III. METODE PENCIPTAAN. a. Sejarah Minuman Teh di Jepang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENCIPTAAN. a. Sejarah Minuman Teh di Jepang"

Transkripsi

1 III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik a. Sejarah Minuman Teh di Jepang Sepanjang sejarah, Jepang telah banyak menyerap gagasangagasan dari berbagai negara lain, seperti teknologi, adat-istiadat, dan kebudayaan lainnya, begitu pula kebiasaan meminum teh yang dipercaya berasal dari China yang kemudian diserap oleh Jepang. Pada kajian wawancara pada tanggal 2 Maret 2016 dengan Gema Budiarto menjelasakan bahwa terdapat dua keyakinan mengenai asal usul tradisi menyeduh teh ini, pertama masayarakat meyakini bahwa tradisi meminum teh berasal dari Rahib Budda China yang datang ke Jepang. Kedua, masyarakat meyakini asal usul tradisi meminum teh ini berasal dari rahib Buddha Jepang yang datang ke negeri China dan membawa kebiasaan meminum teh tersebut sampai ke Jepang. Dengan kata lain, rahib Buddha Jepang mempelajari dan menyerap kebudayaan China yang kemudian diterapkan di Jepang yang pada awalnya hanya untuk keperluan medis kemudian berkembang sebagai kegemaran di kalangan bangsawan dan samurai. Buku berjudul Pedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural Perasaan Kepribadian Orang jepang) yang ditulis Mattulada mengungkapkan bahwa setelah tradisi meminum teh ini menjadi 19

2 20 kebiasaan para bangsawan dan samurai untuk menjamu para tamunya, tata cara meminum teh menjadi tidak teratur dan mengalami penurunan, karena seperti dijadikan pesta dengan sake sebagai minuman pendamping selain teh. Oleh karena itu, Murata Juko mencoba menata kembali tatanan tradisi meminum teh sehingga menjadi religius dan penuh makna. Setelah itu tradisi meminum teh disempurnakan oleh Sen no Rikyu dan diangkat sebagai sebuah kesenian. Pakar upacara minum teh di Jepang yang melanjutkan tradisi sadō mempunyai keturunan dan murid. Mereka kemudian mendirikan berbagai aliran dan mengabdikan diri pada para bangsawan maupun kalangan biasa seperti pada film berjudul Ask This of Rikyu tahun 2013, Film tersebut mengisahkan Rikyu seorang pakar teh yang mengabdikan dirinya pada seorang bangsawan. Rikyu seringkali mendapatkan permintaan untuk mengadakan ritual sadō. Tentu Rikyu menyiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh dan teliti mengenai perasaan tamu yang dijamunya, mulai dari tulisan kaligrafi yang menempel di dinding ruangan khusus upacara minum teh yang disesuaikan situasi dan kondisi tamunya. Hanya dengan menyeduh teh tanpa percakapan, dan beberapa syair puitis yang dilontarkan Rikyu pada tamunya dapat menyentuh hati sehingga tamu sampai bercucuran air mata, inilah yang menarik, karena tanpa mencurahkan seluruh masalahnya, hanya dengan melakukan upacara minum teh yang

3 21 suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu, dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang. Gaya Rikyu dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh putranya yang bernama Soan ( ), yang dikenal karena kesederhanaannya dan kepekaannya. Putra-putra Soan kemudian mendirikan aliran sendiri-sendiri, yaitu Ura Sanke, Omote Sanke, dan Mushanokoji Sanke. Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari kalangan bangsawan, yang dewasa ini merupakan aliran yang paling terkemuka (Danandjaja, 1997: ). Menurut Danandjaja dalam buku berjudul Foklor Jepang Dilihat dari Kacamata Indonesia. Menjelaskan bahwa selama 500 tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang, teh hanya dipergunakan dalam bentuk serbuk (mecha) saja. Baru pada abad ke-16 metode pemprosesan secha diciptakan. Sedangkan metode penanaman untuk teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode Edo ( ), konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja seperti para bangsawan dan samurai, baru pada permulaan abad ke-20, minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja, 1997: ). Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum teh, perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar

4 22 mangkuk teh ketika hendak menyeduh, cara menyeka atau membersihkan mangkuk teh dan sebagainya. Dilihat dari segi fungsinya, sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual). 1. Sadō sebagai ritual. Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh yang dilakukan secara sungguh-sungguh, penuh makna dan simbolsimbol tertentu. Tata krama selama menjalankan upacara ini harus dipatuhi. Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu, semua yang terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan. Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh penghormatan. Pada upacara minum teh ini, air mewakili yin dan api mewakili yang. Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut mizusashi. Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh disentuh oleh tuan rumah. Matcha yaitu bubuk teh hijau yang digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi. Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga empat jam. Jika teh disajikan di siang hari, maka sebuah gong akan dibunyikan, sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari, maka

5 23 lonceng yang dibunyikan. Biasanya gong atau lonceng tersebut dipukul 5-7 kali, yang digunakan untuk memanggil para tamu yang sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum teh. Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat awal memasuki ruangan upacara minum teh. Para tamu akan mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di ruangan upacara minum teh, perapian, mangkuk teh, da tempat air. Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh), chakin (kain linen berwarna putih), dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha. Semua peralatan tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air. Setelah meninggalkan ruangan persiapan upacara, tuan rumah kembali dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa), hisahaku (penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus). Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan sendok teh, ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa, melipat dan menggunakan fukusa, yang memerlukan konsentrasi dan ketenangan yang luar biasa. Kemudian, air panas diatas tungku diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh, pengaduk teh

6 24 dibilas, mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan menggunakan chakin. Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh yang disiapkan untuk para tamu, air panas diciduk dari ceret dan dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya. Air tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi cairan kental seperti sup. Air yang tidak terpakai dikembalikan dalam ceret. Apabila jumlah tamu banyak, tuan rumah akan mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu sedikit, tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan berirama. Setelah itu, tuan rumah akan memberikan mangkuk teh tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan membungkuk sebagai tanda hormat. Mangkuk tersebut diangkat keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai wujud rasa hormat. Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang diberikan itu, mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu utama. Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut, mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas. Pengaduk, sendok, tempat teh dibersihkan juga. Setelah itu para tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh

7 25 Trawoco, dalam #.V5F5B9J97IX, diakses Jumat, 22 Juli 2016, pukul 09:00 WIB). 2. Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual). Di negara lain seperti Indonesia, upacara minum teh ala Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia. Dalam festival kebudayaan Jepang tersebut, upacara minum teh tidaklah setenang, khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan di Jepang, karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang, karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya, pakaian yang dikenakan pun bebas, sedangkan upacara minum teh secara resmi harus mengenakan kimono, namun upacara minum teh secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai pelaksanaan yang sama. Properti yang digunakan pun berbeda dari upacara minum teh secara formal, dari segi harga dan keunikan bentuk mangkuk misalnya. Begitu pula karya yang disajikan penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di Jepang, karena pada karya penulis mengenakan yukata dan visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang sesungguhnya.

8 26 b. Peralatan Upacara Minum Teh Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatanperalatan sederhana yang di datangkan dari China, namun setelah upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan dan samurai di Jepang, mereka mulai menggunakan peralatan yang lebih rumit dan mahal, hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat tuan rumah kepada tamunya. Berikut adalah komponenkomponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō: Gambar 14.Peralatan Upacara Minum Teh a. Kama Kama berarti pot logam, panci besi atau ketel. Dalam upacara minum teh, kama memiliki istilah khusus yaitu chagama. Kama biasanya terbuat dari besi, digunakan untuk memanaskan air yang akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15, halaman 27).

9 27 Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas kecil. Gambar 15. Kama (Sumber: b. Furo Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah, perunggu, besi, kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16). Tungku ini dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh, fungsinya adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama. Gambar 16.Furo (Sumber:

10 28 c. Futaoki Futaoki berfungsi seperti tatakan, untuk menyangga tutup panci maupun sendok air agar tetap bersih. Futaoki biasanya terbuat dari bambu, keramik, atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk (lihat Gambar 17). Gambar 17.Futaoki (Sumber: f e4a jpg) d. Kensui Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam atau keramik (lihat Gambar 18). Biasanya air kotor bekas untuk membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui. Gambar 18.Kensui (Sumber:

11 29 e. Hishaku Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan panjang (lihat Gambar 19), fungsinya adalah untuk mengambil air panas maupun dingin selama proses upacara minum teh Gambar 19.Hisaku (Sumber: f. Mizusashi Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas, serta air untuk mencuci chawan. Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik dan kayu (lihat Gambar 20). Gambar 20. Mizusashi (Sumber: 8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfw.jpg)

12 30 g. Chawan Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk menyesuaikan musim (lihat Gambar 21), seperti ketika musim dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan yang digunakan saat musim panas, ini bertujuan untuk menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin. Gambar motif pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja. Dalam prakteknya ketika meminum teh, tamu memutar motif yang terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir, ini mencerminkan penghormatan kepada tuan rumah. Gambar 21. Chawan (Sumber: /matcha_onshino_bowl-594x415.jpg) h. Fukusa Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume dan sendok untuk mengambil teh, bagi wanita biasanya fukusa digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit

13 31 tidak melepuh. Biasanya wanita menggunakan warna merah atau oranye. Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat Gambar 22). Gambar 22. Fukusa (Sumber: AAAPA/mwBSxqdXQ/s1600/fukusa.jpg) i. Chakin Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh. Chakin biasanya terbuat dari kain katun putih (lihat Gambar 23). Gambar 23. Chakin (Sumber:

14 32 j. Chasen Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk teh dengan air. Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar 24). Gambar 24. Chasen (Sumber: k. Chasaku Chasaku atau sendok teh, saat upacara minum teh berlangsung digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan. Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25), ada juga yang terbuat dari kayu. Chasaku umumnya memiliki panjang 18 cm. Gambar 25. Chasaku (Sumber: content/uploads/2015/09/matcha-spoon_large.jpg)

15 33 l. Natsume Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara. Gambar 26. Natsume (Sumber: https/lostinchado.files.wordpress.com/20/11/11/natsume1.jpg) c. Pakaian Tradisional Jepang Di Jepang, pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō secara formal adalah kimono, sedangkan pada festival-festival kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia seringkali mengenakan yukata, karena bukanlah pelaksanaan upacara minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh. Banyak yang belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat serupa, coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya.

16 34 Gambar 27. Perbedaan Kimono dan Yukata (Sumber: bc3c90beaa4c7409_hq.jpg) Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti pernikahan, upacara masuk sekolah, serta upacara kedewasaan tahun baru. Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang. Dari segi hargapun berbeda, kimono biasanya berharga sangat mahal, sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan. Status seorang wanita lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar lengan pada kimono, sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua

17 35 kalangan tanpa mengenal status. Kimono bisanya dipakai dengan dua lapisan, lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang bermotif, sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja. Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda, biasanya kimono memiliki bentuk obi kotak, sedangkan yukata memiliki obi berbentuk pita. Pada karya yang disajikan penulis, mengambil pakaian tradisional berupa yukata, karena pada acara festival kebudayaan Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata, bentuk yukata pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda, karena telah dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan. 3. Konsepsi A. Corak lukisan Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau pelataran. Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias. Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume ruang maupun perspektif. Selain itu merupakan gaya penampilan karya yang lebih mengutamakan keindahan garis, bidang warna. Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap, tetapi rata atau datar saja. Garis diusahakan lancar, rapi. Bentuk tidak menuruti benda aslinya, tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28).

18 36 Gambar 28. Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo (Sumber: B. Perubahan Bentuk Karya Seni Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan konsep, tema, dan latar belakang seniman. Perubahan susunan yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan hal yang baru, sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang sebenarnya, yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi. Adapun cara pengubahan bentuk antara lain, seperti simplikasi atau penyederhanaan, distorsi atau pembiasan, destruksi atau perusakan, stilasi atau penggayaan, dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto, 2011: 98). Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental yang disebut stilasi. Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan

19 37 penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat, bentuk lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli, serta bentuk alis, telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya. Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah, dengan garis meliuk-liuk, melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini, stilasi dapat dipandang bagian dari dekorasi). Gaya stilasi lazim dibuat pada hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat, dalam diakses pada Kamis, 12 November 2015, pukul 12:52 WIB). C. Unsur-Unsur Visual a. Garis Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus, tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal inilah yang menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, tebaltipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak (Susanto, 2011: 148). Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garisgaris nyata dan semu, berupa lengkungan yang membentuk suatu

20 38 objek, terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan kalem dan lembut. Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada lengkungan tengah, ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan bentuk objek yang dibuat. b. Tekstur Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang ditampilkan pada sebuah karya. Berdasarkan macamnya tekstur dibagi menjadi dua yaitu, tekstur nyata, nilai permukaan yang sama secara visual mata dengan rabanya. Tekstur semu, nilai permukaan yang berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari, 2008: 101). Tekstur dalam karya penulis adalah semu. Tekstur tersebut terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada bagian tertentu bidang gambar, seperti pada kelopak bunga dan ranting, serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini. c. Warna Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto, 2009: 12). Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warnawarna cerah dan kalem, perpaduan warna-warna primer dan sekunder membentuk warna-warna yang harmonis dan segar.

21 39 d. Bidang Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value, warna, garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur. Dalam karya seni, shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyekobyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman. Hal ini menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek visual. Shape dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu shape geometric dan shape biomorphic. Shape geometric merupakan bentuk yang ada standar (ukuran, aturan, barisan) dalam sifat dan berasal dari ilmu ukur. Shape tersebut misalnya lingkaran, persegi panjang, segitiga, dan lain-lain. Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad Hakim, 2000: 56). Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai. e. Value Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya. Pembatasan value sebagai berikut, value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan

22 40 dengan kecerahan atau kegelapan. Penilaian value sering melibatkan ekspresi psikologis, emosi pada penghayat, ini disebabkan oleh adanya karakter value yang berbeda (Suradjijo, 1985: 5). Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit, kain, dan obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar menimbulkan kesan memiliki massa. B. Implementasi Rupa 1. Media Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas berukuran 80 x 60 cm. Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional. 2. Proses Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman yang telah mengambil tema serupa, setelah itu mencari celah-celah yang belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar, kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat, dipilih 10 judul terbaik. Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas, disini penulis langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner, thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas. Setelah di diamkan beberapa hari hingga kering, sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan

23 41 menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan. Tahap selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan dilapisi varnish. Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang disesuaikan dengan warna background. 3. Penyajian Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō atau chanoyu ini, penulis memperhatikan beberapa hal, diantaranya: a. Information (pesan) Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya. Dalam seni upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat, tradisi ini mengajarkan pentingnya tata krama, kelembutan dan kesabaran. Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga keseimbangan emosi. Selain itu tata krama dalam upacara minum teh menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai permasalahan duniawi. b. Emotion (perasaan) Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat menggambarkan suasana harmonis, tentram dan suasana penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung. Suasana santai

24 42 seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban kehidupan. c. Image (citra) Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan berlatar belakang di alam terbuka, dengan figur seorang peramu teh yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti umumnya. Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa seperti pada umumnya, namun upacara minum teh ini adalah suatu seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat. Selain itu, penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan berbeda. Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini mengandung makna visual, diantaranya sebagai berikut: 1. Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya kepada tamu. 2. Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu.

25 43 3. Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol keanggunan para wanita Jepang. 4. Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu teh. 5. Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan menggambarkan suatu penghormatan. 6. Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem, warna primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat berdiri sendiri. Ada garis semu dari percampuran warna sekunder yang menghasilkan warna-warna tersier. Warna-warna yang dipilih diharapkan mampu memberikan kesan puitis, khidmat, religius serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa yang baru dan unik, serta dapat menghindari kebosanan terhadap warna-warna yang biasa dilihat.

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu secara harafiah yaitu air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen.

Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen. Abstraksi Negara Jepang memiliki berbagai macam kebudayaan salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi tradisi adalah upacara minum teh atau chanoyu. Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan

Lebih terperinci

A. Implementasi Teoritik

A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Lebah Madu adalah serangga kaya manfaat, dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam Ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening.

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari Bab 3 Analisis Data 3.1 Tahap Persiapan Sebelum Melaksanakan Chanoyu Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari tuan rumah itu sendiri maupun tamu yang akan mengikuti

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tikus termasuk dalam mamalia kecil, memiliki setidaknya 28 famili. Tikus dimasukkan dalam Ordo Rodentia yang artinya Hewan Pengerat. Ada sekitar

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penciptaan 1. Pengertian Seni Pengertian mengenai seni, salah satunya adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin itu disajikan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

KEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari

KEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari KEHIDUPAN ORANG JEPANG 1. Pakaian Pakaian khas Jepang adalah kimono. Kimono dipakai oleh orang Jepang hanya pada waktu tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya yang diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III Membuat Sketsa

BAB III Membuat Sketsa BAB III Membuat Sketsa Pada dasarnya sketsa merupakan sebuah gambar sederhana dengan sentuhan goresan pensil namun tetap memperlihatkan nilai estetika pada objek yang digambar. Permasalahannya menggambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam masyarakat Jepang. Dalam kebudayaan Jepang

Lebih terperinci

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN 3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang prinsip-prinsip dan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam desain

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Corel draw Corel draw adalah editor grafik vector yang dibuat oleh corel, Corel sendiri adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bermarkas di Ottawa, Kanada. Versi

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis

BAB III. A. Implementasi Teoritis BAB III A. Implementasi Teoritis Penciptaan karya seni merupakan usaha untuk merealisasikan suatu keinginan, pikiran, perasaan dan sebuah harapan tertentu yang ada dalam batin seniman yang diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai BAB III A. Implementasi Teoritis Bunga merupakan bagian pada tanaman yang memiliki bentuk dan warna yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai pembiakan pada tanaman, juga dianggap

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Kisah dongeng tentang Raja Arthur memiliki sesuatu yang membuat penulis memiliki sebuah pandangan tertentu yang membawa penulis untuk melakukan

Lebih terperinci

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin 01 02 KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin Good design is good business. Inilah yang terwujud pada desain klinik yang berhasil mengakomodasi kegiatan konsultasi dokter

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA A. Tahap Produksi Media Pada tahap produksi media promosi ini penulis melakukan beberapa tahapan mulai dari sebelum produksi hingga proses produksi media. Adapun ltahapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN BAB III PROSES PEMBENTUKAN Lahirnya karya seni rupa melalui proses penciptaan selalu terkait dengan masalah teknis, bahan, dan alat yang digunakan serta tahapan pembentukannya. Selain kemampuan dan pengalaman,

Lebih terperinci

BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN

BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN digilib.uns.ac.id BAB III BUNGA TERATAI DALAM LUKISAN A. Implementasi Teoritis Bardasarkan uraian dari bab 2, terdapat pokok-pokok temuan mengenai bunga teratai, mengenai bentuk bunga, pola hidup, serta

Lebih terperinci

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni Pengertian Seni Rupa Secara sederhana, seni rupa adalah ungkapan ide atau perasaan yang estetis dan bermakna dari pembuatnya yang diwujudkan melalui media rupa yang bisa ditangka dan dirasakan dengan rabaan.

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM

Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM BAB II MEMBUAT SKETSA Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Men-Sketsa Materi Pembelajaran : 1. Sketsa bentuk 2. Sketsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI JEPANG. yang tidak berubah. Salah satunya adalah minum teh. Tradisi ini agak sulit

BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI JEPANG. yang tidak berubah. Salah satunya adalah minum teh. Tradisi ini agak sulit BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH TEH DAN UPACARA MINUM TEH DI JEPANG 2.1. Tinjauan Umum Minum Teh Di tengah gaya hidup modern, ternyata masih ada tradisi dari masa lalu yang tidak berubah. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Rupadasar 2D Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Ilmu yang mempelajari Nirmana Ilmu yang mengajarkan unsur elemen yang ada pada sebuah karya seni/desain. Ilmu yang mengorganisasi unsur atau elemen agar menjadi

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa Sign

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 52 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan font " Trajan" yang memiliki cita rasa klasik dan elegan. Warna yang digunakan adalah hitam atau putih tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan kepada benak konsumen. Dalam komunikasi, kita harus mempertajam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan kepada benak konsumen. Dalam komunikasi, kita harus mempertajam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Desain Keunggulan bersaing perusahaan, sesungguhnya adalah keunggulan komunikasi sehingga masalah dalam bersaing adalah masalah dalam penyampaian pesan kepada benak konsumen.

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

Putih Abu Hitam Coklat

Putih Abu Hitam Coklat KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM Tema yang saya terapkan pada tugas Perancangan Ruang Dalam ini adalah konsep Kontemporer. Karakteristik dari konsep kontemporer adalah konsep ruang yang terkesan terbuka

Lebih terperinci

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini.

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini. 82 B A B 5 H A S I L D A N P E M B A H A S A N D E S A I N 5.1 Desain Title Untuk desain Title, penulis menggunakan font Castellar yang dianggap mencerminkan keanggunan sang Dewi Bulan. Warna yang dipakai

Lebih terperinci

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis

BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis BAB III Elemen-Elemen Desain Grafis A. Garis / Line Garis atau line adalah suatu goresan, batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan sebagainya. Dari pengertian diatas, garis dapat digolongkan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA. Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn.

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA. Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn. KONSEP DASAR PENDIDIKAN SENI Seni dalam Pendidikan Pendidikan melalui Seni (Education through Art) SENI DALAM

Lebih terperinci

KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA. Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn.

KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA. Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn. KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn. SENI SEBAGAI KEINDAHAN Seni: segala keindahan yang diciptakan manusia Balinesse Beauty Kakak dan Adik, 1978 BASUKI ABDULLAH ALIRAN

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL 4.1 Tema Karya Tema dari karya tugas akhir ini adalah Geometrical Forest, sesuai dengan image board yang digunakan sebagai sumber inspirasi selain ragam

Lebih terperinci

15 Kegunaan Lain Dari Pasta Gigi

15 Kegunaan Lain Dari Pasta Gigi 15 Kegunaan Lain Dari Pasta Gigi Pasta gigi: itu memutihkan, mencerahkan, mengharumkan, menghilangkan noda, dan mengembalikan dan melindungi enamel. Tapi kemampuan membersihkan pasta gigi bisa di aplikasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA. serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi

BAB IV ANALISIS KARYA. serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi BAB IV ANALISIS KARYA Melalui proses penemuan ide, pengamatan, pengkajian, pemahaman, serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi perempuan sejumlah 14 karya. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

Menggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana

Menggambar Busana. Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana 1 Menggambar Busana Penyelesaian Pembuatan Gambar I Untuk SMK Program Keahlian Tata Busana Oleh : ANIEQ BARIROH PKK-FT-UNESA NAMA SISWA :... KELAS :... SMK JAWAHIRUL ULUM BESUKI-JABON SIDOARJO 2 HAND OUT

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA. musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA. musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA 2.1 Pengertian Oshibana Negara Jepang mengenal empat musim, yaitu musim panas, musim semi, musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga

Lebih terperinci

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: THREE GIRLS IN THE BEDROOM Judul : Three Girls in the Bedroom Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara: Pameran Seni Rupa dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide/Gagasan Perancangan 1. Ide/Gagasan Benyamin s Days merupakan acara sederhana yang didedikasikan untuk Alm. Benyamin Sueb sebagai wujud penghargaan kami terhadap Alm. Benyamin

Lebih terperinci

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Pengertian Warna Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/menciptakan kesan pada ruang. Merupakan sifat dasar visual yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 53 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide atau Gagasan Beberapa faktor dapat mempengaruhi sebagian karya dari ide yang dihasilkan seorang seniman, faktor tersebut bisa datang dari dalam maupun luar yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn 1 DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn Judul : Home Sweet Home Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara Penciptaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional

Lebih terperinci

EKSTERIOR SIANG HARI

EKSTERIOR SIANG HARI 1. RUSTIC. Konsep rustic adalah konsep yang berbasis pada kesadaran lingkungan, dan dideskripsikan sebagai gaya yang menekankan pada unsur alam serta elemen yang belum terfabrikasi. Desain interior rustic

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR Ruangan interior dibentuk oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu lantai, dinding, plafon serta bukaan pintu dan jendela. Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), apabila

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

BAGIAN III W A R N A

BAGIAN III W A R N A BAGIAN III W A R N A Warna merupakan unsur desain yang pertama paling menarik perhatian seseorang dalam kondisi apapun. Setiap permukaan benda akan tampak berwarna, karena benda tersebut menyerap dan memantulkan

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Promosi dan Multimedia Interaktif Dalam pembuatan interaktif promosi DIV Komputer Multimedia STMIK STIKOM Surabaya, penulis memerlukan sebuah definisi promosi dan multimedia

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Eksplorasi Seni Ebru: Keragaman Grid dalam Proses Melukis Di Atas Air Indra Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Seni ebru adalah seni lukis dari Turki yang media dasarnya adalah air pada saat melukis dan dipraktikan

Lebih terperinci

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH ARFIEL ZAQTA SURYA 13-57 Teori dan konsep interior desain merupakan sebuah gagasan atau dasar pemikiran desainer di dalam memecahkan permasalahn atau problem desain. Konsep desain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci