BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN PADA KLOSET GETAR BALITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN PADA KLOSET GETAR BALITA"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN PADA KLOSET GETAR BALITA III.1 Bagian Utama Kloset Getar BALITA ditinjau dari Medis Adanya perancangan Kloset Getar BALITA akan mempermudah keadaan untuk buang air besar pada Anak BALITA ( Bawah Lima Tahun ) yang enggan atau tidak familiar, serta takut untuk melihat kloset, sehingga pada waktu buang air besar hanya berdiri didekat kloset dalam rentang waktu lama, baru kemudian tinjanya dapat keluar dengan berceceran di luar kloset. Alat kloset getar ini dapat pula sebagai hiburan dan tidak kalah pentingnya berguna dalam perkembangan keseimbangan motorik diintelegensi otak anak tersebut. Dari sisi lain dapat pula membersihkan kotoran - kotoran yang masih menempel di usus atau pencernaan lain. Kloset Getar BALITA dapat pula membantu Penyakit Konstipasi yakni: susah buang air besar, yang umumnya banyak didapat pada pasen Balita dengan keluhan sudah 3 ( tiga ) hari belum bisa buang air besar. Tidak kalah penting bagi BALITA yang cenderung air seninya mengkristal, maka dapat pula terhanyut keluar dari muara ginjal ke uretra setelah duduk di- Kloset Getar BALITA.

2 Tidak luput juga dari pantauan orang tua pasen BALITA yang putra putrinya memiliki kecenderungan perutnya kembung setelah minum susu dengan dot, yang terkadang bukan air susu, melainkan udara yang terhisap oleh anak BALITA dan dapat menyebabkan perut menjadi kembung dengan biasanya disertai sesak nafas dikarenakan ruang paru-paru tertekan oleh usus, maka dengan adanya Kloset Getar Balita dapat mengatasinya. III. 2. Kloset Getar BALITA ditinjau dari Teknik Mesin. Pada perancangan kerangka Kloset Getar BALITA ini besi pipa yang disambung dengan menggunakan las dan dibentuk menjadi untuk dudukkan Motor Listrik, Reducer, Shaft Cilinder, Casing Box sebagai penutup, serta beralas statis dan dinamis ( Roda ), juga menyanggah Kloset BALITA berbentuk kudakudaan. Komponen-komponen besi pipa ini dapat dengan mudah didapat di tokotoko material. Pemilihan besi pipa dijadikan bahan baku untuk pembuatan Kloset Getar BALITA ini dikarenakan besi tersebut mempunyai kelebihan, kelebihan tersebut adalah besi pipa ini kuat dan ringan. Dalam perancangan Kloset Getar BALITA ini sumber tenaga yang digunakan adalah tenaga Motor Listrik yang dapat menggerakkan Kloset BALITA yang berbentuk kuda-kudaan secara otomatis.

3 Kloset Getar BALITA ini dapat berjalan lancar, karena menggunakan transmisi sehingga tenaga dapat diteruskan menggetarkan Kloset BALITA yang berbentuk kuda-kudaan. III Sejarah Roda Gigi. Roda gigi dibuat oleh umat manusia lebih dari 3000 tahun yang lalu. Sesungguhnya kita tidak tahu dimana dan kapan roda gigi digunakan pertama kali. Roda gigi pertama kali muncul bersama dengan mesin lain seperti roda Potter, Pulley, hub, dan lain-lain. Dahulu roda gigi mungkin dibuat dari kayu. Bangsa Yunani membuat roda gigi kecil untuk tujuan ilmu perbintangan yang dibuat dari logam. Bangsa Roma menggunakan kayu dalam menggiling gandum untuk pemindah tenaga, sebaik roda gigi besi dan perunggu dalam tujuan untuk mengontrol gerak dimana dibutuhkan tenaga yang sangat kecil. Setelah abad pertengahan roda gigi digunakan dalam gilingan air. Mesin Jam ditemukan pada tahun 1300-an menggunakan roda gigi kecil yang terbuat dari logam. Pendulum jam yang melambai-lambai pada awal waktu menggunakan roda gigi yang banyak. Beberapa Gereja menggunakan Jam yang sangat besar. Revolusi industri dimulai pada tahun 1700-an membutuhkan berbagai macam roda gigi penggerak. Roda gigi lebih baik dibuat dari besi cor menggunakan pola yang lebih akurat.

4 Abad ke -20 dimulai automobile dan kapal diciptakan. Kesiapan pada abad terakhir ke -19, kapal tenaga uap, mobil trolley tenaga listrik, dan penggunaan peralatan mesin menyebar kemana-mana. Roda gigi penggerak digunakan secara umum untuk kendaraan, penggilingan, dan bermacam-macam tujuan mekanik. Design roda gigi yang praktis sangat dibutuhkan untuk membuat tersedianya mesin dan sebuah ukuran dan kwalitas yang cukup bagus untuk roda gigi penggerak selama dibutuhkan pada setiap aplikasi. Selama abad 20 mengalami kemajuan yang stabil pada bidang seni roda gigi. Seni pembuatan roda gigi telah mengalami perubahan dari pembuatan pengoperasian dengan tangan kepada pembuat secara otomatis dengan menggunakan computer, yang dapat menyelesaikan rata-rata produk dan memiliki kwalitas tinggi yang tidak pernah mungkin terpikirkan pada awal abad. III.2.2. Sejarah Fiberglass. Menurut Japan Carbon Fiber Manufacturers Association (JCFMA) atau Asosiasi Penghasil Karbon-Fiber di Jepang, penggunaan karbon fiber di industri pesawat terbang dimulai pada tahun Sejak itu, zat tersebut digunakan dalam berbagai macam bentuk Carbon Fiber Reinforced Plastics (CFRP) atau Plastik Karbon Fiber untuk mengurangi berat pesawat. Para produsen pesawat berencana untuk memperluas penggunaan CFRP, dengan pesawat Airbus A380 dan Boeing 787 Dreamliner sebagai contoh.

5 Penghasil peralatan olah raga mulai menggunakan karbon fiber pada tahun 1970an dikarenakan oleh kekuatannya. Konsumen tidak akan mengalami kesulitan mendapatkan peralatan olahraga yang menggunakan karbon-fiber seperti kail pancing, raket tennis, stick golf, ski, dan papan selancar. Di industri otomotif, karbon fiber telah menjadi bahan penting mobil balap dan mobil-mobil konsep. Saat ini ada kecenderungan untuk menggunakan zat ini untuk kendaraan biasa, walaupun penggunaannya lebih ditujukan untuk mobil balap eksotik. III.2.3. Teori Dasar. Kloset Getar BALITA ini pada dasarnya tidak hanya dapat bergetar naik turun dengan menggunakan Pulley ban dan rantai, tetapi dapat oleng sedikit ke kiri atau ke kanan dengan Shaft dudukkan berbentuk mangkok serta bantuan pegas yang lentur. Tetapi pada kesempatan kali ini penulis merancang Kloset Getar BALITA dengan menggunakan Pulley V-belt dan rantai rol, karena masih sulit didapatkan Shaft mangkok, begitu juga belum ada pegas yang kelenturannya sesuai dengan keinginan penulis, pegas tersebut masih terlalu rigid untuk sebuah rancangan..

6 Pada dasarnya baik itu menggunakan pulley V-belt, rantai roll dan roda gigi mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai salah satu alat penggetar utama dalam menjalankan Kloset Getar BALITA tersebut. Bahan yang digunakan pada perancangan Kloset Getar BALITA ini haruslah dipilih bahan yang kuat tetapi ringan, karena hal ini dapat berpengaruh kepada daya motor yang digunakan pada perancangan ini. Putaran pada motor pun tidak boleh terlalu cepat, karena apabila putaran pada motor terlalu cepat maka getaran Kloset Getar BALITA akan cepat bergetar dan membahayakan anak BALITA ( anak dibawah lima tahun ) dan hal itu tidak diinginkan pada perancangan ini. Untuk mengurangi putaran yang terlalu cepat tersebut penulis menggunakan pulley V-belt dan Reducer untuk mendapatkan putaran yang diinginkan. Motor Listrik yang digunakan dalam perancangan ini mempunyai daya yang dapat mengangkat ± 50 kg yakni : 1. Berat BALITA maksimal dengan rumus: ( 2 n + 8 ) kg, dan symbol n adalah umur anak. Jadi Berat badan anak 5 tahun adalah: 2 x = 18 kg, demikian selanjutnya. 2. Berat dudukan Kloset yang terbuat dari kayu gelondongan yang telah dipahat oleh pengrajin home industrial menjadi berbentuk kuda-kudaan yang ada lubang sebagai kloset, beratnya ± 15 kg 3. Berat kerangka penyanggah ( pipa besi ) casing fiberglas dan casing fiberglasnya sendiri = ± 10 kg.

7 Dalam perhitungan perancangan ini, sesuai kebutuhan untuk daya getar beban seberat ± 50 kg, penulis menggunakan Motor Listrik dengan daya ¼ pk dengan kecepatan putaran 1420 rpm. Pada perancangan ini terdapat beberapa komponen utama dan juga terdapat komponen-komponen pendukung lainnya. Komponen-komponen tersebut mempunyai tugas masing-masing dan juga komponen tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga mesin ini dapat berjalan sebagaimana semestinya. III.2.4. Komponen-komponen Utama Komponen-komponen utama yang terdapat dalam perancangan Kloset Getar BALITA ini merupakan bagian utama dan terpenting antara lain: 1. Kloset BALITA berbentuk kuda-kudaan Kloset ini yang terbuat dari pahatan kayu gelondongan oleh pengrajin home industri, yang diletakkan diatas kerangka mesin dan kerangka tersebut tertutup oleh casing fiberglas.. 2. Motor Listrik Motor Listrik merupakan komponen yang paling utama dalam perancangan Kloset Getar BALITA ini, komponen ini berfungsi sebagai penggerak utama pada Kloset Getar BALITA. Motor Listrik

8 yang digunakan pada perancangan ini mempunyai daya ¼ pk dan putarannya 1420 rpm. Gambar 3. 1:. 3. Pulley. Pulley digunakan untuk mentransmisikan tenaga dari satu poros ke poros lainnya dengan bantuan sabuk ( V Belt ) atau Tali Rasio yang kecepatan pulley sangat tergantung kepada besar kecilnya diameter pulley penggerak dengan diameter pulley yang digerakkan. Gambar 3. 2:.

9 Pulley ini dapat dibuat dari bahan besi cor, besi baja cor, dan besi plat. Pulley yang digunakan pada perancangan ini menghubungkan putaran dari motor listrik kepada Reducer ( Gear box ) dengan bantuan V Belt. Pulley yang digunakan pada perancangan ini ada dua, satu pulley berhubungan dengan Motor Listrik penggerak yang mempunyai diameter 50 mm dan pulley yang satunya berhubungan dengan Reducer yang mempunyai diameter 67 mm. Gambar 3. 3:. 4. V Belt. V Belt ini digunakan untuk membantu mentransmisikan putaran yang terjadi pada pulley. V Belt disini terbuat dari bahan karet yang mempunyai penampang travesium. Tenunan tetoron atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar.

10 Gambar 3. 4: Terdiri dari: 1.Terpal, 2.Bagian Penarik, 3.Karet Pembungkus, 4.Bantal Karet Gambar 3. 5: Gambar 3. 6:

11 5. Reducer ( Gear Box ). Untuk mengurangi ( mereduksi ) putaran yang terjadi pada motor listrik setelah ditransmisikan melalui pulley dengan bantuan sabuk V Belt sebagai penghubung antar pulley, lalu putaran tersebut dikurangi lagi dengan bantuan Reducer ( Gear Box ). Reducer ini mempunyai perbedaan putaran 1 : 50. Gunanya gear box pada perancangan ini adalah untuk mendapatkan putaran yang diinginkan. Gambar 3. 7: 6. Roda Gigi. Roda Gigi yang dipakai pada perancangan Kloset Getar BALITA ini adalah pasangan antara pinion sebagai roda gigi penggerak dengan rack ( batang gigi = rantai roll ) sebagai roda gigi yang digerakkan. Pasangan antara batang gigi dengan pinion ini dipergunakan untuk merubah gerakan putar dari Motor Listrik menjadi gerakkan getar naik

12 turun dari kloset kuda-kudaan yang ditopang dibidang atasnya, selain itu fungsi dari pasangan roda gigi pada perancangan ini sebagai alat penggerak utama. 7. Bantalan. Gambar 3. 8: Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan getaran dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur. Bantalan yang digunakan pada perancangan ini adalah jenis bantalan gelinding. Bantalan ini mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat kecil disbanding

13 dengan bantalan luncur. Elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasang diantara cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan membuat gerakan gelinding, sehingga gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil. III.2.5. Komponen-komponen Pendukung Komponen-komponen pendukung lainnya dari perancangan mesin ini merupakan komponen-komponen yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan komponen-komponen utama. Komponen-komponen pendukung ini sangat menunjang pergerakkan getar dari Kloset Getar BALITA, sehingga Kloset Getar BALITA tidak mengalami gangguan pada saat bergetar. Komponenkomponen pendukung tersebut antara lain: 1. Pegas. Pegas yang diletakkan di 4 sudut bidang getar berfungsi sebagai penyanggah Kloset kuda-kudaan, juga sebagai penerus gerak getaran yang masing-masing berbeda kelenturannya antara pegas bagian depan dengan bagian belakang. 2. Roda. Roda ini berguna agar Kloset Getar BALITA dapat memudahkan untuk memindah Kloset Getar BALITA tersebut ketempat atau ruangan yang

14 diinginkan. Tidak perlu mengangkat atau menggotong, cukup didorong ketempat tujuan. 3. Troley. Troley Aqua Galon yang biasa digunakan untuk memindahkan Aqua gallon sangatlah dibutuhkan sebagai alat Bantu pendukung pada Kloset Getar BALITA. Troley Aqua Galon ini ditempatkan tepat di tengahtengah dibagian dasar kerangka pipa besi dibidang depan Kloset Getar BALITA yang statis tanpa roda, bila akan memindahkan Kloset Getar BALITA. Setelah sampai penempatan Kloset Getar BALITA di ruangan pemeriksaan Klinik atau Rumah Sakit atau untuk pribadi, maka Troley ini dilepas dari tumpuan Kloset Getar BALITA. Tujuan dibagian depan tanpa roda dan bagian belakang dengan sepasang roda adalah: agar Kloset Getar BALITA tidak bergerak saat dihidupkan mesinnya. 4. Saklar ( Handle ). Saklar yang digunakan untuk perancangan ini mempunyai 2 fungsi, yaitu untuk menjalankan Motor Listrik pada keadaan bergetar, serta untuk mematikan mesin atau Motor Listrik.

15 III.2.6. Proses kerja pada Kloset Getar BALITA. Proses kerja merupakan tahapan-tahapan yang terjadi pada sebuah mesin sewaktu mesin tersebut berjalan / hidup. Tahapan-tahapan yang terjadi pada setiap mesin tersebut berbeda-beda, tetapi pada intinya untuk menjalankan komponen-komponen penggerak menggunakan tenaga motor sebagai sumber tenaga untuk menjalankan mesin. Tahapan-tahapan yang terjadi pada Kloset Getar BALITA ini adalah sebagai berikut: 1. Setelah Motor Listrik dinyalakan, maka putaran motor yang dihasilkan oleh Motor Listrik ditransmisikan kepada Reducer dengan bantuan Pulley V-Belt. Gambar 3. 9:!

16 Sebelumnya putaran tersebut direduksi dengan Pulley yaitu : dengan cara membedakan diameter Pulley penggerak dengan diameter Pulley yang digerakkan. Terlihat dihalaman sebelumnya pada gambar :3. 9. Sistem transmisi untuk menurunkan rpm. 2. Setelah putaran motor tersebut direduksi oleh Pulley lalu putaran tersebut direduksi kembali oleh Reducer ( Gear Box ) yang mempunyai perbedaan reduksi 1 : 50, dengan adanya Reducer ini diharapan putaran yang dihasilkan dapat diperlambat. Pada gambar Sistem transmisi untuk menurunkan rpm. Gambar 3. 10:.

17 3. Putaran yang diperlambat tersebt menggerakkan Pinion yang terdapat pada ujung Reducer yang dihubungkan dengan sebuah Poros. Pinion tersebut berhubungan langsung dengan batang gigi ( Rack ) yang terdapat pada pertengahan bidang belakang dari Kloset Getar BALITA. Adanya batang gigi tersebut maka putaran yang dihasilkan oleh Pinion dapat dirubah menjadi gerakkan getar keatas dan kebawah bidang belakang Kloset Getar BALITA. III.2.7. Keuntungan dan Kerugian dari Perancangan. Pada dasarnya setiap perancangan harus memikirkan keuntungan dan kerugian yang didapat pada setiap hasil rancangannya, dengan dasar tersebut setiap perancang diharapkan dapat memperbaiki atau mengurangi seinimal mungkin kerugian-kerugian yang didapat pada setiap perancangan, apabila ia membuat kembali perancangan tersebut. Pada perancangan Kloset Getar BALITA dengan mempergunakan Motor Listrik sebagai sumber tenaganya juga terdapat keuntungankeuntungan dan kerugian-kerugian. Keuntungan dan kerugian tersebut dapat dilihat dari segi konstruksi, kemudahan perawatan dan manfaat yang didapat dari alat tersebut.

18 III Keuntungan. 1. Biaya pembuatan tidak terlalu mahal, karena komponen-komponen yang dipakai dapat dengan mudah didapat. 2. Biaya perawatannya lebih mudah, karena hanya memberikan oli atau gemuk kepada komponen yang terjadi gesekan. 3. Karena penggerak utamanya menggunakan roda gigi, maka putaran yang dihasilkan tidak akan terjadi slip. 4. Bentuk konstruksi Kloset Getar BALITA yang sederhana ini memungkinkan penempatannya di ruangan Klinik atau Rumah Sakit tidak perlu terlalu luas dapat diletakkan. 5. Warna warni dari Kloset Getar BALITA ini sangat menarik keinginan anak untuk mencoba menaiki Kloset Getar BALITA. 6. Adanya pengrajin home industri lebih mudah membuat bentuk kloset dengan beberapa corak dan model sesuai perancang.

19 III Kerugian. 1. Sistem transmisi dengan menggunakan roda gigi sebagai penggerak utama memungkinkan roda gigi tersebut mengalami keausan dan kerusakan roda gigi tersebut saling menekan. 2. Pada saat Kloset Getar BALITA tersebut bergetar akan terjadi kontak antara batang gigi dengan Pinion yang demikian akan memimbulkan suara bising. 3. Dudukkan Kloset kuda-kudaan yang terbuat dari kayu gelondongan dikawatirkan akan retak pada pengaruh cuaca di jalur katulistiwa seperti Negara Indonesia yang kita cintai. 4. Sistem reducer harus selalu dimonitor ukuran volume oli ( oil level ), yang bila sampai kosong akan merusak komponen elemen mesin.

20 III.2.8. Gambar-gambar struktur dan bagian Kloset Getar BALITA Gambar 3. 11: " Gambar 3. 12: "

21 Gambar 3. 13: " Gambar 3. 14:# $ "

22 Gambar 3. 15: " Gambar 3. 16: "

23 Gambar 3. 17: " Gambar 3. 18: % "

24 Gambar 3. 19:" $ " Gambar 3. 20:" &' $ "

25 Gambar 3. 21: " Gambar 3. 22: "

26 Gambar 3. 23:!()*+ " Gambar 3. 24:!, "

27 Gambar 3. 25:!, " Gambar 3. 26:!, "

28 Gambar 3. 27: " Gambar 3. 28:-, ".!

29 Gambar 3. 29:-, ".! Gambar 3. 30:-, ".!

30 Gambar 3. 31:-, " Gambar 3. 32: $, "

31 Gambar 3. 33: $, " Gambar 3. 34: $, "

32 Gambar 3. 35: " Gambar 3. 36: "

33 Gambar 3. 37:/ " Gambar 3. 38:/ /0# 1 "

34 Gambar 3. 39:/ " Gambar 3. 40:/ /0# 1 "

35 Pada perancangan Kloset Getar Balita dengan tenaga motor listrik ini terdiri dari beberapa komponen utama sebagai sistem penggerak dan sumber tenaga. Sistem penggerak yang digunakan merupakan sistem transmisi puley serta sabuk V, kesemuanya dihitung secara mendasar. III.2.9. Motor Penggerak. Daya adalah usaha atau energi yang dilakukan persatuan waktu. P = W / t = Fv ( GLB ) P = E k / t ( GLBB ) Satuan daya: 1 watt = 1 Joule/det = 10 7 erg/det Dimensi daya: [P] = MLT 2 T -3 P = W / t = mgh / t Motor penggerak yang digunakan dalam rancangan ini adalah motor listrik arus AC dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Daya motor : P ( Watt ) 2. Putaran Poros Motor : N ( rpm ) 3. Momen Puntir Motor : M p P = 2 x x N x M p 60

36 60 x P M p = Nm 2 x 3,14 x N 20 ( Ref: Khurmi, halaman: 410 ) 5. Arus yang dipakai pada motor listrik P i = V Dimana : i = Arus listrik ( Amper ) P = Daya ( Watt ) V = Tegangan ( Volt ) 5. Daya yang digunakan motor listrik untuk menggetarkan kloset kuda- kudaan : P out = W x Dimana : W = Berat kloset kuda kudaan + Kerangka atas mesin +

37 Casing Fiberglas + Berat Badan BALITA( kg f ) =...N = Kecepatan ( m/s ) Tabel 3.1. Material Pembuatan Mesin

38 6. Efisiensi kerja mesin Daya yang keluar = x 100% Daya yang masuk Dimana: : Efisiensi ( 100 % ) P out : Daya yang masuk ( J ) P in : Daya yang keluar ( J ) III Cara Perhitungan Pulley Sabuk-V 8 mm 5 mm 2 mm Gambar 3. 41:

39 Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan diameter lingkaran jarak bagi ( dp ) dan diameter luar ( dk ), serta rasio kecepatan pulley yang berdasarkan pada type sabuk-v yang digunakan. 1. Menentukan diameter jarak bagi untuk pulley penggerak ( dp ) dan pulley yang digerakkan ( Dp ) ( mm ) Pulley 1 ( dp 1 ) = Pulley 2 ( Dp 2 ) = dp 1 x i Dengan: i = Perbandingan reduksi untuk kecepatan masing-masing pulley ( rpm ) 2. Menentukan diameter luar pulley penggerak ( dk ) dan diameter pulley yang digerakkan ( Dk ) ( mm ). Pulley 1 ( dk 1 ) = dp 1 + tebal penampang sabuk yang digunakan Pulley 2 ( Dk 2 ) = Dp 2 + tebal penampang sabuk yang digunakan 3. Kecepatan pulley, N ( rpm ) Kecepatan pulley 1, N 1 = 1420 rpm

40 Kecepatan pulley 2, N 2 = N 1 x dp 1 Dp 2 42 ( Ref: Sularso, halaman: 166 ) III Cara Perhitungan Sabuk-V Dalam langkah kerja untuk menggerakkan turun naik kloset getar BALITA tanpa terjadi proses reduksi, maka perhitungan dilakukan untuk menetukan tipe serta panjang sabuk yang digunakan pada masing-masing proses reduksi. 1. Daya yang ditransmisikan, P d ( kw ) P d = f c x P 42 ( Ref: Sularso, halaman: 7. ) Dengan: P = Daya ( kw )

41 Catatan: Daya kuda ( PS ) x 0,7457 untuk mendapakan ( kw ) = 550 lb.ft/s. Tabel 3.2. Faktor Koreksi Daya yang akan ditransmisikan f c Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 2,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,8 1,2 Daya normal 1,0 1,5 2. Perbandingan reduksi antar pulley, ( rpm ) i = N 1 N 2 Ref: Sularso, hal: 166 Dengan : N 1 = Putaran pada motor penggerak N 2 = Putaran yang digerakkan 3. Momen puntir rencana, T ( Nm ) 1 2 x 3,14 x N x T 1 P r = x

42 60000 x P r T 1 = ( Nm ) 2 x 3,14 x N x P r T = 2 ( Nm ) 2 x 3,14 x N 2 4. Bahan Poros. Sesuai dengan standart ASME, batas kelelahan puntir adalah: 18% dari kekuatan tarik, faktor keamanan diambil= 5,6 untuk bahan Sf dan 6 untuk bahan Sc dengan pengaruh massa dan baja paduan, faktor ini dinyatakan Sf untuk memasukkan pengaruh kekerasan permukaan, 1 faktor keamanan dinyatakan dengan Sf 2 dengan harga sebesar: 1,3 sampai 3,0 42 ( Ref: Sularso, halaman: 7 ).

43 Tabel 3.3. Batang Baja Karbon Difinis Dingin. Sumber dan macam Lambang Perlakuan Panas Baja karbon - konstruksi mesin ( JIS G 450 ) Batang baja yang difinis dingin S30C S35C S40C S45C S50C S55C S35C-D S45C-D S55C-D Kekuatan tarik Keterangan Ditarik dingin, digerinda,dibubut, atau gabungan, antara hal-hal tersebut. 5. Tegangan geser yang diizinkan, a ( N/mm 2 ) a a = ( N/mm2 ) sf 1 x sf 2 6. Diameter poros pulley penggerak ds 1 dan pulley yang digerakkan- ds 2 (mm ). 5,1 ds = 1 x K t x C b x T 1 ( mm ) a

44 5,1 ds 2 = x K t x C b x T 2 ( mm ) a 7. Tegangan geser yang diizinkan, a ( N/mm 2 ) a a = ( N/mm2 ) sf 1 x sf 2 8. Diameter poros pulley penggerak ds 1 dan pulley yang digerakkan ds 2 (mm ). 5,1 ds = 1 x K t x C b x T 1 ( mm ) a 5,1 ds 2 = x K t x C b x T 2 ( mm ) a Besar nilai faktor koreksi, K t = 1,5 3, untuk bahan kejut atau tumbukkan besar atau untuk nilai beban lentur bahan poros = C b = 1,2

45 2,3 dengan pemakaian dikenakan beban lentur 42 ( Ref: Sularso, halaman: 8 ) Tabel 3.4. Diameter Minimum Pulley yang diizinkan dan dianjurkan ( mm ) Penampang A B C D E Diameter min yang diizinkan Diameter min yang dianjurkan Pemilihan penampang sabuk V Hubungan dengan besar diameter lingkaran: jarak bagi pada pulley penggerak ( dp ), sebagai acuan untuk memilih penampang sabuk yang akan digunakan. 10. Kecepatan linier sabuk- V = v ( m/s ) x dp x N 1 Sabuk-V = ( m/s ) 60 x 1000 x C/2 x N 1 Sabuk-V = ( m/s ) 60 x 1000

46 Dengan: C = Jarak sumbu poros ( asumsi ) 21 cm = 210 mm. 11. Kapasitas daya transmisi dari Sabuk-V, Po ( kw ) Putaran pulley kecil Diameter lingkaran jarak bagi pulley kecil = 1420 rpm = 22 mm Perbandingan putaran pulley motor dan reducer = Sabuk V tipe standart berpenampang A Diagram 3.1. Pemilihan Sabuk-V

47 12. Panjang penampang keliling sabuk-v = L ( mm ) 1 2 L = 2 C x ( dp1 + Dp 2 ) + ( Dp 2 dp 1 ) ( mm ) 2 4 C 13. Jarak sumbu poros = C ( mm ) b + b 2-8 ( Dp 2 dp 1 ) 2 C = 8 42 ( Ref: Sularso, halaman: 170 ) Dengan: b = 2 L ( Dp + dp ) 42 ( Ref: Sularso,halaman: 170 ) 14. Sudut kontak 0, dan faktor koreksi K

48 Tabel 3.5. Faktor Koreksi K Dp dp C 0,0 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 Sudut kontak pulley kecil ( o ) Faktor Koreksi ( K ) 1,00 0,99 0,97 0,96 0,94 0,93 0,91 0,89 0,87 0,85 0,82 0,80 0,77 0,73 0,70 0,65 III Cara Perhitungan Pasak Pengontrol Data - data yang digunakan untuk perhitungan pasak ini adalah sebagai berikut: Tekanan permukaan yang diizinkan : P a = 8 kg/mm 2 Bahan pasak S 30 C : B = 48 kg/mm 2 Bahan poros naf S 35 C : B = 52 kg/mm 2 Faktor koreksi : F c = 1,5 Beban lentur : C b = 2

49 Faktor koreksi puntiran : K t = 1,5 Faktor keamanan : Sf 1 = 6 Sf 2 = 2 Sfk 1 = 6 Sfk 2 = 2 Daya tekan mesin : P = ¼ pk ( dengan asumsi 1 kg m/s = 9,9426 W ) Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Daya yang ditransmisikan, P d ( kw ) P d = F c x P ( kw ) 2. Momen Puntir rencana T ( Nm ) 9,74 x 10 5 x P d T = N 1 Sesuai dengan standart ASME, faktor koreksi yang dinyatakan dengan K untuk beban lentur C b yang dikenakan beban lentur diambil adalah = 1,2 2,3 42 ( Ref: Sularso,halaman: 329 )

50 ds 2 2 Tabel 3.6. Sifat-sifat Mekanis Standart 3. Gaya tangensial, F ( N ) T 2 F 2 = ( N )

51 ds 3 2 T 3 F 3 = ( N ) 42 ( Ref: Sularso,halaman:25 ) 4. Tegangan geser yang diizinkan ka ( kg/mm 2 ) B ka = ( kg/mm 2 ) = N/mm 2 Sfk 1 x Sfk 2 Dengan: B = Kekuatan tarik bahan naf ( N/mm 2 ) 42 ( Ref: Sularso,hal:25 ) 5. Dimensi Pasak.

52 Tabel 3.7. Tabel Ukuran-ukuran Utama

53 6. Diameter poros, ds ( mm ) ds =. 5,1 x K t x C b x T ka 7. Perlu diketahui, bahwa lebar pasak sebaiknya antara (%) dari diameter poros ( ds ). Maka b = ( 30/100 ) x ds =......mm 8. Harga b ds b ds =... =... 0,25 < ( b ds ) < 0,35 Baik Nilai 0,30 terletak antara nilai 0,25 dan 0,35 hal ini berarti lebar pasak mempunyai nilai yang baik. 9. Demikian juga, panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros ( ds ), antara 0,75 sampai 1,5 ds ). Maka: L k = 1,3 x ds = mm.

54 10. Harga L k ds ( mm ) L k ds =... =...mm 0,75 < ( L k ds ) < 1,5 Baik Nilai 1,46 masih terletak diantara nilai 0,75 dan 1,5 maka panjang pasak ini masih cukup baik. 11. Penampang pasak ( mm ) Ukuran nominal pasak ( lebar, b x tinggi, h ) diambil sebesar.. x.., kedalam alur pasak bagian naf =.. mm, panjang pasak L k =.. mm. Jadi untuk pasak pengontrol yang digunakan pada mesin rancangan ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Panjang pasak Lebar Tinggi =... mm =... mm =... mm Bahan pasak S 30 C dengan perlakuan normal Bahan poros naf S 35 C dengan perlakuan normal

55 III Cara Perhitungan Bantalan Gelinding 1. Daya yang ditransmisikan, P d (kw) P d = f c x P ( kw ) 2. Momen puntir rencana T ( Nm ) T = x P r 2 x x N Nm 3. Nomor nominal bantalan yang dipilih sementara. Tabel 3.8. Nominal Bantalan

56 4. Menentukan faktor beban Faktor beban ( f w ) yang digunakan pada rancangan ini adalah untuk putaran halus tanpa beban tumbukan pada motor listrik, dengan nilai f w = 1 1,1 ( Ref, Sularso,hal: 137 ) 5. Beban radial ekivalen P r ( kg )= ( N ) P r = X x V x F r + Y x F a 42 ( Ref, Sularso,hal: 135 ) Nilai V ditentukan oleh keadaan cincin yang berputar, nilai V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar. Tabel 3.9. Beban Radial Co / Fa Fa/VFr X 1 Y 0 X 0,56 Fa/VFr > Y 1,26 1,49 1,64 1,76 1,85 0,35 0,29 0,27 0,25 0,24 42( Ref, Sularso,hal: 135 )

57 6. Nomor nominal bantalan yang dipilih sementara Jenis bantalan yang digunakan pada rancangan ini adalah jenis bantalan gelinding dengan jenis 6200 ZZ yang mempunyai kapasitas nominal dinamis spesifik C = 400 kg dan kapasitas nominal statis spesifik C 0 = 236 kg 7. Menentukan V, didapat dari Tabel F a C o = 59/236 = 0,19. Dengan melihat ke tabel 3.10 Tabel 3.10 Maka didapat V=1

58 8. Menentukan faktor-faktor : e, X, Y F a.. = V x F r.x F a = V x F r...> e ( 0,35 ), maka didapat nilai X dan Y Dari tabel 3.10, maka didapat: X =... Y = Beban radial eqivalen P r ( kg ) P r = X x V x F r + Y x F a Untuk tiap putaran P r-1 = P r x ( N 4 N 4 ) =... kg =...N Dimana N 4 = Putaran yang dipercepat atau diperlambat.

59 10. Putaran rata-rata, N m ( rpm ) N m = ( N 4 x q ) 11. Beban rata-rata putaran tetap, P m ( kg ) p P q x N 4 x P r,1 P m = N m Dimana p = 3 untuk bantalan, Harga p = 3 diatas diperoleh dari percobaan. Bila putaran tetap : P P m = q x N 4 x P r,1 p P m =... ( kg ) = (... N ) 12. Faktor kecepatan bola pada bantalan bola, f n L h = 500 f h 3.

60 Dimana : untuk bantalan bola : Faktor umur : f h = f n x C/P r Faktor kecepatan : f n = 33,3 N 4 42 ( Ref, Sularso,halaman: 136 ) 13. Umur nominal bantalan bola, L h L h = 500 f h 3. ( h ) III Cara Perhitungan Pulley Rantai Rol Gambar 3. 42: ##

61 Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan diameter lingkaran jarak bagi ( dp ) dan diameter luar ( dk ), serta rasio kecepatan pulley yang berdasarkan pada type Rantai Rol yang digunakan: 1. Menentukan diameter jarak bagi untuk pulley penggerak ( dp ) dan pulley yang digerakkan ( Dp ) ( mm ) Pulley 3 ( dp 3 ) = p / sin ( 180 o / z 3 ) Pulley 4 ( Dp 4 ) = p / sin ( 180 o / z 4 ) Dengan: i = Perbandingan reduksi untuk kecepatan masing-masing pulley 2. Menentukan diameter luar pulley penggerak ( dk ) dan diameter pulley yang digerakkan ( Dk ) ( mm ). Pulley 3 ( dk 3 ) = { 0,6 + cot ( 180 o / z 3 ) } p Pulley 4 ( Dk 4 ) = { 0,6 + cot ( 180 o / z 4 ) } p 3. Kecepatan pulley, N ( rpm ) Kecepatan pulley 3 di Reducer, N 3 = 50 rpm

62 Kecepatan pulley 4 di Pinion, N 4 = N 3 x dp 3 Dp 4 42 ( Ref: Sularso, halaman: 166 ) III Cara Perhitungan Rantai Rol Dalam langkah kerja untuk menggerakkan turun naik kloset getar BALITA tanpa terjadi proses reduksi, maka perhitungan dilakukan untuk menetukan tipe serta panjang sabuk yang digunakan pada masing-masing proses reduksi. 1. Daya yang ditransmisikan, P d ( kw ) P d = f c x P 42 ( Ref: Sularso, halaman: 7 ) Dengan: P = Daya ( kw ) Catatan: Daya kuda ( PS ) x 0,7457 untuk mendapakan ( kw ) = 550 lb.ft/s. 1 N = 1,0197 x 10-1 kg.

63 2. Perbandingan reduksi antar pulley, ( rpm ) i = N 3 N 4 42 ( Ref: Sularso, halaman: 166 ) Dengan : N 3 = Putaran pada Reducer N 4 = Putaran yang digerakkan 3. Momen puntir rencana, T ( Nm ) P r = x 1 2 x 3,14 x N 3 x T x P r T = 3 ( Nm ) 2 x 3,14 x N x P r T = 4 ( Nm ) 2 x 3,14 x N 4

64 4. Bahan Poros. Sesuai dengan standart ASME, batas kelelahan puntir adalah : 18% dari kekuatan tarik, faktor keamanan diambi l 5,6 untuk bahan Sf dan 6 untuk bahan Sc dengan pengaruh massa dan baja paduan, faktor ini dinyatakan Sf untuk memasukkan pengaruh kekerasan 1 permukaan, faktor keamanan dinyatakan dengan Sf 2 dengan harga sebesar: 1,3 sampai 3,0 42 ( Ref: Sularso, halaman: 7 ). Tabel Batang Baja Karbon Difinis Dingin. Sumber dan macam Lambang Perlakuan Panas Baja karbon - konstruksi mesin ( JIS G 450 ) Batang baja yang difinis dingin S30C S35C S40C S45C S50C S55C S35C-D S45C-D S55C-D Kekuatan tarik Keterangan Ditarik dingin, Digerinda,di- Bubut, atau ga- Bungan, antara hal-hal tersebut.

65 5. Tegangan geser yang diizinkan, a ( N/m ) a a = ( N/mm 2 ) sf 1 x sf 2 6. Diameter poros pulley penggerak ds 3 dan pulley yang digerakkan- ds 4 (mm ). 5,1 ds = 1 x K t x C b x T 1 ( mm ) a 5,1 ds 2 = x K t x C b x T 2 ( mm ) a

66 Besar nilai faktor koreksi, K t = 1,5 3, untuk bahan kejut atau tumbukkan besar atau untuk nilai beban lentur bahan poros = C b = 1,2 2,3 dengan pemakaian dikenakan beban lentur. 42 ( Ref: Sularso, halaman: 8 ) Tabel Diameter Minimum Pulley yang diizinkan dan dianjurkan ( mm ) Penampang A B C D E Diameter min yang diizinkan Diameter min yang dianjurkan Pemilihan penampang Rantai Rol Hubungan dengan besar diameter lingkaran: jarak bagi pada pulley penggerak ( dp ), sebagai acuan untuk memilih penampang sabuk yang akan digunakan.

67 Diagram 3.2 Pemilihan Rantai Rol 8. Kapasitas daya transmisi dari Rantai Rol, Po ( kw ) Putaran pulley kecil Diameter lingkaran jarak bagi pulley kecil = 50 rpm = 22 mm Perbandingan putaran pulley motor dan reducer = Rantai Rol tipe standart berpenampang A.

68 9. Panjang Rantai dinyatakan dalam jumlah mata Rantai Rol = L p z 3 + z 4 [ ( z 4 z 3 ) 6,28 ] 2 L p = + 2C p + 2 C p Dimana : L p = Panjang rantai, dinyatakan dalam jumlah mata rantai. z 3 = Jumlah gigi sproket kecil. z 4 = Jumlah gigi sproket besar. C p = Jarak sumbu poros, dinyatakan dalam jumlah mata rantai ( dapat burupa bilangan pecahan ) 10. Jarak sumbu poros Rantai Rol, C p z 3 + z 4 z 3 + z 4 C p = ¼{(L - ) + ( L - ) 2 - (z 4 -z 3 ) 2 } ,86 C = C p. p 42 ( Ref: Sularso, halaman: 198 )

69 11. Kecepatan Rantai Rol = ( m/s ) p x z 3 x N 3 Rantai rol = ( m/s ) Dimana: 1000 x 60 p = Jarak bagi rantai ( mm ). z 3 = Jumlah gigi sproket kecil, dalam hal reduksi putaran. N 3 = Putaran sproket kecil, dalam hal reduksi putaran. 12. Beban yang bekerja pada satu rantai F ( kg ), 102 P d F = ( kg ) Rantai Rol 42 ( Ref: Sularso,halaman: 170 )

70 Tabel Faktor Koreksi K Dp dp C 0,0 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 Sudut kontak pulley kecil Faktor Koreksi 0 ) ( ( K ) 1,00 0,99 0,97 0,96 0,94 0,93 0,91 0,89 0,87 0,85 0,82 0,80 0,77 0,73 0,70 0,65 III Cara Perhitungan Pegas. Dalam langkah kerja untuk menggerakkan turun naik kloset getar BALITA tanpa terjadi proses reduksi perlu adanya pegas tekan agar getaran lebih flexsibel, maka perhitungan dilakukan untuk menetukan tipe serta panjang pegas yang digunakan pada masing-masing proses reduksi yang dapat menerima beban maksimum: W = Massa kuda-kudaan + Cashing fiber +Berat badan BALITA = ± 80 kg f Lendutan Panjang bebas =... mm =... mm Panjang pada awal terpasang =... mm

71 Diameter lilitan rata-rata ( D ) =...mm SUP4, Tegangan geser, a =...kg/mm 2 Bahan baja pegas dengan modulus geser =...kg/mm 2 1. Sementara kita pilih gaya prategang rata-rata kurang lebih 10% lebih besar dari pada gaya pegas yang disyaratkan dan pendesakan turutan sebesar 1mm, berarti: F v =... kg f =... N dan f v = 1 mm. 39 ( Stolk, halaman: 158 ) 2. Karena pegas dipasang dalam sebuah Kloset Getar BALITA, sebagai bahan pegas dapat dipakai baja pegas dengan tegangan yang direncanakan, bersama-sama dengan tegangan maksimal pegas dalam keadaan diblok, maks = N/mm 2. Sementara kita pertahankan maks = 11,5 N/mm 2. Agar dapat memulai kalkulasi, sebelumnya kita masih harus memperkirakan perbandingan lilitan D/d, misalnya D/d = 3, maka menurut tabel 3.14, = 1,55.

72 Tabel 3.14 D/d D/d D/d D/d D/d 3 1,55 5,5 1,26 8 1, , ,08 3,5 1,45 6 1,24 8,5 1, , ,07 4 1,38 6,5 1,22 9 1, , ,06 4,5 1,33 7 1,20 9,5 1, , ,05 5 1,29 7,5 1, , , ,04 Dari rumus tegangan puntir: 16 r = x x F x d 3 Sehingga setelah di substitusi r = D/2 dan F = F k = 2 F v = 176 N, bahwa tebal baja pegas diduga. 8 Fk. D/d. d ( mm ). maks

73 3. Faktor tegangan dari Wahl (K) 4c 1 0,615 K = + = 4c 4 c Dimana : c = D/d 4. Nilai Tegangan geser, ( kg/mm 2 ). 8 DW = kg/mm 2 =.N/mm 2 d 3 5. Tegangan maksimum yang terjadi dipermukaan dalam lilitan pegas adalah: 8 DW = K kg/mm 2 = N/mm 2 d 3

74 6. Tegangan rencana, d kg/mm 2 =..N/mm 2 Atas dasar hal - hal diatas, sebagai tegangan rencana diambil tegangan mulur geser dibagi dengan 1,5 untuk kerja ringan, dibagi dengan 1,9 (= 1,5 / 0,8 ) untuk kerja rata-rata, dan dengan 2,3 ( 1,5 / 0,65 ) untuk kerja berat. a d = kg/mm 2 =..N/mm 2 1,5 7. =. N/mm 2 < d =... N/mm 2, Baik.

75 III Cara Perhitungan Casing fiberglass. P BALITA = (2 n + 8)kg, n=umur =18 kg= 178,21N 3,5mm A y x = 10cm m n c =41,35cm B 47cm x L=82,7 cm R A = P/2 = 9 kg Gambar 3.43:!-! Sebuah fiberglass AB dengan panjang L = 82,7 cm, memikul BALITA = P BALITA = 18 kg, yang bekerja pada jarak c = 41,35 cm dari tumpuan kanan ( Gambar III ), Fiberglass ini mempunyai penampang persegi panjang yang lebarnya b = 47 cm, dan tingginya ( tebalnya ) = h = 3,5 mm. Tegangan utama dan tegangan geser maksimum di potongan melintang mm, yang terletak pada jarak x = 10 cm dari ujung A dapat dihitung : Yaitu: Panjang, L = 82,7 cm = 827 mm.

76 Lebar, b = 47 cm = 470 mm Tebal, h = 3,5 mm P BALITA bekerja pada, c = 413,5 mm M. y 12 M y x = = I b. h 3 P BALITA 18 R A = = = 9 kg 2 2 x =... cm =...mm M = R A. x =... kg.mm =..Nmm V = R A =... kg =.N M. y 12 M y x = = I b. h 3 6 V h 2 xy = ( - y 2 ) b h 3 4

77 Agar dapat dihitung maka harga y dimisalkan, sehingga xy = 0 Misal y = 1,749 xy = 0 x 2 max = ( ) + xy 2 2 Panel fiber dapat tahan api dan air serta lebih kuat dibanding papan panel MDF (medium density fiberboard) yang selama ini dikenal sebagai papan panel bahan lemari knock down. "Dari hasil uji coba, dia lebih ringan dari MDF, namun lebih kuat. Panel fiber mempunyai kekuatan 127 kilogram per meter persegi, sedangkan MDF hanya 116 kg/m2, dan tahan panas hingga 70 derajat Celsius. Kalau MDF, hanya sekitar derajat Celsius. Ia akan jauh lebih tahan panas jika dikolaborasi dengan geopolimer," Kekuatan tarik / tekan fiberglass = 6,5 8,4 kg/mm 2 = 64,35 83,16 N/mm 2 max =. kg/mm 2 =..N/mm 2 max =..N/mm 2 < d = 64,35 83,16 N/mm 2, Baik.

78

79 150 III Cara Perhitungan Balok Gelondongan. Tempat dudukkan Kloset Getar BALITA yang berbentuk kudakudaan terbentuk dari beberapa balok gelondongan yang dipahat sesuai bagian anatomis tubuh kuda. Setelah bagian kepala kuda dan badan kuda yang berbentuk kloset terbentuk, lalu disatukan dengan baut atau paku. Demikian juga antara badan kuda dengan keempat kaki, pegangan tangan BALITA di kepala kuda, sandaran punggung BALITA, ekor kuda, serta alas kaki kuda-kudaan disatukan dengan badan kuda. Untuk semua itu perlu sambungan. Secara umum, sambungan merupakan bagian terlemah dari konstruksi kayu. Kegagalan konstruksi kayu sering diakibatkan oleh gagalnya sambungan dari pada kegagalan material kayu itu sendiri. Kegagalan pada sambungan dapat berupa: pecahnya kayu diantara dua alat sambung, bengkoknya alat sambung itu sendiri, atau lendutannya ( efek kumulatif dari sesaran alat sambung ) sudah melampaui nilai toleransi. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambung pada konstruksi kayu menurut Awaludin ( 2002 ) adalah sebagai berikut: 1. Terjadinya pengurangan luas tampang. Pemasangan alat sambung seperti baut, pasak, dan gigi, menyebabkan berkurangnya luas efektif penampang kayu yang disambung sehingga

80 150 kuat dukung batangnya menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan batang yang berpenampang utuh. 2. Terjadinya penyimpangan alat serat. Pada buhul sering kali terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang, tetapi tidak sejajar serat dengan batang yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat, maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang tidak sejajar serat ( kekuatan yang terkecil ). 3. Terbatasnya luas sambungan. Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil sehingga mudah pecah apabila beberapa alat sambung dipasang berdekatan. Oleh karena itu, dalam penempatan alat sambung disyaratkan jarak minimal antar alat sambung agar kayu terhidar dari kemungkinan pecah. Dengan adanya ketentuan jarak tersebut, maka luas efektif sambungan ( luas yang dapat digunakan untuk penempatan alat sambung ) menjadi berkurang dengan sendirinya. Efektifitas suatu alat sambung dapat diukur berdasarkan kuat dukung yang disumbangkan oleh sambungan dibandingkan dengan kuat ultimit kayu yang disambungnya. Sebagai contoh, sebuah batang kayu dengan ukuran b/h memiliki kuat tarik ultimit 10 ton, pada bagian sambungan digunakan alat

81 150 sambung A dan kekuatan tarik sambungan adalah 2,5 ton, maka efektifitas alat sambung A adalah 25% ( 2,5 ton / 10 ton ). I. Ciri-ciri sambungan yang baik; Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk menempatkan alat sambung relatif kecil bahkan nol. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit batang yang disambung yang tinggi. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan ( dektail ). Memiliki angka penyebaran panas ( thermal conductivity ) yang rendah. Murah dan mudah dalam pemasangannya. II. Jenis-jenis sambungan. Sambungan dapat dibedakan menjadi sambungan satu irisan ( menyambungkan dua batang kayu ), dua irisan ( menyambungkan tiga batang kayu ), dan seterusnya seperti pada gambar : Menurut sifat gaya yang bekerja pada sambungan, sambungan juga dapat dibedakan menjadi sambungan desak, sambungan tarik, dan sambung-

82 150 an momen. Pada sambungan desak atau tarik, apabila pusat kelompok alat sambung tidak terletak pada garis kerja gaya, maka akan ter- bentuk gaya momen selain gaya aksial. Gambar 3.44: III. Jenis-jenis alat sambung. Dari berbagai macam alat sambung kayu yang pernah dipergunakan, salah satu sifat atau karakteristik yang dapat dibandingkan adalah kurva beban vs sesaran / slip. Kurva ini menunjukkan besarnya dukunganh sambungan dan sesaran yang terjadi antara alat sambung dengan kayu yang disambungnya. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Racher ( 1995 ) untuk beberapa macam alat sambung dapat dilihat pada gambar: 3.45.

83 150 Gambar 3.45: Secara umum, sifat atau karakteristik masing-masing alat sambung akan diuraikan pada bahasan berikut ini. a. Lem Bila dibandingkan dengan alat sambung yang lain, lem termasuk alat sambung yang bersifat getas sperti dapat dilihat pada gambar: 3.45 ( kurva: a ). Keruntuhan sambunga dengan alat sambung lem terjadi tanpa adanya peristiwa pelelehan. Alat sambung lem umumnya digunakan pada struktur balok susun, atau produk kayu laminasi ( glue-laminated timber ).

84 150 b. Alat sambung mekanik Berdasarkan interaksi gaya-gaya yang terjadi pada sambungan, alat sambung mekanik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok alat sambung yang kekuatan sambungannya berasal dari interaksi antara kuat lentur alat sambung dengan kuat desak atau kuat geser kayu. Kelompok yang kedua adalah kelompok alat sambung yang kekuatan sambungnya ditentukan oleh luas bidang dukung kayu yang disambungnya. Alat sambung paku dan baut termasuk pada kelompok alat sambung jenis pertama, sedangkan pasak kayu Koubler, cincin belah ( split ring ), pelat geser, spikes grid, single atau double side toothed plate, dantoothed ring termasuk pada kelompok alat sambung jenis kedua. Pada kelompok alat sambung jenis kedua, umumnya baut masih tetap dipergunakan dengan maksud agar sambungan dapat rapat sehingga alat sambung seperti cincin belah, pasak kayu Koubler dan lain-lain dapat berfungsi dengan baik.. Paku Alat sambung paku sering dijumpai pada struktur dinding, lantai dan rangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang bermacam macam seperti pada gambar: 3.46.(a).

85 150 Gambar 3.46:!"#$% Paku bulat merupakan jenis paku yang mudah diperoleh meskipun kuat dukungnya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan paku ulir ( deform nail ). Umumnya diameter paku berkisar antara 2,75 mm sampai 8 mm dan panjangnya antara 40 mm sampai dengan 200 mm. Angka kelangsingan paku ( nilai banding antara panjang terhadap diameter ) sangat tinggi menyebabkan mudahnya paku untuk membengkok saat dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan kayu dapat didahului oleh lubang penuntun yang berdiameter 0,9D untuk kayu dengan berat jenis diatas 0,6 dan yang berdiameter 0,75D untuk kayu dengan berat jenis dibawah atau sama dengan 0,6 ( D adalah diameter paku ). Pemasangan paku

86 150 dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan mesin penekan ( nail fastening equipment ) seperti pada gambar: 3.46.(b).. Baut. Alat sambung baut umumnya terbuat dari baja lunak ( mild steel ) dengan kepala berbentuk hexagonal, square, dome, atau flat seperti pada gambar: Gambar 3.47:& '()# $ Diameter baut berkisar antara ¼ sampai dengan 1,25. Untuk kemudahan pemasangan, lubang baut diberi kelonggaran 1 mm. Alat sambung baut biasanya digunakan pada sambungan dua irisan dengan tebal minimum kayu samping adalah 30 mm

87 150 dan kayu tengah adalah 40 mm dan dilengkapi cincin penutup. c. Timber connectors. Walaupun nama alat sambung ini adalah timber connectors, hampir semua alat sambung terbuat dari besi ( metal ). Jenis alat sambung timber connectors yang terbuat dari kayu Koubler. Alat sambung timber connectors berkembang di Eropa pada tahun 1916 sampai Beberapa jenis alat sambung yang tergolong Timber connectors adalah: 1. Pasak kayu Koubler. Pasak kayu Koubler berasal dari Jerman. Pasak Koubler merupakan pasak yang terbuat dari kayu yang sangat keras, berbentuk silinder dengan diameter bagian tengah lebih besar ( lihat gambar: 3.48 ). Gambar 3.48:' "!!"$%

88 Pelat geser ( Shear plate ) Pelat geser terbuat dari presset steel dengan bentuk lingkaran. Tidak seperti cincin belah, pelat geser ditempatkan pada masing-masing kayu yang disambung sehingga pemindahan gaya dilakukan sepenuhnya oleh baut pengaku. Pada gambar: Pelat geser ( Shear plate ) Pelat geser terbuat dari presset steel dengan bentuk lingkaran. Tidak seperti cincin belah, pelat geser ditempatkan pada masing-masing kayu yang disambung sehingga pemindahan gaya dilakukan sepenuhnya oleh baut pengaku. Pada gambar: Gambar 3.49:' * +!!,--.

89 Spike grids. Alat sambung ini sudah tidak diproduksi lagi pada saat ini. Spike grids terdiri dari tiga bentuk yaitu: flat, single curve, dan circular. Contoh terlihat pada gambar: Gambar 3.50:'!"#$% 5. Toothed ring. Alat sambung ini terbuat dari lembaran besi yang dibentuk melingkar seperti cincin dengan permukaan di kedua sisinya tajam dan runcing. Contoh terlihat pada gambar: 3.51.

90 150 Gambar 3.51:'!"#$% 6. Single atau double sided toothed plate. Alat sambung ini umumnya berbentuk lingkaran dan segi empat dengan lubang ditengah ( berguna untuk penempatan baut pengaku ). Pada kelilingnya terdapat gigi berbentuk segi tiga. Diameter alat sambung ini sekitar 38 mm sampai dengan 165 mm. Alat sambung ini sangat mudah digunakan untuk kayu lunak, sedangkan untuk kayu keras harus dibantu dengan palu / hammer. Contoh dari alat sambung ini adalah kokot building, dan Geka. Contoh terlihat pada gambar: 3.52.

91 150 Gambar 3.52:'!"#$% 7. Metal plate connectors. Alat sambung ini berkembang pada tahun 1960an sampai saat ini. Secara umum Metal plate connectors terbuat dari pelat galvanise dengan ketebalan antara 0,9 mm sampai 2,5 mm. Beberapa alat sambung yang termasuk Metal plate connectors adalah punched plate, nail plae, dan joist hanger seperti pada gambar: dan Gambar 3.53:' +!! * #,--.

92 150 Gambar 3.54:'!#$% IV. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sambungan. a. Eksentrisitas. Pada sabungan dengan beberapa alat sambung, maka titik berat kelompok alat sambung harus terletak pada garis kerja gaya, apabila tidak maka akan timbul gaya momen ( secondary moment ) yang dapat menurunkan kekuatan sambungan. b. Sesaran / slip. Sesaran yang terjadi pada sambungan kayu Sesaran yang terjadi pada sambungan kayu terbagi menjadi dua. Sesaran

93 150 yang pertama adalah sesaran awal yang terjadi akibat ada- nya lubang kelonggoran yang dipergunakan untuk mem- permudah penempatan alat sambung. Selama sesaran awal, alat sambung belum memberikan perlawanan ter- hadap gaya sambungan yang bekerja. Pada sambungan dengan beberapa alat sambung, kehadiran sesaran awal yang tidak sama diantara alat sambung dapat menurunkan kekuatan sambungan secara keseluruhan. Setelah sesaran awal terlampaui, maka sesaran berikutnya akan disertai oleh gaya perlawanan ( tahanan lateral ) dari alat sambung. Kurva tahanan lateral versus sesaran ini, sering di- idealisasikan dengan bentuk elastik - plastik ( elasto- plastic ). Pada umumnya, perilaku sesaran elasto - plastic sesungguhnya akan sangat dipengaruhi oleh perilaku rangkak / creep material kayu. Pengaruh creep dapat di- contohkan dengan terjadinya recovery ( pengembalian pada kondisi awal ) yang tidak seketika manakala proses pembebanan dihilangkan pada fase elastik. c. Mata kayu. Keberadaan mata kayu menurunkan kuat tarik dan kuat tekan sejajar serat. Adanya mata kayu dapat dianggap sebagai pengurangan luas tampang batang kayu, pada

94 150 gambar: 3.55.(a), penurunan kakuatan tarik kayu disebabkan oleh perlemahan mata kayu dan pengurangan luas kayu akibat dua alat sambung. Sedangkan pada gambar: 3.55.(b), salah satu alat sambung diletakkan segaris dengan mata kayu sehingga penurunan kekuatan disebabkan oleh perlemahan mata kayu dan pengurangan luas kayu oleh satu alat sambung. Dengan demikian, penempatan alat sambung seperti gambar: 3.55.(b), menyebabkan pengurangan luas tampang kayu yang lebih sedikit dari pada gambar: 3.55.(a). Gambar 3.55:/ "!#$%

95 150 Adanya balok gelondongan yang mewakili pembuatan dudukkan Kloset Getar BALITA sekaligus sebagai bahan cetak bila saja yang diinginkan terbuat dari bahan Fiberglass. Dari hasil pemeriksaan fisik ( Phisical Examination ) di Klinik pada anak BALITA didapatkan lebar rata-rata antara tulang ischiadika kanan dan kiri adalah 19,5 cm dan oleh perancang dibulatkan menjadi 20 cm yang akan menjadi tolak ukur penentuan diameter balok gelondongan dengan pertengahannya sebagai dataran atas dari potongan atau irisan jari jari lingkaran balok gelondongan = 15 cm pada gambar: 3.56, yang kelak balok gelondongan ini dibagi menjadi bagian yaitu: kepala kuda-kudaan, badan, kaki, ekor, pegangan tangan BALITA, sandaran dudukkan BALITA serta alas kaki kuda - kudaan ( berdasarkan percobaan Dr Mochammad Purwoko ). Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu kuda-kudaan sering diperlukan sambungan yang berfungsi menyatukan bagian pahatan kepala kuda-kudaan dengan badan kuda-kudaan, demikian juga keempat kaki, ekor, pegangan untuk tangan BALITA, sandaran serta alas kaki kuda-kudaan pada satu buhul / joint. r Gambar 3.56:&!0!!#1

96 150 Alat sambung paku ulir digunakan pada dudukkan kaki kuda-kudaan dengan alas papan diatas Cashing Fiberglass. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20 mm sampai dengan 40 mm. Paku bulat merupakan jenis paku yang lebih mudah diperoleh dari pada paku ulir. Paku ulir ( deformed nail ) memiliki koefisien gesekan yang lebih besar dari pada paku bulat sehingga tahanan cabutnya lebih tinggi. Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung paku dihitung berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI-5 Tata cara perencanaan konstruksi kayu ( 2002 ). Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung baut atau paku ditentukan oleh beberapa faktor seperti kuat lentur alat sambung, kuat tumpu kayu, dan geometri sambungan yang meliputi: diameter baut atau paku, ketebalan kayu, serta sudut sambungan. Persamaan untuk menghitung tahanan lateral dapat diperoleh dengan teori Yield Model yang diusulkan oleh Johansen ( 1949 ). Saat ini, Yield Model lebih dikenal sebagai EYM ( European Yield Model ). Pada teori ini, tahanan lateral sambungan yang dapat dihitung hanyalah nilai ultimitnya saja. Sehingga kurva tahanan lateral versus sesaran tidak dapat diperoleh. Analisis tahanan lateral sambungan kayu dengan menggunakan teori balok pada dukungan elastic ( Beam on elastic foundation theory ) mulai dikembangkan pada tahun 70an. Pada analisis ini, alat sambung seperti baut diasumsikan sebagai balok ( beam ) dan dukungan kayu disekeliling alat sambung dimodelkan sebagai dukungan elastik ( elastic foundation ).

97 150 Kelebihan dari analisis menggunakan teori balok pada dukungan elastic dibandingkan dengan Yield Model adalah dapat diketahui nilai tahanan lateral sambungan untuk semua nilai sesaran sehingga kurva tahanan lateral versus sesaran sambungan dapat diperoleh. Dukungan elastik kayu dapat dikembangkan menjadi dukungan elastoplastic agar menyerupai perilaku kayu hingga ultimit ( Hirai, 1983 ) Dalam teori Yield Model, kayu dan alat sambung diasumsikan berperilaku elastoplastic. Tahanan lateral sambungan diperolehn apabila, kekuatan tumpu ultimit kayu dibawah alat sambung tercapai, atau terbentuknya satu atau beberapa sendi plastik ( plastic hinge ) pada alat sambung disertai tegangan plastis pada kayu. Berdasarkan kriteria tegangan ( moda kelelahan ) ini, maka tahanan lateral ultimit dapat diperoleh seperti pada uraian berikut ini III Sambungan antara kayu dengan kayu Pada kesempatan kali ini, sambungan satu irisan dengan alat sambung baut seperti pada gambar 3.57 dan gambar 3.58 akan digunakan sebagai contoh untuk memperoleh persamaan tahanan lateral ultimit; a. Moda kelelahan I s Z = F es t m

98 150 b. Moda kelelahan I m Z = F em t m D Gambar 3.57:2! ""3 #3 33 Gambar 3.58:2! ""333 #333 34

99 150 c. Moda kelelahan II Z = F es DB 1 =F em DB 2 =R e F es DB 2 b 1 = R e b 2 Momen pada bidang geser (b 1 ) 2 ( b 2 ) 2 M = F es D - a 1 2 = F em D ( a 2 ) (b 1 ) 2 ( b 2 ) 2 F es D - a 2 1 = R e F es D (a 2 ) (b 1 ) 2 (b 2 ) 2 - a 2 1 = R e a (b 1 ) 2 (b 1 ) 2 - a 1 2 = R e a b 2 1 R e + 1 = R e a a R e

100 150 t s - b 1 t m b 2 R e t m - b 1 a 1 = dan a 2 = = 2 2 2R e R e b b 1 (t s + t m ) (t s 2 + R e t m 2 ) = 0 R e t s t m 2 t m b 1 = R e + 2 R e 2 A + R e 3 - R e R e t s t s F es D t s t m 2 t m Z = R e + 2 R e 2 A + R e 3 - R e R e t s t s t m t m 2 A = t s t s

101 150 d. Moda kelelahan III s F es Db 1 = F em Db 2 = R e F es Db 2 b 1 = R e b 2 Moment plastis ( M y ) b 2 2 b 1 + a 1 M y = - F em D + F es D (b 1 + a 1 ) b a 1 F es D a 1 b 1 + b Karena: F em = R e F es, t s - b 1 b 1 a 1 =, dan b 2 = maka 2 R e 2 R e R e t s M y 4 R e b t s b = R e 2 + R e F es D 2 + R e

102 150 t s 4 R e (2 + R e ) M y b 1 = 2 R e (1 + R e ) + - R e 2 + R e F es D t 2 s F es Dt s 4 R e (2 + R e ) M y Z = 2 R e (1 + R e ) + - R e 2 + R e F es D t 2 s e. Moda kelelahan III m Momen plastis ( M y ) -b 2 1 b 2 M y = F es D + R e b 2 (b 1 + ) - R e a 2 (a 2 ) 2 2 t m - b 1 Substitusi b 1 = R e b 2, dan a 2 =, 2 maka 2 t m b 2 R e t 2 m M y 4 b = 0 2 R e F es D R e (2R e + 1)

103 150 - t m t 2 m t 2 m 4 M y b 2 = R e + 1 (2 R e + 1) 2 (2 R e + 1) F es DR e (2 R e + 1) Z = F em Db 2 = R e F es Db 2 F es Dt m 4 R e (2R e + 1 ) M y Z = 2 R e 2 (R e +1 ) + - R e (2R e + 1) F es Dt m 2 f. Moda kelelahan IV b 1 b 2 2 M y + M y = - F es Db 1 b R e F es D 2 2 b 1 Karena b 2 = R e 2 M y 2R e b 1 = F es D 1 + R e

104 150 2 R e Z = F es D b 1 = 2 M y F es D 1 + R e III Hubungan antara Yield Model dengan SNI-5 (2002 ) Persamaan analisis tahanan lateral sambungan kayu dengan kayu diperoleh berdasarkan bentuk-bentuk kelelahan selengkapnya disajikan pada tabel 3.15 dianggap sebagai tahanan lateral yang menentukan. Tabel Tahanan lateral sambungan baut satu irisan ( kayu dengan kayu)

105 150 Notasi : D : diameter baut mm F es, F em : kuat tumpu kayu N/mm 2 M y : moment plastis baut kgm, Nm R e : F em / F es N/mm 2 t s,t m : tebal kayu samping dan kayu utama cm,mm Apabila nilai-nilai dibawah ini disubstitusikan pada persamaan di tabel 3.15, maka persamaan pada tabel 3.15 diatas dapat ditulis kembali menjadi persamaan seperti pada tabel Persamaan pada tabel 3.16 identik konstruksi kayu 2002 yang belum diberi faktor keamanan. t m / t s = R t F yb D 3 M y = 6 F em = R e F es

106 150 Tabel Tahanan lateral sambungan baut satu irisan ( kayu dengan kayu) tanpa faktor aman. R e + 2R e 2 ( 1+R t + R t 2 ) + R t 2 R t 3 - R e ( 1+R t ) k 1 = ( 1+R e ) 2 F yb (1 + 2R e ) D 2 k 2 = ( - 1 ) + 2(1 + R e ) + 3F em t 2 m

107 150 2(1 + R e ) 2 F yb (2 + R e ) D 2 k 3 = ( - 1 ) + + R e 3F em t s 2 Umumnya faktor keamanan berbeda untuk sudut sejajar dan sudut tegak lurus serat. Faktor aman sudut tegak lurus ( = 90 o ) adalah 1,25 kali faktor aman sudut sejajar srat ( NDS untuk konstruksi kayu dari U.S, 1997). Perbedaan faktor keamanan ini diperhitungkan melalui nilai K seperti pada SNI-5 ( 2002 ). K = Sebagai contoh, apabila nilai = 0 ( sudut sejajar serat ), maka K = 1. Dan untuk nilai = 90 ( sudut tegak lurus serat ), K bernilai1,25.

108 150 III Cara perhitungan gaya yang membebani pada sambungan kepala kuda-kudaan dengan badan kuda - kudaan sebagai dudukkan kloset. Diasumsikan arah gaya = arah panah = Kepala kuda+berat BALITA ={ 10 + (2n+8) }kg {n=umur (0 sampai 5 tahun )} = 28 kg =276,23 N 276,23 N Satuan dalam mm 50/100 2x35/100 Gambar 3.59:5!

109 mm 35 mm 50 mm Gambar 3.60:5 /! "! 0&'635' Dasar analisa dan perancangan sambungan antara kepala kuda-kudaan dengan badan kuda-kudaan sebagai dudukkan kloset dengan beban gaya yang harus diperhitungkan yakni: gaya tekan dari berat kepala kuda-kudaan ditambah daya dorong BALITA disaat duduk berpegangan tangan di kepala kuda-kudaan. Diasumsikan berat kepala kuda-kudaan 10 kg dan berat BALITA dengan rumus: ( 2n + 8 ) kg }dimana n = Umur BALITA ( 0 tahun sampai 5 tahun ). Sehingga keseluruhannya adalah = { 10 kg + ( 2n + 8 ) kg }, dimana n = Umur BALITA ( 0 tahun sampai 5 tahun ) yaitu = 10 kg + {( 2 x 5 ) + 8 }kg = 10 kg + 18 kg = 28 kg =276,23 N ) dengan badan kuda- kudaan seperti pada gambar: 3.59, dan

110 150 posisi paku yang menancap pada gambar: 3.60 yaitu: menggunakan alat sambung paku diameter 3,4 mm dan panjang 76 mm. Kayu penyusun sambungan memiliki berat jenis 0,5. Asumsikan = 1,0, C eg = 1,0. C tn = 1,0.dan Faktor tahanan sambungan: = 0,65 III Cara perhitungan Posisi dan Lokasi paku pada sambungan kepala kuda-kudaan dengan badan kuda-kudaan sebagai duduk- kan kloset. Menghitung tahanan lateral acuan satu baut ( Z ) satu irisan Diameter paku = mm dan panjang paku =.. mm Kuat lentur paku ( F yb ) = N/mm 2 Kuat tumpu kayu untuk berat jenis 0,5: F es = F em =.. N/mm 2, R e = Tebal kayu samping ; t s =.. mm, dan Tebal kayu utama ; t m = mm Kedalaman peneterasi ( p n ) =.. mm.. mm =.. mm.

111 150 Kontrol overlaping ( v ): v = 2 x ( p n 0,5 t m ) = 2 x (..- 0,5 x. ) = 2 x (.... ) = 2 x = mm > 4D ( 4 x.. ) =.. mm K D =. ( diameter paku < mm ) Tabel Tahanan lateral sambungan Tahanan lateral acuan ( N ) Moda kelelahan 1305 III m 1266 III s 1008 IV Karena penempatan paku pada dua sisi, maka tahanan lateral acuan : Z = 2 x 1008 N = 2016 N. Menghitung nilai koreksi penetrasi ( C d ) P n = mm > 6D ( 6 x.. =.. mm ) > 12D ( 12 x.. =.. mm ) P n C d = = =. 12D....

112 150 Tahanan lateral terkoreksi ( Z ) Z = C d Z =... x... N =... N Menghitung jumlah paku ( n f ) P Berat Kepala Kuda-kudaan + Berat Badan BALITA n f =. n f =... x... x... z Z... n f =... n f =...paku... paku Dalam perhitungan posisi dan lokasi pada sambungan antara kepala kuda-kudaan dengan badan kuda-kudaan sebagai dudukkan Kloset Getar BALITA memerlukan hanya...paku, sedangkan oleh perancang ditambah... paku untuk lebih aman dan kuat. Jadi keseluruhan menjadi...paku. Terlihat pada gambar: 3.61.

113 = (100/cos45 o )/3 50/100 Paku nomor : 3 3 Paku nomor : 4 2x35 2x35/100 Paku nomor: 1. Paku nomor: 2 Gambar 3.61:5 /!!! 0&'635'

114 150 III Cara Perhitungan Getaran Kloset BALITA V 0 V A X Sketsa 3.1:5 X = A Cos = A Cos ( t + ), Dimana = ( Giancoli Dauglas C, Halaman: 372 ) S = V 0 t X = S = V 0 t = t = T

115 150 = 2 = T 2 T = 1 f = T f = 2 c / s cm per second Hz 1 Hz = 1 siklus per detik III Pengertian / Arti Definisi Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. III Pengertian / Arti Definisi Frekuensi Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Rumus frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah detik waktu. Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz.

116 150 Data - data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Kecepatan pulley 3 di Reducer N 3 = 50 rpm Diameter lingkaran jarak pulley 3 dp 3 = 36 mm Diameter lingkaran jarak pulley 4 Dp 4 = 57,5 mm Jumlah gigi sproket 3 di Reducer z 3 = 12 gigi Jumlah gigi sproket 4 di Poros Pinion z 4 = 18 gigi Jarak bagi rantai p = 9 mm Jarak poros shaft yang berputar sebagai Jari-jari menaik-turun Kloset r Shaft = 25 mm Bahan pulley Fe 360 B = 60 N/mm 2. Dari data-data diatas, dapat dilakukan perhitungan untuk mencari dimensi ukuran pulley. 1. Diameter luar pulley Rantai Rol ( mm ) dk 3 =... mm + mm dk 3 =.. mm dk 4 =.. mm +.. mm dk =.. mm. 4

117 Kecepatan pulley Rantai Rol : Kecepatan pulley 3 di Reducer, N 3 = 50 rpm Kecepatan pulley 4, N 3 x dp 3 N 4 = dp 4 x. N 4 =. N 4 = rpm 3. Kecepatan linier rantai : Rantai ( m/s ). 42 ( Ref : Sularso, hal:198 ) p Rantai.Z 3.N 3 Rantai = 60 x x... x. Rantai = 60 x Rantai = =... m/s. Rantai

118 Kecepatan angular di pulley 4, 4 ( mm/s ) Rantai = r ( Ref: Gieck K, halaman:143 ) Rantai 4 = r 4 Rantai mm/s = = 4 r 4 ( Dp 4 / 2 ) mm/s.. mm/s = = 4.. mm / 2...mm =. /s 4 5. Kecepatan angular di shaft dudukkan kloset. Rantai Kloset Getar = r Shaft

119 150 m/s. Kloset Getar =. mm. mm/s Kloset Getar =.... mm =.. /s Kloset Getar 6. Didapatkan : 12 ( Giancoli Dauglas C, Halaman: 371 ) 1 f = T f = 2 c / s cm per second Hz Getar Kloset f Getar Kloset = 2

120 150.. /s f Getar Kloset = =.. /s 1 f Getar Kloset = Hz Perhitungan frekuensi getaran Kloset Getar BALITA : Hz.

121 208 III.3. Perhitungan Rancangan III.3.1. Perhitungan Motor Penggerak. Daya yang diperlukan dalam rancangan ini untuk menggetarkan BALITA + Dudukkan kloset kuda-kudaan + Fiber Box + Rangka mesin yang bergetar diasumsikan berat = 80 kg, bergetar selama 1 detik, tinggi getaran kira- kira = 5 cm, gravitasi bumi = 9,8 m/det 2. Maka daya motor listrik yang diperlukan haruslah lebih besar dari yang didapatkan sebagai berikut: mgh 80 x 9,8 x 0,05 P = = = 39,2 Watt t 1 Dari perhitungan diatas penulis menggunakan Motor Listrik ¼ pk dengan = 1420 rpm serta reducer untuk menurunkan rpm. sebagai berikut: Motor penggerak yang digunakan adalah motor AC, dengan spesifikasi Daya motor : P = ¼ pk Putaran poros motor Tegangan listrik pada motor Massa dudukkan kuda-kudaan + Box fiber + BALITA : N = 1420 rpm : V = 220 volt : m = ± 80 kg f Gravitasi : g = 9,8 m/s 2

122 208 Dari data diatas, maka dapat dilakukan perhitungan: 1. Momen Puntir yang dihasilkan motor 60 x P Mp = 2 x x N 60 x ¼ ( 745,7) Mp = Nm 2 x 3,14 x 1420 Mp = 1,2543 Nm Mp = 1254,3 Nm Catatan: Daya kuda ( PS ) x 0,7457 untuk mendapakan ( kw ) = 550 ft.lb/s. 2. Arus yang dipakai pada motor listrik P i = A. V i = ¼ ( 745,7 ) 220 A i = 0,84 A.

123 Daya yang dihasilkan oleh motor listrik untuk menggerakkan dudukan kloset + cashing box + Berat badan BALITA + rangka mesin yang bergetar adalah: P = W x v out P out = 80 kg f x 0,014 m/s P out = 1,12 kg f m/s = 1,12 / 76,04 hp P out = 0,013 hp = 0,013 pk 4. Efisiensi kerja mesin Daya yang keluar = x 100% Daya yang masuk P out = x 100% P in 0,013 pk = x 100% ¼ pk = 5,26 %

124 208 III.3.2. Perhitungan Pulley Sabuk-V Data - data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Kecepatan pulley 1 Kecepatan pulley 2 N 1 = 1420 rpm N 2 = 1059 rpm Diameter lingkaran jarak pulley 1 dp 1 = 50 mm Diameter lingkaran jarak pulley 2 Dp 2 = 67 mm Bahan pulley Fe 360 B = 60 N/mm 2. Dari data-data diatas, dapat dilakukan perhitungan untuk mencari dimensi ukuran pulley Sabuk-V. 5. Diameter luar pulley Sabuk-V ( mm ) dk 1 = 50mm + 5 mm dk 1 = 55 mm Dk 2 = 67 mm + 5 mm Dk 2 = 72 mm 6. Kecepatan pulley Sabuk-V Kecepatan pulley 1, = 1420 rpm

125 208 Kecepatan pulley 2, N 2 = N 1 x dp 1 Dp 2 N 2 = 1420 x N 2 = 1059 rpm. III.3.3. Perhitungan Sabuk V adalah: Data - data yang digunakan dalam perhitungan ini diantaranya Daya motor : P = ¼ pk Faktror koreksi untuk beban tumbukkan : K t = 2 Faktor koreksi untuk 3 5 jam : F c = 1,2 Bahan poros S55 C : B = 66 kg/mm 2 Faktor keamanan : Sf 1 = 6 Faktor keamanan : Sf 2 = 1,3 Beban lentur : C b = 2 Jarak sumbu poros : C = 21 cm

126 208 Dari data-data diatas tersebut, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: 1. Daya yang ditransmisikan, P d ( kw ) P d = F c x P P d = 1,2 x ¼ ( 0,7457 ) kw P d = 0,223 kw. 2. Perbandingan reduksi Sabuk-V, i i = N 1 N 2 i = i = 1,3 3. Momen puntir rencana Sabuk-V, T ( Nm ) x P d T 1 = 2 x x N 1

127 x 0,223 T 1 = 2 x 3,14 x 1420 T 1 = 105 Nm T 2 = x P d 2 x x N 2 T 2 = x 0,223 2 x 3,14 x 1059 T 2 = 2,01 Nm 4. Tegangan geser yang diizinkan, a ( kg/mm 2 ) a = a Sf 1 x Sf 2 66 a = kg/mm 2 6 x 1,3

128 208 a = 8,46 kg/mm 2 = 83,76 N/mm 2 5. Diameter poros pulley 1 ( ds 1 ) dan poros pulley 2 ( ds 2 ) ( mm ) 5,1 ds 1 = x K t x C b x T 1 a 5,1 ds 1 =. x 2 x 2 x 1,58 0,87 x 10 8 ds 1 = 7,1 x 10-3 mm 5,1 ds 2 =. x K t x C b x T 2 a

129 208 5,1 ds = 2 x 2 x 2 x 2,73 0,87 x 10 8 ds 2 = 8 x 10-3 mm 6. Kecepatan linier sabuk-v, Sabuk-V ( m/s ). x C/2 x N 1 Sabuk-V = ( m/s ) 60 x ,14 x 21/2 x 1420 Sabuk-V = ( m/s ) 60 x 1000 Sabuk-V = 0,7 ( m/s ) 7. Panjang keliling sabuk- V, L ( m ) L = 2 x C + /2 ( dp 1 + Dp 2 ) + 1 4C ( Dp 2 dp 1 ) 2

130 208 L = 2 x ,57 ( ) ( ) 2 L = 603,00 mm = 60,3 cm. Untuk nomor nominal Sabuk-V didapat sabuk tipe A, dengan nomor 23, panjang, L = 60,3 cm. 8. Jarak sumbu poros Sabuk-V, C dalam perhitungan ( mm ) b = 2 x L - ( Dp 2 dp 1 ) ( mm ) b = 2 x 603-3,14 ( ) ( mm ) b = mm. Untuk jarak sumbu poros Sabuk-V, C didapat b + b 2 8 ( Dp 2 dp 1 ) 2 C = ( mm ) , ,62 2 ( ) 2 C = ( mm ) 8 C = mm = 189,11 mm = 18,9 cm

131 Sudut kontak =, dan faktor koreksi = K pada poros reduksi pertama untuk perbandingan reduksi yang besar dan sudut kontak lebih dari 180 o, berlaku rumus : = 180 o - = 180 o - 57 ( Dp 2 dp 1 ) C 57 ( ) 210 = 175,39 o III.3.4. Perhitungan Pasak Pengontrol Data - data yang digunakan untuk perhitungan pasak ini adalah sebagai berikut: Tekanan permukaan yang diizinkan : P a = 8 kg/mm 2 Bahan pasak S 30 C : B = 48 kg/mm 2 Bahan poros naf S 35 C : B = 52 kg/mm 2 Faktor koreksi : F c = 1,5 Beban lentur : C b = 2 Faktor koreksi puntiran : K t = 1,5

132 208 Faktor keamanan : Sf 1 = 6 Sf 2 = 2 Sfk 1 = 6 Sfk 2 = 2 Daya tekan mesin : P = ¼ pk ( dengan asumsi 1 kg m/s = 9,9426 W ) Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Daya yang ditransmisikan = P d ( kw ) P d = F c x P P d = 1,5 x ¼ ( 0,7457 ) kw P d = 0,279 kw 2. Momen puntir rencana = T ( Nm ) 9,74 x 10 5 x P d T = N 1 9,74 x 10 5 x 0,279 T = T = 1420

133 208 T = 191,3 Nm 3. Tegangan geser yang diizinkan pasak = ka ( kg/mm 2 ) B ka = Sfk 1 x Sfk 2 48 ka = 6 x 2 ka = 4 kg/mm 2 = 39,60 N/mm 4. Diameter poros, ds ( mm ) ds = 5,1 x K t x C b x T ka

134 208 5,1 ds = x 1,5 x 2 x 191,3 4 ds = 731,9 ds = 8,81 mm 5. Daya tangensial = F ( N ) T F = ( N ) ds 2 191,3 F = ( N ) 8, ,3 F = 4,40 F = 43,4 N

135 Perlu diketahui, bahwa lebar pasak sebaiknya antara (%) dari diameter poros ( ds ). Maka b = ( 30/100 ) x 8,81 = 2,64 3 mm 7. Harga b ds b ds = 3 8,81 = 0,34 0,25 < 0,34 < 0,35 Baik Nilai 0,30 terletak antara nilai 0,25 dan 0,35 hal ini berarti lebar pasak mempunyai nilai yang baik. 8. Demikian juga, panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros ( ds ), antara 0,75 sampai 1,5 ds ). Maka: L k = 1,3 x 8,81 = 11,45 12 mm. 9. Harga L k ds ( mm ) L k ds = 12 8,81 = 1,36 mm 0,75 < 1,36 < 1,5 Baik Nilai 1,46 masih terletak diantara nilai 0,75 dan 1,5 maka panjang pasak ini masih cukup baik.

136 Penampang pasak ( mm ) Ukuran nominal pasak ( lebar, b x tinggi, h ) diambil sebesar 3 x 3, kedalam alur pasak bagian naf =3 mm, panjang pasak L k = 12 mm. Jadi untuk pasak pengontrol yang digunakan pada mesin rancangan ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Panjang pasak Lebar Tinggi = 12 mm = 3 mm = 3 mm Bahan pasak S 30 C dengan perlakuan normal Bahan poros naf S 35 C dengan perlakuan normal. III.3.5. Perhitungan Pulley Rantai Rol. Data - data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut: Daya motor : P = ¼ pk Faktror koreksi untuk beban tumbukkan : K t = 2 Faktor koreksi untuk 3 5 jam : F c = 1,2 Faktor keamanan : Sf 1 = 6 Faktor keamanan : Sf 2 = 1,3

137 208 Kecepatan pulley 3 di Reducer : N 3 = 50 rpm Jumlah gigi sproket 3 di Reducer : z 3 = 12 gigi Direncanakan Kecepatan Pulley 4 : N 4 = 33 rpm Dari data-data diatas, dapat dilakukan perhitungan untuk mencari dimensi ukuran pulley. 1. P d = f c x P P d = 1,5 x ¼ ( 0,7457 ) kw. P d = 0,279 kw 2. T 3 = 9,74 x 10 5 x ( 0,279 / 50 ) = 5434 kg.mm T 4 = 9,74 x 10 5 x ( 0,279 / 33 ) = 8234 kg.mm 3. Bahan poros S55 C : B = 66 kg/mm 2 Sf 1 = 6, Sf 2 = 1,3 ( dengan alur pasak ), Tegangan geser yang diizinkan, a ( kg/mm 2 ) a a = Sf 1 x Sf 2

138 a = 6 x 1,3 a = 8,46 kg/mm 2 = 83,76 N/mm 2 Untuk tumbukan K t = 2, Untuk lenturan C b = ds 3 = ( 5,1/ 8,46 ) x 2 x 2 x 5434 ) = 23,5 mm ds 4 = ( 5,1/ 8,46 ) x 2 x 2 x 8234 ) = 27,1 mm 5. Dari Diagram pemilihan rantai rol dalam Diagram 3.2. dengan rangkaian tunggal pada P d = 0,279 kw dan putaran sproket kecil: 50 rpm, didapat Rantai No: 40. Tabel Transmisi Rantai Rol Dari tabel 3.18: Untuk sementara diambil p = 12,70 mm. Harga Z 3 = 12, yang sedikit lebih kecil dari pada Z 1 min = 13, dipilih

139 Z 4 = 12 x = 18, dp = 12,70 / sin ( / 12 ) dp = 49,22 mm Dp = 12,70 / sin ( / 18 ) Dp = 73,41 mm III.3.6. Perhitungan Rantai Rol adalah: Data - data yang digunakan dalam perhitungan ini diantaranya Daya motor : P = ¼ pk Faktror koreksi untuk beban tumbukkan : K t = 2 Faktor koreksi untuk 3 5 jam : F c = 1,2 Bahan poros S55 C : B = 66 kg/mm 2 Faktor keamanan : Sf 1 = 6 Faktor keamanan : Sf 2 = 1,3 Beban lentur : C b = 2 Jarak sumbu poros Rantai Rol : C = 29 cm Jarak bagi rantai : p Rantai = 9 mm Tebal plat mata rantai : T = 1 mm

140 208 Diameter rol : R = 8 mm Diameter pena : D = 3,75 mm Panjang pena offset : L = 11,5 mm Lebar plat mata rantai : H = 8 mm Putaran sprocket kecil : N 3 = 50 rpm Jumlah gigi sprocket kecil : z 3 = 12 gigi. Direncanakan Kecepatan Pulley 4 : N 4 = 33 rpm. Dari data-data diatas tersebut, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: 1. Daya yang ditransmisikan, P d ( kw ) P d = F c x P = 1,2 x ¼ ( 0,7457 ) kw P d = 0,223 kw. 2. Perbandingan reduksi, i ( rpm ) N 3 i = N 4 50 i = 33 i = 1,51

141 Momen puntir rencana Rantai Rol, T ( Nm ) x P r T 3 = 2 x x N x 0,223 T 3 = 2 x 3,14 x 50 T 3 = 42,61 Nm x P r T 4 = 2 x x N x 0,223 = 2 x 3,14 x 33 T 4 = 64,56 Nm 4. Tegangan geser yang diizinkan, a ( kg/mm 2 ) a a = Sf 1 x Sf 2

142 a = 6 x 1,3 a = 8,46 kg/mm 2 = 83,76 N/mm 2 5. Diameter poros pulley 3 ( ds 3 ) dan poros pulley 4 ( ds 4 ) ( mm ) 5,1 ds 3 = x K t x C b x T 3 a 5,1 ds = 3 x 2 x 2 x ,46 ds 3 = 23,5 mm 5,1 ds 4 = x K t x C b x T 4 a

143 208 5,1 ds = 4 x 2 x 2 x ,46 ds 4 = 27,1 mm 6. Panjang keliling Rantai Rol, L ( m ) z 3 + z 4 [ ( z 4 z 3 ) 6,28 ] 2 L p = + 2C / p + 2 C / p Dari diagram pemilihan rantai rol dalam Diagram 3.2. dengan rangkaian tunggal pada P d = 0,279 kw dan putaran sproket kecil 50 rpm, didapat Rantai No: 40. Tabel Transmisi Rantai Rol Dari Tabel 3.18, Untuk sementara diambil p = 12,70 mm.

144 208 Harga Z 3 = 12, yang sedikit lebih kecil dari pada Z 1 min = 13, dipilih [ ( ) 6,28 ] 2 L p = + 2 x (290/ 12,7) + 2 (290/ 12,7) L p = ,66 + 0,39 L p = 60,69 61 buah mata rantai, sedang perancang menambah untuk kestabilan dan suara bising menjadi smoth, maka digunakan 76 buah mata rantai. Untuk nomor nominal Rantai Rol didapat Rantai Rol tipe A, dengan nomor 23, panjang, L = 60,3 cm. 7. Jarak sumbu poros Rantai Rol, C dalam perhitungan ( mm ) z 3 + z 4 2 z 3 + z 4 2 C p = ¼{(L - ) + ( L - ) 2 - (z 4 -z 3 ) 2 } 2 9,86 C p = ¼{( ) +( ) 2-2 (18-12) 2 } 2 2 9,86

145 208 C p = ¼ ( ,9 ) C p = 22,98 C = 22,98 x 12,70 mm C = 291,84 mm. b = 2 x L - ( Dp 4 dp 3 ) ( mm ) b = 2 x 603-3,14 ( ) ( mm ) b = mm Untuk jarak sumbu poros Rantai Rol, C didapat b + b 2 8 ( Dp 4 dp 3 ) 2 C = ( mm ) , ,62 2 ( ) 2 C = ( mm ) 8 C = mm = 189,11 mm = 18,9 cm. 8. Kecepatan linier Rantai Rol, v ( m/s ). p Rantai x z 3 x N 3 Rantai rol = ( m/s ) 1000 x 60

146 208 0,009 x 12 x 50 Rantai rol = ( m/s ) 1000 x 60 Rantai rol = 0,00009 ( m/s ) 42 ( Ref: Sularso, halaman:198 ) Daerah kecepatan rantai: Rantai rol = 0,00009 ( m/s ) < ( 4-10 ) m/s Baik 9. Kecepatan angular di pulley 4, 4 ( mm/s ) Rantai = r 4. 4 Rantai 4 = r 4 Rantai 0,00009 ( m/s) 4 = = r 4 ( Dp 4 / 2 )

147 208 0,09 mm/s 0,09 mm/s 4 = = 57,2 mm / 2 28,6 mm 4 = 0,0031 /s 10. Sudut kontak =, dan faktor koreksi = K pada poros reduksi pertama untuk perbandingan reduksi yang besar dan sudut kontak lebih dari 180 o, berlaku rumus : = 180 o - = 180 o - 57 ( Dp 4 dp 3 ) C 57 ( ) 210 = 175,39 o

148 208 III.3.7. Perhitungan Bantalan Gelinding. berikut: Gambar 3.62: Data-data yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah sebagai Putaran poros : N 4 = 31,3 rpm Proporsi Frequensi : q = 0,05 Daya motor : P = ¼ pk Faktor koreksi : f c = 1,2 Faktor beban : f w = 1,2 Beban putaran cincin dalam : V = 1 Beban aksial Beban radial : F a = 59 kg : F r = 32 kg

149 208 Setelah mengetahui data-data yang akan diperlukan, maka langkahlangkah perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Daya yang ditransmisikan, P d (kw) P d = f c x P P d = 1,2 x ¼ x 0,7457 kw P d = 0,223 kw 2. Momen puntir rencana = T ( Nm ) x P d T = ( Nm ) 2 x x N x 0,223 T = ( Nm ) 2 x 3,14 x 31,3 T = Nm 196,56 T = 68,07 Nm

150 Nomor nominal bantalan yang dipilih sementara Jenis bantalan yang digunakan pada rancangan ini adalah jenis bantalan gelinding dengan jenis 6200 ZZ yang mempunyai kapasitas nominal dinamis spesifik C = 400 kg dan kapasitas nominal statis spesifik C 0 = 236 kg 4. Menentukan V, didapat dari Tabel F a C o = 59/236 = 0,19. Dengan melihat ke tabel Tabel Bantalan Bola Maka didapat V=1

151 Menentukan faktor-faktor : e, X, Y F a 59 = V x F r 1 x 32 = 1,8 1,8 > e ( 0,35 ), maka didapat nilai X dan Y dari tabel Tabel Menentukan X,Y dan e Dari tabel 3.20, didapat nilai, X = 0,56 Y = 1,26 6. Beban radial eqivalen P r ( kg ) P r = X x V x F r + Y x F a P r = 0,56 x 1 x ,26 x 59

152 208 P r = 17, ,34 Pr = 92,26 kg = 891 N Untuk tiap putaran : P r-1 = 92,26 x 3,13 31,3 P r-1 = 92,26 kg = 913,46 N 7. Putaran rata-rata, N m ( rpm ) N m = ( N 4 x q ) N m = 31,3 x 0,05 N m = 1,56 rpm 8. Beban rata-rata putaran tetap, P m ( kg ) p P q x N x P r,1 P m = N m Dimana p = 3 untuk bantalan. Harga p = 3 diatas diperoleh dari percobaan.

153 208 Bila putaran tetap : P m = P q x N x P r,1 p 3 P m = 0,05 x 31,3 x 92,26 3 P m = , 9 P m = 107,11 kg = 1060,54 N. 9. Faktor kecepatan bola pada bantalan bola: f n L h = 500 f h 3. Dimana : untuk bantalan bola : Faktor umur : Faktor kecepatan : f h = f n x C/P 33,3 f n = N 4

154 208 33,3 f n = 31,3 = ( 1,06 ) f n = 1, ( Ref, Sularso,halaman: 136 ) f h = f n x C/P r f h = 1,019 x 400/92,26 f h = 1,019 x 4,33 f h = 4, Umur nominal bantalan bola L h = 500 f h 3. ( h ) L h = 500 x 4,41 3 L h = 500 x 85,76 L h = ,06 h

155 208 III.3.8. Perhitungan Pegas. Dalam langkah kerja untuk menggerakkan turun naik kloset getar BALITA tanpa terjadi proses reduksi perlu adanya pegas tekan agar getaran lebih flexibel, maka perhitungan dilakukan untuk menetukan tipe serta panjang pegas yang digunakan pada masing-masing proses reduksi yang dapat menerima beban maksimum: W = Massa kuda-kudaan + Cashing fiber +Berat badan BALITA = ± 80 kg f Lendutan = 1 mm. Panjang bebas = 180 mm Panjang pada awal terpasang = 180 mm Diameter lilitan rata-rata ( D ) = 43,25 mm SUP4, Tegangan geser, a = 65 kg/mm 2 Bahan baja pegas dengan modulus geser = 8000 kg/mm 2 1. Sementara kita pilih gaya prategang rata-rata kurang lebih 10% lebih besar dari pada gaya pegas yang disyaratkan dan pendesakan turutan sebesar 1mm, berarti: F v = 1,1 x 80 kg f = 88 N dan f v = 1 mm. 39 ( Ref: Stolk, halaman: 158 )

156 Karena pegas dipasang dalam sebuah Kloset Getar BALITA, sebagai bahan pegas dapat dipakai baja pegas dengan tegangan yang direncanakan, bersama-sama dengan tegangan maksimal pegas dalam keadaan diblok, maks = N/mm 2. Sementara kita pertahankan maks = 11,5 N/mm 2. Agar dapat memulai kalkulasi, sebelumnya kita masih harus memperkirakan perbandingan lilitan D/d, misalnya D/d = 3, maka menurut tabel 3.18 didapat = 1,55. Tabel Menentukan nilai D/d D/d D/d D/d D/d 3 1,55 5,5 1,26 8 1, , ,08 3,5 1,45 6 1,24 8,5 1, , ,07 4 1,38 6,5 1,22 9 1, , ,06 4,5 1,33 7 1,20 9,5 1, , ,05 5 1,29 7,5 1, , , ,04 Dari rumus tegangan puntir: 16 r = x x F x d 3

157 208 Sehingga setelah di substitusi r = D/2 dan F = F k = 2 F v = 176 N, bahwa tebal baja pegas diduga. 8 Fk. D/d. d. maks 8 x 176 x 3 x 1,55 d 3,14 x 11,5 d 13,46 13,5 mm. 3. Faktor tegangan dari Wahl (K) 4c 1 0,615 K = + = 4c 4 c Dimana : c = D/d = 43,25 / 13,5 = 3,2 4c 1 0,615 4 x 3,2-1 0,615 K = + = + 4c 4 c 4 x 3,2-4 3,2 11,8 K = + 0,19 = 1,34 + 0,19 = 1,53 8,8

158 Nilai Tegangan geser, ( kg/mm 2 ). 8 DW = ( kg/mm 2 ) d 3 8 x 43,25 x 80 = ( kg/mm 2 ) 13, = ( kg/mm 2 ) 2460,375 = 11,25 kg/mm 2 = 111,38 N/mm 2 5. Tegangan maksimum yang terjadi dipermukaan dalam lilitan pegas adalah: 8 DW = K ( kg/mm 2 ) d 3 8 x 43,25 x 80 = 1,53 x ( kg/mm 2 ) 3,14 x 13,5 3

159 = 1,53 x ( kg/mm 2 ) 7725,57 = 1,53 x 3,58 ( kg/mm 2 ) = 5,47 kg/mm 2 = 54,15 N/mm 2 6. Tegangan rencana, d (kg/mm 2 ) Atas dasar hal - hal diatas, sebagai tegangan rencana diambil tegangan mulur geser dibagi dengan 1,5 untuk kerja ringan, dibagi dengan 1,9 ( = 1,5 / 0,8 ) untuk kerja rata-rata, dan dengan 2,3 ( 1,5 / 0,65 ) untuk kerja berat. a d = ( kg/mm 2 ) 1,5 65 d = ( kg/mm 2 ) 1,5 d = 43,33 kg/mm 2 = 429,00 N/mm 2 7. = 54,15 N/mm 2 < d = 429,00 N/mm 2, Baik.

160 208 III.3.9. Perhitungan Cashing Fiberglass. P BALITA = 2n +8 kg f n=umur = 18 kg f =178,21N 3,5mm y x = 10cm m c =41,35cm 0 47cm x A n B L=82,7 cm R A = P/2 = 9 kg f Gambar 3.63.: Sebuah fiberglass AB dengan panjang L = 82,7 cm, memikul BALITA = P BALITA = 18 kg, yang bekerja pada jarak c = 41,35 cm dari tumpuan kanan ( Gambar 3.63 ), Fiberglass ini mempunyai penampang persegi panjang yang lebarnya b = 47 cm, dan tebalnya = h = 3,5 mm, Tegangan utama dan tegangan geser maksimum di potongan melintang m ke n tegak lurus A ke B, yang terletak pada jarak x = 10 cm dari ujung A ke B, dapat dihitung : Panjang cashing, L = 82,7 cm = 827 mm.

161 208 Lebar cashing, b = 47 cm = 470 mm Dinding samping cashing,t dc = 192 mm Tebal cashing, h = 3,5 mm P BALITA bekerja pada jarak, c = 413,5 mm P BALITA = 18 kg = 178,21 N M. y 12 M y x = = I b. h 3 P BALITA 18 R A = = 2 2 R A = 9 kg = 89,10 N x = 10 cm = 100 mm M = R A. x = 9 kg. 100 mm = 900 kgmm = 8910,89 Nmm. V = R A = 9 kg = 89,10 N M. y 12 M y 12 x 900 y x = - = - = - I b. h x 3,5 3

162 y x = ,25 = - 0,53 y 6 V h 2 xy = ( - y 2 ) = b h x 9 3,5 2 xy = ( - y 2 ) 470 x 3, ,25 xy = ( - y 2 ) 20151,25 4 xy = 0,0026 ( 3,06 y 2 ) Diasumsikan agar dapat dihitung, nilai y = 1,749, maka : xy = 0,0026 ( 3,06 1,749 2 ) xy = 0,0026 ( 3,06 3,06 ) xy = 0

163 208 x 2 max = ( ) + xy 2 2 max = ( - 0,53 x 1,749 / 2) max = 0,214 = 0,462 kg/mm 2 = 4,57 N/mm 2 d = 6,5 8,4 kg/mm 2 =64,35 83,16 N/mm 2 max = 4,57 N/mm 2 < d = 64,35 83,16 N/mm 2, Baik.

164 208 III Perhitungan Balok Gelondongan. Adanya balok gelondongan yang mewakili pembuatan dudukkan Kloset Getar BALITA sekaligus sebagai bahan cetak bila saja yang diinginkan terbuat dari bahan Fiberglass. Dari hasil pemeriksaan fisik ( Phisical Examination ) di Klinik pada anak BALITA didapatkan lebar rata-rata antara tulang ischiadika kanan dan kiri adalah 19,5 cm dan oleh perancang dibulatkan menjadi 20 cm yang akan menjadi tolak ukur penentuan diameter balok gelondongan dengan pertengahannya sebagai dataran atas dari potongan atau irisan jari jari lingkaran balok gelondongan = 15 cm pada gambar: 3.64, yang kelak balok gelondongan ini dibagi menjadi bagian yaitu: kepala kuda-kudaan, badan, kaki, ekor, pegangan tangan BALITA, sandaran dudukkan BALITA serta alas kaki kuda - kudaan ( berdasarkan percobaan Dr Mochammad Purwoko ). r Gambar 3.64:

165 208 Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu kuda-kudaan sering diperlukan sambungan yang berfungsi menyatukan bagian pahatan kepala kudakudaan dengan badan kuda-kudaan, demikian juga keempat kaki, ekor, pegangan untuk tangan BALITA, sandaran serta alas kaki kuda-kudaan pada satu buhul / joint. Alat sambung paku ulir digunakan pada dudukkan kaki kuda - kudaan dengan alas papan diatas Cashing Fiberglass. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20 mm sampai dengan 40 mm. Paku bulat merupakan jenis paku yang lebih mudah diperoleh dari pada paku ulir. Paku ulir ( deformed nail ) memiliki koefisien gesekan yang lebih besar dari pada paku bulat sehingga tahanan cabutnya lebih tinggi. Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung paku dihitung berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI-5 Tata cara perencanaan konstruksi kayu ( 2002 ). Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung baut atau paku ditentukan oleh beberapa faktor seperti kuat lentur alat sambung, kuat tumpu kayu, dan geometri sambungan yang meliputi: diameter baut atau paku, ketebalan kayu, serta sudut sambungan. Persamaan untuk menghitung tahanan lateral dapat diperoleh dengan teori Yield Model yang diusulkan oleh Johansen ( 1949 ).

166 208 III Perhitungan gaya yang membebani pada sambungan antara kepala kuda-kudaan dengan badan kuda - kudaan sebagai dudukkan kloset. Diasumsikan arah gaya = arah panah = Kepala kuda+berat BALITA ={ 10 + (2n+8) }kg {n=umur (0 sampai 5 tahun )} = 28 kg =276,23 N 276,23 N Satuan dalam mm 50/100 2x35/100 Gambar 3.65:

167 mm 35 mm 50 mm Gambar 3.66:!"#$" Dasar analisa dan perancangan sambungan antara kepala kuda-kudaan dengan badan kuda-kudaan sebagai dudukkan kloset dengan beban gaya yang harus diperhitungkan yakni: gaya tekan dari berat kepala kuda-kudaan ditambah daya dorong BALITA disaat duduk berpegangan tangan di kepala kuda-kudaan. Diasumsikan berat kepala kuda-kudaan 10 kg dan berat BALITA dengan rumus: ( 2n + 8 ) kg }dimana n = Umur BALITA ( 0 tahun sampai 5 tahun ). Sehingga keseluruhannya adalah = { 10 kg + ( 2n + 8 ) kg }, dimana n = Umur BALITA ( 0 tahun sampai 5 tahun ) yaitu = 10 kg + {( 2 x 5 ) + 8 }kg = 10 kg + 18 kg =

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU 2 PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu sering diperlukan sambungan yang berfungsi untuk memperpanjang batang kayu (overlapping connection) atau menggabungkan beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, bahan mentah ini juga sangat sering dipergunakan untuk tujuan tertentu sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA DAN HASIL PERHITUNGAN. Dalam perancangan Kloset Getar BALITA, pengukuran disesuaikan lebar

BAB IV. ANALISA DAN HASIL PERHITUNGAN. Dalam perancangan Kloset Getar BALITA, pengukuran disesuaikan lebar BAB IV. ANALISA DAN HASIL PERHITUNGAN IV.1. Kloset Getar Balita ditinjau dari Ergometrik. Dalam perancangan Kloset Getar BALITA, pengukuran disesuaikan lebar pinggang BALITA yang maksimal rata-rata adalah

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu II.1 Sambungan Kayu Karena alasan geometrik, konstruksi kayu sering kali memerlukan sambungan perpanjang untuk memperpanjang kayu atau

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Bahan Baku Secara tradisional orang membuat tepung beras dengan cara menumbuk dalam lesung dengan antum atau alu. Beras menjadi halus dikarenakan adanya proses tekan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk 0/0/0 ELEMEN MESIN FLEKSIBEL RINI YULIANINGSIH Elemen mesin ini termasuk Belts, Rantai dan ali Perangkat ini hemat dan sering digunakan untuk mengganti gear, poros dan perangkat transmisi daya kaku. Elemen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah suatu negeri yang sangat kaya akan kayu, baik kaya dalam jenisnya maupun kaya dalam kuantitasnya. Kayu sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA BAB 3 MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA Kompetensi Dasar : Memahami Dasar dasar Mesin Indikator : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi

Lebih terperinci

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm. 7 BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Singkat Produk Mesin Pengaduk Reaktor Biogas merupakan alat tepat guna untuk memaksimalkan proses pembentukan biogas dalam reaktor skala rumah tangga. iharapakan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI 03-2847-2002 ps. 12.2.7.3 f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan BAB III A cv A tr b w d d b adalah luas bruto penampang beton yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah: Contoh soal: POROS:. Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 0 (kw) pada putaran 450 rpm. Bahan diambil baja dingin S45C. Solusi: Daya P = 0 kw n = 450 rpm f c =,0 Daya rencana = f c

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Perencanaan Roda Gigi

Perencanaan Roda Gigi Perencanaan Roda Gigi RODA GIGI Roda gigi adalah roda silinder bergigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerakan dan daya Roda gigi menyebabkan perubahan kecepatan putar output terhadap input 1 Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang BAB II TEORI DASAR A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah sejenis makanan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang kemudian ditambahkan dengan

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar Materi PASAK TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar 2. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat menyebutkan 3 jenis

Lebih terperinci

A. Tuntutan Alat/Mesin Dari Sisi Calon Pengguna

A. Tuntutan Alat/Mesin Dari Sisi Calon Pengguna 1 Gambar.1. Prinsip kerja dari mesin pengepres genteng Keterangan gambar : 1. Arah putaran belt. Pulley 3. Arah naik turun poros berulir 4. Arah putaran roda gigi 5. Cetakan atas 6. Belt 7. Motor listrik

Lebih terperinci

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7)

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7) Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan Faktor-faktor Koreksi (Sularso,04:7) Daya yang akan ditransmisikan fc Daya rata-rata yang diperlukan,-,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,-,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT Joko Hardono Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh:

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh: TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK Oleh: MOH. MIRZA AMINUDIN (2110039018) BAGUS HARI SAPUTRA (2110039026) Pembimbing Ir.SUHARIYANTO, MT ABSTRAK Abstrak Plastik

Lebih terperinci

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara 1. TEGANGAN-TEGANGAN IZIN 1.1 BERAT JENIS KAYU DAN KLAS KUAT KAYU Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci