BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Inspektorat SBD memiliki 5 kendala yang menyebabkan peran pemberian konsultansi belum dilakukan, yaitu: a. Dukungan Sumber Daya Dukungan sumber daya yang dimiliki Inspektorat SBD masih minim. Sumber daya tersebut termasuk di dalamnya sumber daya manusia yang mencakup jumlah, kualitas, dan akses kepada informasi pengawasan terbaru seperti standar dan materi pengawasan. Dukungan sumber daya ini memang harus dipenuhi sesuai yang dinyatakan dalam standar nomor 2010, 2011, 2012, 2013, 2120 dan Pengelolaan sumber daya yang dilakukan Inspektorat SBD juga tidak berdasarkan fokus kegiatan berisiko namun hanya membagi alokasi berdasarkan kegiatan yang ada. Pemilihan kegitan tidak dilakukan dengan baik sehingga tidak diketahui masa kegiatan berisiko tinggi yang otomatis harus diprioritaskan sumber daya dan mana yang tidak. b. Pedoman dan kebijakan pengawasan Inspektorat SBD belum mengembangkan pedoman dan kebijakan terkait perencanaan dan pelaksanaan pengawasan. 77

2 78 c. Motivasi perubahan pasif. Kurangnya motivasi perubahan peran yang dialami Inspektorat SBD membuat perubahan peran tidak bisa segera direalisasikan. d. Lemahnya hubungan antara Inspektorat dengan OP. Hubungan Inspektorat dengan OP menjadi salah satu kendala dalam menjalin hubungan kemitraan dengan obrik, karena obrik terkesan menghindari keberadaan Inspektorat SBD. e. Tidak Ada Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan kegiatan merupakan data dasar yang harus dimiliki APIP dalam penyusunan PKPT. Data tersebut dapat dimasukkan dalam kebijakan pengawasan daerah. Kebijakan pengawasan daerah tidak dimiliki oleh Inspektorat SBD, dan juga penyusunan PKPT tidak merujuk pada kebijakan pengawasan nasional yang tepat. Penilaian risiko juga belum dilakukan Inspektorat SBD. Hal tersebut menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar nomor 3010 tentang menyusun rencana kerja audit intern. 2. Dari 5 kendala yang ada, hanya 4 kendala yang diatur sebagai bagian kesiapan minimal yang harus dimiliki APIP untuk bisa melaksanakan kegiatan konsultansi dalam SAIPI yaitu: tidak ada analisis kebutuhan, dukungan sumber daya, pedoman dan kebijakan, serta motivasi perubahan pasif. Sedangkan satu kendala yang tidak diatur dalam SAIPI adalah terkait lemahnya hubungan Inspektorat dengan OP.

3 SARAN Beberapa saran yang dapat diberikan untuk bisa mengatasi kendala yang ada demi tercapainya peran pemberian konsultansi: a. Koordinasi untuk penyelesaian kendala dukungan sumber daya Inspektorat SBD perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan Pimpinan Daerah, dan DPRD. Koordinasi dengan BKD bisa digunakan pada saat analisis kebutuhan pegawai yang diminta oleh BKD. Pengelolaan SDM yang baik juga perlu diperhatikan Inspektorat dengan cara membuat peta kompetensi dan target kebutuhan secara terdokumentasi sebagai bahan koordinasi. Gap yang ada antara keadaan dan target tersebut harus dievaluasi secara berkala. b. Penyusunan kebijakan pengawasan daerah dan pedoman. Inspektorat perlu segera menyusun kebijakan pengawasan daerah serta pedoman pelaksanaan kegiatan audit internal. Pedoman dan kebijakan ini juga bisa digunakan sebagai dasar dalam melakukan penilaian pada akhir masa kegiatan audit internal. c. Penyusunan Piagam Audit Piagam audit perlu segera disusun dengan mengacu pada standar yang berlaku, untuk kemudian disosialisasikan kepada semua APIP dan obyek pengawasan yang ada. Penyusunan piagam audit disertai dengan penyusunan sistem evaluasi pencapaian pelaksanaan atas piagam tersebut.

4 80 d. Membangun hubungan kemitraan dengan OP dan instansi pembina OP melalui kegiatan yang sifatnya koordinasi, pendampingan dan memberi nilai tambah bagi pencapaian tujuan organisasi OP. e. Pembenahan proses penyusunan PKPT khususnya pada tahapan pemilihan kegiatan. Pada saat pemilihan kegiatan, Inspektorat harus berpedoman pada kebijakan pengawasan daerah yang ada. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut hendaknya dilakukan pula analisis kebutuhan kegiatan pengawasan. Analisis juga akan membantu pengalokasian sumber daya yang tepat untuk semua prioritas kegiatan. Analisis kebutuhan bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti: 1) mengkoordinasikan fokus pengawasan dengan Bupati Sumba Barat Daya. 2) menganalisis hasil pengawasan sebelumnya termasuk adanya temuan berulang untuk menemukan kelemahan yang ada dan bisa dijadikan bagian dari pembinaan. 3) menyebarkan kuisioner untuk menjaring kebutuhan kegiatan konsultansi di setiap instansi pemerintah yang menjadi obyek binaan APIP. 4) melakukan diskusi yang diikuti semua pelaksana pengawasan untuk mengetahui dan menganalisis area kritis mana yang ditemui selama melakukan pengawasan.

5 81 5) melakukan diskusi antar perencana program pengawasan untuk melakukan pemilihan lingkup pengawasan yang akan dilakukan. Semua hasil analisis kebutuhan harus didokuentasikan secara cukup sebagai data dasar untuk evaluasi. 5.3 KETERBATASAN Penelitian yang dilakukan memiliki dua keterbatasan yang bisa menjadi pertimbangan untuk pelaksanaan penelitian kedepan. 1. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dan dilakukan pada satu obyek saja yaitu Inspektorat SBD. Hasil penelitian tidak bisa digeneralisir berlaku pada semua APIP di Indonesia. Perlu penelitian lebih lanjut jika ingin mengetahui hal yang sama di inspektorat lain. 2. Penelitian ini hanya menggunakan data yang berasal dari pihak Inspektorat untuk pengambilan kesimpulan terkait kendala apa yang menyebabkan Inspektorat belum melakukan perannya dalam konsultansi. Untuk penelitian selanjutnya perlu juga digunakan pendapat OP untuk bisa mendukung penarikan kesimpulan terkait kendala, karena konsultansi merupakan kegiatan 2 arah yang dilakukan Inspektorat dan OP.