BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Learner s, istilah thinking salah satunya diartikan, ideas or opinions

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Learner s, istilah thinking salah satunya diartikan, ideas or opinions"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Sudarman (2013) mengutip dalam kamus Oxford Advanced Learner s, istilah thinking salah satunya diartikan, ideas or opinions about something. Pemikiran itu adalah idea atau opini, dengan kata lain orang yang berpikir adalah orang yang memiliki idea atau opini mengenai sesuatu. Sedangkan menurut Suryosubroto (2009) proses berpikir merupakan suatu pengalaman memproses suatu persoalan untuk memperoleh dan menentukan suatu gagasan yang baru sebagai jawaban dari persoalan yang dihadapi. Jadi, berpikir adalah suatu proses dalam mengelola dan mentransformasikan informasi untuk mendapat ide-ide atau gagasan penyelesaian dalam menghadapi suatu masalah. Konsep kreativitas yang sangat kompleks menyebabkan kreativitas ditinjau dari beberapa aspek yang saling berkaitan, namun terdapat perbedaan pada penekanannya. Konsep kreativitas menurut Munandar (2009) ada dua yaitu 1) kreativitas dan aktualisasi diri, 2) kreatifitas dengan pendekatan 4P. Perlu dibahas keterkaitan antara berpikir kreatif dengan kreativitas. Berdasarkan pendekatan 4P, kreativitas meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut : 1) Pribadi : kreativitas berdasarkan pribadi menurut Hulbeck 7

2 8 (1945) Creative action is an imposing of one s own whole personality on the environment in an unique and characteristic why. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. 2) Pendorong : kreativitas berdasarkan pendorong (press) ada dua, yaitu dorongan internal (berasal dari diri sendiri) dan dorongan eksternal yang berasal dari lingkungan sosial dan psikologis. 3) Proses : kreativitas berdasarkan proses menurut Torrance adalah dengan adanya masalah maka dilakukaan dugaan, evaluasi dan mengetes dugaan, kemudian merevisi, mengetes kembali dan mengkomunikasikan hasilnya. 4) Produk : kreativitas berdasarkan produk lebih menekankan pada orisinalitas atau keaslian. Barron (1966) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Sudarma (2013), kreativitas berasal dari kata to create artinya membuat. Dengan kata lain kreativitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu, membuat produk dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan Haefele

3 9 (1962) Creativity is defined as the ability to formulate new combinations from two or more concepts already in the mind. Bahwa kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan dalam merumuskan berbagai kombinasi dari dua atau lebih konsep yang ada di pikiran. Guilford (Munandar, 2009) mengartikan bahwa kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Menurut Kosta (Jazuli, 2012) kreativitas dan berpikir kreatif secara konsep terkait tetapi tidak identik. Kreativitas merupakan payung gagasan yang di dalamnya terdapat berpikir kreatif. Sehingga berpikir kreatif merupakan bagian dari kreativitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam melihat berbagai kemungkinan atau dugaan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan dorongan dari diri sendiri maupun lingkungan yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru atau sesuatu yang telah dikombinasikan. Dalam studi-studi faktor analisis tentang ciri-ciri utama dari kreatifitas, Guilford (Munandar, 2009) membedakan aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude dari kreatifitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir. Sedangkan ciri-ciri non aptitude meliputi kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, kemandirian.

4 10 Menurut William (Munandar,2009) menjelaskan bahwa ciri-ciri atau perilaku siswa kreatif meliputi delapan keterampilan, empat dari ranah kognitif dan empat dari ranah afektif. Keterampilan kognitif kreatif ialah berpikir lancar (fluency), berpikir lentur (fleksibility), berpikir asli (originality), dan berpikir elaboratif atau merinci (elaboration). Keterampilan afektif kreatif ialah kemelitan (rasa ingin tahu), mengambil risiko, kemajemukan, dan imajinasi. Berikut adalah penjelasannya : 1) Berpikir lancar (fluency) Mampu menghasilkan banyak gagasan dan arus pemikirannya lancar. 2) Berpikir luwes (fleksibel) Mampu menghasilkan gagasan-gagasan dengan mengubah cara berpikirnya yang berbeda-beda. 3) Berpikir orisinal (originality) Mampu memberikan jawaban yang berbeda, yang tidak biasanya atau tidak seperti umumnya. 4) Berpikir terperinci (elaborasi) Mampu untuk menambah, mengembangkan dan memperluas gagasannya dan terperinci secara detail. 5) Mengambil risiko Berani mengakui kesalahan, membuat dugaan dan mempertahankan pendapatnya.

5 11 6) Merasakan tantangan Mampu mencari banyak kemungkinan. 7) Rasa ingin tahu Mampu bermain dengan suatu gagasan, tertarik pada misteri dan senang untuk mencoba hal-hal yang baru. 8) Imajinasi Mampu membuat gambaran mental, memimpikan hal yang belum terjadi dan menapaki hal-hal di luar dunia nyata. Munandar (2009) menyatakan bahwa kreativitas tidak muncul begitu saja, namun perlu pemicu. Kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungannya, yang berarti bahwa lingkungan akan menunjang atau menghambat kreativitas seseorang. Munandar menjelaskan ciri-ciri keterampilan berfikir kreatif sebagai berikut : 1) Fluency (ketrampilan berfikir lancar) 2) Flexibility (keterampilan berfikir luwes) 3) Originality (ketrampilan berpikir orisinil) 4) Elaboration ( keterampilan berpikir rinci) Berdasarkan pendapat dari para pakar tentang berpikir kreatif, terdapat beberapa ciri kognitif berpikir kreatif yang dijadikan indikator dari berpikir kreatif siswa yang mengacu pada pendapat Munandar (2009).

6 12 Tabel 1.1 Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis Indikator Kelancaran (fluency) Keluwesan (flexibility) Keaslian (originality) Terperinci (elaboration) Ketercapaian Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan banyak jawaban. Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan banyak cara penyelesaian. Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan idenya sendiri. Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan cara yang terperinci. Pehkonen (1997) mengatakan bahwa kreativitas bukanlah karakteristik yang hanya ditemukan pada seniman dan ilmuwan tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kreativitas harus menjadi bagian intrinsik dari matematika. Pada umumnya orang berpikiran bahwa kreativitas dan matematika tidak ada hubungannya dengan satu sama lain. Tetapi para ahli matematika sangat tidak setuju, salah satunya Kiesswetter (Pehkonen, 1997) menyatakan bahwa dalam pengalamannya sendiri, berpikir fleksibel yang merupakan salah satu komponen dari kreativitas adalah salah satu kemampuan yang paling penting dan sukses menjadi pemecah masalah. Definisi tentatif pada Kreativitas matematika menurut Evink (David Tall, 2002) bahwa kreatifitas matematika adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah dan atau mengembangkan struktur berfikir, melakukan perhitungan yang aneh dari disiplin

7 13 logika deduktif, dan kemampuan membangun konsep yang terintegrasi ke dalam inti yang penting dalam matematika. Berdasarkan pendapat dari para ahli maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan pada seseorang dalam menemukan gagasan atau ide sebagai solusi untuk memecahkan masalah matematika yang mencakup aspek indikator kreatif yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration. 2. Locus of Control a. Pengertian dan Jenis Locus of Control Konsep Locus of Control pertama kali digagas oleh Jullian Rotter (1966), konsep ini didasarkan pada teori pembelajaran sosial bahwa individu belajar dari lingkungan. Rotter mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar, salah satunya adalah expectancy yaitu ekspetasi atau harapan seseorang bahwa reinforcement akan muncul dalam situasi tertentu. Jadi, Locus of Control merupakan keyakinan atau harapan umum tentang hubungan kasual antara perilaku seseorang dan konsekuensinya atau dapat dikatakan bahwa suatu keyakinan atau harapan seseorang untuk menentukan hasil akhir tergantung pada kontrol perilaku seseorang tersebut. Rotter (1966) membagi Locus of Control menjadi 2, yaitu

8 14 1) Locus of Control internal Individu yang memiliki keyakinan bahwa hasil akhir yang diinginkan dalam kehidupannya merupakan kontrol dari tindakan individu itu sendiri. Individu yang memiliki Locus of Control internal yakin bahwa dirinya bertanggung jawab dan memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang dialaminya dalam hidupnya. Mereka yakin bahwa dalam kehidupannya apabila mengalami kesuksesan maupun kegagalan merupakan hasil dari perbuatan atau tingkah lakunya sendiri. Misalnya saat mereka berhasil dan mendapatkan niai yang tinggi dalam mengerjakan soal matematika, maka mereka yakin bahwa hasil yang diperoleh atas kemampuan atau skill yang mereka miliki atau menganggap bahwa hasil tersebut karena usaha dan kerja kerasnya dalam belajar. Sedangkan saat mereka mengalami kegagalan, maka mereka menganggap bahwa usaha dan kerjakeras yang dilakukan belum maksimal, sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal atau tidak sesuai dengan yang diinginkan. 2) Locus of Control eksternal Individu yang memiliki keyakinan bahwa hasil akhir dalam kehidupannya ditentukan atau dikontrol oleh hal di luar dirinya seperti kesempatan atau kekuatan lainnya. Individu yang memiliki Locus of Control eksternal yakin bahwa dirinya tidak memiliki kontrol penuh atas apa yang terjadi dalam hidupnya

9 15 sendiri, melainkan dipengaruhi oleh kekuatan yang ada di luar dari dirinya. Individu dengan Locus of Control eksternal pada saat mereka mencapai suatu keberhasilan atau kesuksesan dalam hidupnya, maka mereka akan beranggapan bahwa yang terjadi bukan karena dirinya, tetapi dipengaruhi oleh kekuatan dari luar seperti kesempatan (chance), keberuntungan (luck), dan nasib (destiny). Misal seorang siswa mendapatkan nilai ulangan harian matematika dengan nilai yang tinggi atau memuaskan, ia menganggap bahwa hasil pencapaiannya adalah hanya kebetulan saja atau faktor keberuntungan. Mungkin juga ia menganggap bahwa karena guru berbaik hati memberi nilai yang bagus. Namun apabila tidak dapat mengerjakan, maka ia tidak menyalahkan diri sendiri melainkan menyalahkan menyalahkan lingkungan sekitar atau situasi yang kurang kondusif sehingga mengganggu konsentrasi saat mengerjakan. Mungkin ia juga akan menganggap bahwa ketidakbisaannya atau kegagalannya dalam mengerjakan karena memang sudah takdir atau mungkin menganggap bahwa guru tidak baik hati karena tidak member nilai yang baik dan mungkin beranggapan bahwa nasibnya memang kurang baik. Robbins (2005) menyatakan bahwa Individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir disebabkan karena kendali dirinya sendiri disebut dengan internal Locus of Control. Sedangkan

10 16 individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir disebabkan karena kendali dari faktor di luar dirinya disebut dengan eksternal Locus of Control. Sedangkan menurut Levenson (Lefcourt,1981) mengatakan bahwa kontrol internal-ekternal dibangun dengan menyatukan harapan dengan kekuatan tingkah laku seseorang (kontrol internal) atau menghasilkan kesempatan, nasib, atau kekuatan dari orang lain (kontrol eksternal). Munandar,AS (2012) menyatakan bahwa Locus of Control mengacu pada derajat kendali yang diamati terhadap situasi tertentu yang terberikan. Orang yang berorientasi internal percaya bahwa keputusan dan tindakan pribadi mempengaruhi hasil. Orang yang berorientasi eksternal percaya bahwa hasil lebih ditentukan oleh keputusan dan keyakinan dari orang lain atau ditentukan oleh nasib, kekuatan di luar dirinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Locus of Control adalah keyakinan pada seseorang dalam mengendalikan atau mengontrol kajadian kejadian yang dialaminya dan jenis Locus of Control ada 2 yaitu Locus of Control internal yang merupakan keyakinan pada seseorang bahwa hasil yang diinginkan pada kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan atau dikendalikan oleh kemampuan atau perilaku orang tersebut dan Locus of Control eksternal merupakan keyakinan pada seseorang bahwa hasil yang diinginkan pada kejadian-kejadian

11 17 dalam hidupnya ditentukan atau dikendalikan oleh lingkungan yaitu kesempatan, keberuntungan, dan nasib. b. Konsep Dasar Locus of Control Rotter (1966) menyebutkan bahwa konsep dasar Locus of Control ada 4 yaitu : a. Potensi Perilaku, kecenderungan kemunculan suatu perilaku tertentu dalam situasi tertentu. b. Harapan (expectancy), merupakan suatu keinginan seseorang terhadap hasil yang akan diperoleh sesuai perilaku orang tersebut pada situasi tertentu. c. Nilai Penguatan (reinforcement value), adalah sejauh mana seseorang menghargai suatu kejadian yang memperkuat perilaku dan memperbesar kemungkinan perilaku yang diberikan sebagai respon terhadap perilaku yang tidak diinginkan. d. Situasi Psikologi (psychological situation) adalah bentuk pengaruh atau rangsangan baik secara interal maupun eksternal yang diterima seseorang dalam situasi tertentu. Hal tersebut dapat meningkatkan maupun menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar dari Locus of Control yaitu perilaku yang dipilih seseorang tergantung dari seberapa besar seseorang

12 18 mengharapkan perilaku mereka akan mendatangkan hasil akhor yang positif (expetasi) dan seberapa besar mereka menghargai reinforcement yang mereka harapkan. Roter berfokus pada alasan mengapa individu bertindak, dan perilaku mana yang akan individu tampilkan pada situasi tertentu. c. Aspek - Aspek Dalam Locus of Control Lavenson (1972, dalam Azwar, 2009) membagi locus of control ke dalam tiga aspek, yaitu: 1) Internal (I), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadiankejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri. 2) Powerful Others (P), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang yang lebih berkuasa 3) Chance (C), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadiankejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan. Salah satu faktor dari ketiga aspek tersebut adalah peran orang tua dalam perkembangan kontrol anak. Orang tua yang mendorong, membantu, mengharapkan anaknya mandiri pada usia yang masih muda maka anaknya akan mempunyai Locus of Control internal. Sebaliknya jika orang tua yang dominan

13 19 melarang, mengecam akan mengakibatkan anaknya memiliki Locus of Control eksternal (Soemanto, 1998). Faktor lain yang mempengaruhi adalah lingkungan. Jika seseorang berada di lingkungan dengan kelompok yang mengalami diskriminasi (golongan sosial lemah) maka kontrol intern yang mereka miliki lebih rendah daripada golongan yang tidak mengalami diskriminasi. Dengan kata lain orang yang mengalami diskriminan lebih memiliki kontrol eksternal sedangkan yang tidak mengalami diskriminan lebih memiliki kontrol internal Monks (1982). d. Ciri-ciri Locus of Control Menurut Munandar (2012) orang yang ber-locus of Control internal mengalami ancaman lebih sedikit daripada yang berorientasi ekternal. Pada internal ada kecenderungan untuk mencari informasi dan memecahkan masalah, sedangkan para eksternal lebih bereaksi dengan ketidakberdayaan. Sedangkan menurut Findley & Cooper (Friedman dan Schustack, 2008) orang dengan lokus kontrol internal lebih berorientasi pada keberhasilan karena mereka menganggap perilaku mereka dapat menghasilkan efek positif dan mereka juga cenderung tergolong ke dalam high-achiever. Orang dengan lokus kontrol eksternal cenderung kurang independent dan lebih mungkin menjadi depresif, stress (Rotter, 1954).

14 20 Soemanto (1998) berpendapat bahwa anak yang memiliki Locus of Control eksternal mendapat skor tinggi untuk kegelisahan, kecurigaan, dan rasa permusuhan. Sedangkan anak yang internal suka bekerja sendiri dan efektif. Menurut Lefcourt (Monks, 1982) orang yang dapat menerima informasi lebih baik mengenai situasinya adalah orang yang memiliki kontrol internal dan sebaliknya pada orang yang memiliki kontrol eksternal. Orang yang memiliki sosial lemah juga merupakan orang yang memiliki kontrol internal yang rendah, sehingga untuk meningkatkan orang yang memiliki sosial rendah dapat dibantunya dalam perbaikan informasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kontrol internal lebih baik dalam menerima informasi dan memiliki sosial yang tinggi, dan sebaliknya orang yang memiliki kontrol eksternal kurang baik dalam menerima informasi dan memiliki sosial yang rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri Locus of Control antara lain: a. Locus of Control internal 1) Suka bekerja keras dan bekerja sendiri 2) Berorientasi pada keberhasilan 3) Selalu mencari informasi dan dapat menerima informasi dengan baik 4) Berusaha untuk dapat memecahkan masalah

15 21 5) Selalu mencoba berpikir seefektif mungkin 6) Memiliki nilai sosial yang tinggi b. Locus of Control eksternal 1) Selalu merasa tidak berdaya 2) Kurang mampu untuk berdiri sendiri 3) Kurang berusaha dalam mencari informasi dan kurang baik dalam menerima informasi 4) Mengalami rasa kegelisahan, kecurigaan dan rasa permusuhan 5) Memiliki nilai sosial yang rendah Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal terdapat pada setiap individu, namun pada setiap individu ada kecenderungan memiliki salah satu tipe Locus of Control tertentu, namun bukan berarti setiap orang hanya memiliki satu Locus of Control saja karena sifatnya continu (Rotter, 1961). Perubahan tersebut dapat terjadi dari individu yang memiliki Locus of Control internal menjadi individu yang memiliki Locus of Control eksternal dan begitu sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan faktorfaktor yang mempengaruhi disekitarnnya. Seseorang dikatakan memiliki Locus of Control yang sehat ketika skor berada di tengah kedua dimensi tersebut tetapi condong ke arah internal. Jadi jika

16 22 skor Locus of Control sangat ekstrim pada kedua dimensi tersebut pada dasarnya tidak baik (Feist & Feist, 2008). B. Penelitian Relevan Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Sahat Saragih (2011) yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Dan Locus of Control Terhadapa Kemampuan Penalaran Matematika Siswa. Sahat Saragih meyatakan hasil penelitiannya bahwa siswa dengan Locus of Control internal pada pembelajaran open ended lebih dominan dalam penyelesaian masalah. Penyebabnya adalah siswa seperti ini mampu mempelajari berbagai sumber, informasi, dan pengalaman yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi sehingga siswa tersebut akan lebih memahami prosedur dan cara-cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa dengan Locus of Control eksternal pada pembelajaran open ended akan merasa kurang nyaman dan was-was, karena mereka pada dasarnya kurang mempunyai inisiatif dalam mencari berbagai sumber dan informasi yang relevan terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga mereka terlihat tidak begitu aktif di setiap tahap pembelajaran. Dalam menyelesaikan permasalahan mereka lebih banyak menyerahkan kepada teman dan bila mereka berusaha untuk menyelesaikan permasalahan, mereka lebih banyak meminta petunjuk-petunjuk secara detail pada teman yang mereka anggap lebih mampu. Dapat ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa

17 23 siswa yang memiliki Locus of Control internal memiliki kemampuan penalaran matematika yang lebih baik dari siswa yang memiliki Locus of Control eksternal. Adapun kesamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah sama sama mengacu pada variabel Locus of Control. Sedangkan perbedaan penelitian yaitu pada variabel berpikir kreatif dan juga tempat penelitian yang akan peneliti ambil adalah di SMA Negeri Patikraja dengan subjek penelitian kelas XII IPA1. Peneliti akan terfokus untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMA Negeri Patikraja ditinjau dari Locus of Control. C. Kerangka Pikir Kerangka pikir bertujuan untuk memperoleh kejelasan mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kreatif dan tipe Locus of Control. Dalam Locus of Control terdapat 2 tipe, yaitu Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal. Berpikir adalah mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan dalam membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Berpikir kreatif matematis adalah kemampuan pada setiap individu dalam menemukan gagasan dengan dorongan dari diri sendiri maupun lingkungan untuk memecahkan

18 24 masalah matematika yang mencakup aspek indikator kreatif yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan berpikir kreatif yaitu dengan memahami karakteristik siswa. Salah satu karakterisitik siswa yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran yaitu berkenaan dengan tipe kepribadian siswa. Kepribadian adalah gambaran tentang baik buruknya tingkah laku, emosi, tindakan, pemikiran seseorang yang mencerminkan dirinya sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungannya sebagai sesuatu yang khas atau unik. Menurut Rotter (Friedman dan Schustack, 2008) Locus of Control merupakan salah satu tipe variabel kepribadian yang mempertimbangkan bahwa orang berusaha mencapai tujuannya, baik karena konsekuensi, pikiran dan persepsi mereka akan hasil akhir dan seberapa besar kemungkinan hasil akhir tersebut muncul. Setiap siswa mempunyai tipe Locus of Control yang berbeda, dari Locus of Control yang berbeda dimungkinkan akan mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif yang berbeda. Mengingat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dan Locus of Control siswa beragam, maka guru sebagai seorang pendidik yang berkualitas harus mampu membuat siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Sehingga siswa dapat terdorong dan termotivasi untuk lebih aktif dalam berpikir kreatif. Dengan

19 25 termotivasinya siswa dalam belajar matematika maka kemungkinan besar tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa akan jauh lebih baik lagi. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis dan tipe Locus of Control guna mengetahui gambaran kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari Locus of Control. Dalam penelitian ini untuk mengelompokkan siswa ke dalam Locus of Control internal dan eksternal yang dilakukan dengan angket skala IPC Locus of Control. Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, siswa diberikan tes tertulis dengan materi matriks. Tes tersebut disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu : kelancaran, keluwesan, keaslian, dan terperinci. Kemudian dilakukan wawancara kepada sampel yang terpilih, hasilnya ditranskrip dan dipaparkan untuk selanjutnya dianalisis. Berdasarkan penjelasan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari Locus of Control, sehingga dapat membantu guru untuk lebih dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sesuai dengan Locus of Control yang dimiliki siswa.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu, 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan suatu pegalaman memproses persoalan untuk mendapatkan dan menentukan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali BAB II LANDASAN TEORI A. Internal Locus Of Control 1. Definisi Internal Locus of Control Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada manusia yang hidup tanpa mengalami masalah dan rintangan yang harus dicari jalan keluarnya. Sama halnya dalam dunia pendidikan yang selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar Amidi Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Focused Coping Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Deskripsi konseptual a. Berpikir kreatif Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Lebih terperinci

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Koneksi NCTM (2000) menyatakan bahwa matematika bukan suatu kumpulan topik dan juga bukan suatu kemampuan yang terpisah-pisah, walaupun dalam

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

JURNAL KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI ALJABAR DENGAN MEDIA UBIN ALJABAR

JURNAL KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI ALJABAR DENGAN MEDIA UBIN ALJABAR JURNAL KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI ALJABAR DENGAN MEDIA UBIN ALJABAR CREATIVITY CLASS VIII STUDENT MATHEMATICS ACHIEVEMENT IN TERMS OF MATERIAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena dengan pendidikan setiap manusia bisa belajar berbagai ilmu pengetahuan dan dengan ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A-10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran Matematika Dalam proses pembelajaran, seorang guru akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: BAB II LANDASAN TEORI A. Adaptive Selling 1. Pengertian Adaptive Selling Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai: The altering of sales behaviour during a customer interaction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar dikelas merupakan sesuatu yang perlu menjadi perhatian guru. Proses ini perlu untuk dievaluasi dan diberikan tindakan untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda dan tidak ada yang sama persis baik dari tingkat berpikir kreatif secara keseluruhan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dapat diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu pula

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: FITRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Hartono (2009), mengatakan bahwa kreativitas identik dengan keberbakatan matematika. Ia memaparkan lebih lanjut bahwa pemecahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki begitu banyak fungsi bagi kehidupan sehingga di wajibkan oleh pemerintah untuk di pelajari dalam jenjang pendidikan baik itu jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan

Lebih terperinci

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan Semar No.5 Bandung.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas menurut Semiawan (1987: 8) adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara (Munandar, 2009:

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Kemampuan Berpikir kreatif Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kreativitas diperlukan setiap individu untuk menghadapi tantangan dan kompetisi yang ketat pada era globalisasi sekarang ini. Individu ditantang untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan lebih terarah, karena dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan yang sangat penting pada saat ini.

I. PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan yang sangat penting pada saat ini. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan yang sangat penting pada saat ini. Kreativitas sendiri mempunyai dua ciri yaitu kreativitas aptitude dan non-aptitude.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN: BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASAR MASALAH MATEMATIKA (STUDENT S CREATIVE THINKING IN THE APPLICATION OF MATHEMATICAL PROBLEMS BASED LEARNING) Anton David Prasetiyo Lailatul

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori Kajian teori merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang diapkai. Kajian teori dalam penelian dijadikan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi Oleh: ASEP SUPENA Program Pasca Sarjana UNJ 2005-2006 KREATIVITAS Kreativitas berkaitan dengan kemauan dan kemampuan. Kreativitas berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh semua manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan pendidikan. Dalam UU RI Nomor

Lebih terperinci

Pertemuan 1. PENGERTIAN KREATIF dan KREATIFITAS

Pertemuan 1. PENGERTIAN KREATIF dan KREATIFITAS Pertemuan 1 PENGERTIAN KREATIF dan KREATIFITAS Pengertian Kreatif dan Kreativitas Kata Kreatif merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create, yang merupakan singkatan dari : Combine (menggabungkan)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan suatu wahana yang digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangat berperan penting untuk pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini berkembang sangat pesat. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI. ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Ani SATUN FADILAH 1), GARDJITO 1), Jodion SIBURIAN 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki kualitas yang baik, mempertinggi budi pekerti, meningkatkan harkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi. Matematika memberikan peran penting dalam penyelesaian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan derajat kreativitas pada siswa TK di TK dengan model mengajat Teacher Centered dan TK dengan model mengajar Student Centered, Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP Lisliana, Agung Hartoyo, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: lisliana05@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne pada tahun 1970-an. Awang dan Ramly (2008:1) mengungkapkan

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNKHAIR Hasan Hamid Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pembelajaran Treffinger Model pembelajaran Treffinger adalah model pembelajaran yang mengarah pada kemampuan berpikir kreatif. Model pembelajaran ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian ilmiah, yang mana ditentukan pada ketepatan metode

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian ilmiah, yang mana ditentukan pada ketepatan metode 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting pada suatu penelitian ilmiah, yang mana ditentukan pada ketepatan metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin DISUSUN OLEH: AYU RITYA.SIREGAR 12509678 LATAR BELAKANG MASALAH Dunia seni fotografi semakin berkembang, maka semakin banyak orang yang

Lebih terperinci