BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha individu berdasarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto, 1988:2). Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa individu yang belajar pada akhirnya menyadari atau merasakan terjadinya suatu perubahan pada dirinya. Menurut Good dan Brophi dalam Uno (2006:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri (belajar). Perubahan perilaku yang nampak akibat belajar adalah perubahan: (1) Kebiasaan; (2) Keterampilan; (3) Pengamatan; (4) Berpikir asosiatif dan daya ingat; (5) berpikir rasional; (6) Sikap; (7) Inhibisi; (8) Persepsi; (9) Tingkah laku afektif. Dalam kaitannya dengan pelajaran kimia, perlu dikemukakan mengenai jenisjenis belajar, sehingga akan dapat diperoleh suatu gambaran mengenai definisi belajar dalam konteks pembelajaran kimia, yaitu: a. Belajar abstrak, yaitu belajar dengan menggunakan cara-cara berpikir abstrak yang bertujuan untuk memecahkan masalah dan memperoleh pemahaman dan 9

2 10 pemecahan masalah-masalah abstrak, sehingga peranan akal atau rasio sangat penting di samping penguasaan konsep, prinsip, dan generalisasi. b. Belajar rasional, yaitu dengan menggunakan kemampuan berpikir secara rasional. Tujuan dari jenis belajar ini adalah kemampuan menggunakan konsep dan prinsip. c. Belajar pemecahan masalah, yaitu bertujuan untuk memperoleh kemampuan atau keterampilan memecahkan berbagai masalah secara rasional. Dalam belajar ini, penguasaan konsep, prinsip, dan generalisasi dapat dilakukan melalui eksperimen/ pengamatan. Belajar merupakan psikologi dasar pada diri individu dalam mencapai perkembangan hidupnya. Melalui belajar, individu memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya atau kematangan kepribadiannya, baik yang menyangkut aspek-aspek intelektual, emosional, moral spiritual, dan sosial. Dengan berkembangnya aspekaspek tersebut, individu dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya (terutama yang tidak terpenuhi melalui refleksi/ instink, dan kebiasaan) dalam arti dia mampu mencari dan menemukan kesejahteraan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha individu berdasarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa individu yang belajar pada akhirnya menyadari atau merasakan terjadinya suatu perubahan pada dirinya.

3 11 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Secara garis besar faktor-faktor yang mempunyai proses belajar dikelompokkan dalam dua golongna yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, yang mencakup aspek fisik dan aspek psikis. Aspek fisik diantaranya keadaan alat indera dan keadaan anggota tubuhnya dan aspek psikis diantaranya intelegensi (kecerdasan), bakat, minat dan motivasi. Secara psikologis, motivasi adalah suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Syamsudin, 2000). Menurut John Keller (1987), strategi untuk membangkitkan motivasi terdiri dari empat kategori yaitu perhatian (attention), relevansi (relevance), percaya diri (confidence) dan kepuasan (satisfaction). Teori motivasi dari John Keller disebut juga teori motivasi ARCS. Faktor eksternal ialah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari luar siswa, diantaranya keadaan lingkungan alam, budaya, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 3. Siklus Belajar dalam Pembelajaran Pembelajaran merupakan kegiatan proses belajar mengajar dimana guru terlibat aktif dengan siswa. Sehingga, dalam pembelajaran terdapat beberapa siklus belajar yaitu: a. Tahap eksplorasi, yaitu tahap dimana siswa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman mereka sendiri.

4 12 b. Tahap pengenalan konsep, yaitu tahap dimana siswa diperkenalkan dengan konsep terkait pada fenomena yang diperoleh dalam tahap eksplorasi. c. Tahap aplikasi, yaitu tahap dimana siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep yang diperoleh dalam situasi yang lain, dengan cara memberikan aktivitas tambahan. B. Pendekatan Pembelajaran Pemecahan Masalah Pendekatan pembelajaran pemecahan masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivisme. Pada pembelajaran pemecahan masalah aktivitasnya bertumpu kepada masalah dengan penyelesaiannya dilandaskan atas konsep-konsep generik atau konsep dasar bidang ilmu. Menurut Isaken dan Treffinger (1985) dalam Rosbiono (2007) pembelajaran pemecahan masalah sangat potensial di dalam pembentukan berpikir kreatif dan kritis. Demikian menurut Calvin Taylor (1986) dalam Rosbiono (2007) pemecahan masalah sangat potensial di dalam membentuk berpikir produktif. Pemecahan masalah (problem Solving) memiliki banyak definisi diantaranya menurut Ratna Wilis (1988) dalam M. Arifin (2003), pemecahan masalah adalah merupakan kegiatan yang melibatkan pembentukkan aturan-aturan tingkat tinggi. Sedangkan menurut Mayer (1983) dalam Rosbiono (2007), pemecahan masalah adalah proses yang memiliki berbagai tahapan dimana pemecahan masalah harus menemukan hubungan diantara pengalaman masa lalu dengan permasalahan yang dihadapi kemudian ditindaklanjuti melalui suatu penyelesaian.

5 13 Terdapat tiga ciri pemecahan masalah yaitu: 1. Pemecahan masalah merupakan aktivitas kognitif yang disimpulkan dari perilaku. 2. Pemecahan masalah mewujudkan suatu perilaku yang mengarah pada suatu penyelesaian. 3. Pemecahan masalah merupakan suatu proses yang memberdayakan pengetahuan sebelumnya. C. Peranan Pemecahan Masalah Terhadap Pembelajaran Kimia Dalam pembelajaran kimia pemecahan masalah memilki peranan, yaitu: pemecahan masalah sebagai konteks, sebagai keterampilan, dan sebagai seni (stanic dan Kilpatrick, 1997 dalam McIntoch, 2000). Pemecahan masalah sebagai konteks dimaknai menjadi beberapa kategori, yaitu pemecahan masalah digunakan sebagai alat justifikasi (pembenaran) terhadap pembelajaran sains. Untuk meyakinkan siswa terhadap nilai dan konten sains yang berkaitan dengan pengalaman pemecahan masalah dunia nyata. Pemecahan masalah juga digunakan sebagai alat memotivasi siswa, sebagai pembangkit minat siswa dalam mempelajari konsep-konsep sains melalui contoh-contoh yang ditemukan dalam dunia nyata. Pemecahan masalah digunakan juga sebagai media rekreasi, yakni melibatkan siswa pada aktivitas-aktivitas yang menyenangkan yakni aktivitas yang dapat mengurangi kejenuhan belajar secara rutin. Pemecahan masalah juga digunakan sebagai media praktis, yakni meningkatkan keterampilan dan pemahaman apa yang telah dipelajarinya. Jadi, ketika pemecahan masalah digunakan sebagai konteks, maka

6 14 fokus yang harus menjadi perhatian adalah menemukan permasalahan yang dapat menarik minat dan menggali tugas-tugas yang membantu memperjelas konsep maupun prosedur; mengandung tujuan-tujuan ganda yang memberi kesempatan bagi siswa untuk membuat penemuan-penemuan konsep sains melalui media yang dikenalnya (memotivasi), membantu siswa agar konsep-konsep sains lebih konkrit (sifat praktis), dan mengupayakan adanya rasionalisasi tentang apa yang dipelajari (justifikasi). Pemecahan masalah sebagai suatu keterampilan (skills) dimaknai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan seperti keterampilan menyusun prosedur kerja, melakukan eksperimen, mengoperasikan peralatan, mengobservasi, mengolah data dalam bentuk verbal, grafik, tabel, menyimpulkan dan mengabstraksi temuan. Pemecahan masalah sebagi seni (art) dimaknai sebagai suatu kreatifitas dalam melakukan tindakan penemuan yang bersifat induktif. Tujuan pembelajaran pemecahan masalah sebagai seni tidak lain adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa sebagai pemecah masalah yang terampil dan antusias serta sebagai calon-calon pemikir terhadap penyelesaian masalah. D. Pendekatan Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Mothes Pendekatan pembelajaran pemecahan masalah model Mothes merupakan suatu strategi dimana proses pembelajarannya bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mengingat, memahami, dan mengaplikasikan materi yang diajarkan.

7 15 Struktur utama pembelajaran terdiri dari atas: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau kegiatan pemantapan. Struktur pembelajaran pemecahan masalah diperinci ke dalam delapan tahapan, yang diperlihatkan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Struktur Pembelajaran Pemecahan Masalah Langkah Pembelajaran Tujuan Langkah Pembelajaran 1. Motivasi (MO) Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa terhadap materi pembelajaran. 2. Penjabaran Masalah (PM) Merumuskan suatu pertanyaan ilmiah. 3. Penyusunan Opini-opini Perumusan sejumlah hipotesis atau dugaan (PO) 4. Perencanaan dan Menyusun peralatan percobaan yang fungsional Konstruksi (PK) 5. Percobaan (PE) Mempertunjukkan fenomena alam 6. Kesimpulan (KE) Menyimpulkan dari aktivitas pemecahan masalah 7. Abstraksi (AB) Mengintisarikan hasil ilmiah yang sah 8. Konsolidasi pengetahuan melalui aplikasi dan praktek (KP) Memperoleh pemahaman komprehensif dan terintegrasi Belajar pemecahan masalah pada hakekatnya adalah belajar berpikir atau belajar menalar, yaitu berpikir, menalar mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Karena itu, pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa untuk berpikir dan mendorong siswa menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah.

8 16 Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran pemecahan masalah menuntut siswa belajar aktif, bukan guru yang lebih aktif dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan belajar aktif dapat menumbuhkan sifat kreatif. Siswa kreatif yang dimaksud adalah siswa dapat mencari sendiri, menemukan sendiri, merumuskan sendiri dan menyimpulkan sendiri. Model pembelajaran pemecahan masalah yang dilakukan melalui eksperimental dikembangkan oleh Gallet, C. (1998). Pemecahan masalah yang dikembangkan dilakukan melalui aktivitas yaitu : (1) merumuskan masalah utama; (2) mendefinisikan masalah; (3) menganalisis masalah oleh kelompok; (4) menyajikan informasi teoritis dan teknis; (5) menelaah parameter yang dibutuhkan untuk menjawab masalah; (6) mengelaborasi alternative; (7) memilih prosedur yang akan ditempuh, (8) memilih eksperimen yang akan digunakan dalam memecahkan masalah, (9) uji pendahuluan eksperimen oleh kelompok (10) memvalidasi eksperimen oleh kelompok, (11) penilaian prosedur terbaik, (12) pengumpulan data dalam rangka memecahkan masalah, (13) pelaporan data tiap kelompok, (14) diskusi tentang laporan kelompok, (15) kesimpulan umum hasil eksperimen, (16) peninjauan ulang pemecahan masalah. Dalam bentuk diagram dinyatakan seperti pada gambar berikut:

9 17 Masalah utama Pengembangan dan validasi prrosedur laboratorium Peninjauan ulang pemecahan masalah Mendefinisikan masalah Keputusan kelompok Analisis masalah oleh kelompok -Identifikasi kesulitan - Identifikasi informasi yang diperlukan Informasi teoritis : - konsep dasar - persamaan reaksi - perhitungan dsb. Informasi teknis : - merangkai alat - menggunakan alat - bahan kimia berbahaya - kondisi eksperimen - teknis menganalisis dsb. Menelaah parameter yang dibutuhkan untuk menjawab masalah Mengelaborasi alternatif pemecahan masalah Memilih prosedur yg akan ditempuh Kesimpulan umum hasil eksperimen Uji pendahuluan eksperimen Uji prosedur 1 Uji prosedur 1 Uji prosedur 1 Memilih eksperimen yang akan digunakan memecahkan masalah Diskusi dalam rangka koreksi laporan kelompok Analisis kelompok untuk memvalidasi eksperimen Pemilihan prosedur terbaik Pengumpulan data dalam rangka memecahkan masalah Pelaporan data tiap kelompok Diagram-2.1 Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep Di Laboratorium (Model Gallet, C., 1998)

10 18 E. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari (Sagala, 2005). Kegiatan eksperimen dapat dilakukan di dalam suatu laboratorium maupun di luar laboratorium. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen memberikan kepada siswa untuk mengalami, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu proses maupun keadaan objek tertentu. Keuntungan penggunaan metode eksperimen dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah: 1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa, 2. Siswa dapat mengamati proses, 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri, 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah, 5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. (Arifin, 2003:122) Peran guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen adalah sebagai pembimbing, mediator dan fasilitator. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum sebaiknya dilakukan melalui: 1. Diskusi cara mendesain praktikum, 2. Telaah peralatan yang digunakan,

11 19 3. Pengajuan pertanyaan dan hipotesis serta diskusi cara mendesain praktikum yang akan diterapkan, 4. Melakukan praktikum yang diarahkan pada pengujian hipotesis, 5. Pembimbingan dilakukan pada tiap kelompok dalam hal memberikan teknik observasi, pengukuran dan analisis, 6. Analisis data dan membuat kesimpulan, 7. Mendiskusikan temuan praktikum, dimensi diskusi harus membuahkan pertanyaan atau hipotesis baru. (Nurlela, 2008:23) Dalam proses pembelajaran, metode eksperimen biasanya tidak berdiri sendiri. Pelaksanaan metode ini dapat digabung dengan metode ceramah, metode diskusi dan lain-lain. F. Materi Kenaikan Titik Didih Larutan Non elektrolit Sebelum mempelajari tentang konsep kenaikan titik didih, siswa sebaiknya telah mempelajari konsep tentang larutan nonelektrolit, komposisi larutan (dalam hal ini digunakan molalitas larutan) dan sifat koligatif larutan. Larutan Nonelektrolit Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih, dimana jumlah pelarut lebih banyak dari terlarut. Berdasarkan kemampuannya menghantarkan arus listrik larutan digolongkan ke dalam larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan

12 20 nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non elektrolit seperti larutan gula, larutan urea, larutan etanol, dsb. Molalitas Molalitas (m) didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut dalam satu kilogram pelarut. Dalam bentuk persamaan dirumuskan sebagai berikut. Rumusan molalitas dapat dinyatakan dalam bentuk lain, yaitu: Molalitas larutan tidak bergantung pada suhu karena didefinisikan sebagai perbandingan jumlah mol terlarut dengan berat pelarut. Untuk alasan ini, molalitas dipilih sebagai satuan komposisi dalam kajian yang melibatkan perubahan suhu, seperti dalam sifat koligatif larutan. Sifat Koligatif Larutan Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut, tapi tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Kenaikan Titik Didih Larutan Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uapnya sama dengan tekanan udara luar. Adanya zat terlarut involatile (sukar menguap) akan menghalangi penguapan pelarut sehingga partikel pelarut yang menjadi uap berkurang, akibatnya

13 21 tekanan uap larutan akan lebih rendah dari pelarut murninya. Hal tersebut menyebabkan larutan akan membutuhkan energi tambahan untuk mendidih agar tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap luar, sehingga larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari pelarutnya. Secara molekuler, peristiwa kenaikan titik didih dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 2.2 sebagai berikut. Uap air Partikel air Uap air Partikel air Partikel zat terlarut = Gambar 2.2 Model Mikroskopik Pelarut dan Larutan Pada gambar memperlihatkan model zat-zat partikel terlarut menyulitkan partikel-partikel pelarut untuk meninggalkan larutannya, akibatnya pada suhu yang sama tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut. Karena tekanan uap pada larutan lebih kecil, maka untuk mencapai tekanan 1 atm diperlukan energi yang lebih besar, berupa pemanasan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, titik didih larutan akan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murninya. Hal tersebut dapat digambarkan dengan diagram P-T air dan larutan sebagai berikut:

14 22 Gambar 2.3 Diagram P-T air dan larutan Pada tekanan udara luar 1 atm, air mendidih pada suhu 100⁰ C (titik B). Pada saat itu tekanan uap air juga 1 atm (titik L). Jadi, agar larutan mendidih suhu perlu diperbesar sehingga titik L berpindah ke titik E. Jadi, pada titik E larutan mendidih dan titik didihnya adalah titik E. Selisih dari titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih ( Tb). Tb = Tb larutan Tb pelarut Untuk laruatn encer, kenaikan titik didih bergantung pada kemolalan larutan dan dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: Tb = Kb x m Tb = kenaikan titik didiih larutan Tb = titik didih Kb = tetapan kenaikan titik didih molal m = molalitas

15 23 Harga Kb bergantung pada jenis pelarut. Harga Kb dari beberapa pelarut diberikan pada tabel berikut. Tabel 2.2 Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (K b ) Beberapa Pelarut Pelarut Titik Didih ( C) K b ( C m -1 ) Air (H 2 O) Benzena (C 6 H 6 ) Karbon tetraklorida (CCl 4 ) Etanol (C 2 H 6 O) Kloroform (CHCl 3 ) Karbon disulfida (CS 2 ) ,1 76,8 78,4 61,2 46,2 0,52 2,53 5,02 1,22 3,63 2,34 Sumber: GeneralChemistry dalam (Sunarya, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan setelah menganalisis standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan istilah. A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Siti Maemunah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Siti Maemunah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memahami bagaimana siswa belajar. Perilaku yang menandakan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Sifat koligatif larutan yaitu sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Syarat sifat koligatis: 1. Larutan harus encer (larutan dianggap ideal) tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses adanya perubahan yang bersifat permanen pada diri seorang siswa yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan dan perilaku yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sukmadinata (2003) menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1) Pengertian Strategi Pembelajaran Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, 2 melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

I Sifat Koligatif Larutan

I Sifat Koligatif Larutan Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan ilmiah merupakan suatu pendekatan yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Tim Penyusun (2013)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 Penentuan Titik Beku Oleh: Nama NIM : Eka Anzihory : M0211024 Hari/tgl praktek : Kamis / 10 November 2011 Kelompok : 6 LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SOAL REMEDIAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SOAL REMEDIAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SOAL REMEIAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Nama : No induk : Kelas : Mata pelajaran: A. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut kamu paling tepat! 1. Sifat koligatif adalah sifat lurutan yang tidak bergantung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar Laporan khusus Laboratorium Kimia Fisika TITIK DIDIH LARUTAN Disusun Oleh Kelompok B-4 Zulmijar 1404103010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2015 pes

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Rima Puspa Aryani : A1C311010

Rima Puspa Aryani : A1C311010 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351) PERCOBAAN VIII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Dosen: Dra. Hj. St. H. Nurdiniah, M.Si Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Praktikum: Siti Meisyarah Trisda Mila Disusun Oleh: Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education

Lebih terperinci

Sifat koligatif larutan. Pak imam

Sifat koligatif larutan. Pak imam Sifat koligatif larutan Pak imam Sifat-sifat koligatif larutan Adalah sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Materi terbatas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU

BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU 1. Kenaikan Titik Didih Titik didih suatu zat cair adalah: suhu pada suatu tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama dengan tekanan luar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa, 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa, menuntut guru atau pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Hal ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu ilmu dalam rumpun IPA (sains) yang mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu ilmu dalam rumpun IPA (sains) yang mempelajari tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu kimia adalah salah satu ilmu dalam rumpun IPA (sains) yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, sifat, dinamika, kinetika, dan energetika yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Chaerani Azizah, Dedi Irwandi, Tonih Feronika Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang berdasarkan fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik ilmu kimia

Lebih terperinci

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. 1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang termasuk ke dalam rumpun bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan ilmiah. Oleh karena itu, salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar siswa, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menjamin perkembangan dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Kenaikan titik didih larutan Syahrul Ramadhan 203 032 XII MIPA- KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada kami sehingga kami dapat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan A. PENDAHULUAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi larutan. Sifat koligatif terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara yuridis, pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang, Permendiknas, serta Peraturan Pemerintah. Fisika sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DEFINISI Sifat koligatif larutan : sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada banyakknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan sains saat ini menunjukkan bahwa sains memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Berkembangnya ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA Inti Menguasai karakteristik pe didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS-4)

LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS-4) LAMPIRAN A.8. 126 LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS-4) Permasalahan Sekelompok siswa ingin menyelidiki pengaruh jumlah zat terlarut yang ditambahkan terhadap kenaikan titik didih larutan. Mereka menyelidikinya

Lebih terperinci

L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd

L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id LARUTAN Zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3). 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara lebih

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 No. Dokumen : F/751/WKS1/P/5 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII MIPA/Ganjil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tantangan di dunia pendidikan berkaitan dengan tantangan masa depan. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi merupakan tantangan masa depan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Nurasia A1C112028

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Nurasia A1C112028 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT KELAS X MAN

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II. Kajian Pustaka 5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan. Soal dan Pembahasan Fraksi Mol. 1.Tentukan kemolalan larutan dari 0,01 mol NaOH dalam 200 gram air!

Soal dan Pembahasan. Soal dan Pembahasan Fraksi Mol. 1.Tentukan kemolalan larutan dari 0,01 mol NaOH dalam 200 gram air! Soal dan Pembahasan Fraksi Mol Soal dan Pembahasan 1.Tentukan kemolalan larutan dari 0,01 mol NaOH dalam 200 gram air! Menentukan kemolalan Dimana m = kemolalan larutan p = massa pelarut n = jumlah mol

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN A. KONSENTRASI LARUTAN B. PENGERTIAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN C. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NONELEKTROLIT D. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS/SEMESTER : XII/IPA/I PERTEMUAN : 1 dan 2 ALOKASI WAKTU : 4 x 45 Menit STANDAR KOMPETENSI : 1. Menjelaskan sifat koligatif larutan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA Peta Konsep berikut : Dari Peta konsep yang terlukiskan diatas maka akan dibuat ringkasan materi sebagai LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI A. Model Pembelajaran PAKEM 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM Model pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan

Lebih terperinci

Kimia XIIa (Peminatan)

Kimia XIIa (Peminatan) Kimia XIIa (Peminatan) 1 KIMIA XIIa (PEMINATAN) KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci