PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING"

Transkripsi

1 PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING. Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL. Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu. Prospek pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat dari waktukewaktu dan besarnya potensi wisata yang dimiliki Indonesia juga menjadi pemicu berkembangnya pariwisata di Indonesia. Salah satu potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai penunjang pengembangan pariwisata adalah taman wisata alam Padatnya aktivitas di kota besar, diikuti dengan kemacetan lalu lintas dan polusi udara menjadikan obyek wisata dengan konsep back to nature banyak diminati oleh masyarakat. Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar dapat menjadi salah satu pilihan wisata back to nature sehingga pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar layak menjadi sorotan.. Untuk itu, diperlukan masukan dalam pengambilan keputusan pengembangan wisata baik menggunakan pendekatan ekonomi maupun lingkungan secara kuantitatif ke dalam nilai moneter (rupiah) dengan menggunakan metode valuasi yaitu travel cost method (TCM). Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar, (2) mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar, (3) mengestimasi nilai ekonomi TWA Gunung Pancar, (4) menilai prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Gunung Pancar dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Minitab 15 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabelvariabel tersebut yaitu : biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Gunung Pancar surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp ,778. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay sehingga dapat diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp ,00. Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosialmasyarakat dan aspek spasial. Pendekatan aspek fisik dilakukan dengan mengkaji i

3 kondisi sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang meliputi aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan lain-lain saat ini, serta mengkaji potensi alam kawasan yang ada sehingga dapat menentukan kegiatan yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan pada TWA Gunung Pancar. Aspek sosial-masyarakat digunakan untuk mengenali keadaan dan potensi masyarakat di sekitar kawasan TWA Gunung Pancar sehingga dapat mengidentifikasikan pengembangan kegiatan wisata yang dapat menciptakan keselarasan antara kehidupan masyarakat sekitar dengan keberadaan TWA Gunung Pancar sehingga dapat saling memberikan manfaat. Aspek spasial digunakan untuk pengalokasian areal ke dalam zona-zona tertentu di dalam kawasan TWA Gunung Pancar, di mana diijinkan untuk dilakukan kegiatan wisata dan di mana tidak diijinkan dengan demikian kegiatan wisata yang dikembangkan dapat selaras dengan peruntukan kawasan. Kata kunci : pariwisata, taman wisata alam, valuasi ekonomi, travel cost method, prospek pengembangan wisata ii

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata alam Gunung Pancar adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya penerbit maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2011 Devina Marcia Rumanthy Sihombing H iii

5 PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iv

6 Judul Skripsi Nama NIM : Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar : Devina Marcia Rumanthy Sihombing : H Disetujui Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP Diketahui Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus : v

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Oktober Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Marolop Sihombing, B.Sc dan Yuliana Sembyok. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kristen Berkat pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Kristen Berkat selama 3 tahun yang kemudian melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pekayon Jaya 3. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bekasi, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bekasi pada tahun 2004 dan masuk dalam program IPA. Pada tahun, 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kegiatan kemahasiswaan sebagai Ketua Divisi Public Relation Resources and Environmental Economics Student Assosiation (REESA) periode 2009/2010. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitian di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen. vi

8 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah tulus hati memberikan dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil demi terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini secara khusus penulis sampaikan kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 3. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji utama 4. Nuva, SP, M.Sc sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Balai Besar Konsrvasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat I dan pengelola Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 7. Keluargaku tercinta, Papa dan Mama, yang telah memberikan doa, cinta serta dukungan yang tak putus-putus untuk keberhasilanku, kakakku (Maya) dan adik-adikku (Grace dan Agatha) terima kasih telah menjadi teman berbagi dan memberikan dukungan serta doa kepada penulis. 8. Teman-teman satu bimbingan, Rianah, Fachrunnisa, Fiandra, Pristy, Suci, dan Hezron, terima kasih atas segala dukungan, motivasi dan saran yang telah diberikan. vii

9 9. Sahabat-sahabatku, Nasya, Erlinda, Indah, Tina, serta teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 44 untuk kebersamaannya selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Bogor, September 2011 Penulis viii

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia yang diberikan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka terhadap Taman Wisata Alam Gunung Pancar, mengkaji fungsi permintaan wisata serta menduga nilai manfaat ekonomi dan prospek pengembangan wisata di Taman Wisata Gunung Pancar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2011 Penulis ix

11 DAFTAR ISI RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL.... xiii DAFTAR GAMBAR.... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Keterbatasan Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Wisata Alam Taman Wisata Alam Permintaan Wisata Penawaran Wisata Pengembangan Pariwisata Alam Valuasi Ekonomi Travel Cost Method (TCM) Surplus Konsumen Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Obyek dan Daya Tarik Wisata Regresi Linier Berganda Penilaian Manfaat Wisata Alam Prospek Pengembangan Wisata Alam Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sample i vi ix x

12 4.4 Pengolahan Data V. GAMBARAN UMUM Lokasi dan Kondisi Geografis Status KawasanTaman Wisata Gunung Pancar Potensi Kawasan Flora Fauna Hidrologi Geofisik Obyek Wisata VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR Karakteristik Responden Umur Daerah Asal Tingkat Pendidikan Pekerjaan Tingkat Penghasilan Status Pernikahan Cara Kedatangan Jumlah Rombongan Alat Transportasi Sumber Informasi Lokasi Tujuan Wisata Lama Kunjungan Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Persepsi Pengunjung Mengenai Taman Wisata Alam Gunung Pancar Keamanan Penyediaan Fasilitas Rekreasi Pelayanan Pengelola Taman Wisata Alam Gunung Pancar Penyediaan Sarana Informasi Aksesibilitas Kebersihan Tempat Wisata Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Air Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan Penilaian Wisatawan terhadap Karcis Masuk VII. FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Wisata Fungsi Permintaan Wisata Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Permintaan wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar Biaya Perjalanan Tingkat Pendidikan xi

13 7.3.3 Jenis Kelamin Waktu di Lokasi Lama Mengetahui Lokasi Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam Gunung Pancar VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR Aspek Fisik Potensi Alam Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Aspek Sosial-Ekonomi Aspek Spasial Kesediaan Membayar IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Daftar Kebutuhan Data Primer dan Teknik Pengumpulan Data Matriks Metode Analisis Data Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Daerah Asal Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Pendidikan Terakhir Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Penghasilan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Status Pernikahan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Alat Transportasi yang Digunakan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Sumber Tujuan Wisata Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Lama Kunjungan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Jarak Tempuh Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sebaran Waktu Tempuh Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Keamanan TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Fasilitas Rekreasi TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Pelayanan Pengelola TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Sarana Informasi TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Aksesibilitas TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Kebersihan TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai xiii

15 Kualitas Udara TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Kualitas Air TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Tingkat Kebisingan TWA Gunung Pancar Tahun Penilaian Pengunjung Responden Mengenai Karcis Masuk TWA Gunung Pancar Tahun Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TWA Gunung Pancar Daya Tarik Kawasan TWA Gunung Pancar Kemudahan Mencapai Kawasan TWA Gunung Pancar Sarana dan Prasarana TWA Gunung Pancar yang Perlu Ditambahkan dan Diperbaiki Peningkatan Pendapatan Masyarakat per Bulan Sebelum dan Setelah Adanya TWA Gunung Pancar Kesediaan Membayar Tiket Masuk TWA Gunung Pancar xiv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market Total Surplus Konsumen Skema Kerangka Penelitian Jumlah Kunjungan TWA Gunung Pancar Periode Fasilitas Wisata di TWA Gunung Pancar Pembangunan Fasilitas Rekreasi di Blok Pemanfaatan xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner untuk Pengunjung Hasil Regresi Linier Berganda dengan Minitab Uji Normalitas Model Permintaan Wisata TWA Gunung Pancar Hasil Uji Homoskedastisitas Perhitungan Surplus Konsumen Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan xvi

18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat berlimpah, dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan keanekaragaman hayati. Hal ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk membangun industri pariwisata yang nantinya mampu memberikan kontribusi secara multidimensi bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu. Di samping menjadi mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis wisata dapat ditempatkan dimana saja. Sektor pariwisata mempunyai trickle-down effect ke sektor lain seperti industri kerajinan, makanan, perhotelan, biro wisata sehingga secara pasti mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan (Raharjo, 2002). Prospek pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat dari waktu-kewaktu dan besarnya potensi wisata yang dimiliki Indonesia juga menjadi pemicu berkembangnya pariwisata di Indonesia. Salah satu potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai penunjang pengembangan pariwisata adalah taman wisata alam. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, taman wisata alam merupakan kawasan pelestarian alam yang pemanfaatan utamanya adalah untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi alam. Padatnya aktivitas di kota besar, diikuti dengan kemacetan lalu lintas dan polusi udara menjadikan obyek wisata dengan konsep back to nature banyak 1

19 diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan untuk menghilangkan kepenatan selama beraktivitas. Wisata alam dapat memberikan sensasi relaksasi sehingga dapat membangkitkan kembali semangat mereka untuk menjalankan aktivitas sepulang berwisata. Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar dapat menjadi salah satu pilihan wisata back to nature. TWA Gunung Pancar merupakan kawasan hutan pinus yang lokasinya cukup strategis dan berada tidak jauh dari kawasan pemukiman Sentul City. Kawasan ini memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial. Keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna serta keindahan panorama alamnya menjadi daya tarik utama wisata di taman wisata alam ini. Keistimewaan lain dari TWA Gunung Pancar yaitu adanya tempat permandian air panas, sehingga pengunjung tidak hanya dapat menikmati wisata hutan atau gunung dengan panoramanya, tetapi pengunjung juga dapat melakukan pengobatan dan relaksasi dengan berendam di pemandian air panas yang terdapat di TWA Gunung Pancar selain itu di TWA Gunung Pancar juga terdapat sarana olahraga berupa tracking sepeda gunung (downhill) dan arena outbound. Pada TWA Gunung Pancar juga terdapat wisata pendidikan. Koleksi flora dan faunanya yang begitu banyak sangat berpotensi bagi pengembangan wisata pendidikan di TWA Gunung Pancar. Di kawasan ini, terdapat berbagai kekayaan flora, seperti pinus (Pinus merkusii), Sengon (Albizia falcatria), Kayu Afrika (Maesopsis emanii), Meranti (Shorea sp), Rasamala (Altingia exelsa), Huru (Quercus sp.), Beringin (Ficus Benyamina), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsisargentea), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Rotan (Calamus sp) dan beberapa jenis liana dan tumbuhan epiphyt seperti Anggrek, Paku Sarang Burung 2

20 (Asplenium nidus), Paku Tanduk Rusa (Platicerium coronarium), dan lain sebagainya. Fauna yang ada di TWA Gunung Pancar antara lain seperti Owa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis cornata), Kera (Macaca fascicularis), Jelaran (Ratufabicolor), Babi Hutan (Sus scrofa), dan jenis-jenis burung seperti Elang (Haliasturindus), Kutilang (Pygnonotus aurigaster), Ayam Hutan Merah (Gallus gallus), Jalak (Sturnus melanopterus), Srigunting (Dicrurus paradiseus), dan Enggang (Buceros sp). Berdasarkan pada hal di atas, pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar layak menjadi sorotan. Untuk itu, diperlukan masukan dalam pengambilan keputusan pengembangan wisata baik menggunakan pendekatan ekonomi maupun lingkungan. Bagi pengambil keputusan akan lebih mudah apabila costs dan benefits akibat pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan dinilai secara kuantitatif ke dalam nilai moneter (rupiah). Terkait dengan bagaimana mentransfer nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dalam bentuk nilai rupiah, saat ini sudah berkembang ilmu Ekonomi Lingkungan yang mencoba menterjemahkan nilai sumberdaya alam dan lingkungan ke dalam format nilai rupiah melalui metode valuasi ekonomi. Metode valuasi ekonomi ini sangat penting ketika pengambil keputusan harus mempertimbangkan nilai costs dan benefits dari obyek milik publik, seperti hutan, keindahan alam, udara segar, dan taman wisata (Walsh, 1986). Metode valuasi ekonomi untuk mengukur nilai ekonomi kawasan hutan wisata yang paling banyak dipakai adalah travel cost method (TCM). Metode ini menduga nilai ekonomi sebuah kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang 3

21 tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah obyek wisata, baik itu opportunity cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi, makanan, minuman, dan hotel (Raharjo, 2002). Metode valuasi ini memerlukan data biaya perjalanan ke lokasi wisata, jumlah kunjungan selama kurun waktu tertentu dari individu yang memiliki kesamaan dalam preference, pendapatan dan lokasi domisili wisatawan. Selanjutnya, dari data tersebut untuk menyusun demand curve atau kurva permintaan masing-masing individu maupun secara agregat. Area di bawah kurva permintaan tersebut menyatakan estimasi benefit atau estimasi nilai ekonomi kawasan wisata tersebut (Raharjo, 2002). Metode valuasi ini yang selanjutnya akan diterapkan untuk mengestimasi nilai ekonomi TWA Gunung Pancar. 1.2 Rumusan Masalah Perkembangan pariwisata dengan konsep back to nature menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata. Namun, pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap pada koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang. TWA Gunung Pancar sebagai salah satu obyek wisata dengan konsep back to nature tidak hanya diharapkan dapat menghasilkan pendapatan tetapi juga diharapkan sebagai suatu kawasan pelestarian keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, perhitungan manfaat dari TWA Gunung Pancar baik secara ekonomi maupun lingkungan perlu dikaji lebih dalam. Berbagai penelitian dan pengembangan kawasan TWA Gunung Pancar harus 4

22 senantiasa dilakukan oleh pengelola. Studi dan kajian tertentu dapat dijadikan dasar ilmiah untuk menyusun kebijakan dalam rangka meningkatkan fungsi dan manfaat TWA Gunung Pancar. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya jumlah pengunjung TWA Gunung Pancar. Keberadaan suatu obyek wisata sangat tergantung pada pengunjung yang datang sehingga penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung yang mendatangi TWA Gunung Pancar, dengan demikian akan didapatkan informasi tambahan serta dapat menjadi salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola di masa yang akan datang. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki TWA Gunung Pancar juga dapat menjadi magnet untuk menarik pengunjung. Kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial berupa flora dan fauna, serta keindahan panorama alamnya dapat mendukung potensi obyek dan daya tarik wisata di TWA Gunung Pancar. Potensi obyek dan daya tarik wisata yang ditawarkan di TWA Gunung Pancar antara lain: 1) wisata outbound seperti hiking, berkemah, arena flying fox dan highrope; 2) pemondokan atau pesanggrahan; 3) wisata sambil berolahraga seperti arena berkuda, bersepeda, memanah, dan menembak; 4) panorama alam; 5) pemandian air panas; dan 6) wisata pendidikan. Melihat cukup banyaknya potensi obyek dan daya tarik wisata di TWA Gunung Pancar maka perlu dilakukan juga penelitian tentang pengembangan wisata alam di TWA Gunung Pancar ini sehingga dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa pertanyaan penelitian yakni : 5

23 1. Bagaimana karakteristik pengunjung dan bagaimana penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar? 2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar? 3. Bagaimana nilai ekonomi TWA Gunung Pancar dengan metode biaya perjalanan? 4. Bagaimana prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung dan memberikan gambaran mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar. 3. Mengestimasi nilai ekonomi dari TWA Gunung Pancar berdasarkan metode biaya perjalanan. 4. Menilai prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2. Menjadi pelengkap khasanah keilmuan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 3. Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan oleh pengelola dalam mengelola dan mengembangkan TWA Gunung Pancar. 6

24 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan TWA Gunung Pancar, yang terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari TWA Gunung Pancar berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) dari pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke TWA Gunung Pancar dengan asumsi bahwa TWA Gunung Pancar dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata pengunjung. Penelitian ini juga menilai prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar berdasarkan pada tiga aspek, yaitu aspek fisik, aspek sosialekonomi dan aspek spasial yang terdapat pada TWA Gunung Pancar. 1.6 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat dihindari, hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang serupa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain : 1. Sample penelitian yang digunakan terbatas pada pengunjung di TWA Gunung Pancar sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan di tempat lain. 2. Manfaat ekonomi yang dianalisis hanya manfaat intangible berupa manfaat wisata atau rekreasi, tidak dilakukan untuk manfaat tangible dan intangible lainnya pada TWA Gunung Pancar. 3. Penilaian manfaat intangible ke dalam nilai moneter dengan menggunakan preferensi dan perilaku individu tidak secara eksplisit menggambarkan nilai barang atau jasa sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di TWA Gunung Pancar. 7

25 4. Asumsi-asumsi yang digunakan pada metode biaya perjalanan (travel cost method) sering kali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan pada saat penelitian berlangsung sehingga memungkinkan terjadinya bias. Sebagian responden yang ditemui pada saat penelitian menyatakan bahwa kunjungan mereka ke TWA Gunung Pancar bukan merupakan tujuan utama mereka berada di tempat wisata tersebut (multitrips). 8

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata. Menurut Damanik dan Weber (2006), pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Gilbert (1990) dalam Vanhove (2005), menyatakan bahwa pariwisata merupakan bentuk kegiatan manusia yang menitikberatkan pada perjalanan, sehingga pariwisata menimbulkan berbagai kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan sarana transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, hiburan dan sebagainya. Sarana inilah yang kemudian dikenal sebagai industri pariwisata karena dapat menghasilkan produk tertentu berupa barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan penginapan, angkutan wisata, restoran dan perusahaan hiburan serta perusahaan souvenir. Pariwisata terkait dengan kegiatan wisata. Wisata adalah kegiatan yang meliputi perjalanan ke tempat tujuan atau komunitas 9

27 yang terkenal dalam periode jangka waktu yang singkat, dalam rangka mewujudkan kepuasan kebutuhan konsumen untuk satu atau kombinasi kegiatan. 2.2 Wisata Alam Menurut Suswantoro (1997), wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati pada keunikan dan keindahan alam, di Taman Nasional, Taman Hutan Rawa, dan Taman Wisata Alam. Sumberdaya alam yang dimaksudkan adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam. Semua kegiatan wisata ini dilakukan dalam obyek wisata yang ada. Pada umumnya obyek wisata tersebut berada pada suatu kawasan dimana kawasan tersebut sering disebut sebagai kawasan wisata alam. Kawasan wisata alam ini merupakan suatu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun perairan, dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (Suswantoro, 1997). 2.3 Taman Wisata Alam Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun

28 menyebutkan bahwa taman wisata alam sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta menunjang budidaya dan wisata alam. Berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No.681/KPTS/UM/1981 kriteria taman wisata alam adalah: 1) Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan alam yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia, dan 2) memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan terletak dekat pusat-pusat pemukiman penduduk. Modal dasar dalam pengembangan wisata alam pada hakekatnya adalah sumberdaya dan tata lingkungan berupa: 1) flora, baik jenis maupun keragamannnya, 2) fauna, baik jenis maupun keragamannya, 3) tata lingkungan alam yaitu bentuk dari sistem hubungan timbal balik antar unsur dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan saling mempengaruhi, 4) gejala alam yaitu bentuk sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kondisi fisik bumi, seperti susunan geomorfologi, air terjun, sumber air panas dan kawah, dan 5) pemandangan alam yaitu bentuk sumber daya alam dan tata lingkungannya yang ditentukan oleh ciri khasnya. 2.4 Permintaan Wisata Menurut Muntasib (2007), permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan masyarakat terhadap wisata sama halnya dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Menurut Douglass (1982), yang dimaksud dengan permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan wisata yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata secara umum yang 11

29 dapat diharapkan bila tersedia fasilitas yang memadai atau memenuhi keinginan masyarakat. Permintaan wisata di alam terbuka dapat diartikan sebagai jumlah pengunjung yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai unit volume (kunjungan, hari kunjungan) pada berbagai tingkat biaya wisata. Kurva permintaan secara ekonomi menggambarkan jumlah unit barang atau jasa tertentu yang akan dibayar pada berbagai tingkat harga (Clawson dan Knetsch, 1975). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata menurut Clawson dan Knetsch (1975) adalah sebagai berikut: 1) Faktor individu atau yang berhubungan dengan pemakai potensial : 1. Jumlah total individu yang berada disekitar tempat rekreasi. 2. Distribusi geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan mencapai areal. 3. Karakteristik sosial ekonomi seperti: umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan status pendidikan. 4. Pendapatan rata-rata dan distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya. 5. Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan wisata. 2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi : Keindahan dan daya tarik. Intensitas dan sifat pengelolaan. Alternatif pilihan tempat rekreasi lain. Kapasitas akomodasi untuk pemakaian potensial. 12

30 Karakteristik iklim dan cuaca tempat rekreasi. 3) Hubungan antara pemakai potensial dengan tempat rekreasi : Lama dan waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat rekreasi. Kesenangan atau kenyamanan dalam perjalanan. Biaya untuk berkunjung ke tempat rekreasi. Meningkatnya permintaan rekreasi sebagai akibat promosi yang menarik. 2.5 Penawaran Wisata Menurut Wahab (1992), penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi wisata alamiah dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang yang kira-kira akan menarik orang-orang untuk mengunjungi suatu negara tertentu. Penawaran pasiwisata ditandai oleh 3 ciri khas utama : Merupakan penawaran jasa-jasa. Dengan demikian yang ditawarkan itu tidak mungkin ditimbun dan harus dimanfaatkan dimana produk itu berbeda. Yang ditawarkan itu sifatnya kaku (rigid) dalam arti bahwa dalam usaha pengadaannya untuk keperluan wisata, sulit sekali untuk mengubah sasaran penggunaannya di luar pariwisata. Karena pariwisata belum menjadi kebutuhan pokok manusia, maka penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran barang-barang dan jasa-jasa yang lain. Dalam hal ini hukum substitusi sangat kuat berlaku. Godfrey dan Clarke (2000) mengelompokkan sumberdaya wisata menjadi dua yaitu sumberdaya utama yang mempunyai daya tarik paling kuat dan 13

31 biasanya mewakili faktor kunci di dalam proses perjalanan wisatawan. Sumberdaya yang kedua adalah sumberdaya pendukung yang merupakan sumberdaya pelengkap dan menambah daya tarik bagi pengunjung tapi bukan alasan utama dari perjalanan. Kemudian Godfrey dan Clarke (2000) juga membagi sumberdaya wisata kedalam 5 kategori, yaitu : 1. Sumberdaya alam : flora, bentang alam, fauna, iklim, dan air. 2. Sumberdaya budaya : keagamaan, warisan dan lainnya seperti perayaan suku, budaya asli. 3. Sumberdaya peristiwa : festival, turnamen, bisnis dan lainnya, seperti peringatan-peringatan (hari nasional, perayaan suku). 4. Sumberdaya aktivitas : rekreasi, pelayanan dan fasilitas seperti aquarium, arboretum, kebun raya, planetarium. 5. Sumberdaya pelayanan : angkutan, akomodasi, resepsi, catering, dan pelayanan seperti pelayanan kesehatan, dokter, dan ambulan. 2.6 Pengembangan Pariwisata Alam Menurut Suswantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perecanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi lima unsur : 1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. 14

32 2. Prasarana Wisata Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata. 3. Sarana Wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. 4. Tata Laksana atau Infrastruktur Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah. 5. Masyarakat atau Lingkungan Daerah tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan. Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. 2.7 Valuasi Ekonomi Valuasi ekonomi adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menilai secara riil harga dari suatu barang dan jasa. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan adalah penilaian ekonomi dengan menggunakan pendekatan penilaian kegunaan langsung dan tidak langsung (Adrianto dan Wahyudin, 2007). Secara umum, teknik valuasi ekonomi digunakan untuk sumberdaya alam dan lingkungan yang belum memiliki nilai pasar (non-market valuation). Valuasi ekonomi dengan non-market valuation dapat digolongkan kedalam dua kelompok. 15

33 Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Pengklasifikasian valuasi ekonomi non-market dapat dilihat pada Gambar 1. Valuasi Non-Market Langsung (Survey) (Revealed WTP) Tidak langsung (Expressed WTP) Hedonic Pricing Travel Cost Random Utility model Contingent Valuation Random Utility model Contingent Choice Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market Sumber: Fauzi (2006) 2.8 Travel Cost Method (TCM) Travel Cost Method (TCM) merupakan metode dalam menduga nilai ekonomi sebuah komoditas yang tidak memiliki nilai pasar atau non-market good (Adrianto et al., 2004). Menurut Fauzi (2006), TCM digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), 16

34 seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola expenditure dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat : 1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru. 3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasy (ZTCM). 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (ITCM). Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian 17

35 yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : Vij = f ( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi ) Dimana: Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j. Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. Tij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j. Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi. Sij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah pendapatan (income) dari individu i. Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar : 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). 18

36 2.9 Surplus Konsumen Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi untuk mengestimasi nilai ekonomi. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : WTP Consumer Surplus Dimana nilai N adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b 1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi, 2006). Menurut Nicholson (2002), surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan. Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen yang terkait dengan penilaian ekonomi untuk barang-barang sumberdaya dan lingkungan cenderung underestimated sehingga surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total dari barang dan jasa tersebut (Hufschmidt et al., 1987). P Surplus Konsumen Garis Harga Gambar 2. Total Surplus Konsumen Sumber: Djijono (2002) Q 19

37 2.10 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai penilaian ekonomi manfaat wisata dalam bentuk moneter/uang sudah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Walaupun demikian penelitian tentang penilaian ekonomi manfaat wisata masih perlu dilakukan karena penelitian mengenai penilaian ekonomi manfaat wisata akan memberikan hasil yang berbeda untuk waktu dan tempat yang berbeda serta variabel-variabel tidak bebas yang digunakan berbeda. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Raharjo (2002), Firandari (2009), dan Susilowati (2009) yang hampir seluruhnya mengestimasi nilai ekonomi manfaat wisata dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method). Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2002) mengenai menaksir nilai ekonomi taman hutan wisata Tawangmangu dengan metode biaya perjalanan menunjukkan bahwa biaya perjalanan tertinggi adalah ,0 rupiah dan biaya perjalanan terendah adalah rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa surplus konsumen per individu per tahun adalah ,05 rupiah atau ,78 rupiah per individu per satu kali kunjungan. Sehingga didapatkan nilai ekonomi taman hutan wisata Tawangmangu adalah sebesar ,70 rupiah. Penelitian yang dilakukan oleh Firandari (2009) mengenai analisis permintaan dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan metode biaya perjalanan menunjukkan bahwa permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap keberadaan Pulau Situ Gintung-3. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ 20

38 Gintung-3 sebesar Rp ,51 per kunjungan dan nilai manfaat/nilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp ,00. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009) mengenai valuasi ekonomi manfaat rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda diketahui bahwa surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp ,00 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda sebesar Rp ,00. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian ini dilakukan di TWA Gunung Pancar yang lokasinya belum cukup dikenal oleh masyarakat dan merupakan tempat wisata yang sedang berkembang, sehingga penelitian ini juga mengkaji bagaimana prospek pengembangan wisata dari suatu taman wisata alam khususnya TWA Gunung Pancar. 21

39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek pengembangan wisata alam Obyek dan Daya Tarik Wisata Obyek dan daya tarik wisata merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pariwisata, ekowisata, dan wisata alam. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Pasal 1, obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Oleh karena itu, daya tarik wisata yang ada disuatu tempat wisata harus diperhatikan karena daya tarik wisata tersebut dapat menarik pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Untuk meningkatkan kegiatan pariwisata, ekowisata, dan wisata alam maka perlu dilakukan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang ada di masing-masing tempat wisata sehingga pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dalam kegiatan pembangunan obyek dan daya tarik wisata perlu dilakukan. Namun, kegiatan pengusahaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata harus memperhatikan aspek pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, ketentraman masyarakat, serta kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan Regresi Linier Berganda Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Menurut Lind et al. (2008), regresi digunakan untuk menunjukkan hubungan antara 2 variabel yang menunjukkan pola keseluruhan dari variabel terikat (Y) terhadap suatu variabel 22

40 bebas/variabel penjelas (X). Gurajati (1998) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Pada regresi terdapat hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel penjelas sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang terikat yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Jika variabel bebas hanya satu, maka analisis regresi tersebut disebut regresi sederhana. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis tersebut disebut regresi linier berganda. Persamaan model regresi linier berganda secara umum dituliskan sebagai berikut : Dimana : Y = fungsi linier dari beberapa peubah bebas X 1, X 2,, X k, dan komponen sisaan (error) i = nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). X ki = pengamatan ke-i untuk peubah bebas X k. Β k = intersep model regresi. Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut : a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier berganda. b. Peubah X k merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas X k. 23

41 c. Komponen sisaan i mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstanta untuk semua pengamatan i. E( i ) = 0 dan Var( i ) = σ 2. d. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov( i, j ) = 0, untuk i j. e. Komponen sisaan menyebar normal Penilaian Manfaat Wisata Alam Menurut Hufschmidt et al. (1987), manfaat diartikan sebagai nilai tambah hasil barang-barang dan jasa termasuk jasa lingkungan. Manfaat wisata alam merupakan manfaat yang sulit diukur dalam satuan moneter karena pada umumnya tidak mempunyai harga pasar. Dalam menaksir manfaat suatu wisata alam dapat diperhatikan dari surplus konsumen yang terbentuk dari kurva permintaan wisata. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh oleh seseorang dalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan nilai yang harus dibayar untuk memperoleh barang tersebut, sedangkan kurva permintaan wisata adalah kurva yang menggambarkan hubungan jumlah kunjungan wisata pada berbagai tingkat harga tiket masuk. Salah satu teknik pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai manfaat dari wisata alam adalah metode biaya perjalanan (travel cost method). Metode biaya perjalanan digunakan untuk melihat jumlah waktu dan uang pengunjung yang dihabiskan untuk mengadakan perjalanan ke suatu tempat sebagai proksi atau pengganti harga, bersama-sama dengan tingkat partisipasi dan karakteristik pengunjung untuk menaksir nilai ekonomi wisata tempat tersebut. Nilai ekonomi wisata yang diduga dengan menggunakan metode biaya perjalanan meliputi biaya transport pulang pergi dari tempat tinggal wisatawan ke 24

42 obyek wisata dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam obyek wisata mencakup dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan wisata untuk satu hari kunjungan. Sehingga biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai berikut : Bpt = BTr + BDk + BKr + BP + BSv +BL Keterangan : BPt = Biaya Perjalanan (Rp/orang/hari) BTr = Biaya Transportasi (Rp/orang/hari) BDk = Biaya Dokumentasi (Rp) BKr = Biaya Konsumsi Selama Rekreasi (Rp/orang/hari) Biaya Konsumsi Sehari-hari (Rp/orang/hari) BP = Biaya Parkir (Rp) BSv = Biaya Souvenir (Rp) BL = Biaya Lainnya (Rp) Pengeluaran untuk tarif masuk tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasy (ZTCM). 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (ITCM). Pada Zonal Travel Cost Method (ZTCM) tempat wisata diidentifikasi dan kawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik yang semakin jauh yang menunjukkan peringkat biaya perjalanan yang semakin tinggi. Survei terhadap para pemakai tempat wisata kemudian dilakukan pada tempat rekreasi untuk menentukan zona asal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan berbagai karakteristik sosial ekonomi. Informasi dari sample para pengunjung dianalisis dan data yang dihasilkan digunakan untuk meregresi tingkat kunjungan yang 25

43 dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai variabel sosial ekonomi. Persamaan model regresi tersebut secara umum dituliskan sebagai berikut : Q i = f ( TC, X 1, X 2,.. X n ) Keterangan : Q i = Tingkat kunjungan (banyaknya pengunjung dari zona I tiap 1000 penduduk pada zona i TC i = Biaya perjalanan = Variabel sosial ekonomi X n Regresi tersebut menguji hipotesis bahwa biaya perjalanan kenyataannya berpengaruh pada tingkat kunjungan. Masuknya variabel lain membantu menghilangkan dampak komponen tingkat kunjungan yang tak ada hubungannya dengan biaya perjalanan. ITCM (individual travel cost method) pada dasarnya serupa dengan ZTCM, tetapi menggunakan data survey yang berasal dari pengunjung secara individu dalam analisis statistik daripada data dari setiap zona. Metode ini memerlukan pengumpulan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih sulit tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat. Peneliti dapat memulainya dengan cara yang sama dengan ZTCM, dengan memperkirakan hubungan diantara jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan dan variabel yang relevan lainnya menggunakan analisis regresi. Persamaan regresi memberikan fungsi permintaan untuk rata-rata pengunjung yang datang, dan area dibawah kurva permintaan tersebut merupakan rata-rata dari surplus konsumen. Asumsi-asumsi dalam TCM untuk membangun fungsi permintaan: 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi atau wisata. 26

44 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas dan disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). Bentuk persamaan ITCM adalah sebagai berikut : Vij = f ( Cij, Xi ) Keterangan : V ij = Jumlah kunjungan per tahun dari individu i ke tempat rekreasi j. C ij = Biaya perjalanan individu i ke tempat rekreasi j. X i = Faktor-faktor lain yang menentukan kunjungan individu i. Kelebihan ITCM dibandingkan dengan ZTCM diantaranya : 1. Lebih efisien dalam proses perhitungan secara statistik. 2. Konsistensi teori dalam perumusan model permintaan dan perilaku individu. 3. Menghindari keterbatasan zonal atau lokasi. 4. Menambah heterogenitas karakteristik populasi pengunjung diantara suatu zona, serta mengeliminasi efek pengunjung dengan tingkat kunjungan nol (non-participant). Adapun kelemahan dari penggunaan metode biaya perjalanan diantaranya : 1. Hanya dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. 2. Tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang datang dari wilayah setempat. 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu, dalam teori ekonomi mikro, variable waktu memiliki nilai intrinsik tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk opportunity cost. 27

45 3.1.4 Prospek Pengembangan Wisata Alam Menurut Adirahmanta (2005), penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada taman nasional maupun taman wisata alam akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di dalam kawasan, yakni pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial. Pendekatan aspek fisik dilakukan dengan mengkaji kondisi sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang meliputi aksesibilitas, saranaprasarana, dan lain-lain saat ini, serta mengkaji potensi alam kawasan yang ada sehingga dapat untuk menentukan kegiatan yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan, sebagai akibat status taman nasional maupun taman wisata alam. Pendekatan aspek sosial-ekonomi dilakukan antara lain untuk mengenali keadaan dan potensi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan yang meliputi perilaku, aktivitas dan mata pencaharian masyarakat sekitar. Pendekatan ini digunakan sebagai salah satu titik tolak dalam mengidentifikasikan pengembangan kegiatan wisata yang dapat menciptakan keselarasan antara kehidupan masyarakat sekitar dengan keberadaan taman nasional maupun taman wisata alam, sehingga dapat saling memberikan manfaat. Pendekatan aspek spasial yakni terkait dengan pengalokasian areal ke dalam zona-zona tertentu di dalam kawasan taman nasional atau taman wisata 28

46 alam, di mana diijinkan untuk dilakukan kegiatan wisata dan di mana tidak diijinkan, serta jenis/bentuk kegiatan wisata dalam suatu zona tertentu, dengan demikian kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat selaras dengan peruntukan kawasan serta mendukung prinsip-prinsip pengelolaan taman nasional maupun taman wisata alam. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional TWA Gunung Pancar merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan pelestarian alam atau kawasan konservasi. Selain sebagai kawasan pelestarian alam atau konservasi, TWA Gunung Pancar ini juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi dan pendidikan. Sebagai sarana rekreasi, TWA Gunung Pancar berhubungan erat dengan pengunjung. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung dan mencari tahu penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar dimana hasil pengkajian karakteristik dan penilaian pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam penetapan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola. Pengunjung yang melakukan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu pasti akan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut dengan biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri dari biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir dan biaya lain disamping biaya tiket masuk ke daerah wisata tersebut. Permintaan wisata selain dipengaruhi oleh biaya perjalanan juga dipengaruh oleh faktor sosial ekonomi pengunjung, seperti total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju lokasi wisata, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu di lokasi dan lama 29

47 mengetahui lokasi. Setelah mengetahui biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi pengunjung kemudian dilakukan analisis pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar. Dari estimasi fungsi permintaan akan didapatkan nilai dari surplus konsumen. Setelah mendapatkan surplus konsumen maka akan diperoleh nilai ekonomi wisata TWA Gunung Pancar. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh TWA Gunung Pancar juga perlu dipertimbangkan mengingat kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar diharapkan dapat berkelanjutan sehingga perlu diidentifikasi lebih dalam prospek pengembangannya. Prospek pengembangan ini nantinya akan diteliti dengan tiga aspek pendekatan yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi, dan aspek spasial. Aspek fisik digunakan untuk mengkaji sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata dan potensi alam di kawasan TWA Gunung Pancar sehingga dapat menentukan kegiatan wisata yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk mengenali keadaan dan potensi masyarakat di sekitar kawasan TWA Gunung Pancar sehingga dapat mengidentifikasikan pengembangan kegiatan wisata yang dapat menciptakan keselarasan antara kehidupan masyarakat sekitar dengan keberadaan TWA Gunung Pancar sehingga dapat saling memberikan manfaat. Aspek spasial digunakan untuk pengalokasian areal ke dalam zona-zona tertentu di dalam kawasan TWA Gunung Pancar, di mana diijinkan untuk dilakukan kegiatan wisata dan di mana tidak diijinkan dengan demikian kegiatan wisata yang dikembangkan dapat selaras dengan peruntukan 30

48 kawasan. Diagram alir kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. 31

49 TWA Gunung Pancar Wisata alam yang potensial Karakteristik dan penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar Analisis Deskriptif Identifikasi karakteristik dan penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar Pengunjung Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan di TWA Gunung Pancar Analisis Regresi Linier Berganda Permintaan rekreasi Travel Cost Method (TCM) Surplus Konsumen Nilai ekonomi manfaat wisata di TWA Gunung Pancar Aspek Fisik Prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar Aspek Sosial- Ekonomi Analisis Deskriptif Aspek Spasial Menilai prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar Dasar Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan TWA Gunung Pancar = Obyek Penelitian Gambar 3. Skema Kerangka Penelitian 32

50 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TWA Gunung Pancar yang terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa TWA Gunung Pancar merupakan salah satu objek wisata alam yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei hingga Juni Data diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung dan pengelola di TWA Gunung Pancar. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, status, letak, luas, keadaan fisik, serta potensi wisata), peta lokasi TWA Gunung Pancar, peta penyebaran obyek wisata TWA Gunung Pancar, serta data pengunjung dan tiket masuk TWA Gunung Pancar 5 tahun terakhir. Keseluruhan data tersebut diperoleh dari pengelola TWA Gunung Pancar dan studi literatur lainnya. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden di TWA Gunung Pancar melalui kuesioner (survey). Data primer meliputi data mengenai data pribadi responden, motivasi kunjungan responden, dan persepsi responden terhadap pelayanan, kualitas lingkungan, serta sarana dan prasarana di TWA Gunung Pancar. Sesuai dengan tujuan penelitian maka kebutuhan data primer dan teknik pengumpulan datanya ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini. 33

51 Tabel 1. Daftar Kebutuhan Data Primer dan Teknik Pengumpulan Data No. Tujuan Penelitian Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data 1 Mengidentifikasi karakteristik pengujung TWA Gunung Pancar 2 Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar 3 Mengestimasi nilai ekonomi dari TWA Gunung Pancar berdasarkan metode biaya perjalanan 4 Menilai prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar Sumber: Penulis (2011) 4.3 Metode Pengambilan Sample Jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan, domisili, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas wisata pada periode waktu tertentu Jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah tanggungan, domisili, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas wisata pada periode waktu tertentu Biaya perjalanan dari pengunjung menuju TWA Gunung Pancar Potensi wisata alam, sarana dan prasarana penunjang, pengelolaan lokasi, akomodasi di sekitar kawasan, aksesibilitas, data masyarakat, dan kegiatan promosi TWA Gunung Pancar (aspek fisik, aspek sosialekonomi, dan aspek spasial) Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Pengambilan sample (responden) pada penelitian ini dilakukan secara nonacak (non-probability sampling) yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Juanda, 2009). Teknik pengambilan sampel untuk pengunjung dalam penelitian ini dilakukan secara 34

52 purposive atau judgement sampling, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki, yaitu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah responden yang diwawancarai merupakan pengunjung TWA Gunung Pancar dengan usia diatas 17 tahun yang dinilai dapat diajak berinteraksi sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan dan dianggap sudah dapat menilai manfaat dari barang dan jasa lingkungan. Banyaknya sample pengunjung yang akan diteliti pada penelitian ini sebanyak 100 orang. Angka tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) yaitu : Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahanpengambilan sampel populasi) Menurut data yang diperoleh dari pengelola TWA Gunung Pancar, jumlah kunjungan rata-rata pada tahun 2010 terhadap lokasi wisata tersebut adalah sebesar orang (Tabel 3). Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan batas kesalahan sebesar 10%. Pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang sebagai wakil kelompoknya untuk mengisi kuesioner dan wawancara. 4.4 Pengolahan Data Data yang dikumpulkan diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : 35

53 Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Identifikasi karakteristik pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar. Wawancara responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office 2 Kajian mengenai faktorfaktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap manfaat wisata di TWA Gunung Pancar. 3 Pendugaan nilai ekonomi yang dihasilkan TWA Gunung Pancar berdasarkan metode biaya perjalanan. 4 Penilaian prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar Sumber: Penulis (2011) Wawancara responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara mendalam dengan pihak pengelola dan wawancara responden dengan menggunakan kuesioner Excel. Analisis Regresi Linier Berganda dengan Microsoft Office Excel dan Minitab 15. Analisis Regresi Linier Berganda dengan Microsoft Office Excel, dan Minitab 15. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel. Pendugaan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar per individu per tahun kunjungan dilakukan dengan menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM). Adapun fungsi permintaan yang dipakai dibentuk dengan model regresi linier berganda adalah : Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + b 8 X 8 + b 9 X 9 + b 10 X 10 + Keterangan : Y = Jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian ini yaitu tahun 2011 (frekuensi kunjungan pertahun). X 1 = Biaya perjalanan individu ke TWA Gunung Pancar (Rp/orang). X 2 = Total penghasilan (Rp/bulan) X 3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun). = Umur responden (tahun). X 4 36

54 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 b 0 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke TWA Gunung Pancar (Km). = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke TWA Gunung Pancar (jam). = Jumlah tanggungan (orang). = Jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan). = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam). = Lama mengetahui TWA Gunung Pancar (tahun). = Konstanta b 1 -b 10 = Koefisiensi regresi = Error Berdasarkan pada hal di atas maka kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (diasumsikan berkorelasi negatif), sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Karakteristik pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar serta prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan atau mendeskripsikan hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat. Metode ini juga menghasilkan data yang mudah dimengerti agar menghasilkan informasi berdasarkan penelitian yang dilakukan. Pada regresi linier berganda untuk dilakukan pengujian asumsi atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain: 1. Uji Kenormalan Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Data atau observasi dalam penelitiaan ini jumlahnya lebih dari 30, oleh karena itu data telah mendekati sebaran normal sehingga diketahui bahwa statistik t dapat dikatakan sah. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang 37

55 dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample Kolmogorov Smirnov Test. 2. Uji Multikolinear Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka terdapat masalah multikolinear. 3. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1997). Langkahlangkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white heteroskedastisitas sebagai berikut : H0 : tidak ada heteroskedastisitas H1 : ada masalah heteroskedastisitas Tolak H0 jika obs* R2 > λ2 df-2 atau probability obs* R2 < α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama. 38

56 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis TWA Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 Ha. Secara administrasi pemerintahan, taman wisata alam ini terletak di wilayah Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Secara astronomis berada pada koordinat 106 o o 54 BT dan 06 o o 39 LS. Batas Administratif TWA Gunung Pancar sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Leuwigoong dan Desa Karang Tengah; sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Cimandala dan Desa Karang Tengah; sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Cibingbin dan Desa Bojong Koneng; dan sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Karang Tengah dan Desa Karang Tengah. Ketinggian TWA Gunung Pancar berkisar antara meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya terdiri dari lapangan landai sampai bergelombang dengan kemiringan sekitar 15-80%. Bagian tertinggi yaitu pada puncak Gunung Pancar dengan ketinggian mencapai 800 meter di atas permukaan laut. Adapun curah hujan di daerah ini berkisar mm per tahun dengan jumlah hari hujan per tahun berkisar antara hari. Suhu udara rata-rata 24 o C pada malam hari dan 33 o C pada siang hari dengan kelembaban udara ratarata 58-82%. Cara untuk mencapai TWA Gunung Pancar dapat di tempuh melalui dua jalur, yaitu: Lewat Pintu Tol Sentul menuju Desa Babakan Madang dan Desa Karang Tengah dengan kondisi jalan beraspal yang cukup baik sejauh 13 Km dengan waktu tempuh 20 menit. 39

57 Melalui kota Bogor dengan melewati daerah Bogor Baru terus menuju Desa Karang Tengah sejauh 25 Km dengan waktu tempuh 1 jam. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di TWA Gunung Pancar antara lain adalah sebagai berikut : Kantor pusat informasi dan pelayanan. Fasilitas outbound: flyingfox, two-lines bridge, elvis walk, dan cargo net. Sarana olahraga: arena air shootgun, arena panahan, arena berkuda, hiking tracking, dan mountbike/downhill tracking. Bumi perkemahan atau camping ground yang merupakan rerumputan asri dengan dikelilingi pohon pinus dengan kapasitas 500 orang. Aula atau hall semi terbuka dengan lantai kayu yang dapat digunakan sebagai ruang pertemuan atau ruang kelas bagi pengunjung yang ingin belajar sambil ditemani suara kicau burung. Pemandian air panas yang bebas belerang dengan suhu 60 o C. Shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam Fasilitas lainnya yaitu berupa mushola dan MCK (toilet). TWA Gunung Pancar adalah salah satu tempat wisata di Kabupaten Bogor yang menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas. TWA Gunung Pancar juga merupakan kawasan wisata alternatif di Kabupaten Bogor selain Puncak. Suasana nyaman dan hawa sejuk pada TWA Gunung Pancar dapat dijadikan sebagai sarana berekreasi sekaligus relaksasi bagi wisatawan yang datang berkunjung. TWA Gunung Pancar, tidak hanya menawarkan pemandangan indah saja, tetapi juga sarana olahraga bagi 40

58 pengunjung yang ingin berolahraga atau menyalurkan hobinya dan pemandian air panas bagi pengunjung yang ingin berobat atau menjalankan terapi. Hal inilah yang menjadikan TWA Gunung Pancar cukup banyak diminati oleh wisatawan. Gambar 4 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan TWA Gunung Pancar pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2006 sampai tahun Gambar 4. Jumlah Kunjungan TWA Gunung Pancar Periode Sumber: Balai Pengelolaan TWA Gunung Pancar (2011) Jumlah kunjungan di TWA Gunung Pancar cenderung meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan semakin banyak orang yang mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar. Jumlah kunjungan yang meningkat drastis pada tahun 2010 dikarenakan pada tahun tersebut pengelola TWA Gunung Pancar mengikuti pameran wisata di Jakarta Convention Center sehingga semakin banyak orang yang tertarik dan datang ke TWA Gunung Pancar. TWA Gunung Pancar memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa sebesar Rp 2.000,00. Berdasarkan cara kedatangan, pengunjung yang 41

59 menggunakan kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 1.000,00, kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp 1.500,00, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan biaya Rp 2.500, Status Kawasan TWA Gunung Pancar Sebelum ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam, kawasan hutan Gunung Pancar merupakan bagian kelompok Hutan Gunung Hambalang seluas 6.695,32 hektar yang berfungsi sebagai hutan produksi. Status tersebut disahkan oleh Menteri Pertanian tanggal 23 Maret 1976 dan pengelolaannya diserahkan kepada Perhutani. TWA Gunung Pancar sebagai salah satu kawasan pelestarian alam ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 156/Kpts- II/1988 tanggal 21 Maret 1988 seluas 447,5 hektar. TWA Gunung Pancar selain mempunyai fungsi sebagai sarana pendidikan dan penelitian dapat juga dikembangkan sebagai sarana rekreasi, khususnya rekreasi di alam terbuka. Guna mengoptimalkan fungsi TWA Gunung Pancar, maka berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 54/Kpts-II/1993 tanggal 8 Februari 1993 pengusahaan kawasan tersebut dipercayakan kepada PT Wana Wisata Indah (WWI). 5.3 Potensi Kawasan TWA Gunung Pancar merupakan habitat dari berbagi jenis flora dan fauna. Keanekaragaman flora dan fauna yang di TWA Gunung Pancar juga dapat menjadi salah potensi kawasan yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan wisata. Flora dan fauna yang ada di kawasan tersebut antara lain : 42

60 5.3.1 Flora Tipe vegetasi hutan di TWA Gunung Pancar terdiri dari hutan alam pegunungan, hutan tanaman, dan semak belukar. Tipe vegetasi hutan alam terletak di lereng sampai puncak Gunung Pancar yaitu sekitar 15 Ha dengan jenis tumbuhan meliputi Rasamala (Altingia exelsa), Huru (Quercus sp.), Beringin (Ficus benyamina), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsisargentea), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Rotan (Calamus sp.) dan beberapa jenis liana. Selain itu terdapat tumbuhan epiphyt yang menempel pada pohon besar seperti Anggrek, Paku Sarang Burung (Asplenium nidus), dan Paku Tanduk Rusa (Platicerium coronarium). Tipe vegetasi hutan tanaman menempati sebagian besar kawasan ini yaitu sekitar 160 Ha dengan jenis tanaman meliputi Pinus (Pinus merkusii), Sengon (Albizia falcatria), KayuAfrika (Maesopsis emanii) dan Meranti (Shorea sp.) yang ditanam pada tahun Sedangkan jenis tanaman lainnya adalah tanaman budi daya masyarakat seperti singkong, pisang, dan tanaman pertanian lainnya. Tumbuhan semak belukar terdiri dari jenis Kirinyuh (Chromalalna odorata), Harendong, Jarong, Saliara, Lantana (Lantana camara), dan Alang-alang (Imperata cylindricai) Fauna Fauna yang terdapat di kawasan TWA Gunung Pancar antara lain adalah : Owa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis cornata), Kera (Macaca fascicularis), Jelaran (Ratufabicolor), Kulibang (Pycnonotus aurigaster), Babi Hutan (Sus scrofa), Kadal (Mabuaya multifasciata), Ular Hijau (Dryophis prasinus), dan jenis-jenis burung seperti Jalak (Stunopastor jalla), Elang (Haliasturindus), 43

61 Kutilang (Pygnonotus aurigaster), Ayam Hutan Merah (Galus bankiva), Jalak (Sturnus melanopterus), Srigunting (Dicrurus paradiseus), dan Enggang (Buceros sp) Hidrologi Sumber air sungai-sungai yang ada di daerah ini berasal dari mata air di TWA Gunung Pancar dan Pegunungan Hambalang. Sungai-sungai yang mengalir disekitar kawasan adalah Sungai Citeureup, Sungai Cibingin, dan Sungai Ciherang yang merupakan sungai dengan debit terbesar, yang mengalir ke arah utara dan bermuara di Laut Jawa. Di samping itu, terdapat sumber air panas dengan suhu yang bisa mencapai 70 o C yang berasal dari proses geothermal di Gunung Pancar. Sumber air tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan wisata dan pengobatan Geofisik Bahan induk pembentuk tanah di kawasan TWA Gunung Pancar merupakan tuf volkan intermedier yang berasal dari aliran lava gunung tua. Jenis tanah yang mendominasi kawasan ini adalah Latosol coklat dengan solum dalam (>100 cm). Struktur tanah remah sampai gumpal remah dengan tekstur halus, permeabilitas dan drainase sedang sampai cepat. Kepadatan berkisar antara 1,00 1,39/cc dengan porositas antara 50 60%. Kesuburan tanah rendah sampai sedang dengan ph tanah masam. 5.4 Obyek Wisata TWA Gunung Pancar memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk. Di samping itu, di dalam kawasan TWA Gunung Pancar terdapat sumber air panas alami yang 44

62 dikembangkan untuk keperluan wisata. Sumber air panas di kawasan ini tidak berbau belerang sehingga sangat aman bagi pengunjung yang ingin melakukan relaksasi dalam waktu yang lama. Selain pemandian air panas, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas outbound seperti camping dan aktivitas olahraga lainnya seperti memanah, menembak, berkuda, dan bersepeda. Khusus untuk olahraga sepeda gunung (downhill), di kawasan ini sudah disediakan track khusus yang cukup menantang bagi mereka yang menyukai olahraga ini. 45

63 VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung Pancar didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara berkelompok Umur Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar adalah kaum muda yang berusia antara tahun yaitu sebanyak 41%. Pengunjung yang usianya berkisar antara tahun sebanyak 19%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 37% dan 3% sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang berusia antara tahun tersebut didominasi oleh pegawai swasta yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan atau pabrik. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di tempat wisata tersebut dikarenakan kondisi alam di TWA Gunung Pancar sangat cocok untuk mereka yang suka berpetualang dan olahraga yang menantang. Menurut Muntasib (2007), para pemuda mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam. Proporsi jumlah responden TWA Gunung Pancar berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. 46

64 Umur (tahun) Presentase (%) < >33 37 Tabel 3. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Daerah Asal Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung TWA Gunung Pancar didominasi oleh mereka yang berasal dari daerah Jakarta yakni sebesar 39%. Pengunjung yang berasal dari Bogor sebesar 38%, pengunjung yang berasal dari Depok sebesar 14%, pengunjung yang berasal dari Bekasi sebesar 8%. Sisanya merupakan mereka yang berasal dari Cianjur yakni sebesar 1%. Proporsi jumlah responden berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Daerah Asal Presentase (%) Jakarta 39 Bekasi 8 Depok 14 Bogor 38 Cianjur 1 Tabel 4. Sebaran Daerah Asal Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang berasal dari Jakarta dan Bogor merupakan konsumen potensial bagi TWA Gunung Pancar. Hal tersebut dikarenakan lokasi TWA Gunung Pancar yang berada di Bogor sehingga pengunjung yang datang berasal dari daerah-daerah di sekitar kawasan. Banyaknya pengunjung TWA Gunung Pancar yang berasal dari Jakarta dikarenakan minimnya tempat wisata di wilayah Jakarta, terutama wisata alam, sehingga pengunjung memilih TWA Gunung Pancar sebagai tempat wisata alternatif mereka. Selain itu beberapa obyek wisata yang terdapat di TWA Gunung 47

65 Pancar juga telah dikelola oleh mereka yang berasal dari Jakarta, sehingga kegiatan promosinya cenderung lebih banyak ke daerah Jakarta. Ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Gunung pancar masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari berbagai daerah lainnya Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan menunjukkan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi kesadaran untuk melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 55%. Pengunjung yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 11% dan SD sebanyak 1%, sisanya sebesar 33% berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman mereka akan pentingnya menjaga kelestarian dan keberlanjutan dari suatu sumber daya alam serta meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan TWA Gunung Pancar dapat terus dijaga. Tingginya pendidikan pengunjung TWA Gunung Pancar juga akan meningkatkan rasa ingin tahu tentang obyek wisata yang ada di TWA Gunung Pancar, meningkatkan kesadaran pengunjung tentang suatu perjalanan wisata, serta kesadaran mereka dalam memberikan persepsi tentang nilai sumberdaya alam suatu obyek wisata 48

66 yang secara tidak langsung persepsi ini akan mendorong mereka melakukan perjalanan wisata atau kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Terkait dengan karakteristik tingkat pendidikan pengunjung TWA Gunung Pancar, pengelola sebaiknya dapat menambah dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini. Tingkat Pendidikan Presentase (%) SD 1 SMP 11 SMA 55 Perguruan Tinggi 33 Tabel 5. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Pekerjaan Jenis Pekerjaan dari pengunjung TWA Gunung Pancar sangat beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta yakni 53%. Pelajar dan mahasiswa sebesar 13%, pengusaha/wiraswata sebesar 17%, Pegawai Negeri Sipil 10%, ABRI 4%, dan sisanya sebesar 3% merupakan Ibu Rumah Tangga. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA Gunung Pancar lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi. Data tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut ini. 49

67 Pekerjaan Presentase (%) PNS 10 Pengusaha/Wiraswasta 17 Pelajar/Mahasiswa 13 Ibu Rumah Tangga 3 ABRI 4 Pegawai Swasta 53 Tabel 6. Sebaran Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Tingkat Penghasilan Berdasarkan tingkat penghasilan, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar memiliki penghasilan antara Rp , ,00 yakni sebesar 60% responden. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 17% pengunjung memiliki penghasilan antara Rp , ,00, sebanyak 12% memiliki penghasilan di bawah Rp ,00, sebesar 10% memiliki penghasilan diatas Rp ,00, dan sisanya sebanyak 1% memiliki penghasilan antara Rp , ,00. Tingkat penghasilan pengunjung akan mempengaruhi kegiatan konsumsinya termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, pengunjung akan cenderung memilih untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berwisata. Semakin tinggi penghasilan pengunjung, maka alokasinya terhadap kegiatan wisata akan semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar pengunjung dapat bertambah. Hal ini dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana di TWA Gunung Pancar. 50

68 Penghasilan (Rp) Presentase (%) < > Tabel 7. Sebaran Penghasilan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Status Pernikahan Status pernikahan seseorang akan mempengaruhi kunjungan wisata seseorang. Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang. Seseorang yang sudah menikah kemungkinan besar mempunyai jumlah tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan, sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi biaya perjalanan seseorang. Berdasarkan penelitian di lapangan proporsi pengunjung yang sudah menikah dengan pengunjung yang belum menikah dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Status Pernikahan Presentase (%) Menikah 48 Belum Menikah 52 Tabel 8. Sebaran Status Pernikahan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Cara Kedatangan Sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar mendatangi taman wisata alam tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara demikian yaitu sebesar 56%. Pengunjung lainnya memutuskan untuk mengunjungi tempat 51

69 wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 33% dan sebesar 11% sisanya memilih untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut, penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung TWA Gunung Pancar yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata dapat lebih terorganisir. Tabel 9 menunjukkan proporsi cara kedatangan pengunjung TWA Gunung Pancar. Cara Kedatangan Presentase (%) Sendiri 11 Berpasangan 33 Berkelompok 56 Tabel 9. Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Jumlah Rombongan Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang mengunjungi TWA Gunung Pancar sebagian besar memutuskan untuk datang secara berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <5 orang yaitu sebesar 82%. Pengunjung lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 5-10 orang yaitu sebesar 17% dan sisanya datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 10 orang yaitu sebesar 1%. Adapun wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya merupakan perusahaan ataupun rombongan pelajar atau mahasiswa yang melakukan aktivitas outbond atau camping. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. 52

70 Jumlah Rombongan (orang) Presentase (%) < >10 1 Tabel 10. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Alat Transportasi Berdasarkan alat transportasi yang digunakan oleh wisatawan menuju TWA Gunung Pancar sebagian besar pengunjung tempat wisata ini datang dengan menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 56%. Pengunjung lainnya datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 39%. Sisanya memutuskan untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan sepeda (4%) dan bus charter (1%). Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung yang membawa rombongan keluarganya atau pengunjung yang membawa sepeda untuk olahraga sepeda gunung atau downhill. Bus biasanya digunakan oleh rombongan karyawan perusahaan dan rombongan pelajar atau mahasiswa yang hendak melakukan aktivitas outbond atau camping. Mereka yang memilih menggunakan sepeda merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari TWA Gunung Pancar dan ingin melakukan olahraga bersepeda. Tabel 11 menunjukkan sebaran alat transportasi yang digunakan oleh pengunjung TWA Gunung Pancar. 53

71 Alat Transportasi Presentase (%) Motor 56 Mobil 39 Sepeda 4 Bus Charter 1 Tabel 11. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Sumber Informasi Lokasi Menurut sumber informasi keberadaan TWA Gunung Pancar, sebagian besar pengunjung mengetahuinya dari teman atau keluarga yaitu sebanyak 84%. Sisanya pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari surat kabar atau majalah sebanyak 1%, tahu sendir 4%, dan sisanya sebanyak 11% mengetahu dari media informasi baik televise maupun internet. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi. Salah satu kegiatan promosi yang dapat dilakukan untuk menginformasikan keberadaan TWA Gunung Pancar adalah dengan mengikuti pameran-pameran wisata. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 12 berikut ini. Sumber Informasi Presentase (%) Teman/Keluarga 84 Tahu Sendiri 4 Media Informasi 11 Surat Kabar/Majalah 1 Tabel 12. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Tujuan Wisata TWA Gunung Pancar mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan alam sehingga menarik minat wisatawan untuk berekreasi menikmati keindahan alam TWA Gunung Pancar. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di 54

72 lokasi dan sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 74%. Adapula pengunjung lain yang datang ke TWA Gunung Pancar melakukan aktivitas olahraga yakni sebesar 18%, 6% datang untuk melakukan pengobatan atau terapi, dan 2% sisanya datang untuk melakukan kegiatan fotografi. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 13. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Gunung Pancar. Tujuan Wisata Presentase (%) Rekreasi 74 Olahraga 18 Terapi/Pengobatan 6 Fotografi 2 Tabel 13. Sebaran Tujuan Wisata Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Lama Kunjungan Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Gunung Pancar. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 46% pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut sekitar 3-4 jam. Biasanya mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana sejuk di lokasi tersebut. Pengunjung lainnya memerlukan 5-6 jam untuk melakukan aktivitas wisata (29%). Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 1-2 jam sebanyak 18% dan sisanya sebanyak 7% menghabiskan waktu untuk berwisata di TWA Gunung Pancar lebih dari 6 jam. Pengunjung yang demikian sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas olahraga downhill ataupun camping. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar menambah atraksi wisata alam yang menarik 55

73 minat pengunjung, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 14 berikut ini. Lama Kunjungan (jam) Presentase (%) >6 7 Tabel 14. Sebaran Lama Kunjungan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Gunung Pancar merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang cukup jauh dari lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak lebih dari 50 km untuk mencapai ke lokasi ini yaitu sebanyak 45%. Mereka merupakan wisatawan yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak kurang dari 50 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat dengan lokasi seperti Bogor dan sekitarnya. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Gunung Pancar ditunjukkan pada Tabel 15 berikut ini. Jarak Tempuh (km) Presentase (%) < Tabel 15. Sebaran Jarak Tempuh Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) 56

74 Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar responden memerlukan waktu 1-1,5 jam untuk tiba di TWA Gunung Pancar yakni sebanyak 53%. Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal dari daerah sekitar Bogor. Selain itu, 39% responden membutuhkan waktu sebanyak 2-2,5 jam. Sebanyak 4% responden membutuhkan waktu 4-4,5 jam dan 3% responden membutuhkan waktu 3-3,5 jam. Jumlah waktu tersebut pada umumnya dibutuhkan oleh mereka yang berasal dari daerah Jakarta, Bekasi, Depok, dan daerah lain yang cukup jauh dari lokasi seperti Cianjur dan Bandung. Sisanya sebanyak 1% responden membutuhkan waktu sekitar 0,5 jam untuk tiba di lokasi, mereka pada umumnya adalah pengunjung dari daerah di sekitar lokasi TWA Gunung Pancar. Sebaran waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung menuju TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 16 berikut ini. Waktu Tempuh (jam) Presentase (%) Tabel 16. Sebaran Waktu Tempuh Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) 6.2 Persepsi Pengunjung Mengenai TWA Gunung Pancar Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar. Hal ini dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola TWA Gunung Pancar. Adapun penilaian tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan informasi, dan 57

75 kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu pengunjung juga diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor kebersihan, kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan Keamanan Keamanan dalam penelitian ini adalah aman baik dari segi kecelakaan fisik yang dapat disebabkan oleh areal TWA Gunung Pancar yang berupa hutan sehingga terdapat banyak bebatuan, adanya jurang, ataupun serangan binatang, dan keamanan dari segi materi seperti pencurian barang berharga. Berdasarkan hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Gunung Pancar mengenai tingkat keamanan di tempat wisata tersebut sebanyak 81% responden menyatakan aman. Pengunjung lainnya menyatakan kurang aman sebanyak 18% dan sisanya 5% menyatakan sangat aman. Responden yang menyatakan kurang aman menyatakan demikian dengan alasan tidak adanya pagar pembatas di area yang dekat dengan jurang sehingga memungkinkan terjadi kecelakaan pengunjung, pada areal piknik tidak ada areal khusus untuk parkir kendaraan sehingga memungkinkan terjadinya tindakan pencurian, dan kurangnya jumlah petugas keamanan baik satpam atau polisi hutan yang berkeliling untuk memastikan kegiatan wisata berjalan dengan lancar. Tabel 17 merupakan proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Aman 81 Kurang Aman 14 Sangat Aman 5 Tabel 17. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Keamanan Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Penyediaan Fasilitas Rekreasi 58

76 Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Gunung Pancar, sebanyak 66% responden menyatakan bahwa fasilitas di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan fasilitas wisata disana memadai sebesar 31% dan sisanya menyatakan sangat memadai sebesar 3%. Adapun responden yang menyatakan bahwa fasilitas yang ada di lokasi kurang memadai melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan. Tabel 18 menunjukkan Proporsi penilaian pengunjung mengenai penyediaan fasilitas rekreasi di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Kurang Memadai 66 Memadai 31 Sangat Memadai 3 Tabel 18. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Fasilitas Rekreasi Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain tempat ibadah, jalan menuju lokasi, area parkir, dan bangunan untuk berteduh. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah, WC umum, penunjuk jalan/papan intepretasi, penjual makanan, dan fasilitas bermain anak. Berdasarkan hal tersebut di atas perhatian pengelola akan perbaikan dan penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan TWA Gunung Pancar lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri. Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Gunung Pancar 59

77 Gambar 5. Fasilitas Wisata di TWA Gunung Pancar Pelayanan Pengelola TWA Gunung Pancar Berdasarkan penilaian yang diberikan pengunjung terhadap pelayanan pengelola TWA Gunung Pancar sebanyak 78% dari pengunjung menyatakan bahwa pelayanan pengelola dalam menerima kunjungan wisatawan sangat baik. Pengunjung yang berpendapat pengelola baik dalam melayani dan menerima kunjungan wisatawan sebanyak 15% dan sisanya sebanyak 7% dari pengunjung menilai pelayanan pengelola wisata setempat kurang baik. Berdasarkan hal tersebut, perhatian pengelola terhadap pelayanan TWA Gunung Pancar perlu ditingkatkan lagi untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke lokasi wisata tersebut. Penilaian pengunjung mengenai pelayanan pengelola TWA Gunung Pancar tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Kurang Baik 7 Baik 78 Sangat Baik 15 Tabel 19. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Penyediaan Sarana Informasi 60

78 Sarana informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup buku petunjuk, peta ataupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan informasi pengunjung mengenai TWA Gunung Pancar. Hasil penelitian menunjukkan 52% wisatawan menyatakan sarana informasi di TWA Gunung Pancar tidak ada. Sebanyak 36% menyatakan sarana informasi yang diberikan kurang memadai.. Sebanyak 12% sisanya berpendapat sarana informasi yang diberikan itu memadai. Hal ini dapat dikarenakan baik pemandu wisata, peta wisata maupun papan petunjuk jalan serta bentuk informasi lainnya masih sulit untuk ditemukan. Tabel 20 menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai penyediaan informasi di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Kurang Memadai 36 Memadai 12 Sangat Memadai 52 Tabel 20. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Sarana Informasi Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Aksesibilitas Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kondisi jalan, mudah atau tidaknya alur jalan yang dilalui responden untuk mencapai TWA Gunung Pancar, sebanyak 59% responden berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Gunung Pancar relatif mudah. Sebanyak 35% responden menyatakan sulit, 4% responden menyatakan sangat mudah, dan hanya 2% sisanya yang berpendapat aksesibilitas menuju tempat wisata tersebut sangat sulit untuk dilalui. Mereka yang berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Gunung Pancar sangat sulit untuk dilalui, sebagian besar merupakan pengguna kendaraan pribadi seperti mobil. Penilaian tersebut didasarkan pada kondisi jalan menuju kawasan wisata ini sedikit rusak dan berlubang serta luas jalan yang tidak 61

79 terlalu lebar untuk kendaraan roda empat. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya kerjasama antara pengelola lokasi wisata dan pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki jalan menuju kawasan wisata tersebut sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang membawa kendaraan pribadi. Tabel 21 menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai aksesibilitas di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Sangat Mudah 4 Mudah 59 Sulit 35 Sangat Sulit 2 Tabel 21. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Aksesibilitas Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Kebersihan Tempat Wisata Faktor kebersihan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata, serta untuk menjaga kelestarian lingkungan di kawasan wisata tersebut. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, dan wawancara sebanyak 47% responden menyat29akan bahwa kebersihan TWA Gunung Pancar perlu mendapat perhatian dari pengelola. Responden menyatakan sedikit bermasalah sebesar 34%, sebanyak 14% menyatakan sedang karena belum merasa terganggu dengan kondisi kebersihan di kawasan wisata tersebut. Sisanya sebanyak 5% responden menyatakan tidak ada masalah dengan kebersihan TWA Gunung Pancar. Hal tersebut dinilai karena masih banyaknya sampah yang berserakan di lokasi akibat aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung, kurangnya tempat pembuangan sampah, serta minimnya petugas kebersihan di kawasan wisata tersebut. Oleh karena itu, perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menambah 62

80 unit kebersihan dalam pengelolaan sampah dan penambahan tempat pembuangan sampah di lokasi-lokasi yang ramai dikunjungi pengunjung agar tercipta lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi pengunjung yang melakukan rekreasi di TWA Gunung Pancar. Proporsi penilaian responden mengenai kebersihan di TWA Gunung Pancar dapat dilihat pada Tabel 22 berikut. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Perlu Perhatian 47 Sedang 14 Sedikit Masalah 34 Tidak Ada Masalah 5 Tabel 22. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Kebersihan Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden menilai kualitas udara di TWA Gunung Pancar masih sangat sejuk dan belum terganggu oleh polusi akibat kendaraan maupun aktivitas ekonomi. Responden yang berpendapat demikian yakni sebanyak 72%. Responden yang menilai bahwa ada sedikit masalah terhadap kualitas udara di kawasan wisata tersebut sebanyak 19%, demikian juga dengan responden yang menyatakan sedang yakni sebanyak 9%, dan sisanya sebanyak 3% menyatakan tingkat polusi udara tinggi dengan alasan banyaknya kendaraan bermotor milik warga di sekitar kawasan yang melintasi TWA Gunung Pancar ini, mengingat taman wisata ini merupakan satu-satunya akses jalan bagi warga di kampung Cimandala. Hal ini dinilai akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan wisata tersebut. Tabel 23 menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kualitas udara di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Sedang 9 Sedikit Masalah 19 63

81 Tidak Ada Masalah 72 Tabel 23. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Kualitas Udara Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Air Penilaian terhadap kualitas air di kawasan ini juga perlu diperhatikan, mengingat obyek wisata pemandian air panas merupakan salah satu daya tarik wisata di kawasan ini. Berdasarkan hasil observasi, sebanyak 64% menyatakan tidak ada masalah terhadap pencemaran air di kawasan wisata ini. Responden yang menyatakan kualitas air di kawasan wisata ini sedikit bermasalah sebanyak 24% dan 12% responden menyatakan sedang. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya wisatawan yang datang ke pemandian air panas untuk berobat/terapi, bahkan beberapa reponden mengambil air panas dari kawasan tersebut untuk diminum. Proporsi penilaian pengunjung terhadap kualitas air di TWA Gunung Pancar dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Sedang 12 Sedikit Masalah 24 Tidak Ada Masalah 64 Tabel 24. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Kualitas Air Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan Faktor lingkungan lainnya yang juga dinilai oleh responden adalah tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan sebanyak 66% pengunjung berpendapat bahwa tidak ada masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar. Sebanyak 21% responden menyatakan ada sedikit masalah polusi udara di kawasan wisata ini. Sebanyak 11% menyatakan sedang dengan alasan suara yang dihasilkan dari aktivitas wisata berpotensi menciptakan kebisingan. Sisanya 64

82 sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi 2 Sedang 11 Sedikit Masalah 21 Tidak Ada Masalah 66 Tabel 25. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Penilaian Wisatawan terhadap Karcis Masuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak untuk kawasan konservasi, harga tiket masuk TWA Gunung Pancar adalah Rp 2.000,00. Harga tiket masuk ini mulai berlaku sejak tahun 2007 sampai dengan sekarang. Persepsi pengunjung mengenai harga tiket masuk TWA Gunung Pancar digambarkan oleh Tabel 26 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Murah 74 Sedang 23 Mahal 3 Tabel 26. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Karcis Masuk Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan pada diagram di atas, sebanyak 74% responden menilai murah dari harga tiket masuk tersebut. Sebesar 23% responden menilai sedang, sisanya sebanyak 3% responden menilai mahal harga tiket masuk TWA Gunung Pancar. Responden menilai murah harga tiket masuk tersebut karena harga tiket masuk tersebut dianggap masih terjangkau bagi responden. VII. FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 65

83 Nilai ekonomi wisata dapat diestimasi menggunakan pendekatan biaya perjalanan dengan memperoleh besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung untuk menikmati jasa rekreasi pada suatu tempat rekreasi tertentu. Dengan demikian, nilai biaya perjalanan sebanding dengan apa yang diperoleh pada keadaan pasar yang sesungguhnya. Model permintaan rekreasi di TWA Gunung Pancar diturunkan melalui pendekatan model persamaan regresi linier berganda dengan menggunakan beberapan variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan wisatawan. Berikut akan dijelaskan mengenai fungsi permintaan wisata beserta interpretasi variabel-variabel yang mempengaruhinya dan nilai ekonomi wisata dari TWA Gunung Pancar. 7.1 Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Wisata Frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh responden rata-rata selama satu tahun terakhir adalah lima kali, dengan minimum frekuensi kunjungan sebanyak satu kali dan maksimum kunjungan sebanyak 52 kali dalam satu tahun. Dari hasil pengamatan, orang yang mempunyai frekuensi kunjungan lebih banyak adalah pengunjung dengan motivasi kunjungan untuk berolahraga. Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh responden untuk melakukan satu kali kunjungan ke TWA Gunung Pancar rata-rata sebesar Rp ,00 per orang. Minimum biaya perjalanan adalah sebesar Rp 2.000,00 per orang dan maksimum biaya perjalanan sebesar Rp ,00 per orang. Total penghasilan rata-rata responden TWA Gunung Pancar sebesar Rp ,00 per orang per bulan, dengan minimum penghasilan sebesar Rp ,00 per orang per bulan, dan maksimum penghasilan sebesar Rp ,00 per orang per bulan. Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 66

84 12,93 tahun atau dapat dikatan rata-rata responden sudah atau sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Berdasarkan analisis, dapat dikatakan bahwa TWA Gunung Pancar merupakan tempat rekreasi yang dikunjungi oleh pengunjung dari berbagai kelas, baik kelas menengah ke bawah atau kelas menengah ke atas, hal tersebut dapat disebabkan TWA Gunung Pancar merupakan tempat wisata yang cukup murah sehingga dapat dinikamati oleh kalangan tersebut. Umur rata-rata responden adalah 30,84 tahun yang umumnya merupakan pengunjung yang sudah berkeluarga. Responden yang mengunjungi TWA Gunung Pancar rata-rata mempunyai jarak tempuh sebesar 42,64 km dengan rata-rata waktu tempuh sebesar 1,63 jam. Waktu tempuh yang cukup lama dapat disebabkan karena sebagian besar responden yang mendatangi TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta, dan umumnya berkunjung pada hari libur sehingga mengalami kemacetan di ruas tol Jagorawi. Jumlah tanggungan rata-rata dari responden dari responden adalah 1 orang. Jenis kelamin responden telah dibahas pada bab sebelumnya, yaitu mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Waktu yang dihabiskan responden di TWA Gunung Pancar rata-rata 4,17 jam dan rata-rata responden telah mengetahui lokasi TWA Gunung Pancar selama 2,19 tahun. Hasil perhitungan mengenai deskripsi statistik yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 27 dan Lampiran 6. Tabel 27. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan Variabel N Maksimum Minimum Mean Frekuensi Kunjungan (Y) ,36 Biaya Perjalanan (X 1 ) , , ,00 Total Penghasilan (X 2 ) , , ,00 Tingkat Pendidikan (X 3 ) ,93 Umur (X 4 ) ,84 Jarak Tempuh (X 5 ) ,64 Waktu Tempuh (X 6 ) ,5 1,63 67

85 Jumlah Tanggungan (X 7 ) ,48 Jenis Kelamin (X 8 ) Waktu di Lokasi (X 9 ) ,17 Lama Tahu Lokasi (X 10 ) ,19 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) 7.2 Fungsi Permintaan Wisata Fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar ditentukan oleh beberapa independent variabel yang diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan per tahun terhadap TWA Gunung Pancar. Independent variable yang digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan (dependent variable) antara lain biaya perjalanan, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu yang dihabiskan di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diestimasi dengan menggunakan software Minitab 15, yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 2,90 + 0, X 1 0, X 2 0,0985 X 3 + 0,0181 X 4 0,00522 Minitab 15. X 5 0,197 X 6 0,074 X 7 0,704 X 8 + 0,164 X 9 + 0,0504 X 10 Berikut merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan software Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TWA Gunung Pancar Variabel Koefisien SE T P VIF Koefisien Konstanta 2,9026 0,9985 2,91 0,005 Biaya Perjalanan (X 1 ) 0, , ,43 0,000* 1,867 Total Penghasilan (X 2 ) -0, , ,15 0,880 3,739 Tingkat Pendidikan (X 3 ) -0,9845 0, ,74 0,087*** 1,356 68

86 Umur (X 4 ) 0, , ,85 0,399 4,581 Jarak Tempuh (X 5 ) -0, , ,78 0,439 1,922 Waktu Tempuh (X 6 ) -0,1967 0,1974-1,00 0,323 1,806 Jumlah Tanggungan (X 7 ) -0,0739 0,1216-0,61 0,545 4,799 Jenis Kelamin (X 8 ) -0,7042 0,2512-2,80 0,007* 1,286 Waktu yang Dihabiskan (X 9 ) 0,1642 0,1006 1,63 0,107**** 1,591 Lama Tahu Lokasi (X 10 ) 0, , ,75 0,085*** 1,220 R 2 65,8% R 2 (adj) 60,7% Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Keterangan : * nyata pada taraf nyata α = 1% ** nyata pada taraf nyata α = 5% *** nyata pada taraf nyata α = 10% **** nyata pada taraf nyata α = 15% Dari hasil analisis regresi tersebut, didapatkan nilai R 2 sebesar 65,8% dan R 2 (adj) sebesar 60,7% (Tabel 28). Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 65,8% dan sisanya sebesar 34,2% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model. Selain itu, dari hasil analisis regresi dinyatakan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square) seperti adanya multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 untuk semua variabel. Selanjutnya, tidak adanya heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil Uji Glejser (Lampiran 4) yaitu dengan melakukan regresi dari nilai absolut residual dengan variable-variabel bebas. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai P sebesar 0,803. Nilai tersebut lebih besar dari α sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model. Selain itu, tidak terdapatnya autolorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson dari model yang berada dalam selang 1,65<DW<2,35 (Lampiran 2). 69

87 7.3 Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Permintaan Wisata TWA Gunung Pancar Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi linier berganda, peningkatan independent variabel yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata dependent variabel. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan terhadap TWA Gunung Pancar. Berdasarkan uji t yang dapat kita lihat dari nilai P pada Tabel 28, terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata dalam model. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan faktor yang sangat penting dalam keputusan melakukan suatu kegiatan wisata. Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali melakukan kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan tersebut meliputi biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi selama berekreasi, parkir, pembelian souvenir, dan biaya lainnya, tidak termasuk tiket masuk ke lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 1% sehingga dapat dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Gunung Pancar. Nilai koefisiennya yang bertanda positif menunjukkan bahwa tingginya nilai biaya perjalanan maka akan semakin menambah peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini tidak sesuai dengan 70

88 hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya, karena berdasarkan keadaan dilapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata wisatawan yang datang ke TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan cukup besar. Namun tingginya biaya perjalanan tersebut tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan mereka karena TWA Gunung Pancar dianggap sebagai tempat wisata alternatif yang potensial serta lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Jakarta dan harga karcis untuk masuk ke kawasan ini masih tergolong murah Tingkat Pendidikan Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan pengunjung memiliki koefisien negatif, dan berpengaruh nyata pada taraf 10% sehingga dapat dikatakan tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Gunung Pancar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka akan cenderung menurunkan peluang rata-rata kunjungannya terhadap TWA Gunung Pancar. Hal tersebut diperkirakan karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan keadaan di lapangan dimana masih kurang memadainya sarana dan prasarana rekreasi yang ada di TWA Gunung Pancar Jenis Kelamin 71

89 Variabel jenis kelamin berpengaruh secara signifikan pada taraf uji 1% dan mempunyai koefisien yang bertanda negatif. Jenis kelamin dalam model merupakan variabel dummy dimana angka 1 menunjukkan responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan angka 2 menunjukkan responden berjenis kelamin perempuan. Koefisien yang bernilai negatif menunjukkan bahwa individu berjenis kelamin laki-laki akan cenderung untuk menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan mereka. Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas wisata yang cocok untuk kaum laki-laki. Berdasarkan uraian di atas pengelola dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan alam, wisata trackking, camping maupun hiking yang cocok untuk kaum laki-laki Waktu di Lokasi Waktu yang dihabiskan di lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 20% dan memiliki koefisien positif terhadap frekuensi kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Artinya semakin lama waktu yang dihabiskan individu di lokasi tersebut maka semakin meningkatkan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Hal tersebut dapat disebabkan karena keindahan alam dan kesejukan udara yang ditawarkan TWA Gunung Pancar memberikan sensasi relaksasi bagi pengunjung yang datang sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lokasi. Oleh karena itu, mereka berkeinginan untuk kembali lagi ke tempat ini bahkan cenderung akan meningkatkan frekuensi kunjungan mereka. Selain itu, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta yang memiliki permintaan tinggi terhadap wisata back to nature atau wisata alam untuk menghilangkan kejenuhan selama beraktivitas di Kota Jakarta. Namun, tempat wisata dengan konsep wisata alam sangat jarang ditemukan di Jakarta sehingga waktu yang dihabiskan 72

90 pengunjung di lokasi juga cenderung lebih lama dan TWA Gunung Pancar tetap menjadi pilihan wisata potensial bagi pengunjung Lama Mengetahui Lokasi Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar. Variabel lama mengetahui tempat wisata berpengaruh nyata pada taraf 10% dan mempunyai koefisien yang positif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar maka akan semakin meningkatkan peluang ratarata frekuensi kunjungan. Hal tersebut sesuai dengan fakta dilapangan bahwa ratarata responden sudah mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar lebih dari 2 tahun dan memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi. 7.4 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi TWA Gunung Pancar Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai keinginan membayar (WTP) terhadap lokasi rekreasi yang dikunjungi. Surplus konsumen dapat diduga dengan pendekatan biaya perjalanan. Menurut Fauzi (2006), surplus konsumen bisa didapatkan dengan cara jumlah kunjungan kuadrat dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Berdasarkan rumus tersebut, dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan pendekatan biaya perjalanan didapatkan surplus konsumen atau nilai WTP pengunjung sebesar Rp ,778 per individu per kunjungan. Perhitungan mengenai surplus konsumen ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan tahun 2010 yaitu sebesar 73

91 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp ,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Gunung Pancar. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung TWA Gunung Pancar dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum. Nilai ekonomi dari manfaat wisata menunjukkan bahwa TWA Gunung Pancar memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi TWA Gunung Pancar salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan tiket masuk yang sesuai dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial- 74

92 ekonomi dan aspek spasial. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil analisis dari ketiga aspek tersebut. 8.1 Aspek Fisik Pendekatan aspek fisik dilakukan dengan mengkaji kondisi sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang meliputi aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan lain-lain saat ini, serta mengkaji potensi alam kawasan yang ada sehingga dapat menentukan kegiatan yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan pada TWA Gunung Pancar Potensi Alam Potensi fisik kawasan yang dimiliki TWA Gunung Pancar bagi pengembangan kegiatan wisata di taman wisata alam tersebut adalah kondisi alam di TWA Gunung Pancar sendiri. TWA Gunung Pancar menawarkan panorama keindahan alam pegunungan dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas, udara yang sejuk, dan kekayaan flora dan fauna sebagai daya tarik utama di kawasan ini. Selain itu, sumber air panas yang ada di kawasan ini juga menjadi daya tarik dari TWA Gunung Pancar. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban yang diberikan responden yang menyatakan bahwa pemandangan yang indah, pemandian air panas, dan udara yang sejuk merupakan daya tarik utama di TWA Gunung Pancar. Tabel 29. Daya Tarik Kawasan TWA Gunung Pancar No. Daya Tarik Persentase Responden (%) 1 Udara yang Sejuk 49 2 Pemandangan Alam yang Indah 14 3 Pemandian Air Panas 8 4 Track Sepeda Gunung/Downhill 11 5 Lain-lain 18 Total

93 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa udara yang sejuk, pemandangan alam yang indah, dan adanya pemandian air panas menjadi alasan utama untuk mengunjungi TWA Gunung Pancar. TWA Gunung Pancar juga memiliki lokasi yang menarik dengan medan yang cukup menantang bagi kegiatan wisata sekaligus olahraga yaitu track sepeda gunung atau downhill yang juga menjadi daya tarik bagi pengunjung di taman wisata alam ini. Hal ini dikarenakan pengunjung tidak saja dapat menikmati keindahan alam dan kesejukan di TWA Gunung Pancar, tetapi juga dapat melakukan kegiatan olahraga yang mereka sukai. Kekayaan flora dan fauna yang terdapat di kawasan meskipun cukup banyak, namun masih dianggap kurang menarik oleh wisatawan yang datang, padahal keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kawasan ini sangat cocok bagi wisatawan yang ingin melakukan pengamatan. Uraian di atas menunjukkan bahwa secara fisik kawasan TWA Gunung Pancar memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan kegiatan wisata terutama wisata alam dan wisata olahraga. Kondisi alamnya menawarkan panorama alami dan suasana pegunungan yang menyegarkan. Medan yang menantang dan kekayaan flora-faunanya merupakan modal untuk pengembangan wisata minat khusus bagi pengunjung penggemar flora atau fauna langka seperti anggrek, owa, dan elang jawa Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Dalam kaitannya dengan pengembangan kegiatan wisata, potensi fisik berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur yang juga perlu dipertimbangkan. Di kawasan TWA Gunung Pancar telah berkembang berbagai 76

94 sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung wisata seperti jalan, angkutan umum, jaringan listrik, WC umum, tempat berteduh, dan warung-warung. Prasarana jalan di kawasan TWA Gunung Pancar cukup baik, jalan di dalam kawasan merupakan jalan beraspal yang kondisinya cukup memadai untuk melayani arus transportasi yang masuk ke kawasan. Prasarana jalan menuju kawasan meskipun tidak sepenuhnya kondisi jalan baik, namun masih cukup memadai untuk melayani arus transportasi pengunjung yang hendak menuju kawasan TWA Gunung Pancar. Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang menyatakan bahwa akses untuk menuju kawasan masih mudah yang ditunjukkan pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30. Kemudahan Mencapai Kawasan TWA Gunung Pancar No. Daya Tarik Persentase Responden (%) 1 Sangat Mudah 4 2 Mudah 59 3 Sulit 35 4 Sangat Sulit 2 Total 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan wawancara dengan pengunjung TWA Gunung Pancar terdapat beberapa sarana dan prasarana yang dianggap pengunjung perlu ditambahkan dan diperbaiki oleh pengelola TWA Gunung Pancar. Sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini. Tabel 31. Sarana dan Prasarana TWA Gunung Pancar yang Perlu Ditambahkan dan Diperbaiki Sarana dan Prasarana Jumlah Responden (orang) Keinginan Responden Bangunan tempat berteduh 62 Ditambahkan dan (pondokan/shelter) Diperbaiki 77

95 WC umum (toilet) 79 Ditambahkan Tempat ibadah 67 Diperbaiki Penjual makanan 17 Ditambahkan Tempat sampah 40 Ditambahkan Tempat bermain anak 34 Ditambahkan Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Menurut responden, bangunan tempat berteduh dirasa perlu untuk ditambahkan dan diperbaiki. Hal ini dikarenakan walaupun bangunan tempat berteduh sudah ada di TWA Gunung Pancar namun jumlahnya dirasa masih kurang memadai dan di beberapa tempat bangunan tempat berteduh ini kondisinya dianggap sudah tidak layak sehingga perlu diperbaiki. Sementara itu sarana prasarana seperti WC umum, penjual makanan, tempat sampah, dan tempat bermain anak, menurut pengunjung perlu ditambahkan jumlahnya. Hal ini dikarenakan pengunjung masih kesulitan untuk menemukan atau mendapatkan WC umum di sekitar obyek wisata yang mereka kunjungi, sehingga pengunjung berharap pengelola menambahkan WC umum terutama di area-area yang dekat dengan obyek wisata dan area-area yang ramai dikunjungi wisatawan. Warung-warung yang ada di kawasan ini juga masih dianggap kurang memadai dan perlu ditambahkan, terutama warung-warung yang menjual makanan seperti nasi dan lauk-pauk. Kebanyakan warung-warung yang ada di kawasan ini hanya menjual minuman dan beberapa makanan ringan saja sehingga pengunjung merasa jumlah penjual makanan di lokasi wisata tersebut perlu ditambahkan. Pada TWA Gunung Pancar sangat sulit ditemui sarana kebersihan seperti tempat sampah sehingga pengunjung juga menganggap tempat sampah masih perlu ditambahkan di TWA Gunung Pancar. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi pengelola TWA Gunung Pancar untuk mencegah masalah lingkungan yang dapat ditimbulkan dari sampah yang disebabkan dari adanya 78

96 aktivitas wisata. Banyaknya pengunjung TWA Gunung Pancar yang datang bersama anak-anak mereka juga menyebabkan banyak pengunjung yang merasa perlu ditambahkannya tempat bermain anak di TWA Gunung Pancar. Pengunjung TWA Gunung Pancar juga menyatakan bahwa tempat ibadah yang ada di TWA Gunung Pancar perlu diperbaiki karena tempat ibadah yang sudah ada kondisinya dianggap kurang layak untuk pengunjung melakukan ibadah. Tempat ibadah ini dirasa perlu karena pengunjung senang menghabiskan waktu di TWA Gunung Pancar sehingga pengunjung sering menjalankan ibadahnya di lokasi tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di kawasan TWA Gunung Pancar meskipun sudah cukup memadai, namun untuk beberapa jenis kondisinya masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pengembangan sarana dan prasarana juga merupakan faktor penting bagi pengembangan TWA Gunung Pancar. Peningkatan fasilitas atau pelayanan diharapkan akan meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi taman wisata alam tersebut. Namun, pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata, terutama pada kawasan yang dilindungi sebaiknya dibatasi untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Memperhatikan berbagai uraian tersebut, maka pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata di TWA Gunung Pancar berkaitan dengan kepentingan pengelolaan TWA Gunung Pancar hendaknya berpegang pada dua hal pokok, yaitu : 1. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada sebagai modal dasar pengembangan seperti jalan, angkutan umum, jaringan listrik, serta fasilitas lainnya. 79

97 2. Mengakomodasikan rencana pengembangan yang sudah ada, termasuk rencana yang telah disusun oleh pihak-pihak terkait pada kawasan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya. 8.2 Aspek Sosial-Ekonomi Pengembangan kegiatan wisata TWA Gunung Pancar berkaitan dengan adanya status kawasan Gunung Pancar sebagai taman wisata alam, dimana keberadaan masyarakat sekitar merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian untuk menciptakan keselarasan antara keberadaan TWA Gunung pancar dengan keberadaan masyarakat sekitar agar dapat saling memberikan manfaat. Dalam pengelolaan pariwisata di TWA Gunung Pancar posisi masyarakat adalah sebagai pihak yang turut menikmati adanya aktivitas wisata yang berlangsung, yaitu dengan membuka warung, berjualan, dan jasa wisata lainnya. Sebagian masyarakat khususnya masyarakat di Kampung Cimandala sudah terlibat langsung dalam kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar. Hanya sedikit yang secara langsung masih menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian atau bertani. Kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar dianggap cukup memberikan manfaat dalam menambah penghasilan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 32, peningkatan pendapatan masyarakat per bulan sebelum dan setelah adanya TWA Gunung Pancar. Tabel 32. Peningkatan Pendapatan Masyarakat per Bulan Sebelum dan Setelah Adanya TWA Gunung Pancar Jenis Pendapatan Rata-Rata per Bulan (Rp) Peningkatan Pekerjaan Sebelum Ada TWA Gunung Pancar Setelah Ada TWA Gunung pancar Pendapatan per Bulan (Rp) Penjaga Karcis Pedagang Penjaga Taman

98 Buruh Wisata Security Warung Ojeg Supir Angkot Tukang Pijat Sumber: Rianah Sary (2011) Dalam rencana pengelolaan TWA Gunung Pancar, meskipun peran masyarakat dalam pengelolaan TWA Gunung pancar belum dirumuskan secara jelas, namun dalam pengembangan kawasan hutan masyarakat telah dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pengelola TWA Gunung Pancar guna membantu meningkatkan kesejahteraan mereka melalui kegiatan penanaman pohon bersama, yang hampir secara rutin dilakukan setiap tahun. Bentuk aktivitas yang seperti itu sangat menguntungkan sekaligus perlu mendapat perhatian, karena dengan begitu tekanan terhadap kawasan hutan oleh masyarakat sangat kecil. Pengelolaan TWA Gunung Pancar termasuk kegiatan pariwisatanya harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat mengingat adanya ketergantungan masyarakat pada pariwisata yang ada di TWA Gunung Pancar. Keterlibatan masyarakat juga harus ditingkatkan sebagai mitra dalam pengelolaan kawasan serta diupayakan untuk memanfaatkan tenaga masyarakat sekitar. 8.3 Aspek Spasial Pengelolaan TWA Gunung Pancar dijalankan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI), dimana peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat keputusan yang ada. BKSDA sebagai pemegang 81

99 izin konservasi kawasan TWA Gunung Pancar, sedangkan PT WWI sebagai pemegang izin pemanfaatan wisata di kawasan TWA Gunung Pancar. Penetapan status kawasan Gunung Pancar menjadi taman wisata alam (TWA) menyebabkan pemanfaatan kawasan ini menjadi kawasan wisata dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya alam yang tedapat di dalamnya. Oleh karena itu, kawasan TWA Gunung Pancar dibagi menjadi dua blok, yaitu blok pemanfaatan dan blok perlindungan. Berdasarkan pembagian tersebut, nantinya hanya blok pemanfaatan saja yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan wisata, sedangkan blok perlindungan yang berupa hutan alam akan terus dijaga kelestariannya dan tidak diperkenankan untuk digunakan dalam kegiatan wisata. Penggunaan blok pemanfaatan untuk kegiatan wisata, walaupun diizinkan namun tetap harus memperhatikan aspek lingkungan, karena pada blok pemanfaatan juga terdapat hutan konservasi, sehingga dalam pengembangannya seperti pembangunan sarana-prasarana maupun pembangunan obyek wisata pada blok ini harus mempertimbangkan kandungan lokalnya, baik bahan maupun arsitekturnya. Saat ini pada blok pemanfaatan telah dibangun gerbang masuk, kantor pengelola, area parkir kendaraan, fasilitas umum seperti tempat berteduh dan WC umum, arena outbound, arena camping ground, aula, dan pemandian air panas, yang semuanya dibangun dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan alam dan sekitarnya seperti yang terlihat pada Gambar 29 berikut ini. 82

100 Gambar 6. Pembangunan Fasilitas Rekreasi di Blok Pemanfaatan 8.4 Kesediaaan Membayar Dalam penelitian ini juga ditanyakan mengenai kesediaan maksimum pengunjung untuk membayar tiket masuk ke lokasi TWA Gunung Pancar. Kesediaan membayar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keinginan maksimum pengunjung dalam membayar tiket masuk TWA Gunung Pancar. Kesediaan membayar erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, seseorang yang mempunyai pendapatan tinggi mungkin memiliki kecenderungan kesediaan membayar yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berpendapatan lebih rendah. Tabel 5 menjelaskan mengenai kesediaan maksimum pengunjung TWA Gunung Pancar dalam membayar tiket masuk. Tabel 33. Kesediaan Membayar Tiket Masuk TWA Gunung Pancar Kategori Besaran Rata-rata Rp 3.950,00 Minimum Rp 1.000,00 Maksimum Rp ,00 Median Rp 3.000,00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Dari tabel terlihat bahwa berdasarkan nilai tengah pengunjung mau membayar tiket masuk sampai pada harga Rp 3.000,00. Hal tersebut berarti walaupun pengunjung menganggap murah, tetapi mereka masih mampu dan bersedia membayar sampai pada harga tersebut. Terdapat pengunjung yang mempunyai minimum kesediaan membayar tiket masuk seharga Rp 1.000,00 dan 83

101 terdapat pengunjung yang masih mampu dan bersedia membayar tiket masuk sampai harga Rp ,00. Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang menurut responden perlu ditingkatkan atau diperbaiki kualitasnya antara lain bangunan tempat beteduh (pondokan/shelter dan tempat beribadah. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah WC umum, penjual makanan, tempat sampag, dan tempat bermain anak (playground). Pengelolaan yang baik dari TWA Gunung Pancar sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Gunung Pancar yang paling menonjol adalah pengunjung dengan usia antara tahun, berasal dari 84

102 wilayah Jakarta, berstatus belum menikah, tingkat pendidikan terakhir SMA, tingkat penghasilan Rp ,00-Rp ,00, mencapai lokasi TWA Gunung Pancar menggunakan kendaraan pribadi, membawa rombongan 1-4 orang, dan sebagian besar adalah laki-laki. Berdasarkan wawancara, pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari teman atau keluarganya, sebagian besar pengunjung tertarik akan pemandangan alam di lokasi dan bermotivasi untuk berekreasi bersama keluarga. TWA Gunung Pancar sebagai rekreasi alam dinyatakan aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, akses menuju lokasi mudah, kebersihan di lokasi perlu mendapat perhatian, tidak terdapat masalah pencemaran udara, tidak terdapat masalah pencemaran air, dan tidak terdapat masalah terhadap tingkat kebisingan. Sebagian besar pengunjung menganggap murah tiket masuk TWA Gunung Pancar dan mempunyai kesediaan membayar tiket sebesar Rp 3.000, Dari hasil penelitian, terdapat lima faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi TWA Gunung Pancar. Kelima faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. 3. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp ,778 per individu per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp , Berdasarkan analisis prospek pengembangan wisata dengan pendekatan aspek fisik TWA Gunung Pancar berpotensi dikembangkan untuk wisata alam dan wisata olahraga. Berdasarkan aspek sosial-ekonomi, kegiatan wisata di TWA 85

103 Gunung Pancar dianggap cukup memberikan manfaat dalam menambah penghasilan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek spasial, penetapan status kawasan Gunung Pancar menjadi taman wisata alam (TWA) menyebabkan pemanfaatan kawasan ini menjadi kawasan wisata dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya alam yang tedapat di dalamnya sehingga kawasan TWA Gunung Pancar dibagi menjadi dua blok, yaitu blok pemanfaatan dan blok perlindungan. 9.2 Saran Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan yang telas dijelaskan sebelumnya, saran yang dapat disampaikan sebagai masukan dalam peningkatan dan pengembangan wisata TWA Gunung Pancar dan ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan antara lain : 1. TWA Gunung Pancar merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya promosi dan pemberian pengetahuan mengenai keberadaan tempat wisata tersebut dirasa masih sangat kurang. Oleh karena itu, upaya promosi harus dilakukan lebih gencar untuk menjaring wisatawan lebih banyak lagi. Kegiatan promosi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media yang ada baik cetak maupun elektronik. 2. Perlu adanya peningkatan kualitas TWA Gunung Pancar dengan perawatan dan penambahan fasilitas rekreasi terutama pada fasilitas-fasilitas yang menurut pengunjung perlu diperbaiki dan ditingkatkan menurut pengunjung. Hal ini dibutuhkan untuk pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik dari tempat wisata tersebut, serta menarik minat pengunjung untuk datang ke TWA Gunung Pancar. 86

104 3. Harga tiket masuk TWA Gunung Pancar masih dapat dinaikan hingga tingkat maksimum keinginan membayar pengunjung, yaitu dari harga tiket awal sebesar Rp 2.000,00 menjadi Rp 3.000,00. Namun kebijakan menaikkan harga tiket masuk juga harus diimbangi dengan pengembangan tempat wisata sesuai dengan harapan pengunjung. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan perhitungan mengenai manfaat tangible dan intangible lainnya guna mendapatakan nilai total ekonomi dari keberadaan TWA Gunung Pancar, sehingga dapat menjadi masukan bagi pengembangan TWA Gunung Pancar yang lebih luas lagi. DAFTAR PUSTAKA Adirahmanta, S. N Prospek Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Kaliurang Pasca Penetapan Taman Nasional Gunung Merapi. Tesis. Program Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro, Semarang. Adrianto, L, Mujio dan Wahyudin, Y Modul Pengenalan Konsep dan Metodolog Valuasi Ekonomi Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Adrianto, L dan Wahyudin, Y Metode Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 87

105 Clawson, M dan Knetch, J. L Economic of Outdoor Recreation. The John Hopkins Press. Baltimore. Damanik, J dan Weber, H. F Perencanaan Ekowisata, Teori dan Aplikasi. C.V Andi Offset, Yogyakarta. Djijono Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Method Taman Hutan Wisata di Taman Wan Abdul Rahman, Propinsi Lampung. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Douglass, R. W Forest Recreation. Pargamon Press, New York. Lind, A. D, Mardal, G. W, dan Wathen, S.A Statistical Techniques In Business and Economic with Global Data Sets, 13 th ed. The McGraw- Hill Companies. New York. Fauzi, A Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Firandari, T Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Godfrey, K dan J. Clarke The Tourism Development Handbook. Cassel. New York. Gurajati, D Ekonometrika Dasar. Terjemahan. PT Erlangga. Jakarta. Haab, T. C dan Mc.Connell, K. E Valuing Environmental and Natural Resources: The Economic of Non-Market Valuation. Edward Elgar. USA. Hufschmidt, M. M, James, D. E, Meister, A. D, Bower, B.T, dan J. A. Dixon Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan, Pedoman Penilaian Ekonomis. Sukanto Reksohadiprodjo, penterjemah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Juanda, B Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Keputusan Menteri Pertanian No. 681/KPTS/UM/ Kriteria Taman Wisata Alam. Menteri Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Muntasib, H Diktat Mata Kuliah RAE. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nicholson, W Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. (BayuMahendra dan Abdul Aziz, penterjemah). Jilid pertama. Edisi ke- 8. Erlangga. Jakarta. 88

106 Peraturan Pemerintah Nomor Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Raharjo, A Menaksir Nilai Ekonomi Taman Hutan Wisata Tawangmangu: Aplikasi Travel Cost Method. Manusia dan Lingkungan Vol. IX, No. 2 Juli 2002: Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ramanathan, R Introductory Econometrics with Applications. The Dryden Press. Philadelpia. Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala, G.G. Uriarte Pengantar Metode Penelitian (Alimuddin Tuwu dan Alamsyah, penterjemah). UI Press. Jakarta. Susilowati, M. I Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suswantoro, G Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Undang-Undang Nomor Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Undang-Undang Nomor Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Vanhove, N The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington. Wahab, S Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Walsh, G. R Recreation Economic Decission: Comparing Benefits and Cost. Venture Publishing, Inc. State College, PA. 89

107 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kuesioner penelitian: Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata TWA Gunung Pancar. Oleh: Devina Marcia Rumanthy Sihombing (H ). Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Tanggal Wawancara : Status Hari : Biasa/Libur Tujuan Singkat Survei ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dan prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar. Petunjuk Umum Responden diharapkan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai atau mengisi jawaban sesuai dengan kondisi responden. 90

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat berlimpah, dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan keanekaragaman hayati.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 hektar.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 hektar. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 hektar. Secara administrasi pemerintahan, taman wisata alam ini terletak di wilayah Desa Karang Tengah,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian Terdahulu Pratama (2016) melakukan penelitian dengan judul Valuasi Ekonomi Pariwisata Dengan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Di Pantai Nglambor Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada TINJAUAN PUSTAKA Konsep Penilaian Ekonomi Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada dasarnya untuk mengukur nilai benefits dari sesuatudidasarkan atas perspektif manusia (individu),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA

ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA ANALISIS PERMINTAAN EKOWISATA DI PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO INSAN AULIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM) Sulistya Rini Pratiwi Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan Email: 1) miss.rainy@ymail.com Abstrak: Kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Menurut Damanik et al., (2006), pariwisata

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Wisata Alam Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEUNIKAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1, Arif Rahman Hakim 2, Mulyanto 3. Nughthoh Arfawi 4 1.Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pengunjung atau wisatawan yang sedang berwisata mengunjungi objek

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kuesioner penelitian: Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata TWA Gunung Pancar. Oleh: Devina Marcia Rumanthy Sihombing (H44070045). Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pariwisata berasal dari kata bahasa sangskerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata berarti

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci