BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
|
|
- Ida Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan iman anak tentunya bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Banyak pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan iman bagi anak-anak kecil tersebut, termasuk gereja dan tentunya orang tua anak-anak itu sendiri. Dalam gereja-gereja kini, dapat kita lihat berbagai upaya yang coba diusahakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan iman anak, salah satunya melalui pelaksanaan Sekolah Minggu/Kebaktian Anak. Dari berbagai aliran gereja yang ada dan berkembang, maka salah satu aliran gereja yang turut mengusahakan pemberian pendidikan iman anak yakni aliran atau denominasi Calvinis. Di lingkungan gereja-gereja protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir sama tuanya dengan Lutheran dan jumlah anggota gereja penganutnya merupakan yang kedua terbesar sesudah Lutheran, tersebar di lima benua. 1 Di Indonesia sendiri, diantara 72 gereja anggota PGI (sampai dengan 1994), yang sebagian besar lazim dimasukkan ke dalam kategori arus utama, sekurang-kurangnya sebagian mengaku sebagai Calvinis, atau paling tidak dipengaruhi Calvinis, 2 salah satunya adalah GKS (Gereja Kristan Sumba). Sebagai gereja yang menyebut diri beraliran Calvinis, tentunya ajaran-ajaran Calvin berakar di dalamnya; beberapa ajaran Calvin yang ada antara lain mengenai predestinasi, sakramen-sakramen maupun gereja. Calvin melihat gereja sebagai sarana yang diberikan Allah kepada orang-orang percaya yang lemah untuk membina dan memelihara mereka dalam iman 3 dan yang menentukan apakah suatu gereja tertentu betul-betul boleh disebut gereja adalah cara Firman diberitakan dan sakramen-sakramen dilayankan. 4 1 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005) p S.d.a. 3 Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinisme? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) p S.d.a., p
2 Terkait dengan keberadaan anak dalam gereja, salah satu pengajaran Calvin yakni mengenai diberlakukannya sakramen baptisan anak. Baptisan sendiri menurut Calvin adalah tanda bahwa kita diterima masuk ke dalam persekutuan gereja, supaya setelah kita ditanamkan di dalam Kristus, kita terhisap anak-anak Allah. 5 Calvin menyebutkan 3 karunia yang diberikan kepada kita dalam baptisan yakni pengampunan akan dosa-dosa kita, kematian dan kebangkitan kita kembali bersama Kristus dan persekutuan kita dengan Tuhan sendiri. 6 Sedangkan manfaat baptisan bagi anak-anak sendiri menurut Calvin adalah selain berguna bagi orang tua sang anak yakni sebagai tanda Ilahi dan tanda itu menyatakan bahwa Tuhan akan menjadi Allah mereka termasuk Allah bagi anak-anak mereka, tetapi bagi sang anak sendiri dengan baptisan mereka dimasukkan ke dalam tubuh gereja dan iman mereka pun dapat dibina sejak awal. 7 Dapat dikatakan, baptisan menjadi landasan pelaksanaan pendidikan bagi anak. Pembenaran Calvin untuk memberlakukan baptisan bagi anak-anak, merupakan perluasan pembenaran berkaitan dengan baptisan anak menurut Zwingli. Calvin mengatakan bahwa apabila bayi-bayi Kristen tidak dapat dibaptis, mereka berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan dalam hubungannya dengan bayi-bayi Yahudi, sehingga bagi Calvin bayi-bayi haruslah dibaptis dan jangan sampai menolak manfaat-manfaat yang diberikan olehnya. 8 Lebih lanjut Calvin pun beralasan bahwa jikalau anak-anak Israel disunat karena tercakup dalam perjanjian Allah dengan Israel, maka lebih-lebih lagi anak-anak orang percaya dibaptis karena tercakup dalam Kristus dengan orang tua mereka. 9 Ada manfaat yang diberikan baptisan dan sangat terasa bahwa Calvin menekankan agar anak-anak orang percaya juga mendapat manfaat-manfaat tersebut. Selain baptisan, dalam hubungan anak dengan gereja, Calvin mengungkapkan bahwa merupakan kewajiban bagi gereja untuk membuat program pendidikan keagamaan yang berguna untuk mengilhami dan menuntun anak-anak untuk hidup saleh atau suci. 10 Gereja menjadi utusan Tuhan 5 Yohanes Calvin, (Diseleksi oleh Th. van den End), Institutio Pengajaran Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999) p Wilhem Niesel, The Theology of Calvin (Translated by Harold Knight, Philadelphia: The Wesminster Press, 1956) p Scn 3, p Alister E. Mcgrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (terj: Liem Sien Kie, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002) p Scn 3, p Barbara Pitkin, The Heritage of The Lord: Children in The Theology of Calvin, dalam The Child in Christian Thought (Ed. Marcia J. Bunge, UK: Wm. B. Eerdmans, Publishing Co., 2001) p
3 yang bertanggung jawab atas iman dan hidup rohani anak-anak muda tersebut dan gereja menunjukkan bukti tanggung jawabnya tersebut dengan memberikan pendidikan bagi mereka. Keseriusan Calvin untuk memberikan pendidikan dalam hal keagamaan kepada anak ditunjukkan dengan membuat sebuah rumusan untuk mengajarkan agama Kristen kepada anak, yang dikenal dengan nama Katekismus Gereja Jenewa. Bahkan perhatian Calvin pada anak ia tunjukkan pula dengan mendirikan sebuah akademi di Jenewa, di mana di dalamnya pemeliharan iman Kristen sangat dijaga selain upayanya untuk menciptakan kesempatan lebih lanjut bagi anak-anak. Dari semuanya ini menunjukkan betapa Calvin memberi perhatian yang serius terhadap pelaksanaan pendidikan iman anak. Jika selama ini Calvin lebih dikenal dengan ajarannya mengenai predestinasi, disiplin atau siasat gereja, ternyata tidak berarti beliau lupa atau tidak menunjukkan perhatian kepada pendidikan iman anak. Calvin menunjukkan bahwa anak merupakan bagian dari gereja dan keberadaan mereka harus juga menjadi perhatian, yakni dengan pemberian pendidikan untuk membekali mereka sejak usia dini. Gereja tidak melulu memikirkan atau memberi perhatian hanya pada warga dewasa tetapi juga bagi anak. Saat ini memang telah banyak gereja-gereja Tuhan yang tengah berlomba-lomba memberi perhatian yang serius terhadap anak, tetapi tidak sedikit juga yang masih berjalan di tempat atau terkadang terkesan diam jika sudah harus berurusan dengan anak. Walau memang sepantasnyalah diakui bahwa bukanlah hal yang gampang untuk memahami anak-anak. Jika meninjau ke dalam diri GKS sendiri sebagai salah satu gereja yang mengaku beraliran Calvinis, selain memang telah memberlakukan baptisan anak, GKS juga mencoba memberi perhatian bagi pendidikan anak yang menyangkut pembinaan iman mereka dengan mengadakan Kebaktian Anak/ Kebaktian Remaja (KA/KR), tetapi penjabarannya ini diserahkan sepenuhnya kepada tiap komisi KA/KR di masing-masing gereja GKS untuk mengatur sendiri program-program yang dirasa sesuai dan dibutuhkan oleh masing-masing KA/KR yang ada, sehingga dalam hal ini sinode tidak campur tangan di dalamnya. Dalam Tata Gereja GKS sendiri tidak dibicarakan secara khusus dan mendalam tentang anak, hanya saja memang diatur mengenai pelaksanaan pemberitaan firman Tuhan bagi anak pada hari minggu 3
4 dalam bentuk cerita Sekolah Minggu. Hal lainnya lagi tentang anak dibicarakan dalam kaitannya dengan sakramen baptisan anak maupun katekisasi sidi dan ketiganya; baik cerita Sekolah Minggu, sakramen maupun katekisasi, dimasukkan dalam bagian pembinaan. Melihat pada catatan-catatan sinode yang ada dan telah lama sekali berlalu, misalnya sidang sinode pada tahun 1976 dan 1978, GKS terlihat berupaya memberikan perhatiannya pada pendidikan anak tidak hanya sebatas kebaktian pada hari minggu, tetapi GKS juga mendukung pelaksanan PAK di sekolah-sekolah. Tetapi dalam setiap evaluasi yang ada, selalu muncul kendala mengenai kurangnya kerja sama dari pendeta, para majelis maupun para guru yang ada dalam pelaksanaan pelayanan bagi anak. Dalam GBKU (Garis-Garis Besar Kebijakan Umum) tahun pun, ternyata kendala yang sama masih juga dikeluhkan. Adanya kesadaran yang kurang dari masing-masing pihak untuk bekerja sama bagi pembinaan iman anak hingga sulitnya mendesain bahan-bahan pembinaan yang cocok dengan anak, ternyata masih terus dirasakan hingga sekarang ini. Dalam kaitan dengan Sekolah Minggu, banyak warga jemaat yang sebenarnya mampu mengambil bagian dalam pelayanan tetapi menolak untuk melayani. Banyak guru-guru agama Kristen di sekolah-sekolah maupun pengerja gereja yang tidak atau bahkan kurang mengambil bagian dalam kegiatan KA/KR. 11 Sehingga sebagai akibatnya, banyak kebaktian anak pada hari minggu yang sama sekali tidak berjalan dengan alasan tidak ada pengajar, tetapi jika ada yang berjalan itu pun dengan tersendat-sendat, karena pengajar yang tidak tentu hadirnya. Namun berbicara tentang peranan gereja dalam memperhatikan dan mendukung terlaksananya pendidikan iman anak dengan segala tantangan yang ada, sebenarnya tidak boleh dilupakan bahwa tetap orang tua anak-anaklah yang memegang peranan penting dalam pemberian pendidikan. Tetapi ternyata, para orang tua sebagai pendidik utama anak-anak masih kurang menunjukkan peranannya. Pembinaan anak secara kristiani semakin jarang dilakukan dalam rumah tangga. 12 Padahal jika mau disadari dengan sungguh, keluarga merupakan salah satu komponen penting gereja untuk 11 Catatan dari Sidang Sinode GKS ke 29 yang Berhimpun di Elopada pada Tanggal 3-11 Juli 1978 bersama Lampiran- Lampirannya, p Badan Pelaksana Majelis Sinode GKS, Garis-Garis Besar Kebijakan Umum (GBKU) (Sumba: Percetakan Kantor Sinode GKS, 2007) p.13. 4
5 mendukung pelaksanan pendidikan bagi anak dan baptisan anak menegaskan peranan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Demikianlah, GKS terus bergumul dengan berbagai kendala yang ada. Banyak komponen penunjang dalam tubuh GKS yang harusnya bekerjasama tetapi kurang bersatu untuk memberi perhatian serius bagi pendidikan anak dalam hal pembinaan dan pemeliharaan iman mereka sejak usia dini. Sehingga, melihat kenyataan yang ada dalam diri GKS, dengan berbagai kendala yang ada, akhirnya memunculkan kerisauan dalam hati penyusun mengenai anak dan perhatian GKS bagi pendidikan iman mereka. Apalagi mengingat GKS sebagai gereja yang mengakarkan dirinya pada ajaran Calvin yang sebenarnya serius memberi perhatian pada anak, mendorong penyusun untuk memberi semangat dan mendobrak keseriusan GKS beserta semua pihak yang bertanggung jawab di dalamnya untuk sungguh-sungguh memberi perhatian pada anak dan pendidikan iman mereka, apalagi mengingat bahwa semua komponen pendukung dalam GKS baik pendeta, keluarga, pengajar hingga keseluruhan jemaat perlu saling mendukung dan harusnya perhatian Calvin yang besar pada anak dapat menjadi pendobrak semangat, kesadaran dan keseriusan GKS dengan berbagai komponen di dalamnya. Anak-anak perlu dibantu merasakan bahwa mereka merupakan bagian gereja yang utuh, dikelilingi oleh para anggota yang mengasuh mereka dalam cinta. 13 Akhirnya penyusun berharap penulisan ini dapat memberi sumbangan yang berarti bagi GKS dan semua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan iman anak. 2. Perumusan Masalahan Berangkat dari latar belakang permasalahan yang ada, melihat perhatian Calvin pada anak dalam hubungan mereka dengan gereja, salah satunya melalui pemberlakukan baptisan bagi anak, menunjukkan betapa Calvin serius untuk peduli pada keberadaan anak dan pembinaan iman mereka sejak dini. Bahkan tidak berhenti pada pelayanan sakramen baptisan, sebab Calvin mengupayakan pendidikan anak dengan menyusun katekismus guna pendidikan keagamaan mereka. Sehingga ketika Calvin melakukan berbagai upaya guna melaksanakan pendidikan iman anak, maka menurut 13 Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976) p
6 penyusun salah satu hal yang menarik untuk diangkat sebagai bahan penulisan yakni bagaimana pendidikan iman anak menurut Calvin? Karena tentunya ketika Calvin begitu menaruh perhatian pada anak dan pendidikan iman mereka, Calvin memiliki pandangan sendiri tentang apa itu pendidikan iman anak? Selanjutnya jika mengkaitkan dengan GKS sebagai salah satu gereja yang mengaku beraliran Calvinis, dengan berbagai kendala yang ada dalam upayanya memberi perhatian pada pendidikan iman anak, tentunya menarik pula untuk mengetahui masih relevankah pendidikan iman anak menurut Calvin yang berangkat dari situasi kota dan jemaat gereja Jenewa pada saat itu untuk tetap dimanfaatkan oleh GKS masa kini dalam melaksanakan pendidikan iman anak? Sehingga penyusun kemudian tertarik untuk mengetahui: 1. Bagaimanakah pendidikan iman anak menurut Yohanes Calvin? 2. Apakah pendidikan iman anak menurut Calvin masih relevan untuk dimanfaatkan oleh GKS masa kini bagi upaya pendidikan iman anak dan adakah upaya-upaya lain yang perlu GKS kembangkan? 3. Pemilihan Judul dan Alasan Pemilihan Judul Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang permasalahan yang ada, maka judul yang dipilih penyusun bagi skripsi ini adalah : Pendidikan Iman Anak menurut Yohanes Calvin dan Kaitannya dengan Gereja Kristen Sumba dalam Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak Dengan alasan bahwa judul ini yang penyusun rasa dapat mewakili isi dari penulisan skripsi ini. 6
7 4. Batasan Masalah Agar dapat lebih memusatkan perhatian dan pembicaraan pada masalah yang ingin diangkat, maka penyusun membatasi masalahnya hanya kepada Pendidikan Iman Anak menurut Yohanes Calvin. Alasan penyusun memusatkan perhatian pada anak adalah karena penyusun melihat masih kurangnya perhatian dan semangat yang ditujukan bagi anak, terutama jika penyusun melihat ke dalam gereja asal penyusun sendiri yang menyebut diri beraliran Calvinis. Apalagi mengingat bahwa pemberian pendidikan berkaitan dengan upaya membina dan memelihara iman anak bukanlah perkara yang gampang, sebab anak memiliki dunia dan pemikiran sendiri yang berbeda dengan dunia dan pemikiran orang dewasa. Alasan penyusun memilih untuk menulis tokoh Yohanes Calvin adalah selain karena gereja penyusun beraliran Calvinis, penyusun sendiri juga ingin mengetahui bagaimana pendidikan iman anak dalam pandangan dan pemikiran beliau, karena mengingat beliau adalah seorang yang serius memberi perhatian dan sumbangan yang besar terkait keberadaan anak. Penyusun juga hanya mengangkat tentang GKS (tidak gereja Calvinis lainnya), karena penulisan ini berangkat dari keberadaan GKS sendiri dan pada akhirnya hasil penulisan ini ingin penyusun sumbangkan bagi gereja asal penyusun, walaupun tidak menutup kemungkinan bagi gereja Calvinis lainnya untuk turut memanfaatkan hasil dari penulisan ini dalam upaya memberikan perhatian yang sungguh bagi anak, sebab Calvin adalah seorang bapa gereja yang serius memberikan perhatiannya pada kelompok ini. Sehingga semangat, sumbangan dan keseriusan beliau dapat menjadi cambuk penyemangat, masukan dan pendorong keseriusan gereja-gereja beraliran Calvinis yang mungkin belum sepenuhnya memberikan perhatian serius terhadap pendidikan iman anak. 5. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah : 1. Dapat mengetahui pendidikan iman anak menurut Yohanes Calvin 7
8 Dengan mengetahui pendidikan iman anak menurut pandangan sang reformator asal prancis ini maka akhirnya dapat diketahui upaya-upaya apa saja yang dimanfaatkan oleh Calvin dalam mendukung terlaksananya pendidikan iman anak, sehingga mungkin saja bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi gereja-gereja Calvinis khususnya GKS dalam upayanya melaksanakan pendidikan iman anak. Selain itu, pandangan Calvin ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan bagi kita yang mungkin selama ini kurang atau bahkan tidak mengetahui bahwa sang reformator juga memiliki perhatian yang besar bagi pendidikan iman anak. 2. Dapat mengetahui masih relevan atau tidakkah pendidikan iman anak menurut Calvin untuk tetap dimanfaatkan oleh GKS dengan melihat konteks GKS masa kini. Jika masih relevan, apa yang menjadi alasannya. Sumbangan-sumbangan apa dari Calvin yang masih dapat dimanfaatkan dan dikembangankan sesuai kebutuhan dan kenyataan GKS masa kini dan sumbangan apa yang memang tidak perlu dipertahankan, serta dapat diketahui pula adakah upaya-upaya lain yang sekiranya perlu dikembangkan GKS selain upaya-upaya yang telah diupayakan Calvin bagi pendidikan iman anak sesuai kenyataan GKS masa kini. Selain itu dapat diketahui pula upaya-upaya apa saja yang telah GKS kembangkan di masa kini bagi pendidikan iman anak. 6. Metodologi Penulisan Metode yang penyusun gunakan dalam penulisan ini yakni : Deskriptif Analitis, yaitu metode yang meliputi pengumpulan data, penyusunan, penjelasan dan kemudian menganalisa. Selanjutnya guna memperoleh data-data atau referensi untuk mendukung penulisan maka penyusun menggunakan studi literatur, yang berarti menggunakan buku-buku penunjang yang dapat membantu penyusun dalam pembahasan pokok-pokok permasalahan yang ada sehingga tujuan penulisan ini dapat tercapai. Penyusun pun akan memanfaatkan wawancarawawancara dengan para narasumber dari GKS yang dapat membantu penyusun memperoleh datadata guna mendukung penulisan skripsi ini, seandainya data-data tertulis dari sinode sudah sangat susah penyusun peroleh. 8
9 7. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, pokok permasalahan, batasan permasalahan, pemilihan judul dan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II : Pendidikan Iman Anak menurut Yohanes Calvin Bab ini akan berisikan pandangan Yohanes Calvin tentang pendidikan iman anak. Tetapi tidak hanya itu saja, sebab mengawali bab ini akan dimasukkan riwayat pendidikan Calvin yang diperolehnya sedari ia kecil hingga dewasa, yang ternyata cukup memberi pengaruh bagi pemikirannya untuk menekankan pentingnya orang percaya memperoleh pendidikan. Selain itu akan dibicarakan pula tentang situasi Jenewa yang turut mempengaruhi pemikiran dan sumbangan Calvin terkait pendidikan iman anak. Akan diangkat pula pendapat atau pemikiran Calvin tentang arti pendidikan dan alasannya menekankan pendidikan bagi orang percaya dan lebih khusus bagi anak, akan diangkat tentang bagaimana anak dalam pandangan Calvin, alasannya menekankan perlunya anak-anak memperoleh pendidikan dan berbagai upaya Calvin untuk melaksanakan pendidikan iman anak yakni melalui baptisan anak, peranan orang tua, katekismus dan sekolah. Bab III: Gereja Kristen Sumba dan Pendidikan Iman Anak Bab ini akan berisikan analisa tentang masih relevan atau tidakkah pendidikan iman anak menurut Calvin untuk tetap dimanfatkan oleh GKS di masa kini dalam upayanya melaksanakan pendidikan iman anak. Akan diangkat pula upaya-upaya lain yang sekiranya perlu GKS kembangkan guna meningkatkan pelaksanaan pendidikan iman anak dengan tetap memperhatikan konteks GKS kini. Tetapi tidak itu saja, sebab mengawali bab ini akan diangkat sejarah singkat masuknya Calvinisme ke Indonesia hingga akhirnya masuk ke tanah Sumba dan menghasilkan 9
10 gereja Tuhan yang beraliran Calvinis di sana, agar kita mendapat gambaran mengapa akhirnya Gereja Kristen Sumba bercorak Calvinis. Selain itu akan dibicarakan pula mengenai upaya-upaya zending bagi pendidikan iman anak antara lain melalui pendirian sekolah-sekolah rakyat dan sekolah minggu. Selanjutnya, akan diangkat pula sekilas tentang GKS di masa kini dan upaya-upaya yang telah dilakukannya bagi pendidikan iman anak. Bab IV: Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi ini yang akan berisi kesimpulan dan saransaran. 10
BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.
BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah
1 Bab I Pendahuluan A. Permasalahan A.1 Latar Belakang Masalah Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) memiliki simbol eksistensi/keberadaan sebagai sebuah organisasi Gereja yang dituangkan dalam sesanti/ semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang
Lebih terperinciVik. Vega Desrisaharny Putri Sarasak, S.Th
Laporan Baca Buku: Apa Itu Calvinisme? Christiaan De Jonge Vik. Vega Desrisaharny Putri Sarasak, S.Th Sejarah gereja-gereja Protestan di Indonesia merupakan hasil dari pekabaran Injil yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Kristiani (PK) merupakan suatu proses pengajaran tentang kekristenan. 1 Dalam prosesnya, PK membutuhkan ruang untuk menjalankan aktivitasnya.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota
Lebih terperinciBy Daniel Ronda (untuk mata kuliah Sistem-Sistem Teologi) Sejarah Singkat
By Daniel Ronda (untuk mata kuliah Sistem-Sistem Teologi) Sejarah Singkat Istilah ini muncul sebagai akibat dari pertikaian pada awal abad ke 17 di Belanda tentang ajaran predestinasi. Jacobus Arminius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciPERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.
PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang. 1.1. Katekiasi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan Kristiani. Menurut Pdt Lazrus H.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama
Lebih terperinciBAB I
BAB I PENDAHULUAN 11. LATAR BELAKANG Kepemimpinan yang baik merupakan salah satu syarat bagi pertumbuhan, kestabilan, dan kemajuan kelompok apa pun. Ini berlaku bagi kelompok berskala raksasa, seperti
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN I. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN I. Latar Belakang Permasalahan Istilah sakramen sebenarnya tidak terdapat dalam Alkitab. Istilah ini berasal dari bahasa Latin sacramentum. Menurut etimologi, kata ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perubahan jaman yang mengalir begitu cepat pada masa ini membuat banyak orang kehilangan arah. Orang-orang Kristenpun juga bisa kehilangan arah. Hanya orang-orang yang
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan
Lebih terperinciPdt Gerry CJ Takaria
PERATURAN PEMBASUHAN KAKI & PERJAMUAN TUHAN Peraturan pembasuhan kaki dan Perjamuan Tuhan membuat adanya Perjamuan Kudus. Oleh karena itu, Kristus melembagakan kedua peraturan ini untuk membantu kita masuk
Lebih terperinci3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba
3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lebih terperinciTATA GEREJA PEMBUKAAN
TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.
Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.
Lebih terperinciGereja Menyediakan Persekutuan
Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan
Lebih terperinciPertanyaan Alkitab (24-26)
Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.
Lebih terperinciSIKAP JEMAAT DALAM BERIBADAH
SIKAP JEMAAT DALAM BERIBADAH Ibrani 10:19-25 Tujuan : Agar jemaat mengerti sikap dalam beribadah yang berfokus pada Kristus dan karya- Nya serta bukan pada fenomena lahiriah saja. PENDAHULUAN: Seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciStatus Rohani Seorang Anak
Status Rohani Seorang Anak PENDAHULUAN Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan
Lebih terperinciBAB :1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB :1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anggota gereja adalah juga anggota masyarakat di mana gereja itu berada, dan masyarakat adalah merupakan lingkungan sosial bergereja. Hubungan gereja dengan lingkungan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG
BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada
Lebih terperinciPEDOMAN MENULIS ARTIKEL ALKITABIAH. (Lihatlah Pedoman Penulisan Artikel Buletin/Jurnal STT Johanes Calvin)
PEDOMAN MENULIS ARTIKEL ALKITABIAH (Lihatlah Pedoman Penulisan Artikel Buletin/Jurnal STT Johanes Calvin) Judul Buatlah suatu judul sesuai Workbook Karya Ilmiah (sesudah selesai artikel) Abstrak Tulis
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga
Lebih terperinciBAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian
BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama
Lebih terperinciSIAPAKAH? ; BAGAIMANAKAH? DAN MENGAPAKAH? sehubungan dengan. baptisan. telah dibaptis dalam kematian-nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan
Dalam pelajaran ini kita teruskan pembahasan tentang baptisan dengan menguraikan : SIAPAKAH? ; BAGAIMANAKAH? DAN MENGAPAKAH? sehubungan dengan baptisan Satu nas yang menggambarkan Siapakah? dan Bagaimanakah?
Lebih terperinciOTORITAS PAULUS DAN INJIL
OTORITAS PAULUS DAN INJIL Lesson 2 for July 8, 2017 Banyak orang yang percaya bahwa surat-surat Paulus diinspirasikan oleh Allah, namun yang lain tidak. Beberapa orang di Galatia menipu orangorang Kristen
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan
Lebih terperinciSetiap Orang Bisa Menjadi Pengajar
Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Beberapa berkat yang terbesar dalam hidup ini datang kepada orang Kristen yang mengajar. Ketika saudara melihat sukacita yang dialami seseorang karena menerima Yesus
Lebih terperinciPembaptisan Air. Pengenalan
Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p
BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Masalah Jemaat GKSBS Lembah Seputih merupakan jemaat yang sebagian besar pekerjaan warganya adalah di bidang pertanian. Sekelompok atau sekumpulan orang yang hidup
Lebih terperinciBagaimana kasih karunia menjadi BERLIMPAH-LIMPAH ketika dosa bertambah banyak? Kasih karunia cukup untuk mengampuni setiap dosa.
Lesson 7 for November 18, 2017 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, (Roma 5:20)
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.
Lebih terperinciTIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I Pendahuluan I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Sumba (selanjutnya disingkat GKS) Waikabubak adalah sebuah gereja yang berada di pusat kota kabupaten Sumba Barat,
Lebih terperinciDalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi
Lebih terperinciPengurapan Rohani Kristus di bawah tiga jabatan umum: Nabi, Imam dan Raja
Pengurapan Rohani Kristus di bawah tiga jabatan umum: Nabi, Imam dan Raja September 2015 Dr. Jan H. van Doleweerd 6. Keselamatan 6.1 Karya Kristus di bawah tiga jabatan umum: Nabi, Imam dan Raja 6.1.1
Lebih terperinciPelayanan Mengajar Bersifat Khusus
Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus Dalam pelajaran dua kita melihat pentingnya mengajar, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Sejarah pengajaran dalam Alkitab merupakan pedoman bagi
Lebih terperinciUKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan
Lebih terperinciGereja Memberitakan Firman
Gereja Memberitakan Firman Gereja-gereja yang mengakui kewibawaan Firman Allah memberikan tempat terhormat dan utama kepadanya. Pendeta dalam gereja-gereja seperti ini dengan setia memberitakan Firman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap
Lebih terperinciUKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan
BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan sosial, perubahan teknologi, dan sebagainya, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak seorangpun ingin dilahirkan tanpa dekapan lembut seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Sebuah kehidupan baru yang telah hadir membutuhkan kasih untuk bertahan
Lebih terperinciBAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah
BAB 4 Refleksi Teologis Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius 28:19-20). Mandat ini
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musik merupakan salah satu ragam seni yang cukup dekat dengan kehidupan manusia. Melalui musik manusia dapat mengekspresikan dirinya. Dalam perkembangannya, baik alat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup
Lebih terperinciKEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)
TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,
Lebih terperinciSAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG
SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Roh Kudus adalah Penolong Saudara Buah Roh Kudus Berjalan di dalam Roh Kuasa Roh Kudus di dalam Saudara Karunia-karunia Roh Roh Kudus
Lebih terperinciGereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.
Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14 Pdt. Andi Halim, S.Th. Ayat 1. Orang-orang kudus bukan orang yang sama sekali tidak ada cacatnya. Di dunia ini semua orang berdosa, tanpa kecuali, temasuk bunda Maria, santo-santa
Lebih terperinciPEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)
PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan
Lebih terperinciMAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1
MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1 Abstrak Diskusi tentang arti kata Evangelis dalam sejarah pembentukan nama gereja Kalimantan Evangelis cukup menyita banyak waktu. Studi yang konsen atas pemakaian nama
Lebih terperinciRoh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli
GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli Roh Kudus Shalom, saya sangat yakin setiap pribadi diberkati oleh Tuhan. Amin! Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI
PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penatalayanan merupakan tanggung jawab gereja, ketika berada di tengah tengah dunia ini. Penatalayanan bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa
Lebih terperinciGEREJA SEBAGAI TUBUH KRISTUS (SEBUAH REKONSTRUKSI TEOLOGI ATAS EKLESIOLOGI TUBUH KRISTUS BERDASARKAN PRAKTIK BERGEREJA DI GKS JEMAAT WAINGAPU)
GEREJA SEBAGAI TUBUH KRISTUS (SEBUAH REKONSTRUKSI TEOLOGI ATAS EKLESIOLOGI TUBUH KRISTUS BERDASARKAN PRAKTIK BERGEREJA DI GKS JEMAAT WAINGAPU) A. Latar Belakang Masalah BAB I: PENDAHULUAN Pada hakekatnya
Lebih terperinci