BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain membawa dampak positif, rumah sakit juga membawa dampak negatif yaitu menghasilkan limbah medis. Di negara-negara berkembang, limbah medis belum mendapat perhatian secara khusus dan masih dibuang bersama dengan limbah domestik (Da Silva, 2004). Menurut profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997 menyebutkan analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8% dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2%. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) rumah sakit sebesar ton per hari. Sedangkan limbah gips adalah 1% dari limbah medis infeksius, sehingga limbah gips berjumlah 873 ton per hari. Namun sejauh ini pengelolaan limbah medis rumah sakit di Indonesia masih dibawah standar profesional, belum sepenuhnya benar dan aman sehingga berpotensi mencemari lingkungan sekitar rumah sakit. Bahkan banyak rumah sakit yang membuang dan mengolah limbah medis secara sembarangan (Suryandari dan Siswantini, 2010). Selama ini proses pemusnahan limbah padat yang ada dirumah sakit, seperti gipsum bekas pembalut patah tulang hanya ditampung dan dibuang bersama limbah domestik atau dibakar dalam insinerator 1

2 ( 2012). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengolah gipsum bekas pembalut patah tulang menjadi gipsum siap pakai, baik untuk kesehatan maupun untuk bangunan. Potensi investasi komoditi gipsum di Indonesia tahun 2014 hanya ada di beberapa propinsi, yaitu: Sumatra Utara, Kalimantan Timur, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat ( 2012). Oleh karena itu, perlu adanya upaya guna memenuhi gipsum dalam negeri secara mandiri. Gipsum siap pakai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gipsum hemihidrat (plaster of gypsum). Gipsum hemihidrat dihasilkan dari gipsum alam (gipsum dihidrat) yang dipanasi pada suhu di atas 100 C, maka sebagian air molekulnya terlepas dan membentuk CaSO 4.0,5H 2 O yang biasa disebut gipsum hemihidrat yang mempunyai sifat tidak stabil. Pada pelepasan 1,5H 2 O nya menggunakan energi panas tinggi yang tersimpan di dalam gipsum hemihidrat tersebut. Gipsum hemihidrat yang bereaksi dengan air maka air molekul di dalam gipsum kembali ke jumlah semula seperti gipsum alam. Akibat reaksi ini, panas yang tersimpan dalam gipsum hemihidrat akan dikeluarkan dan molekul-molekul gipsum yang terpisah (karena pemanasan) bersatu kembali ke bentuk stabil CaSO 4.2H 2 O (Riyadi dan Amalia, 2005). Gipsum bekas yang dimaksud adalah gipsum bekas pembalut patah tulang yang merupakan limbah padat dari rumah sakit yang sifatnya sudah tidak aktif (jenuh) serta terkotori oleh bahan lain. Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras, 2

3 gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas (Suratun dkk, 2008). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Suhanda dan Naniek (2007) adalah pemurnian dan pengaktifan gipsum bekas dari industri keramik secara kimia fisika melalui pencucian dan pelarutan bahan pengotor dengan air dan asam sulfat pada PH 4-5, sedangkan pengaktifan dilakukan dengan pemanasan pada suhu C sampai C. Hasil pemurnian dianalisis dengan difraktometer sinar X, analisa kimia basah dan uji fisika kemudian dibandingkan dengan gipsum standar (pasar). Gipsum hasil pemurnian dan pengaktifan memberikan sifat yang layak untuk dipakai kembali. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan mengaktifkan kembali gipsum bekas pembalut patah tulang dari rumah sakit menjadi gipsum siap pakai yaitu gipsum hemihidrat (plaster of gypsum). Kinetika reaksi pada kondisi nonisotermal dan pengaruh laju pemanasan, ukuran partikel akan dipelajari. Selain itu dipelajari pula perpindahan massa cair-gas dari proses penguapan air pada reaksi dehidrasi gipsum bekas pembalut patah tulang. Karakteristik produk gipsum hemihidrat dianalisis dengan XRD (X-ray Diffractometer), Pengukuran stabilitas termal dilakukan dengan TG-DTA (Thermal Gravimetry-Differential Thermal Analysis ). 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kinetika reaksi pembentukan gipsum hemihidrat sudah dilakukan, diantaranya oleh I.Y.Elbeyli dan S.Piskin (2004) melakukan 3

4 penelitian kinetika dehidrasi gipsum dan borogipsum dibawah kondisi nonisothermal dengan menggunakan alat TG-DTA, perhitungan kinetikanya menggunakan persamaan Coats-Redfern, Kissinger dan Doyle. Penelitian yang dilakukan oleh Suhanda dan Naniek (2007) mencoba mengaktifkan gipsum bekas dari industri keramik menjadi gipsum hemihidrat. Tetapi penelitian tersebut, kinetika reaksi belum dipelajari. Kolaitis dan Founti (2013) melakukan penelitian pengembangan model reaksi padatan pada reaksi dehidrasi gipsum plasterboard (GP) dengan simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD). Penelitian tentang kinetika reaksi dehidrasi gipsum bekas pembalut patah tulang belum pernah dilakukan, dan masih terbuka lebar untuk diteliti. Disamping itu, penelitian ini juga mengembangkan pemodelan matematis reaksi dehidrasi gipsum yang lebih sederhana dan pemodelan matematis tentang mekanisme air bebas yang melibatkan peristiwa perpindahan massa air dari permukaan kristal gipsum ke udara. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini dipandang penting dilakukan sebagai upaya untuk menuju kemandirian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan industri yang menggunakan gipsum. Selain itu, penelitian ini dapat meningkatkan nilai guna limbah padat dan mengatasi problem lingkungan yaitu pemanfaatan limbah. Dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberikan informasi tentang proses pemurnian gipsum bekas pembalut patah tulang menjadi gipsum 4

5 hemihidrat serta dapat dipakai sebagai data pada perancangan proses pembuatan gipsum hemihidrat (plaster of gypsum) dari gipsum bekas pembalut patah tulang dalam skala industri. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menghasilkan produk gipsum hemihidrat sesuai dengan syarat mutu gips untuk plesteran (minimal 66% berat CaSO 4.0,5H 2 O). b. Mempelajari pengaruh laju pemanasan dan ukuran partikel terhadap laju reaksi dan laju perpindahan massa volumetris. c. Merumuskan model matematika proses dehidrasi gipsum dan sebagai prediksi untuk mendapatkan produk gipsum hemihidrat yang diinginkan. d. Menentukan nilai parameter proses kecepatan reaksi dan kecepatan perpindahan massa volumetris pada proses dehidrasi gipsum bekas pembalut patah tulang. 5