Pendeta merupakan jabatan penting dalam gereja Kristen. Jabatan pendeta sampai saat ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendeta merupakan jabatan penting dalam gereja Kristen. Jabatan pendeta sampai saat ini"

Transkripsi

1 Pendahuluan Pendeta merupakan jabatan penting dalam gereja Kristen. Jabatan pendeta sampai saat ini masih merupakan jabatan yang sentral dalam gereja bukan saja sebagai pemimpin jemaat. Tetapi juga sebagai penanggungjawab berbagai pelayanan dalam jemaat dan melalui jemaat kepada dunia atau masyarakat. Jabatan kependetaan itu menempati beberapa bentuk atau struktur, misalnya bishop, pastor, pendeta dan imam, tetapi tugas dan tanggung jawabnya sama, yaitu memberitakan firman Allah, menggembalakan domba Allah dan melaksanakan sakramen sesuai dengan pesan Kristus. 1 Demikian pentingnya peran dan fungsi pendeta dalam gereja, maka hal yang menyangkut kependetaan selalu diatur dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Gereja. Demikianpun halnya dalam Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Pendeta adalah anggota sidi jemaat yang dipanggil oleh Yesus Kristus melalui pendidikan Teologia dan ditahbiskan menjadi pelayan khusus penuh waktu sebagai pendeta guna memikirkan dan mengembangkan teologia serta berpikir secara teologis dalam kehidupan kepemimpinan pelayanan gereja bersama dengan pelayan lainnya. 2 Ia memiliki kewajiban untuk menentukan suasana dalam jemaat sehingga jemaat dapat lebih giat memenuhi panggilannya sebagai sebuah persekutuan yang belajar-mengajar. Selain itu, pendeta juga merupakan seorang pengajar khusus, dimana ia harus melibatkan diri secara langsung sebagai seorang pengajar. Terdapat tiga wadah atau tempat bagi seorang pendeta secara 1 G. D. Dahlenbrug, Siapakah Pendeta itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP Edisi Sinode , Kabanjahe: Abdi Karya, 2010), 9. 2

2 langsung dalam mengajar, yaitu pada kelas Katekhisasi, kelas pendidikan teologi jemaat, dan mimbar. 3 Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah gereja yang mewarisi tradisi Calvinis yang tidak jauh berbeda dengan gereja-gereja calvinis pada umumnya. Tradisi Calvinis yang diwarisi GBKP antara lain tampak dalam sistem presbiterial sinodal. Penataan gereja secara Calvinis bertolak dari jemaat setempat sebagai basis. Sistem penataan dasar Calvinis ini biasanya disebut sebagai sistem penataan presbiterial karena lembaga kepemimpinannya terwujud dalam wadah presbyterium (majelis jemaat). Kata sinodal menjelaskan bahwa gereja-gereja yang telah menggabungkan diri pada sinode dan harus sejalan dengan sinode. 4 Dalam sistem ini, GBKP secara keseluruhan memiliki tiga jenjang, yang mempengaruhi setiap sistem dan struktur organisasinya, yakni Sinode, Klasis, dan Runggun. 5 Jadi dalam GBKP, kehadiran pendeta dalam sebuah jemaat yang sudah mandiri itu sangat penting. Namun dalam kenyataan, banyak jemaat GBKP yang belum memiliki pendeta tetap penuh waktu, meskipun jumlah pendeta di seluruh sinode sudah memadai dibandingkan dengan jumlah jemaat (runggun). Hal ini terjadi antara lain di GBKP Runggun Semarang. Runggun ini telah berdiri sejak tahun 1983, namun hingga kini belum pernah memiliki pendeta sendiri. Pertanyaannya, kendala-kendala apa saja yang menyebabkan runggu ini hingga sekarang belum pernah memiliki pendeta sendiri? Jadi tulisan ini hendak membahas kendala-kendala yang dihadap GBKP Runggun semarang dalam proses pemanggilan pendeta. Untuk itu penulis akan mulai dengan membahas tata gereja yang mengatur proses pemanggilan pendeta, lalu data 3 S. Wismoady Wahono, P.D. Latuihamalo, F. Ukur, Tabah Melangkah STT ke 50.(Jakarta: STT Jakarta, 1984), PKPW GBKP, Dikembangkan Untuk Mengembangkan (Jakarta: Pustaka Sora Mido, 2004), Runggun merupakan istilah umum untuk menyebut perkumpulan jemaat GBKP. Karena setiap GBKP di daerah-daerah membentuk runggun sendiri, maka runggun dapat pula diartikan sebagai cabang. 3

3 lapangan mengenai kendala serta analisisnya. Tulisan akan diakhiri dengan sejumlah kesimpulan dan saran. 1. Pendeta dan tugasnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendeta didefinisikan sebagai pemuka, pemimpin, atau guru agama. Kata pendeta juga berasal dari kata pandita yang berarti orang bijak, cendikiawan, pemikir dan tempat mengadu. 6 Pendeta merupakan pelayan firman yang dididik secara teologis. 7 Pendeta adalah seorang pengajar umum dan juga pengajar khusus di dalam jemaat dimana ia harus melibatkan diri secara langsung pada tiga wadah pelayanan yaitu kelas katekisasi, pendidikan teologi jemaat, dan mimbar. 8 Sebagai pejabat gereja pendeta memiliki tugas-tugas khusus. Tugas pendeta adalah melayani pemberitaan firman Allah dan sakramen, memimpin katekisasi (pengajaran agama), meneguhkan anggota sidi, menahbiskan pelayan-pelayan khusus, memberkati dan meneguhkan nikah, memimpin pemakaman orang mati, mengembalakan anggota jemaat, memimpin sidang jemaat, memimpin jemaat, menjalankan disiplin gereja dan melakukan pelayanan diakonia. 9 Pendeta juga bertugas mengawasi dan melakukan fungsi pastoral serta fungsi adminstratif gereja. 10 Akan tetapi tugas pendeta yang utama dan terpenting adalah memberitakan injil dan melayani sakramen Liem Khiem Yang, Pendeta, Ensiklopedia Nasional Indonesia, V.12, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990), Edgar Wals, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 7. 8 S. Wismoady Wahono, P.D. Latuihamalo, F. Ukur, Tabah Melangkah STT ke 50, (Jakarta: STT Jakarta, 1984), Ch. Abineno, Jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1968), Edgar Wals, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), M.H. Bolkestein, Azaz-Azaz Hukum Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1968), 74. 4

4 1.1 Jabatan Pendeta Menjadi pendeta berarti juga menjadi pejabat gereja, yakni dipanggil untuk melayani. Hal ini pertama-tama ditentukan oleh pola hidup dan Firman Yesus Kristus, yang mana Kristus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya sebagai harga tebusan bagi orang banyak (Markus 10:45). Demikianlah pejabat gereja dipanggil untuk melayani dan bukan untuk dilayani. 12 Pendeta memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap jemaatnya. Pendeta disiapkan melalui pendidikan akademis khusus untuk menjadi pelayan khusus dalam gereja. Pendeta berfungsi di bidang motivasi dan refleksi teologis. Seorang pendeta harus kritis dalam menghadapi pergolakan dunia masa kini. Pendeta juga disiapkan untuk membina warga menjadi jemaat yang missioner. Oleh karenanya, seorang pendeta dituntut memiliki ketrampilan khusus, berpendidikan teologia yang matang sehingga di dalam memberikan refleksi teologis pendeta mampu menjawab persoalan yang timbul dalam setiap situasi Status Pendeta Status pendeta dalam jemaat berbeda-beda, sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku dalam masing-masing gereja. Namun yang terlihat di banyak gereja saat ini, pendeta mempunyai kedudukan yang penting. Tidak hanya berfungsi sebagai penginjil atau gembala saja, tetapi pendeta juga banyak terlibat dalam kegiatan organisasi gereja tersebut. Pendeta diakui sebagai pelayan khusus dalam gereja karena ada tugas pelayanan yang hanya boleh dilakukan oleh pendeta. Dan kebanyakan warga gereja menganggap bahwa seorang pendeta adalah seorang pemimpin yang mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam 12 Dr. Ch. Abineno, Sekitar Teologi Praktika 1, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1968), Matimoe, Pembangunan Jemaat Missioner, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), hal

5 jemaat. Oleh karena tugas khusus itu, maka pendeta harus mendapat perhatian khusus pula.pada akhirnya, banyak orang justru menilai pendeta itu bukan pada kemampuannya untuk berkhotbah, mengajar, atau membimbing, tetapi pada kesanggupannya untuk mengelola gerejanya secara mulus dan efisien. 14 Pendeta adalah anggota sidi jemaat yang dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus melalui pendidikan teologia dan ditahbiskan menjadi pelayan khusus penuh waktu sebagai pendeta guna memikirkan dan mengembangkan teologia dalam kehidupan kepemimpinan pelayanan Gereja bersama-sama dengan pelayan khusus lainnya Fungsi Pendeta Fungsi pendeta adalah sebagai: Gembala, Guru dan Pemimpin. Pertama, sebagai Gembala tugasnya menjadi teladan; mendorong dan membimbing warga jemaat yang baik secara perorangan membuat secara bersama-sama agar bertumbuh menjadi semakin dewasa dan mandiri. Perkunjungan; Mengunjungi warga jemaat di tempat kediaman atau di tempat kerja masing-masing. Memberikan perhatian; kepada kehidupan keluarga warga jemaat, warga jemaat yang berduka, yang sedang berkabung, yang sedang sakit, yang terancam kekurangan sandang, pangan dan papan, yang ditahan atau dipenjara. Mendampingi; warga jemaat yang sedang menghadapi kesulitan di rumah tangga, di lingkungan masyarakat sekitar atau di tempat kerja guna membantu mencapai jalan keluar, serta menyimpan kerahasiaan yang menyangkut pribadipribadi warga jemaat dengan sebijaksana mungkin. Memberikan pengertian tentang persembahan syukur serta mendorong jemaat untuk memberikan persembahan. 14 George Barna, Memasarkan Gereja, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1988), Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP Edisi Sinode , Kabanjahe: Abdi Karya, 2010), 9. 6

6 Tugas kedua seorang pendeta adalah sebagai Guru, yang mengajar dan mendidik; anakanak, remaja serta calon anggota sidi sehingga tumbuh menjadi warga jemaat mandiri dalam iman, serta prilaku kristiani. Melakukan pengajaran dan pembinaan agama secara terus menerus kepada warga jemaat yang telah dibabtis dewasa dan anggota yang menerima sidi. Memberi teladan, bimbingan dan petunjuk kepada jemaat agar dapat mewujudkan, kesaksiann persekutuan dan pelayanan cinta kasih ke tengah masayarakat yang secara terus menerus berubah dan berkembang. 16 Ketiga, sebagai Pemimpin, yang menjadi nara sumber, membina Majelis Jemaat, Pengurus Persekutuan Kategorial dan unit-unit pelayanan lainnya dalam kegiatan kesaksian, persekutuan dan pelayanan. Menjalankan dan melaksanakan peraturan-peraturan lainnya, mengadakan pembagian tuagas dan melaksanaknnya serta menjalankan tugas-tugas khusus lainnya. Mengingatkan Badan Pengurus (BP) Majelis Jemaat untuk mengawasi dan mengevaluasi program-program yang telah ditetapkan Sidang Majelis. Turut serta dalam perencanaan pemasukan dan perencanaa pengeluaran serta kebijaksanaan lainnya dalam bidang keuangan. 17 Pendeta menjalankan tugas dan peraturan tersebut di atas berdasarkan pembagian kerja dengan pelayan khusus lainnya, pembagian kerja ditetapkan oleh majelis jemaat yang bersangkutan dengan memperhatikan wewenang dan tugas masing-masing pelayan khusus. 18 Penugasan pendeta GBKP adalah melayani jemaat, pelayanan jabatan struktural gereja, Pelayanan di Persekutuan Kategorial dan unit-unit pelayanan lainnya, serta pelayanan di luar gereja. GBKP sendiri memiliki syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi agar dapat melayani 16 Ibid., 9 17 Ibid., Ibid., 10 7

7 GBKP sebagai pendeta. Syarat-syarat tersebut adalah pertama, pendeta harus menampakkan sikap iman dalam kelakuan hidup dan memiliki karunia kepemimpinan melayani. Kedua, menyelesaikan pendidikan Teologia dengan baik pada lembaga pendidikan Teologia yang diakui oleh GBKP. Ketiga, bagi warga jemaat yang memiliki pendidikan minimal S1 dari berbagai disiplin ilmu merasa terpanggil menjadi Pendeta, dapat diterima setelah melalui penyaringan dan pendidikan khusus yang dilaksanakan oleh Moderamen GBKP atau instansi/institusi yang ditunjuk oleh Moderamen GBKP. Keempat, maksimum umum 40 tahun pada saat ditahbiskan. Kelima, menjalani masa orientasi dan praktek (vicarist) sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, di bawah bimbingan Majelis Jemaat, BP Klasis atau Pendeta yang ditunjuk oleh Moderamen GBKP. Orientasi ini meliputi pengenalan organisasi, administrasi, Kehidupan GBKP, bahasa dan budaya Karo. Vicar wajib membuat laporan secara periodik kepada Majelis Jemaat setempat, BP Klasis dan Pendeta Pembimbing, untuk dievaluasi dan dijadikan sebagai bahan acuan pemberian rekomendasi penahbisan. Keenam, ditahbiskan setelah mendapat rekomendasi dari Majelis Jemaat, BP Klasis dan Pendeta Pembimbing. Persyaratan yang terakhir, yakni ketujuh adalah Perekrutan Pendeta berorientasi kepada kebutuhan (dalan kwalitas dan kwantitas) Ibid.,11 8

8 2. Gambaran Umum GBKP Runggun Semarang 2.1 Sejarah Sejak tahun 1950-an, mulai banyak kaum muda Batak Karo yang merantau ke Pulau Jawa. Pada umumnya mereka merantau untuk bekerja dan melanjutkan pendidikan di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Orang-orang Batak Karo yang merantau pada umumnya merupakan jemaat GBKP di daerah asalnya. Oleh karena itu, mereka terdorong untuk mendirikan GBKP di daerah perantauan, dan salah satunya ialah GBKP Semarang. GBKP Semarang berdiri melalui proses yang cukup panjang oleh orang Batak Karo yang datang ke Semarang pertengahan 1970-an. Pada tahun 1981 dibentuklah oleh mereka Panitia Lima, yang beranggotakan 5 orang untuk membuat persekutuan orang-orang Karo yang beragama Kristen Protestan di daerah Semarang. Mereka di antaranya ialah: Peni Barus, Drs. Kopon Sembiring, Bp. Arma Sembiring, Mimpin Br Tarigan, dan Nd. Elkana Sitepu (Alm). Panitia Lima inilah yang mencari gedung gereja dan mengatur jalannya kebaktian. Ibadah GBKP Runggun Semarang pertama kalinya diadakan pada tanggal 19 Juni 1983, pukul WIB. Mereka meminjam gedung gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Semarang yang berlokasi di Jalan Kertanegara, sebagai tempat untuk menjalankan ibadah setiap minggunya. Hal itu berlangsung selama dua tahun, dari dimana GBKP Semarang pada waktu itu masih berada di bawah naungan GBKP Yogyakarta Hasil wawancara dengan Pnt. Em. Bp. L.S, selaku penatua emeritus, yang dituakan di GBKP Semarang, pada hari Minggu, 16 Juni 2013, pada pukul WIB. 9

9 Anggota perpulungan 21 tidak bergabung dalam kebaktian yang dilakukan oleh jemaat HKBP Semarang. Mereka hanya menumpang beribadah di gedung gereja yang ada, sedangkan kebaktiannya dilakukan menurut tata cara peribadahan GBKP. Jemaat HKBP Semarang melaksanakan ibadah pada pukul WIB, sedangkan anggota perpulungan melaksanakan ibadah pada pukul WIB. Pihak HKBP Semarang memberi tanggapan yang baik dengan mengizinkan anggota perpulungan beribadah di gereja itu. Selama menumpang beribadah di HKBP Semarang, anggota perpulungan mulai mengadakan pembicaraan untuk merencanakan pendirian gereja sendiri dengan mengumpulkan dana secara swadaya. 22 Rumah ibadat jemaat GBKP Semarang resmi dibangun pada tanggal 20 Agustus 1986 yang terletak di daerah Semarang Selatan, tepatnya di jalan Semeru Dalam I, di daerah kelurahan Karang rejo, kecamatan Gajah Mungkur, RT 07/ RW 05. Kehadiran GBKP di Semarang telah membuat orang-orang Batak Karo Protestan di Semarang merasa senang karena memiliki gedung gereja sendiri dengan konsep peribadahan yang akomodatif terhadap kebudayaan Batak Karo. Hal ini sejalan dengan sifat GBKP sebagai gereja kesukuan. Oleh karena itu, orang-orang Batak Karo Protestan yang datang belakangan di Semarang juga tidak mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tata cara peribadahan di GBKP Semarang Keanggotaan GBKP Runggun Semarang Dalam tata kelola gereja yang didasarkan pada sistem presbiterian sinodal, majelis gereja merupakan lembaga tertinggi. Di gereja GBKP, termasuk GBKP Semarang, majelis gereja disebut majelis runggun, yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota serta bagian 21 Perpulungan adalah sebutan atas persekutuan jemaat dalam Gereja Batak Karo Prostestan. 22 Hasil wawancara dengan Pnt. Bp. D.G, selaku Ketua Majelis Jemaat Runggun GBKP Semarang, pada hari Minggu, 16 Juni 2013, pada pukul WIB. 23 Ibid,. 10

10 diakonia, Moria (kaum ibu), Mamre (kaum bapak), Permata (kaum muda-mudi), dan KA/KR (anak dan remaja). Setiap lima tahun sekali diadakan sidang Sinode yang diikuti oleh majelis runggun GBKP se-indonesia. Hal tersebut merupakan kebijakan dari Moderamen GBKP Pusat untuk membuat runggun GBKP di berbagai daerah menjadi lebih matang, terutama dalam hal pelayanan jemaat. Dalam pertemuan ini dibicarakan tentang rotasi tugas pendeta, kondisi keuangan GBKP, dan perluasan wilayah pelayanan rohani. 24 Secaraumum keanggotaan jemaat GBKP Semarang mengalami pertumbuhan setiap tahun. Terdata sampai tahun 2012, jemaat GBKP Semarang terdaftar 24 KK (kepala keluarga) dan 164 anak Permata. Ada yang sudah berdomisili sejak lama bahkan sebelum GBKP Semarang dibentuk, ada juga yang berasal dari daerah lain seperti Jawa maupun luar Jawa, yang kemudian berpindah tugas atau sedang melanjutkan pendidikan di daerah Semarang dan sekitarnya. Kehadiran jemaat setiap minggunya mencapai 80% - 90% dari jumlah terdaftar. 25 Semua anggota tersebar hampir di semua pelosok Semarang, termasuk di daerah Salatiga. Di Salatiga juga ada Persekutuan Permata sektor Salatiga yang dibentuk untuk memfasilitasi para mahasiswa/i Karo yang berasal dari luar pulau yang merupakan anggota jemaat GBKP dan ingin beribadah dengan orang-orang suku Batak Karo khususnya yang sedang melanjutkan pendidikan di Salatiga. 24 Hasil wawancara dengan Pnt. Em. Bp. L.S, selaku penatua emeritus, yang dituakan di GBKP Semarang, pada hari Minggu, 16 Juni 2013, pada pukul WIB. 25 Hasil wawancara dengan Pnt. Bp. D.G, selaku Ketua Majelis Jemaat Runggun GBKP Semarang,, pada hari Minggu, 16 Juni 2013, pada pukul WIB. 11

11 2.3 Pekerjaan Anggota Jemaat GBKP Runggun Semarang Majunya sebuah gereja seringkali dilihat dari pemasukan berdasarkan persembahan warga jemaat, sehingga dapat menunjang pembangunan gereja dan mendukung pelayanan gereja. Di bawah ini akan didaftarkan jenis pekerjaan jenis anggota jemaat. Tabel 1.1 Jenis Pekerjaan Anggota Jemaat GBKP Runggun Semarang 26 Jenis pekerjaan Jumlah Persentase Pegawai Negeri Sipil 5 orang 3,5 % TNI/POLRI 2 orang 1,5 % Wiraswasta 20 orang 15% Pelajar/Mahasiswa 164 orang 80% 2.4 Data Keuangan jemaat GBKP Runggun Semarang Tabel 1.2Rekapitulasi Penerimaan Dan Pengeluaran Per Bulan, Tahun No BULAN PENERIMAAN PENGELUARAN SALDO SALDO AWAL JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp SALDO AKHIR Rp Rp Rekapitulasi penerimaan dan Pengeluaran 26 Data Statistik Pekerjaan Jemaat GBKP Runggun Semarang Laporan: Musyawarah Ngawan GBKP Runggun Semarang. Semarang, 25 Maret

12 Kas Runggun GBKP Semarang Per 31 Desember 2011 Penerimaan Tahun Saldo kas 1 Januari 2011 Rp Pendapatan tahun 2011 Rp Jumlah Rp Pengeluaran Tahun Setoran ke Klasis Rp Pengeluaran Intern Runggun Rp Jumlah Rp Sisa saldo per 31 Desember 2011 Rp Semarang, Maret Kendala-kendala Dalam Pemanggilan Pendeta GBKP Semarang sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu, faktanya belum pernah ada pendeta tetap yang melayani di GBKP Semarang sampai saat ini. Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dengan 6 orang majelis, 1 ketua Permata dan juga beberapa jemaat yang paham dengan situasi dan kondisi GBKP Semarang, maka pendapat mereka menyatakan bahwa sangat diperlukan keberadaan pendeta di GBKP runggun Semarang. Penulis akan 13

13 memaparkan beberapa alasan-alasan mengapa sampai saat ini jemaat GBKP Semarang belum memiliki pendeta tetap untuk melayani. 3.1 Belum Ada Upaya Pemanggilan Pendeta ke GBKP Runggun Semarang. Dari hasil wawancara Pt. KK 28 menyatakan bahwa dari dulu belum pernah ada upaya dalam pengadaan pendeta karena jumlah jemaat yang masih minim dan pemasukan keuangan yang masih minim pula. Dalam hal penempatan pendeta, tata gereja GBKP menyatakan bahwa penempatan pendeta adalah berorientasi pada kebutuhan jemaat. Bukan hanya karena keuangan tapi pada konteks lokal jemaat. Seiring berjalannya waktu, saat ini semakin banyak jumlah mahasiswa dalam hal ini Permata yang melanjutkan studi ke Semarang dan orang tua Karo yang bekerja dan menikah di Semarang, maka warga jemaat Karo semakin banyak dan kebutuhan pelayanan semakin mendesak. 3.2 Jumlah Jemaat yang Sedikit Pnt. Em. Bp. L.S 29 mengemukakan bahwa jemaat GBKP Semarang saat ini hanya terdiri dari 24 KK, dan yang aktif hanyalah 15KK. Begitu juga dengan Permatayang terdaftar 164 orang, dan yang aktif sekitar orang. Pendeta nanti dikuatirkan tidak cukup mempunyai pekerjaan karena jumlah jemaat yang. Terhadap alasan ini penulis berpendapat, bahwa tidaklah terlalu tepat, karena kebutuhan akan sosok seorang pendeta yang benar-benar memberikan waktunya untuk melayani jemaat, khususnya terhadap Permata yang jumlahnya semakin banyak. Pendampingan juga akhir-akhir ini mulai dibutuhkan oleh jemaat, karena tingkat kehadiran/keaktifan jemaat yang menurun dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan gerejawi lainnya. 28 Hasil wawancara dengan Pt. KK di Semarang, Minggu 16 juni Hasil wawancara dengan Pnt. Em. Bp. L.S, selaku penatua emeritus, yang dituakan dan dijadikan sebagai penasehat di GBKP Semarang, pada hari Minggu, 16 Juni 2013, pada pukul WIB. 14

14 Dengan melihat perkembangan dan tingkat kebutuhan maka jemaat sangat membutuhkan pendeta dalam melayani jemaat. Tugas dan fungsi pendeta sangat besar. Menurut Abineno, jabatan pendeta merupakan jabatan gembala sebagai pemberita injil. Pemberita injil adalah pembantu rasul yang mengajar, membabtis, dan mengatur gereja. Jabatan pendeta tetap dan dianggap berperan penting dalam gereja. 30 Selain jabatan ada juga fungsi pedeta yang sangat penting yaitu fungsi sebagai Gembala yang bertugas menjadi teladan, mendorong dan membimbing warga jemaat yang baik secara perorangan membuat secara bersama-sama agar bertumbuh menjadi semakin dewasa dan mandiri. Sebagai gembala juga melakukan perkunjungan kerumah-rumah warga. Dengan demikian jemaat dilayani dan kebutuhan akan perkembangan iman terpenuhi. Jemaat akan semakin rindu dan butuh bersekutu jika kebutuhan mereka terlaksana dengan baik. 3.3 Adanya Konflik Dalam Tubuh Majelis dan Jemaat. Seorang majelis yang berinisial RG, menyatakan bahwa kehadiran seorang pendeta harusnya diadakan dari dulu, karena banyak konflik yang terjadi antara majelis dengan majelis, majelis dengan jemaat, dan antara jemaat sendiri, tetapi tidak ada yang menengahi dan yang memberikan solusi untuk masalah yang terjadi. Dalam penempatan pendeta juga terdapat konflik dan ketidaksepakatan. Ada yang setuju dan ada yang tidak. Dalam hal ini seringkali terjadi kesenjangan di lingkungan jemaat GBKP Semarang dan menyebabkan kehadiran jemaat tertentu di kegiatan gereja menjadi timbul-tenggelam. Menurut beliau juga, pelayanan ke tiap-tiap rumah tangga juga sangat dibutuhkan untuk melakukan pendampingan terhadap keluarga yang bermasalah. Pelayanan seperti ini terbatas untuk seorang majelis, karena majelis sendiri tidak bisa melayani di gereja dengan penuh waktu. Misalnya, keluarga, pekerjaan dan juga 30 Ch. Abineno, Penggembalaan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), hal

15 kepentingan lainnya yang membuat pelayanan majelis sangat terbatas. 31 Hal serupa juga dikatakan oleh PG 32, berpendapat bahwa tanpa kehadiran seorang pendeta tetap di GBKP Semarang, pelayanan dianggap kurang maksimal, karena kurang pendampingan terhadap majelis jemaat, pengurus badan kategorial khususnya, dan jemaat pada umumnya. 33 Pada kendala ini sesuai dengan fungsi sebagai gembala yang merawat domba-dombanya dengan penuh kasih dan menjadi teladan bagi jemaatnya, merupakan gambaran dari Perjanjian Baru yang menghadirkan keberadaan Allah, yang dipanggil sebagai pelayan (1 dan 2 Timotius). Sebagaimana Allah mengunjungi pasangan yang Dia ciptakan di Taman Eden, sebagaimana Tuhan Yesus berkunjung pada saat Dia menjadi manusia, demikian halnya juga pendeta dalam kunjungannya terhadap jemaat-jemaatnya. Sesuai fungsi kedua pendeta adalah sebagai Guru, yang bertugas sebagai pengajar dan pendidik; anak-anak, remaja serta calon anggota sidi sehingga tumbuh menjadi warga jemaat mandiri dalam iman, serta perilaku jemaat GBKP Semarang yang mencerminkan pengikut Yesus Kristus yang dapat saling mengasihi dan mengampuni. Sehingga konflik dalam tubuh gereja dapat terselesaikan dengan baik. Pendeta menjadi penengah serta menjelaskan sekaligus mempraktekkan hukum kasih dalam pelayanannya. Pengikut Kristus berarti juga mau mengikuti pola hidup Yesus yang rela mengorbankan diri-nya demi kebaikan dan kepentingan orang banyak. Demikian halnya majelis dan jemaat agar mau merendahkan hati untuk saling mengampuni. 31 Hasil wawancara dengan Dk. R.G, selaku Bendahara Majelis GBKP Runggun Semarang, Minggu, 16 Juni 2013, pada pukul WIB 32 Hasil wawancara dengan PG, selaku Ketua Permata GBKP Semarang, Minggu, 19 Mei 2013, pada pukul WIB. 33 Ibid 16

16 Fungsi ketiga dari pendeta adalah sebagai sebagai Pemimpin, yang menjadi nara sumber, membina Majelis Jemaat, Pengurus Persekutuan Kategorial dan unit-unit pelayanan lainnya dalam kegiatan kesaksian, persekutuan dan pelayanan. Menjalankan dan melaksanakan peraturan-peraturan lainnya, mengadakan pembagian tugas dan melaksanaknnya serta menjalankan tugas-tugas khusus lainnya. Dalam hal ini majelis dan pendeta dapat berbagi tugas pelayanan dijemaat. Ia harus mampu untuk melayani sekaligus memimpin dan mengajar jemaatnya mengenai kebenaran Firman Tuhan, perilaku yang benar, cara bersikap, berpikir dan berkata-kata. Pendeta juga harus menjadi teladan bagi banyak orang, tak peduli berapa-pun usia sang pendeta, masih muda ataukah ia sudah tua, yang jelas ia harus bisa menjadi teladan, bersikap dewasa dan mampu berpikir secara matang. 3.4 Kendala lainnya adalah GBKP Semarang tidak mampu mencukupi kebutuhan keuangan pendeta. Dari hasil wawancara, Pt. BJG 34 menyatakan bahwa selain jumlah jemaat yang sedikit dan pemasukan yang tidak banyak maka pendeta tidak akan tercukupi kebutuhan keuangannya. Sehigga sampai saat ini belum penting kehadiran pendeta di jemaat ini. Sementara hasil waawancara dengan PG, Pt. Em. LS, Pt. KK maka kehadiran pendeta justeru sangat penting bagi perkembangan jemaat. Hal serupa juga dikatakan oleh PG 35, bahwa tanpa kehadiran seorang pendeta tetap di GBKP Semarang, pelayanan dianggap kurang maksimal, karena kurang pendampingan terhadap majelis jemaat, pengurus badan kategorial khususnya, dan jemaat pada umumnya Wawancara dengan Pt. BJG Semarang Juni Hasil wawancara dengan PG, selaku Ketua Permata GBKP Semarang, Minggu, 19 Mei 2013, pada pukul WIB. 36 Ibid 17

17 Padahal dari segi dana, sudah ada kesadaran warga untuk mendukung dana pelayanan gereja, pengucapan syukur, secara spontanitas warga atas berkat Tuhan yang dialami semakin banyak, kekuatan dana terlihat pembangunan fisik (gedung gereja, gedung KA/KR), semangat gotong royong yang tinggi dalam pengumpulan dana; cukup banyak yang potensial siap mendukung dana bila dengan program yang jelas dan berprospek baik; kadang-kadang masih ada bantuan dari gereja mitra luar negeri. 37 Data keuangan Gereja GBKP Rg. Semarang pada tahun 2011 berdasarkan sidang jemaat tahunan saldonya surplus sebesar Rp Dengan melihat fakta ini, maka menghadirkan pendeta dalam jemaat tidak perlu kuatir akan kebutuhan keuangan pendeta. Ditambah lagi bahwa Sinode GBKP sendiri yang membayar gaji tiap pendeta di seluruh Indonesia. Hanya saja ada kewajiban setiap runggun/jemaat untuk membantu finansial pendeta sesuai dengan kesepakatan yang ada dan ditambah dengan persembahan ucapan syukur dari jemaat untuk kesejahteraan pendeta beserta keluarga.. Tidak ada unsur paksaan, tapi disesuaikan dengan kemampuan jemaat. Hal ini dibahas dalam sidang Majelis yang dilakukan sebulan sekali. Pendeta memiliki tugas dan peranan penting dalam jemaat GBKP Runggun Semarang. Pendeta berperanbukan hanya dalam hal mengkhotbahi jemaatnya, namun juga sebagai motivator, pembimbing rohani, guru, dan teladan. Dengan demikian, pendeta hendaknya selalu berada dalam tiga posisi, yakni didepan sebagai teladan, disamping sebagai tdran eman dan dibelakang sebagai motivator,dimana-pun dan kapan-pun ia berada. 37 PKPW GBKP, Dikembangkan Untuk Mengembangkan (Jakarta: Pustaka Sora Mido, 2004), Sesuai dengan hasil musyawarah Jemaat GBKP runggun Semarang, 25 Maret

18 4. Penutup Pada bagian ini akan dituliskan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang diberikan kepada jemaat dan majelis GBKP Runggun Semarang. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dan analisis di atas, maka, penulis menarik beberapa kesimpulan. Pada dasarnya lebih banyak majelis dan warga yang menghendaki kehadiran seorang pendeta tetap di jemaat. Secara formal kendala yang diajukan oleh majelis jemaat adalah : masih sedikitnya warga yang juga berdampak rendahnya penerimaan finansial jemaat, dan kekuatiran bahwa pendeta kelak kekurangan pekerjaan/pelayanan. Mengingat keinginan warga sangat kuat, dan kebutuhan pelayanan yang semakin mendesak, maka alasan jumlah warga serta rendahnya pendapatan bukanlah alasan yang bias dibenarkan maupun sesungguhnya. Peranan ketua majelis jemaat sangat sentral dalam pengambilan keputusan majelis. Ketua majelis satu-satunya yang tak bersedia diwawancarai. Penulis berkesimpulan bahwa ada keengganan ketua majelis melepaskan pengaruhnya, sehingga soal pemanggilan pendeta terus tertunda, sebab bilamana sudah ada pendeta maka pengaruhnya akan berkurang. 4.2 Saran Oleh sebab itu,melalui tulisan ini penulis menyarankan beberapa hal kepada majelis dan jemaat GBKP Semarang agar lebih memperhatikan kebutuhan jemaat terhadap hadirnya seorang pendeta tetap. Hal ini juga sebagai tindak lanjut dari penelitian yang telah dilakukan di wilayah pelayanan GBKP Semarang. 19

19 1. Perlu adanya pemahaman terhadap keberadaan dan peran seorang pendeta di dalam sebuah jemaat. Jemaat tidak hanya membutuhkan keberadaan pendeta pada saat khotbah dalam ibadah Minggu atau pada saat acara khusus seperti Baptis Anak dan Dewasa, atau Perjamuan Kudus dan pemberkatan perkawinan. Pendeta dalam hal ini dipanggil sebagai pelayan yang melayani jemaat secara holistik. Pendeta diharapkan dapat menjadi gembala (menjadi teladan), guru (yang mengajar dan mendidik), pemimpin (yang menjadi nara sumber) yang mengacu pada pengajaran dan praktek pelayanan Yesus Kristus berdasarkan kasih. 2. Majelis (Penatua dan Diaken) GBKP Semarangharus menyadari betapa pentingnya pendeta sebagai pelayan yang dibutuhkan oleh jemaat. Majelis hendaknya mendengar dan memperhatikan apa yang menjadi harapan dan kebutuhan jemaat. Dengan demikian pelayanan yang diberikan terhadap jemaat lebih maksimal, baik dalam hal memberitakan firman Tuhan, memberikan perhatian khusus, mendampingi jemaat yang sedang bermasalah dan perkunjungan terhadap warga jemaat yang sedang mengalami kesulitan. 3. Perlu adanya diskusi antar Majelis dan jemaat untuk membahas mengenai kebutuhan keuangan pendeta. Sehingga majelis tidak perlu khawatir akan kebutuhan finansial pendeta nantinya dan jemaat juga memahami apa tugas dan tanggungjawabnya dalam menyokong keuangan gereja. 4. Majelis perlu memberi ruang bagi jemaat untuk menyampaikan masukan dan pendapat akan kebutuhan mereka saat ini, sehingga apa yang menjadi kebutuhan warga jemaat akan terpenuhi. Dalam hal ini perlu adanya usaha majelis GBKP Runggun Semarang untuk pengadaan kehadiran pendeta tetap yang melayani jemaat kepada ke klasis dan Sinode GBKP. 20

20 DAFTAR PUSTAKA Abineno, Ch. Jemaat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.,Penggembalaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986., Sekitar Teologi Praktika 1. Jakarta, BPK Gunung Mulia, Barna,George. Memasarkan Gereja. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, Bolkestein, M.H. Azaz-Azaz Hukum Gereja.Jakarta, BPK Gunung Mulia, Dahlenbrug, G. D. Siapakah Pendeta itu? Jakarta: BPK Gunung Mulia, Hartono, Chris. Memahami dan Menghayati Kehidupan Jemaat Sekuler. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Kuhl, Dietrich. Sejarah Gereja Mula-Mula. Batu: YPPII, Lumbantobing, Andar.Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak. Jakata: BPK Gunung Mulia, Matimoe, D.R. Pembangunan Jemaat Missioner. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Moleong, Lexy.Metodologi Penelitian. Jakarta: Balai Aksara, Yudhistira, Sadiyah, Nazir, Mohammad.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, PKPW GBKP. Dikembangkan Untuk Mengembangkan. Jakarta: Pustaka Sora Mido, Riemer, G. Jemaat Yang Hidup. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Rowley, H, H. Ibadat Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia, Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks, Strauch, Alexander. Diaken Dalam Gereja: Penguasa atau Pelayan. Yogyakarta: Penerbit ANDI, Kepenatuaan. Yogyakarta: Penerbit ANDI, Tata Gereja GBKP Edisi Sinode Kabanjahe: Abdi Karya, Wals, Edgar. Bagaimana Mengelola Gereja Anda. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

21 Wahono, Wismoady S, F. Ukur.Tabah Melangkah STT ke 50. Jakarta: STT Jakarta, Yang, Liem Khiem. Pendeta, Ensiklopedia Nasional Indonesia, V.12. Jakarta: Cipta Adi Pustaka,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP Rumusan Amandemen P2P MAMRE GBKP POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP 2015 2020 BAB I HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN TUGAS PANGGILAN Pasal 1 Nama dan Kedudukan 1. Perbapan (Kaum Bapak) merupakan salah satu Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP 2010-2015 Pendahuluan Kebaktian Anak Kebaktian Remaja (KAKR) adalah salah satu wadah beribadah dan pengembangan iman para anak dan remaja GBKP, yang juga adalah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (10/2), mencatat ekonomi Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE (1) Logo GKJ adalah hasil keputusan Sidang Sinode XIX GKJ tahun 1989 di Manahan, Surakarta. (gambar dan makna Logo terlampir).

Lebih terperinci

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN [1] Allah adalah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya, termasuk manusia yang diciptakan menurut gambar- Nya. Allah menciptakan segalanya baik namun dosa manusia menyebabkan

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian 1:26; I Petrus

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

TATA DASAR TATA DASAR

TATA DASAR TATA DASAR TATA DASAR PEMBUKAAN TUHAN itu Allah yang Esa (Ul. 6:4),pencipta alam semesta beserta segenap isinya dan yang menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-nya (Kej. 1). Semua manusia telah menyalahgunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor

BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR. 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor BAB IV ANALISA USAHA PENGEMBANGAN JAMUR DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) BOGOR 4.1 Analisa Usaha Pengembangan Jamur di GBKP Bogor Bila dilihat dari hasil penelitian yang penulis telah lakukan, usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN [1] Allah adalah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya, termasuk manusia yang diciptakan menurut gambarnya. Allah menciptakan segalanya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI

PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI Studi Kritis Terhadap pelaksanaan PJJ sebagai Pembinaan Warga Jemaat Antar Generasi di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) TESIS Diajukan kepada Fakultas Teologi Untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi

Lebih terperinci

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PERTANYAAN YANG PERLU DIPIKIRKAN Bagaimanakah orang-orang yang dipilih dalam organisasi GMAHK itu menjalankan wewenangnya? SUATU PELAYANAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL Sinode Gereja Kristen Immanuel BANDUNG 2017 DAFTAR ISI Halaman I. 1 PEMBUKAAN Pembukaan...

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan iman anak tentunya bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Banyak pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan iman bagi anak-anak kecil

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB 5. Penutup. (GBKP Lau Buluh), semi kota (GBKP Pancur Batu) dan juga jemaat kota (GBKP Km 7

BAB 5. Penutup. (GBKP Lau Buluh), semi kota (GBKP Pancur Batu) dan juga jemaat kota (GBKP Km 7 BAB 5 Penutup Pada bagian penutup ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari penelitian dan juga saran kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan KAKR. 5. 1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1. Tentang JEMAAT

PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1. Tentang JEMAAT PPMJ No. 1 tentang jemaat PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1 Tentang JEMAAT P a s a l 1 Pengertian tentang Jemaat Nama, Sejarah dan Pelembagaan Jemaat 1. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel Sinode Gereja Kristen Immanuel Kompleks Istana Mekar Wangi Jl. Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung 40237 Telp. 022-87804653; Website: www.sinodegkim.com TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Bekerja Dengan Para Pemimpin Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan Sejarah awal berdirinya Greja Kristen Jawi Wetan atau GKJW adalah berasal dari proses pekabaran Injil yang dilakukan oleh Coenrad Laurens

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website: GKIm Jemaat Ka Im Tong - Bandung Jl. HOS Cokroaminoto No. 63 Bandung 40172 Telp. (022) 6011677, 6014982, 6120373, 6120374 Fax. (022) 6120372 GKIm Jemaat Hosanna Jl. Dr. Djundjunan No. 141 Bandung 40162

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Gereja X Bandung di Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini penulis mencoba memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran, yaitu : 5.1 KESIMPULAN GKJ (Gereja

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN WARGA JEMAAT DALAM MENINGKATKAN KEHIDUPAN JEMAAT

STRATEGI PEMBINAAN WARGA JEMAAT DALAM MENINGKATKAN KEHIDUPAN JEMAAT STRATEGI PEMBINAAN WARGA JEMAAT DALAM MENINGKATKAN KEHIDUPAN JEMAAT (Studi Kasus di GKII Tandang) Susanto STT Simpson Jl. Agung No. 66, Kel. Susukan, Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, Jawa Tengah (50516)

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara

Lebih terperinci

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT (PPMJ) GPIB JEMAAT ZEBAOTH BOGOR

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT (PPMJ) GPIB JEMAAT ZEBAOTH BOGOR GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT (PPMJ) GPIB JEMAAT ZEBAOTH BOGOR MAJELIS JEMAAT GPIB Jemaat ZEBAOTH Bogor ALAMAT PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota GKPS adalah orang-orang yang terdaftar di jemaat GKPS terdiri dari: a. Anggota Baptis b. Anggota Sidi c. Anggota Siasat d. Anggota Persiapan. Pasal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kedaton, (2) Kelurahan Surabaya, (3) Kelurahan Sukamenanti, (4) Kelurahan Sidodadi, (5) Kelurahan Sukamenanti

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

TATA IBADAH Peneguhan Diaken Penatua GPIB Jemaat Gideon Kelapadua Depok Periode

TATA IBADAH Peneguhan Diaken Penatua GPIB Jemaat Gideon Kelapadua Depok Periode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) TATA IBADAH Peneguhan Diaken Penatua GPIB Jemaat Gideon Kelapadua Depok Periode 2017 2022 Minggu ke-xx Sesudah Pentakosta 22 Oktober 2017 Jam 09:00 WIB

Lebih terperinci

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina GKI Pasteur Penatalayanan Bina MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA Siapakah Majelis Jemaat Fungsi Majelis Jemaat Struktur organisasi Majelis Jemaat - Tugas tiap bagian Majelis Jemaat 1 PENDAHULUAN Pada setiap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Matius 16:21-28;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,

Lebih terperinci

Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang. Oleh RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING TUGAS AKHIR

Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang. Oleh RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING TUGAS AKHIR Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang Oleh RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING 712011034 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci