I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi silang adalah suatu infeksi yang ditularkan antar individu yang terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat terjadi dalam praktik sehari-hari dokter gigi apabila instrumen berkontak langsung antara pasien tanpa didahului prosedur disinfeksi atau sterilisasi yang adekuat. Sterilisasi merupakan suatu prosedur standar yang wajib dilakukan pada instrumen, sebelum ataupun sesudah tindakan medis yang bertujuan untuk membebaskan instrumen tersebut dari segala jenis mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun spora. Metode sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : steam autoclave, kimiawi, dry heat oven, rebusan air, sterilisasi garam panas atau glass bead sterilizer (Parija, 2012). Disinfeksi adalah penggunaan bahan kimia yang ditujukan untuk membasmi semua mikroorganime patogen yang dapat menyebabkan risiko terjadinya infeksi. Proses disinfeksi ini dapat membasmi semua mikroorganisme vegetatif tetapi tidak dapat membasmi bakteri yang membentuk spora. Bahan kimia sebagai disinfektan hanya digunakan pada objek tidak hidup karena dapat bersifat toksis terhadap jaringan. Disinfeksi dilakukan dengan mengaplikasikan larutan alkohol, klorin, phenol dan iodine pada instrumen (Morrison dan Conrod, 2009 ; Parija, 2012). Salah satu upaya yang juga dapat dilakukan untuk menghindari risiko infeksi silang pada perawatan saluran akar adalah dengan menggunakan file 1

2 endodontik sebagai instrumen satu kali pakai (single-use instrument) (Sureshchandra dkk., 2012). Kenyataan pada penelitian survey yang dilakukan oleh Lee dkk. (2012), bahwa dari 348 dokter gigi terdapat 54.3% yang menggunakan file endodontik lebih dari 10 kali pemakaian. Oleh karena itu sangat diperlukan sterilisasi atau disinfeksi yang adekuat pada file endodontik sebagai salah satu critical item dalam perawatan saluran akar (Eldik dkk., 2004). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roth dkk. (2006), file dalam kemasan yang dikeluarkan oleh pabrik juga terbukti mengandung bakteri kontaminan. Penelitian ini dilakukan dengan cara merendam file baru dalam kaldu BHI serta dilakukan pengamatan. Hasil pengamatan tersebut didapatkan beberapa bakteri kontaminan pada permukaan file, antara lain : Paenibacillus amylolyticus, Paenibacillus polymyxa, Bacillus megaterium, isolat Bacillus, dan Staphylococcus epidermidis. Bacillus dan Paeni Bacillus merupakan bakteri gram positif pembentuk spora. Berbagai penelitan menyatakan bahwa perlu dilakukan pembersihan awal file endodontik sebelum dilakukan sterilisasi ataupun disinfeksi, antara lain : menyeka file dengan larutan alkohol menggunakan kassa, perendaman alkohol lewat media sponge atau dengan ultrasonic bath. Tetapi prosedur tersebut terbukti tidak efektif dalam mengeliminasi mikroorganisme yang menempel pada file setelah penggunaan. Beberapa larutan kimia yang terbukti efektif dalam mengeliminasi mikroorganime yang ada pada permukaan file adalah glutaraldehid dan natrium hipoklorit (Johnson dkk., 1997 ; Ozalp dkk., 2006). 2

3 Glutaraldehid merupakan golongan aldehid spektrum luas yang dapat digunakan sebagai bahan disinfektan dan sterilisasi. Glutaraldehid sebagai bahan disinfektan kuat yang bersifat bakterisida, virusida, dan fungisida. Salah satu kelebihan glutaraldehid dibandingkan dengan bahan disfektan lain adalah tidak memiliki sifat korosif, bahkan dapat mencegah terkikisnya unsur logam sehingga sangat aman digunakan sebagai bahan disinfektan untuk file NiTi (Raju dkk., 2013). Menurut McDonnel dan Russel (1999), penggunaan glutaraldehid pada konsentrasi rendah dapat menghambat terjadinya germinasi sedangkan pada penggunaan dengan konsentrasi tinggi glutaraldehid dapat bersifat sporisidal. Glutaraldehid yang umum digunakan sebagai bahan disinfektan adalah glutaraldehid konsentrasi 2 % dengan lama waktu kontak antara 2-10 menit (Raju dkk., 2013). Parija (2012) juga menegaskan bahwa glutaraldehid 2% merupakan disinfektan yang efektif digunakan dengan waktu ideal 10 menit umtuk membunuh mikrobakterium tanpa spora, sedangkan untuk dapat membunuh semua spora bahan ini membutuhkan waktu kontak selama 12 jam. Penelitian lain menyimpulkan bahwa konsentrasi minimum glutaraldehid yang dapat digunakan sebagai bahan disinfektan adalah 1 %-1,5 %. Meningkatkan konsentrasi glutaraldehid dapat pula meningkatkan aksinya sebagai bahan disinfektan. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa glutaraldehid dengan konsentrasi 2,5 % dapat bekerja membunuh mikrobakterium dalam waktu 20 menit dengan temperatur ruangan (Rutala dan Weber, 2008). Mikroorganisme yang sering menjadi indikator terhadap kontaminasi karena ketahanannya dalam mempertahankan diri adalah bakteri Bacillus subtilis (Ariyadi dan Dewi, 2009). 3

4 Bakteri Bacillus subtilis adalah bakteri berbentuk batang bersifat aerob (beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif) yang sangat kuat karena dapat membentuk endospora sebagai pertahanan untuk hidup, bahkan dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun. Berdasarkan karakteristiknya tersebut maka Bacillus subtilis merupakan mikroorganisme standar yang digunakan untuk menguji suatu bahan disinfektan tingkat tinggi (Steinhauer, 2010). Hal di atas kemudian diperkuat oleh Environmental Protection Agency (2014) yang mengatakan bahwa dalam menguji disinfektan tingkat tinggi pada peralatan dengan permukaan keras harus menggunakan Bacillus subtilis sebagai mikroorganisme uji. Penelitian oleh Ariyadi dan Dewi (2009) menyebutkan bahwa terdapat berbagai cara untuk mengendalikan kontaminan bakteri Bacillus subtilis, salah satunya adalah dengan cara penyinaran sinar ultra violet. Penelitian tersebut menggunakan penyinaran ultraviolet 38 watt dengan jarak 45 cm pada berbagai interval waktu kontak. Penyinaran selama 1 menit menghasilkan 18 koloni bakteri, penyinaran selama 5 menit menghasilkan 15 koloni bakteri dan penyinaran selama 10 menit serta 15 menit tidak didapatkan pertumbuhan koloni bakteri Bacillus subtilis. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana pengaruh waktu kontak dan konsentrasi 4

5 glutaraldehid sebagai bahan disinfektan instrumen preparasi saluran akar terhadap bakteri Bacillus subtilis. C. Keaslian Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh lama waktu kontak dan konsentrasi glutaraldehid sebagai bahan disinfektan instrument preparasi saluran akar terhadap bakteri Bacillus subtilis yang diuji secara in vitro. Penelitian sebelumnya oleh Ozalp dkk. (2006) melakukan penelitian untuk menguji sterilisasi guta perca dengan bahan disinfektan NaOCl 2.5% dan glutaraldehid 2% dengan bakteri Bacillus subtilis dengan lama waktu kontak 5, 10 dan 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NaOCl 2.5% lebih efektif membunuh kontaminan Bacillus subtilis pada semua interval waktu kontak dibandingkan dengan glutaraldehid 2%. Utami (2015) melakukan penelitian mengenai perbandingan efektifitas bahan disinfektan NaOCl 5.25%, glutaraldehid 2%, dan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid terhadap Bacillus subtilis. Berdasarkan hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa efek bahan disinfektan yang paling baik terhadap Bacillus subtilis adalah glutaraldehid 2%. Ariyadi dan Dewi (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh lama waktu kontak sterilisasi ultra violet 38 watt dengan jarak 45 cm terhadap bakteri Bacillus subtilis. Hasil penelitian pada lama waktu kontak ultra violet 1 menit didapatkan 18 koloni bakteri, lama waktu kontak 5 menit didapatkan 15 koloni bakteri, sedangkan pada lama waktu kontak 10 dan 15 menit sudah tidak terdapat kontaminan Bacillus subtilis. 5

6 Penelitian lain juga dilakukan oleh Punathil dkk. (2014), menguji daya anti bakteri bahan disinfektan NaOCl 5,25% dengan glass bead sterilizer menggunakan kontaminan Bacillus subtilis. Penelitian terdiri dari 7 kelompok perlakuan masing-masing 12 file endodontik. Kelompok dibagi berdasarkan bagian file yang di kontaminasikan (seluruh file beserta handle dan hanya working length tanpa handle) dengan suspensi bakteri dengan berbagai interval lama waktu kontak (1 menit, 3 menit dan 5 menit). Hasil penelitian didapatkan penggunaan NaOCl 5,25% selama 5 menit dengan perendaman file dalam suspensi Bacillus subtilis tanpa handle merupakan kelompok perlakuan dengan pertumbuhan Bacillus subtilis paling sedikit. Peneliti juga menyimpulkan bahwa penggunaan NaOCl 5,25% selama 5 menit merupakan alternatif disinfektan yang paling efektif melawan Bacillus subtilis dibandingkan dengan glass bead sterilizer. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat perbedaan pada metode penelitian. Penelitian ini menggunakan instrument berupa K-file ISO #25 panjang 25 mm dengan bahan Nickel Titanium (NiTi) serta menggunakan metode hitung koloni untuk mengetahui pengaruh lama waktu kontak dan konsentrasi bahan disinfektan glutaraldehid terhadap Bacillus subtilis. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh lama waktu kontak dan konsentrasi glutaraldehid sebagai bahan disinfektan instumen preparasi saluran akar terhadap bakteri Bacillus subtilis. 6

7 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi ilmiah kepada rekan sejawat mengenai perbedaan pengaruh lama waktu kontak dan konsentrasi glutaraldehid sebagai bahan disinfektan instumen preparasi saluran akar terhadap bakteri Bacillus subtilis. 2. Memberikan alternatif bahan disinfektan instrumen preparasi saluran akar kepada para rekan sejawat. 3. Menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya. 7