PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA Gst. A. Md. Widya Utami 1, Kt Pudjawan 2, I Md Suarjana 3 1,3 Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia gustimadewidya@gmail.com 1, ketutpudjawan@gmail.com 2, pgsd_undiksha@yahoo.co.id 3 Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA setelah diterapkan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru yang berjumlah 12 orang dan objek penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner, observasi, dan tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa: persentase rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 69,78% dan pada siklus II sebesar 84,67%, persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek afektif pada siklus I sebesar 65,4% dan pada siklus II sebesar 80%, persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek psikomotor pada siklus I sebesar 66,3% dan pada siklus II mencapai 81,3%, persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek kognitif pada siklus I sebesar 69,58% dan pada siklus II sebesar 81,67%. Ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: hasil belajar, motivasi belajar, talking stick, ular tangga Abstract Classroom action research was aimed at finding out an increase in motivation and science learning achievement after implementing talking stick learning model assisted media snake ladder of the fourth grade students of SD Negeri 5 Dauhwaru Jembrana District, Jembrana Regency in the academic year 2015/2016. The subjects were the fourth grade students of SD Negeri 5 Dauhwaru which consists of 12 students and the object of this study is motivation and learning achievement. Data were collected by using questionnaires, observations, and tests. The collected data were analyzed by using quantitative descriptive analysis. The results of the study explained that the average percentage of student motivation in the first cycle of 69,78% and the second cycle of 84,67%, the average percentage of science learning achievement affective aspects in the first cycle of 65,4% and the second cycle by 80%, the average percentage of science learning achievement psychomotor aspects in the first cycle of 66,3% and in cycle II reached 81,3%, the average percentage of science learning achievement cognitive aspects in the first cycle of 69,58% and the second cycle of 81,67%. This means that the implementation of talking stick learning model assisted media snake ladder can increase the fourth grade students motivation and science learning achievement in SD Negeri 5 Dauhwaru Jembrana District, Jembrana Regency in the academic year 2015/2016. Keywords: learning achievement, motivation learning, talking stick, snake ladder 1

2 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar sumber daya manusia berkualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam merancang pembelajaran. Guru dalam mengajar harus mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, menyenangkan agar siswa bergairah dan berkembang selama proses pembelajaran. Selain itu, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa agar siswa dapat terdorong untuk menggali pengetahuannya sendiri, sehingga materi dapat diperoleh secara maksimal. Peran guru dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah sebagai fasilitator, yaitu mampu memfasilitasi siswa yang memiliki perbedaan karakteristik. Perbedaan tersebut akan memengaruhi proses pembelajaran, sehingga dituntut kepiawaian guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai. Apabila model pembelajaran yang dipilih dapat diterapkan dengan sungguh-sungguh dalam pembelajaran, siswa akan lebih termotivasi dan lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan. Dengan adanya perencanaan pembelajaran yang baik seperti yang telah dipaparkan tersebut, akan mampu mendukung keberhasilan pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan. Pada kenyataannya, belum semua guru mampu merencanakan pembelajaran yang baik. Guru dalam proses pembelajaran hanya terfokus untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan pemahaman dan penerapan materi oleh siswa. Saat pembelajaran berlangsung, guru lebih mendominasi pembelajaran sedangkan para siswa hanya sebagai pendengar dan setelah itu menjawab soal-soal yang diberikan sesuai dengan pentunjuk guru. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Bundu (2006:3) yang menyatakan, Hasil belajar IPA secara umum masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Kelemahan akan pembelajaran IPA di Indonesia telah dikemukakan lebih dari satu dekade yang lalu, yakni (1) masih banyak guru yang sangat menekankan pembelajaran pada faktor ingatan; (2) sangat kurang pelaksanaan praktikum; dan (3) faktor penyajian dengan ceramah yang mengakibatkan kegiatan sangat terbatas, tidak lebih dari mendengarkan dan menyalin. Pada saat mengajar guru juga lebih banyak menggunakan metode ceramah. Metode ceramah sebagai metode mengajar adalah penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya (Suryosubroto, 2009:155). Metode ceramah digunakan sebagai pelengkap dalam pembelajaran misalnya sebagai pembuka dalam pembelajaran atau saat guru menjelaskan perannya sebagai pendidik. Penerapan metode ceramah dalam pembelajaran memang tidak bisa ditinggalkan, namun penggunaannya yang harus diperhatikan. Apabila dalam pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah akan membuat suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, sehingga hal ini akan berdampak pada motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Pola pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah juga bersifat monoton karena kurang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran IPA menekankan pada kegiatan yang bersifat kreatif, inovatif, dan menyenangkan, karena IPA menuntut siswa untuk memahami konsep-konsep yang ada, sehingga akan lebih mudah dalam memecahkan masalah, mengenal gejala-gejala alam yang ada disekitarnya, dan mengerjakan tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana pada tanggal 11 Desember 2015, diperoleh informasi bahwa dalam 2

3 pembelajaran IPA di kelas IV guru lebih memilih menggunakan metode ceramah secara terus menerus tanpa mencoba menggunakan inovasi pembelajaran lain, sehingga membuat siswa bosan dan kurang memiliki motivasi dalam belajar. Dari penggunaan metode ceramah secara terus menerus mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Alasan ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kelas IV mata pelajaran IPA, bahwa tidak semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Saat guru mengajukan pertanyaan, siswa hanya diam dan hanya beberapa yang mau menjawab. Berdasarkan kenyataan tersebut menyebabkan permasalahan yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IV. Hal ini terbukti dari pencacatan dokumen guru, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada ulangan di semester I tahun ajaran 2015/2016 mata pelajaran IPA kelas IV yang berjumlah 12 orang siswa masih tergolong rendah, dengan nilai rata-rata siswa hanya mencapai 64,58, sedangkan nilai yang diharapkan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65. Berdasarkan alasan tersebut, sangat penting bagi pendidik untuk memahami karakteristik siswa dan memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan mata pelajaran akan mampu membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Joyce (dalam Trianto, 2007:1) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran akan lebih inovatif, kondusif, dan variatif, sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dan siswa mampu menerapkan apa yang dipahami dengan baik. Model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga. Rusman (2015:31) menyatakan bahwa motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar pun akan dapat meningkat. Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa belajar sambil bermain sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa materi dapat tersalurkan dengan optimal. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:82), menyatakan bahwa model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat tersebut akan dijadikan sebagai penunjuk giliran siswa untuk menjawab soal yang telah disiapkan oleh guru dan diiringi oleh lagu-lagu. Sebelum model ini dilaksanakan, guru harus menyampaikan materi terlebih dahulu agar siswa mempunyai pengetahuan awal untuk menjawab pertanyaan. Jadi model pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan di SD karena model pembelajaran ini cukup mudah untuk dilakukan dan lebih menekankan pada permainan, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang menenangkan. Adapun sintak dari model pembelajaran ini, yaitu (1) penyampaian tujuan pembelajaran/kd, pada tahap ini siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru; (2) pembentukan kelompok, pada tahap ini siswa mencari anggota kelompok yang terdiri dari 4-5 orang; (3) penyampaian materi pokok, pada tahap ini siswa menyiapkan diri dengan mempelajari materi pokok melalui bimbingan guru, siswa diharapkan menyiapkan diri dengan penguasaan materi sebelum menggunakan talking stick; (4) penyampaian tugas, pada tahap ini siswa menutup buku pegangan dan masingmasing kelompok menyimak penjelasan guru tentang tugas yang akan dikerjakan; (5) menjalankan talking stick, pada tahap ini 3

4 siswa yang mendapatkan talking stick menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan jika tidak bisa dijawab siswa lain boleh membantu menjawab; (6) menyimpulkan, pada tahap ini siswa bersama guru membuat kesimpulan; (7) Evaluasi, pada tahap ini siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru; dan 8) penutup, pada tahap ini siswa melakukan refleksi (Sulistyani, 2013). Model ini memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) menguji kesiapan siswa dalam penguasaan materi pelajaran; (2) melatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang telah disampaikan; dan (3) agar lebih giat belajar karena siswa tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya (Kurniasih dan Sani, 2015:83). Penerapan model ini juga berbantuan sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran juga penting dalam menyampaikan pesan-pesan dalam pembelajaran. Menurut Miarso (dalam Tegeh, 2009:8) mengemukakan bahwa media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Adapun media yang digunakan adalah media permainan ular tangga. Ular tangga adalah jenis permainan edukatif dengan medan papan permainan yang dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar. Rifa (2012) menyatakan ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru sebelum memulai permainan ini yaitu (1) membentuk kelompok; ( 2) menyampaikan aturan permainan; ( 3) memberikan aba-aba permainan dimulai; dan ( 4) permainan selesai ketika salah satu siswa dari kelompok sudah sampai di garis akhir atau finish. Berkaitan dengan model pembelajaran talking stick, apabila siswa yang mendapatkan tongkat mampu menjawab soal tentang materi yang diberikan oleh guru, maka siswa berkesempatan untuk menjalankan bidak pada papan permainan ular tangga. Jenis permainan ini digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa, mengingat siswa pada usia sekolah dasar masih cenderung suka bermian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui peningkatan motivasi belajar IPA setelah diterapkan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga; dan (2) mengetahui peningkatan hasil belajar IPA setelah diterapkan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto, dkk (2007:3) menyatakan penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas bersama. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki. Objek dari penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga. Rancangan penelitian tindakan yang dilakukan terdiri atas 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan tindakan meliputi menyamakan persepsi dengan guru dan mempersiapkan semua instrumen yang diperlukan dalam penelitian; (2) pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan disusun sesuai dengan tahap atau sintaks dari model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga. Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun. Setiap tindakan siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Setiap akhir siklus, guru mengadakan tes berupa tes objektif dan pemberian kuesioner kepada setiap siswa; (3) observasi dan evaluasi, dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi dilaksanakan dari awal sampai akhir pembelajaran. Evaluasi dilakukan di setiap akhir siklus untuk mengetahui dampak model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga pada motivasi dan hasil belajar IPA; dan (4) refleksi, untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada kegiatan pembelajaran 4

5 yang telah dilaksanakan mengenai motivasi dan hasil belajar. Hasil renungan dan kajian tindakan ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA. Alternatif tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas siklus berikutnya.. Alur tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1. Refleksi Refleksi Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Pelaksanaan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan hasil belajar IPA yang mencakup tiga aspek yaitu afektif, psikomotor, dan kognitif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, kuesioner dan tes objektif pilihan ganda, yang tiap butirnya menyesuaikan dengan kisi-kisi kuesioner dan kisi-kisi tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan bahwa metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga duperoleh kesimpulan umum. Untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya motivasi dan hasil belajar dilakukan dengan cara mengonversikan persentase rata-rata motivasi dan hasil belajar ke dalam tabel kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.? Gambar 1. Tahapan PTK (Sumber: Arikunto, dkk, 2014:16) Tabel 1. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Skala Lima Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Persentase Motivasi Belajar Kriteria Motivasi dan Hasil Belajar Aspek Aspek Afektif Psikomotor 90 M 100 Sangat baik Sangat baik Sangat Terampil 5 Aspek Kognitif Sangat Tinggi 80 M < 90 Baik Baik Terampil Tinggi 65 M < 80 Cukup baik Cukup baik Cukup Terampil Sedang 55 M < 65 Kurang baik Kurang baik Kurang Terampil Rendah 0 M < 55 Sangat kurang baik Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan tindakan ini adalah: (1) persentase rata-rata motivasi belajar IPA siswa secara klasikal minimal 80%; dan (2) persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal minimal 80%. Sangat kurang baik Sangat Kurang Terampil Sangat rendah (Sumber: Dimodifikasi dari Agung, 2014:118) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Sebelum pelaksanaan pembelajaran siklus I, terlebih dahulu dilakukan perencanaan pembelajaran agar penelitian dapat

6 berlangsung dengan masimal, yaitu (1) menyiapkan materi mata pelajaran IPA sesuai pokok bahasan; (2) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA kelas IV dengan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga; (3) menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran; dan (4) menyiapkan instrumen penelitian berupa tes motivasi dan hasil belajar IPA siswa. Penelitian pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2016 dengan materi yang dibahas yaitu menyebutkan dan menjelaskan bentukbentuk kenampakan bumi, serta menjelaskan faktor penyebab perubahan kenampakan bumi. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2016 dengan materi yang dibahas yaitu menjelaskan dan mengaitkan pengaruh pasang naik dan pasang surut air laut bagi kehidupan manusia, serta menentukan kejadian atau bencana alam yang dapat mempengaruhi perubahan kenampakan bumi. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 11 Maret Pada pertemuan ini dilaksanakan tes akhir siklus I yaitu pemberian kuesioner untuk mengukur motivasi dan tes objektif untuk mengukur hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua. Adapun data motivasi dan hasil belajar pada aspek afektif, psikomotor, dan kognitif yang diperoleh pada hasil observasi siklus I yaitu (1) persentase rata-rata motivasi siswa secara klasikal sebesar 69,78% yang tergolong cukup baik; ( 2) persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek afektif sebesar 65,4% tang tergolong cukup baik; (3) persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek psikomotor sebesar 66,3% dalam kategori cukup terampil; dan (4) persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek kognitif sebesar 69,58% dalam kategori sedang. Pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga sudah berjalan dengan baik, di antaranya, (1) siswa lebih mudah memahami materi IPA karena dalam menjelaskan materi pembelajaran guru menggunakan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran; dan (2) siswa terlihat senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, karena penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga lebih menekankan pada belajar sambil bermain. Namun, selain kegiatan yang sudah berjalan dengan baik, terdapat beberapa kendala yang ditemui saat pembelajaran berlangsung yaitu (1) pada saat kegiatan diskusi kelompok, masih terdapat siswa yang bermain-main dan kurang antusias dalam kegiatan diskusi. Siswa masih belum bisa membagi tugas antar sesama anggota kelompok, sehingga tugas hanya dikerjakan seorang atau dua orang saja yang mempunyai tingkat kemampuan akademik yang lebih tinggi; (2) masih ada beberapa siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan dari guru, hal ini terlihat saat siswa mendapat tongkat dan hanya diam atau tertawa saat diberi pertanyaan oleh guru; ( 3) siswa masih malu untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan tanggapan terhadap suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran; dan (4) siswa belum mampu mengatur waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga ketika waktu yang diberikan telah habis, tugas tersebut belum selesai dikerjakan. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dipandang perlu dilakukan perbaikan pada siklus II untuk mengatasi kendala yang ditemukan pada siklus I. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu (1) meningkatkan hal-hal yang sudah dianggap baik dalam proses pembelajaran; (2) memberikan penjelasanan kepada siswa mengenai langkah-langkah kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar siswa dapat mengikui dan memiliki kesiapan dalam melaksanakan proses pembelajaran; ( 3) melakukan pengawasan pada masing-masing kelompok pada saat melakukan diskusi dan memberikan arahan kepada siswa untuk membagi tugas dalam kelompok secara adil; (4) melakukan bimbingan lebih intensif yaitu dengan mendatangi siswa yang bersangkutan ke tempat duduk mereka. Pada belajar kelompok berusaha mengarahkan atau memotivasi siswa 6

7 sehingga siswa berkeinginan dan mampu mengemukakan pendapatnya ataupun bertanya tentang hal yang belum dimengerti; dan (5) mengingatkan alokasi waktu yang masih tersisa menit sebelum waktu habis dalam melakukan kegiatan, mengingatkan siswa agar turut aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan dan membiasakan siswa menjawab pertanyaan atau permasalahan yang dianggap mudah terlebih dahulu, sehingga tugas tersebut selesai tepat pada waktunya. Seperti pada siklus I, dalam pelaksanaan siklus II juga dilakukan perencanaan untuk mengatasi kendalakendala yang terdapat pada siklus I. Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 April 2016 dengan materi yang dibahas yaitu kenampakan benda langit. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 dengan materi yang dibahas yaitu kedudukan bulan dari hari ke hari. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 11 April Pada pertemuan ini dilaksanakan tes akhir siklus II yaitu pemberian kuesioner untuk mengukur motivasi dan tes objektif untuk mengukur hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua. Adapun data motivasi dan hasil belajar aspek afektif, psikomotor, dan kognitif pada siklus II yaitu (1) persentase rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 84,67% yang tergolong baik; (2) persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek afektif sebesar 80% dalam kategori baik; ( 3) persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek psikomotor sebesar 81,3% dalam kategori terampil; dan (4) persentase rata-rata hasil belajar IPA aspek kognitif sebesar 81,67% dalam kategori tinggi. Hasil analisis data pada siklus II menyatakan bahwa adanya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IV dengan penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga. Sehubungan dengan hal tersebut, bimbingan dan penghargaan yang diberikan oleh guru sangat erat kaitannya dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat dalam pembelajaran pada siklus II yaitu (1) siswa sudah terbiasa belajar dengan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga; ( 2) siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapat atau pertanyaan serta mengemukakan simpulan dari materi yang telah dipelajari, meskipun masih ada beberapa siswa yang malu-malu untuk mengumukakan pendapatnya; ( 3) siswa sudah aktif dan saling menghargai pendapat siswa lain dalam pembelajaran yang terlihat dari kerjasama saat mengerjakan tugas tanpa harus mengunggu perintah guru, sehingga waktu dapat dimanfaatkan dengan baik; dan (4) siswa sudah mampu mengatur waktu dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sehingga ketika waktu yang diberikan telah habis, tugas tersebut sudah selesai dikerjakan. Untuk lebih jelasnya, peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA dapat disajikan dalam bentuk tabel 2. Tabel 2. Peningkatan Persentase Motivasi dan Hasil Belajar IPA Objek Penelitian Siklus I Siklus II Peningkatan Motivasi belajar 69,78% 84,67% 14,89% Hasil belajar aspek afektif 65,4% 80% 14,6% Hasil belajar aspek psikomotor 66,3% 81,3% 15% Hasil belajar aspek kognitif 69,58% 81,67% 12,09% Berdasarkan tabel 2 tersebut, terlihat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa aspek afektif, psikomotor, dan kognitif dari siklus I ke siklus II. Penelitian dihentikan pada siklus II, karena motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian, yaitu minimal 80%. 7

8 Data pada tabel 2 dapat digambarkan pada gambar 2 mengenai perbandingan peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA yang mencakup aspek afektif, psikomotor, dan kognitif siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/ ,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% Motivasi belajar Hasil belajar aspek afektif Hasil belajar aspek psikomotor Hasil belajar aspek kognitif 0,00% Siklus I Siklus II Gambar 2. Grafik Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dengan penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga, yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru, terlihat adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Peningkatan motivasi belajar terjadi karena model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga dapat membangkitkan rasa kompetisi siswa dalam menjawab soal. Ini terlihat dari semangat dan antusias siswa dalam menjawab soal. Selain itu, peran guru dalam memberikan pujian dan skor kepada siswa yang menjawab dengan benar juga sangat berpengaruh pada peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2007), yang menyatakan bahwa motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu: (1) memberi angka; (2) hadiah; (3) saingan atau kompetisi; (4) ego-involvement; (5) memberi ulangan; (6) mengetahui hasil belajar; (7) pujian; (8) hukuman; (9) hasrat untuk belajar; (10) meningkatkan minat; dan (11) tujuan yang diakui. Guru dalam pembelajaran mampu menciptakan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Adanya komunikasi yang baik, mampu meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki minat tinggi, berdampak pada motivasi belajarnya, sehingga menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Ini sejalan dengan pendapat Sumiati dan Arsa (2008) yang menyatakan bahwa motivasi siswa akan terlihat apabila terdapat suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran serta antara guru dengan siswa terjadi komunikasi yang akrab dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga juga meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan. Pada saat guru menyampaikan materi pelajaran, terdapat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang disampaikan. Selain itu, guru sesekali mengajukan pertanyaan kepada siswa. Ini dilakukan untuk menguji sejauhmana pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih dan Sani (2015:83) yang menyatakan bahwa selain sebagai metode agar siswa mau berpendapat, talking stick juga dapat digunakan untuk menguji kesiapan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Selain itu, didukung oleh pendapat Ngalimun (2014 ) yang menyatakan bahwa model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberikan pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan. Selain meningkatkan motivasi belajar, penerapan model pembelajaran 8

9 talking stick juga meningkatkan hasil belajar. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sulistyani (2013:79) yang menemukan bahwa implementasi model pembelajaran talking stick efektif dilaksanakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Ini terlihat dari keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, lebih mudah menguasai materi, lebih mempersiapkan diri sebelum pembelajaran berlangsung, dan lebih bersemangat dan terdorong untuk lebih giat dalam belajar. Ini terjadi karena model pembelajaran talking stick menekankan pada karakteristik siswa sekolah dasar yaitu belajar sambil bermain dan aktif dalam pembelajaran. Dengan diterapkannya belajar sambil bermain, menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, dapat mempermudah siswa dalam menerima materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini didukung oleh pendapat Sugiyanto (2013) yang menyatakan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar yaitu masih cenderung senang bermain, bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan melakukan sesuatu secara langsung. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru, penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana. Pada siklus I persentase motivasi belajar siswa sebesar 69,78% yang tergolong dalam kategori cukup. Pada siklus II diperoleh persentase motivasi belajar IPA siswa sebesar 84,67% yang tergolong dalam kategori tinggi. Dengan demikian, motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana setelah tindakan mengalami peningkatan yaitu sebesar 14,89%. Penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan media ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana. Pada siklus I persentase rata-rata hasil belajar aspek afektif sebesar 65,4% dalam kategori cukup baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 80% dalam kategori baik. Kemudian persentase rata-rata hasil belajar aspek psikomotor pada siklus I sebesar 66,3% dalam kategori cukup terampil, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,3% dalam kategori terampil. Demikian pula persentase rata-rata hasil belajar aspek kognitif pada siklus I sebesar 69,58% dalam kategori sedang, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,67% dalam kategori tinggi. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 5 Dauhwaru Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana setelah tindakan mengalami peningkatan sebesar 14,6% pada aspek afektif, 15% pada aspek psikomotor, dan 12,09% pada aspek kognitif. Saran Berdasarkan hasil dan simpulan tersebut, maka saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Siswa SD Negeri 5 Dauhwaru disarankan untuk lebih antusias dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar untuk semua mata pelajaran yang diperoleh dapat terus mengalami peningkatan. (2) Guru SD Negeri 5 Dauhwaru disarankan untuk menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif, untuk membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan guru juga memperoleh pengalaman baru dalam mengajar serta motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat. (3) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi kepala sekolah dan guru kelas lainnya untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam upaya menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. (4) Kepada peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan model pembelajaran talking stick dan media ular tangga maupun media pembelajaran lain yang lebih bervariasi, karena penggunaan model dan media dalam pembelajarann dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 9

10 DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publising. Arikunto, Suharsimi., dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Bundu, Patta Penilaian Keterampian Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Sumiati dan Arsa Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Suryosubroto Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tegeh, I Made Media Pembelajaran. Singaraja. Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Kurniasih, Imas. & Berlin Sani Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena. Ngalimun Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Rifa, Iva Koleksi Games Edukatif di Dalam dan Luar Sekolah. Yogyakarta: Flashbooks. Rusman Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sardiman Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiyanto Karakteristik Anak Usia SD. Tersedia pada iles/tmp/karakteristik%20siswa% 20SD.pdf. Diakses pada, 19 Juni Sulistyani, I Dw. A. Pt Implementasi Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Tinga-Tinga. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan 10