Pustakawan diasiatenggara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pustakawan diasiatenggara"

Transkripsi

1 m Irwedia pustaka Oleh: Murniaty P: y:m im%5im mimt y ^ V in : i IJ : : ::iiillisiii Pustakawan diasiatenggara Pendahuluan Indonesia akan menjadi tuan rumah Kongres Pustakawan se- Asia Tenggara ke-15 (CONSAL XV) yang akan diadakan di Denpasar, Bali pada tanggal Mei Pada kongres tersebut akan berkumpul pustakawan se-asia Tenggara untuk menginformasikan berbagai hal terbaru di dunia perpustakaan dan kepustakawanan. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai ajang promosi bidang perpustakaan di Indonesia sekaligus ajang promosi kesenian dan budaya Indonesia. Namun, sayangnya pertemuan para pustakawan biasanya luput dari perhatian masyarakat umumnya dan media massa khususnya. Padahal peran pustakawan dan perpustakaan bagi masyarakat sangat penting, jika dibandingkan dengan profesi lain, seperti dokter misalnya, sehingga apabila terdapat pertemuan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pasti akan banyak dipublikasikan oleh media massa. CONSAL {Congress of Southeast Asian Librarians) merupakan kongres pustakawan se-asia Tenggara yang diadakan setiap 3 tahun sekali dan diselenggarakan secara bergilir di masing-masing negara anggota, khususnya negaranegara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmardan Brunei Darussalam. Dalam setiap kongres yang di adakan di masing-masing negara anggota, biasanya yang menjadi tuan rumah/panitia adalah Perpustakaan Nasional dan Ikatan/Asosiasi Profesi Pustakawan yang ada pada masing-masing negara anggota. Di Indonesia sendiri kegiatan ini ditangani oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bersama-sama dengan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). CONSAL sebagai ajang pertemuan para pustakawan di Asia Tenggara merupakan sarana yang tepat untuk mengadakan tukar pengalaman dan tukar pikiran dalam mengembangkan pengetahuan tentang perpustakaan dan profesi pustakawan serta mengantisipasi perkembangan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di masa depan. Selain kegunaannya bagi perkembangan dunia perpustakaan dan profesi pustakawan, kongres ini juga dapat memberi sumbangan kepada bertambah eratnya saling pengertian dan persahabatan serta kerjasama saling bermanfaat antara bangsa-bangsa di kawasan Asian Tenggara. Sejakdi mulainya Kongres Pustakawan se-asia Tenggara yang pertama di Singapura pada tanggal 14-16Agustus 1970 sampai dengan yang terakhir Kongres ke 14 yang diadakan di Vietnam pada tanggal April 2009, telah banyak (Pustakawan Muda Pada Perpustakaan USU dan Pustakawan Berprestasi Harapan I tahun 2010) Vol. 19 No. 1 Tahun

2 masalah-masalah dan gagasangagasan yang dibicarakan yang berkaitan dengan kemajuan pustakawan di kawasan Asia Tenggara, khususnya negaranegara anggota CONSAL. Tetapi mungkin kita perlu mengkaji apakah setelah 14 kali CONSAL melakukan kongres banyak manfaat yang telah didapat dari kegiatan kongres tersebut. Tentunya yang diharapkan oleh semua negara peserta CONSAL, setelah kongres ada perubahanperubahan yang dilakukan dalam hal pengembangan kepustakawan di masing-masing negara peserta. Berdasar latar belakang di atas maka dalam tulisan ini penulis ingin mengetahui, setelah pelaksanaan CONSAL XIV sejauhmana peran CONSAL dalam mengembangkan profesionalisme pustakawan di Asia Tenggara. Dari CONSAL I Sampai CONSAL XIV Sesuai dengan jadwal kongres yang diadakan setiap 3 tahun sekali dan dilakukan secara bergilir di masing-masing negara anggota, maka setiap negara anggota CONSAL, khususnya negaranegara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar dan Brunei Darussalam sudah pernah menjadi tempat penyelenggaraan CONSAL. Sejak di mulainya CONSAL yang pertama di Singapura pada tanggal Agustus 1970 sampai dengan yang terakhir CONSAL XIV di Vietnam pada tanggal April 2009, maka negara-negara anggota CONSAL sudah 14 kali melakukan kongres. Selanjutnya pada tanggal Mei 2012 akan dilaksanakan CONSAL ke XV di Indonesia (Bali). Untuk lebih jelasnya pelaksanaan CONSAL I sampai CONSAL XIV dengan masing-masing tema yang dijadikan acuan pada setiap kongres dapat diuraikan sebagai berikut: CONSAL1 Tema : Prospek Baru Untuk Kerjasama Asia Tenggara Lokasi: Singapura Tanggal: Agustus 1970 CONSAL II Tema: Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Lokasi: Manila, Filipina Tanggal: 1-14 Desember 1973 CONSAL III Tema: Perpustakaan Terpadu dan Jasa Dokumentasi dalam Framework NATIS Lokasi: Jakarta, Indonesia Tanggal: 1-5 Desember 1975 CONSAL IV Tema: Kerjasama Regional Untuk Pengembangan Layanan Informasi Nasional Lokasi: Bangkok, Thailand Tanggal: 5-9 Juni CONSALV Tema: Akses Informasi Lokasi: Kuala Lumpur, Malaysia Tanggal: Mei 1981 CONSAL VI Tema: Perpustakaan dalam Revolusi Informasi Lokasi: Singapura Tanggal: 30 May-3 Juni 1983 CONSAL VII Tema: Perpustakaan untuk Pembangunan Desa di Asia Tenggara Lokasi: Manila, Filipina Tanggal: Februari 1987 CONSALVIII Tema :Tantangan Baru Layanan Perpustakaan di Dunia Berkembang Lokasi: Jakarta, Indonesia Tanggal: Juni 1990 CONSAL IX Tema : Dimensi Masa Depan dan Pengembangan Perpustakaan Lokasi: Bangkok,Thailand Tanggal: 2-7 Mei 1993 CONSALX Tema: Perpustakaan di Pengembangan Nasional Lokasi: Kuala Lumpur, Malaysia Tanggal: Mei 1996 CONSAL XI Tema : Melangkah ke Dalam Milenium Baru :Tantangan Bagi Perpustakaan dan Profesional Informasi Lokasi: Suntec City, Singapura Tanggal: April 2000 CONSALXII Tema: Pemberdayaan Informasi: Meningkatkan Pengetahuan Lokasi: Utama Konferensi Hall, international Convention Centre, Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam Tanggal: Oktober 2003 CONSALXIII Tema: CONSALdi Persimpangan: Tantangan Bagi Kerjasama Regional Yang Lebih Besar Lokasi :The Edsa Shangri-La, Manila, Filipina Tanggal: Maret 2006 CONSAL XIV Tema: Menuju Perpustakaan Dinamis dan Layanan Informasidi Negara-negara Asia Tenggara Lokasi: Hanoi, Vietnam Tanggal: April 2009 Vol. 19 No. 1 Tahun

3 pustakawan (Sumber: index.php) Bila dilihat dari tema-tema yang digaungkan pada setiap kongres sebenarnya telah banyak masalah-masalah dan gagasangagasan yang dibicarakan yang berkaitan dengan kemajuan pustakawan di kawasan Asia Tenggara, khususnya negaranegara anggota CONSAL. Tetapi apakah setiap tema dan bahasan materi kongres tersebut kemudian diimplementasikan oleh pustakawan di setiap perpustakaan dari masingmasing negara anggota CONSAL, hal inilah yang masih harus diteliti lebih jauh lagi. Profesiorialisme Pustakawan Pustakawan diakui sebagai suatu jabatan profesi dan sejajar dengan profesi-profesi lain seperti profesi dokter, peneliti, guru, dosen, hakim, dan Iainlain. Profesi secara umum diartikan sebagai pekerjaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991) ada beberapa ciri dari suatu profesi seperti (1) adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian, (2) terdapat pola pendidikan yang jelas, (3) adanya kode etik profesi, (4) berorientasi pada jasa, (5) adanya tingkat kemandirian. Karena pustakawan merupakan suatu profesi, maka untuk menjadi pustakawan seseorang harus tunduk kepada ciri-ciri profesi tersebut. Menurut Saleh (2004): "suatu jabatan umumnya sangat terkait dengan masalah profesionalisme. Istilah profesionalisme biasanya dikaitkan dengan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam mengelola dan melaksanakan pekerjaan/ tugas dalam bidang tertentu. Profesionalisme pustakawan tercermin pada kemampuan (pengetahuan, pengalaman, keterampilan) dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan pekerjaan di bidang kepustakawanan serta kegiatan terkait lainnya secara mandiri. Kualitas hasil pekerjaan inilah yang akan menentukan profesionalisme mereka. Ini artinya bahwa di dalam melaksanakan tugas kepustakawanannya secara profesional maka seorang pustakawan harus memiliki sejumlah kompetensi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/ pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Pustakawan profesional dituntut menguasai bidang ilmu kepustakawanan, memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan kepustakawanan, melaksanakan tugas/pekerjaannya dengan motivasi yang tinggi yang dilandasi oleh sikap dan kepribadian yang menarik, demi mencapai kepuasan pengguna". Lebih lanjut Saleh (2004) mengatakan:"apabila pustakawan Indonesia ingin bersaing di dalam memperebutkan pasar kerja baik di ASEAN maupun di dunia, mau tidak mau Indonesia harus membuat standar kompetensi bagi pustakawan. Standar kompetensi ini sebaiknya mengacu kepada standar kompetensi pustakawan yang berlaku di negara maju seperti Inggris dan Amerika. Standar tersebut kemudian dijadikan acuan dalam melakukan sertifikasi profesi". Jadi seorang pustakawaan yang memiliki sertifikat profesi sebagai pustakawan pelayanan referensi/ reference librarian misalnya, dia akan diakui sebagai reference librarian dimanapun ia bekerja. Dengan demikian maka pasar kerja pustakawan Indonesia akan menjadi lebih luas. Sebaliknya, standar kompetensi pustakawan ini akan menjadi filter untuk tenaga kerja yang akan masuk ke Indonesia. Pustakawan dari negara lain tidak bisa sembarangan masuk dan bekerja di perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Saleh (2004) konsekuensinya adalah pustakawan di Indonesia harus meningkatkan kualitasnya sehingga standar kompetensi yang akan dibuat dapat mendekati standar kompetensi yang berlaku di negara maju. Jika tidak, ada dua hal yang akan terjadi sebagai akibat dari diberlakukannya standar kompetensi ini. Pertama, jika nilai-nilai pada standar kompetensi dibuat dengan standar rendah agar cukup banyak pustakawan yang bisa lolos dalam uji sertifikasi kompetensi. Namun karena standarnya rendah, maka sertifikat kita mungkin tidak diakui di tingkat internasional. Jika ini terjadi maka pustakawan Indonesia sulit masuk ke negara lain, dan sebaliknya pustakawan dari negara lain dengan mudahnya masuk ke Indonesia. Kedua, nilai-nilai pada standar kompetensi dibuat tinggi. Namun resikonya mungkin banyak pustakawan Indonesia yang tidak bisa lolos dalam uji sertifikasi. Keuntungannya, pustakawan Indonesia bisa"laku"di negara lain, dan pustakawan dari negara lain dapat difilter untuk masuk ke Indonesia. Vol. 19 No. 1 Tahun

4 Peran Organisasi Profesi Pustakawan dan Manfaatnya Bagi Pustakawan dan Masyarakat Melihat begitu pentingnya kompetensi dan profesionalisme kepustakawanan, maka perlu kiranya kita melihat bagaimana peran organisasi profesi pustakawan pada pustakawan itu sendiri serta sejauhmana manfaatnya bagi masyarakat pada umumnya. Di Indonesia organisasi kepustakawanan disebut dengan IPI (baca: l-pe-l) (Ikatan Pustakawan Indonesia). IPI sudah berdiri sejak tahun 1973dan diakui keberadaannya oleh pemerintah. Selain IPI pustakawan memiliki ISIPII (Ikatan Sarjana llmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia), ATPUSI (Asosiasi Tenaga Perpustakaan Seluruh Indonesia), apisi (Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia), dan CONSAL (Congress of Southeast Asian Librarians) sebagai organisasi pustakawan pada tingkat regional serta IFLA [International Federation of Library Association) pada tingkat internasional. Adapun peran dari organisasi profesi pustakawan menurut Zen (2009) adalah: 1. Menjamin kompetensi profesional pustakawan. 2. Meningkatkan status profesi dengan menentukan persyaratan, standar, dan norma minimal pustakawan. 3. Meningkatkan mutu profesi melalui berbagai kegiatan dan aktifitas kepustakawanan. 4. Mengawasi kegiatan dan prilaku pustakawan dengan kode etik, tata tertib disertai dengan sanksi-sanksinya. 5. Memonitor peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi perpustakaan dan layanan. 6. Menciptakan, memelihara dan mendorong manajemen layanan perpustakaan yang memuaskan pemustaka. 7. Meningkatkan kajian dan penelitian bidang perpustakaan dan informasi. 8. Melakukan kerjasama dengan asosiasi sejenis dan badanbadan lain, nasional atau internasional Sedangkan manfaat organisasi profesi pustakawan bagi masyarakat menurut Zen (2009) antara lain: 1. Mendapatkan layanan bermutu. 2. Ikut memasyarakatkan perpustakaan. 3. Memberikan apresiasi terhadap pustakawan. 4. Mengenal perpustakaan dan segala kegiatannya. Melihat begitu besarnya peran organisasi pustakawan dalam dunia kepustakawanan di Indonesia maka kita perlu mengkaji apakah IPI sebagai organisasi profesi pustakawan di Indonesia sudah berperan seperti apa yang dikatakan oleh Zulfikar Zen tersebut bagi perkembangan dunia kepustakawanan di Indonesia dan sudah memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia pada umumnya? Sebagai organisasi profesi pustakawan maka tentunya IPI diharapkan oleh para pustakawan di Indonesia dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi pustakawan yaitu kemampuan (pengetahuan, pengalaman, keterampilan) dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan pekerjaan di bidang kepustakawanan serta kegiatan terkait lainnya. IPI juga harus dapat menunjukkan jalan bagi pengembangan karir pustakawan, baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Organisasi pustakawan ini juga yang menetapkan kode etik profesi pustakawan dan melaksanakan sanksi atas pelanggaran etika pustakawan. Dalam perkembangannya organisasi ini belumlah tampil sebagai organisasi profesi yang berwibawa. IPI dirasakan oleh sebagian orang belum mandiri, keuangan IPI masih banyak tergantung pada subsidi dan bantuan instansi di bidang perpustakaan di Indonesia (Perpustakaan Nasional Rl) dan Badan-badan lain, baik pemerintah maupun swasta. Di samping itu, keterlibatan para anggota IPI belum dapat dilaksanakan secara optimal. Seharusnya pustakawan sebagai anggota IPI harus benar-benar diberdayakan. Adapun upayaupaya pemberdayaan anggota yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas anggota dengan jalan kaderisasi anggota, akreditasi menjadi anggota, pelatihan, dan pendidikan dalam arti yang luas. Pendidikan dalam pengertian ini bukan semata-mata pengajaran pada anggota, melainkan lebih dari pada itu yaitu menumbuhkan kepercayaan diri anggota sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat menjawab tantangan zaman, terlebih untuk mampu bersaing dalam era informasi dan globalisasi sekarang ini dan dalam skala yang lebih luas yaitu regional ataupun internasional. Di samping itu IPI harus memberikan kenyakinan untuk membuka peluang agar anggota dapat lebih berkarya dan berpartisipasi aktif dalam era sekarang ini, dengan segala aktivitas, kreatifitas dan Vol. 19 No. 1 Tahun

5 ea lm«fe pustakawan berbagai inovasi yang dapat diimplementasikan secara nyata. Namun pantas juga dicatat dalam kurun waktu perkembangannya hingga saat ini IPI juga telah berhasil menyelesaikan berbagai programnya, seperti (1) Pembentukan Pengurus Daerah maupun Cabang di beberapa provinsi Indonesia: (2).Membantu memperjuangkan profesi pustakawan sebagai tenaga fungsional (3)Mempromosikan perpustakaan di kalangan masyarakat dan pemerintahan, (4) Melakukan kerjasama dengan organisasi lain yang terkait dengan profesi pustakawan dan kegiatan perpustakaan (5). Memberikan pembinaan terhadap anggota dengan berbagai kegiatan ilmiah, (6). Memberikan pembinaan terhadap lembaga pendidikan pustakawan, baik pendidikan formal, nonformal dan informal, (7) Membina hubungan dengan I FLA, dan CONSAL, (8) Menyelenggarakan kongres 3 tahun sekali dan terakhir adalah (9) usaha untuk membantu pemerintah khususnya para ahli di bidang ilmu perpustakaan dalam melakukan sertifikasi pustakawan agar profesi pustakawan dapat diakui sebagai tenaga yang profesional dalam menjalankan tugasnya. Mencermati perubahan yang semakin besar, organisasi profesi pustakawan Indonesia hendaknya berupaya melakukan berbagai perbaikan dan pengembangan layanan terbaiknya bagi kepentingan masyarakat secara terencana dan berkesinambungan. Dengan demikian organisasi profesi ini tidak akan kehilangan arah baik dalam rangka pengambilan keputusan, maupun dalam rangka meningkatkan mutu organisasi profesi. Peran CONSAL Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pustakawan Di Asia Tenggara Peningkatan kualitas profesi pustakawan memang perlu mendapat dukungan banyak pihak, terutama dari pemerintah dan masyarakat. Dukungan dapat diberikan tidak hanya dalam bentuk perhatian dan dana, tetapi juga dukungan dalam berbagai bentuk kegiatankegiatan kepustakawan, baik yang bersifat nasional, regional, maupun internasional. Salah satu bentuk kegiatan pustakawan yang bersifat regional adalah CONSAL (Congress of Southeast Asian Librarians). CONSAL mengadakan kongres setiap tiga tahun sekali secara bergiliran di masing-masing negara anggota peserta CONSAL.Indonesia sudah pernah menjadi tuan rumah penyelenggara, yakni CONSAL III pada bulan Desember 1975di Jakarta dan CONSAL VIII pada bulan Juni Acara tersebut dibuka oleh Presiden Rl Soeharto. Untuk General Congress CONSAL XV mendatang, juga akan diadakan di Indonesia, tepatnya di Denpasar Bali pada bulan Mei Rencananya kongres itu akan dibuka oleh Presiden Rl Soesilo Bambang Yudhoyono dan diperkirakan sekitar lima ratus sampai seribu orang pustakawan akan hadir di sana pada acara puncaknya. Kongres menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah: pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai pelbagai masalah. CONSAL sebagai wadah pertemuan Pustakawan se- Asia Tenggara muncul karena adanya kebutuhan bersama dari pustakawan-pustakawan di Asia Tenggara dalam hal perlunya melakukan kerjasama regional di dalam mengembangkan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di antara negara-negara anggota. Dalam kongres ini masing-masing negara peserta mengirimkan delegasinya, biasanya adalah Kepala Perpustakaan, Ikatan atau Asosiasi Pustakawan danwakil pustakawandari berbagai jenis perpustakaan, untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai berbagai masalah kepustakawanan yang ada sesuai dengan tema dari kongres pada saat itu. Sebagai kongres yang berskala regional, selama ini relatif masih belum terlihat peran CONSAL secara maksimal, misalnya dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas kepustakawanan di Asia Tenggara. Terlebih lagi peran CONSAL pada masyarakat di Asia Tenggara pada umumnya khususnya di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dijadikan catatan bahwa CONSAL belum berperan secara maksimal dalam meningkatkan profesionalisme pustakawan di Asia Tenggara misalnya: 1. CONSAL sebagai kegiatan pertemuan akbar pustakawan se-asia Tenggara belum tersentuh oleh pustakawan-pustakawan di lapisan bawah. Selama ini CONSAL lebih banyak dihadiri oleh kaum elite pustakawan, yang notabene adalah para pejabat-pejabat pustakawan ataupun kepala-kepala perpustakaan yang terkadang bukan pustakawan. Akibatnya Vol. 19 No. 1 Tahun

6 seringkali kegiatan kongres yang diadakan setiap 3 tahun sekali banyaktidakdiketahui oleh pustakawan-pustakawan di lapisan bawah. Demikian juga dengan hasil-hasil keputusan dari forum CONSAL juga seringkali tidak diketahui oleh para pustakawan di lapisan bawah. Seharusnya CONSAL dapat menjadi jembatan perantara dalam meningkatkan hubungan dan komunikasi di antara pustakawan-pustakawan pada lapisan bawah tersebut. 2. Sebagai perhimpunan pustakawan di AsiaTenggara, CONSAL seharusnya dapat menjadi motivator bagi para pustakawan di Asia Tenggara untuk samasama maju, berkembang, dan bekerjasama saling menguntungkan satu sama lain, karena masing-masing negara anggota CONSAL sama-sama memiliki ragam budaya yang sangat unikyang perlu diketahui oleh negaranegara lain. 3. CONSAL juga perlu mendukung terbentuknya kerjasama dalam bidang pengembangan pelayanan perpustakaan, misalnya dengan membentukjaringan kerjasama yang berbasis teknologi informasi karena sekarang ini infrastruktur yang ada di perpustakaan sudah sangat mendukung, misalnya jaringan internet yang sudah semakin murah dan mendunia. Juga perlu diprakarsai pembuatan "Katalog Induk" untuk negaranegara di kawasan ASEAN. 4. "Standarisasi Perpustakaan untuk Kawasan ASEAN"juga belum ada. Seharusnya ada upaya bagi negara-negara anggota CONSAL untuk membuat standar- standar tertentu, sehingga setiap negara memiliki target dan berusaha untuk mencapai standar-standar tersebut. Misalnya di tahun 2020 perpustakaan-perpustakaan di Asia Tenggara sudah memiliki "Pangkalan Data Bersama". 5. CONSALjuga perlu memprakarsai penerbitan "Jurnal CONSAL" sebagai sarana komunikasi di antara pustakawan-pustakawan di Asia Tenggara. Bagaimana mungkin setiap anggota dari masing-masing negara mempunyai'rasa memiliki CONSAL'bila sarana komunikasi antar anggota seperti jurnal saja tidak ada. Seperti kita ketahui jurnal juga dapat berfungsi sebagai media komunikasi di antara para peneliti. Jika CONSAL memiliki jurnal, maka hasil-hasil penelitian bidang perpustakaan dan kepustakawanan akan dapat diterbitkan dan diketahui serta dibaca oleh seluruh pustakawan dari masingmasing negara peserta dan juga negara-negara lainnya. 6. Delegasi CONSAL pada tingkat 'nasional' harus memiliki website tersendiri, sehingga pustakawan di Indonesia dapat menyalurkan ide-idenya yang pada akhirnya semua ide dan gagasan-gagasan baru tersebut dapat dibicarakan sebagai isu nasional yang akan dibawa ke pertemuan CONSAL di tingkat regional. Dengan demikian pustakawan Indonesia akan dapat berinteraksi secara nasional tetapi berskala regional (ASEAN). Hasil-hasil keputusan dari pertemuan kongres tersebut dapat di publikasikan di website CONSAL sehingga dapat diketahui oleh seluruh pustakawan dari negaranegara peserta. 7. CONSALjuga diharapkan dapat menjembatani "PertukaranTenaga Pustakawan"antar negaranegara anggota, mencontoh ide"pertukaran Pelajar" seperti yang selama ini sudah sering dilakukan. Hal ini akan dapat memotivasi hubungan baikdi antara pustakawan, mendekatkan hubungan diantara mereka dan menimbulkan perasaan "senasib" sebagai pustakawan. Juga dapat dijadikan sebagai sarana berbagi informasi, pengetahuan, keterampilan dan menambah pengalaman yang berbeda mengenai bidang kerja kepustakawanan. 8. CONSALjuga seharusnya dapat memberikan informasi tentang "Job & Career" bagi pustakawan-pustakawan yang ingin berkiprah secara regional/internasional. Sebagai contoh: sebagai Pustakawan Muda saya tentunya memiliki harapanharapan untuk dapat berkarir sebagai pustakawan profesional di Asia Tenggara, misalnya Malaysia. Ada baiknya jika CONSAL dapat membantu merealisasikan hal-hal seperti ini. Berdasarkan beberapa catatan tersebut, kita dapat melihat bahwa masih banyak masalah-masalah penting yang harus diperhatikan, ditangani dan diselesaikan oleh CONSAL. Beberapa masalah bahkan 28 Vol. 19 No. 1 Tahun 2012

7 pustaka an sangat urgen untuk segera direalisasikan, seperti misalnya penerbitan jurnal CONSAL sebagai media komunikasi bagi setiap pustakawan di Asia Tenggara dan sebagai media publikasi terhadap berbagai bentuk tulisan dan hasil-hasil penelitian para pustakawan. Karena media komunikasi seperti website CONSAL yang selama ini sudah ada, penulis menilai masih belum diberdayakan secara maksimal. Masih banyak informasi-informasi penting yang belum dimuat di website CONSAL, misalnya tentang hasilhasil keputusan penting yang harus dilakukan oleh setiap pustakawan di setiap negara peserta. Dengan adanya media komunikasi seperti jurnal maka keberadaan CONSAL akan lebih memasyarakat di kalangan pustakawan di Asia Tenggara, bukan hanya sekedar dikenal ketika kongres akbar akan berlangsung. Namun tidak dipungkiri bahwa CONSALjuga sudah memiliki beberapa prestasi, misalnya sebagai organisasi kepustakawanan yang telah ada sejak tahun 1970 CONSAL masih mampu untuk terus eksis hingga saat ini. CONSALjuga telah berhasil menyelenggarakan kongres I sampai ke XIV. CONSALjuga turut memberi sumbangan kepada bertambah eratnya saling pengertian dan persahabatan serta kerjasama saling bermanfaat dalam dunia perpustakaan dan kepustakawanan antara bangsa-bangsa di kawasan Asian Tenggara. Penutup Di tahun 2012, Perpustakaan Nasional Rl bersama Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dipercaya menjadi tuan rumah Kongres Pustakawan se-asia Tenggara (CONSAL) di Kuta, Bali. Kesempatan ini hendaknya dapat dijadikan sarana oleh IPI untuk dapat lebih berperan secara maksimal dalam memajukan pustakawan di Indonesia karena IPI sebagai jembatan komunikasi para pustakawan dalam setiap pertemuan CONSAL. Melalui organisasi IPI diharapkan para pustakawan dapat mereformasi diri demi pengembangan kualitas perpustakaan. Profesionalisme para pustakawan turut mendukung kualitas suatu perpustakaan. Jika aneka aspek di atas teraktualisasi secara baik maka visi dan misi perpustakaan yakni wadah penyedia informasi demi kecerdasan masyarakat pun dapat mencapai hasilnya. Pustakawan yang bekerja secara profesional juga dapat mengembangkan karir pustakawannya ke tingkat regional/ internasional. CONSAL sebagai wadah pertemuan Pustakawan se- Asia Tenggara muncul karena adanya kebutuhan bersama dari pustakawan-pustakawan di Asia Tenggara dalam hal perlunya melakukan kerjasama regional di dalam mengembangkan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di antara negara-negara anggota. Namun sebagai kongres yang berskala regional, selama ini relatif masih belum terlihat peran CONSAL secara maksimal, misalnya dalam upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas kepustakawanan di Asia Tenggara. Terlebih lagi peran CONSAL pada masyarakat di Asia Tenggara pada umumnya khususnya di Indonesia. Hendaknya setiap tema yang diusung dalam setiap kongres CONSALjuga hasilhasil keputusan kongres dapat diaplikasikan secara nyata di setiap jenis perpustakaan. Jadi bukan hanya sekedar slogan semata. Perpustakaan Nasional Rl dan Ikatan Pustakawan Indonesia sebagai delegasi utama {Executive Board) pada setiap penyelenggaraan CONSAL hendaknya mampu menyampaikan berbagai aspirasi para pustakawan di Indonesia dalam setiap pertemuan CONSAL. Dengan demikian CONSAL secara nyata akan dapat berperan secara maksimal dalam mengembangkan profesionalisme pustakawan di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, a Corsgrees of Southeast Asian Librarians. 201 \. About CONSAL: Sonferences.Sumber: consai.org/index.php?o Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Batai Pustaka. Masruroh Organisasi Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Makajaft. D3 Perpustikaan Dan informasi Mam, Fakultas AdabUniversitas Islam Negeri Sunan KalifagaYogyarkarta. Saleh, A. R Manfaat Standar Kompetensi dan Etika profesi Dalam Peningkatan Profesionalisme Pustakawan.Sumber: repository.ipb.ac.id/ Soeharto, Sambutan Presiden Pada Upacora Pembukaan Kongres Pustakawan Asia Tenggara Ke-8 Pada Tanggal 11 Juni 1990 Di tstana NegaraSumber: ki-lembagaanfitt". pnri.go.id/pdf/ Sutistyo-Basuki Pengantar llrnu Perpustakaan. Jakarta: Gra media Pustaka Utama. Zen, Z Penfmgnya Asosiasi Profesional. Sumber: http^/staff. ui.ac.id/intemal/ / publskasi/acehiainprqfesi.ppt Vol. 19 No. 1 Tahun

ORGANISASI PROFESI DALAM DUNIA PERPUSTAKAAN Nurintan Cynthia Tyasmara

ORGANISASI PROFESI DALAM DUNIA PERPUSTAKAAN Nurintan Cynthia Tyasmara ORGANISASI PROFESI DALAM DUNIA PERPUSTAKAAN Nurintan Cynthia Tyasmara PENDAHULUAN Profesi dapat diartikan sebagai kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan

Lebih terperinci

LAPORAN KNOWLEDGE SHARING: KETERLIBATAN PUSTAKAWAN DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL

LAPORAN KNOWLEDGE SHARING: KETERLIBATAN PUSTAKAWAN DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL LAPORAN KNOWLEDGE SHARING: KETERLIBATAN PUSTAKAWAN DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL Diselenggarakan oleh ISIPII bekerja sama dengan FPK-I dan The Japan Foundation Oleh Astrid Chrisafi Annisa Zahrina Roseliana

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS PUSAT IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE TANGGAL, 22 JANUARI 2007

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS PUSAT IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE TANGGAL, 22 JANUARI 2007 SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS PUSAT IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE 2006-2009 TANGGAL, 22 JANUARI 2007 Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Yang saya

Lebih terperinci

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkat limpahan rahmat serta karunia-nya kita semua dapat

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkat limpahan rahmat serta karunia-nya kita semua dapat BHINNEKA TUNGGAL IKA Perpustakaan Nasional Republik Indonesia SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Pada Acara Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia the Santosa Hotel, 9 Nopember 2010

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST

Lebih terperinci

Pustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1

Pustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1 Pustakawan Asia Tenggara menghadapi Globalisasi dan Pasar Bebas 1 Arif Surachman 2 Abstrak Masyarakat di dunia saat ini sedang menghadapi globalisasi yang sedemikian deras dan kesepakatan pasar bebas yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Kantor Regional ILO untuk Asia & Pasifik (ROAP) Bangkok, Thailand Garis Besar Presentasi 1. Forum ASEAN tentang Pekerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA (IPI)

MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA (IPI) ISSN : 2089-6549 MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA (IPI) Oleh: Dian Hapsari Abstrak Salah satu dampak perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih adalah semakin

Lebih terperinci

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer KERJA SAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN Perpustakaan merupakan Gedung dan Sistem. Peprustakaan adalah suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, ruang khusus, dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG Lampiran IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME.

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME. RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME Yasir Riady UPBJJ UT Jakarta yasir@ut.ac.id Abstrak Salah satu bagian yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan merupakan tempat tumpukan buku tanpa mengetahui pasti ciri dan fungsi perpustakaan. Ada beberapa ciri

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT IPI PADA KONGRES KE X DAN SEMINAR ILMIAH NASIONAL IPI 2006

SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT IPI PADA KONGRES KE X DAN SEMINAR ILMIAH NASIONAL IPI 2006 SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT IPI PADA KONGRES KE X DAN SEMINAR ILMIAH NASIONAL IPI 2006 Discovery Kartika Plaza Hotel, Kuta- Bali Tanggal 16 November 2006 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera

Lebih terperinci

Manfaat standar kompetensi dan etika profesi dalam peningkatan profesionalisme pustakawan 1

Manfaat standar kompetensi dan etika profesi dalam peningkatan profesionalisme pustakawan 1 Manfaat standar kompetensi dan etika profesi dalam peningkatan profesionalisme pustakawan 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 2 Pendahuluan Pustakawan diakui sebagai suatu jabatan profesi dan sejajar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN Pemerintah pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokrasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON INVESTMENT OF THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC CO-OPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMBUKAAN. BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1. Pasal 2

PEMBUKAAN. BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1. Pasal 2 PEMBUKAAN Ikatan Surveyor Indonesia atau dikenal dengan ISI merupakan sebuah organisasi profesi yang terkait dengan pekerjaan di bidang informasi kebumian (geo-informasi) atau dikenal dengan nama Geomatika.

Lebih terperinci

PROFESIONALISME PUSTAKAWAN

PROFESIONALISME PUSTAKAWAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN Putera Mustika Pustakawan Program Pascasarjana Fakultas Hukum UII puteramustika16@gmail.com Abstrak Artikel ini membahas tentang profesionalisme pustakawan, tujuannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam bab ini mencakup beberapa subbab antara lain Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian serta Sistematika Penulisan.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI ARTIKEL PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI Elok Setyorini, S.Sos* Abstrak Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan tempat layanan sumber informasi yang menunjang sukses tidaknya proses belajar mengajar di

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN WAJIB SERAH SIMPAN TERBITAN DEPARTEMEN PERTANIAN KE PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN

PELAKSANAAN WAJIB SERAH SIMPAN TERBITAN DEPARTEMEN PERTANIAN KE PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 24 PELAKSANAAN WAJIB SERAH SIMPAN TERBITAN DEPARTEMEN PERTANIAN KE PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Oleh: Surya Mansjur Sulastuti Sophia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai latar belakang berdirinya perpustakaan mengakibatkan beraneka-ragam pandangan orang ketika mendefinisikan sebuah perpustakaan. Ketika dilihat dari sisi koleksi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN DALAM AJANG KOMPETISI 1 Oleh: Irkhamiyati, SIP *

PERAN PUSTAKAWAN DALAM AJANG KOMPETISI 1 Oleh: Irkhamiyati, SIP * PERAN PUSTAKAWAN DALAM AJANG KOMPETISI 1 Oleh: Irkhamiyati, SIP * A. PENDAHULUAN Berkompetisi merupakan suatu naluri setiap manusia dan sunatullah, yang sudah dimulai sebelum kita terbentuk menjadi sebuah

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis. Warga Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis. Warga Negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kurniatun. Abstrak

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kurniatun. Abstrak KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 1 Kurniatun Abstrak OPINI Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 tuntutan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, persaingan bisnis di dunia sangatlah ketat, oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi dan perencanaan yang tepat agar tujuan

Lebih terperinci

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA PERTEMUAN TATAP MUKA PEMIMPIN ASEAN DENGAN PERWAKILAN ASEAN INTER-PARLIAMENTARY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

Bergerak Bersama Menuju Profesionalisme Pustakawan. Anastasia Tri Susiati Pustakawan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Bergerak Bersama Menuju Profesionalisme Pustakawan. Anastasia Tri Susiati Pustakawan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Bergerak Bersama Menuju Profesionalisme Pustakawan Anastasia Tri Susiati Pustakawan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tuntutan kepada Perpustakaan Core business untuk perpustakaan: layanan dan koleksi.

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Fitra Febri Annisa 1, Desriyeni 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email:

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN TERKAIT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN TERKAIT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN TERKAIT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI Kerjasama perpustakaan adalah kerjasama antara dua perpustakaan atau sistem perpustakaan atau lebih dengan tujuan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN KOMPETENSI PUSTAKAWAN

EKSISTENSI DAN KOMPETENSI PUSTAKAWAN Nurmalina Eksistensi dan Kompetensi Pustakawan 223 EKSISTENSI DAN KOMPETENSI PUSTAKAWAN Oleh: Nurmalina Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS OF THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC CO-OPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Himpunan Gerakan Kewirausahaan Nasional Indonesia, yang kemudian disingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN. Pasal 2

ANGGARAN DASAR ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN. Pasal 2 1 ANGGARAN DASAR ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN BAB I NAMA, BENTUK dan LAMBANG Pasal 1 Organisasi ini bernama Aliansi Jurnalis Independen, disingkat AJI. AJI berbentuk perkumpulan. Pasal 2 Pasal 3 AJI berlambangkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2 SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2 PENDAHULUAN Perpustakaan di perguruan tinggi merupakan salah satu unit penunjang yang mempunyai

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM) SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM) DI PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 10 Nopember 2015 Yth. Saudara Gubernur

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN SEBAGAI PEKERJA PROFESIONAL, SEBAGAI ANGGOTA PROFESI DAN SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL Oleh: M. Ali Nur Hasan Islamy, S.

PERAN PUSTAKAWAN SEBAGAI PEKERJA PROFESIONAL, SEBAGAI ANGGOTA PROFESI DAN SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL Oleh: M. Ali Nur Hasan Islamy, S. PERAN PUSTAKAWAN SEBAGAI PEKERJA PROFESIONAL, SEBAGAI ANGGOTA PROFESI DAN SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL Oleh: M. Ali Nur Hasan Islamy, S.Sos I. PENDAHULUAN Kehadiran perpustakaan tidak hanya sebagai penghias

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara pakto (the facto) tahun 1988 dan keluarnya UU No. 7 Tahun 1992,

BAB I PENDAHULUAN. secara pakto (the facto) tahun 1988 dan keluarnya UU No. 7 Tahun 1992, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia diera globalisasi ini menggunakan jasa perbankan untuk penyimpanan uang, bahkan mereka menggunakan media bank sebagai sarana investasi dan bisnis.

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015

PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 PEDOMAN PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PUSTAKAWAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI KATA PENGANTAR Implementasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini kebutuhan informasi dan pendidikan sangat diperlukan oleh masyarakat, karena informasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi kehidupan

Lebih terperinci

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan salah satu penunjang dalam meningkatkan sumber belajar yang sekaligus sebagai wadah dari berbagai disipilin ilmu pengetahuan yang juga menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEMBANGUN GENERASI PEMBELAJAR UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) NURUL CHALIM STKIP PGRI Jombang nurulchalim.ppkn2013@gmail.com ABSTRAK Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI

STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI Sukirno Pustakawan Madya Fakultas Kedokteran UGM sukirno@ugm.ac.id Abstrak Menurut Permenpan dan RB No. 9 Tahun 2014 pada Bab X Pasal 33, pada ayat (1) disebutkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL KEKETUAAN INDONESIA UNTUK ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA BAB III PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Hubungan Dengan pengguna Pengguna atau user adalah orang yang menggunakan fasilitas yang digunakan perpustakaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni

BAB II KAJIAN LITERATUR. Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian motivasi Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Greenberg dan Baron (dalam Djatmiko,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPSI HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA JUNI 2010 ii Cetakan Pertama, Hasil Kongres XI Himpsi, 2010 di Surakarta Penerbit dan Penanggung Jawab Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua Yth. 1. Menteri Pendayagunaan Aparatur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Perguruan Tinggi di Indonesia sudah semakin pesat. Berdasarkan data statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

6. ORGANISASI PROFESI

6. ORGANISASI PROFESI 6. ORGANISASI PROFESI ORGANISASI REKAM MEDIS DI INDONESIA 2 PERHIMPUNAN PROFESIONAL PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (PORMIKI) 18 Februari 1989 PORMIKI di Yayasan Amanah, jl. Taman Kebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci