BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016 Untuk membedakan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita kriminal dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji yang berjudul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016 oleh Ria Nengsih, NIM , Tahun Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa eksosentrik dan endosentrik pada rubik berita Puan di surat kabar Tribunnews Tanjungpinang. Pada penelitian terdahulu, menunjukan bahwa penelitian mengenai Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut mendeskripsikan frasa eksosentrik berdasarkan posisi penghubungnya, yang diperoleh dalam teks rubrik berita Puan sebagai berikut: frasa eksosentrik preposisi, frasa eksosentrik posposisi, frasa eksosentrik preposposisi. Frasa endosentrik yang diperoleh dalam rubrik berita Puan sebagai berikut: frasa endosentrik koordinatif, dan frasa endosentrik apositif. Perbedaan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan penelitian, teknik pengumpulan data, data dan 6

2 7 sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun tujuan penelitian sebelumnya adalah mendeskripsikan frasa eksosentrik dan endosentrik pada pada rubik berita Puan. Teknik pengumpulan data pada penelitian sebelumnya menggunakan teknik dokumentasi, pada penelitian saat ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari Penelitian saat ini data yang digunakan berupa frasa yang terdapat pada berita kriminalitas harian Suara Merdeka edisi Desember Pada bagian pembahasan penelitian sebelumnya menganalisis frasa eksosentrik dan frasa endosentrik, sedangkan penelitian ini menganalisis frasa endosentrik saja pada harian Suara Merdeka edisi Desember Penelitian dengan judul Frasa Endosentris Pada Bahasa Jepang Untuk membedakan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita kriminal dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Diponegoro yang berjudul Frasa Endosentris Pada Bahasa Jepang oleh Lina Rosliana, tahun Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa endosentrik yang terdapat pada bahasa Jepang. Pada penelitian terdahulu, menunjukan bahwa penelitian mengenai Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut menguraikan hasil yang mencakup: frasa endosentrik yang terdiri dari ; 1) frasa endosentrik atributif, 2) frasa endosentrik koordinatif dan 3) frasa endosentrik apositif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang pertama yaitu terletak pada tujuan penelitian, data dan sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun

3 8 tujuan penelitian sebelumnya mendeskripsikan frasa endosentrik pada bahasa Jepang, sedangkan pada penelitian ini hanya menganalisis frasa endosentrik pada berita Kriminal. Data yang digunakan penelitian sebelumnya berupa frasa yang terdapat pada bahasa Jepang, sedangkan pada penelitian ini yaitu berupa berita Kriminal. Bagian hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya menganalisis frasa endosentrik pada bahasa Jepang, sedangkan penelitian ini menganalisis frasa endosentrik pada harian Suara Merdeka edisi Desember Penelitian dengan judul Frasa Endosentrik Bahasa Jawa Dalam Novel Duraka Karya Any Asmara Untuk membedakan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Peneliti meninjau penelitian mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Frasa Endosentrik Bahasa Jawa Dalam Novel Duraka Karya Any Asmara oleh Vina Retnawati NIM , Tahun Penelitian tersebut menghasilkan analisis berupa frasa endosentrik bahasa Jawa dalam novel Duraka karya Any Asmara. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa penelitian mengenai Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 belum pernah dilakukan. Hal-hal yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain: Pertama, tipe-tipe konstruksi frasa endosentrik bahasa Jawa yang meliputi tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif, tipe konstruksi frasa endosentrik atributif, dan tipe konstruksi frasa endosentrik apositif. Tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif meliputi dua jenis yaitu tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif kopulatif dan tipe konstruksi frasa endosentrik koordinatif alternatif. Kedua, kategori frasa endosentrik yang ditemukan dalam penelitian ini ada enam

4 9 kategori yaitu verba, nomina, adjektiva, adverbia, numeralia, dan pronomina. Kategori frasa endosentrik yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah frasa berkategori nomina. Ketiga, hubungan makna yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain penjumlahan, pemilihan, penerang, pembatas, penentu/penunjuk, jumlah, ragam, negatif, aspek, tingkat, sebutan, dan kesamaan. Perbedaan penelitian yang berjudul Frasa Endosentrik pada Berita Kriminalitas dalam Harian Suara Merdeka Edisi Desember 2016 dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan penelitian, data dan sumber data, serta hasil pembahasan. Adapun tujuan penelitian sebelumnya adalah mendeskripsikan tipe, kategori, dan hubungan makna antar unsur yang membentuk konstruksi frasa endosentrik bahasa Jawa yang terdapat dalam novel Duraka karya Any Asmara. Data yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah frasa endosentrik bahasa Jawa dalam novel Duraka karya Any Asmara. Penelitian saat ini data yang digunakan berupa frasa yang terdapat pada berita kriminalitas harian Suara Merdeka edisi Desember Pada bagian pembahasan penelitian sebelumnya menganalisa frasa berdasarkan tipe, kategori, dan hubungan makna antar unsur yang membentuk konstruksi frasa endosentrik, sedangkan penelitian yang saat ini membahas frasa endosentrik berdasarkan tipe strukturnya. B. Sintaksis Sintaksis atau syntax (Ing) adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk frasa, klausa, dan kalimat, dengan satuan terkecilnya berupa bentuk bebas, yaitu kata (Sukini, 2010: 3). Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat (Verhaar, 2001: 11). Menurut Supriyadi (2014: 2)

5 10 Sintaksis adalah salah satu subdisiplin linguistik yang berada dalam wilayah tatabahasa. Sebagai subdisiplin dalam tata bahasa, sintaksis membahas hal-hal yang meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Menurut Khirah dan Ridwan (2014: 10) sintaksis berusaha menjelaskan hubungan fungsional antara unsur-unsur dalam satuan sintaksis yang tersusun bersama dalam wujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Menurut Arifin dan Junaiyah dalam Sukini (2010: 3) menyatakan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech), dan unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang kombinasi kata, susunan kata dalam kalimat yang tersusun dalam wujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana. C. Frasa 1. Pengertian Frasa Istilah frasa dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan istilah kelompok kata. Dengan penyamaan tersebut, terimplikasi makna bahwa frasa itu selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Dalam bahasa Indonesia, istilah frasa diserap dari kata phrase (Ingg). Istilah frasa kadang-kadang disebut pula dengan frase. Mengacu pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Sukini, 2010: 20). Frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang (Verhaar, 2001: 291). Frasa adalah gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif, dan tidak melebihi batas fungsi dalam kalimat, sehingga ia tidak berpotensi untuk menjadi kalimat seperti halnya klausa (Rosliana, 2015: 52).

6 11 Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. Sebuah frasa sekurangkurangnya mempunyai dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian sebuah frasa yang terdekat atau langsung membentuk frasa itu (Parera 2009: 32). Frasa tersusun atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa (Khairah dan Ridwan, 2014: 21). Menurut Chaer (2012: 222) frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Kridalaksana dalam Sukini (2010: 20) menyatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata dengan kata yang sifatnya tidak predikatif atau nonpredikatif. Menurut Suhardi (2010:19) bahwa frasa atau frase dapat didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua kata tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satu saja berupa inti. Namun, satu hal yang perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing-masing kata yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang bersifat nonprediktif, terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi atau dapat disebut pula dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat dan tidak melebihi batas unsur klausa. 2. Ciri-Ciri Frasa Menurut Suhardi (2013: 21) mengingat antara frasa dan kata majemuk memiliki kesamaan yaitu sama-sama dibangun atas beberapa kata maka untuk dapat membedakan keduanya perlu diketahui ciri-ciri dasar yang terdapat pada frasa itu

7 12 sendiri. Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya telah tersirat pada beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli. Ada empat ciri-ciri frasa, yaitu (a) frasa terdiri dari dua kata atau lebih. (b) frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK). (c) frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa. (d) frasa lebih kecil daripada klausa. 3. Jenis-Jenis Frasa Klasifikasi frasa dibedakan menjadi empat yaitu frasa eksosentrik, frasa endosentrik, frasa koordinatif, dan frasa apositif (Chaer, 2012: 225). Menurut Tarigan (2009: 96) klasifikasi frasa berdasarkan tipe strukturnya dibedakan menjadi dua yaitu: frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Berdasarkan distribusi unsur-unsurnya dalam kalimat, frasa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu frasa endosentrik dan frasa endosentrik (Sukini, 2010: 21). Secara umum frasa dibedakan menjadi dua macam frasa. Ada frasa endosentris dan ada frasa eksosentris (Parera, 2009: 55). a. Frasa Eksosentrik Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014: 14). Frasa eksosentrik adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi berdistribusi tidak mengikuti salah satu unsur pembentukanya. Ahli lain mendefinisikan frasa yang tidak memiliki unsur inti. Biasanya frasa eksosentrik ini mengisi unsur keterangan dalam kalimat (Suhardi, 2013: 27). Menurut Verhaar dalam Sukini (2010: 22) Frasa eksosentrik adalah frasa adalah frasa yang berdistribusi komplementer dengan pusatnya. Contohnya frasa dari Jakarta. Frasa tersebut

8 13 berdistribusi dari komplementer, artinya unsur-unsurnya tidak bisa menggantikan kedudukan keseluruhan frasa tersebut. Menurut Khairah dan Sakura Ridwan (2014: 22) frasa eksosentris yaitu konstruksi frasa yang tidak berfungsi dan berdistribusi sama dengan semua unsur pembentuknya. Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat (UP) (Supriyadi, 2014:11). Dari pendapat beberapa ahli bahasa di atas maka dapat disimpulkan bahwa frasa eksontrik adalah frasa yang tidak bisa menduduki keseluruhan frasanya dan tidak mempunyai unsur pusat (UP). b. Frasa Endosentrik Frasa endosentrik adalah frasa yang berhulu, yang berpusat, atau headed phrase yaitu frasa yang mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya, Whitehall dalam Tarigan (2009: 100). Frasa endosentris Dikatakan sebuah frasa apabila satuan konstruksi frasa itu berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya (Parera, 2009: 55). Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya (Chaer 2012: 226). Frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya, disebut frasa endosentrik (Supriyadi, 2014: 11). Frasa endosentrik adalah frasa yang berdistribusi pararel dengan salah satu atau semua unsur pembentuknya (Sukini, 2010: 22). Menurut Khairah dan Ridwan (2014: 22) frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan salah satu anggota pembentuknya disebut frasa endosentrik. Dari pendapat

9 14 beberapa ahli bahasa di atas maka dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik adalah frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan pembentuknya atau salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan komponen yang lain atau bisa disebut saling menggantikan. 1) Frasa Endosentrik Koordinatif Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik... baik, makin... makin, dan baik... maupun... Frasa koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya (Chaer, 2012: 228). Frasa endosentrik koordinatif atau frasa serial adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda (Tarigan, 2009: 102). Frasa endosentrik koordinatif terdiri atas unsur-unsur yang memiliki kedudukan setara. Kesetaraannya itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Supriyadi, 2014: 18) a) Frasa Koordinatif Nominal Frasa koordinatif nominal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe nominal. Frasa nominal terdiri dari kelas kata yang bertipe nomina bergabung dengan kelas kata yang bertipe nomina pula, sehingga terbentuk frasa nominal. Frasa nomina pada intinya berbentuk kata benda atau nomina. Dalam frasa nominal, yang berfungsi sebagai inti (unsur pusat) adalah nomina. Frasa ini memiliki distribusi yang sama dengan nomina. Selain memiliki distribusi yang sama dengan nomina, frasa nomina

10 15 juga paling sering menduduki fungsi subjek dan objek sebagaimana halnya nomina. Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian utama (pusat), sedangkan pewatasnya berada di depan atau dibelakangnya. Pewatas yang terletak sebelum inti dinamakan pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti dinamakan pewatas belakang (Khairah dan Ridwan, 2014: 31). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nominal adalah kata yang digunakan untuk menamakan bermacam-macam hal yang dibendakan seperti nama orang, tempat, nama suatu benda atau gagasan. Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif nominal. (1) Johan dan Amir bekerja di perusahaan yang sama. Terdiri dari nomina yang setara yaitu Johan dan Amir yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuk frasa koordinasi nominal. Frasa Johan dan Amir terdiri dari dua nomina yaitu kata Johan dan kata Amir yang menjadi unsur pusat (UP). (2) Ayah saya mempunyai pabrik kopi dan keju di Jakarta. Terdiri dari nomina yang setara yaitu kopi dan keju yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuk frasa koordinatif nominal. Frasa kopi dan keju terdiri dari dua nomina yaitu kata kopi dan kata keju yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa kopi dan keju dikatakan sebagai frasa koordinatif nominal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata kopi dan kata keju. b) Frasa Koordinatif Verbal Frasa koordinatif verbal adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipe verba (kata kerja). Frasa koordinatif verbal pada intinya berupa kata kerja, atau frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata golongan verbal. Frasa verbal adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat

11 16 menggantikan kategori verba. Verba berfungsi sebagai inti. Frasa verbal bisa tersusun secara endosentris subordinatif dan endosentris koordinatif (Khairah dan Sakura Ridwan, 2014: 43). Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif verbal. (3) Alif mempunyai hobi membaca dan menulis setiap hari. Terdiri dari verba yang setara yaitu membaca dan menulis yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif verbal. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa membaca dan menulis terdiri dari dua verba yaitu kata membaca dan kata menulis yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa membaca dan menulis dikatakan sebagai frasa koordinatif verbal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata membaca dan kata menulis. (4) Ketika musim kemarau warga tak dapat mencuci dan memancing di sungai Cibawor lagi. Terdiri dari verba yang setara yaitu mencuci dan memancing yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif verbal. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa mencuci dan memancing terdiri dari dua verba yaitu kata mencuci dan kata memancing yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa mencuci dan memancing dikatakan sebagai frasa koordinatif verbal karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata mencuci dan kata memancing. c) Frasa Koordinatif Adjektival Frasa koordinatif adjektival adalah gabungan dua kata atau lebih frasa atau kata yang bertipe adjektiva. Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk

12 17 dari dua kata atau lebih yang dapat menggantikan kategori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti (Khairah dan Ridwan, 2014: 51). Pada frasa adjektiva terdiri dari gabungan kata yang berupa kata sifat atau disebut juga adjektiva. Pada intinya frasa adjektival merupakan kata yang menunjukan kata sifat. Berikut beberapa contoh mengenai frasa koordinatif adjektival. (5) Rambut hitammu tampak indah, harum, dan lembut. Terdiri dari adjektiva yang setara yaitu tampak indah, harum, dan lembut yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terentuklah frasa endosentrik koordinatif adjektival. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa tampak indah, harum, dan lembut terdiri dari tiga adjektiva yaitu tampak indah, harum, dan lembut yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa tampak indah, harum, dan lembut dikatakan sebagai frasa koordinatif adjektival karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata tampak indah kata harum dan kata lembut. (6) Film yang tayang di bioskop itu sangat menyedihkan serta mengharukan. Terdiri dari adjektiva yang setara yaitu meyedihkan dan mengharukan yang dihubungkan dengan konjungsi serta sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adjektival. Konjungsi serta merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa meyedihkan serta mengharukan terdiri dari dua adjektiva yaitu meyedihkan dan mengharukan yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa meyedihkan dan mengharukan dikatakan sebagai frasa koordinatif adjektiva karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata meyedihkan dan kata mengharukan.

13 18 d) Frasa Koordinatif Adverbial Frasa koordinatif adverbial adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipe adverbia/kata keterangan. Frasa adverbial ialah frasa yang intinya berupa kata keterangan, atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi K dalam klausa (Supriyadi, 2014: 16). Frasa adverbial adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan adverbia yang berfungsi sebagai inti dan nomina atau adverbia (saja, lagi) yang berfungsi sebagai pewatas. Tidak semua adverbia dapat berfungsi sebagai inti, hanya adverbia yang memiliki fitur semantik waktu, seperti tadi, kemarin, nanti, besok, dan sekarang (Khairah dan Ridwan, 2014: 71). Berikut beberapa contoh frasa koordinatif adverbial. (7) Senin dan Selasa Agil berangkat les privat matematika. Terdiri dari adverbial yang setara yaitu Senin dan Selasa yang dihubungkan dengan konjungsi dan sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adverbial. Konjungsi dan merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa Senin dan Selasa terdiri dari dua adverbia yaitu Senin dan Selasa yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa Senin dan Selasa dikatakan sebagai frasa koordinatif adverbial karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata Senin dan kata Selasa. (8) Sudah atau belum kau sedekah hari ini?. Terdiri dari adverbia yang setara yaitu sudah dan belum yang dihubungkan dengan konjungsi atau sehingga terbentuklah frasa endosentrik koordinatif adverbial. Konjungsu atau merupakan penanda hubungan penambahan yang berfungsi menghubungkan unsur setara. Frasa Sudah atau belum terdiri dari dua adverbia yaitu sudah dan belum yang menjadi unsur pusat (UP). Frasa Sudah atau belum dikatakan sebagai frasa koordinatif adverbial

14 19 karena terdiri dari referen yang berbeda. Referen yang berbeda tersebut yaitu kata sudah dan kata belum. 2) Frasa Endosentrik Apositif Frasa apositif adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama. Frasa apositif umumnya bersifat nominal (Tarigan, 2009: 110). Frasa endosentrik apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponen-komponennya saling merujuk sesamanya, dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan (Chaer, 2012: 228). Frasa itu memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan frasa endosentrik yang koordinatif dan atributif. Dalam frasa endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik ada unsur yang terpenting, yang lebih penting dari unsur lainnya (Supriyadi, 2014: 13). Dari beberapa pakar yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik apositif adalah frasa yang komponen-komponennya merujuk pada referen yang sama. Berikut contoh frasa endosentrik apositif. (9) Asti, pemilik toko roti itu, telah meraih untung besar hari ini. Unsur Asti merupakan unsur pusat (UP). Unsur pemilik toko roti itu merupakan aposisi (Ap) atau informasi tambahan. (10) Kaesang, putra presiden Jokowi itu, mempunyai sifat yang lucu. Unsur Kaesang merupakan unsur pusat (UP). Unsur putra presiden Jokowi itu merupakan aposisi (Ap) atau informasi tambahan. Berikut merupakan contoh frasa apositif yang dapat dipertukarkan urutan komponennya seperti pada frasa Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. (11) Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. (11a) Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, akan meletus. (11b) Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru, akan meletus.

15 20 3) Frasa Endosentrik Atributif Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang terdiri dari unsur pusat (UP) di mana unsur tersebut merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr). Berbeda dengan frasa endosentrik koordinatif, frasa golongan ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Oleh karena itu, unsurunsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Supriyadi, 2014: 18). Frasa endosentrik atributif adalah frasa yang mengandung hanya satu hulu (Tarigan, 2009: 111). Dapat disimpulkan bahwa frasa endosentrik atributif adalah sebuah frasa yang mengandung satu hulu saja, artinya hanya mempunyai satu unsur pusat (UP) saja dan unsur lainnya merupakan atribut untuk melengkapi unsur pusat (UP). Frasa endosentrik atributif menurut Tarigan dibagi menjadi empat. Berikut uraian mengenai frasa endosentrik atributif. a) Frasa Atributif Nominal Frasa atributif nominal adalah frasa yang hulunya berupa nomina atau kata benda. Artinya frasa atributif nominal merupakan frasa yang terdapat pada awal atau akhir kalimat. Frasa ini merupakan frasa yang terdiri dari kata benda yang memiliki unsur pusat dan diikuti dengan atribut atau pewatas. Pewatas yang terletak sebelum inti dinamakan pewatas depan, sedangkan pewatas yang terletak setelah inti dinamakan pewatas belakang (Khairah dan Ridwan, 2014: 31). Berikut contoh frasa atributif nominal. (12) Andi diberi tugas untuk menggambar gedung sekolah. Unsur gedung merupakan usnur pusat (UP). Unsur sekolah merupakan atribut (Atr). (13) Tas merah muda itu akan dibeli Alin sore ini. Unsur tas merah muda sebagai unsur pusat (UP). Unsur ini sebagai atribut (Atr). (14) Andi menghadiri pesta ulang tahun

16 21 temannya dengan mengenakan baju baru. Unsur baju merupakan unsur pusat (UP). Unsur baru merupakan unsur atribut (Atr). b) Frasa Atributif Verbal Frasa atributif verbal adalah frasa atributif yang hulunya berupa verba atau kata kerja. Terdapat penanda modalitas sebelum kata inti, penanda modalitas tersebut terdiri dari (akan, belum, dapat, harus, mau, sedang, sudah). Berikut contoh frasa atributif verbal. (15) Saya sedang mencuci baju di sungai Klawing. Unsur mencuci sebagai unsur pusat (UP). Unsur sedang sebagai unsur atribut (Atr). (16) Ayah sebentar lagi akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Unsur mendarat sebagai unsur pusat (UP). Unsur akan sebagai unsur atribut (Atr). (17) Anita harus pulang pukul nanti malam. Unsur pulang sebagai unsur pusat (UP). Unsur harus sebagai unsur atribut (Atr). c) Frasa Atributif Adjektival Frasa atributif adjektival adalah frasa atributif yang hulunya berupa adjektif atau kata sifat. Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat menggantikan katgori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti (Khairah dan Ridwan, 2014: 51). Adjektiva merupakan kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif (Alwi, 2010: 177). Pada intinya frasa adjektival merupakan kata yang menunjukan kata sifat. Berikut contoh frasa atributif adjektival. (18) Cantik sekali

17 22 wanita berbaju putih itu. Unsur cantik sebagai unsur pusat (UP). Unsur sekali sebagai unsur atribut (Atr). (19) Dia terlalu tampan untuk menjadi kekasihku. Unsur tampan sebagai unsur pusat (UP). Unsur terlalu sebagai unsur atribut (Atr). (20) Paman sangat sabar menghadapi pelanggan yang semena-mena. Unsur sabar sebagai unsur pusat (UP). Unsur sangat sebagai unsur atribut (Atr). d) Frasa Atributif Adverbial Frasa atributif adverbia adalah frasa atributif yang hulunya berupa kata keterangan. Frasa adverbial ialah frasa yang intinya berupa kata keterangan, atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan, ialah kata yang mempunyai kecenderungan menduduki fungsi K dalam klausa (Supriyadi,2014: 16). Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 1994: 81). Berikut contoh frasa atributif adverbial. (21) Acara wisuda Alena akan dilaksanakan pada minggu depan. Unsur minggu sebagai unsur pusat (UP). Unsur depan sebagai unsur atribut (Atr). (22) Diva akan menonton konser Coldplay besok malam. Unsur besok sebagai unsur pusat (UP). Unsur malam sebagai unsur atribut (Atr). (23) Lena sudah mengembalikan buku perpustakaan kamis kemarin. Unsur kamis sebagai unsur pusat (UP). Unsur kemarin sebagai unsur atribut (Atr) D. Kriminal 1. Pengertian Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya (Kartono, 2011:

18 23 140). Kriminalitas adalah masalah manusia yang berupa suatu kenyataan sosial, yang sebab musababnya kerap kurang dipahami, karena tidak melihat masalahnya menurut proporsi yang sebenarnya secara dimensional. Kriminalitas adalah suatu hasil interaksi karena adanya interrelasi antara yang ada dan saling mempengaruhi. (Widiyanti dan Waskita, 1987: 1). Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar dan benar. Dapat disimpulkan bahwa Kriminal adalah sebuah tindakan kejahatan yang melanggar serangkaian norma-norma sehingga ditentang oleh kalangan masyarakat. 2. Jenis-jenis Kriminal Menurut (Widiyanti dan Waskita, 1987: 45) jenis kriminal ada lima macam yaitu, (1) Kejahatan-kejahatan Ekonomi yang terdiri dari, a) penyelundupan, b) kejahatan dalam bidang perbankan, dan c) manipulasi dalam perdagangan. (2) Kejahatan-kejahatan yang mempunyai aspek ekonomi yang terdiri dari, a) penyelewengan keuangan negara (Korupsi), b) pengrusakan (sabotase pusat-pusat kegiatan ekonomi). (3) Kejahatan-kejahatan yang mengancam rasa aman penduduk secara luas yang terdiri dari, a) Banditisme dan b) Hi jacking. (4) perdagangan obat bius (Narkotika) dan (5) pelanggaran lalu lintas yang membahayakan jiwa orang banyak dan mengganggu lalu lintas orang.

19 24 3. Wacana Berita Kriminal dalam Media Cetak Menurut Mulyana (2005: 47) klasifikasi atau pembagian wacana sangat tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Dalam hal ini, wacana setidaknya dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2) media, (3) jumlah penutur, dan (4) sifat. Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas. Berikut adalah beberapa contoh tentang wacana hukum dan kriminalitas (1) Tersangka DPT bertambah. (2) Tim pembela berharap kasasi dikabulkan MA. (3) Vonis hakim lebih ringan. Menurut Mulyana (2005: 62) Ciri wacana hukum dan kriminalitas dapat dikenali dari pemilihan kata (diksi) yang digunakan. Pada contoh (1), terdapat kata tersangka (orang yang dikenai status sangkaan perbuatan melawan hukum. Pada contoh (2), muncul bentuk-bentuk tim pembela (beberapa orang dengan profesi pembela, bergelar sarjana hukum bergabung untuk membela klien); kasasi (upaya mencari keadilan pada tingkat pengadilan tertinggi di Indonesia); dan MA (Mahkamah Agung). Pada contoh (3) digunakan diksi vonis (kata putusan akhir sebuah prosesi pengadilan, eksekusi), dan hakim (profesi penegak hukum, berwenang memutuskan vonis di pengadilan). Media cetak merupakan sebuah media penyampaian informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Media cetak merupakan media yang paling banyak kita gunakan untuk mengakses informasi-informasi tentang dunia di sekitar kita. Media cetak dapat menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Oleh karena itu, media cetak adalah tempat yang sangat berpotensi untuk memproduksi dan menyebarluaskan

20 25 masalah sosial. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Eriyanto (2011:36) bahwa media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasan, mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antar anggota komunitas. Koran harian Suara Merdeka didirikan oleh H. Hetami yang sekaligus menjadi pemimpin redaksi pada 11 Februari Pertama kali diterbitkan di kota Solo, koran ini mencetak 5000 eksemplar yang pada masa itu merupakan jumlah yang cukup besar untuk surat kabar lokal. Kemudian, Suara Merdeka mulai melebarkan daerah distribusinya ke Kudus dan Semarang. Sebagai koran provinsi, Suara Merdeka memiliki keunggulan dengan kelengkapan berita-berita dari setiap kota yang ada di Jawa Tengah. Dari segi kebahasaannya, Suara Merdeka memiliki suatu badan yang bertugas mengatur tentang kebahasaanya, sehingga bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang memang benar-benar baik. Selain itu peneliti juga mudah dalam memahami susunan kalimat pada koran Suara Merdeka. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berita kriminal yaitu laporan aktual berupa fakta yang disiarkan di media massa, peristiwa mengenai tindakan kejahatan atau kriminal yang dilakukan seseorang atau kelompok serta melanggar aturan hukum yang ditetapkan. Adapun tindak kejahatan meliputi: pencurian, pemerasan, perampokan, pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pencopetan,penodongan, penipuan dan korupsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS FRASE EKSOSENTRIK DAN ENDOSENTRIK RUBRIK BERITA PUAN DALAM SURAT KABAR TRIBUNNEWS EDISI 1-20 FEBRUARI 2016 E-JOURNAL

ANALISIS FRASE EKSOSENTRIK DAN ENDOSENTRIK RUBRIK BERITA PUAN DALAM SURAT KABAR TRIBUNNEWS EDISI 1-20 FEBRUARI 2016 E-JOURNAL ANALISIS FRASE EKSOSENTRIK DAN ENDOSENTRIK RUBRIK BERITA PUAN DALAM SURAT KABAR TRIBUNNEWS EDISI 1-20 FEBRUARI 2016 E-JOURNAL Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL

ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL ARTIKEL E-JOURNAL Oleh DWAISKURNY NIM 110388201024 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa karena bahasa mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa dimanfaatkan untuk berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA Efri Yades dan Leni Syafyahya Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas email: efriyades@ymail.com email: lenisyafyayah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

Penulisan Huruf Kapital

Penulisan Huruf Kapital Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS Latifah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung Latifahtif357@gmail.com Abstrak Sintaksis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Hasil penelitian diperoleh data bahwa di dalam rubrik berita majalah Djaka Lodang terdapat penggunaan polisemi yang meliputi jenis polisemi, bentuk polisemi, dan tipe-tipe

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI Nama : Meka Sudesti NIM :1402408315 Kelas : 1F RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis ; (2) satuan-satuan sintaksis dan (3) hal

Lebih terperinci

FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG

FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG Dina Yulianti, Sukamto, Hotma Simanjuntak Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email : dina.yulianti@rocketmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan mengenai kejahatan yang diperoleh dari pihak kepolisian dan dimuat di media massa baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga

Lebih terperinci

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako 1 STRUKTUR FRASE VERBA BAHASA KAILI DIALEK RAI Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako S.musrifa@yahoo.co.id ABSTRAK Kata Kunci: Struktur Frase Verba Bahasa Kaili Dialek Rai Penelitian ini berjudul Struktur

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Struktur dan Ciri Bahasa Teks Fabel dalam Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Tahun 2015 oleh Anitah Karisma Zaki 2015.

Lebih terperinci

Klasifikasi Frase Nama-Nama Menu Makanan Berbahasa Inggris di Koran Minggu Ini. Wiwiek Sundari

Klasifikasi Frase Nama-Nama Menu Makanan Berbahasa Inggris di Koran Minggu Ini. Wiwiek Sundari Klasifikasi Frase Berbahasa Inggris di Koran Minggu Wiwiek Sundari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro wiekku@yahoo.com Abstract The language structure comprehension is closely related to the

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan.

STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan. STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA Ade Barkah Abstract Secara tidak langsung, surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Kekuatannya terletak pada kesanggupan penggunaan bahasa secara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014

FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 Lina, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: linaspd@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci