebut, didapatkan nilai R 2 kegiatan rekreasi sebesar 83,6% dan nilai R 2 (adj) sebesar 76,3%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan rekreasi alam ke PPKAB dapat dijelaskan oleh independent variables dalam model sebesar 83,6% dan sisanya sebesar 16,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. R 2 kegiatan pendidikan sebesar 80,3% dan nilai R 2 (adj) sebesar 74%. Hal ini dapat diartikan bahwa keragaman pemintaan jumlah kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB dapat dijelaskan oleh independent variables dalam model sebesar 80,3% dan sisanya sebesar 19,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Selain itu, dari hasil analisis regresi dinyatakan tidak terdapat pelanggaran asumsi Ordinary Least Square (OLS) seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil uji asumsi dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3.

68 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekowisata di PPKAB Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi linear berganda, peningkatan independent variable yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata dependent variable. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel maka peluang rata-rata jumlah kunjugan wisatawan PPKAB cenderung menurun. Dari seluruh independent variables yang berada pada model, diantaranya ada yang secara statistik berpengaruh secara nyata dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap frekuensi kunjungan ke PPKAB. Berdasarkan uji t yang dapat dilihat pada Tabel 26, terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata dalam model fungsi permintaan kegiatan rekreasi alam yaitu variabel jarak tempuh, jumlah tanggungan, waktu yang dihabiskan, dan lama mengetahui. Dalam model fungsi permintaan kegiatan pendidikan, terdapat dua variable yang berpengaruh nyata, yaitu waktu tempuh dan lama mengetahui. Variabel yang secara statistik tidak berpengaruh nyata dalam model fungsi permintaan kegiatan rekreasi alam adalah variabel biaya perjalanan, total penghasilan, pendidikan, umur, dan waktu tempuh. Pada model fungsi permintaan kegiatan pendidikan variabel yang tidak berpengaruh nyata dalam model adalah variabel biaya perjalanan, total penghasilan, umur dan waktu yang dihabiskan. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut Variabel Model Fungsi Permintaan Rekreasi Alam 1. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali kagiatan rekreasi. Hipotesis biaya perjalanan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung diduga akan menurunkan rata-rata peluang frekuensi kunjungan rekreasi alam ke PPKAB, karena jika harga semakin meningkat maka konsumen

69 51 akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsi. Dari hasil analisis menggunakan regresi linear beganda, diketahui bahwa variabel biaya perjalanan tidak perngaruh nyata pada taraf uji 10% yang artinya biaya perjalanan tidak memengaruhi tingkat kunjungan ke PPKAB secara signifikan. Besar kecilnya biaya perjalan yang dikeluarkan pengunjung untuk berekreasi alam ke PPKAB tidak memengaruhi frekuensi kunjungan ke PPKAB secara signifikan. Hal ini disebabkan kawasan PPKAB menawarkan wisata alam yang unik dan khas yaitu suasana di dalam hutan hujan tropis, sehingga memberikan kepuasan tersendiri bagi pengunjung yang datang. Oleh karena itu biaya perjalanan tidak menjadi hambatan untuk mengunjungi kawasan ekowisata PPKAB. 2. Total Penghasilan Hipotesis total penghasilan diduga semakin tinggi total penghasilan pengunjung maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan rekreasi alam ke PPKAB. Hal ini karena semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin tinggi pula konsumsi dan kecenderungan mengalokasikan penghasilannya untuk berwisata. Hasil regresi variabel total penghasilan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 10% yang berarti variabel ini tidak memengaruhi tingkat kunjungan ke PPKAB secara signifikan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, PPKAB dikunjungi baik oleh kalangan ekonomi menengah atas maupun ekonomi menengah. Hal ini menunjukkan pengunjung PPKAB tidak terbatas pada kalangan ekonomi tertentu. 3. Pendidikan Hipotesis variabel pendidikan diduga semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan rekreasi alam di PPKAB. Hal ini karena semakin tinggi tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami kondisi PPKAB yang berada di dalam hutan hujan tropis dan kawasan konservasi. Kondisi ini membuat lokasi PPKAB masih terjaga kelestarian lingkungannya sehingga pengunjung yang mengerti kondisi tersebut cenderung akan kembali lagi ke PPKAB untuk berekreasi alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 10% atau dapat dikatakan variabel pendidikan tidak memengaruhi tingkat kunjungan rekreasi alam ke PPKAB secara signifikan. Tinggi rendahnya

70 52 pendidikan akhir pengunjung tidak memengaruhi frekuensi kunjungan ke PPKAB karena pengunjung kegiatan rekreasi alam di PPKAB terdiri dari kalangan pelajar yang pendidikan akhirnya masih rendah dan pegawai swasta yang pendidikan akhirnya sudah tinggi. Hal ini disebabkan lokasi PPKAB yang cocok untuk relaksasi bagi pekerja kantoran yang penat dengan suasana kota dan bagi pelajar atau mahasiswa yang menyukai trekking di dalam hutan hujan tropis. 4. Umur Hipotesis variabel umur adalah semakin tua usia responden maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungan rekreasi alam ke PPKAB karena lokasi PPKAB yang masih alami dan tidak tersedia sarana rekreasi untuk anak sehingga diduga kecenderungannya pengunjung yang datang adalah orang dewasa yang ingin menikmati suasana alam yang tenang untuk menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari. Variabel umur secara statistik tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 10% atau dapat dikatakan variabel umur tidak memengaruhi frekuensi tingkat kunjungan ke PPKAB secara signifikan. Berdasarkan karekteristik pengunjung pengunjung yang datang ke PPKAB mempunyai usia yang beragam mulai dari pelajar hingga orang dewasa. 5. Jarak Tempuh Jarak tempuh merupakan jarak yang ditempuh pengunjung dari tempat keberangkatan hingga sampai ke lokasi wisata. Hipotesis jarak tempuh diduga semakin jauh jarak yang ditempuh pengunjung maka akan menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan rekreasi alam ke PPKAB. Pada hasil analisis ditunjukkan bahwa jarak tempuh berpengaruh nyata pada taraf uji 10% yang artinya variabel jarak tempuh memengaruhi frekuensi kunjungan ke PPKAB secara signifikan. Variabel jarak tempuh memiliki koefisien bertanda negatif sesuai dengan hipotesis awal yang dapat diartikan semakin jauh jarak yang ditempuh pengunjung menuju PPKAB maka akan menurunkan peluang rata-rata tingkat kunjungan ke PPKAB. Berdasarkan hasil wawancara pengunjung yang frekuensi kunjungannya tinggi ke PPKAB berasal dari wilayah Bogor dan sekitarnya.

71 53 6. Waktu Tempuh Hipotesis waktu tempuh pada penelitian ini diduga semakin lama waktu tempuh pengunjung untuk sampai di lokasi PPKAB maka akan menurunkan tingkat kunjungan rekreasi alam ke PPKAB karena waktu tempuh yang lama akan menyita waktu pengunjung atau opportunity cost pengunjung menjadi bertambah. Hasil penelitian menunjukkan variabel waktu tempuh tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 10%. Lama tidaknya waktu yang ditempuh pengunjung untuk sampai di lokasi PPKAB tidak menjadi hambatan pengunjung untuk berkunjung ke PPKAB. Akses jalan menuju PPKAB dari mulai kantor resort Bodogol TNNGP sampai lokasi PPKAB mengalami kerusakan yang cukup parah yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan four wheel drive, sepeda gunung, sepeda motor atau berjalan kaki, sehingga waktu yang ditempuh pengunjung menjadi lebih lama dan hal itu tidak memengaruhi tingkat kunjungan rekreasi alam ke PPKAB. 7. Jumlah Tanggungan Hipotesis jumlah tanggungan dalam penelitian ini adalah jumlah tanggungan diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke PPKAB yang artinya semakin banyak tanggungan keluarga responden maka akan menurunkan frekuensi kunjungannya ke PPKAB. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki koefisien negatif, dan berpengaruh nyata pada taraf nyata 10% yang artinya jumlah tanggungan secara signifikan memengaruhi jumlah kunjungan ekowisatawan ke PPKAB, sehingga hasil analisis ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan semakin besar jumlah tanggungan maka pengunjung akan semakin memperkecil alokasi penghasilannya untuk kegiatan wisata alam sehingga wisatawan akan semakin enggan untuk berwisata alam ke PPKAB. 8. Waktu yang Dihabiskan Hipotesis variabel waktu yang dihabiskan dalam penelitian ini diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke PPKAB yang artinya semakin lama waktu yang dihabiskan pengunjung di lokasi PPKAB akan meningkatkan frekuensi kunjungan ke PPKAB. Berdasarkan hasil penelitian waktu yang dihabiskan di lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 10% dan memiliki koefisien positif terhadap frekuensi kunjungan ke PPKAB. Artinya

72 54 semakin lama waktu yang dihabiskan individu di lokasi tersebut maka jumlah kunjungan ke PPKAB semakin meningkatkan. Hal tersebut disebabkan keindahan alam, kesejukan udara dan suasana hutan hujan tropis yang ditawarkan PPKAB memberikan sensasi relaksasi bagi pengunjung yang datang sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lokasi. Oleh karena itu mereka berkeinginan kembali lagi ke PPKAB bahkan cenderung akan meningkatkan frekuensi kunjungan mereka, hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. 9. Lama Mengetahui Lokasi Lama mengetahui lokasi diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan mengetahui keberadaan PPKAB. Hipotesis dalam penelitian ini adalah lama mengetahui lokasi diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke PPKAB yang artinya semakin lama responden mengetahui lokasi PPKAB maka meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan ke PPKAB. Variabel lama mengetahui lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 10% dan mempunyai koefisen yang positif, hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui keberadaan PPKAB maka rata-rata frekuensi kunjungan akan semakin meningkat. Semakin lama mengetahui lokasi, pengunjung akan semakin tertarik dan penasaran dengan pesona ekowisata hutan hujan tropis yang ditawarkan PPKAB dan memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi Variabel Model Fungsi Permintaan Kegiatan Pendidikan 1. Biaya Perjalanan Hipotesis biaya perjalanan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung diduga akan menurunkan rata-rata peluang frekuensi kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB, karena jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian variabel biaya perjalanan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% sehingga variabel biaya perjalanan tidak memengaruhi frekuensi kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB secara signifikan. Kegiatan pendidikan di PPKAB didominasi oleh pelajar atau mahasiswa yang sedang melakukan praktikum yang mewajibkan pelajar atau

73 55 mahasiswa ini untuk ikut serta sehingga besarnya biaya perjalanan tidak menjadi penghambat mereka untuk datang ke PPKAB. 2. Total Penghasilan Hipotesis dari total penghasilan adalah semakin tinggi total penghasilan pengunjung diduga akan meningkatkan rata-rata frekuensi kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB, karena semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin tinggi konsumsi dan kecenderungan mengalokasikan penghasilannya untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Total penghasilan dalam penelitian ini secara statistik tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% yang artinya total penghasilan tidak memengaruhi tingkat kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB secara signifikan. Tinggi rendahnya penghasilan pengunjung kegiatan pendidikan tidak menjadi penghambat pengunjung unutk datang ke PPKAB. Hal ini disebabkan karena seluruh responden kegiatan pendidikan masih berstatus pelajar atau mahasiswa yang belum memiliki penghasilan melainkan uang saku. 3. Umur Hipotesis variabel umur pada penelitian ini adalah semakin muda umur pengunjung maka akan semakin meningkatkan frekuensi kunjungan ke PPKAB karena kegiatan pendidikan biasanya didominasi oleh pengunjung kalangan pelajar dan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian variabel umur tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% yang artinya umur pengunjung tidak memengaruhi tingkat kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB secara signifikan. 4. Jarak Tempuh Hipotesis jarak tempuh pada penelitian ini diduga semakin jauh jarak tempuh pengunjung maka akan semakin menurunkan tingkat kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB. Variabel jarak tempuh dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% yang artinya variabel ini tidak memengaruhi tingkat kunjungan kegiatan pendidikan di PPKAB secara signifikan. jauh dekatnya jarak yang ditempuh pengunjung tidak menjadi hambatan untuk melakukan kegiatan pendidikan di PPKAB. Hal dikarenakan pengunjung kegiatan pendidikan yang datang ke PPKAB berasal dari berbagai wilayah.

74 56 5. Waktu Tempuh Hipotesis waktu tempuh adalah semakin lama waktu yang ditempuh pengunjung diduga akan menurunkan tingkat kunjungan ke PPKAB. Waktu tempuh adalah lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan diperjalanan untuk sampai ke lokasi PPKAB. Berdasarkan hasil regresi, variabel waktu tempuh berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan mempunyai koefisien negatif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu tempuh seorang individu maka akan menurunkan rata-rata frekuensi kunjungan ke PPKAB. Hal ini karena sebagian besar pengunjung kegiatan pendidikan di PPKAB meneruskan perjalanan ke lokasi PPKAB dari kantor resort dengan berjalan kaki sehingga menempuh waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil wawancara, ini menyebabkan sebagian pengunjung kegiatan pendidikan enggan untuk kembali lagi ke PPKAB dengan berjalan kaki. 6. Waktu yang dihabiskan Hipotesis waktu yang dihabiskan adalah semakin lama pengunjung menghabiskan waktu di PPKAB diduga akan meningkatkan frekuensi kunjungan kegiatan pendidikan di PPKAB, karena keindahan alam, kesejukan udara dan suasana hutan hujan tropis yang ditawarkan PPKAB memberikan sensasi relaksasi bagi yang datang sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lokasi dan ingin berkunjung kembali ke PPKAB. Waktu yang dihabiskan responden di lokasi PPKAB dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% sehingga variabel ini tidak memengaruhi tingkat kunjungan kegiatan pendidikan ke PPKAB secara signifikan. Berapapun lamanya waktu yang dihabiskan pengunjung di lokasi tidak memengaruhi tingkat kunjungan ke PPKAB. 7. Lama Mengetahui Hipotesis lama mengetahui adalah semakin lama pengunjung mengetahui lokasi PPKAB diduga akan meningkatkan kunjungan kegiatan pendidikan di PPKAB. Lama mengetahui lokasi diartikan sebagai jumlah tahun pengunjung mengetahui keberadaan PPKAB. Variabel lama mengetahui lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan mempunyai koefisen yang positif, hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Oleh karena itu semakin lama individu mengetahui keberadaan PPKAB maka akan semakin meningkatkan rata-rata

75 57 frekuensi kunjungan ke PPKAB. Hal ini disebabkan semakin lama mengetahui lokasi PPKAB, pengunjung semakin tahu bahwa PPKAB menawarkan suasana hutan hujan tropis yang cocok untuk kegiatan pendidikan lingkungan ataupun kegiatan praktikum yang berhubungan dangan hutan, satwa liar dan tumbuhan sehingga memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi. 7.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi PPKAB Penentuan nilai ekonomi dari PPKAB didasarkan pada nilai surplus konsumen yang diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Menurut Fauzi 2010, setelah mengetahui fungsi permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per individu dapat diukur melalui formula SK = Y 2 /2b, dimana Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya perjalanan. Perbedaan antara WTP wisatawan dengan pengeluaran aktual wisatawan merupakan surplus konsumen. Surplus konsumen dikenal sebagai manfaat bersih dan hal ini merepresentasikan suatu nilai (value) yang sangat berguna bagi penentu kebijakan, manajer dan pengambil keputusan yang lain berkaitan dengan kegiatan rekreasi dan industri wisata (Marsinko et al 2002 dalam Wijayanti 2009). Berdasarkan rumus tersebut, dan berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dengan pendekatan biaya perjalanan didapatkan surplus konsumen pengunjung rekreasi alam sebesar Rp per individu per kunjungan dan surplus konsumen pengunjung kegiatan pendidikan sebesar Rp per individu per kunjungan. Terdapat perbedaan nilai surplus konsumen antara pengunjung kegiatan rekreasi alam dengan pengunjung kegiatan pendidikan. Nilai surplus konsumen kegiatan rekreasi alam lebih besar dibandingkan nilai surplus konsumen kegiatan pendidikan. Perhitungan surplus konsumen ini dapat dilihat pada lampiran 4. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan rekreasi alam tahun 2013 yaitu sebesar 722

76 58 kunjungan, sehingga didapat nilai ekonomi PPKAB dari kegiatan rekreasi alam sebesar Rp Nilai ekonomi PPKAB dari kegiatan pendidikan adalah sebesar Rp dengan total kunjungan kegiatan pendidikan sebanyak 750 kunjungan pada tahun Hal ini menunjukkan nilai ekonomi lokasi PPKAB untuk kegiatan pendidikan lebih kecil di bandingkan nilai ekonomi lokasi PPKAB untuk kegiatan rekreasi alam. Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas di PPKAB ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang menurut responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat beribadah dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan jalan. Perbaikan jalan menjadi hal yang sangat diharapkan oleh pengunjung. Pengelolaan yang baik dari PPKAB sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. Nilai surplus konsumen yang cukup besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi alam atau berekowisata dan melakukan kegiatan pendidikan di PPKAB. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik dari pengelola maupun pengunjung PPKAB dari kegiatan ekowisata tersebut dapat mencapai optimum dengan tetap mempertahankan kelestarian hutannya.

77 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Karekteristik sosial ekonomi yang paling menonjol dari pengunjung PPKAB yang berekreasi alam adalah pengunjung dengan usia antara tahun, berasal dari wilayah Bogor dan sekitarnya, tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi, tingkat penghasilan diatas Rp , mencapai lokasi PPKAB menggunakan sepeda motor dan bis sewaan yang dilanjutkan dengan mengendarai jip dan sepeda gunung, membawa rombongan 5-10 orang, dan sebagian besar adalah laki-laki. Karekteristik sosial ekonomi pengunjung PPKAB yang melakukan kegiatan pendidikan adalah pengunjung dengan usia antara tahun, berasal dari wilayah Jakarta dan Bekasi, tingkat pendidikan terakhir SMA, tingkat penghasilan dibawah Rp , mencapai lokasi PPKAB menggunakan kendaraan sewaan seperti bis dan truk tronton yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki, membawa rombongan besar orang dan orang, serta sebagian besar adalah perempuan. Berdasarkan hasil wawancara, baik pengunjung rekreasi alam maupun pengunjung kegiatan pendidikan mengetahui keberadaan lokasi dari teman atau keluarga. PPKAB sebagai tempat ekowisata dinyatakan cukup aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, fasilitas cukup lengkap, akses menuju lokasi sangat sulit dikarenakan akses jalan yang rusak, keindahan alam di PPKAB indah, tarif masuknya sedang, dan kebersihan di lokasi cukup bersih. 2. Dari hasil penelitian, terdapat empat variabel sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan rekreasi alam di PPKAB. Keempat variabel tersebut adalah jarak tempuh, jumlah tanggungan, waktu yang dihabiskan di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Fungsi permintaan kegiatan pendidikan d PPKAB terdapat dua variabel sosial ekonomi yang berpengaruh nyata, yaitu variabel waktu tempuh dan lama mengetahui lokasi.

78 60 3. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual untuk kegiatan rekreasi alam adalah sebesar Rp per individu per kunjungan dan didapatkan nilai ekonomi lokasi PPKAB sebagai lokasi rekreasi alam sebesar Rp , sedangkan surplus konsumen kegiatan pendidikan adalah sebesar Rp per individu per kunjungan dan didapat nilai ekonomi lokasi PPKAB sebagai lokasi pendidikan sebesar Rp Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, saran yang dapat disampaikan sebagai masukan dalam peningkatan dan pengembangan ekowisata di PPKAB antara lain: 1. PPKAB merupakan suatu kawasan ekowisata di kawasan konservasi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Upaya promosi mengenai keberadaan tempat wisata tersebut dirasa masih sangat kurang dengan masih rendahnya tingkat kunjungan ke PPKAB. Oleh karena itu, upaya promosi harus dilakukan dengan gencar untuk menjaring pengunjung lebih banyak lagi. Tidak hanya di daerah sekitar Bogor, melainkan hingga ke luar kota. Pengelolaan website harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi serta isi informasi didalam website diperbaharui. Kegiatan promosi juga dapat dilakukan melalui media cetak maupun elektronik dan mengikuti kegiatan pameran-pameran wisata. 2. Perlu adanya perbaikan akses jalan menuju PPKAB yang sudah rusak parah. Perbaikan dapat dilakukan melalui kordinasi dengan pemilik lahan yang lahannya digunakan sebagai akses jalan. 3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai analisis kebijakan pengembangan pengelolaan lokasi ekowisata dan analisis kelembagaan dari pengelolaan PPKAB.

79 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional Oktober [internet]. Indonesia (ID). [disadur 6 Februari 2015]. Tersedia pada [KEMENKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ranking Devisa Pariwisata Terhadap Barang Ekspor Terbesar [internet]. Indonesia (ID). [ disadur 6 Februari 2015]. Tersedia pada [PPKAB] Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Profil PPKAB [internet]. [disadur 21 November 2013]. Tersedia pada: [TIES] The International Ecotourism Society What is Ecotourism [internet]. [disadur 6 Februari 2015]. Tersedia pada: [TNGGP] Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tentang TNGGP [internet]. [disadur 4 Maret 2014]. Tersedia pada: Adrianto L, Wahyudin Y Metode valuasi ekonomi sumberdaya alam. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aprilian R Analisis permintaan dan surplus konsumen taman wisata alam situ gunung dengan metode biaya perjalanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ario A, J Supriatna, N Andani (Ed) Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jakarta (ID). Conservation International. Clawson M, Knetch JL Economic of Outdoor Recreation. Baltimore (US). The John Hopkins Press. Damanik J, Weber Perencanaan Ekowisata.Yogyakarta (ID). ANDI. Douglass RW Forest Recreation. New York (US). Pargamon Press. Fauzi A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID). Gramedia Pustaka Utama.

80 62 Fauzi A Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID). IPB Press. Firandari T Analisis permintaan dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan metode biaya perjalanan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Juanda B Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID). IPB Press. Nicholson W Teori Mikroekonomi : Prinsip Dasar dan Perluasan. Jilid pertama. Edisi ke- 8. Wirajaya D, penterjemah. Binarupa Aksara (ID). Jakarta. Nugroho I Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta (ID). Pustaka Pelajar. Peraturan Pemerintah Nomor Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor Zonasi Taman Nasional. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. Prasetyo B, Jannah LM Metode penelitian kuantitatif : Teori dan aplikasi. Jakarta (ID) : Rajawali Pers. Prayoga E Estimasi nilai ekonomi dan kontribusi kegiatan wisata terhadap konservasi di taman nasional ujung kulon kabupaten pandeglang provinsi banten [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Roos GF Psikologi Pariwisata. Samosir M, penerjemah. Jakarta (ID). Yayasan Obor Indonesia. Sihombing DMR Penilaian ekonomi dan prospek pengembangan wisata taman wisata alam gunung pancar. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soemarno Konsep Wisata Alam Berbasis Hutan [internet]. [diunduh 2013 Juni 20].Tersedia pada: Suswantoro G Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID). Penerbit Andi.

81 63 Undang-undang Nomor Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor Kepariwisataan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. Wahab S Manajemen Kepariwisataan. Jakarta (ID). PT Pradnya Paramita. Wijayanti P Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Bogor (ID). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Vanhove N The Economics of Tourism Destinations. Burlington (US). Elsevier. Yoeti OA Pemasaran Pariwisata. Jakarta (ID): Angkasa.

82 LAMPIRAN

83 65 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: ppkab.blogspot.com

84 66 Lampiran 2 Hasil Regresi Linear Berganda Kegiatan Rekreasi Alam PPKAB Regression Analysis: Y versus x1; x2; x3; x4; x5; x6; x7; x8; x9 The regression equation is Y = - 1,72 + 0,068 x1-0,0005 x2 + 0,269 x3 + 0,058 x4-0,0906 x5 + 0,199 x6-0,971 x7 + 0,231 x8 + 0,509 x9 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -1,718 4,840-0,35 0,726 x1 0,0681 0,1031 0,66 0,517 4,588 x2-0, , ,02 0,986 3,457 x3 0,2686 0,4114 0,65 0,521 4,452 x4 0,0579 0,1410 0,41 0,686 5,637 x5-0, , ,00 0,060* 4,714 x6 0,1993 0,6481 0,31 0,762 1,371 x7-0,9711 0,5560-1,75 0,096* 3,760 x8 0, , ,73 0,000** 1,916 x9 0,5093 0,2782 1,83 0,082* 2,758 Ket : * signifikan pada taraf nyata 10% ** signifikan pada taraf nyata 5% S = 2,85789 R-Sq = 83,6% R-Sq(adj) = 76,3% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 9 834,116 92,680 11,35 0,000 Residual Error ,350 8,168 Total ,467 Uji Asumsi Fungsi Permintaan Rekreasi alam di PPKAB 1. Uji Kenormalan Uji Kolmogrov-Smirnov Probability Plot of RESI1 Normal Percent Mean -4,44089E-16 StDev 2,373 N 30 KS 0,136 P-Value >0, ,0-2,5 0,0 RESI1 2,5 5,0 7,5

85 67 Hipotesis : H0 : Sisaan menyebar normal H1 : Sisaan tidak menyebar normal Karena hasil p-value 0,150 > 0,10 maka terima H0 dan hasilnya adalah sisaan menyebar normal pada taraf nyata 10%. 2. Uji Multikolinieritas Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -1,718 4,840-0,35 0,726 x1 0,0681 0,1031 0,66 0,517 4,588 x2-0, , ,02 0,986 3,457 x3 0,2686 0,4114 0,65 0,521 4,452 x4 0,0579 0,1410 0,41 0,686 5,637 x5-0, , ,00 0,060 4,714 x6 0,1993 0,6481 0,31 0,762 1,371 x7-0,9711 0,5560-1,75 0,096 3,760 x8 0, , ,73 0,000 1,916 x9 0,5093 0,2782 1,83 0,082 2,758 Adanya multikolinieritas jika nilai VIF nya >= 10, dilihat diatas tidak terdapat nilai VIF yang lebih dari 10, sehingga tidak terdapat gejala multikolinieritas. 3. Autokorelasi Runs Test: resi Runs test for resi Runs above and below K = -0, The observed number of runs = 18 The expected number of runs = 15, observations above K; 14 below P-value = 0,340 Tolak H0 jika p-value < alpha (0.10), karena nilai p-value (0.340) > alpha (0.10), maka terima H0 artinya Tidak terdapat autokorelasi pada taraf nyata 10%. 4. Heteroskedastisitas Untuk memeriksa kehomogenan ragam digunakan uji Glejser, dengan meregresikan mutlak sisaan dengan peubah penjelas. Dari output Minitab sidik ragam sebagai berikut Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 9 31,954 3,550 1,41 0,249 Residual Error 20 50,347 2,517 Total 29 82,300 Hipotesis : H0 : ragam sisaan homogen H1: ragam sisaan tidak homogen

86 68 Berdasarkan tabel analisis ragam tersebut diperoleh nilai P-value sebesar 0,249. Jika digunakan taraf nyata 10% maka akan dihasilkan keputusan terima H0 karena p-value (0.249) > alpha (0.10). Dan dapat disimpulkan bahwa ragam sisaan telah homogen pada taraf nyata 10%.

87 69 Lampiran 3 Hasil Regresi Linear Berganda Kegiatan Pendidikan di PPKAB Regression Analysis: Y versus x1; x2; x4; x5; x6; x8; x9 The regression equation is Y = 0,84-0,0391 x1 + 0,0012 x2 + 0,065 x4 + 0,00351 x5-0,409 x6 + 0,00835 x8 + 0,534 x9 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,840 2,219 0,38 0,709 x1-0, , ,44 0,164 4,659 x2 0, , ,10 0,922 1,410 x4 0,0653 0,1285 0,51 0,616 3,739 x5 0, , ,39 0,702 6,146 x6-0,4092 0,1888-2,17 0,041** 1,672 x8 0, , ,93 0,360 3,217 x9 0, , ,37 0,000** 1,547 ket: ** signifikan pada taraf nyata 5% S = 0, R-Sq = 80,3% R-Sq(adj) = 74,0% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 33,2225 4, ,82 0,000 Residual Error 22 8,1442 0,3702 Total 29 41,3667 Uji Asumsi Fungsi Permintaan Kegiatan Pendidikan di PPKAB 1. Uji Kenormalan Uji Kolmogrov-Smirnov Probability Plot of RESI1 Normal Percent Mean -1,48030E-15 StDev 0,5299 N 30 KS 0,094 P-Value >0, ,0-0,5 0,0 RESI1 0,5 1,0 1,5 Hipotesis : H0 : Sisaan menyebar normal

88 70 H1 : Sisaan tidak menyebar normal Karena hasil p-value 0,150 > 0,10 maka terima H0 dan hasilnya adalah sisaan menyebar normal pada taraf nyata 10%. 2. `Uji Multikolinieritas Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,840 2,219 0,38 0,709 x1-0, , ,44 0,164 4,659 x2 0, , ,10 0,922 1,410 x4 0,0653 0,1285 0,51 0,616 3,739 x5 0, , ,39 0,702 6,146 x6-0,4092 0,1888-2,17 0,041 1,672 x8 0, , ,93 0,360 3,217 x9 0, , ,37 0,000 1,547 Adanya multikolinieritas jika nilai VIF nya >= 10, dilihat diatas tidak terdapat nilai VIF yang lebih dari 10, sehingga tidak terdapat gejala multikolinieritas. 3. Autokorelasi Durbin-Watson statistic = 1,82082 Kesimpulan : karena nilai Durbin Watson Statistic yang mendekati 2, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 4. Heteroskedastisitas Untuk memeriksa kehomogenan ragam digunakan uji Glejser, dengan meregresikan mutlak sisaan dengan peubah penjelas. Dari output Minitab tabel sidik ragam sebagai berikut Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 1, , ,95 0,110 Residual Error 22 1, ,08522 Total 29 3,03522 Hipotesis : H0 : ragam sisaan homogen H1: ragam sisaan tidak homogen Berdasarkan tabel analisis ragam tersebut diperoleh nilai P-value sebesar 0,110. Jika digunakan taraf nyata 10% maka akan dihasilkan keputusan terima H0 karena p-value (0.110) > alpha (0.10). Dan dapat disimpulkan bahwa ragam sisaan telah homogen pada taraf nyata 10%.

89 71 Lampiran 4 Perhitungan Surplus Konsumen Perhitungan Surplus Konsumen Kegiatan Rekreasi Alam di PPKAB Dengan b1 = 0, Y (Frekuensi Surplus Konsumen Individu Kunjungan/tahun) (SK)/individu (Y 2 SK/individu/kunjungan /2b1) Total Rata-rata Jadi berdasarkan perhitungan tersebut rata-rata surplus konsumen per individu per kunjungan adalah sebesar Rp Nilai ekonomi PPKAB sebagai lokasi rekreasi alam didapat dari perkalian antara SK tersebut dengan

90 72 jumlah pengunjung rekreasi alam pada periode tahun 2013 sebanyak 722 orang pengunjung, sehingga didapatkan nilai sebesar Rp Perhitungan Surplus Konsumen Kegiatan Pendidikan di PPKAB Dengan b1 = 0, Individu Y (Frekuensi Surplus Konsumen Kunjungan/tahun) (SK)/individu (Y2/2b1) SK/individu/kunjungan Total Rata-rata Jadi berdasarkan perhitungan tersebut rata-rata SK per individu per kunjungan adalah sebesar Rp Nilai ekonomi PPKAB sebagai tempat

91 73 pendidikan didapat dari perkalian antara SK tersebut dengan jumlah pengunjung kegiatan pendidikan di PPKAB pada tahun 2013 sebanyak 750 pengunjung, sehingga didapat nilai sebesar Rp

92 74 Lampiran 5. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan Rekreasi Alam No Frekuensi Kunjungan (kali/tahun) (Y) Biaya Perjalanan (Rp) (X1) Total Penghasilan (Rp) (X2) Tingkat Pendidikan (tahun) (X3) Umur (tahun) (X4) Jarak Tempuh (km) (X5) Waktu Tempuh (jam) (X6) Jumlah Tanggungan (org) (X7) Jenis Kelamin (X8) Waktu yg Dihabiskan (jam) (X9) Lama Mengetahui (tahun) (X10) ,

93

94 76 Lampiran 6. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan Kegiatan Pendidikan 76 No Frekuensi Kunjungan (kali/tahun) (Y) Biaya Perjalanan (Rp) (X1) Total Penghasilan (Rp) (X2) Tingkat Pendidikan (tahun) (X3) Umur (tahun) (X4) Jarak Tempuh (km) (X5) Waktu Tempuh (jam) (X6) Jumlah Tanggungan (org) (X7) Jenis Kelamin (X8) Waktu yg Dihabiskan (jam) (X9) Lama Mengetahui (tahun) (X10)

95

96 Lampiran 7 Kuesioner KUISIONER PENELITIAN No Responden :... Tanggal :... Kuisioner ini digunakan untuk penelitian Analisis Permintaan Ekowisata Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango oleh Insan Aulia, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Petanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wisata di bawah ini. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Terimakasih atas kesediaannya. Keterangan : PPKAB = Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, TNGGP = Taman Nasional Gunung Gede Pangrango A.DATA RESPONDEN 1. Nama:... *NoTelp/HP: Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 3. Umur:...Tahun 4. Pendidikan Terakhir: SD Akademi/Diploma SLTP Perguruan Tinggi (S1) SLTA Pasca Sarjana (S2/S3) 5. Status Perkawinan: Menikah Belum Menikah Jika sudah menikah, berapa jumlah anggota keluarga?... orang. 6. Berapakah jumlah tanggungan keluarga anda?...orang 7. Tempat tinggal: a. Propinsi : b. Kabupaten/Kodya : c. Kecamatan : d. Desa/Kelurahan : 8. Jarak dari tempat tinggal ke PPKAB? (bisa dengan pendekatan lama dan kecepatan perjalanan) Kurang dari 10 km 60 km sampai 100 km 10 km sampai 30 km Lebih dari 100 km 30 km sampai 60 km 9. Pekerjaan pokok: Pegawai Negeri Sipil/ BUMN Ibu Rumah Tangga TNI/ABRI Pensiunan Pegawai Swasta Buruh/pabrik Pengusaha/Wirasawasta Pelajar/Mahasiswa Petani Lain-lain (sebutkan)...

97 Berapa jumlah hari kerja anda dalam satu minggu? 5 hari 7 hari 6 hari 12. Berapa pendapatan anda per-bulan? Kurang dari 1 juta Antara 4 juta s/d 6 juta Antara 1 juta s/d 2 juta Antar 6 juta s/d 10 juta Antara 2 juta s/d 3 juta Lebih dari 10 juta Antara 3 juta s/d 4 juta Lainnya: Rp... (Jika anda pelajar/mahasiswa, data diatas merupakan uang saku rata-rata perbulan) 13. Adakah keterkaitan pekerjaan anda dengan Taman Nasional Ya Tidak 14. Apa hobi anda?... B. MOTIVASI KUNJUNGAN 1. Anda datang kesini: Sendiri Kelompok (...Orang) Rombongan/Keluarga/Instansi tertentu (...Orang) 2. Kedatangan anda ketempat ini merupakan: Tujuan utama Tempat persinggahan Jika tempat ini merupakan persinggahan, kemana tujuan utama anda? Apa tujuan utama anda datang ke tempat ini: Berekreasi Pendidikan konservasi Penelitian Lain-lain, sebutkan Jika anda berekreasi, berapa lama anda melakukan rekreasi?... jam/hari 5. Jika anda melakukan penelitian, berapa lama waktu yang anda habiskan di PPKA?... jam/hari 6. Jika anda melakukan pendidikan konservasi, berapa lama waktu yang anda habiskan di PPKAB?... jam/hari 7. Apakah sebelumnya anda pernah datang ke tempat ini? Ya Tidak Jika ya, berapa kali anda sudah datang?...kali 8. Yang mendorong anda datang ke tempat ini adalah? (jawaban boleh lebih dari satu) Untuk memperoleh kesegaran pikiran setelah beraktivitas Untuk memperoleh kesegaran jasmani Ingin melihat objek-objek yang menarik Untuk mendapat pengalaman baru Untuk mendapatkan inspirasi Untuk menyelesaikan tugas

98 80 lain-lain, sebutkan Selama satu tahun terakhir, sudah berapa kali anda berkunjung ke PPKAB?...kali 10. Selama dua tahun terakhir, sudah berapa kali anda berkunjung ke PPKAB?...kali 11. Selama lima tahun terakhir, sudah berapa kali anda berkunjung ke PPKAB?...kali 12. Apakah sumberdaya rekreasi di PPKAB sudah sesuai dengan yang anda harapkan? Ya tidak 13. Apa kekhasan dari PPKAB yang membuat anda tertarik untuk datang? Keberadaan satwa liarnya Adanya jembatan canopy trail dan menara pengamatan Suasana di dalam hutan hujan tropis C. BIAYA REKREASI 1. Kendaraan yang anda gunakan untuk datang ke tempat ini? Kendaraan umum Kendaraan pribadi,jenis... C Kendaran sewa/carteran Kendaraan milik instansi 2. Berapakah waktu yang anda nutuhkan dari rumah menuju tempat ini?... jam 3. Menurut anda bagaimana harga karcis masuk yang diterapkan? Murah sedang mahal C C C 4. Berapa biaya yang anda keluarkan selama ber ekowisata di PPKAB? (dalam rupiah) 1. Transportasi : Dokumentasi : Konsumsi wisata : Biaya Parkir : Souvenir : Tiket masuk/paket wisata : Lainnya :... Jika tidak melakukan rekreasi, berapakah konsumsi yang anda keluarkan seharihari? Rp Berapa lama anda berkunjung ke tempat rekreasi ini? satu hari (pulang-pergi) Menginap, selama... hari 6. Jika menginap anda bermalam di? Tenda asrama Lain-lain Biaya yang anda keluarkan untuk menginap adalah? Rp.../hari D. WAKTU LUANG 1. Apakah yang biasanya anda lakukan pada waktu luang? Berekreasi Menyalurkan hobi Mendaki gunung Tinggal di Rumah Ke Pantai Memancing

99 81 Berolahraga Lain-lain Anda melakukan rekreasi pada waktu: Akhir pekan Tidak mesti hari libur Libur/cuti E. INFORMASI 1.Apakah anda sudah mengetahui keberadaan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) sebelumnya? Ya Tidak jika ya, sudah berapa lama anda mengetahui tempat wisata PPKAB?...tahun 2. Anda mengetahui tempat ini dari: Teman/keluarga Radio Surat kabar/majalah Televisi Brosur Pameran Website/internet Lain-lain Apakah anda berkeinginan untuk kembali ke tempat ini pada waktu yang akan datang? Ya Tidak 4. Jika ya, apa yang menyebabkan anda ingin datang kembali ke tempat ini? Letaknya dekat dari tempat tinggal Biaya rekreasinya murah Tempatnya indah dan menarik Lain-lain... F. WISATA ALTERNATIF 1. Tempat rekreasi seperti apakah yang biasanya anda kunjungi? Pegunungan Adventure (petualangan) Pantai Lainnya... Taman hiburan/bermain 2. Selain ke PPKAB, kemanakah tempat alternatif rekreasi anda? Ancol Taman Safari Dunia Fantasi Anyer Kebun binatang Ragunan Lainnya... Puncak 3. Adakah tempat wisata alternatif lain yang sejenis dengan PPKAB yang menjadi alternatif wisata alam anda selain di PPKAB? ada tidak Jika ada, berapa jumlahnya...sebutkan... G. PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP KEADAAN LINGKUNGAN, SARANA DAN PRASARANA DI KAWASAN PPKAB 1. Bagaimana kemudahan dalam mencapai lokasi ini? Sangat mudah mudah cukup mudah Sulit 2. Secara umum, keindahan alam di sekitar tempat wisata ini menurut anda: Sangat Indah Cukup indah Indah Kurang indah

100 82 3. Sistem tata ruang di kawasan ini: Sangat baik Kurang baik Baik Buruk cukup Baik 4. Fasilitas-fasilitas yang ada di tempat ini: Sangat lengkap Cukup lengkap Lengkap Kurang lengkap 5. Keadaan keamanan di tempat ini: Sangat aman Cukup aman Aman Kurang aman 6. Keadaan kebersihan di tempat ini: Sangat bersih Cukup bersih Bersih Kurang bersih 7. Bagaimanakah menurut anda kondisi lingkungan di dan sekitar kawasan PPKAB dengan adanya PPKAB ini? menjaga keasrian lingkungan menambah keindahan pemandangan membuat segar udara sekitar menimbulkan polusi menimbulkan ketidaknyamanan menimbulkan limbah dan sampah Lainnya (sebutkan): Menurut anda keramahan petugas di PPKAB : sangat baik kurang baik baik sangat kurang 9. Apa menurut anda yang perlu dibenahi atau diperbaiki dari PPKAB? Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara saya ucapkan terima kasih.

101 83 Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian Jalan masuk kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gerbang masuk PPKAB Akses jalan menuju PPKAB

102 84 Fasilitas di PPKAB Asrama dan ruang kelas di PPKAB Kegiatan Outbond di PPKAB Gazebo di PPKAB Aula tempat berkumpul dan kantin di PPKAB

103 85 Atraksi Wisata Jembatan canopy trail di PPKAB Papan interpretasi menuju Curug Cipadaranten Camping ground dan catwalk

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat berlimpah, dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan keanekaragaman hayati.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pariwisata saat ini semakin menjadi sorotan bagi masyarakat di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi andalan Indonesia untuk mendulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata alam dewasa ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan hayati dan non hayati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING

PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM DANAU SIAIS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ANALISIS NILAI EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM DANAU SIAIS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN ANALISIS NILAI EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM DANAU SIAIS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN HASIL PENELITIAN oleh: Zulka Hidayati Nst 071201014 / Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci