BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Objek Wisata Candi Sambisari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Objek Wisata Candi Sambisari"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Wisata Candi Sambisari 1. Sejarah Candi Sambisari Penemuan benda benda purabakala sering terjadi secara kebetulan, seperti orang sedang menggali tanah untuk membuat sumur, mengolah tanah ladang atau sawah untuk ditanami dan lain lain, tiba tiba cangkulnya terbentur sesuatu benda yang ternyata benda tersebut adalah benda kuno. Apabila orang tersebut mengerti bahwa ia harus melaporkan kepada yang berwenang, maka beritanya akan sampai kepada Dinas Purbakala. Akan tetapi ada kalanya penemuan purbakala itu dirahasiakan oleh penemunya dengan maksud dimiliki sendiri atau dijual kepada orang lain yang memang banyak berkeliaran di desa desa khususnya untuk mencari benda benda kuno. Oleh karena itu setiap ada berita temuan purbakala, harus segera ditangani oleh yang berwenang untuk menghindarkan lenyapnya atau rusaknya benda benda tersebut. Begitulah halnya dengan penemuan Candi Sambisari (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:7). Seorang petani ketika sedang mengolah tanah ladang milik Karyowinangun, tiba tiba cangkulnya terbentur pada batu batu berukir yang ternyata bekas reruntuhan sebuah candi, dan penemuan ini terjadi di bulan Juli Karena tidak mengetahui adanya larangan sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Kepurbakalaan, petani tersebut mengangkuti dan membawanya pulang 23

2 beberapa jumlah batu batu candi itu kerumahnya. Akan tetapi batu batu tersebut dapat dikembalikan lagi setelah berita penemuan kepurbakalaan itu sampai ke kantor Wilayah Purbakala I LPPN (Lemabaga Purbakala dan Peninggalan Sejarah Nasional) di Prambanan, sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, segera mengadakan peninjauan dan penelitian ketempat penemuan purbakala. Setelah didapat kepastian bahwa penemuan purbakala itu adalah sebuah candi yang masih terpendam di dalam tanah, maka diputuskan untuk segera menyelamatkan dengan pengadakan penggalian (ekskavasi) secepatnya (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:8). Candi Sambisari merupakan percandian yang terdiri dari sebuah candi induk menghadap ke Barat, denahnya bujur sangkar dengan ukuran 13,65 x 13,65 m dan tinggi keseluruhan 7,5 m. Hal yang menarik dari Candi Sambisari yaitu tidak terdapat kaki candi yang sebenarnya, sehingga alas (soubasemant) sekaligus berfungsi sebagai kaki candi. Oleh karena itu relung relung pada tubuh candi terletak hampir rata dengan lantai dasar. Tangga naik keselasar diapit oleh tangga yang pada ujung bawahnya dihiasi dengan makara yang disangga oleh seorang cebol dengan kedua belah tangannya, pada ambang atas gapura tidak ditemukan hiasan kepala kala (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:25). Hal lain yang menarik pada candi ini yaitu disekitar lantai selasar terdapat batu batu pipih dengan tonjolan diatasnya (semacam umpak) sebanyak 12 buah, berbentuk bulat 8 buah dan berbentuk persegi 4 buah, tubuh candi beukuran 5 x 5 m dan tingginya 2,5 m, tangga naik keselasar terdapat disisi Barat, selasar tersebut

3 selebar 2,5 m mengelilingi tubuh candi dan sisi sisinya ditutup dengan pagar langkan. Pada sisi luar dinding tubuh candi terdapat relung relung yang diatasnya terdapat hiasan kepala kala. Relung relung tersebut masing masing ditempati oleh Dewi Durga (Utara), Ganesa (Timur), Agastya (Selatan). Sedangkan pada kanan dan kiri pintu masuk di bilik candi terdapat dua relung untuk dewa dewa penjaga pintu, yaitu Mahakala dan Nandiswara, tapi sayang sekali kedua arca tersebut telah hilang dicuri orang dari tempat penyimpanan di gudang di Sambisari dengan jalan mengangsir tanah (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:31). Di dalam bilik candi induk ada sebuah Yoni yang cukup besar berukuran 1,34 x 1,34 x 1,18 m, Cerat Yoni menghadap ke Utara, dibawah cerat Yoni ada hiasan seekor naga. Di atas Yoni terdapat Lingga yang berukuran 0,29 x 0,29 x 0,85 m, di bawah Yoni ada perigi yang berukuran 1,75 x 1,75 x 3, 75 m. Dindingdindingnya dilapisi dengan batu batu andesit berbentuk persegi, di dalam perigi tidak ditemukan suatu benda kecuali tanah biasa. Di depan candi induk terdapat tiga buah candi perwara, perwara tengah berukuran 5,90 x 4,80, perwara utara dan selatan masing masing berukuran 4,80 x 4,80 m. Ketiga candi perwara tersebut tidak punya tubuh dan atap yang ada kaki dan diatasnya terdapat pagar langkan. Di candi perwara tengah dan utara, di tengah tengah ruangan yang dikelilingi pagar langkan terdapat padmasana. Sedangkan di candi perwara selatan tidak ditemukan lapik (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:27).

4 Kelompok candi Sambisari secara keseluruhan dikelilingi oleh pagar tembok dari batu putih yang berukuran 50 x 48 m. Pada masing masing sisi pagar terdapat pintu masuk, akan tetapi pintu utara ditutup. Pada halaman pertama terdapat 8 buah lingga semua yang terletak di delapan arah mata angin (4 buah di depan setiap pintu 4 buah di setiap sudut). Disisi luar pagar keliling terdapat teras sebesar 8 m dengan tangga naik di ke-empat sisinya. Selain itu juga terdapat pagar diperkirakan pagar kedua yang sekarang baru ditampakkan sebagain disisi timur. Hal ini yang menarik dari candi Sambisari yaitu titik pusat kompleks candi berada di sebelah selatan tangga masuk Hiasan yang menonjol pada candi Sambisari ialah Simbar (antefix) yang dihias dengan indahnya. Seluruh pagar langkan sampai ke atap candi di hias dengan simbar ini sehingga nampak dominan (Soekmono, 1974:78). Dinding batu atau kaki induk polos tanpa hiasan, panil panil pada dinding luar dan dalam yang diseling oleh tiang tiang pelaster dihias dengan ukiran daun daunan berpola sulur gelung yang mirip dengan yang ada di Borobudur, dan ditengahnya terdapat sangka bersayap yang merupakan padmamula. Tubuh candi juga dihias dengan ukiran daun-daunan berpola sulur gelung dan relung-relung dihias dengan kala makara. Kepala kalanya tanpa rahang bawah, kecuali pada dua relung di kanan dan di kiri pintu masuk bilik candi, kalanya disemukan dengan ukiran daun-daunan. Pola pahatan dan bentuk kepala kala di Sambisari agak melebar atau buntek mirip dengan yang terdapat pada Candi Gedong Sanga dan atap Candi Sambisari bertingkat satu dengan berpuncak ratna.

5 Tangga naik ke selasar candi induk yang ± 1 m lebar dengan delapan anak tangga berakhir dengan hiasan makara dengan seekor singa di dalam mulutnya yang mengangah pada candi induk maupun candi perwara tidak ditemukan ukuran relief pada panil (BP3 Kabupaten Sleman: 1953:28). Semua area-area dari pantheon Agama Hindu yang mnempati relung-relung di Candi Sambisari ditemukan kembali. Arca yang menempati relung utara ialah Durgamahesasuramardhini, artinya pembunuh raksasa yang menjelma sebagai Mahesa (banteng). Gambaran yang biasa kita temukan Dewi Durga sebagai sakti (istri) Dewa Siwa, dalam penjelmaan ini bertangan banyak (6, 8, 10) berdiri atas punggung Mahesa yang tidak lain adalah penjelmaan tokoh raksasa (buta). Sewaktu Mahesa dibunuh oleh Durga, raksasa keluar dari tubuh Mahesa dan rambutnya dijambak oleh Durga, sedangkan ekor Mahesa dipegang oleh tangan Durga yang lain. Di Candi Sambisari Durga memiliki tangan delapan, masingmasing empat di kanan dan di kiri yang memegang alat-alat senjata. Tangantangan kanan memegang cakra, anak panah, pedang, trisula, sedangkan tangarntangan kiri Memegang busur, gada, perisai, cemara. Penjelmaan sedemikian itu melambangkan pertarungan antara kejahatan melawan kebaikan (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:29). Pahatan area ini tidak seberapa baik, batunya sudah agak rusak (lapuk), sehingga sukar untuk mengenalinya lebih tepat. Relung sebelah selatan ditempati Agastya atau ada juga yang menyebutnya Bathara Guru, salah satu wujud penjelmaan Dewa Siwa. Dewa ini biasanya digambarkan sebagai orang tua, selalu berdiri dan bertangan dua, berkumis dan berjenggot lebat, perut buncit. Pakaian

6 dan hiasannya sederhana, tidak pernah membawa senjata, kecuali trisula (tombak berujung tiga) yang oleh Siwa dianggap barang suci dan alat ini pun biasanya tidak dipegangnya, melainkan berdiri pada sandarannya. Agastya pada Candi Sambisari perutnya kelihatan kurang buncit, kedua tangannya memegang kamandalu (kendil) dan cakra, di Candi Sambisari, area Agastya berkalungkan asamala (tasbih), sesuatu hal yang tidak lazim pada area-area Agastya lainnya. Pada bahu kirinya terdapat cemara (penghalau lalat). Area Ganesha menempati relung disebelah timur. Penempatan area Ganesha tergantung kepada arah muka candi, maka area Ganesha berada disebelah barat candi. Ganesha di Candi Sambisari dalam posisi duduk di atas padmasana dengan kedua telapak kakinya bertemu, bertangan empat dan memegang aksamala dan taring yang patah pada tangan-tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang mangkok dan parasu (kapak). Belalainya menjulur menyedot isi mangkok pada tangan kiri, melambangkan kehausan akan pengetahuan yang tanpa putusputusnya meneguk ilmu. Kalung kastanya (upawita) berupa ular naga (nagapasa) (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:19). Jika melihat unsur-unsur yang terdapat pada Candi Sambisari berupa lingga yoni yang terdapat pada bilik candi induk dapat diungkapkan bahwa candi tersebut merupakan candi yang beragama Siwa. Lingga merupakan salah satu aspek Dewa Siwa. Lingga dengan yoni merupakan perpaduan yang mewujudkan persatuan tertinggi serta melambangkan kesuburan. Demikian pula dengan ditemukannya Area Durga, hal ini memperkuat bukti bahwa Candi Sambisari merupakan candi beragama Siwa. Durga di sini

7 merupakan istri dari Dewa Siwa yang melambangkan pertarungan antara kebaikan dan kejelekan, begitu pula dengan adanya area Siwa Maha Guru dan Area Ganesha, Area Maha Guru merupakan dari Dewa Siwa yang berperan sebagai tokoh besar diantara para pertapa, sedangkan Ganesha merupakan anak dari Dewa Siwa dengan istrinya Dewi Uma (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:30). Penempatan area-area tersebut diatas di dalam relung candi induk yang mempunyai persamaan dengan penempatan area-area di Candi Prambanan. Temuan lain yang memperkuat dugaan ini yaitu Area Mahakala dan Nandiswara disamping pememuan lempengan emas yang tertulis. Tulisan tersebut menggunakan huruf Jawa kuno dan sudah dibaca oleh M. Bukhori yang berbunyi : "on siwastliana.../.../. yang secara bebas artinya tempat Dewa Siwa (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:48b). Bukti sejarah yang menunjukkan tentang masa berdirinya kompleks Candi Sambisari sampai sekarang masih gelap, namun usaha-usaha untuk mengetahui hal ini telah banyak dilakukan oleh para arkeologi. Para ahli tersebut berbicara berdasarkan data-data yang ditemukan. Berdasarkan temuan lempengan emas yong melekat pada bibir periuk yang berada dibawah umpak kedua dari timur deretan selatan candi Induk, pada lempengan emas ini terdapat tulisan dua baris, tulisan tersebut telah diteliti oleh M. Bukhori dan menurut pendapatnya tulisannya tersebut ditinjau secara paleografis berasal dari kira-kira permulaan abad IX M. Pendapat ini sebetulnya memperkuat pendapat Soediman yang mengatakan bahwa Candi Sambisari dapat dimasukkan dalam dekade pertama atau kedua abad ke IX M sejaman Candi Ngawen. Alasan Soediman memasukkan kompleks

8 Candi Sambisari dalam periode ini berdasarkan : Pada waktu batu-batu luar (outer stones) oandi Induk dibongkar, ternyata batu isian tersebut berupa batu padas ini juga diketemukan pada Candi Roro Jonggrang, Plaosan dan Sojiwan. Batu putih ini banyak terdapat dibukit Ratu Boko, bahkan disana ditemukan bekas penambangangnya (Soekmono, 1973:65). Menurut Krom candi-candi tersebut berasal dari periode yang lebih tua dibandingkan dengan candi-candi lainnya di Jawa Tengah. Sedangkan R. Soekmono mengadakan perbandingan-perbandingan mengenai bentuk arsitektur, bentuk-bentuk candi yang termasuk golongan periode yang tua, seperti Kalasan, Gunung Wukir, Badut, Pringapus, Sewu, dan lain-lain. Beliau berkesimpulan bahwa candi-candi yang mempunyai kombinasi batu candi polos dan profil klasik pada permulaan dinding candi adalah ciri-ciri yang spesifik daripada bentuk arsitektur sebelum tahun 800 M. Berdasarkan pendapat Soekmono dan kenyataan Candi Sambisari yang mempunyai isian batu putih (padas) yang sama dengan candi berisian batu putih, maka beliau mengambil suatu asumsi bahwa Candi Sambisiari berasal dari pemulaan abad IX M.(Soekmono, 1973:9-10) Dilihat dari tahun berdirinya mesih ada masalah karena ada perbedaan penafsiran antara para ahli. Perbedaan ini menjadikan perbedaan penafsiran tentang pendiri (pendukung) Candi Sambisari. Namun untuk tidak menyulitkan akan dipilih tafsiran yang dilakukan oleh Soediman. Pilihan ini dianggap lebih tepat karena didukung oleh data paleografis (Soekmono, 1973b:12). Kalau tafsiran Soediman yang dipakai maka berdirinya Candi Sambisari yaitu ±812 - ±838 M. Maka perlu dicari siapa yang menerintah kerajaan kuno di

9 Jawa Tengah. Maka perlu mengetahui sejarah politik kerajaan di Jawa Tengah. Perkembangan politik kerajaan kuno di Jawa Tengah sampai sekarang masih menjadi masalah diantara para sarjana. Ada dua teori tentang penguasa di Jawa Tengah yaitu ada dua dinasti yang berkuasa di Jawa Tengah. Dalam kesempatan ini selanjutnya akan dipilih sebagai dasar yaitu adanya dua dinasti di Jawa Tengah, pemilihan ini dianggap lebih konsisten, karena menyebut adanya Wangsa Sanjaya dan adanya Wangsa Sailendra yang masing-masing memeluk agama Hindu dan agama Budha. Kenyataan ini sesuai dengan peninggalan di Jawa Tengah yaitu berupa peninggalan dari agama Hindu dan Budha (Soekmono, 1974: ). Oleh karena itu Candi Sambisari merupakan bangunan suci agama Siwa, maka untuk memperkirakan siapa raja yang membangun harus dicari raja dari dinasti Sailendra yang memeluk agama Siwa. Di dalam prasasti Wanau Tengah III tahun 908 M, terdapat nama-nama raja dari Dinasti Mataram yaitu : 1. Rahyangtai Hara (Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya), M. 2. Sri Maharaja Rakai Pangkaran, M. 3. Sri Maharaja Rakai Panarahan (Panunggalan), M. 4. Sri Maharaja Rakai Warak Dyah Manara M. 5. Sri Maharaja Rakai Dyah Gula, M. 6. Sri Maharaja Rakai Garung, M. 7. Sri Maharaja Rakai Pikaktan, M 8. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, M. 9. Sri Maharaja Dyah Tagwas, 885 M (la memerintah selama delapan bulan).

10 10. Sri Maharaja Rakai Panumwangan Dyah Dewendra, M. 11. Sri Maharaja Rakai Gurunwangi Dyah Badra, 877 M (la memerintah hanya satu bulan, lalu meningalkan kerajaan, selama delapan tahun tidak ada raja yang memerintah sampai raja berikutnya naik tahta). 12. Sri Maharaja Rakai Wungkalhumalang Dyah /Jbang, M. 13. Sri Maharaja Rakai Watukara Dyang Balitung, 898 M. Dari daftar nama-nama raja dalam prasasti Wanua Tengah III tersebut diatas, yang paling mendekati tahun pendirian Candi Sambisari yaitu Rakai Garung, tahun M. Dengan catatan tidak semua candi dibangun oleh raja yang memerintah (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:45). Pemerintahan raja Sailendra nampaknya baru muncul pada pertengahan atau akhir abad 8 M, yaitu setelah ditemukannya prasasti Kalasan 776 M. Dalam prasasti tersebut menyebut adanya seorang raja dari Wangsa Sailendra yang beragama Budha dan seorang raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Panangkaran, kedua raja tersebut memerintah dalam masa yang sama dan tidak saling bermusuhan (Soekmono, 1973b:22). Prasasti lain yang menyebut adanya dua dinasti adalah dinasti Karangtengah berangka tnhun 824 M. Dalam prasasti ini menyebutkan adanya rekarayan patapan pu palar laki-laki dan pu palar perempuun yang ternyata dalam prasasti Gandasuli juga terdapat nama Dang Busu Plar beserta istrinya Busu Plar. Kedua nama tersebut oleh Soekmono dikatakan merupakan batu nama (satu orang). Dalam prasasti Kalasan Karayana Panamkarana dan dalam prasasti Karangtengah Rakarayan Patapan menunjukkan bahwa ia tergantung kepada Raja

11 Sailendra, maka dalam prasasti Gendasuli kedudukannya sudah berbalik (Soekmono, 1950:173). Mengenai nama Patapan Pu Plar ini oleh Casparis diidentifikasikan Rakai Garung dari Dinasti Sanjaya, hal ini menunjukkan bahwa Wangsa Sanjaya mulai mendesak lagi Wangsa Sailendra, dengan adanya politik yang saling desak antara Sanjaya dan Sailendra maka tidak begitu meleset kalau diperhatikan selama periode awal abad IX M. Wangsa Sailendra lebih berkuasa sehingga banyak diketemukan candi-candi beragama Budha di Jawa Tengah. Akan tetapi setelah adanya prasasti Gandasuli (832 H) keluarga Sanjaya dapat mendesak kembali, sehingga banyak diketemukan candi-candi beragama Hindu seperti Candi Prambanan. Maka tidaklah mustahil kalau Candi Sambisairi temasuk dalam masa ini, maka kalau dilihat dari tahun pendiriannya Rakai Garunglang yang mendirikan, sebab la memerintah antara M (Soekmono, 1974:170). 2. Fungsi Candi Sambisari Sampai belum lama berselang para ahli purbakala berpendapat bahwa candi adalah monumen pemakaman, dimana abu jenazah seorang raja disimpan di dalam sebuah peti batu di dalam perigi yang ada di dalam bilik candi diatas perigi itulah didirikan area perwujudan dari raja yang dimakamkan di situ. Suatu kepercayaan jaman dahulu bahwa seorang raja adalah bukan manusia biasa. Dia dilahirkan di dunia sebagai titisan suatu dewa tertentu untuk memimpin dunia dan manusia atas nama dewa tersebut. Apabila raja tersebut neninggal, maka dia dianggap kembali kepada dewa penitisnya. Rakyat yang ditinggalkan tetap masih

12 mempunyai hubungan moril religius dengan raja tersebut. Maka agar setiap kali dapat berhubungan terus dengan raja yang raganya telah tiada itu dibuatlah suatu media berupa bangunan suci dimana bersimpan jasad jasadnya Jadi candi itu disamping sebagai monumen pemakaman sekaligus sebagai bangunan suci tempal pemujaan bagi rakyat (Soekmono, 1973a:4-5). Pada saat rakyat rakyat ingin nengadakan hubungan dengan "raja atau dewadewanya" diadakan upacara pemujaan di candi. Patung raja atau dewa yang ada di dalam bilik candi akan hidup untuk sementara dengan cara upacara "Pranapratistha", ialah badan wadaknya diwakili oleh abu jenazah yang ada di dalam relief didalam perigi candi, sedangkan roh atau jiwanya turun dari Kahyangan melalui atap candi masuk ketubuh area di dalam bilik candi. Dengan demikian maka patung raja itu menjadi hidup (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:34). Pendapat tersebut diatas dalam waktu yang lama nenjadi "scientific dispute" diantara para sarjana, oleh karena belum dapat dibuktikan apakah candi itu memang benar-benar sebagai bangunan pemakainan atau sebagai tempat penyimpanan sisa-sisa abu jenazah seorang manusia. Memang telah banyak ditemukan peti-peti batu (relief di dalam perigi-perigi candi, akan tetapi sebegitu jauh belum pernah secara positif dapat dibuktikan adanya sisa-sisa abu jenazah manusi (Soekmono, 1974:78-94). Hal lain yang menarik mengenai peti-peti batu, ialah bahwa tidak semua peti batu ditemukan di dalam perigi candi. Dari penemuan penemuan dibeberap" candi ternyata peti-peti batu ditemukan juga diluar perigi candi. Soekmono telah berhasil mencatat sebanyak 85 peti abu jenazah yang

13 ditemukan diberbagai candi di Indonesia, dari penelitian beliau yang sangat mendalam mengenai fungsi candi, maka dikemukakan suatu teori baru yang mengatakan bahwa candi bukanlah bangunan pemakaman atau cungkup melainkan kuil, sebagai perbandingan Soekmono mengemukakan teori O Connor tentang adanya peti-peti batu bangunan-bangunan sudi di India, Srilangka dan Kamboja (Soekmono, 1974:336). Sebagai penutup teorinya, O Connor nengatakan bahwa peti-peti peripih itu tidak menjaiji petunjuk akan adanya kebiasaan menyimpan abu jenasah seperti halnya di Jawa, dan juga tidak berarti akan adanya pengaruh kebudayaan Jawa seoara khusus. Teori O Connor tersebut oleh Soekmono justru dianggap memperkuat kesangsian terhadap kebenaran pengertian candi sebagai bangunan pemakaman dengan kata lain apa yang menjadi inti dari suatu candi tidak dapat disimpulkan bahwa candi adalah bangunan pemakaman (Soekmono, 1974: ). Dengan mengadakan perbandingan antara situasi Candi Sambisari dengan uraian di atas mengenai makna candi, bahwa Candi Sambisari pun bukan bangunan pemakaman melainkan sebuah kuil. Selain sebuah peti batu yang memang ditemukan dari dalam perigi candi induk, masih ada dua buah peti batu lainnya yang ditemukan keduanya sudah dalam keadaan "disturbed", tidak lagi berada ditempat aslinya. Apakah asalnya dari candi-candi Perwara masih disangsikan, oleh karena di dalam ruang tengah candi Perwara terdapat sebuah lapik area dan tidak terdapat perigi di bawahnya. Semua peti-peti batu tadi juga

14 tidak memuat sesuatu benda atuapun sisa-sisa abu jenasah kecuali tanah biasa (Soekmono, 1974:109). 3. Hasil Penggalian Candi Sambisari a. Masa Pra Pemugaran Candi Sambisari Penggalian yang dilakukan pada masa pra pemugaran telah menemukan batu-batu yang merupakan bagian dari bangunan. Bangunan tersebut terdiri dairi candi induk, candi perwara tengah dan candi perwara selatan. Ketiga buah candi tersebut saat, ditemukan sebagian besar batubatunya telah runtuh, kecuali bagiian kaki, pagar langkan, dan sebagian tubuh candi induk yang masih dalam susunan asli. Setelah itu juga ditemukan benda-benda lepas yang ada hubungannya dengan candi induk tetapi tidak merupakan bagian konstruksi dari bangunan candi (temuan lepas) (Soediman, 1976). Temuan-temuan lepas tersebut antara lain : 1) Sebuah Lingga dari batu andesit. 2) Dua buah Yoni dari batu andesit. 3) Sebuah area Durga dari batu andesit. 4) Sebuah area Mahakala dari batu andesit. 5) Sebuah area Nandiswara dari batu andesit. 6) Sebuah area Agastya dari batu andesit. 7) Sebuah lapik Area dari batu andesit. 8) Sebuah lingga Semu dari batu andesit.

15 9) Sebuah peti batu tanpa tutup dari batu area andesit. 10) Sebuah peti batu tanpa tutup dari batu putih. 11) Sebuah tutup peti batu putih. 12) Dua belas batu pipih semacam lapik atau umpak dari batu andesit, 8 buah bertentuk bulat dan 4 buah berbentu persegi empat. b. Masa Pemugaran Candi Sambisari Penggalian yang dilakukan pada masa pemugaran merupakan tindak lanjut dari penggalian yang dilakukan pada masa pra pemugaran. Sebelum diadakan penggalian terlebih dahulu dilakukan pembebasan tanah seluas m tujuan dari pcnggalian tersebt't adalah untuk menampakkan datadata bangunan yang masih terpendam di dalam tanah. Oleh karena letak temuan sudah diketahui berada pada kedalaman lebih dari 6 M dari permukaan tanah, maka untuk menghemat waktu dan biaya sampai kedalaman 5 M tanah digali secara borongan oleh pekerja lokal dengan pengawas dari tenaga Arkeologi, sedangkan penggalian secara arkeologis baru dimulai pada kedalaman ± 5 M dengan sistein Grid. Untuk menampakkan bangunan dikompleks Candi Sambisari seperti yang dapat dilihat sekarang telah dibuang tanah sebanyak M³. Sedangkan tanah milik Purbakala yang telah dibebaskan sejak tahun 1966 hingga 1986 seluas M 2. Penggalian yang dilaksanakan pada masa pra pemugaran telah berhasil mcnampakkan sebuah candi induk dan dua buah candi perwara, yaitu candi perwara tengah dan selatan. Penggalian yang dilakukan pada masa pemugaran merupakan tindak lanjut dari penggalian yang dilakukan sebelumnya. Dari penggalian tersebut

16 telah berhasil menampakkan beberapa kali data bangunan antara lain pada tahun anggaran 1976/1977 ditemukan candi perwara utara yang masih dalam keadaan tersusun bagian kaki dan pagar langkannya. Pada tahun 1977/1978 juga ditemukan batu putih bergores (berpen) dan juga Lingga semu. Batu putih yang bergores itu ada macam-macam bentuknya, ada yang bertanda +, -, = dan lain-lain. Arah goresan batu putih yang terdapat disebelah selatan sudut tenggara candi perwara selatan, bila dihubungkan dengan arah pondasi candi perwara sisi timur, selatan tangga akan satu arah dan satu garis (BP3 Kabupaten Sleman, 1953:21). Sedangkan Lingga semu yang ditemukan tersebut berjumlah 8 buah, dan terletak di halaman candi induk sesuai arah nata angin. Selain itu pada tahun 1978 ditemukan pagar keliling halaman yang sebagian dari tubuhnya masih tersusun asli dari pondasinya. Pagar tersebut berukuran 50 x 48 M dan terbuat dari batu putih dengan empat buah pintu masuk pada tiap-tiap sisinya. Pada saat ditemukan pintu masuk sebelah utara dan timur keadaannya tertutup. Pintu sebelah selatan agakanya juga pernah ditutup, hal ini tampak saat ditemukan masih ada sisa-sisa batu panilnya satu sampai dua lapis saja. Kemudian pada tahun 1980/1981 sewaktu dilaksanakan penggalian untuk pembuatan bak penampung air disebelah timur halaman candi, telah ditemukan susunan batu putih yang masih tersusun asli dan baru nampak tiga lapis sepanjang 3 m membujur kearah utara selatan. Selain itu juga ditemukan susunan batu putih yarig terletak disebelah barat susunan batu pagar paling luar yang membujur arah utara-selatan sejajar dengan arah pagar

17 di sebelah timurnya, temuan tersebut sangat menarik karena letaknya susunannya yang ada ±90 cm di bawah dasar pagar luar, selain itu temuan tersebut dapat menunjukkan adanya struktur lain dikompleks Candi Sambisari (Soenarto,1988). B. Potensi Objek Wisata Candi Sambisari Suatu daerah atau tempat menjadi tujuan wisata jika kondisinya sedemikian rupa, misalnya adanya bangunan bersejarah, atraksi wisata dan lain sebagainya sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Apa yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata itulah yang disebut modal kepariwisataan. Biasanya modal kepariwisataan mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi daya tarik bagi dunia pariwisata budaya di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta Situs Candi Sambisari memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Situs Candi Sambisari, memikili posisi strategis, yaitu berada pada jalur wisata kota Yogyakarta-Prambanan dan berdekatan dengan objek wisata Candi Prambanan yang telah dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan nusantara dan mancanegara. Situs Candi Sambisari terletak kurang lebih 2 km di sebelah Barat Taman Wisata Candi Prambanan. Keberadaan situs Candi Sambisari mempunyai karakteristik yang khas yang ditunjang dengan kondisi alam sekitar yang dapat meningkatkan nilai jual (selling point) pada wisatawan. Keunian dan karakteristik tersebut antara lain : Keberadaan Candi Sambisari yang terletak sekitar 7 m di bawah permukaan tanah merupakan suatu pemandangan yang cukup unik, yang tentu saja berbeda

18 dengan candi-candi pada umumnya yang terletak di atas permukaan tanah. Hal ini dapat memberikan suasana lain pada wisatawan untuk dapat mengapresiasikan nilai historis sekaligus juga media informasi untuk mempelajari lapisan-lapisan tanah yang semula menimbun bangunan candi tersebut. Manfaat yang dapat diambil wisatawan adalah untuk mempeljari peristiwa alam yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Situs Candi Sambisari adalah hasil teknologi rancang bangunan pada masa lalu, khususnya Masa Kerajaan Hindu-Mataram. Candi Sambisari menunjukkan cirri sebagai arsitektur yang dirancang daerah berupa dataran. Hal ini dapat menjadi sumber kajian penting bagi arkeologi dan ilmu pengetahuan lainnya seperti teknik, arsitektur dan ilmu lingkungan. Selain itu, situs Candi Sambisari mencerminkan bagaimana masyarakat pada masa lampau beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Candi Sambisari merupakan bukti adaptasi daratan yang subur tetapi berpotensi bencana gunung api. Dengan mempelajari keadaan candi Sambisari, maka masyarakat masa kini dapat belajar tentang bagaimana masyarakat masa lampau dapat beradaptasi pada lingkungan mereka. Candi Sambisari yang dulunya terkubur dalam permukaan tanah dapat memberikan banyak data tentang proses bencana gunung api dengan akibatakibatnya. Dengan dekimian, keberadaan candi tersebut sangat berguna bagi kajian ilmu geologi, vulkanologi, geografi maupun kajian bencana alam. Keberadaan situs candi Sambisari dapat menjadikan aset yang menguntungkan bagi pariwisata, khusunya wisata budaya. Aset wisata ini akan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar lokasi candi, pada masa sekarang dan yang akan dating, jika ada kseterpaduan antara pengelolaan wisata dengan prinsip

19 arkeologi. Dengan demikian perlu dipersiapkan suatu rencana studi pelestaraian dan pengembangan dalam upaya mewujudkan situs candi Sambisari sebagai wisata budaya. Objek Wisata Candi Sambisari juga memiliki beberapa koleksi yang tersimpan di gudang tempat penyimpanan di Candi Sambisari antara lain : 1. Mangkuk Dari perunggu, asal Mancasan, Purwomartani, Kalasan Yogyakara. 2. Tangkai Cermin Bahan perunggu, asal bacak, Monggol, Paliyan, Gunung Kidul Yogyakarta. 3. Entong Bahan perunggu, asal Sleman Yogyakarta. 4. Ghenta Bahan perunggu, asal Surocolo, Seloharjo. 5. Gelang Bahan perunggu, asal Karangmojo, Grogol, Paliyan, Gunung Kidul Yogyakarta. 6. Gelang Bahan perunggu, asal Jombar, Giricahyo Panggung, Gunung Kidul Yogyakarta. 7. Mata Uang Bahan perunggu, asal Semanu, Wonosari, Gunung Kidul Yogyakarta. 8. Gerabah

20 Bahan tanah liat, asal hasil penggalian di candi Sambisari. 9. Talam Bahan perunggu, asal Popongan, Sinduadi, Mlati, Sleman Yogyakarta. 10. Miniatur Candi Bahan batu andesit, asal Candi Sambisari (Wawancara dengan Widiandari Budi Rahayu, Tanggal 20 Agustus 2009). C. Pengembangan Objek Wisata Candi Sambisari Candi Sambisari salah satu asset wisata karena merupakan sebuah peninggalan sejarah budaya. Bangunn-bangunan yang terdapat di Candi Sambisari merupakan potensi besar yang dapat menjadikan Candi Sambisari sebagai objek wisata budaya tingkat nasional maupun internasional. Dalam perkembangannya peran serta dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Perkembangannya juga harus terarah dan terkait dengan pengoperasian dan pengelolaan fasilitas-fasilitas yang ada. Untuk mengembangkan suatu objek wisata harus tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional serta kelestarian budaya. Dalam industri pariwisata harus diarahkan untuk mempersiapkan kesempatan bagi pengunjung untuk melihat dan menikmati objek wisata (Shalah Wahab, 1989:337). Candi Sambisari sepenuhnya dikelola oleh BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Kabupaten Sleman D. I. Yogyakarta. Usaha yang dilakukan adalah penggalian, pemugaran, melakukan pembersihan dan pemeliharaan bangunan dan lingkungan, perbaikan dan penambahan sarana prasarana objek wisata Candi Sambisari guna meningkatkan potensi dan daya tarik agar lebih banyak lagi

21 masyarakat mengenal Candi Sambisari yang dapat menjadikan Candi Sambisari sebagai objek wisata yang bertaraf nasional maupun internasional. Keberhasilan pengembangan dan pengelolaan objek wisata Candi Sambisari banyak tergantung pada perhatian pemerintah dalam memberikan dana, pihak swasta dalam kegiatan pelayanan dan peran serta masyarakat. Maka dari itu pengelola objek wisata Candi Sambisari telah mengambil langkah-langkah pengembangan yang efektif yaitu dengan meningkatkan kegiatan operasional dan membuat atau menyediakan berbagai fasilitas. Adapun fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola terdiri dari : 1. Akomodasi Akomodasi dalam hal ini penginapan dan rumah makan. Penginapan dapat berfungsi sebagai tempat bermalam bagi wisatawan juga dapat berfungsi sebagai tepat peristirahatan untuk sekedar melepas lelah. Keunikan dari bangunan Candi Sambisari yang berbeda dengan candi yang lainnya membuat wisatawan betah dan tinggal lebih lama lagi, untuk itu pengelola penginapan harus lebih ditingkatkan dan fasilitas yang disediakan harus memiliki standar nasional maupun internasionl. Disamping penginapan yang perlu diperhatikan adalah restoran atau warung makan yang dapat menyajikan masakan tradisional maupun masakan internasional. 2. Transportasi Sarana transportasi untuk mencapai objek wisata Candi Sambisari adalah mini bus atau angkutan.

22 3. Mushola atau Toilet Selain sarana transportasi dan penginapan, fasilitas mushola atau toilet juga sangat dibutuhkan oleh suatu objek wisata termwasuk Objek Wisata Candi Sambisari. 4. Bangunan loket Bangunan ini terdapat disebelah pintu gerbang besi yang menuju ke lokasi. 5. Bangunan rumah Dengan ukuran 7,20 x 7,20 meter, dimana didalamnya terbagi 3 ruangan, ruangan depan sebagai temapat untuk menerima tamu dan yang sebealhnya sebagai ruang untuk istirahat petugas atau penjaga dan ruangan yangsatunya sebagai museum untuk koleksi gambar gambar mengenai candi Sambisari dilengkapi juga sebuah market bangunan candi serta sebuah lemati kaca yang tersimpan benda benda purbakala hasil temuan lepas. 6. Terdapat jalan setapak Jalan berbatu untuk melihat dan mengelilingi candi dari atas dan apabila ingin melihat candi lebih dekat dapat turun melewati jalan berundak dari batu. 7. Pagar pelindung sebagi pembatas Candi Sambisari dikeilingi oleh pagar mati dari kawat berduri untuk menjaga gangguan dari luar. 8. Terdapat penerangan listrik untuk penerangan penjaga keamanan candi.

23 9. Tempat sampah Disediakan untuk pengunjung yang datang membawa makanan dan minuman, diletakkan di lokasi secara menyebar (disudut) agar pengunjung tidak kesulitan untuk membuang bungkus bungkus kotoran ke tong sampah. 10. Terdapat taman untuk bersantai dan bermain. Objek Wisata Candi Sambisari tidak kalah dengan objek wisata yang lain. objek wisata ini juga memiliki tempat untuk bersantai dan istirahat. 11. Parkir Terdapat area parkir baik digunakan untuk bus maupun kendaraan bermotor. Para pengunjung candi bisa merasa aman karena ada penjaga yang menjaga kendaraan mereka (Wawancara dengan Widiandari Budi Rahayu, Tanggal 20 Agustus 2009). D. Hambatan Objek Wisata Candi Sambisari. Objek wisata Candi Sambisari adalah salah satu objek wisata budaya yang terdapat di Kabupaten Sleman, D.I. Yoyakarta. Dalam pengembangan yang dilakukan oleh BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Kabupaten Sleman), seringkali mendapat hambatan. Hambatan tersebut antara lain; Sarana dan Prasarana yang ada di objek wisata Candi Sambisari kurang memadai dikarenakan keterbatasan dana, Papan Nama Petunjuk objek wisata Candi Sambisari yang kurang bisa terbaca yang disebabkan kecilnya papan nama tersebut. Ancaman terhadap kelestarian Candi Sambisari berasal dari keadaan alamnya, terutama korelasi antara air hujan, bentuk lahan, fungsi lahan dan air tanah. Pada

24 waktu hujan deras, saluran irigasi yang ada tidak mampu menampung air, sehingga air yang mengalir dari arah utara melalui sawah, pekarangan dan jalan-jalan tanpa kendali. Sebagian air tersebut masuk ke dalam halaman candi dengan membawa material tanah, sehingga dapat mengganggu saluran pembuangan air di halaman Candi Sambisari. Pada lubang saluran pasir pagar halaman sisi timur yang belum dibuatkan saluran selalu tergenang air pada musim hujan, sehingga dinding pagar halaman 2 selalu dalam kondisi lembab dan banyak ditumbuhi mikroorganisme. Pagar halaman I dan II Candi Sambisari dibuat dari bahan batu padas, dan saat ini telah terjadi proses pengelupasan. Tingkat kebersihan dari objek wisata Candi Sambisari yang kurang maksimal serta tingkat keterawatan taman-taman sekitar objek juga kurang diperhatikan sehingga objek wisata Candi Sambisari tersebut terkesan tandus dan kering dikarenakan kurangnya tenaga profesional untuk merawat taman-taman Candi Sambisari. Berdasarkan hambatan-hambatan tersebut, BP3 Kabupaten Slemanselaku pengelola Candi Sambisari, mengupayakan agar hambatan-hambatan dapat teratasi (Wawancara dengan Widiandari Budi Rahayu, Tanggal 20 Agustus 2009). E. Kegiatan di Candi Sambisari Kegiatan yang ada di lokasi Candi Sambisari baik yang dilakukan oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri meliputi berbagai kegiatan, selain itu mempunyai tujuan dan maksud dalam rangka menikmati tujuan objek wisata untuk menghayati hasil peninggalan nenek moyang bangsa berupa objek wisata budaya

25 ataupun dalam rangka penerapan dan pendalaman ilmu pengetahuan, serta meningkatkan pembinaan jasmani dan rohani. Kegiatan kegiatan tersebut antara lain: 1. Rekreasi Dapat dilakukan dengan seluruh keluarga atau dengan teman, kerabat dan sebagainya. 2. Penelitian dan Pengamatan Ilmu Pengetahuan tentang Sejarah dan Kepurbakalaan. 3. Kegiatan Olah Raga a. Lari dan jalan santai b. Sepeda dan Rally wisata c. Foto wisata 4. Menikmati hasil seni bangunan Candi Sambisari Anak-anak SD Tumbuh melakukan kegiatan belajar, minitrip atau out bound (Wawancara dengan Widiandari Budi Rahayu, Tanggal 20 Agustus 2009). F. Pengelola Candi Sambisari Agar tetap utuh, terjaga dan terpelihara maka perlu dilakukan pengelolaan yang intesif dan waspada terhadap segala kerusakan. Adapaun penjagaan dan pemeliharaan itu diantaranya : 1. Petugas keamanan Untuk petugas ini terdiri dari 6 orang satpam dalam satu mingu, bertugas secara bergiliran jadwalnya sebagi berikut :

26 a. 2 (orang) dalam satu hari 1 orang antara jam WIB 1 orang lagi jam WIB b. 2 orang berikutnya untuk malam hari antara jam WIB sampai pagi, begitu seterusnya hingga semua dapat giliran jaga dengan bergantian. 2. Petugas pemeliharaan Untuk perawatan dan pemeliharaan taman ada 28 petugas, cara kerjanya harian dan rombongan. Tugasnya menanam, merawat, menyirami dan membersihkankan tanaman dan taman sekitar candi (Wawancara dengan Widiandari Budi Rahayu, Tanggal 20 Agustus 2009). G. Pemasaran Candi Sambisari Selain pengembangan objek wisata dengan kegiatan-kegiatan pariwisata tersebut juga terdapat kendala yang harus dihadapi dalam mengembangkan objek wisata Candi Sambisari. Kendala yang harus di hadapi adalah pemasaran pariwisata. Pemasaran dilakukan dengan cara promosi, yang secara umum bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan untuk meningkatkan sebanyak mungkin kunjungan wisatawan. Pemasaran pariwisata yang ditempuh lewat kantor promosi perwakilan wisata di luar negeri menurut kantor tersebut untuk melakukan tugasnya secara profesional dalam jumpa pers atau selebaran-selebaran yang berisi informasi dan berita menarik

27 mengenai pariwisata di negaranya, dalam hal ini objek wisat Candi Sambisari (Shalah Wahab, 1989:176) Dari tahun 2000 sampai dengan 2008 jumlah pengunjung objek wisata Candi Sambisari cukup memuaskan. Maka pemasaran Objek Wisata Candi Sambisari harus terus ditingkatkan agar dapat menjadi objek wisata terkemuka di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemasaran pariwisata yang paling efektif adalah membuat puas setiap wisatawan yang datang sehingga wisatawan yang pernah datang akan menjadi iklan hidup bagi calon wisatawan (Rijanto, 1986:15). Pemasaran objek wisata Candi Sambisari harus berbeda dengan pemasaran objek wisata lainnya, karena Candi Sambisari saat ini belum cukup dikenal oleh masyarakat luas. Menurut Shalah Wahab dalam bukunya Pemasaran Pariwisata tahun 1989 bahwa didalam kegiatan pemasaran tidak bertindak maut, betapapun kecilnya pemasaran, itu lebih baik daripada tidak sama sekali upaya pemasaran yang dilaksanakan (Shalah Wahab, 1989:25). Kunjungan wisatawan ke Yogyakarta diuraikan dalam tabel yang menjelaskan jumlah wisatawan yang berkunjung di Candi Sambisari sebagai berikut : No. Objek Wisata Tahun 2007 Tahun Candi Kalasan Candi Gebang Candi Sari Candi Ijo Candi Sambisari Sumber : Statistik Pariwisata DIY 2007 Dari data tersebut jumlah wisatawan yang berkunjung paling banyak ke Objek Wisata Candi Sambisari. Jumlah pengunjung ke Candi Sambisari dari tahun 2007

28 sampai 2008 mengalami peningkatan, berarti Objek Wisata Candi Sambisari mempunyai potensi untuk dikembangkan untuk menjadi tujuan objek wisata.

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak

Lebih terperinci

di JAW A TE N GAH S E LATAN

di JAW A TE N GAH S E LATAN C AN D I C AN D I di JAW A TE N GAH S E LATAN CANDI MENDUT Letak : kec. Mungkid, kab. Magelang + 2 km dari Candi Borobudur Hubungan dengan Candi Borobudur Dari segi paleografis tulisan ada persamaan (tulisan-tulisan

Lebih terperinci

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman Kota Sleman terletak antara 110 33 00 sampai

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16.

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16. MATARAM 1. Prasasti Tuk Mas 2. Prasasti Sojomerto (akhir abad 7) 3. Prasasti Canggal (732 M) 4. Prasasti Plumpungan 750 M 5. Prasasti Ligor B (775 M) 6. Prasasti Kalasan 778 M 7. Prasasti Kelurak 782 M

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. bagaimana cara menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan pengunjung?

BAB I PENDAHULUAN. 2. bagaimana cara menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan pengunjung? BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia dan merupakan salah satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai objek wisata maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno KELOMPOK 4 : ADI AYU RANI DEYDRA BELLA A. GHANA N.P. PUSAKHA S.W.Q (01) (Notulen) (08) (Moderator) (11) (Anggota) (20) (Ketua) Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA Irfanuddin Wahid Marzuki (Balai Arkeologi Manado) Abstrak The slopes of Mount Merapi are found the remains of the

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko 36 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko 5.1.1 Karakteristik Lanskap Alami Situs Ratu Boko diduga telah dihuni sejak tahun 700 Masehi sampai dengan 1400 Masehi. Secara administratif,

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Jika dibandingkan dengan candi-candi periode Mataram Kuno, candi dengan denah berpintu empat merupakan candi yang istimewa, seperti halnya candi Siwa Prambanan yang bersifat Hindu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang memiliki peran penting terhadap perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa. Industri pariwisata merupakan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka.

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA Oleh : Theresiana Ani Larasati Objek wisata budaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan ketika datang di Yogyakarta adalah Museum Affandi. Museum ini mengingatkan kita pada kegigihan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia, yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar belakang agama Hindu-Budha, yang

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hipotesis 1 yang menyatakan Kualitas Obyek Wisata berupa Atraksi (Attraction), Fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia.

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF Deskripsi terhadap batu berelief dilakukan dengan cara memulai suatu adegan atau tokoh dari sisi kiri menurut batu berelief, dan apabila terdapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman) NOMOR : 1 TAHUN : 1991 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TINGKAT II SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL No Nama Benda Astronomis Alamat Nama Pemilik 1 Candi Ganjuran X : 425010 Y : 9123794 2 Masjid Pajimatan X : 433306 Y : 9124244 3 Kompleks Makam Imogiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya Jl. Hiu Putih, Tjilik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja. BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Telaah hasil penelitian sebelumnya menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam  diunduh tanggal 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah kurang lebih 18.110 pulau dan garis pantai sepanjang 108.000 km (Yerik Afrianto S dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Candi Di Jawa Timur Bentuk bangunan ramping Atapnya merupakan perpaduan tingkatan Puncaknya berbentuk kubus Tidak ada makara dan pintu relung hanya ambang dan atasnya saja yang diberi kepala

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci