BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK LIMB MOTOR EXAMINATION. Sistem Motorik Extremitas Superior Sistem Motorik Ekstremitas Inferior

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK LIMB MOTOR EXAMINATION. Sistem Motorik Extremitas Superior Sistem Motorik Ekstremitas Inferior"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK LIMB MOTOR EXAMINATION Sistem Motorik Extremitas Superior Sistem Motorik Ekstremitas Inferior KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

2 TIM PENYUSUN Udy Herunefi Hancoro,dr., Sp.B,SpOT Selfi Handayani, dr., MKes. Desy K Tandiyo, dr.,spkfr Balgis, dr.,msc-cmfm, Sp. Ak, DLP Dr. Isna Qadrijati, dr.,mkes. Muthmainah, dr., M.NeuroSc Yunia Hastami, dr., MMedEd 1

3 Abstrak Muskuloskeletal merupakan salah satu tema blok dalam kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Untuk mencapai kompetensi di bidang muskuloskeletal, mahasiswa kedokteran perlu belajar melalui berbagai cara pembelajaran, antara lain dengan belajar keterampilan diagnostik pemeriksaan muskuloskeletal. Manual Skills Lab Limb Examination terdiri dari topik pemeriksaan Sistem Motorik Ekstremitas Superior dan Inferior. Pada pemeriksaan motorik ekstremitas superior, mahasiswa mempelajari cara pemeriksaan bahu siku dan pergelangan tangan serta jari jari tangan. Sedangkan untuk pemeriksaan motorik ekstremitas inferior, mahasiswa mempelajari teknik pemeriksaan pada pinggul, lutut, tumit dan kaki. Buku ini berisi silabus, tujuan pembelajaran, prosedur keterampilan klinis dan daftar buku acuan yang dapat digunakan untuk membantu belajar mahasiswa. Disertakan juga daftar tingkat kompetensi keterampilan klinik yang harus dicapai sehingga membantu mahasiswa belajar lebih fokus. Teknis pembelajaran dilangsungkan dengan metode belajar terbimbing dengan didampingi instruktur dan mandiri. Responsi untuk mengevaluasi hasil belajar diselenggarakan pada akhir semester, terdiri dari station topik dan station integrasi. Silabus memuat tujuan pembelajaran blok disertai daftar indikator ketercapaiannya, metode pembelajaran yang dipakai, alokasi waktu, materi dan buku referensi, dan sistem penilaiannya. Setiap prosedur pemeriksaan disertai dengan panduan untuk melakukan inspeksi, palpasi dan penilaian Range of Motion aktif dan pasif. Kata kunci: ekstremitas inferior, ekstremitas inferior, motor examination, silabus, tujuan pembelajaran 2

4 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan bantuan-nya kami dapat menyempurnakan dan menyelesaikan penyusunan Buku Manual Skills Lab Topik Limb Motor Examination Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penyusunan buku manual ini ditujukan untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam skills lab yang diselenggarakan pada semester 1 program pendidikan dokter FK UNS. Berdasarkan masukan dari berbagai pihak, buku ini berisi panduan untuk meningkatkan keterampilan klinis terutama ketrampilan pemeriksaan ilmu-ilmu dasar. Buku ini berisi silabus, tujuan pembelajaran, panduan prosedur pemeriksaan klinis, dan daftar acuan yang dapat digunakan untuk membantu belajar mahasiswa. Sumbang saran sangat diharapkan guna memperbaiki serta menyempurnakan buku modul ini di dalam penyusunan yang akan datang.buku ini dapat terbit berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada seluruh tim penyusun serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga kerjasama semua pihak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ketrampilan klinis ini akan lebih ditingkatkan demi keberhasilan pendidikan dokter yang berkualitas. Surakarta, Agustus 2017 Ketua Tim Penyusun Manual Skills Lab Topik Limb Motor Examination 3

5 DAFTAR ISI Tim Penyusun. 1 Abstrak 2 Kata Pengantar 3 Daftar Isi 4 Silabus 5 TOPIK PEMERIKSAAN MOTORIK EKSTREMITAS SUPERIOR 7 Pendahuluan 7 Tujuan Pembelajaran 7 Materi Pemeriksaan 8 Prosedur Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Superior 13 Cheklist Penilaian Pemeriksaan Ekstremitas Superior 24 Daftar Rujukan 24 TOPIK PEMERIKSAAN MOTORIK EKSTREMITAS INFERIOR 25 Pendahuluan 25 Tujuan Pembelajaran 25 Materi pembelajaran 26 Prosedur Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Inferior 29 Cheklist Penilaian Pemeriksaan Ekstremitas Inferior 39 Daftar Rujukan 39 4

6 SILABUS Program Studi : Kedokteran Kode Keterampilan Klinik : - Topik : Limb Motor Examinations Bobot : 0,5 SKS Semester : 1 Standar Kompetensi : Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan gerak fisiologis ekstremitas superior dan ekstremitas inferior (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi) Prasyarat : Mahasiswa diharapkan telah mempunyai pengetahuan tentang (1) Anatomi struktur tulang dan sendi, ligamentum, sistem otot/kelompok otot dan syaraf yang menginervasinya. (2) Fisiologi mekanisme kontraksi otot, fungsi ligamentum, dan gerakan sendi. Tujuan Pembelajaran Indikator Pengalaman Belajar Mampu melakukan 1. Mahasiswa dapat Praktik pemeriksaan gerak menjelaskan prinsipprinsip pemeriksaan Terbimbing fisiologis ekstremitas Praktik superior (fleksi, ekstensi, Mandiri sistem abduksi, adduksi, rotasi) muskuloskeletal. 2. Mahasiswa dapat melakukan anamnesis pada pasien dengan keluhan sistem muskuloskeletal. 3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan regio bahu (shoulder). 4. Mahasiswa dapat Materi Pokok Pemeriksaan gerak fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi Alokasi waktu (menit) Kuliah Pengantar 1x100 menit Terbimbing 2x100 menit mandiri Mandiri 1x100 menit OSCE 1x100 menit Sumber/ Bahan Ajar 1. Burton, R., 1983, The Hand Examination & Diagnosis, 2 nd edition, Churchill Livingstone. 2. Hoppenfeld, S., 1986, Physical Examination Of The Spine and Extremities, Appleton & Lange. 3. Salomon, L., 2001, System of Orthopaedics and Fractures,8 th edition, Oxford University, New York. Penilaian OSCE 5

7 melakukan pemeriksaan regio siku (elbow). 5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan regio pergelangan tangan (wrist) dan tangan (hand) Mampu melakukan pemeriksaan gerak fisiologis ekstremitas inferior (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi) 1. Mengetahui prinsipprinsip pemeriksaan sistem Motorik Ekstremitas Inferior 2. Melakukan anamnesis pada pasien dengan keluhan sistem Motorik Ekstremitas Inferior. 3. Melakukan pemeriksaan regio pinggul (hip). 4. Melakukan pemeriksaan regio lutut (knee). 5. Melakukan pemeriksaan regio tumit (ankle) dan kaki (foot). Skills Lab terbimbing Prosedur pemeriksaan pinggul, lutut, tumit, dan kaki 4.Hoppenfeld, S., 1986, Physical Examination Of The Spine and Extremities,Appleton & Lange. 5.Salomon, L.,2001, System of Orthopaedisand Fractures,8 th edition, Oxford University, New York. 6

8 TOPIK PEMERIKSAAN MOTORIK EKSTREMITAS SUPERIOR PENDAHULUAN Keterampilan Klinik Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Superior merupakan keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan ekstremitas superior yang fisiologis meliputi look/ inspeksi, feel/ palpasi, dan move pada regio bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari Buku Keterampilan Diagnostik Pemeriksaan Motorik Ekstremitas superior ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengetahui prinsip-prinsip pemeriksaan sistem muskuloskeletal. 2. Melakukan anamnesis pada pasien dengan keluhan sistem muskuloskeletal. 3. Melakukan pemeriksaan regio bahu (shoulder). 4. Melakukan pemeriksaan regio siku (elbow). 5. Melakukan pemeriksaan regio pergelangan tangan (wrist) dan tangan(hand). Dalam memahami keterampilan Pemeriksaan ini, mahasiswa diharapkan telah mempunyai pengetahuan tentang : 1. Anatomi : struktur tulang dan sendi, ligamentum, sistem otot/kelompok otot dan syarafyang menginervasinya. 2. Fisiologi : mekanisme kontraksi otot, fungsi ligamentum, dan gerakan sendi. 7

9 MATERI PEMERIKSAAN MOTORIK LIMB EXAMINATION - SUPERIOR ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN Sendi Sendi (articulatio) adalah hubungan atau titik kontak antar tulang-tulang atau antara tulang dan tulang rawan. Sendi diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan yang menyatukan tulang yang bersendi serta derajat gerakan yang dimungkinkan. Terdapat 3 tipe : (1) Sendi Fibrosa : disatukan oleh jaringan ikat fibrosa (kolagenosa) dan terfiksasi atau tidak dapat bergerak. Contohnya : hubungan antara tulang cranium (sutura). (2) Sendi kartilaginosa : disatukan oleh tulang rawan, dapat bergerak sedikit. Contohnya : sendi vertebra (discus intervertebralis). (3) Sendi sinovial : dilapisi tulang rawan, memiliki rongga sendi berisi cairan sinovial dan dibungkus membran sinovial. Sendi ini bergerak bebas dan merupakan sendi yang umum pada ekstremitas. Sendi sinovial Tulang rawan sendi menutupi permukaan tulang dan menurunkan gesekan di sendi, menurunkan gesekan sendi dan meredam goncangan. Membran sinovium bagian dalam menghasilkan cairan sinovial yang berfungsi untuk pelumas dan memberi pasokan nutrien ke tulang rawan sendi. Cairan sinovial juga mengandung sel fagositik yang membersihkan mikroba dan debris dalam rongga sendi. Terdapat beberapa jenis sendi sinovial : (a) Engsel : gerakan berlangsung dalam satu bidang, misalnya articulatio cubiti, articulatio genu, articulatio interphalang. (b) Peluru (ball and socket) : memungkinkan gerakan mengelilingi 3 sumbu (fleksi ekstensi, abduksi adduksi, dan rotasi). Misalnya : bahu dan paha. (c) Pivot : suatu cincin tulang dan ligamentum yang mengelilingi permukaan tulang lain sehingga hanya memungkinkan gerakan rotasi. Misalnya articulatio atlantoaxial di vertebra cervical 1, serta articulatio radioulnaris. (d) Pelana (saddle) : serupa dengan engsel dengan tambahan sedikit gerakan pada bidang kedua. Misalnya articulatio carpometacarpea prima (pangkal ibu jari) Sebagai dasar memahami nama gerakan pada ekstremitas, berikut ini beberapa istilah gerakan yang perlu dipahami : (1) Gerakan angular, meliputi : a. Fleksi : pengecilan sudut antar tulang (misal: menekuk siku) b. Ekstensi : peningkatan sudut antar tulang ( misal : meluruskan siku) 8

10 c. Abduksi : gerak tulang menjauhi garis tengah (misal: gerakan lengan menjauhi garis tengah badan) d. Adduksi : gerak tulang mendekati garis tengah ( misal : merapatkan lengan kesisi tubuh) (2) Rotasi, merupakan gerak tulang berputar pada porosnya a. Rotasi internal, misal : rotasi internal paha, jempol kaki mengarah ke medial b. Rotasi eksternal, misal : rotasi eksternal paha, jempol kaki mengarah ke lateral (3) Gerakan khusus, contohnya : a. Pronasi : istilah ini dipakai untuk menunjukkan gerakan lengan bawah berlawanan arah jarum jam sehingga telapak tangan menghadap ke bawah. b. Supinasi : lawan dari pronasi, gerak memutar lengan bawah searah jarum jam sehingga telapak tangan menghadap ke atas c. Dorsofleksi : memfleksikan pergelangan kaki ke anterior d. Plantarfleksi : memfleksikan pergelangan kaki ke posterior e. Inversi : menggerakkan telapak kaki ke arah dalam menghadap ke telapak kaki yang lain, f. Eversi : lawan dari inversi, menggerakkan telapak kaki ke arah luar menjauhi telapak kaki yang lain. g. Protraksi : menggerakkan mandibula ke depan h. Retraksi : menggerakkan mandibula ke belakang. ANAMNESIS Dalam melakukan pemeriksaan fisik diagnostik musculoskeletal, seorang dokter perlu mengawali dengan memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan dengan menerangkan kepada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan sehingga pasien akan merasa nyaman terhadap pemeriksa dan bisa bersikap kooperatif. Untuk mengumpulkan data-data pasien perlu dilakukan anamnesis, yang meliputi: Data umum: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan. Keluhan utama: keluhan yang menyebabkan pasien datang ke seorang dokter. Biasanya pasien dengan penyakit muskuloskeletal datang dengan keluhan utama sebagai berikut: - Nyeri: leher, punggung, pinggang, nyeri sendi dengan atau tanpa gejala sistemik seperti demam. - Sendi bengkak. - Gangguan gerak. Data yang harus digali dari keluhan utama : - Kualitas nyeri. 9

11 - Derajat nyeri: penurunan range of motion (ROM), keterbatasan gerakan, gangguan tidur, kesulitan melakukan aktifitas fisik rutin yang sudah biasa dilakukan seperti berjalan, berdiri, duduk, jongkok, bangkit dari tempat tidur, menggerakkan leher dan lain-lain. - Lokasi dan penjalaran nyeri: lokalisata, difus, radiasi nyeri, melibatkan mono atau poliartrikuler. - Faktor yang memperberat terjadinya keluhan: aktifitas fisik, perubahan posisi - Faktor yang meringankan rasa sakit: istirahat, perubahan posisi, pemijatan, obat. - Perubahan sensasi: hipo/hiperestesia, parestesia. - Gejala neuromuskuler yang lain: kontraksi involunter, kelemahan otot, deformitas, tremor. - Gangguan fungsi organ: retensio urine, konstipasi, inkontinensia urine, inkontinensia alvi. - Kelainan pada kulit : rash, deskuamasi, sinus, sikatriks. - Gejala sistemik: demam, menggigil, rash, penurunan berat badan, anoreksia. - Penting untuk membedakan apakah keluhan bersumber dari tulang, sendi, otot, atau tendo; berlangsung akut atau kronis; inflamatorik atau non-inflamatorik. Riwayat penyakit yang lalu: trauma, operasi. Riwayat penyakit keluarga. Status sosial ekonomi. Riwayat alergi. Riwayat pemakaian obat-obatan (steroid), alkohol, merokok. Pada pemeriksaan Muskuloskeletal, dibagi menjadi : 1. Pemeriksaan Umum, meliputi : a. Kondisi pasien secara umum. b. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi respirasi dan suhu). c. Posisi (berbaring, berjalan atau berdiri). 2. Pemeriksaan Regional : pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sakit, kemudian bandingkan pada sisi yang normal. a. Inspeksi : Inspeksi dilakukan dari sisi anterior, lateral dan posterior. Ekstremitas atas dan bawah diperiksa dari proksimal ke distal (apakah ada pemendekan (shortening), deformitas, malalignment, edema, pembengkakan, ulkus, sinus, sikatriks, atrofi kulit dan otot). b. Palpasi : Suhu di area tersebut (hangat/dingin?) Krepitasi 10

12 Nyeri pada palpasi : nyeri tekan superfisial atau nyeri tekan dalam. c. Gerakan: Untuk menilai keterbatasan range of motion (ROM) sendi dan kekuatan otot (MMRC Modified Medical Research Council). Aktif: dilakukan oleh pasien sendiri. Pemeriksaan gerakan aktif dilakukan sebelum pemeriksaan dengan gerakan pasif. Pasif: dilakukan oleh pemeriksa, dicatat derajat gerakannya, misalnya 30 o -90 o. d. Gaya berjalan (walking-gait): Normal gait: Stance phase 60% dan swing phase 40% Antalgic gait Trendelenburg gait e. Pengukuran: Apparent limb length discrepancy True limb length discrepancy Circumference limb Gambar 1.Collumna vertebralis 11

13 PROSEDUR PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK A. Alat dan bahan Alat-alat yang diperlukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal : 1. Goniometer 2. Meteran Gambar 2. Goniometer B. Tahap Persiapan 1. Cek alat dan bahan untuk latihan terbimbing 2. Melakukan review materi tentang pemeriksaan extremitas superior 3. Instruktur menjelaskan tahapan bimbingan yakni demonstrasi oleh instruktur dilanjutkan kegiatan mandiri oleh mahasiswa 4. Salah satu mahasiswa berperan sebagai probandus, bisa secara bergantian. C. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pemeriksaan motorik ekstremitas superior meliputi pemeriksaan bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan. A. PEMERIKSAAN REGIO BAHU(SHOULDER) 1. Inspeksi : Shoulder girdle(gambar 16) terdiri 3 joint& 1 artikulasi -- Acromioclavicular (AC) joint, Glenohumeral (GH) joint, Sternoclavicular (StC) joint dan Scapulothoracic (ScT) articulation. a. Anterior : Secara keseluruhan dilihat kontur dari regio bahu adakah : pembengkakan, perubahan kulit (scar, inflamasi), wasting otot dan deformitas. Pada inspeksi dari anterior: dilihat adanya penonjolan Sternoclavicular joint (A), fraktur klavikula (B), subluksasi Acromioclavicularjoint (C), wasting m. deltoideus (D) (lihat gambar 18, kiri). 12

14 Gambar 3. Glenohumeral (GH) joint Gambar 4. Shoulder girdle Gambar 5. A. Anterior B. Lateral C. Posterior b. Lateral : dilihat adakah wasting otot pada regio deltoid, perubahan kulit (inflamasi, sikatriks, sinus). 13

15 c. Posterior : dilihat kontur regio bahu, adanya perubahan kulit, wasting otot-otot (trapezius, deltoideus, supraspinatus, infraspinatus, lattisimus dorsi), prominent scapula. 2. Palpasi Dilakukan dengan cara pemeriksa berdiri di samping pasien bila pasien duduk atau pemeriksa berdiri di depan pasien bila pasien berdiri. Gambar 6. Palpasi regio bahu Pemeriksaan palpasi dilakukan pada sisi anterior, lateral dan posterior.bandingkan kedua sisi. Palpasi bony prominence klavikula, acromioclavicular joint, skapula, adakah nyeri tekan, perubahan suhu atau pembengkakan? 3. Range of Motion (ROM) : Pemeriksaan dari gerakan aktif dilanjutkan dengan gerak pasif, diperiksa kedua bahu secara simultan : Abduksi Adduksi Fleksi anterior Ekstensi Rotasi internal Rotasi eksternal 14

16 Gambar 7. Pemeriksaan ROM regio bahu, kiri : abduksi aktif (normal o ), tengah : abduksi pasif, kanan : aduksi (normal 0-50 o ) Gambar 8. Pemeriksaan ROM regio bahu, kiri : fleksi anterior (normal o ), tengah : ekstensi (normal 0-60 o ), kanan : fleksi horisontal (normal : o ) Gambar 9. Kiri : posisi abduksi, rotasi internal (normal : 0-70 o ); kanan : posisi abduksi, rotasi eksternal (normal : o ) Gambar 10. Kiri : posisi ekstensi, rotasi eksternal (normal : 0-70 o ); Kanan : posisi ekstensi, rotasi internal (normal 0-70 o ) NOTE : TES KHUSUS MASUK SEMESTER 3 TOPIK JOINT & SPINE B. PEMERIKSAAN REGIO SIKU (ELBOW) Pasien berdiri pada posisi anatomis. Area yang dipaparkan adalah kedua anggota gerak atas dari regio bahu sampai tangan. Bandingkan sisi kanan dan kiri adakah asimetri? Periksa sisi anterior dan posterior. 1. Inspeksi : 15

17 a. Anterior : Dilihat kontur regio siku. Dilihat adanya perubahan kulit (inflamasi, sikatriks, pembengkakan). Rotasi internal/eksternal Cubitus varus/valgus Muscle wasting : m. trapezius, biceps brachii, deltoideus. Gambar 11. Regio siku anterior A : Cubitus Valgus Ukur Carrying Angle B : Cubitus Varus M(2-26 o ) F(2-22 o ) b. Posterior : Kontur siku Perubahan kulit (inflamasi, sikatriks, pembengkakan) Muscle wasting Gambar 12a.Pembengkakan siku posterior Gambar 12b.A: Bursitis olecranon B: Rheumatoid nodules 2. Palpasi : Perubahan suhu kulit Penonjolan tulang : epikondilus medialis, epikondilus lateralis, olecranon membentuk segitiga sama sisi pada posisi siku fleksi 90 o, bila ekstensi menjadi garis lurus (normal). Jaringan lunak : adakah nodul? Nyeri tekan : di epikondilus lateralis (Tennis elbow), epikondilus medialis (Golfer s elbow). 16

18 Gambar 13a.Palpasi penonjolan tulang (bony prominence) 3. Range of Motion (ROM) : Pasif dan aktif Fleksi (0-140 o ) Gambar 13b.Palpasi siku Ekstensi (0 o ), hiperekstensi (sampai -15 o pada wanita muda) Pronasi (0-75 o ) dengan fleksi siku 90 o Supinasi (0-80 o ) dengan fleksi siku 90 o Gambar 14. Kiri : A. Ekstensi penuh, B. Loss extension Tengah : Hiperekstensi (pada Ehlers Danlos Syndrome, Kanan : Fleksi Gambar 15. Kiri : supinasi (normal : 80 o ) kanan : pronasi (normal : 75 o ) NOTE : TES KHUSUS DIMASUKKAN SEMESTER 3 TOPIK JOINT & SPINE C. PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN (WRIST) DAN TANGAN Kedua tangan diletakkan di atas bantal/meja. Bandingkan kedua tangan. 17

19 Fungsi utama tangan adalah untuk pinch grip (ibu jari dengan jari telunjuk) dan power grip (antara 3 jari fleksi dengan bagian palmar tangan). 16a Gambar 16. Inspeksi (16a) dan palpasi pergelangan tangan dan tangan (16b, c, d, e) 1. Inspeksi Aspek dorsal : 16b 16c 16d - Kulit (tekstur, warna, inflamasi, pembengkakan). - Kuku (warna, bentuk). - Deformitas jari :swan neck, Boutoniere deformation, Mallet deformation, Heberden s node, Bouchard s node. - Muscle wasting, - Adanya guttering first web space. Aspek palmar : - Kulit (warna, tekstur, kontraktur) - Pembengkakan. - Muscle wasting : eminensia thenar/hypothenar 16e Gambar 17a. Deformitas jari, kiri ke kanan :Mallet deformity, swan neck, Boutoniere deformity, A:Heberden s node B:Bouchard s node 18

20 Gambar 17b. Deformitas jari pada artritis rematoid lanjut Gambar 17c. Muscle wasting pada eminensia thenar sinistra 2. Palpasi : Perubahan suhu (normal, menurun, meningkat?) Kulit : kering, lembab Nyeri tekan Sendi-sendi di pergelangan tangan adalah radiocarpal joint, distal radioulnar joint dan intercarpal joint, sedangkan sendi-sendi di telapak tangan adalah metacarpophalangeal joint, proximal interphalangeal joint dan distal interphalangeal joint. 3. Pada pergerakan : ROM Aktif ROM Pasif Gambar 18.Kiri : deviasi radial (normal : 0-20 o ); kanan : deviasi ulnar (normal : 0-35 o ) Gambar 19. Kiri : pronasi(normal : 0-75 o ); kanan : supinasi (normal : 0-80 o ) 19

21 Gambar 20. Kiri : ekstensi(normal : 0-70 o ); kanan : fleksi (normal : 0-80 o ) Gambar 21. Kiri : fleksi-ekstensi ibu jari; tengah : abduksi-adduksi ibu jari; kanan : opposisi ibu jari TES KHUSUS DIMASUKKAN SEMESTER 3 TOPIK JOINT & SPINE D. INTERPRETASI HASIL Mahasiswa menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada pasien. Kesalahan umum : 1. Mahasiswa berkomunikasi dengan penguji, bukan kepada pasien 2. Mahasiswa tidak melakukan sesuai instruksi soal 3. Mahasiswa lupa tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan 4. Mahasiswa hanya menghafalkan apa yang ada di cek list namun tidak melakukan pemeriksaan dengan benar 20

22 CHECKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN MOTORIK EXTREMITAS SUPERIOR No. Prosedur Cek Persiapan 1 Memperkenalkan diri Anamnesis : keluhan utama, kualitas, derajat, lokasi dan penjalaran, faktor memperingan dan memperberat, perubahan sensasi, keluhan lain 2 (neuromuskuler lain, fungsi organ,kelainan kulit, sistemik), RPD, RPK, R.sosial, R. alergi 3 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan 4 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan 5 Meminta ijin kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan Pemeriksaan regio bahu (Shoulder) 6 Inspeksi/look : anterior, lateral, posterior 7 Palpasi/feel : pembengkakan, bony prominence, nyeri tekan, suhu 8 Move/ ROM : abduksi-adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi internal dan eksternal (aktif dan pasif) Pemeriksaan Regio Siku (Elbow) 9 Inspeksi/look : anterior, posterior 10 Palpasi/feel : suhu, bony prominence, nyeri tekan 11 Move/ROM : fleksi, extensi, supinasi dan pronasi (aktif dan pasif) Pemeriksaan Regio Pergelangan dan Tangan (Wrist and Hand) 12 Inspeksi/look : dorsal, palmar 13 Palpasi/feel : suhu, nyeri tekan 14 Move/ ROM : deviasi radial dan ulnar, pronasi, supinasi, fleksi, ekstensi, fleksi-ekstensi ibu jari, abduksi-adduksi ibu jari, oposisi ibu jari (aktif dan pasif) 15 Menyampaikan seluruh hasil pemeriksaan kepada pasien 16 Mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan DAFTAR BACAAN Burton, R., 1983, The Hand Examination & Diagnosis, 2 nd edition, Churchill Livingstone. Hoppenfeld, S., 1986, Physical Examination Of The Spine and Extremities, Appleton & Lange. Salomon, L., 2001, System of Orthopaedics and Fractures,8 th edition, Oxford University, New York. 21

23 TOPIK PEMERIKSAAN MOTORIK EKSTREMITAS INFERIOR PENDAHULUAN Dalam melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik ekstremitas inferior yang merupakan bagian dari sistem musculoskeletal, seorang dokter perlu mengawali dengan memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan dengan menerangkan kepada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan sehingga pasien akan merasa nyaman terhadap pemeriksa dan bisa bersikap kooperatif. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik ekstremitas inferior, perlu dilakukan terlebih dahulu Anamnesis untuk mendapatkan data pasien secara keseluruhan, kemudian baru dilakukan pemeriksaan fisik sistem motorik ekstremitas inferior dan dilanjutkan dengan pengecekan apakah cara pemeriksaan sudah benar atau belum dengan melihat buku panduan pemeriksaan keterampilan sistem motorik ekstremitas inferior dan mencocokkan dengan checklist penilaian. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari Buku Manual Skills Lab Sistem Motorik Ekstremitas Inferior ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengetahui prinsip-prinsip pemeriksaan sistem Motorik Ekstremitas Inferior 2. Melakukan anamnesis pada pasien dengan keluhan sistem Motorik Ekstremitas Inferior. 3. Melakukan pemeriksaan regio pinggul (hip). 4. Melakukan pemeriksaan regio lutut (knee). 5. Melakukan pemeriksaan regio tumit (ankle) dan kaki (foot). Dalam memahami keterampilan Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Inferior mahasiswa diharapkan telah mempunyai pengetahuan tentang : 1. Anatomi : struktur tulang dan sendi, ligamentum, sistem otot/kelompok otot dan syarafyang menginervasinya. 2. Fisiologi : mekanisme kontraksi otot, fungsi ligamentum, dan gerakan sendi. MATERI PEMBELAJARAN Untuk mengumpulkan data pasien perlu dilakukan anamnesis, yang meliputi: a. Data umum: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan. b. Keluhan utama: keluhan yang menyebabkan pasien datang ke seorang dokter. Biasanya pasien dengan penyakit muskuloskeletal datang dengan keluhan utama sebagai berikut: 1) Nyeri: leher, punggung, pinggang, nyeri sendi dengan atau tanpa gejala sistemik seperti demam. 22

24 2) Sendi bengkak. 3) Gangguan gerak. Data yang harus digali dari keluhan utama : c. Kualitas nyeri. 1) Derajat nyeri: penurunan range of motion (ROM), keterbatasan gerakan, gangguan tidur, kesulitan melakukan aktifitas fisik rutin yang sudah biasa dilakukan seperti berjalan, berdiri, duduk, jongkok, bangkit dari tempat tidur, menggerakkan leher dan lain-lain. 2) Lokasi dan penjalaran nyeri: lokalisata, difus, radiasi nyeri, melibatkan mono atau poliartrikuler. 3) Faktor yang memperberat terjadinya keluhan: aktifitas fisik, perubahan posisi 4) Faktor yang meringankan rasa sakit: istirahat, perubahan posisi, pemijatan, obat. 5) Perubahan sensasi: hipo/hiperestesia, parestesia. 6) Gejala neuromuskuler yang lain: kontraksi involunter, kelemahan otot, deformitas, tremor. d. Gangguan fungsi organ: retensio urine, konstipasi, inkontinensia urine, inkontinensia alvi. e. Kelainan pada kulit : rash, deskuamasi, sinus, sikatriks. f. Gejala sistemik: demam, menggigil, rash, penurunan berat badan, anoreksia. g. Penting untuk membedakan apakah keluhan bersumber dari tulang, sendi, otot, atau tendo; berlangsung akut atau kronis; inflamatorik atau non-inflamatorik. h. Riwayat penyakit yang lalu: trauma, operasi. i. Riwayat penyakit keluarga. j. Status sosial ekonomi. k. Riwayat alergi. l. Riwayat pemakaian obat-obatan (steroid), alkohol, merokok. Pada pemeriksaan Muskuloskeletal, dibagi menjadi: 3. Pemeriksaan Umum, meliputi : d. Kondisi pasien secara umum. e. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi respirasi dam suhu). f. Posisi (berbaring, berjalan atau berdiri). 4. Pemeriksaan Regional : pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sakit, kemudian bandingkan pada sisi yang normal. a. Inspeksi : 1) Inspeksi dilakukan dari sisi anterior, lateral dan posterior. 2) Ekstremitas atas dan bawah diperiksa dari proksimal ke distal (apakah ada pemendekan (shortening), deformitas, malalignment, edema, pembengkakan, ulkus, sinus, sikatriks, atrofi kulit dan otot). 23

25 b. Palpasi : 1) Suhu di area tersebut (hangat/dingin?) 2) Krepitasi 3) Nyeri pada palpasi : nyeri tekan superfisial atau nyeri tekan dalam. c. Gerakan: 1) Untuk menilai keterbatasan range of motion (ROM) sendi dan kekuatan otot (MMRC Modified Medical Research Council). 2) Aktif: dilakukan oleh pasien sendiri. Pemeriksaan gerakan aktif dilakukan sebelum pemeriksaan dengan gerakan pasif. 3) Pasif: dilakukan oleh pemeriksa, dicatat derajat gerakannya, misalnya 30 o -90 o. d. Gaya berjalan (walking-gait): 1) Normal gait: Stance phase 60% dan swing phase 40% 2) Antalgic gait 3) Trendelenburg gait e. Pengukuran: 1) Apparent limb length discrepancy 2) True limb length discrepancy 3) Circumference limb Gambar 1.Collumna vertebralis Alat-alat yang diperlukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal : 1. Goniometer 2. Meteran 24

26 PROSEDUR PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK 1. PEMERIKSAAN PANGGUL (HIP) Area yang terpapar adalah kedua ekstremitas inferior (masih memakai pakaian dalam). Pasien diminta mengatakan bila merasakan nyeri panggul dalam pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berdiri, berjalan, supinasi atau pronasi. a. Inspeksi : Gambar 40.Kiri : anterior Tengah :lateral Kanan : posterior Keterangan : Gambar kiri : aspek anterior A=Pelvic tilting oleh karena deformitas adduksi/abduksi deformitas, short leg, skoliosis. B=Muscle wasting oleh karena infeksi, polio. C=Rotasi oleh karena osteoartritis Gambar tengah : aspek lateral Meningkatnya lordosis lumbar oleh karenafixed Flexion deformity Gambar kanan : aspek posterior A= Scoliosis, mengakibatkan pelvic tilting B=wasting otot gluteal, C= terbentuknya sinus oleh karena tuberkulosis Gambar 41.Trendelenburg s tes Normal (kiri); Tidak Normal (kanan). Pasien Berdiri : - Anterior tilting pelvis, scar, sinus, pembengkakan, muscle wasting, rotasi. - Lateral meningkat/menurunnya lordosis lumbal, fleksi/ekstensi panggul,fleksi/ekstensi lutut, ankle equinus. - Posterior tilting bahu/ pelvis, skoliosis, scar, sinus, gluteal muscle wasting, deformitas tumit/ kaki. 25

27 - Trendelenburg s Tes : Untuk mengetahui stabilitas level arm hip, dilakukan oleh mekanisme abduktor (lihat gambar 41). Pasien Berjalan : - Normal Gait : Stance phase 60% (heel strike -- foot flat -- mid stance -- push off); Swing phase 40% (acceleration midswing -- deceleration). Gambar 42.Kiri :normal gait; kanan : high stepping gait pada foot drop - High stepping gait (pada foot drop) - Trendelenburg gait Gambar 43. Trendelenburg gait Pasien supinasi : - Kulit :scar, sinus, pembengkakan, muscle wasting (m. quadriceps femoris, gluteal). - Bandingkan kedua ekstremitas inferior adakah pemendekan? - Ukur ketidaksesuaian panjang ekstremitas inferior (limb length discrepancy). 26

28 - Posisi Anterior Superior Illiac spine (SIAS) horizontal. - Ukur panjang kaki yang sebenarnya (true leg length) :diukur dari SIAS ke malleolus medialis. - Ukur panjang kaki yang terlihat (apparent leg length) : diukur dari Xiphisternum ke malleolus medialis. Gambar 44.Pengukuran true leg length Gambar 45.Pengukuran apparent leg length b. Palpasi : Gambar 46.Palpasi panggul Keterangan: Kiri : Palpasi origo m. adductor longus, bila nyeri biasanya oleh karena strain adductorlongus & osteoarthritis panggul. Kanan :lakukan rotasi eksternal artikulasio coxae, palpasi trochanter minor. Bila terasa nyeri, biasanya oleh karena strain m. illiopsoas. c. Pada pergerakan : 27

29 Gambar 47. Pemeriksaan panggul dengan pergerakan Keterangan : Kiri : ekstensi panggul normal : 0 (5-20 o ) Kanan: fleksi panggul o Gambar 48. Hip Abduksi Gambar 49. Hip Adduksi Gambar 50. Rotasi internal panggul pada posisi fleksi 90 o Gambar 51. Rotasi eksternal panggul pada posisi fleksi 90 o 2. PEMERIKSAAN LUTUT (KNEE) Dilakukan dalam posisi berdiri, berjalan dan berbaring (supinasi). Bandingkan kedua sisi. Dilakukan pula pemeriksaan tulang belakang dan panggul. a. Inspeksi : - Aspek anterior dan posterior adakah genu valgum/ genu varum. - Aspek lateral adakah genu recurvatum. - Penderita jongkok. 28

30 Gambar 52. Pemeriksaan lutut b. Palpasi : Untuk mengetahui adanya wasting otot dilakukan dengan cara mengukur lingkar paha. Palpasi : nyeri, suhu lutut Gambar 53. Pemeriksaan lutut, atas : mengukur lingkar paha; kiri bawah : palpasi lutut; kanan bawah : Solomon s test c. Pada pergerakan : Fleksi (0-150 o ) & ekstensikan lutut. Internal & eksternal rotasi lutut. 29

31 Gambar 54. Fleksi dan ekstensi lutut Gambar 55. Rotasi internal dan eksternal lutut 3. PEMERIKSAAN TUMIT (ANKLE) DAN KAKI a. Inspeksi : Bandingkan kedua sisi. Tulang belakang harus selalu diperiksa untuk mencari adanya proses patologis di collumna vertebralis. Dilihat alignment & attitude dari ekstremitas inferior dekstra dan sinistra. Dilihat kelainan kulit (inflamasi, scar,pembengkakan?) Dilihat deformitas tungkai dan kaki old fracture, deformitas Talipes, hammer toe 30

32 Gambar 58a.Deformitas Talipes 58b.Hammer toe Plantar pedis : hyperhidrosis, infeksi (jamur, misalnya athlete s foot), ulserasi. Pasien berdiri : apakah tumit & kaki bagian depan sejajar? Bila tidak, dicari penyebabnya, misalnya pemendekan kaki/ tendo calcaneus. Gambar 59.Kiri :Leg shortening; kanan : Intoeing Intoeing (oleh karena torsi tibia/ adduksi panggul/ adduksi kaki depan. Genu Valgum/ varum : oleh karena gangguan pertumbuhan lutut; inversi & eversi kaki. Gambar 60. Deformitas valgum dan varum 31

33 Gambar 61.A.Eversi ; B. Inversi 2. Palpasi : Diraba suhu kulit Nyeri tekan : pada Sever s disease (A), bursitis (B), plantar fasciitis (C), pes cavus (D). Diraba penonjolan-penonjolan tulang (bony prominence) : maleolus medialis & lateralis. Gambar 62. Palpasi kaki 3. Pada pergerakan : Gaya berjalan (walking gait). Supinasi kaki (normal : 0-35 o ). Pronasi kaki (normal : 0-20 o ). Dorsofleksi kaki (normal : 0-15 o ), plantarfleksi kaki (normal : 0-45 o ). Metatarsophalangeal joint (MTPJ) : ekstensi (normal : 0-65 o ), fleksi (normal : 0-40 o ). Interphalangeal joint (IPJ) : fleksi (normal : 0-60 o, ekstensi = 0 o ). Gambar 63.Kiri : Supinasi kaki, kanan : pronasi kaki 32

34 Gambar 64.Kiri : plantar dorsofleksi, kanan : plantar plantarfleksi Gambar 65.Kiri : ekstensi MTPJ; tengah: fleksi MTPJ; kanan : fleksi I 33

35 CHECKLIST PROSEDUR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK EKSTREMITAS INFERIOR No. Prosedur Cek Persiapan 1 Memperkenalkan diri Anamnesis : keluhan utama, kualitas, derajat, lokasi dan penjalaran, faktor memperingan dan memperberat, perubahan sensasi, keluhan lain 2 (neuromuskuler lain, fungsi organ,kelainan kulit, sistemik), RPD, RPK, R.sosial, R. alergi 3 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan 4 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan 5 Meminta ijin kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan Pemeriksaan regio Panggul (Hip) 6 Inspeksi/look : anterior, lateral, posterior (posisi berdiri, berjalan dan supinasi) 7 Ukur panjang kaki kanan dan kiri (true leg length dan apparent leg length) 8 Palpasi/feel : origo m. adductor longus dan trochanter minor 9 Move/ ROM : Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi internal dan eksternal (aktif dan pasif) Pemeriksaan Regio Lutut (Knee) 10 Inspeksi/look : anterior, lateral, posterior bandingkan kanan dan kiri (posisi berdiri, berjalan dan supinasi) 11 Palpasi/feel : suhu, nyeri tekan, ukur lingkar paha (adakah wasting otot?) 12 Move/ROM : fleksi, ekstensi, rotasi internal dan eksternal (aktif dan pasif) Pemeriksaan Regio Tumit (Ankle) dan Kaki 13 Inspeksi/look : inflamasi, scar, pembengkakan, deformitas, hiperhidrosis, ulserasi bandingkan kanan dan kiri 14 Palpasi/feel : suhu, pain/ nyeri, bony prominence (maleolus medialis dan lateralis) 15 Move/ ROM : walking gait, supinasi, pronasi, dorsofleksi dan plantar fleksi (aktif dan pasif) 16 Menyampaikan seluruh hasil pemeriksaan kepada pasien 17 Mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan DAFTAR RUJUKAN 1. Hoppenfeld, S., 1986, Physical Examination Of The Spine and Extremities, Appleton & Lange. 2. Salomon, L., 2001, System of Orthopaedics and Fractures,8 th edition, Oxford University, New York. 34

PENDAHULUAN TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari Buku Keterampilan Diagnostik Pemeriksaan Muskuloskeletal ini diharapkan mahasiswa mampu :

PENDAHULUAN TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari Buku Keterampilan Diagnostik Pemeriksaan Muskuloskeletal ini diharapkan mahasiswa mampu : PENDAHULUAN Dalam melakukan pemeriksaan fisik diagnostik musculoskeletal, seorang dokter perlu mengawali dengan memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan dengan menerangkan kepada pasien maksud dan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari Buku Keterampilan Diagnostik Pemeriksaan Muskuloskeletal ini diharapkan mahasiswa mampu :

PENDAHULUAN TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari Buku Keterampilan Diagnostik Pemeriksaan Muskuloskeletal ini diharapkan mahasiswa mampu : PENDAHULUAN Dalam melakukan pemeriksaan fisik diagnostik musculoskeletal, seorang dokter perlu mengawali dengan memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan dengan menerangkan kepada pasien maksud dan tujuan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN MANUAL SKILL BLOK 18. SISTEM MUSKULOSKELETAL.

BUKU PANDUAN MANUAL SKILL BLOK 18. SISTEM MUSKULOSKELETAL. BUKU PANDUAN MANUAL SKILL BLOK 18. SISTEM MUSKULOSKELETAL. Pembantu Dekan 1. Penanggung Jawab Prof.DR Dr Eriyati Darwin PA Dr.HM.Setia Budi Zain PA (K). 1 MANUAL SKILLS LAB BLOK MUSKULO SKELETAL TUJUAN

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) Dosen Pembimbing: Iis Fatimawati, S.Kep.Ns,M.Kes Oleh : Astriani Romawati 141.0020 Lina Ayu Dika 141.0057 Miftachul Rizal H. 141.0064 Varinta Putri P. 141.0103

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF Pokok bahasan Sub Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) : Mengajarkan latihan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun :

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI 1 ILMU GERAK KINESIOLOGI : Adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. Beberapa disiplin

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI Namaa : Nim : Kelas : Kelompok : FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh.

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) ROM (Range Of Motion) Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

PANDUAN KETRAMPILAN KLINIK 5 Bagian 2 Semester 5 TA.2016/2017

PANDUAN KETRAMPILAN KLINIK 5 Bagian 2 Semester 5 TA.2016/2017 PANDUAN KETRAMPILAN KLINIK 5 Bagian 2 Semester 5 TA.2016/2017 BLOK 3.2 GANGGUAN MUSKULOSKELETAL EDISI 1 REVISI 2016 TIM PELAKSANA SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 1 JADWAL KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu anatomi dan kinesiologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga, Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK CLINICAL SKILLS INTEGRATION 1

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK CLINICAL SKILLS INTEGRATION 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Tel/Fax (0271) 664178 BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TOPIK CLINICAL SKILLS

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK A. Identitas Pasien Nama : Ny. F Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 51 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Pakaian Alamat : Bojonegoro

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

Cedera Spinal / Vertebra

Cedera Spinal / Vertebra Cedera Spinal / Vertebra Anatomi 7 Servikal Anterior 12 Torakal Posterior 5 Lumbal Sakral Anatomi Posterior Anterior Motorik Cedera Spinal Sensorik Otonom Susunan Syaraf ke Ekstremitas Plexus Brachialis

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 3.5 GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 3.5 GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 3.5 GANGGUAN MUSKULOSKELETAL I. Seri Ketrampilan komunikasi ANAMNESIS KELAINAN ORTOPEDI II. Seri Ketrampilan Pemeriksaan Fisik: PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM PEMERIKSAAN FISIK

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional. digilib.uns.ac.id 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional. 3.2. Sampel dan populasi Sampel dan populasi yang

Lebih terperinci

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel ANATOMI PERSENDIAN rangka tubuh manusia tersusun dari tulang-tulang yang saling berhubungan. Hubungan antartulang disebut sendi. Dengan adanya sendi, kaki dan tanganmu dapat dilipat, diputar dan sebagainya.

Lebih terperinci

Penjelasan Tentang Penelitian

Penjelasan Tentang Penelitian enjelasan Tentang enelitian Lampiran 1 Nama saya adalah May Ciska Sijabat/121101078, mahasisiwi rogram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di RSU Haji Adam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen

Lebih terperinci

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick

TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS Nama : Meiustia Rahayu No.BP : 07120141 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick a. Pemeriksaan Lasegue (Straight Leg Raising Test) Cara pemeriksaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya pengetahuan masyarakat akan arti hidup sehat, maka ilmu kedokteran selalu di tuntut untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA OLEH: SRI WIDATI I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA GERAK MANUSIA ADALAH SUATU PROSES YANG MELIBATKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH BAGIAN TUBUH DALAM SATU KESATUAN YANG MENGHASILKAN SUATU GERAK

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 1 88 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 2 89 SURAT IJIN SURVEI AWAL PENELITIAN Lampiran 3 90 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 4 91 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

22/03/2016 MASYKUR KHAIR

22/03/2016 MASYKUR KHAIR MASYKUR KHAIR Aktivitas tubuh merupakan kegiatan at kerja yg dilakukan oleh bagian-bagian tubuh Umumnya tk. Kesehatan seseorg dinilai dr kemampuan org tsb u/ melakukan aktivitas sehar-hari, mis. berdiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang menjadi dasar permasalahan penelitian yang diambil, meliputi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR DASAR TEORI Penilaian kekuatan berbagai otot memerlukan pengetahuan fungsi berbagai kelompok otot. Suatu corak gerakan volunter terdiri dari

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI

PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDI Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan terhadap pemeriksaan-pemeriksaan

Lebih terperinci

ANATOMICAL LANMARK Merupakan titik skeletal yang mudah teridentifikasi, berguna saat menetapkan lokasi pengukuran ukuran2 tubuh atau penentuan tempat

ANATOMICAL LANMARK Merupakan titik skeletal yang mudah teridentifikasi, berguna saat menetapkan lokasi pengukuran ukuran2 tubuh atau penentuan tempat ANTHROPOMETRI TIM (Dra. Endang Rini Sukamti, M.S.) Fakultas Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANATOMICAL LANMARK Merupakan titik skeletal yang mudah teridentifikasi, berguna saat menetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 4 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Range of Motion (ROM) 1. Pengertian Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi BAHAN AJAR Mata Kuliah : Kinesiologi Kode Mata Kuliah : IOF 219 Materi : Sendi A. Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK?

LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK? LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK? KELOMPOK II AJENG APSARI UTAMI G 0013013 AKBAR DEYAHARSYA G 0013015 BAGUS HIDAYATULLOH G 0013055 ELIAN DEVINA G

Lebih terperinci

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV merupakan kelainan pada kaki, dimana kaki belakang equinus (mengarah ke bawah), varus (mengarah ke dalam/ medial), dan kaki depan adduktus (mendekati

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS A. Pengkajian Fisioterapi Untuk penentuan masalah dan atau melakukan pelaksanaan pelayanan fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS DISUSUN OLEH: PUTU EKA ANGGA RIANTINI P. 17420112108 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mendunia. 1,2 World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa obesitas merupakan epidemik global.

Lebih terperinci

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D. OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN

CATATAN PERKEMBANGAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi 1. Rabu, 10.00 5. Mengkaji faktor penyebab dan mengevaluasi S : Ny. L mengaku mengalami

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR.

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR. LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF PEMERIKSAAN FISIK SYARAF. PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK DAN CEREBELLUM 3. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS 4. PEMERIKSAAN REFLEK PATHOLOGIS 5. TEST RANGSANG MENINGEAL DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : 10 Blok : MUSKULOSKELETAL Bobot : Semester : 3 Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu Menjelaskan Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL Program Studi Fisioterapi Nomor Urut: 2/R/2014 NAMA MAHASISWA N.I.M TEMPAT PRAKTEK PEMBIMBING : Triastika Restti Alfiandri : J100110059

Lebih terperinci

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri 1 : melakukan keduanya 0

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah entitas patologi yang dimulai dengan perubahan genetik pada sel tunggal dan memerlukan waktu untuk dapat

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

Lampiran 7 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth : Responden Di Tempat. Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Marcelina Daya Nim : 0.0.08 Adalah mahasiswa dari Universitas Sari

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu)

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) Definisi Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut,

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan

Lebih terperinci

SENDI ATAU PERSAMBUNGAN PADA KERANGKA. Hedi Ardiyanto Hermawan

SENDI ATAU PERSAMBUNGAN PADA KERANGKA. Hedi Ardiyanto Hermawan SENDI ATAU PERSAMBUNGAN PADA KERANGKA Hedi Ardiyanto Hermawan Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

Bab 10 NYERI. A. Tujuan pembelajaran

Bab 10 NYERI. A. Tujuan pembelajaran Bab 10 NYERI A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien dengan nyeri. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya dengan nyeri. 3. Membedakan klasifikasi dengan nyeri. 4. Menjelaskan etiologi

Lebih terperinci

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA No. Aspek yang Dinilai Contoh/Parameter 1. Mengucap salam...assalamualaikum wr wb... 2. Memperkenalkan diri dan membina sambung rasa...perkenalkan saya Andi saya

Lebih terperinci

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S

Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi. Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom dan Sistem Koordinasi Oleh : Retno Tri Palupi Dokter Pembimbing Klinik : dr. Murgyanto Sp.S PEMERIKSAAN FISIK ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS Anamnesis Keluhan

Lebih terperinci

DISLOKASI SENDI PANGGUL

DISLOKASI SENDI PANGGUL DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frozen shoulder biasanya terjadi pada dekade kelima atau keenam, jarang dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai pada wanita

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. ANAMNESIS Keluhan Utama: Nyeri sendi pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan lutut.

LAPORAN KASUS. ANAMNESIS Keluhan Utama: Nyeri sendi pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan lutut. LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : NGW Umur : 56 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Yeh Embang Suku : Bali Pekerjaan : Petani Tanggal pemeriksaan : 21 Mei 2013 ANAMNESIS Keluhan Utama: Nyeri sendi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis

Lebih terperinci

LABOLATORIUM PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI

LABOLATORIUM PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI LABOLATORIUM PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN SISTEM KOORDINASI PENYUSUN: DR Ns CHANDRA W SKp.MKep Sp Mat DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Antropometri

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Antropometri MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Antropometri Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis S. Indra Lesmana, SST.FT, SKM, M.OR Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS KLINIK

LAPORAN STATUS KLINIK LAPORAN STATUS KLINIK NAMA MAHASISWA : WIWIT JATMIKO N.I.M : J10080005 TEMPAT PRAKTEK : YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA PEMBIMBING : ERSIANA INTAN SAFITRI Tanggal pembuatan laporan : 5 Febuari 2011 Kondisi/kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini semakin banyak ditemukan berbagai penyakit berbahaya yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini tidak mengancam jiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

PROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten

PROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten PROTOKOL STUDI KASUS Nama Mahasiswa : Novvi Kurniasari NIM :J100 080 74 Tempat Praktek Pembimbing : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN : I Sulistya, SSt.FT I. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

BAB III PROSES FISIOTERAPI

BAB III PROSES FISIOTERAPI BAB III PROSES FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi Pengkajian fisioterapi merupakan upaya atau tindakan yang dilakukan untuk memperoleh data-data tentang pasien untuk mengetahui permasalahan yang terjadi.

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.

Lebih terperinci