FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG"

Transkripsi

1 FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG Dina Yulianti, Sukamto, Hotma Simanjuntak Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan dina.yulianti@rocketmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna frasa Bahasa Melayu dialek Ketapang. Bentuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu bahasa Melayu dialek Ketapang yang dipakai masyarakat Kelurahan Mulia Kerta. Data dalam penelitian ini berupa frasa bahasa Melayu dialek Ketapang yang didapat melalui wawancara langsung dengan informan yang direkam kemudian diterjemahkan dan dicatat. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, teknik simak libat cakap (SBLC), dan bercerita. Berdasarkan analisis data ditemukan frasa dalam BMDK dapat dibedakan atas (a) frasa endosentris yang meliputi frasa endosentris yang koordinatif, frasa endosentris yang apositif, dan frasa endosentris yang atributif. (b) frasa eksosentris. Bentuk frasa dalam BMDK berdasarkan kategori frasa yaitu frasa nominal, verbal, adjektival, preposisional, dan keterangan. Fungsi frasa dalam kalimat fungsi frasa verbal, adjektival, adverbial, nominal, dan numeralial. Hubungan makna antar unsur-unsur dalam frasa BMDK yakni makna frasa nomina, frasa verba, frasa numeralia, frasa adverbial, dan frasa preposisi. Kata kunci : Bentuk, fungsi, makna frasa dialek Ketapang Abstract: this research purpose describe are form, function, and meaning of Malay language in Ketapang dialect. This research is in from of qualitative and descriptive methode. Data source of this research is Malay language in Ketapang dialect thas is spoken by native in Mulia Kerta district. Data in this reseacrh are in from of Malay language in Ketapang dialect that is gained through direct interview with interviewees that is recorder and translated then taken not. In aggregation data, the researcher user interviewing technique, listen and speak technique, and story telling. According to data analysis, it is found that phrase in KDMP can be disringuished into. (a) endocentric phrase that coveos coordinative endocentric, apositive endocentric phrase, and attributive endocentris phrase. (b) exocentrie phrase. Phrase form in KDMP according to phrase categores, they are: nominal phrase, verbal, adjectival, prepositional, and adverbial. Any functions of phrase in senteces, they are functioning as phrasal verb, adjectival phrase, adverbial phrase, nominal phrase, and numeral phrase. Meaning relatioship between elements in phrase KDMP, they are nominal phrase meaning, phrasal verb, numeral phrase, adverbial phrase and prepositional phrase. Keywords: categores, functions, meaning phrase Ketapang dialect 1

2 P eranan bahasa daerah sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat dalam lingkungan tempat tinggalnya memberikan peranan penting terhadap perkembangan bahasa nasional yang berfungsi sebagai lambang kebanggaan berbangsa dan bernegara. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa penghubung antar daerah dan antar sesama serta sebagai sarana untuk mendukung kebudayaan nasional. Bahasa daerah juga memiliki peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan budaya daerah. Bahasa daerah perlu dipelihara keberadaannya di tengah masyarakat agar tetap hidup pada era globalisasi yang menampilkan kehidupan serba modern seperti sekarang ini.perhatian khusus terhadap bahasa daerah dapat dilakukan melalui upaya membina, memelihara, mengembangkan, dan melestarikan bahasa daerah tersebut. Satu di antara bahasa daerah tersebut adalah bahasa Melayu dialek Ketapang. Hal yang dilakukan adalah melakukan penelitian terhadap bahasa Melayu dialek Ketapang. Bahasa Melayu dialek Ketapang selanjutnya (disingkat BMDK) merupakan satu di antara variasi bahasa Melayu di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kecamatan Benua Kayong tepatnya di Kelurahan Mulia Kerta. Peneliti ingin meneliti frasa dalam bahasa Melayu Ketapang karena didasarkan beberapa hal. Pertama, ingin memeroleh gambaran yang jelas mengenai frasa dalam BMDK. Kedua, peneliti ingin mengetahui sejauh mana perkembangan frasa pada BMDK dalam pemunculan kosa kata dan kalimat yang sesuai dengan aspek pemakaiannya. Ketiga, peneliti ingin mendokumentasikan frasa BMDK. Alasan peneliti meneliti bahasa Melayu Ketapang ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, BMDK adalah satu di antara lambang identitas dan hingga saat ini masih digunakan dalam situasi nonformal, yaitu sebagai alat komunikasi antarsesama penutur bahasa tersebut, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam hubungan dengan masyarakat penutur bahasa tersebut. Kedua, BMDK tidak hanya digunakan oleh masyarakat Melayu tetapi digunakan oleh masyarakat keturunan Cina, Madura, dan Jawa yang berdomisili di wilayah Ketapang sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Ketiga, peneliti berasal dari daerah penutur sehingga mempermudah dalam penelitian. Kabupaten Ketapang merupakan satu di antara kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Barat terletak di antara garis 0º º Lintang Selatan dan 108º º Bujur Timur. Memiliki luas wilayah km² (± ha) yang terdiri dari km² wilayah daratan dan km² wilayah perairan. Serta memiliki 20 kecamatan, yaitu Benua Kayong, Air Upas, Delta Pawan, Hulu Sungai, Jelai Hulu, Kendawangan, Manis Mata, Marau, Matan Hilir Selatan, Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Nanga Tayap, Pemahan, Sandai, Simpang Dua, Simpang Hulu, Singkup, Sungai Melayu Raya, Sungai Laur, Tumbang Titi. Mengingat luasnya wilayah pemakai BMDK, lokasi penelitian yang menjadi fokus tempat penelitian adalah di Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Alasan memilih Kelurahan Mulia kerta (1) masyarakat setempat menggunakan BMDK sebagai bahasa sehari-hari dan Kelurahan Mulia Kerta merupakan pusat kebudayaan Kabupaten Ketapang, (2) mayoritas penduduk Kelurahan Mulia kerta adalah orang Melayu keturunan asli 2

3 dari Keraton atau sering disebut sebagai Gusti Muhammad Saunan, (3) belum pernah dilakukan penelitian mengenai frasa. Tarigan (1984:93) frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa. Pendapat lain disampaikan Simanjuntak (2008: 43) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Berdasarkan pendapat di atas frasa adalah kesatuan yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih dan merupakan unsur pembentuk kalimat yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau dengan kata lain tidak melebihi batas fungsi. Distribusi dalam ilmu bahasa berarti semua posisi yang dapat diduduki oleh unsur bahasa. Sebuah frasa terbentuk dari unsur atau konstitusi yang berupa kata atau beberapa kata tersebut akan membentuk sebuah frasa. Berdasarkan distribusi unsur frasa dapat diklasifikasikan atau dibagi menjadi dua, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya baik semua unsur maupun satu di antara dari unsurnya. Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentris yang koordinatif, frasa endosentris yang atributif, dan frasa endosentris yang apositif. Frasa endosentris yang koordinatif terdiri dari unsurunsur yang setara. Kesetaraannya dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Ramlan, 1987:155). Frasa endosentris yang atributif adalah frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara, karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Ramlan, 2001: 143). Frasa endosentris yang apositif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu, Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Penanda frasa eksosentris berupa preposisi. Contoh frasa yang eksosentris ialah frasa di ruang baca. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata. Frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu: 1) Frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina (kata benda). frasa nominal terdiri dari terdiri N diikuti N, N diikuti V, N diikuti Bilangan, N diikuti Keterangan, N diikuti frasa preposisi, N didahului bilangan, N diikuti kata sandang, yang diikuti N, yang diikuti verba, yang diikuti bilangan, yang diikuti keterangan, dan yang diikuti frasa preposisi. 2)Frasa verbal terdiri dari Adv diikuti V, dan V diikuti V. 3)Frasa adjektival menyatakan keadaan yang diterangkan oleh kata seperti sudah, dan dapat. secara kategorial frasa adjektival terdiri dari Frasa adjektival yang dibuat ingkar dengan kata ingkar tidak, memiliki pewatas belakang seperti lagi dan kembali, memiliki tingkat perbandingan, dan memiliki keterangan penguat seperti sangat. 4)Frasa preposisional adalah frasa yang diawali preposisi (kata depan) sebagai penanda. 5)Frasa preposisi yang terdapat pada BMDK yaitu di, dari, dan ke. 6)Frasa keterangan adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan yakni kata yang memunyai kecenderungan menduduki fungsi keterangan dalam kalimat. Fungsi frasa dalam kalimat BMDK, yaitu 1)Fungsi frasa verbal terdiri dari frasa verbal sebagai subjek, frasa verbal sebagai predikat, frasa verbal sebagai 3

4 4 objek, dan frasa verbal sebagai pelengkap. 2)Fungsi frasa adjektival terdiri dari frasa adjektival sebagai subjek, frasa adjektival sebagai predikat, frasa adjektival sebagai keterangan, dan frasa adjektival sebagai pelengkap. 3)Fungsi frasa adverbial dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan. Fungsi frasa nominal terdiri dari frasa nominal sebagai subjek, frasa nominal sebagai predikat, dan frasa nominal sebagai objek. 4)Fungsi frasa numeralial adalah suatu inti struktural dalam kalimat yang dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan keterangan. Hubungan makna antar unsur-unsurnya dalam frasa BMDK yakni makna frasa nomina, makna frasa verba, makna frasa numeralia, makna frasa adverbial, dan makna frasa preposisi. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian berdasarkan data sebagaimana adanya pada saat melakukan penelitian yang diuraikan menggunakan kata-kata ataupun kalimat bukan data bentuk angka-angka atau mengadakan penghitungan. Sudaryanto (1998:62) mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya. Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan pada fakta mengenai bahasa Melayu dialek Ketapang (BMDK) serta fenomena yang terjadi dimasyarakat. Maka metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dapat memperjelas unsur yang disertai data yang telah dikumpulkan berupa ujaran dan sesuai dengan permasalahan yang dibicarakan oleh peneliti. Bentuk penelitian ini memberikan gambaran dari data yang telah diperoleh dari hasil analisis terhadap objek yang diteliti. Data dalam penelitian ini adalah frasa BMDK yang digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan terjemahan. Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa Melayu dialek Ketapang yang dituturkan oleh masyarakat Kelurahan Mulia Kerta yang dijadikan data primer dan dokumen-dokumen lainnya yang mengandung frasa dalam BMDK yang dijadikan data sekunder. Sebagai sumber informasi dan sekaligus bahasa yang digunakan itu mewakili bahasa kelompok penutur di deaerah pengamatannya masing-masing, maka pemilihan seorang untuk dijadikan informan sebaiknya memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu (Mahsun, 2011: 141). Adapun syarat-syarat atau kriteria seorang informan adalah sebagai berikut. 1. Berjenis kelamin pria atau wanita; 2. Berusia antara tahun (tidak pikun); 3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya; 4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP);

5 5 5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya; 6. Pekerjaannya bertani atau buruh; 7. Dapat berbahasa indonesia; dan 8. Sehat jasmani dan rohani. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik langsung atau wawancara langsung, Moleong (2007: 186) mengatakan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terarah dengan berpedoman pada instrumen yang telah ditentukan, yaitu kata-kata dan kalimat yang mengandung frasa. Teknik SBLC maksudnya peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya dan tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti (Mahsun, 2005: 93). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk cerita yang diperoleh dengan cara meminta informan menceritakan cerita daerah setempat yang diketahuinya dalam bahasa Melayu dialek Ketapang. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini. Untuk mempermudah mengumpulkan data di lapangan, peneliti menggunakan instrumen berupa cerita rakyat yang dituturkan oleh informan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan, misalnya cerita rakyat yang telah dibukukan. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat perekam dan kartu pencatat dengan maksud untuk mempermudah melakukan pengecekan terhadap data. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Mencatat dan merekam percakapan dengan informan. 2. Data ditranskripsikan dari alat perekam ke dalam tulisan. 3. Setelah ditrasnkripsikan, data diklasifikasikan sesuai dengan masalah yaitu bentuk frasa, fungsi frasa, dan makna frasa dalam BMDK. Teknik analisis data yang dilakukan agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, maka harus ada perencanaan dan persiapan yang sistematis. Untuk menganalisis data frasa BMDK, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Membaca kembali data yang telah ditranskripsikan dan diklasifikasikan. 2. Menganalisis frasa berdasarkan bentuk frasa dalam BMDK. 3. Menganalisis frasa berdasarkan fungsi frasa dalam BMDK. 4. Menganalisis frasa berdasarkan makna frasa dalam BMDK. 5. Membuat kesimpulan akhir tentang frasa dalam BMDK. 6. Mendiskusikan hasil analisis dengan dosen pembimbing. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data berdasarkan masalah yang dibahas yaitu bentuk frasa, fungsi frasa dalam kalimat, dan makna frasa BMDK. Data yang telah diperoleh berupa hasil tulisan maupun lisan kemudian dideskripsikan berdasarkan masalah tersebut.

6 Hasil Data yang berkaitan dengan frasa Bahasa Melayu dialek Ketapang sebagai berikut. 1. (C2 K 7) Syaiful disuruh ayahnya mendatangi dukun di sungai awan 2. (C1 K 36) Anakmu disembunyikan siluman macan dibukit Begendang 3. (W2 K 25) dua orang turis itu sedang mencari novel baru di toko buku 4. (C1 K 15) Apai Buntat seorang dukun dari Mungguk Pukawe 5. (C2 K 101) Baru sebentar tiba-tiba mereka sudah sampai ke rumah Laila 6. (C2 K 106) Ibu Laila sedang pergi ke rumah tetangga 7. (C2 K 116) Nenek moyang mereka menerima islam dari Nabi Muhammad 8. (C1 K 95) Kami tak sanggup lagi menjaganya karena babi menyerang siang dan malam 9. (C2 K 2) Jalan pematang kubur masih jalan tanah yang kalau musim kemarau pasir tebal yang disebut sepuk, menyulitkan jika dilalui dengan sepeda atau motor 10. (C1 K 69) Kar berpesan, kalau tiba-tiba bertemu macan jangan dibunuh karena dapat membahayakan si pembunuh, sebab macan itu adalah siluman. 11. (C2 K 55) Mereka mengendarai sebuah mobil mewah. 12. (W2 K 23) kawanku, Nani sudah meninggal 13. (W2 K 13) yayan, anak Pak Itam sekolah di Pontianak 14. ( W2 K 11) Dia membeli mobil baru 15. (W2 K 9) Paman mengecat rumah baru 16. (W1 K 31) Pintu rumah 17. (W1 K 57) senjata yang mematikan 6

7 7 18. (C2 K 150) Ketika Syaiful mengembalikan cincin dan selendang yang diberikan oleh Laila, makin membuat mereka bertiga menangis lagi. 19. (C1 K 73) Namun sampai ke bukit tidak sebutir durian ditemukan (C2 K 98) Ibu Syaiful sudah sembuh dari sakitnya setelah 2 bulan 21. (W2 K 8) Nanti siang mereka datang 22. (W1 K 14) Pak Hasan mempunyai dua ekor sapi 23. (W2 K 16) dari pagi tadi paman pergi ke hutan 24. (W2 K 27) Nenek akan datang malam ini Pembahasan 1. Bentuk Frasa a. Frasa Endosentris Kalimat terdiri dari satu klausa, yaitu. Selanjutnya, klausa itu terdiri dari empat unsur, yaitu,,, dan. Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata, yaitu, dan, ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu, dan ada pula yang terdiri dari empat kata, yaitu Frasa mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik unsur maupun dengan unsur persamaan distribusi dapat dilihat dari jajaran di bawah ini: a. b. Demikian juga frasa mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, yaitu dengan unsur, dan frasa mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya, yaitu unsur Frasa tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya karena merupakan preposisi (kata depan) yang menjadi preposisinya yakni Ketidaksamaannya dapat dilihat dari jajaran di bawah ini:

8 8 a. b. Berdasarkan bentuknya, frasa endosentris dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut. 1. Frasa endosentris yang koordinatif dalam BMDK sebagai berikut. a. (C1 K 95) Siang dan malam dengan penghubungnya; b. (C2 K 2) Sepeda atau motor dengan penghubungnya. Ciri frasa endosentris yang koordinatif dalam BMDK yaitu unsur-unsurnya dapat disetarakan dengan kata atau 2. Frasa endosentris yang atributif dalam BMDK sebagai berikut. a. (C1 K 69) Jangan dibunuh b. (C2 K 55) Mobil mewah Frasa endosentris yang atributif dari data di atas yaitu (a) merupakan Unsur Pusat (UP), sedangkan merupakan frasa verba sebagai Atribut (Atr), dan (b) merupakan Unsur Pusat (UP), sedangkan merupakan frasa nomina sebagai Atribut (Atr). 3. Frasa endosentris yang apositif dalam BMDK sebagai berikut. a. (W2 K 23) kawanku, Nani sudah meninggal b. (W2 K 13) yayan, anak Pak Itam sekolah di Pontianak Frasa endosentris yang apositif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu. Dalam hal ini unsur (a) sama dengan unsur, maka unsur dapat menggantikan unsur (b) sama dengan unsur, maka unsur dapat menggantikan unsur b. Frasa Eksosentris 1. (C2 K 10) di sungai awan 2. (C2 K 101) ke rumah Laila 3. (C2 K 118) dari Nabi Muhammad

9 9 Frasa eksosentris dari data di atas yaitu (1) merupakan penanda frasa eksosentris berupa preposisi, (2) merupakan penanda frasa eksosentris berupa preposisi, dan (3) merupakan penanda frasa eksosentris berupa preposisi. 2. Kategori Frasa Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata. Frasa pada BMDK dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu. a. Frasa Nominal 1. ( W2 K 11) Dia membeli mobil baru 2. (W2 K 9) Paman mengecat rumah baru Frasa dan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata dan. Kata dan termasuk golongan kata nominal karena itu frasa dan termasuk golongan frasa nominal. Secara kategorial frasa bahasa Melayu dialek Ketapang terdiri dari. a) N diikuti N (W1 K 31) Frasa nomina diikuti nomina sebagai Unsur Pusat (UP) yang berkategori nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) berkategori nomina. b) N diikuti V (W1 K 57) senjata yang mematikan Frasa nomina diikuti verba sebagai Unsur Pusat (UP) yang berkategori nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang berkategori verba. c) N diikuti bilangan (C2 K 150) Mereka bertiga Frasa nomina diikuti bilangan sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang berkategori bilangan. d) N diikuti keterangan (W1 K 19) baju merah

10 10 Frasa nomina diikuti keterangan sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa nomina, sebagai Atribut (Atr) yang berkategori keterangan. e) N diikuti frasa preposisi (C2 K 10) Dukun di Sungai Awan Kiri Frasa nomina diikuti frasa preposisi sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang berkategori frasa preposisi. f) N didahului bilangan (C1 K 73) Sebutir durian Frasa nomina didahuluio bilangan sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa frasa nomina, didahului sebagai Atribut (Atr) yang berkategori bilangan. b. Frasa Verbal (W2 K 15) Mira sedang mandi di sungai Frasa dalam kalimat di atas memunyai distribusi yang sama dengan kata. Kata mandi termasuk golongan verba sehingga termasuk kategori frasa verba. c. Frasa Adjektival (C2 K 98) sudah sembuh Frasa adjektival (1) merupakan adjektival yang berfungsi sebagai penanda, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang menyatakan keadaan. d. Frasa Preposisi (C1 K 15) dari Mungguk Pukawe Frasa preposisional merupakan preposisi yang berfungsi sebagai penanda, diikuti sebagai aksisnya. e. Frasa Keterangan (W2 K 8) Nanti siang mereka datang Inti frasa keterangan merupakan frasa golongan keterangan yang menunjukkan keterangan waktu.

11 11 3. Fungsi Frasa Dalam Kalimat a. Fungsi Frasa Nominal 1) Frasa Nominal sebagai Subjek bi a an suk (W2 K 2) Anak itu suka menangis Kalimat di atas frasa nominal bi a an sebagai subjek, yang menjadi inti frasa nominal tersebut adalah nomina bi a. 2) Frasa Nominal sebagai Predikat (C1 K 15) Dia adalah seorang dukun Kalimat di atas frasa nominal (a) sebagai predikat, yang menjadi inti frasa nominal tersebut adalah nomina ( 3) Frasa Nominal sebagai Objek (W2 K 9) Paman mengecat rumah baru Kalimat di atas frasa nominal berfungsi sebagai objek, yang menjadi inti frasa nominal tersebut adalah nomina b. Fungsi Frasa Verbal 1) Frasa Verbal sebagai Subjek (W2 K 3) bersepeda termasuk olahraga yang menyenangkan Kalimat di atas menunjukkan verbal berfungsi sebagai predikat, yang menjadi inti frasa verbal tersebut adalah verba 2) Frasa Verbal sebagai Predikat (W2 K 15) Mira sedang mandi di sungai Kalimat di atas menunjukkan verbal berfungsi sebagai predikat, yang menjadi inti frasa verbal tersebut adalah verba 3) Frasa Verbal sebagai Objek (W2 K 41) cucunya sudah bisa berjalan sendiri Kalimat di atas menunjuk frasa verbal berfungsi sebagai objek, yang menjadi inti frasa verbal adalah verba 4) Frasa Verbal sebagi Pelengkap (W2 k 5) Dia dan adiknya sedang bertengkar Kalimat di atas frasa verbal berfungsi sebagai pelengkap, yang menjadi inti frasa verbal tersebut adalah verba

12 12 c. Fungsi Frasa Adjektival 1) Frasa Adjektival sebagai Subjek (W2 K 35) Cantik dan ganteng pemberian Tuhan Kalimat di atas frasa adjektiva dan dengan preposisi dan sebagai penghubungnya. 2) Frasa Adjektival sebagai Predikat (W2 K 36) gadis itu sangat cantik di kampung ini Kalimat di atas frasa adjektival berfungsi sebagai predikat, yang menjadi inti frasa adjektival tersebut adalah adjektival 3) Frasa Adjektival sebagai Objek (W2 K 30) ibu membeli semangka besar sekali Kalimat di atas frasa adjektival (a) berfungsi sebagai objek, yang menjadi inti frasa adjektival 4) Frasa Adjektival sebagai Keterangan Pada frasa nomina, adjektival mempunyai fungsi atributif yakni menerangkan nomina yang di depannya. Dalam fungsi seperti itu adjektival dapat pula dipisahkan dengan memakai kata yang. Contoh: (C2 K 55) 5) Frasa adjektival sebagai pelengkap (W2 K 2) Anak itu suka menangis Kalimat di atas frasa adjektival pada kalimat berfungsi sebagai pelengkap, yang menjadi inti frasa adjektival tersebut adalah adjektival d. Fungsi Frasa Adjektival Frasa adverbial dalam kalimat hanya berfungsi sebagai keterangan. (W2 K 8) nanti siang mereka datang Kalimat di atas, frasa adverbial berfungsi sebagai keterangan. Yang menjadi inti frasa adverbial tersbut adalah adverbial e. Fungsi Frasa Numeralial (W1 K 14) Pak Hasan mempunyai dua ekor sapi Frasa numeralial pada kalimat di atas adalah sebagai frasa numeralial sedangkan berupa nomina sebagai Atribut (Atr).

13 13 4. Hubungan Makna antar Unsur-unsurnya a. Makna Frasa Nomina Hubungan makna frasa nomina sebagai berikut. 1) Kesamaan Frasa Yogyakarta, kota pelajar secara semantik, unsur Yogyakarta sama dengan unsur kota pelajar. Kesamaan secara keseluruhan kemungkinan ditandai oleh kata adalah di antara unsurnya, menjadi Yogyakarta adalah kota pelajar. Pertemuan unsur Yogyakarta dengan kota pelajar dalam frasa Yogyakarta, kota pelajar menimbulkan hubungan makna kesamaan. Datanya: a. (W1 K 32) Ketapang, kota asri b. (W1 K 43) Pontianak, kota bersinar 2) Sebutan Frasa Drs. Ahmad kata Drs. menyatakan makna nama gelar kesarjanaan, dalam frasa Letkol Suaji kata Letkol menyatakan nama gelar kepangkatan, dalam frasa Haji Dasuki kata Haji menyatakan makna nama gelar keagamaan, dalam Ibu Dosen kata Ibu menyatakan makna nama panggilan. Makna-makna tersebut dirangkum menjadi satu makna, yaitu sebutan. Misalnya: a. (C2 K 120) Datuk Punggawe b. (C2 K 20) Wan Bunsu b. Makna Frasa Verba Hubungan makna frasa verba sebagai berikut. 1. Penjumlahan Frasa makan dan minum terdapat hubungan makna penjumlahan mengingat kemungkinan diletakkannya kata penghubung dan di antara unsurnya. Misalnya: (C2 K 125) Ke kanan dan ke kiri 2. Tingkat Dalam frasa sangat kuat kata sangat yang berfungsi sebagai Art menyatakan makna tingkat,yaitu tingkat keadaan yang tersebut ada UP. Kata-kata lain yang digunakan untuk menyatakan makna tingkat ialah kurang, amat, sekali, terlalu, dan paling. Misalnya: a. (C1 K 61) Sangat tinggi b. (C2 K 165) Sangat penyemburu

14 14 c. Makna Frasa Adverbia Hubungan makna dalam frasa adverbia sebagai berikut. 1. Keterangan kualitatif Keterangan kualitatif adalah keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suatu perbuatan. Misalnya: (C2 K 33) Bersepeda dengan laju 2. Keterangan waktu Keterangan waktu adalah keterangan yang menunjukan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu bidang waktu. misalya: (C2 K 48) Jumat nanti d. Makna Frasa Preposisi 1. Bagi, untuk, buat, guna Preposisi bagi, untuk, buat digunakan untuk menyatakan makna peruntukan. Misalnya: a. (W2 K 18) Bagi kedua orangtua b. (C1 K 100) Untuk dijadikan menantunya c. (W2 K 20) Buat saudara di kampung halaman 2. Oleh Preposisi oleh digunakan untuk menyatakan makna pelaku atau yang dianggap pelaku. Misalnya: a. (C1 K 88) oleh Hajran b. (W1 K 6) oleh ibunya sendiri 3. Bersama, berserta Preposisi bersama, beserta digunakan untuk menyatakan makna kesetaraan. Misalnya: a. (C2 K 43) bersama kakak b. (W2 K 21) beserta rombongan haji dari Pontianak e. Makna Frasa Numeralia Hubungan makna dalam frasa numeralia sebagai berikut. 1. Kumpulan (kolektif) Contoh: a. (C2 K 127)

15 15 Menonton bioskop berdua b. (C2 K 158) Meninggalkan mereka bertiga 2. Makna kuantitatif tidak tentu (tidak terhitung) Contoh: (W1 K 43) Beramai-ramai menonton konser musik SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan terdapat deskripsi frasa dalam BMDK yakni dibagi menjadi dua aspek (a) frasa endosentris yang meliputi frasa endosentris yang koordinatif, frasa endosentris yang apositif, dan frasa endosentris yang atributif. (b) frasa eksosentris yang meliputi frasa preposisional dan frasa non-direktif. Frasa dalam BMDK berdasarkan bentuknya dapat digolongkan menjadi lima aspek, yaitu; 1)frasa nominal terdiri dari terdiri N diikuti N, N diikuti V, N diikuti Bilangan, N diikuti Keterangan, N diikuti frasa preposisi, N didahului bilangan, N diikuti kata sandang, yang diikuti N, yang diikuti verba, yang diikuti bilangan, yang diikuti keterangan, dan yang diikuti frasa preposisi. Frasa verbal terdiri dari Adv diikuti V, dan V diikuti V. 2)Frasa adjektival menyatakan keadaan yang diterangkan oleh kata seperti sudah, dan dapat. secara kategorial frasa adjektival terdiri dari Frasa adjektival yang dibuat ingkar dengan kata ingkar tidak, memiliki pewatas belakang seperti lagi dan kembali, memiliki tingkat perbandingan, dan memiliki keterangan penguat seperti sangat. 3)Frasa preposisional adalah frasa yang diawali preposisi (kata depan) sebagai penanda. Frasa preposisi yang terdapat pada BMDK yaitu di, dari, dan ke. 4)Frasa keterangan adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan yakni kata yang memunyai kecenderungan menduduki fungsi keterangan dalam kalimat. Fungsi frasa dalam kalimat BMDK, yaitu sebagai berikut: 1)Fungsi frasa verbal terdiri dari frasa verbal sebagai subjek, frasa verbal sebagai predikat, frasa verbal sebagai objek, dan frasa verbal sebagai pelengkap. 2)Fungsi frasa adjektival terdiri dari frasa adjektival sebagai subjek, frasa adjektival sebagai predikat, frasa adjektival sebagai keterangan, dan frasa adjektival sebagai pelengkap. 3)Fungsi frasa adverbial dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan. Fungsi frasa nominal terdiri dari frasa nominal sebagai subjek, frasa nominal sebagai predikat, dan frasa nominal sebagai objek. 4)Fungsi frasa numeralial adalah suatu inti struktural dalam kalimat yang dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan keterangan. Hubungan makna antar unsur-unsurnya dalam frasa BMDK yakni makna frasa nomina, makna frasa verba, makna frasa numeralia, makna frasa adverbial, dan makna frasa preposisi. Saran Penelitian tentang BMDK merupakan penelitian tentang frasa BMDK. Saat mengumpulkan data penelitian, peneliti mendapatkan kendala-kendala yang

16 16 ditemui. Kendala-kendala tersebut antara lain sulitnya menemui informan, dan sulitnya mengajak informan untuk berkomunikasi karena mereka sedikit saja memahami bahasa Indonesia. Berdasarkan kesulitan-kesulitan di atas, peneliti menyarankan kepada peneliti BMDK yang lain supaya dalam penelitian selanjutnya dapat mengantisipasi kendala-kendala tersebut. Peneliti mengharapkan penelitian bahasa mengenai frasa dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian mengenai bahasa daerah lainnya untuk mempertahankan dan melestarikan budaya daerah yang ada di Kalimantan Barat. DAFTAR RUJUKAN Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Moleong, Lexi J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ramlan, M Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: CV Karyono. Simanjuntak, Hotma Buku Ajar Sintaksis. Pontianak: FKIP Untan. Sudaryanto Metode Linguistik (Ke Arah Memahami Metode Linguistik) Bagian Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Tarigan, Hendry Guntur, Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL

ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL ANALISIS FRASA ENDOSENTRIS DAN FRASA EKSOSENTRIS DALAM KUMPULAN PUISI MALU AKU JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIQ ISMAIL ARTIKEL E-JOURNAL Oleh DWAISKURNY NIM 110388201024 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

Penulisan Huruf Kapital

Penulisan Huruf Kapital Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk

Lebih terperinci

FRASA ISOLEK DAYAK BA NGAPE: KAJIAN SINTAKSIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017 ARTIKEL PENELITIAN.

FRASA ISOLEK DAYAK BA NGAPE: KAJIAN SINTAKSIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017 ARTIKEL PENELITIAN. FRASA ISOLEK DAYAK BA NGAPE: KAJIAN SINTAKSIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017 FRASA ISOLEK DAYAK ARTIKEL PENELITIAN Oleh: Dina Kristina Klara NIM F1011131030

Lebih terperinci

FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014

FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 FRASA PREPOSISIONAL DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 Lina, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: linaspd@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah. 1. 1. Ayah pergi ke Bandung 2. Paman datang dari Medan 3. Ibu menyambutnya dengan ramah Hasil penggabungan tiga kalimat tersebut yang Tepat adalah... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KETAPANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KETAPANG. NOMOR : 45/Kpts/KPU-Kab /2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KETAPANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KETAPANG. NOMOR : 45/Kpts/KPU-Kab /2015 TENTANG d KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KETAPANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 45/Kpts/KPU-Kab.019.435724/2015 TENTANG PENETAPAN JADWAL DAN LOKASI KAMPANYE RAPAT UMUM, PERTEMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016

Lebih terperinci

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA Efri Yades dan Leni Syafyahya Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas email: efriyades@ymail.com email: lenisyafyayah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan

Lebih terperinci

RISKI EKA AFRIANTI NIM

RISKI EKA AFRIANTI NIM ANALISIS KESALAHAN FRASE PADA KARANGAN NARASI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat sekitar pengguna

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASE ENDOSENTRIS BAHASA BUOL DI DESA MOKUPO KECAMATAN KARAMAT

STRUKTUR FRASE ENDOSENTRIS BAHASA BUOL DI DESA MOKUPO KECAMATAN KARAMAT STRUKTUR FRASE ENDOSENTRIS BAHASA BUOL DI DESA MOKUPO KECAMATAN KARAMAT Moh. Rahmat H. Ragalutu Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Tadulako Email : Moh.RahmatRagalutu@ymail.com

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

PRAKATA. kudrat dan irodat-nya serta karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi

PRAKATA. kudrat dan irodat-nya serta karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi PRAKATA Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas kudrat dan irodat-nya serta karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Frasa nomina dengan atribut

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA Sumiyanto dan Mukhlish Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa pos-el: sumiyanto.wening@gmail.com

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI disusun oleh Arifin Ainur Rohman S 200 100 002 PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS Latifah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung Latifahtif357@gmail.com Abstrak Sintaksis

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI

ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: SUMANTRI ATIKA

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG Rinni Juliati simanungkalit, Amriani Amir, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: rinnijuliati12@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh KAJIAN DESKRIPTIF STRUKTURAL WACANA GRAFITI PADA TRUK Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT This paper is entitled A Descriptive Study of Graffiti Discourse Structure on Trucks. This

Lebih terperinci

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako

Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako 1 STRUKTUR FRASE VERBA BAHASA KAILI DIALEK RAI Siti Musrifa FKIPUniversitas Tadulako S.musrifa@yahoo.co.id ABSTRAK Kata Kunci: Struktur Frase Verba Bahasa Kaili Dialek Rai Penelitian ini berjudul Struktur

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengajaran bahasa tidak dapat Iepas sama.sekali daripada pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Kaum Brahma di India beberapa abad sebelum Masehi mendapat pelajaran"

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII MTsN RENGEL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN FRASA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII MTsN RENGEL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Rahman, Penggunaan Frasa Bahasa Indonesia dalam Karangan Siswa Kelas VII 127 PENGGUNAAN FRASA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII MTsN RENGEL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Minanur Rahman MTsN Rengel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

FRASA BAHASA MELAYU DIALEK SANGGAU

FRASA BAHASA MELAYU DIALEK SANGGAU FRASA BAHASA MELAYU DIALEK SANGGAU Lidia Wati, Paternus Hanye, Firman Susilo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI Ekawati A1D1 10 129 Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui, Struktur kategori klausa

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SISCA REZEKI NIM 100388201063 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LILIK PURWASIH A 310 090 133 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Daerah pengamatan yang akan dijadikan objek penelitian adalah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA Nusarini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pos-el: nusarini@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA NOMINAL PADA RUBRIK CERPEN KORAN KOMPAS BULAN JUNI AGUSTUS 2014

PENGGUNAAN FRASA NOMINAL PADA RUBRIK CERPEN KORAN KOMPAS BULAN JUNI AGUSTUS 2014 PENGGUNAAN FRASA NOMINAL PADA RUBRIK CERPEN KORAN KOMPAS BULAN JUNI AGUSTUS 2014 ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR ABSTRACT Akhyaruddin * FKIP Universitas Jambi This research is pleased with form and context of space and time usage deiksis found in

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci