BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Desinfektan
|
|
- Yanti Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan,berupa bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO 4.2H 2 O (kalsium sulfat dihidrat). Secara kimiawi, gypsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat. Material ini berkembang atas respon untuk memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yan glebih tinggi salah satunya yaitu dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan paling banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips.(hatrick dkk, 2003) Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Penggunaannya pun telah meluas yang diperlihatkan dalam pembuatan model gigi tiruan. Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gypsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan. Potensi kontaminasi yang ada dari gipsum diperoleh dari cetakan yang terkontaminasi. Kontaminasi ini secara khusus terjadi di posthodontics karena ada beberapa peluang untuk menularkan agen infeksi dari darah dan air liur ke cast, rims oklusi, gigi palsu dan artikulator (Leung dan Schonfeild, 1983; Stern et al, 1991.Oleh karena itu semua cetakan harus ditangani dengan cara yang sama sebagaimana cetakan yang diambil dari pasien berisiko tinggi (Durrand Novak, 1987; Bergman, 1989). Cetakan gigi merupakan titik lemah dari kebersihan gigi, karena tidak semua material cetak dapat didesinfeksi tanpa merugikan dan mempengaruhi sifat cetakan (Matthias, 1993). Metode disinfeksi stone harus menjadi bagian dari pengendalian kontrol infeksi pada dental office atau dental laboratory (council of dental material, 1988; Paul et al, 1994). Di antara metode desinfeksi stone yang menggunakan bahan kimia ini, agen tersebut harus tidak memiliki efek buruk pada fisik dan sifat mekanik dari stone cast (Kwok, 1984). Oleh karena itu, hal ini membuat desinfeksi tayangan dan / atau gips penting tanpa mengubah sifat fisiknya Kestabilan sifat fisik sangat diperhatikan dalam pembuatan protesa gigi. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan membandingkan efek pada sofat fisik tipe III gigi gipsum ketika dilakukan perendaman desinfeksi sodium hipoklorit dan kalium sulfat pada hasil cetakan gypsum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Desinfektan Salah satu prosedur yang dilakukan dalam proses pencetakan ialah desinfeksi bahan cetak dengan menggunakan bahan desinfektan. Kebutuhan desinfektan ini telah berkembang luas karena meningkatnya kesadaran potensi jalur infeksi silang ketika mempergunakan bahan cetak. Desinfektan adalah bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Selain perendaman, desinfektan dapat diaplikasikan dengan mempergunakan spray. Durasi dan mode pengaplikasian desinfektan bergantung pada potensi bahan cetak dalam mengabsorbsi air dan waktu yang sudah berlalu sejak cetakan diambil.kebanyakan pabrik menganjurkan desinfektan tertentu, dan harus dilakukan sesuai dengan petunjuk pabrik. Distorsi minimal bila waktu perendaman seperti yang 1
2 disarankan diikuti dan bila cetakan diisi dengan cepat.salah satu disinfektan yang tidak mahal namun efektif adalah sodium hipoklorit, yang selama ini dikenal sebagai bahan pemutih dan kalium sulfat. a. Kalium Sulfat Kalium sulfat (K2SO4) (juga dikenal sebagai potasium sulfat) merupakan garam yang terdiri dari kristal putih yang dapat larut dalam air dan tak mudah terbakar.bahan kimia ini biasanya digunakan dalam pupuk, menyediakan potasium dan sulfur. Kalium sulfat, K2SO4, ialah garam yang awalnya dikenal pada abad ke-14, dan dipelajari oleh Glauber, Boyle dan Tachenius, disebut di abad ke-17 sebagai arcanuni atau sal duplicatum, dianggap sebagai kombinasi garam asam dengan garam alkalin. Bentuk mineral kalium sulfat, Arcanite, relatif jarang terjadi. Sumber daya alam dari kalium sulfat merupakan mineral yang melimpah di Staßfurt garam. Ini adalah cocrystalisations dari kalium sulfat dan sulfat dari magnesium kalsium dan natrium. Mineral adalah: Kainit, MgSO4 KCl H 2 O Schönite, K 2 SO 4 MgSO4 6H 2 O Leonite, K 2 SO 4 MgSO4 4H 2 O Langbeinite, K 2 SO 4 2MgSO 4 Glaserite, K 3 Na (SO 4) 2 Polyhalite, K 2 SO 4 MgSO4 2CaSO 4 2H 2 O Dari beberapa mineral seperti kainit, kalium sulfat dapat dipisahkan, karena garam yang sesuai kurang larut dalam air. Kieserite, MgSO4 2H 2 O, dapat dikombinasikan dengan larutan kalium klorida untuk menghasilkan kalium sulfat. Sifat-sifat dari kalium sulfat yaitu: Kalium sulfat : K2SO4 Putih padat Berat rumus 174,27 u Titik lebur 1342 K (1069 C) Titik didih 1962 K (1689 C) Kepadatan 2, kg/m3 Struktur kristal orthorhombik Kelarutan 11,1 g dalam 100 g air pada 20 C Proses untuk pembuatan kalium sulfat mirip dengan yang digunakan untuk pembuatan natrium sulfat. Potasium sulfat dapat disintesis oleh reaksi kalium klorida dengan asam sulfat menurut Leblanc proses. Potasium sulfat diproduksi sesuai dengan reaksi berikut: 2 KCl + H 2 SO 4 2 HCl + K 2 SO 4 Penggunaan utama kalium sulfat adalah sebagai pupuk. K 2 SO 4 tidak mengandung klorida, yang bisa berbahaya bagi beberapa tanaman. Potasium sulfat lebih disukai untuk tanaman ini, yang meliputi tembakau dan beberapa buah-buahan dan sayuran. Tanaman yang kurang sensitif masih mungkin memerlukan kalium sulfat untuk pertumbuhan optimal jika tanah terakumulasi klorida dari air irigasi. Garam mentah juga digunakan sesekali dalam pembuatan kaca. Kalium sulfat juga digunakan sebagai peredam flash artileri propelan biaya. Ini mengurangi lampu kilat moncong, flareback dan overpressure ledakan. b. Sodium Hipoklorit Sodium hipoklorit sebagai desinfektan dapat mengurangi mikroorganisme yang melekat pada gigi tiruan, sedangkan bahan desinfektan sebagai bahan pembersih seperti klorhexidin 2
3 glukonat atau salisilat dapat mengurangi plak pada gigi. Selain kedua bahan di atas, ada juga bahan tradisional seperti daun sirih, daun saga, daun semanggi yang dapat dipakai sebagai baham desinfektan. Sodium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating. Sodium hipoklorit dalam larutan membentuk hypochlorus acid (HOCl) dan oxychloride (OCl). Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin (Cl2), larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi (high level disinfectants) karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Bahan tersebut bekerja cepat atau fast acting, sangat efektif melawan Hepatitis B virus (HBV) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pemakaian Sodium hipoklorit sebagai desinfektan dengan konsentrasi 0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari Kegunaan 1. Pemutih Sodium hipoklorit sering digunakan sebagai pemutih atau untuk menghilangkan noda. Larutan yang digunakan mengandung 3 8 % larutan sodium hipoklorit. 2. Disinfectan Larutan sodium hipoklorit dengan perbandingan 1 : 4 dalam air efektif untuk melawan bakteri dan virus sehingga larutan sodium hipoklorit sering digunakan sebagai disinfektan di rumah sakit. Larutan sodium hipoklorit dapat menyebabkan proses korosif / karat sehingga hsetelah digunakan harus segera dibersihkan dengan menggunakan larutan ethanol. 3. Pengolahan air Larutan sodium hipoklorit digunakan juga sebagai disinfektan untuk air minum walaupun banyak kontroversi karena larutan ini menghasilkan sedikit senyawa berbahaya seperti chloroform 4. Endodontics Larutan hipoklorit sekarang digunakan oleh para dokter gigi endodontics ( spesialis yang berhubungan dengan bagian pulpa gigi serta jaringan disekitar akar gigi ). Sodium hipoklorit yang digunakan memiliki konsentrasi 0.5% %. pada konsentrasi yang rendah larutan ini akan melarutkan jaringan yang telah mati, tetapi jika digunakan pada konsentrasi yang tinggi maka bukan hanya jaringan yang mati tetapi jaringan penting disekitar gigi yang masih hidup. Reaksi Kimia pada sodium Hipoklorit NaClO + 2 HCl Cl 2 + H 2 O + NaCl ( jika bercampur dengan asam akan mengeluarkan gas chlorine yang berbahaya) NaClO + Zn ZnO + NaCl ( bereaksi dengan metal menyebabkan korosif atau pengkaratan, jika terkena kulit akan menyebabkan rasa terbakar pada larutan diatas 40%) 1. Gypsum Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi ireversibel atau reversibel. Ireversibel berarti bahan tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan reversibel berarti bahan tersebut dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena tidak terjadi perubahan kimia. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau perubahan polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut, sedangkan bahan cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah bentuknya terlebih dahulu untuk kemudian dikeluarkan melalui 3
4 undercut. Bahan cetak yang termasuk non-elastis salah satunya ialah gybsum. Dental stone adalah produk gipsum yang digunakan sebagai bahan pengisi hasil cetakan agar mendapat bentuk model yang diinginkan. Dental stone didapat dengan memanaskan dehidrat menggunakan autoclave sehingga menghasilkan hemihidrat berbentuk partikel kecil dan seragam yang tentunya membawa sifat kurang porosit terhadap dental stone. Dihidrat yang dipanaskan ini dikenal juga sebagai alpha hemihidrat. Dental stone erupakan tipe 2 dalam standar ISO untuk bahan gipsum kedokteran gigi yang mempunyai bentuk kristal yang lebih padat berbanding bahan gipsum yang lain. Hasil yang didapat adalah lebih kuat dan lebih keras kerana bubuk alpha hemihidrat nya hanya membutuhkan sedikit air untuk proses pengerasan. Alpha hemihidrat juga kurang porous dan lebih halus berbanding produk plaster sehingga menjadikannya sesuai untuk bahan pengisi dalam pembuatan model. Pada dental stone terdapat bahan pewarna namun bahan pewarna ini tidak mengganggu sifat dan karakteristik dental stone. Kegunaan dental stone Sebagai bahan pembuatan model dan die. Sebagai binder bagi bahan investment yang sesuai untuk penuangan alloy pada suhu dibawah 1200 derajat celcius. Sebagai bahan pembuatan model orthodonti Flasking, prosedur untuk gigi palsu akrilik ( gigi akhir ) - hal ini membutuhkan sedikit air - lebih kuat dari plaster Sifat-sifat gypsum : 1.Kekuatan kompresi (paling umum digunakan untuk mengukur kekuatan gips) yang baik. Besarnya kekuatan kompresi dari beberapa produk gipsum berkisar (12 Mpa-38Mpa) 2.Kekuatan tarik, tergantung pada penggunaan. Bila digunakan untuk membuat piranti restorsi maka dibutuhkan kekuatan tarik yang lebih besar dibanding bila digunakan untuk membuat model studi. 3. Kekerasan dan ketahanan abrasi.kekerasan dan ketahanan abrasi permukaan gipsum harus baik. 4. Produksi detail permukaan. Dapat memberikan detail permukaan yang tajam. Dental stone memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam 20,7 Mpa atau sekitar 3000 psi, tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa atau sekitar 5000psi Gambar : Dental stone untuk orthodonti Gambar : Dental stone untuk model a. Abrasi dan Ketahanan Terhadap Abrasi 4
5 . Kekerasan sering kali digunakan sebagai suatu petunjuk dari kemampuan suatu bahan menahan abrasi atau pengikisan. Namun, abrasi merupakan mekanisme kompleks pada lingkungan mulut yang mencakup interaksi antara sejumlah faktor. Untuk alasan ini, peran kekerasan sebagai suatu prediktor ketahanan abrasi adalah terbatas. Seringkali abrasi digunakan untuk membandingkan bahan-bahan dengan klasifikasi tertentu, seperti satu merek logam tuang dengan merek lain jenis logam tuang campuran yang sama. Tapi, kekerasan kurang sahih bila digunakan untuk mengevaluasi kelas bahan yang berbeda, seperti bahan logam dengan resin sintetik. b. Kekentalan Sampai disini, diskusi mengenai sifat fisik bahan kedokteran gigi terutama dititikberatkan pada sifat bahan padat tersebut yang terpajan berbagai jenis tekanan pada temperatur ruangan atau temperatur mulut. Namun, kebanyakan, bila tidak semua, logam-logam adalah berwujud cair pada tahap-tahap tertentu dalam aplikasinya dibidang kedokteran gigi. lebih jauh lagi, keberhasilan atau kegagalan dari suatu bahan tertentu bergantung pada sifatnya dalam wujud cair sama seperti sifatnya dalam wujud padat. Misalnya seperti semen dan bahan cetak yang mengalami perubahan wujud dari cair ke padat di dalam mulut. Produk gipsum yang digunakan dalam pembentukan model dan die, serta logam tuang adalah bahanbahan berbentuk cairan yang menjadi struktur yang padat di luar mulut. Meskipun suatu cairan tidak dapat menahan tekanan geser (gaya geser per unit daerah geser), kebanyakan cairan bila dibuat bergerak, menahan gaya beban yang membuatnya bergerak. Ketahanan untk bergerak disebut viscositas atau kekentalan dan dikendalikan gaya friksi internal dalam cairan. Kekentalan adalah ukuran konsistensi suatu cairan beserta ketidakmampuannya untuk mengalir. Cairan dengan kekentalan tinggi mengalir lambat karena viscositasnya yang tinggi. c. Struktur dan Relaksasi Tekanan Setelah suatu senyawa diubah bentuk secara permanen (deformasi plastik), akan ada tekanan internal yang terjebak. Sebagai contoh, dalam suatu senyawa kristal atom-atom dalam pola ruang geometrik berubah tempat dan sistem tersebut tidak dalam keseimbangan. d. Warna dan Persepsi Warna Bagian selanjutnya membahas sifat-sifat yang diperlukan agar suatu bahan dapat merestorasi fungsi dari jaringan asli yang rusak atau hilang. Tujuan lain dari perawatan gigi yang juga penting adalah merestorasi warna dan penampilan gigi asli. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Bahan Pengisi Gips Stone Dental stone adalah produk gipsum yang digunakan sebagai bahan pengisi hasil etakan agar mendapat bentuk model yang diinginkan. Dental stone didapat dengan memanaskan dehidrat menggunakan autoclave sehingga menghasilkan hemihydrates berbentuk partikel kecil dan seragam yang tentunya membawa sifat kurang porositi terhadap dental stone. Dihidrat yang dipanaskan ini dikenal juga sebagai alpha hemihydrate. Merupakan tipe 2 dalam standar ISO untuk bahan gypsum kedokteran gigi yang mempunyai bentuk kristal yang 5
6 lebih padat berbanding bahan gypsum yang lain. Hasil yang didapat adalah lebih kuat dan lebih keras kerana bubuk alpha hemihidrate nya hanya membutuhkan sedikit air untuk proses pengerasan. Alpha hemihidrates juga kurang porous dan lebih halus berbanding produk plaster of paris sehingga menjadikannya sesuai untuk bahan pengisi dalam pembuatan model. Pada dental stone terdapat bahan pewarna namun bahan pewarna ini tidak mengganggu sifat dan karakteristik dental stone. 3.2 Desinfektan Cetakan Desinfektan didefinisikan sebagai anti-mikroba yang merusak mikroorganisma patogen pada permukaan organisme yang tidak hidup. Prosesnya itu disebut dengan desinfeksi yang bermaksud satu proses membersihkan sebagian atau seluruh partikel mikroorganisma patogen yang bisa menimbulkan infeksi. Pedoman pengkontrolan infeksi yang telah dipublikasikan umumnya mencakup penggunaan larutan sterilisasi dan disinfektan kimia apabila alatan atau item yang sudah terkontaminasi selama perawatan dilakukan tidak dapat disteril atau dibuang. Namun jika bahan itu bisa disteril maka penggunaan desinfektan tidak digalakkan. Rutinnya berbagai permukaan kerja terkontaminasi dengan saliva, darah dan eksudat, maka permukaan ini perlu dibersihkan serta dedesinfeksi. Tenaga medis seharusnya dapat membedakan desinfektan yang berupa antibiotik yang menghancurkan mikroorganisma pada badan dengan antiseptik yang menghancurkan mikroorganisma pada jaringan hidup. Teknik Disinfeksi Cetakan Pemakaian disinfektan pada bahan cetak dapat dengan cara perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer. Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis disinfektan yang digunakan. 18 Berdasarkan aplikasi praktisnya, disinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. Sementara itu, disinfeksi dengan teknik penyemprotan dengan menggunakan sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak tempat pencetakan dengan laboratorium dental cukup jauh 3.3 Perendaman Gips Tipe 3 (Dental Stone) dengan Larutan Sodium Hipoklorat. Perendaman Gips Sodium hipoklorat termasuk golongan halogenated yang oxygenating. Sodium hipoklorat dalam larutan membentuk hypochlorus acid (HOCl) dan oxychloride (OCl). Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin (Cl2), larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi (high level disinfectants) karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Pada perendaman gypsum tipe 3 dengan larutan Sodium hipoklorit 0,5 % hasil penelitian bahwa desinfeksi gipsum gigi dengan hipoklorit Sodium 0,5% (NaOCl) tidak menghasilkan ketidakstabilan dimensi linear. NaOCl banyak digunakan sebagai disinfektan pada 0,525% sedangkan pada studi ini konsentrasinya 0,5% digunakan. Namun dalam penelitian lain telah terbukti efektif secara mikrobiologis tapi studi ini berfokus pada linear dimensi stabilitas. Perendaman model Tipe III gigi gipsum selama 10 menit dalam larutan NaOCl 0,5% menunjukkan tidak ada perbedaan statistik yang 6
7 signifikan antara kasus dari die master dan kelompok kontrol, ini mirip dengan studi Bass RA et al (1992) yang tenggelam di cor gipsum kalsium sulfat jenuh (bubur jelas) dengan NaOCl 0,525%. Soares CR dan Ueti M (2001) menenggelamkan cor mereka dalam NaOCl 1% selama 30 menit hasilnya mendukung penelitian ini. Namun, mereka menyarankan bahwa selain ada penurunan kekuatan tekan penyusun. Namun studi ini difokuskan pada stabilitas dimensi linear. Penggunaan solusi NaOCl 0,5% sebagai air pengganti Tipe III gigi gipsum menunjukkan hasil yang sangat diterima. Hasil penelitian kami sama dengan penelitian yang dilaporkan oleh Abdullah MA (2006) dengan perendaman yang berulang pada penyusun gypsum dengan larutan NaOCl 0,525%. Penulis juga menemukan penurunan kuat tekan. Abdelaziz et al (2004), 13 (2002) 34,35 Soares CR dan Ueti M (2001) mereka tidak menemukan dimensi yang signifikan dalam perubahan gips stone, tetapi mengurangi ketahanan kompresi dari gips stone. Breault et al (1998) meneliti pengaturan waktu, kuat tekan, kekakuan, kekuatan tarik diametral, pengaturan ekspansi, kekerasan dan reproduksi detail setelah menggunakan NaOCl 0,525% sebagai pengganti air dan menemukan kenaikan statistik yang signifikan pada kekuatan tekan dan kekakuan dan penurunan dalam setting time. Sementara properti lainnya tetap tidak berubah. 3.4 Perendaman Gips Tipe 3 (Dental Stone) dengan Larutan Kalium Hipoklorat. Untuk kebanyakan aplikasi dental, hal ini akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan produk gipsum yang memiliki perubahan sifat mekanik. Kekuatan,kekerasan permukaan, dan ketahanan yang baik terhadap abrasi merupakan pertimbangan penting. Kompensasi untuk peningkatan hasil dalam setting perluasan dans etting time dicapai dengan penambahan kalium sulfat. Kalium sulfat merupakan disenfektan sekaligus asselator bagi gipsum. Larutan 2% kalium sulfat mempersingkat setting time dari 10 menit menjadi 4 menit daripada menggunakan air biasa (Craig, 1993). Sulfat yang larut, sementara bubuk gypsum (kalsium sulfat dihidrat) mempercepat proses reaksi. Jadi bila ditambahkan kalium sulfat, kelarutan hemihidrat naik, setting time pendek gunakan larutan garam potassium sulfat (K2SO4) 2% yangditambahkan dalam air, terra alba, Na2B4O7 Setting Time Waktu setting dari pemendaman dengan konsentrasi yang berbeda dari larutan K 2 SO 4 dirangkum pada tabel 1. Waktu setting dicampur dengan 0 % larutan K 2 SO 4 lebih dari 2 jam. reaksi produk antara gypsum dan potassium sulfat, sudah dianggap untuk mempercepat pengaturan reaksi.. Penetapan waktu dari investasi eksperimental dicampur dengan 1% K 2 SO 4 meningkat drastis. Namun, pengaturan waktu tidak terlalu dikurangi dengan tingginya konsentrasi K 2 SO 4. Selain itu, ketidakstabilan investasi eksperimental 7
8 menurun dengan meningkatnya konsentrasi K 2 SO 4. Ekspansi termal tidak berubah akibat adanya K 2 SO 4 Pengaruh disinfeksi dengan menggunanakan larutan kalsium sulfat setelah perendaman menit. Hasilnya adalah perubahan dimensi yang terjadi hanya sebesar 0,1% yang tidak signifikan untuk aplikasi klinis sedangkan kualitas permukaan tidak mengalami perubahan. 3.5 Perbandingan Perendaman Gips Tipe 3 (Dental Stone) dengan Larutan Kalium Hipoklorat dan Kalium Sulfat. Efek perendaman hasil cetakan dalam desinfektan pada stabilitas dimensi masih terus diteliti. Bahan cetak yang telah dimanipulasi dapat mengalami perubahan dimensi oleh proses sineresis, penguapan, dan imbibisi. Bila kandungan air dalam cetakan dikurangi, cetakan akan mengerut, dan jika menyerap air maka akan mengembang. Perubahan dimensi perlu dipertimbangkan dalam kedokteran gigi karena perubahan dimensi apapun yang terjadi menyebabkan hasil cetakan tidak akurat. Motegi (1988) menyatakan bahwa dengan direndamnya hasil cetakan dalam larutan desinfektan hanya akan terjadi perubahan dimensi sekitar 0 0,2%. Hal ini masih dalam batas toleransi klinik Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifnya perendaman di dalam larutan desinfektan dalam membunuh kuman. Faktor-faktor ini mencakupi : 1. Konsentrasi dan sifat dari mikroorganisma yang terkontaminasi 2. Konsentrasi larutan kimia 3. Lamanya waktu perendaman 4. Jumlah bioburden atau eksudat yang terkontaminasi Metode dan lamanya perendaman larutan desinfektan pada bahan cetak bergantung kepada kadar penyerapan air bahan cetak tersebut dan waktu setelah cetakan dibuat. Cara terbaik untuk mengkontrol infeksi adalah dengan perendaman dalam larutan desinfektan selama masa tertentu mengikut jenis larutan desinfektan yang digunakan. Setelah direndam, hasil cetakan tersebut di cuci dengan air yang mengalir dan segera diisi dengan gips. Sodium hipoklorit (NaOCl) menghasilkan efek yang paling tidak diinginkan sehubungan dengan permukaan erosi, kekerasan permukaan, kekuatan tekanan, dan reaktivitas kimia bila dibandingkan dengan desinfektan kalium sulfat (K 2 SO 4 ). Kekuatan Permukaan Baik kalium sulfat (K 2 SO 4 ) maupun sodium hipoklorit (NaOCl) tidak terlihat perubahan kekuatan permukaan pada gipsum secara signifikan. Dimensi Linear Desinfektan kalium sulfat (K 2 SO 4 ) dan sodium hipoklorit (NaOCl) tidak menimbulkan perubahan dimensi yang signifikan pada gipsum. Setting Time Penurun waktu setting yang terjadi pada pencampuran kalium sulfat (K 2 SO 4 ) terhadap gipsum cukup signifikan. Hal ini juga terjadi pada pencampuran gipsum dengan sodium hipoklorit (NaOCl), yaitu penurunan dalam setting time. Kekuatan Tekanan (Compressive Strength) Begitupun pada pencampuran dengan sodium hipoklorit (NaOCl), terjadi penurunan kekuatan tekanan. Sedangkan Kekuatan tekanan pada gipsum yang dicampur dengan kalium sulfat (K 2 SO 4 ) tidak terlalu nampak karena terfokus pada sifatnya sebagai asselator untuk memperpendek waktu setting time. Ekspansi Termal 8
9 Perubahan dimensi dari suhu ruangan sampai 7000C diukur sebagai ekspansi termal. Ekspansi termal tidak berubah akibat adanya kalium sulfat (K 2 SO 4 ), dikarenakan jumlah ekspansi termal yang kecil. Sedangkan pada pencampuran dengan sodium hipoklorit (NaOCl) tidak terjadi perubahan. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian secara keseluruhan bahwa gipsum stone yang direndam dengan desinfektan Sodium hipoklorat tidak mengalami perubahan dimensi yang signifikan, hanya ada perubahan pada kekuatan tekan dan kekakuan dan penurunan dalam setting time. Sedangkan pada Kalium sulfat yang juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada perubahan sifat fisik nya, lebih terfokus pada sifatnya sebagai asselator dalam meperpendek setting time. Kemudian, kekuatan tekan pada gipsum yang direndam dengan desinfektan sama-sama mengalami penurunan tetapi lebih nampak penurunannya pada sodium hipoklorat dibandingkan kalium sulfat. Sodium klorat dan Kalium sulfat sama-sama mengurangi waktu setting time. Serta untuk kualitas permukaan sama-sama tidak mengalami perubahan. Sehingga, pengaruh larutan Sodium hipoklorat dan Kalium sulfat sebagai desinfektan sama-sama tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat-sifat gipsum secara keseluruhan. 4.2 Saran Untuk mengembangkan penelitian tentang penggunaan desinfektan Sodium hipoklorat maupun Kalium fosfat diharapkan semua pihak yang terkait dapat mendukung penelitian yang ada, agar dapat dipergunakan secara luas penggunaannya di kedokteran gigi. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pencetakan merupakan proses untuk mendapatkan suatu cetakan yang tepat dari gigi dan jaringan mulut, sedangkan hasil cetakan merupakan negative reproduction dari jaringan mulut tersebut.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gipsum merupakan mineral yang didapatkan dari proses penambangan di berbagai belahan dunia. Gipsum merupakan produk dari beberapa proses kimia dan sering digunakan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut. Pembuatan model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga mulut dan dibiarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama berabad-abad. Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di pedalaman perairan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak yang terdapat dalam kedokteran gigi terdiri dari dua jenis yaitu bahan cetak elastis dan non elastis. Bahan yang bersifat non-elastis adalah impression compound, impression
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan sejak 1756 20 Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia Selain itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia Di alam, gipsum merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak elastomer sering menjadi pilihan dokter gigi ketika melakukan proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi stabilitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah satu restorasi pengganti gigi yang hilang tersebut berupa gigi tiruan cekat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. 1 Salah satu bahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Model Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat merupakan protesa permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa untuk menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi (Shilingburg dkk., 1997).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak digunakan untuk membuat replika dari suatu rongga mulut. Semua bahan cetak harus bersifat plastis atau mempunyai daya alir sehingga pencetakan dapat dilakukan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal 700 sebelum masehi, desain gigitiruan telah dibuat dengan menggunakan gading dan tulang. Hal ini membuktikan bahwa gigitiruan telah ada sejak ribuan tahun
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Untuk Pembuatan Gigitiruan Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia seseorang akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi perubahan-perubahan
Lebih terperinciManipulasi Bahan Cetak Alginat
Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas merupakan pilihan bahan basis gigi tiruan pada saat ini dan diperkenalkan di bidang kedokteran gigi sejak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan fungsi jaringan rongga mulut yaitu dengan mempertahankan efisiensi pengunyahan, meningkatkan fungsi bicara dan estetis dari
Lebih terperinciDeskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA
1 Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA 5Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan komposisi ekstrak daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian gigi asli yang hilang dan dapat dilepas dan dipasang sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis
Lebih terperinciANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN
MAKALAH ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN Ditujukan untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah : Mikrobiologi Dosen : Evi Roviati M. Si. S. Si. Di susun oleh : Khumaedullah Ajijul Edo Kuswanto Sri apriyanti TARBIYAH
Lebih terperinciKIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,
Lebih terperincitekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau
STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan untuk mendapatkan cetakan negatif
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Gipsum Tipe II Berdasarkan W : P Ratio Grup : B - 3A Tgl. Praktikum : 5 April 2012 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ratih Ayu Maheswari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T Indonesia pada Riset
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5
DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokter, perawat dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan. Perkembangan bakteri
Lebih terperinciANION TIOSULFAT (S 2 O 3
ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciUbah Plastik Jadi Bahan Bakar
Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan hal yang normal dari proses menua, dan dapat dianggap sebagai suatu penyakit biasa. Meningkatnya usia dengan penyakit gigi dan mulut serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun seluruh gigi asli yang hilang dan jaringan di sekitarnya. Tujuan dari pembuatan gigi tiruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya, kemudian akan diisi dengan bahan pengisi untuk mendapatkan
Lebih terperinciAnalisa Klorida Analisa Kesadahan
Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat
BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mencetak dan mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah
di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut, yaitu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Gigitiruan Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut, yaitu mencakup beberapa gigi, jaringan lunak dan lengkung edentulus. 1,17 Proses perawatan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan satu gigi atau lebih dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsional gigi yang masih ada. Hilangnya keseimbangan fungsional gigi dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alginat merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan pada praktek kedokteran gigi karena alginat memiliki banyak manfaat, antara lain : mudah dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan karena banyak orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain membawa dampak positif, rumah sakit juga membawa dampak negatif yaitu menghasilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI 1.Bahan Cetak a. Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi silang adalah suatu infeksi yang ditularkan antar individu yang terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat terjadi dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dunia. Di alam gipsum merupakan massa yang padat dan biasanya berwarna abu-abu,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Di alam gipsum merupakan massa yang padat dan biasanya berwarna abu-abu, putih susu kekuningan
Lebih terperinciLAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion
LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciReaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3
Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan. 1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan merestorasi gigi tidak hanya untuk menghilangkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya (Ford, 1993).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang berada di atas linggir sisa yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi pada seseorang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis.
Lebih terperinciPENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM
UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah
Lebih terperinciAjeng Rahmasari NIM 12/330087/TK/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk 254,9 juta orang dan akan terus meningkat setiap saatnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan
Lebih terperinciBAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67
BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya
Lebih terperinciSenyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia
Senyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia Senyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia Dalam hidup ini, kita selalu dikelilingi oleh senyawa kimia. Baik makromolekul maupun mikromolekul.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam kedokteran gigi, bahan cetak digunakan terutama untuk meniru bentuk gigi, selain itu juga untuk membuat restorasi dan preparasi untuk perawatan restoratif, dan juga bentuk
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciSTABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON
STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin akrilik digunakan di bidang kedokteran gigi mulai tahun 1946. Sebanyak 98% dari semua basis gigi tiruan dibuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat. Polimer
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI)
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) : B5b Tgl. Praktikum : 11 Maret 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kehilangan gigi semakin banyak terjadi pada seseorang seiring bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis,
Lebih terperinciPERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI
PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang memiliki stabilitas ekonomi yang cenderung naik turun. Oleh karena itu, kini Pemerintah Indonesia sedang giat dalam meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian tumpatan sementara sangat diperlukan dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan tumpatan sementara adalah menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota gigi tiruan cekat merupakan suatu restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi
Lebih terperinciANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK
ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan
Lebih terperinciUNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi
UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam
Lebih terperinciBAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416 / MENKES / PER / 1990, tentang syarat-syarat kualitas air disebutkan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
Lebih terperinci