KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG"

Transkripsi

1 KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI (Oryza sativa L.) IQBAL TAQDIR EL AINY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kombinasi antara Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Memacu Serapan Hara, Pertumbuhan, serta Produktivitas Jagung (Zea mays L.) dan Padi (Oryza sativa L.) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Februari 28 Iqbal Taqdir EL Ainy G

3 ABSTRACT IQBAL TAQDIR EL AINY. The Combination of Biofertilizer and Nutrient Sources to Improve Nutritient Uptake, Growth and Productivity of Maize (Zea mays L.) and Rice (Oryza sativa L.). Guided by HAMIM, ARIS TJAHJOLEKSONO, and IDA HANARIDA SOMANTRI. The continues utilization of anorganik fertilizer might result in depletion of soil fertility. The objective of this research was to evaluate the effect of biofertilizer and nutrient sources in improving nutrient uptake, growth and productivity of maize and rice. The experiment was conducted in the plastic house Cikabayan IPB Farm for maize, while for rice it was held in a green house of Balai Besar Biogen Cimanggu, Bogor, West Java. Randomized Block Design was used for experimental design using 2 X 4 factors with 5 replications. The first factor is biofertilizer treatment which consist of application of biofertilizer (H1) and without biofertilizer as control (H). The second one is the type of nutrient sources that comprise of 4 levels: Soil (N), Soil + 1 % dosage of anorganik fertilizer (N1), Soil + 1 % dosage of compost (N2), Soil + 5 % dosage of compost + 5 % dosage of anorganic fertilizer (N3). The biofertilizer consist of Azospirillum sp., Pseudomonas sp., and Bacillus sp. selected by the Laboratory of Mikrobiologi, Bogor Agricultural University, Darmaga, Bogor, West Java. Each isolate was enriched in broth medium with the population of 1 8 cell/ml. The dosage of biofertilizer was 15 ml per pot. The dosage of anorganic fertilizer was 25 kg/ha Urea; 2 kg/ha SP-36, and 2 kg/ha KCl, whereas the compost dosage was 1 ton/ha. The result showed that application of biofertilizer significantly improved nutrient uptake, growth and productivity of rice and maize. For maize, the application of biofertilizer increased macronutrient uptake by 5-97 %, micronutrient uptake by 58,9-63,2 %, dry weight of plant up to 53,7 %, and dry weight of seed up to 36,6 %. For rice, application of biofertilizer resulted in an increase of macronutrient uptake by 1,9-22,5 %, plant dry weight 11,6 %, and total weight of rice seed 7,2 %. The result also showed that the nutrient sources significantly affect the nutrient uptake, growth and productivity of maize and rice. In maize, the highest macronutrient and micronutrien uptake (4,5 g/pot and 1,4 mg/pot respectively) and dry weighy of seed (36,6 g/pot) resulted from the treatment of N2, while the highest dry weight of plant resulted from N3 (6,9 g/pot). For rice, N2 treatment had the maximum macronutrient uptake (2,7 g/pot). The highest micronutrient uptake (5,9 mg/pot), dry weight of plant (41,4 g/pot), and total weight of rice seed (32,8 g/pot) resulted from the treatment of N3. In maize, the N2 treatment in combination with biofertilizer resulted in the highest seed dry weight (41,6 g/pot) and increased productivity by % as compared to the treatment of N1 and N3. In rice, the combination treatment of N3 and biofertilizer resulted in the highest weight of rice seed (33,4 g/pot) as compared to the others. Keywords: Biofertilizer, Nutrient Sources, Nutrient Uptake, Growth and Productivity

4 RINGKASAN IQBAL TAQDIR EL AINY. Kombinasi antara Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Memacu Serapan Hara, Pertumbuhan, serta Produktivitas Jagung (Zea mays L.) dan Padi (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh HAMIM, ARIS TJAHJOLEKSONO, dan IDA HANARIDA SOMANTRI. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat mengakibatkan semakin menurunnya kesuburan tanah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pupuk hayati dan sumber nutrisi terhadap serapan hara, pertumbuhan serta produktivitas jagung dan padi. Penelitian ini dilakukan di rumah plastik Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Bogor untuk tanaman jagung. Sedangkan untuk tanaman padi dilakukan di rumah kaca Balai Besar Biogen Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, pola faktorial 2 x 4 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan aplikasi pupuk hayati yang terdiri atas 2 taraf, yaitu: (1) Tanpa pupuk hayati (H), (2) Menggunakan pupuk hayati (H1). Faktor kedua adalah perlakuan sumber nutrisi yang terdiri atas 4 taraf, yaitu: (1) Tanah saja (N), (2) Tanah + 1 % dosis pupuk anorganik (N1), (3) Tanah + 1 % dosis kompos (N2), dan (4) Tanah + 5 % dosis kompos + 5 % dosis pupuk anorganik (N3). Pupuk hayati yang digunakan terdiri dari isolat bakteri Azospirillum sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp. Masing-masing isolat bakteri tersebut dibiakkan dalam medium cair dengan kepadatan populasi sebesar 1 8 sel/ml. Dosis pupuk hayati yang diberikan sebesar 15 ml pot -1. Pupuk anorganik yang diberikan terdiri dari urea dengan dosis pada tanaman jagung dan padi berturut-turut sebesar 1,5 dan 1 g pot -1, SP-36 dan KCl dengan dosis pada tanaman jagung dan padi secara beruratan sebesar 1,2 dan,8 g pot -1. Kompos diberikan dengan dosis 1 g pot -1. Pupuk hayati mampu meningkatkan secara nyata serapan hara, pertumbuhan serta produktivitas tanaman jagung dan padi. Pada tanaman jagung, pupuk hayati mampu meningkatkan rata-rata serapan hara makro sebesar 5-97 %, unsur hara mikro sebesar 58,9-63,2 %, bobot kering tanaman sebesar 53,7 %,

5 bobot kering jagung pipilan sebesar 36,6 %. Pada tanaman padi, pupuk hayati mampu meningkatkan rata-rata serapan hara makro sebesar 1,9-22,5 %, bobot kering tanaman sebesar 11,6 %, bobot total gabah isi per pot sebesar 7,2 %. Sumber nutrisi juga berpengaruh nyata terhadap serapan hara, pertumbuhan serta produktivitas tanaman jagung dan padi. Tanaman jagung dengan sumber nutrisi 1 % dosis kompos (N2) mampu menghasilkan tingkat serapan hara makro (4,5 g/pot), hara mikro (1,4 g/pot) dan bobot kering jagung pipilan (36,6 g/pot) tertinggi. Bobot kering tanaman tertinggi dihasilkan oleh tanaman dengan sumber nutrisi 5 % dosis kompos + 5 % dosis pupuk anorganik (N3), yaitu sebesar 6,9 g/pot, walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan N2. Pada tanaman padi, serapan tertinggi hara makro dihasilkan oleh perlakuan N2 (2,7 g/pot), sedangkan hara mikro dihasikan oleh perlakuan N3 (5,9 g/pot). Bobot kering tanaman dan produksi (bobot total gabah isi) tertinggi dihasilkan oleh perlakuan N3, berturut-turut sebesar 41,4 g/pot, dan 32,8 g/pot. Walaupun demikian, bobot kering tanaman pada perlakuan N3 tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan N1 (1% dosis pupuk anorganik). Pada tanaman jagung, penggunaan sumber nutrisi 1 % dosis kompos (N2) yang dikombinasikan dengan pupuk hayati ternyata menghasilkan bobot kering jagung pipilan tertinggi (41,6 g/pot) dan mampu meningkatkan produksi sebesar % bila dibandingkan dengan menggunakan 1 % dosis pupuk anorganik (N1) dan 5 % dosis pupuk anorganik + 5 % dosis kompos (N3). Pada tanaman padi, penggunaan sumber nutrisi N3 yang dikombinasikan dengan pupuk hayati menghasilkan bobot total gabah isi tertinggi (33,4 g/pot) serta mampu meningkatkan produksi sebesar 18,8-25,4 % bila dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan sumber nutrisi N1 dan N2. Kata Kunci: Pupuk hayati, sumber nutrisi, serapan hara, pertumbuhan, dan produktivitas

6 Hak cipta milik IPB, tahun 28 Hak cipta dilindungi undang-undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar IPB 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB

7 KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI (Oryza sativa L.) IQBAL TAQDIR EL AINY Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Biologi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28

8 Penguji Luar Komisi (Ujian Tesis): Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si.

9 Judul Tesis Nama NIM : Kombinasi antara Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Memacu Serapan Hara, Pertumbuhan, serta Produktivitas Jagung (Zea mays L.) dan Padi (Oryza sativa L.) : Iqbal Taqdir EL Ainy : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Hamim, M.Si. Ketua Dr. Ir. Aris Tjahjoleksono, DEA. Angggota Dr. Ida Hanarida Somantri, M.Si. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Dedy Duryadi Solihin, DEA. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS. Tanggal Ujian: 7 Juli 28 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunian- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 27 ini ialah pengaruh pupuk hayati dan sumber nutrisi, dengan judul Kombinasi antara Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Memacu Serapan Hara, Pertumbuhan, serta Produktivitas Jagung (Zea mays L.) dan Padi (Oryza sativa L.). Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Hamim, M.Si, Dr. Ir. Aris Tjahjoleksono, DEA dan Dr. Ida Hanarida Somantri, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan saran hingga selesainya penulisan karya ilmiah ini, serta bapak Iman selaku staf BB-Biogen Cimanggu Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Tak lupa pula penulis sampaikan banyak terima kasih kepada Badan Litbang Departemen Pertanian RI dan LPPM IPB yang telah bekerjasama untuk mendanai penelitian ini melalui sebuah proyek. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amien Ya Rabbal Alamien. Bogor, Februari 28 Iqbal Taqdir EL-Ainy

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 9 September 1976, di Prenduan, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sebagai putra kedua dari empat bersaudara dari Bapak Drs. Ainul Hayat EL-Ghazy (almarhum) dan Ibu Enny Wahyuningsih. Tahun 2 penulis lulus dari Sarjana Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Pada waktu kuliah aktif di HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) sebagai ketua Bidang Penelitian dan di SEMA (Senat Mahasiswa) sebagai Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan. Pada tahun 26, penulis mendapat kesempatan tugas belajar dari DEPAG RI untuk melanjutkan studi pada Program Pasca Sarjana Biologi di IPB (Institut Pertanian Bogor). Aktifitas setelah lulus adalah mengajar di Madrasah Aliyah AL-Amien I Pragaan, Sumenep, Madura, mulai tahun 2 sampai sekarang, sebagai guru biologi.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PENDAHULUAN.. 1 TINJAUAN PUSTAKA Hara Mineral Tumbuhan 3 Hara Mineral dalam Menunjang Pertumbuhan & Produksi... 4 Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Pupuk Hayati. 7 Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati... 1 BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman dan Pupuk Hayati 12 Tanah Percobaan dan Kompos Waktu dan Tempat Percobaan Rancangan Percobaan Prosedur Kerja Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tanah Hasil Analisis Kompos Karakteristik Bakteri yang Digunakan sebagai Pupuk Hayati Aplikasi Pupuk Hayati Meningkatkan Serapan Hara Tanaman Sumber Nutrisi membantu Meningkatkan Serapan Hara Tanaman Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi membantu Meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Peningkatan Produksi Tanaman SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 44

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Rata-rata tingkat serapan hara tanaman jagung dan padi pada tiap sumber nutrisi Efektivitas Agronomi Relatif tanaman pada berbagai perlakuan... 37

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pertukaran kation dalam tanah Hubungan antara pertumbuhan atau hasil dengan kandungan hara dalam jaringan tumbuhan Proses fiksasi nitrogen pada bakteri Rata-rata serapan hara tanaman jagung pada perlakuan pupuk hayati Rata-rata serapan hara tanaman padi pada perlakuan pupuk hayati Rata-rata bobot kering akar tanaman jagung dan padi pada perlakuan pupuk hayati Rata-rata serapan hara tanaman jagung pada tiap sumber nutrisi Rata-rata serapan hara tanaman padi pada tiap sumber nutrisi Rata-rata jumlah bakteri di tanah pada akhir percobaan Respon pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan pupuk hayati Respon pertumbuhan tanaman padi pada perlakuan pupuk hayati Respon pertumbuhan tanaman jagung pada tiap sumber nutrisi Respon pertumbuhan tanaman padi pada tiap sumber nutrisi Respon pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan kombinasi Respon pertumbuhan tanaman padi pada perlakuan kombinasi Hubungan antara serapan hara dengan bobot kering tanaman Rata-rata bobot kering jagung pipilan pada berbagai perlakuan Rata-rata bobot total gabah isi per pot pada berbagai perlakuan Hubungan antara serapan hara dengan produksi tanaman Kandungan klorofil daun jagung dan padi... 35

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Bentuk unsur hara yang diserap oleh tanaman Klasifikasi hara mineral pada tumbuhan berdasarkan fungsi biokimianya Berbagai kelompok mikroorganisme yang berperan sebagai pupuk hayati Pupuk hayati komersial di Indonesia dan kandungan mikroorganismenya Sifat kimia dan fisik tanah percobaan Kriteria penilaian sifat kimia tanah Sifat kimia kompos yang digunakan dalam percobaan Standar kualitas kompos berdasarkan SNI Hasil analisis data serapan hara tanaman jagung Hasil analisis data serapan hara tanaman padi Hasil analisis data pertumbuhan tanaman jagung Hasil analisis data pertumbuhan tanaman padi Hasil analisis data produktivitas tanaman jagung Hasil analisis data produktivitas tanaman padi Morfologi jagung dengan tongkol pada tiap perlakuan Rata-rata produktivitas tanaman padi pada tiap sumber nutrisi... 67

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada sektor pertanian, khususnya tanaman pangan seperti padi dan jagung, umumnya para petani sangat tergantung pada penggunaan pupuk anorganik. Akibatnya, kelangkaan pupuk sering terjadi di pasaran saat musim panen tiba. Padahal penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan tidak terkontrol bisa mengakibatkan kesuburan tanah semakin menurun (Havlin et al. 25). Untuk mencapai hasil panen yang tinggi dan kualitas panen yang baik dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya pertanian yang berkelanjutan, diperlukan usaha dan strategi yang tepat, misalnya dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Pupuk organik, seperti kompos merupakan substansi penting dalam pertanian yang berperan dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta menghasilkan sumber energi untuk aktivitas biologi dalam tanah (Sabiham dan Mulyanto 25). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa aplikasi kompos sebagai pupuk dapat mengurangi serangan penyakit pada beberapa tanaman (Hoitink dan Fahy 1986). Disamping pemakaian pupuk organik, pemakaian pupuk hayati juga merupakan alternatif yang sangat baik. Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan substansi yang mengandung mikroorganisme hidup, bila diaplikasikan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah maka dapat memacu pertumbuhan tanaman tersebut (Vessey 23). Selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, pupuk hayati juga dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman jagung. Bahkan pupuk hayati juga dapat membantu mengendalikan organisme patogen (Wu et al. 25). Walaupun demikian, suplai bahan organik maupun anorganik sebagai tambahan sumber nutrisi sangat berperan dalam meningkatkan efektifitas pupuk hayati (Vance 1988). Telah diketahui bahwa Azospirillum sp. merupakan bakteri non-simbiotik yang dapat memfiksasi nitrogen, sedangkan Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. merupakan bakteri pelarut fosfat dan kalium. Selain itu, Pseudomonas sp. dan Azospirillum sp. dapat menghasilkan hormon yang dapat merangsang

17 2 pertumbuhan tanaman (Isroi 27). Namun bakteri-bakteri tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal pada sektor pertanian di Indonesia. Melalui kerjasama antara IPB & Deptan beberapa waktu yang lalu telah terseleksi beberapa isolat bakteri oleh laboratorium Mikrobiologi IPB yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati (Ditjen PLA Deptan dan LPPM IPB 26). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh bakteri-bakteri tersebut (khususnya yang telah terseleksi) dalam kombinasinya dengan sumber nutrisi terhadap peningkatan produksi pangan, terutama bahan pangan pokok. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati dan sumber nutrisi terhadap serapan hara, pertumbuhan serta produktivitas tanaman jagung (Zea mays L.) dan padi (Oryza sativa L.). Perumusan Hipotesis Pupuk hayati dan sumber nutrisi berpengaruh nyata terhadap serapan hara, pertumbuhan serta produktivitas tanaman jagung (Zea mays L.) dan padi (Oryza sativa L.).

18 TINJAUAN PUSTAKA Hara Mineral Tumbuhan Tumbuhan merupakan organisme yang bersifat autotrof, yang membutuhkan komponen anorganik dari lingkungannya berupa CO 2 dari atmosfer dan hara mineral dari tanah. Hara yang dibutuhkan tumbuhan secara umum dibagi dalam dua kelompok, yaitu hara organik dan anorganik (hara mineral). Hara organik pada tumbuhan terutama dibutuhkan dalam membentuk senyawa karbon yang dibentuk melalui proses fotosintesis. Akar tanaman menyerap setiap jenis hara mineral dalam bentuk kation dan anion yang terlarut di dalam tanah (Tabel Lampiran 1) (Hopkins 1995). Hara mineral dapat dikelompokkan menjadi hara makro dan mikro, bergantung pada konsentrasi relatif dalam jaringan tumbuhan. Nilai rata-rata konsentrasi hara mineral pada jaringan tumbuhan menunjukkan perbedaan jumlah kebutuhan hara mineral tersebut. Ketersediaan hara makro dan mikro sangat penting karena masing-masing hara memiliki peran yang relatif berbeda (Taiz & Zeiger 1991). Beberapa ahli mengelompokkan hara mineral menurut peran biokimia dan fungsi fisiologisnya (Tabel Lampiran 2). Banyak hara mineral dalam tanah khususnya yang bermuatan positif, seperti kalium (K + ), kalsium (Ca 2+ ), dan magnesium (Mg 2+ ) menempel melalui daya tarik listrik ke permukaan partikel tanah yang bermuatan negatif. Sebaliknya, partikel tanah harus membebaskan mineralnya yang terikat ke larutan tanah supaya dapat menyerap nutrien tersebut. Hara mineral yang bermuatan negatif, seperti nitrat (NO - 3 ), fosfat (H 2 PO - 4 ) dan sulfat (SO 2-4 ) umumnya tidak terikat kuat pada partikel tanah sehingga cenderung tercuci lebih cepat. Respirasi seluler pada akar tanaman akan membebaskan CO 2 ke dalam larutan tanah, kemudian CO 2 tersebut akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H 2 CO 3 ). Disosiasi asam karbonat ini akan menambahkan ion hidrogen (H + ) ke dalam tanah. Ion hidrogen dalam larutan tanah membantu membuat nutrien tertentu menjadi tersedia bagi tanaman dengan cara menggantikan hara mineral bermuatan positif (kation) yang terikat kuat pada permukaan partikel tanah, proses ini disebut pertukaran kation (Gambar 1) (Campbell et al. 23). Kapasitas

19 4 Tukar Kation (KTK) merupan sifat kimia yang erat kaitannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dibandingkan tanah yang memiliki nilai KTK rendah (Taiz & Zeiger 1991). Gambar 1 Pertukaran kation dalam tanah (Campbell et al. 23) Selain hara mineral yang secara alami terkandung di dalam tanah, beberapa jenis hara seperti nitrogen melibatkan mikroorganisme dalam penyediannya di dalam tanah. Proses fiksasi N2 oleh bakteri Rhizobium, Azospirillum, dan Azotobacter serta nitrifikasi oleh Nitrosomonas, Nitrosococcus dan Nitrobacter memungkinkan N 2 bebas di atmosfer diubah menjadi NH 3 dan selanjutnya diubah menjadi NO - 3 yang siap diserap oleh tumbuhan. Hara P dan K juga banyak tersedia di dalam tanah sebagai hasil aktivitas bakteri pelarut P dan K (Hopkins 1995). Hara Mineral dalam Menunjang Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kebutuhan hara mineral berubah selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada tanaman budidaya, tingkat hara yang diabsorpsi pada fase pertumbuhan tertentu mempengaruhi hasil yang secara ekonomis penting. Untuk mengoptimalkan hasil, petani menggunakan analisis kandungan hara mineral dalam tanah untuk menentukan dosis pemupukan. Analisis tanah dapat menentukan kandungan hara mineral dalam tanah terutama yang berada pada

20 5 daerah perakaran. Tetapi analisis tanah tidak dapat menggambarkan seberapa banyak hara mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan, demikian juga seberapa banyak yang mampu diabsorpsi oleh tumbuhan. Jadi lebih baik bila analisis tanah disertai juga analisis jaringan tanaman. Analisis jaringan tanaman dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan tanaman atau hasil dengan konsentrasi hara mineral dalam jaringannya. Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa bila konsentrasi hara dalam jaringan rendah, maka pertumbuhan menurun. Pada zona defisiensi (deficiency zone), peningkatan ketersediaan hara mineral secara langsung berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan atau hasil. Bila ketersediaan hara mineral secara kontinyu meningkat, tidak selamanya berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan atau hasil (bahkan pertumbuhan atau hasil menjadi konstan), tetapi akan meningkatkan konsentrasi hara dalam jaringan, daerah tersebut dikenal dengan zona berkecukupan (adequat zone). Transisi antara daerah defisiensi dan adequat pada kurva disebut dengan konsentrasi kritis (critical concentration) dari hara mineral yang dapat diartikan sebagai kandungan hara minimum dalam jaringan yang berhubungan dengan pertumbuhan atau hasil maksimal. Setelah konsentrasi kritis menuju zona adequat terjadi peningkatan pertumbuhan atau hasil yang menyebabkan menurunnya konsentrasi hara dalam jaringan. Bila konsentrasi hara dalam jaringan meningkat setelah zona adequat, pertumbuhan atau hasil menurun dan hal ini disebabkan adanya keracunan hara, daerah ini disebut dengan zona meracun (toxic zone) (Graham dan Stangoulis 23). Gambar 2 Hubungan antara pertumbuhan atau hasil dengan kandungan hara dalam jaringan tumbuhan (Graham dan Stangoulis 23).

21 6 Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Pemupukan terutama dilakukan untuk menambahkan kandungan hara N, P, K, dan S. Pupuk anorganik (pupuk kimia) telah secara intensif digunakan sejak tahun 196-an. Penggunaan bibit unggul yang tanggap terhadap pupuk anorganik (Urea, TSP, dan KCl) memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan produksi pertanian. Sejak itu petani pada umumnya menggunakan pupuk anorganik dan mengesampingkan pupuk organik. Pengunaan pupuk anorganik yang relatif lebih mudah serta lebih cepat direspon oleh tanaman menyebabkan banyak petani lebih memilih menggunakan pupuk anorganik dibandingkan pupuk organik, misalnya kompos. Kendala lain yang dihadapi dalam penggunaan bahan organik sebagai pupuk dalam pertanian intensif adalah relatif lebih mahalnya biaya tenaga kerja dan transportasi dalam memproduksi pupuk organik tersebut (Bekti dan Surdianto 21). Tiga faktor yang mendorong meningkatnya perhatian terhadap aplikasi pupuk organik di Indonesia akhir-akhir ini, yaitu krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, pencabutan subsidi pupuk anorganik oleh pemerintah pada tahun 1998, dan tumbuhnya kesadaran terhadap potensi pencemaran lingkungan melalui penggunaan pupuk kimia (anorganik) yang berlebihan dan tidak efisien (Simanungkalit 21). Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan agar jumlahnya tidak sampai dibawah 2 %, dan hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk anorganik. Beberapa manfaat pupuk organik (kompos) antara lain: mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro walaupun dalam jumlah kecil, memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Disamping itu kompos juga mengandung asam humik (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan membantu meningkatkan ph pada tanah asam. (Lulakis & Petsas 1995).

22 7 Pupuk Hayati Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan substansi yang mengandung mikroorganisme hidup, bila diaplikasikan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah maka dapat memacu pertumbuhan tanaman tersebut (Vessey 23). Akar tanaman menjadi habitat yang sangat cocok untuk pertumbuhan berbagai mikroorganisme sehingga berbagai macam populasi mikroba dapat ditemukan di sekitar akar tanaman tersebut. Interaksi antara mikroba tanah dengan akar tanaman sangat penting bagi penyediaan nutrisi untuk tanaman maupun mikroba itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya mikroba yang ditemukan di daerah rhizosphere, yaitu lapisan tipis dari tanah yang melekat pada sistem perakaran tanaman (Atlas & Bortha 1998). Komonitas mikroba dapat berperan dalam pertumbuhan tanaman melalui beberapa mekanisme, antara lain: meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah, meningkatkan kemampuan bersaing dengan patogen akar (Weller et al. 22), dan meningkatkan serapan unsur-unsur hara oleh tanaman (Smith & Read 1997). Hal ini terkait dengan kemampuan mikroba dalam menghasilkan hormon pertumbuhan (IAA, sitokinin, dan giberelin) yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut akar sehingga penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih efisien (Lerner et al. 25). Wibowo (27) melaporkan bahwa penggunaan pupuk hayati (Azotobacter, Azospirillum, Pseudomonas, Bacillus, dan Rhizobium) mampu meningkatkan kandungan hormon IAA rata-rata sebesar % pada tanaman caisim, jagung, dan kedelai. Di daerah perakaran (rhizosfer) cukup banyak mikroorganisme yang menguntungkan, mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peningkatan serapan hara dan mencegah timbulnya penyakit yang berasal dari tanah. Kelompok mikroba yang berperan sebagai pupuk hayati, ada yang bersifat simbiotik (Rhizobium, Bradyrhizobium, Mikoriza) maupun non-simbiotik (Azotobacter, Azospirillum, Bacillus, Pseudomonas) (Tabel Lampiran 3). Berbagai inokulan pupuk hayati telah dikomersialkan di Indonesia, ada yang berupa strain tunggal (mengandung satu strain mikroba) dan ada yang multistrain (mengandung dua atau lebih strain mikroba). Disamping itu dikenal juga inokulan yang mengandung campuran dua atau lebih spesies dengan fungsi yang sama atau

23 8 berbeda. Inokulan yang mengandung dua atau lebih spesies mikroba dengan fungsi yang berbeda disebut pupuk hayati majemuk. Sebagai contoh dari pupuk semacam ini adalah Rhizoplus dan OST yang mengandung bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat (Tabel Lampiran 4) (Simanungkalit 21). Bakteri Penambat Nitrogen (N) Bakteri penambat nitrogen ada yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman dan ada yang hidup bebas. Rhizobium dan Bradyrhizobium merupakan genus bakteri penambat nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman dengan membentuk nodul, terutama famili leguminosae. Bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas dan berinteraksi dengan perakaran tanaman, antara lain: Azospirillum dan Azotobacter. Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rumput-rumputan, termasuk jagung, cantel, dan gandum (Kristanto et al. 22). Ada tiga spesies Azospirillum yang telah ditemukan dan mempunyai kemampuan sama dalam menambat nitrogen, ialah: Azospirillum brasiliense, A. lipoferum, dan A. amazonense. Keuntungan lain dari bakteri ini, yaitu apabila saat berada di daerah rhizosfer tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah (Sutanto 22). Pengikatan nitrogen dapat ditunjukkan dengan persamaan kimia berikut, dimana 2 molekul amoniak terbentuk dari 1 molekul gas nitrogen, memerlukan 16 molekul ATP dan suplai elektron serta proton: N H e ATP 2 NH 3 + H ADP + 16 Pi Reaksi kimia di atas dapat dilakukan oleh organisme prokariotik seperti bakteri, menggunakan kompleks enzim nitrogenase. Reaksi terjadi ketika N 2 terikat oleh enzim nitrogenase. Protein Fe akan tereduksi dengan elektron yang diberikan oleh feredoxin. Selanjutnya protein Fe mengikat ATP dan mereduksi protein Mo-Fe, yang memberikan elektronnya pada N 2 sehingga menghasilkan NH 3 (Gambar 3).

24 9 Gambar 3 Proses fiksasi nitrogen pada bakteri (Deacon 26). Bakteri Pelarut Fosfat Kebanyakan tanah di wilayah tropika yang bereaksi asam mengalami kahat hara fosfat. Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada kebanyakan tanah tropika diperkirakan hanya 25% fosfat yang dapat diserap tanaman, dan sekitar 75% diikat partikel tanah. Spesies bakteri, seperti: Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. telah diidentifikasi mampu melarutkan P yang tidak larut menjadi bentuk tersedia bagi tanaman (Atlas & Bortha 1998). Bakteri pelarut fosfat berpotensi meningkatkan ketersediaan fosfat terlarut bagi tanaman, terutama pada tanah yang banyak mengandung endapan fosfor. Bakteri pelarut fosfat melepaskan ikatan fosfat anorganik yang sukar larut dengan mensekresikan sejumlah asam organik. mekanisme tersebut bukan satu-satunya cara untuk melarutkan fosfat. Beberapa bakteri seperti Bacillus amyloliquefaciens, B. subtilis, Klebsiella terigena, Pseudomonas spp, dan Enterobacter sp. dilaporkan mempeunyai aktivitas fitase, suatu enzim golongan fosfomonoesterase yang mampu menghidrolisis polifosfat organik tak larut (fitat) menjadi rangkaian ester fosfat berbobot molekul rendah dari myo-inositol dan fosfat yang penting untuk prokariot dan eukariot (Idriss et al. 22).

25 1 Hasil penelitian Premono (1994) menunjukkan bahwa Pseudomonas fluorescens. dan P. putida. mampu meningkatkan P terekstrak pada tanah masam sampai 5 %, sedangkan pada tanah basa mampu meningkatkan P terekstrak sebesar 1 %. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa efektifitas bakteri pelarut P tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan P, tetapi juga disebabkan kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh, terutama oleh mikroba yang hidup di permukaan akar seperti Pseudomonas fluorescens, P. putida, dan P. striata. Mikroba-mikroba tersebut dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti asam indol asetat (IAA) dan asam giberelin (GA3) (Pattern & Glick 22). Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Bahan organik sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada tanaman padi sawah, hasil gabah per rumpun meningkat sebesar 15,3 %, berat kering akar sebesar 9,84 % dan jumlah malai per rumpun atau jumlah anakan produktif meningkat sebesar 35,9 % dengan pemberian bahan organik sebesar 24 ton/ha (Sumardi et al. 27). Penggunaan kompos berbahan dasar alang-alang sebesar 3 ton/ha pada suatu pertanaman campuran padi gogo dan jagung dapat menaikkan hasil panen padi gogo sebesar 175 kg/ha (l2,3%) dan jagung sebesar 2 kg/ha (11%). Kompos alang-alang juga mampu menaikkan efisiensi pupuk N dan K yang diberikan (Notohadiprawiro 26). Disamping pupuk organik, pupuk hayati juga sangat berperan penting dalam bidang pertanian. Inokulasi bakteri Azospirillum sp. pada tanaman jagung mampu mengurangi kebutuhan pupuk N sampai dosis sedang (Kristanto et al. 22). Pal (1998) melaporkan bahwa Bacillus sp. pada tanah yang dipupuk dengan batuan fosfat dapat meningkatkan jumlah dan bobot kering bintil akar serta hasil biji pada beberapa tanaman yang toleran tanah asam (jagung, bayam dan kacang panjang). Penggunaan pupuk hayati yang terdiri dari campuran bakteri Azotobacter, Azospirillum, Pseudomonas, Bacillus, dan Rhizobium mampu meningkatkan produksi pada tanaman jagung, kacang tanah, dan caisim berturutturut sebesar 27 %, 66 %, dan 25 % (Wibowo 27).

26 11 Beberapa bakteri pelarut fosfat juga dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit. Strain tertentu dari Pseudomonas sp. dapat mencegah tanaman dari patogen fungi yang berasal dari tanah dan potensial sebagai agen biokontrol untuk digunakan secara komersial di rumah kaca maupun di lapangan. P. fluorescens dapat mengontrol perkembangan penyakit dumping-off pada tebu. Kemampuan bakteri ini terutama karena menghasilkan 2,4- diacethylphloroglucinol, suatu metabolit sekunder yang dapat menghalangi dumping-off Phytium ultium (Arshad & Frankenberger 1993).

27 BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman dan Pupuk Hayati Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung (Zea mays L.) Hibrida Pioneer dan padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang. Pupuk hayati yang digunakan terdiri atas isolat bakteri Azospirillum sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp. hasil seleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor. Masing-masing isolat bakteri tersebut dibiakkan dalam medium cair dengan kepadatan populasi sebesar 1 8 sel/ml. Tanah Percobaan dan Kompos Tanah yang digunakan sebagai media tanam merupakan jenis latosol, yang diperoleh dari Kebun Percobaan IPB Cikabayan Bogor untuk percobaan tanaman jagung. Sedangkan tanah untuk tanaman padi berasal dari Balai Besar Biogen Cimanggu Bogor. Kompos yang digunakan berbahan dasar tanaman kedelai, jagung dan padi dengan perbandingan masing-masing berturut-turut sebesar 4, 3, dan 3 %. Sebelum digunakan dalam percobaan, tanah maupun kompos diuji fisik dan kimianya terlebih dahulu di Laboratorium Kesuburan dan Kimia Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan ini dilakukan pada bulan Mei hingga Desember 27. Penanaman jagung dilakukan di rumah plastik Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Bogor. Penanaman padi dilakukan di rumah kaca Balai Besar Biogen Cimanggu, Bogor. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, 2 faktor (2 x 4) dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan aplikasi

28 13 pupuk hayati yang terdiri atas 2 taraf, yaitu: tanpa pupuk hayati (H), dan menggunakan pupuk hayati (H1). Faktor kedua adalah perlakuan sumber nutrisi yang terdiri atas 4 taraf, yaitu: tanah saja (N), tanah + 1 % dosis pupuk anorganik (N1), tanah + 1 % dosis kompos (N2), dan tanah + 5 % dosis kompos + 5 % dosis pupuk anorganik (N3). Prosedur Kerja Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: Penyiapan media tanam. Tanah yang telah dianalisis sifat-sifat fisik dan kimianya kemudian dituangkan ke dalam pot percobaan sebanyak 8 kg pot -1 untuk tanaman padi dan 12 kg pot -1 untuk tanaman jagung. Selanjutnya tiap tanah tersebut disiram air hingga mencapai kapasitas lapang untuk tanaman jagung, sedangkan untuk tanaman padi disiram sampai jenuh dengan air, namun tidak sampai tergenang. Pemberian pupuk anorganik dan kompos. Pupuk anorganik diberikan saat tanam, terdiri dari urea dengan dosis pada tanaman jagung dan padi secara berturut-turut sebesar 1,5 dan 1 g pot -1 (25 kg ha -1 ), SP-36 dan KCl dengan dosis pada tanaman jagung dan padi secara berturut-turut sebesar 1,2 dan,8 g pot -1 (2 kg ha -1 ). Pemberian kompos dilakukan 7 hari sebelum tanam, dengan dosis 1g pot -1 (1 ton ha -1 ). Penanaman bibit tanaman. Bibit padi yang telah berumur 2 hari ditanam ke dalam pot yang telah disediakan sebelumnya. Tiap pot ditanami 1 bibit padi. Untuk penyiapan bibit tanaman jagung, 3 biji jagung hibrida ditanam pada tiap pot. Seminggu setelah tanam, tanaman yang mati diganti/disulam. Khusus untuk tanaman jagung, setelah mencapai umur 1 hari dilakukan penjarangan, sehingga tersisa satu tanaman yang tumbuh sehat. Pemberian pupuk hayati. Biakan cair bakteri yang dibutuhkan untuk tiap isolat sebanyak 1 liter, setelah itu biakan cair tersebut dicampur menjadi satu, kemudian diencerkan hingga mencapai volume 6 liter. Pemberian pupuk hayati tahap I dilakukan pada saat tanam untuk tanaman padi, sedangkan untuk tanaman jagung dilakukan 3 hari setelah tanam, dengan dosis 15 ml pot -1 Pemberian pupuk

29 14 hayati tahap II dilakukan pada umur 2 MST (minggu setelah tanam), dengan dosis 15 ml pot -1. Pengukuran serapan hara tanaman. Pengukuran serapan hara tanaman jagung dilakukan pada umur 6 MST, sedangkan pada padi dilakukan pada umur 8 MST. Pengukuran serapan hara tanaman diperoleh dari hasil kali antara nilai kadar hara makro (%) dan hara mikro (ppm) tanaman dengan nilai berat kering tanaman (gram). Hasil kali tersebut kemudian dibagi 1 untuk unsur hara makro agar satuannya menjadi g/pot, sedangkan untuk hara mikro dibagi 1 agar satuannya menjadi mg/pot. Analisis kadar hara tanaman dilakukan di Laboratorium Kesuburan dan Kimia Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Bogor.Organ tanaman yang dianalisis kadar haranya adalah daun secara keseluruhan. Unsur hara yang dianalisis meliputi nitrogen (N) dengan metode Kjedahl, sedangkan hara fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), dan tembaga (Cu) dianalisis menggunakan metode pengabuan basah dengan kuantifikasi masing-masing menggunakan UV-Vis Spektrofotometer dan Flamenofotometer. Pengamatan pertumbuhan tanaman. Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang (khusus jagung), dan jumlah rumpun (khusus padi). Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu, terhitung sejak 2 MST. Analisis kandungan klorofil daun. Analisis kandungan klorofil daun jagung dilakukan pada umur 6 MST, sedangkan pada daun padi dilakukan pada umur 8 MST. Analisis kandungan klorofil daun (mg/l) dilakukan berdasarkan Yoshida et al. (1971), dengan prosedur sebagai berikut: daun segar dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak dua gram. Daun tersebut digerus sampai halus dengan mortar dalam aseton 8 % secukupnya. Hasil gerusan kemudian disaring dengan kertas Whatman nomor 1, filtratnya ditampung ke dalam labu ukur 1 ml. Penggerusan dan penyaringan diulang bila ampas daun masih nampak hijau. Kemudian ditambahkan aseton 8 % ke dalam labu ukur sampai mencapai 1 ml, selanjutnya larutan tersebut diambil sebanyak 5 ml untuk dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml dan diencerkan dengan aseton 8% hingga volumenya

30 15 mencapai 5 ml. Dengan menggunakan spektrofotometer (Double Wavelength- Double Beam Spectrophotometer Hitachi 557), larutan klorofil tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 645 nm dan 663 nm. Untuk menghitung kandungan klorofil menggunakan rumus sebagai berikut: Kl a =.127. A A 645 Kl b =.229. A A 663 Kl total = Kl a + Kl b =.22. A A 663 Kl a = klorofil a ; Kl b = klorofil b A 663 = Absorbansi pada λ 663 nm Penimbangan produksi tanaman. Panen jagung dilakukan sekitar umur 75 hari, sedangkan panen padi dilakukan sekitar umur 4 bulan. Tongkol jagung yang dihasilkan kemudian dipisahkan dari klobotnya, setelah itu dipipil dan dikeringkan (kadar air 14,5 %) untuk selanjutnya ditimbang beratnya. Begitu juga dengan bulir padi yang dihasilkan, dipisahkan dari malainya, dikeringkan lalu ditimbang beratnya. Uji terhadap jumlah bakteri di tanah pada akhir percobaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah bakteri di tanah, antara yang diberi pupuk hayati (H1) dan yang tidak diberi pupuk hayati (H). Prosedur dilakukan dengan menggunakan metode hitungan cawan berdasarkan Hadioetomo (1993). Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor maka data dianalisis dengan ANOVA menggunakan program SPSS versi 13. for Windows, kemudian dilakukan uji lanjutan dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95 %.

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tanah Sifat kimia dan fisik tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang digunakan dalam percobaan ini memiliki sifat-sifat kimia dan fisik seperti yang terdapat pada Tabel Lampiran 5. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia dan fisik tanah dari Hardjowigeno (1995) yang tercantum pada Tabel Lampiran 6, diketahui bahwa kedua sampel tanah percobaan memiliki sifat-sifat kimia yang sama dalam hal berikut: ph asam (4,5-5,5), kandungan C- organik rendah (1-2 %), N-total rendah (,1-,2), P sangat rendah (<1 ppm), Ca rendah (2-5 me/1g), K rendah (,1-,2 me/1g), Na rendah (,1-,3 me/1g). Kapasitas tukar kation (KTK) rendah (5-16 me/1g). Kedua sampel tanah tersebut berbeda dalam hal kandungan Mg dan kejenuhan basa (KB). Tanah Cikabayan memiliki kandungan Mg rendah (,4-1, me/1g), dan KB sangat rendah (<2 %). Sedangkan tanah Cimanggu memiliki kandungan Mg sedang (1,1-2, me/1g), dan KB juga sedang (36-5 %). Hasil Analisis Kompos Sifat kimia kompos juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama C/N-ratio. Kompos yang digunakan dalam percobaan ini memiliki sifat-sifat kimia seperti yang terdapat pada Tabel Lampiran 7. Berdasarkan Standar Kualitas Kompos (SNI ) dari Badan Standarisasi Nasional (Tabel Lampiran 8), diketahui bahwa kompos tersebut merupakan kompos yang memiliki kualitas baik karena memiliki kandungan kimia dengan porsi yang seimbang (nilainya dari nilai minimum atau dari nilai maksimum). Kompos yang digunakan dalam percobaan ini memiliki nilai C/N-ratio sebesar 18,5. Hal ini menunjukkan bahwa kompos tersebut telah matang (siap digunakan). Kompos yang berkualitas baik memiliki nilai C/N-ratio berkisar 1-2 (Hardjowigeno 1995).

32 17 Karakteristik Bakteri yang Digunakan sebagai Pupuk Hayati Azospirillum sp. Bentuk sel vibroid, koma, atau batang lurus dengan lebar sel,9-1,2 mikrometer. Bakteri ini bersifat aerob, aerob fakultatif, kemoorganotrof, gram negatif. Bakteri ini hidup di daerah rhizosfer, beberapa galur tumbuh baik pada ph netral, yang lainnya lebih menyukai kondisi yang lebih asam dengan suhu optimum pertumbuhan antara C. Bakteri ini tumbuh dengan baik pada medium yang mengandung asam organik seperti malat, suksinat, laktat, dan piruvat (Krieg dan Holt 1984). Isolat bakteri Azospirillum sp. (IDM3) yang digunakan dalam penelitian ini terbukti mampu menghasilkan IAA sebesar 7.2 ppm dalam medium yang mengandung triptofan dan juga mampu menambat nitrogen dengan baik (Ditjen PLA Deptan dan LPPM IPB 26). Bacillus sp. Bentuk sel batang dengan ukuran,6 -,8 x 2-5 mikrometer, memiliki endospora, motil. Bakteri ini bersifat aerob, aerob fakultatif, kemoheterotrof, gram positif, hidup di daerah rhizosfer dengan kisaran ph 2-11, temperatur optimum antara 3-45 C, temperatur minimum 5-1 C. Sumber karbon berupa senyawa organik sederhana seperti gula, asam-asam amino, dan asam-asam organik (Todar 28). Isolat bakteri Bacillus sp. (TG1) yang digunakan dalam penelitian ini terbukti mampu menghasilkan IAA sebesar 67.2 ppm dalam medium yang mengandung triptofan dan juga mampu melarutkan fosfat dengan indeks pelarutan P sebesar 25 (Ditjen PLA Deptan dan LPPM IPB 26). Pseudomonas sp. Bentuk sel batang dengan ukuran,7 -,8 x 2,3 mikrometer, motil, gram negatif, bersifat aerob, beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif, tidak membentuk spora. Hidup di daerah rhizosfer pada ph netral sampai asam, kisaran suhu pertumbuhan optimum antara 25-3 C, suhu pertumbuhan minimum 4 C dan maksimum 41 C. Sumber karbon berupa senyawa L arabinosa, glukosa, sukrosa, sakarat, propionat, sorbitol, adonitol, mesoinositol, dan DL arginin (Krieg dan Holt 1984). Isolat bakteri Pseudomonas sp. yang digunakan dalam

33 18 penelitian ini terbukti mampu menghasilkan IAA dalam medium yang mengandung triptofan dan juga mampu melarutkan fosfat (Ditjen PLA Deptan dan LPPM IPB 26). Aplikasi Pupuk Hayati Meningkatkan Serapan Hara Tanaman Pada tanaman jagung, penggunaan pupuk hayati mampu meningkatkan secara nyata rata-rata serapan hara N sebesar 77,8 %, P sebesar 82,4 %, Ca sebesar 75 %, Mg sebesar 97 %, Fe sebesar 63,2 %, dan Cu sebesar 58,9 % (Gambar 4). Serapan hara K secara umum juga mengalami peningkatan pada tanaman yang menggunakan pupuk hayati walaupun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan tanaman kontrol (H) Serapan N(g/pot) H H1 Serapan P(g/pot) H H1 A. Serapan hara N B. Serapan hara P SerapanK(g/pot) SerapanCa(g/pot) H H1 H H1 C. Serapan hara K D. Serapan hara Ca SerapanMg (g/pot) Serapan Fe (mg/pot) H H H1 E. Serapan hara Mg F. Serapan hara Fe.6 H1.5 Serapan Cu (mg/pot) H H1 G. Serapan hara Cu Gambar 4 Rata-rata serapan hara tanaman jagung pada perlakuan pupuk hayati. (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). (I SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.

34 19 Pada tanaman padi, pupuk hayati berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan hara N, P, dan Ca berturut-turut sebesar 22,5 %,,9 %, dan 13,3 % (Gambar 5). Serapan hara K, Mg dan Cu juga mengalami peningkatan walaupun tidak nyata pada tanaman yang mendapat perlakuan pupuk hayati dibandingkan dengan tanaman kontrol. Adapun serapan hara Fe mengalami penurunan yang nyata, yaitu sebesar 16,3 % akibat aplikasi pupuk hayati. Hasil analisis data tentang serapan hara tanaman jagung dan padi dapat dilihat di Lampiran 9 dan 1. Serapan K (g/pot) Serapan N (g/pot) Serapan P (g/pot).1 H H1 H H1 A. Serapan hara N B. Serapan hara P Serapan Ca (g/pot) H H1 H H1 C. Serapan hara K D. Serapan hara Ca Serapan Mg (g/pot) Serapan Fe (mg/pot) H H1 H H1 E. Serapan hara Mg F. Serapan hara Fe Serapan Cu (mg/pot) H H1 G. Serapan hara Cu Gambar 5 Rata-rata serapan hara tanaman padi pada perlakuan pupuk hayati. (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). (I SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.

35 2 Fakta tersebut menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati pada tanaman jagung mampu meningkatkan rata-rata serapan hara makro sebesar 5-97 %, dan unsur hara mikro sebesar 58,9-63,2 %. Sedangkan pada tanaman padi, hanya serapan hara makro yang mengalami peningkatan, yaitu rata-rata sebesar 1,9-22,5 %. Walaupun demikian, penggunaan pupuk anorganik maupun organik (kompos) sebagai tambahan sumber nutrisi sangat diperlukan untuk meningkatkan efektifitas pupuk hayati dalam meningkatkan serapan hara (terutama tanaman jagung), sebagaimana yang akan diuraikan pada sub bab berikutnya. Dari data-data di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan serapan hara pada tanaman dapat dipengaruhi oleh aktivitas bakteri yang digunakan sebagai pupuk hayati. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga jenis bakteri (Azospirillum sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp.) yang digunakan sebagai pupuk hayati cukup efektif dalam meningkatkan serapan hara tanaman. Azospirillum sp. diketahui berperan dalam pengikatan nitrogen bebas dari udara, sehingga ketersediaan senyawa nitrogen di dalam tanah meningkat dan dapat diserap oleh akar tanaman. Kristanto et al. (22) melaporkan bahwa inokulasi bakteri Azospirillum sp. pada tanaman jagung mampu mengurangi kebutuhan pupuk N sampai dosis sedang. Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. diketahui berperan dalam melarutkan P - sehingga menjadi bentuk tersedia bagi tanaman (H 2 PO 4 atau HPO 2-4 ). Kemampuan dalam melarutkan P tidak tersedia menjadi P tersedia bagi tanaman berkaitan erat dengan disekresikannya asam-asam organik oleh bakteri-bakteri tersebut yang dapat membentuk khelat (kompleks stabil) dengan kation-kation pengikat P di dalam tanah seperti Al 3+ dan Fe 3+. Khelasi tersebut dapat menurunkan reaktivitas ion-ion tersebut sehingga menyebabkan pelarutan fosfat yang efektif (Han dan Lee 25). Premono (1994) melaporkan bahwa inokulasi Pseudomonas putida pada tanaman jagung mampu meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman sampai 3 %. Pada tanaman tebu, penggunaan P. putida dan P. fluorescens dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk TSP sebanyak %. Selain meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah, bakteri-bakteri tersebut juga dapat membantu meningkatkan serapan unsur-unsur

36 21 hara pada tanaman (Smith & Read 1997). Hal ini berkaitan dengan kemampuan bakteri-bakteri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut akar sehingga penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih efisien (Lerner et al. 25). Hasil percobaan ini juga menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati mampu meningkatkan bobot kering akar tanaman jagung dan padi berturut-turut sebesar 54,7 %, dan 7,8 % dibandingkan dengan akar tanaman tanpa pupuk hayati (Gambar 6). Bobot Kering (g/pot) Bobot Kering (g/pot) H H1 H H1 A. B Gambar 6 Rata-rata bobot kering akar tanaman jagung (A), tanaman padi (B) pada perlakuan pupuk hayati. (I SE). (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut akar berkaitan erat dengan dihasilkannya hormon pertumbuhan oleh mikroba tersebut. Vessey (23) mengemukakan bahwa inisiasi, pembelahan dan pemanjangan sel pada akar sangat dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan oleh beberapa mikroba. Lebih lanjut Isroi (27) mengemukakan bahwa Pseudomonas sp dan Azospirillum sp dapat menghasilkan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Melalui beberapa mekanisme yang telah dijelaskan tersebut maka pupuk hayati mampu meningkatkan serapan unsur-unsur hara pada tanaman. Peningkatan serapan hara K (kalium) yang tidak nyata pada tanaman jagung dan padi, serta hara Mg pada padi dalam hubungannya dengan aplikasi pupuk hayati pada percobaan ini dapat disebabkan oleh faktor serapan hara K yang bersifat antagonistik terhadap serapan hara Ca dan Mg. Barber (1997) menyatakan bahwa K yang diserap oleh tanaman berhubungan erat dengan unsur Ca dan Mg. Hubungan ini menunjukkan bahwa penyerapan hara K dapat mengurangi penyerapan hara Ca dan Mg oleh tanaman, begitu juga sebaliknya.

37 22 Mapegau (21) juga melaporkan bahwa peningkatan pemberian pupuk kalium dapat menurunkan serapan Ca dan Mg. Peningkatan serapan hara tanaman padi yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan tanaman jagung sebagai respon terhadap aplikasi pupuk hayati bisa disebabkan oleh kondisi rhizosfer tanaman padi yang cenderung anaerob, sehingga menyebabkan serapan unsur-unsur hara kurang optimal. Walaupun tanaman padi sawah tidak menghendaki kondisi anaerob pada media pertumbuhannya, namun tanaman ini toleran terhadap kondisi anaerob tersebut. Pada kondisi jenuh air, tanaman sulit mendapatkan O 2 sehingga tanaman padi menyiasatinya dengan membentuk jaringan aerenchym. Semakin lama tanaman padi tumbuh pada kondisi anaerob, maka akan semakin banyak dan semakin besar jaringan aerenchym yang terbentuk. Jaringan aerenchym yang terbentuk akan menempati sebagian sel akar yang semestinya berfungsi sebagai jalur transportasi unsur hara dan air. Apabila jaringan aerenchym yang terbentuk semakin banyak, maka akan mengganggu proses penyerapan hara dan air oleh akar tanaman (Sumardi et al. 27). Kondisi rhizosfer yang cenderung anaerob pada tanaman padi juga dapat mempengaruhi efektifitas bakteri Azospirillum sp dalam memfiksasi nitrogen dari udara. Krieg dan Holt (1984) mengemukakan bahwa pada saat jumlah oksigen - sedikit (cenderung anaerob), beberapa galur bakteri dapat mendisimilasi NO 3 - menjadi NO 2 atau N 2 O dan N 2. Dalam kondisi seperti ini mengakibatkan peningkatan serapan hara N tanaman padi relatif jauh lebih kecil (22,5 %) dibandingkan tanaman jagung (77,8 %) dalam hubungannya dengan aplikasi pupuk hayati. Peningkatan serapan hara makro (terutama N, P, dan K) yang relatif jauh lebih kecil pada tanaman padi, bisa juga menjadi indikasi kuat mengenai penyebab tidak adanya peningkatan yang nyata pada serapan hara mikro (Fe dan Cu) tanaman tersebut dalam hubungannya dengan aplikasi pupuk hayati. Hal ini lazim terjadi di lapangan, dimana peningkatan serapan suatu jenis hara akan memacu peningkatan serapan hara lainnya dan sebaliknya, karena adanya interaksi antar nutrien (Havlin et al. 25).

38 23 Sumber Nutrisi membantu Meningkatkan Serapan Hara Tanaman Pada tanaman jagung, sumber nutrisi berpengaruh nyata terhadap serapan semua jenis hara (Gambar 7). Pada tanaman padi, sumber nutrisi berpengaruh nyata terhadap tingkat serapan hara N, P, Ca, Mg, dan Fe, sedangkan pada hara K dan Cu pengaruhnya tidak nyata (Gambar 8). Rata-rata tingkat serapan hara makro maupun mikro pada tanaman jagung dan padi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tingkat serapan hara tanaman jagung dan padi pada tiap sumber nutrisi Sumber Tingkat Serapan Hara Tanaman Jagung Tanaman Padi Nutrisi Hara Makro (g/pot) Hara Mikro (mg/pot) Hara Makro (g/pot) Hara Mikro (mg/pot) N N N N Keterangan Tabel 1: N (tanah saja); N1 (tanah + 1 % dosis pupuk anorganik); N2 (tanah + 1 % dosis kompos); N3 (tanah + 5 % dosis pupuk anorganik + 5 % Kompos) Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa tanaman tanpa tambahan sumber nutrisi (N) menghasilkan tingkat serapan hara yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan tambahan sumber nutrisi (N1, N2, dan N3). Tanaman jagung dengan sumber nutrisi N1, N2, dan N3 menghasilkan tingkat serapan hara makro berturut-turut 5.95, 11.2, dan 1.5 kali lebih tinggi bila dibandingkan N, sedangkan pada tanaman padi berturut-turut 1.73, 1.75, dan 1.61 kali lebih tinggi. Demikian pula dengan hara mikro, tanaman jagung dengan sumber nutrisi N1, N2, dan N3 menghasilkan tingkat serapan hara mikro berturut-turut 3.82, 5.62, dan 5.38 kali lebih tinggi bila dibandingkan N, sedangkan pada tanaman padi berturut-turut 1.52, 1.3, dan 1.82 kali lebih tinggi (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik maupun anorganik sebagai tambahan sumber nutrisi sangat diperlukan untuk meningkatkan serapan hara tanaman. Tingkat serapan hara yang lebih tinggi pada tanaman yang mendapatkan pupuk sebagai tambahan sumber nutrisi terkait dengan peran pupuk organik dan anorganik selain

39 24 sebagai penyedian unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, juga diperlukan untuk mengaktifasi pupuk hayati dalam meningkatkan serapan hara tanaman. Vance (1988) mengemukakan bahwa suplai bahan organik maupun anorganik diperlukan pada tahap awal untuk meningkatkan jumlah populasi mikroba yang berperan sebagai biofertilizer. Pada umumnya, mikroba pengikat nitrogen memerlukan suplai nutrien anorganik pada tahap awal sebelum mikroba tersebut mengikat nirogen dari udara. Serapan N (g/pot) N N1 N2 N3 N N1 N2 N3 A. Serapan hara N B. Serapan hara P Serapan P (g/pot) Serapan K (g/pot) N N1 N2 N3 Serapan Ca (g/pot) N N1 N2 N3 C. Serapan hara K D. Serapan hara Ca Serapan Mg (g/pot) N N1 N2 N3 Serapan Fe (mg/pot) N N1 N2 N3 E. Serapan hara Mg F. Serapan hara Fe.9.8 Serapan Cu (mg/pot) N N1 N2 N3 G. Serapan hara Cu Gambar 7 Rata-rata serapan hara tanaman jagung pada tiap sumber nutrisi. (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (I SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.

40 25 Serapan N (g/pot) Serapan K (g/pot) Serapan Mg (g/pot) N N1 N2 N3 Serapan P (g/pot) N N1 N2 N3 A. Serapan hara N B. Serapan hara P N N1 N2 N3 Serapan Ca (g/pot) N N1 N2 N3 C. Serapan hara K D. Serapan hara Ca N N1 N2 N3 Serapan Fe (mg/pot) N N1 N2 N3 E. Serapan hara Mg F. Serapan hara Fe.3 Serapan Cu (mg/pot) N N1 N2 N3 G. Serapan hara Cu Gambar 8 Rata-rata serapan hara tanaman padi pada tiap sumber nutrisi. (I SE). (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tanaman dengan sumber nutrisi kompos (N2 dan N3) cenderung menghasilkan tingkat serapan hara makro dan mikro lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya (N dan N1), walaupun

41 26 tingkat serapan hara makro pada tanaman padi antara sumber nutrisi N2 dan N1 relatif tidak jauh berbeda. Meningkatnya serapan hara makro dan mikro pada tanaman dengan sumber nutrisi kompos, terkait erat dengan peran asam humik (humus) yang terkandung dalam kompos. MacCarthy et al. (199) mengemukakan bahwa kompos merupakan bahan organik yang mengandung asam humik (humus) yang mampu meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Pada tanah asam, penambahan pupuk organik (kompos) juga dapat meningkatkan ph tanah. Telah diketahui bahwa tanah percobaan tanaman jagung maupun padi merupakan tanah asam dan juga memiliki KTK rendah (Tabel Lampiran 5). Dalam hal ini pemberian kompos sebagai sumber nutrisi cenderung meningkatkan KTK dan ph tanah, sehingga ketersediaan dan tingkat serapan unsur-unsur hara relatif meningkat. Tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dibandingkan tanah yang memiliki nilai KTK rendah (Taiz & Zeiger 1991). Senyawa humik juga dapat meningkatkan permeabilitas membran sel yang pada akhirnya dapat meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman. Hal ini diduga berkaitan dengan aktivitas permukaan senyawa humik yang mampu berinteraksi dengan struktur fosfolipid dari membran sel sehingga berperan sebagai pembawa unsur hara bagi tanaman (Chen dan Schnitzer 1978). Selain berperan menaikkan KTK dan ph tanah serta meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik, kompos juga dapat menghasilkan sumber energi untuk aktivitas biologi di dalam tanah (Sabiham & Mulyanto 25). Dalam hal ini ada indikasi kuat mengenai aktifitas bakteri inokulan yang ada di daerah rhizosfer semakin meningkat atau bekerja secara optimal untuk meningkatkan serapan unsur-unsur hara tersebut melalui beberapa mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi peran kompos dalam hal ini adalah untuk membangkitkan aktifitas bakteri-bakteri inokulan secara optimal. Fenomena ini juga diperkuat dengan adanya fakta hasil percobaan yang menunjukkan bahwa tanah yang menggunakan sumber nutrisi kompos memiliki rata-rata jumlah sel bakteri tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 9).

42 27 Jumlah Bakteri (sel X 1/g tanah) N N1 N2 N3 Sumber Nutrisi Jumlah Bakteri (sel X 1/g tanah) N N1 N2 N3 Sumber Nutrisi A. Tanah percobaan tanaman jagung B. Tanah percobaan tanaman padi Gambar 9 Rata-rata jumlah bakteri di tanah pada akhir pecobaan. (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (I. SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi membantu Meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pupuk hayati berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung maupun tanaman padi. pupuk hayati pada tanaman jagung dapat meningkatkan secara nyata rata-rata jumlah daun sebesar 5,9 %, lingkar batang sebesar 12,7 %, dan bobot kering tanaman sebesar 53,7 % dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan pupuk hayati (Gambar 1) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (lembar/pot) H H1 H H1 A. Tinggi tanaman B. Jumlah daun 6 6 Lingkar Batang (cm) Bobot Kering (g/pot) H H1 H H1 C. Lingkar batang D. Bobot kering tanaman Gambar 1 Respon pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan pupuk hayati. (I SE). (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.

43 28 Pada tanaman padi, penggunaan pupuk hayati mampu meningkatkan secara nyata rata-rata jumlah daun sebesar 1,4 %, jumlah anakan sebesar 14,2 %, dan bobot kering tanaman sebesar 11,6 % dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk hayati (Gambar 11). Sedangkan pada parameter tinggi tanaman (jagung maupun padi) peningkatannya tidak nyata, hal ini disebabkan pengaruh pupuk hayati cenderung diarahkan untuk pertumbuhan akar (Gambar 6). Hasil analisis data tentang pertumbuhan tanaman jagung dan padi dapat dilihat di Lampiran 11 dan 12. Tinggi Tanaman (cm) H H1 H A. Tinggi tanaman B. Jumlah daun Jumlah Daun (lembar/pot) H1 Jumlah Anakan (buah/pot) Gambar 11 H H1 Bobot Kering (g/pot) H C. Jumlah anakan D. Bobot kering tanaman Respon pertumbuhan tanaman padi pada perlakuan pupuk hayati. (I SE). (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. H1 Sumber nutrisi juga berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung maupun padi. Tanaman tanpa tambahan sumber nutrisi (N) menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang sangat nyata tertinggal dibandingkan dengan tanaman yang mendapat tambahan sumber nutrisi (N1, N2, dan N3), terutama untuk parameter bobot kering tanaman (Gambar 12 dan 13).

44 29 Tinggi Tanaman (cm) Lingkar Batang (cm) N N1 N2 N3 Jumlah Daun (lembar) N N1 N2 N3 A. Tinggi tanaman B. Jumlah daun N N1 N2 N3 Bobot Kering (g/pot) N N1 N2 N3 C. Lingkar batang D. Bobot kering tanaman Gambar 12 Respon pertumbuhan tanaman jagung pada tiap sumber nutrisi. (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (I SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (lembar/pot) Jumlah Anakan (buah/pot) N N1 N2 N3 N N1 N2 N3 A. Tinggi tanaman B. Jumlah daun N N1 N2 N3 N N1 N2 N3 C. Jumlah anakan D. Bobot kering tanaman Bobot Kering (g/pot) Gambar 13 Respon pertumbuhan tanaman padi pada tiap sumber nutrisi. (I SE). (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.

45 3 Pengaruh pupuk hayati pada tanaman dengan sumber nutrisi N juga sangat kecil dalam membantu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman padi. Bahkan perlakuan pupuk hayati pada tanaman jagung dengan sumber nutrisi N tidak menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan vegetatif. Walaupun pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh sumber nutrisi, namun perlakuan dengan pupuk hayati pada sumber nutrisi N1, N2, dan N3 menghasilkan respon pertumbuhan vegetatif yang relatif lebih baik (Gambar 14 dan 15). Tinggi Tanaman (cm) N N1 N2 N3 H H1 Jumlah Daun (Lembar/pot) N N1 N2 N3 H H1 A. Tinggi tanaman B. Jumlah daun Lingkar Batang (cm) H H1 Bobot Kering (g/pot) H H1 N N1 N2 N3 N N1 N2 N3 C. Lingkar batang D. Bobot kering tanaman Gambar 14 Respon pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan kombinasi (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). (I SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Fakta ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk (anorganik maupun organik) sebagai tambahan sumber nutrisi sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal ini terkait erat dengan peran sumber nutrisi selain sebagai penyedia unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi pertumbuhan bakteri yang berperan sebagai pupuk hayati. Kedua hal tersebut diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman yang antara lain dipacu oleh adanya hormon tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut (Pattern & Glick 25). Wibowo (27) melaporkan bahwa penggunaan pupuk hayati (Azotobacter, Azospirillum, Pseudomonas, Bacillus,

46 31 dan Rhizobium) mampu meningkatkan kandungan hormon IAA rata-rata sebesar % pada tanaman caisim, jagung, dan kedelai Tinggi Tanaman (cm) N N1 N2 N3 H H1 Jumlah Daun (lembar/pot) N N1 N2 N3 H H1 A. Tinggi tanaman B. Jumlah daun 18 5 Jumlah Anakan (buah/pot) N N1 N2 N3 H H1 Bobot Kering (g/pot) N N1 N2 N3 H H1 C. Jumlah anakan D. Bobot kering tanaman Gambar 15 Respon pertumbuhan tanaman padi pada perlakuan kombinasi. (I SE). (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Bobot Kering Tanaman (g/pot) 7 6 R 2 = y = 14.81x Serapan Hara Makro (g/pot) Bobot Kering Tanaman (g/pot) A. Tanaman jagung R 2 =.9618 y = x Serapan Hara Mikro (mg/pot) Bobot Kering Tanaman (g/pot) R 2 =.8775 y = 13.76x Serapan Hara Makro (g/pot) Bobot Kering Tanaman (g/pot) R 2 =.5218 y = x Serapan Hara Mikro (mg/pot) 8 B. Tanaman padi Gambar 16 Hubungan antara serapan hara dengan bobot kering tanaman

47 32 Pertumbuhan vegetatif tanaman selaras dengan peningkatan serapan unsur hara makro dan mikro (Gambar 16). Pada Gambar 16 dapat diketahui bahwa terjadi hubungan yang positif antara serapan hara dengan pertumbuhan vegetatif tanaman (bobot kering tanaman). Semakin tinggi serapan hara (makro dan mikro), maka bobot kering tanaman semakin meningkat pula. Berdasarkan besarnya nilai R 2 dapat diketahui pula bahwa tanaman jagung memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan tanaman padi dalam hal hubungan antara serapan hara (makro dan mikro) dengan bobot kering tanaman. Lulakis dan Petsas (1995) mengemukakan bahwa mekanisme utama dan pengaruh senyawa humik terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman adalah melalui peningkatan serapan hara makro dan mikro. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada tanaman jagung yang menggunakan sumber nutrisi kompos (N2 dan N3) mengalami peningkatan rata-rata serapan hara makro dan mikro berturut-turut sebesar % dan % dibandingkan sumber nutrisi tanpa menggunakan kompos (N1 dan N). Demikian pula pada tanaman padi dengan sumber nutrisi N2 mengalami peningkatan ratarata serapan hara makro sebesar 1,4-75 % dibandingkan perlakuan N1 dan N. Rata-rata serapan hara mikro pada sumber nutrisi N3 tanaman padi juga mengalami peningkatan sebesar % dibandingkan perlakuan N1 dan N (Tabel 1). Pupuk Hayati dan Sumber Nutrisi dalam Peningkatan Produksi Tanaman Selain membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman, pupuk hayati dan sumber nutrisi juga berperan dalam meningkatkan produksi tanaman jagung dan padi. Rata-rata bobot kering jagung pipilan dan bobot total gabah isi per pot meningkat berturut-turut sebesar 36,6 % dan 7,2 % pada tanaman yang mendapat perlakuan pupuk hayati dibandingkan tanaman kontrol (Gambar 17A dan 18A). Hasil analisis data tentang produksi tanaman jagung dan padi dapat dilihat di Lampiran 13 dan 14.

48 33 Bobot Kering (g/pot) H H1 Bobot Kering (g/pot) N N1 N2 N3 Bobot Kering (g/pot) H 2 H N N1 N2 N3 A. pupuk hayati B. sumber nutrisi C. Kombinasi Gambar 17 Rata-rata bobot kering jagung pipilan per pot pada pada berbagai perlakuan. (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (I. SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Bobot Total Gabah Isi (g/pot) H H1 Bobot Total Gabah Isi (g/pot) N N1 N2 N3 Bobot Total Gabah Isi (g/pot) H 2 H N N1 N2 N3 A. pupuk hayati B. sumber nutrisi C. Kombinasi Gambar 18 Rata-rata bobot total gabah isi per pot pada berbagai perlakuan. (H. tanpa pupuk hayati; H1. menggunakan pupuk hayati). (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). (I. SE). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Peningkatan produksi pada tanaman jagung disebabkan bertambahnya ukuran tongkol dan pengisian bijinya (Lampiran 15). Sedangkan pada tanaman padi disebabkan oleh meningkatnya jumlah malai per pot, jumlah gabah isi per pot, dan bobot total gabah isi per pot (Lampiran 16). Jumlah gabah isi per pot berbanding terbalik dengan bobot 1 butir gabah isi, tanaman yang memiliki rerata jumlah gabah per pot yang lebih tinggi cenderung akan mengasilkan bobot seribu butir gabah isi yang relatif lebih rendah. Hal ini bisa disebabkan fotosintat yang dihasilkan tanaman tersebut cenderung akan ditranslokasikan pada semua

49 34 bulir gabah secara merata sehingga berdampak pada bobot 1 butir gabah isi yang cenderung lebih kecil dibandingkan tanaman yang memiliki jumlah gabah per pot yang lebih kecil. Walaupun produktivitas tanaman dipengaruhi oleh sumber nutrisi (Gambar 17B dan 18B), namun perlakuan dengan pupuk hayati menghasilkan respon produktivitas yang lebih baik (Gambar 17C dan 18C). Tingkat serapan hara makro maupun mikro tidak hanya berkorelasi positif dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, namun juga dengan tingkat produksi tanaman. Produksi yang tinggi pada tanaman jagung dan padi sebagai respon terhadap aplikasi pupuk hayati dan sumber nutrisi adalah selaras dengan peningkatan serapan hara makro dan mikro pada kedua jenis tanaman tersebut (Gambar 19). Bobot Kering Jagung Pipilan (g/pot) R 2 =.965 y = x Serapan Hara Makro (g/pot) Bobot Kering Jagung Pipilan (g/pot) A. Tanaman jagung 5 R 2 =.9242 y = x Serapan Hara Mikro (mg/pot) Bobot Total Gabah Isi (g/pot) R 2 =.866 y = x Serapan Hara Makro (g/pot) Bobot Total Gabah Isi (g/pot) R 2 =.648 y = 5.164x Serapan Hara Mikro (mg/pot) B. Tanaman padi Gambar 19 Hubungan antara serapan hara dengan produksi tanaman Pada Gambar 19 dapat diketahui bahwa terjadi hubungan yang positif antara serapan hara dengan produksi tanaman (bobot kering jagung pipilan dan bobot total gabah isi). Semakin tinggi serapan hara (makro dan mikro), maka produksi tanaman semakin meningkat pula. Berdasarkan besarnya nilai R 2 dapat diketahui pula bahwa tanaman jagung memiliki korelasi yang lebih besar

50 35 dibandingkan tanaman padi dalam hal hubungan antara serapan hara (makro dan mikro) dengan produksi tanaman. Tingkat produksi tertinggi pada perlakuan N2 tanaman jagung dan N3 tanaman padi selaras dengan tingkat serapan hara kedua jenis tanaman tersebut (Tabel 1).Tingkat serapan hara tertinggi diantaranya dapat diamati pada hara Mg dan Fe (Gambar 7E, F dan 8E, F). Hara Mg dan Fe sangat diperlukan dalam pembentukan klorofil. Ketersediaan Mg dan Fe dalam jumlah cukup akan mendukung proses pembentukan klorofil sehingga kandungan klorofil menjadi lebih tinggi (Marschner 1995). Fenomena ini diperkuat dengan adanya fakta percobaan yang menunjukkan bahwa perlakuan N2 tanaman jagung dan N3 tanaman padi yang memiliki tingkat serapan tertinggi hara Mg dan Fe ternyata juga menghasilkan kandungan klorofil tertinggi (Gambar 2). Kandungan klorofil yang tinggi pada daun mendukung proses fotosintesis lebih optimal sehingga jumlah fotosintat yang ditranslokasikan untuk pertumbuhan biji jagung dan bulir padi dalam hal ini relatif lebih besar sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Selain berperan dalam pembentukan klorofil, Mg juga berperan sebagai regulator dalam penyerapan unsur lain, seperti P dan K, membantu translokasi pati dan distribusi fosfor di dalam tanaman, dan sebagai aktivator berbagai jenis enzim tanaman (Marschner 1995). Kandungan Klorofil (mg/l) N N1 N2 N3 Sumber Nutrisi Kandungan Klorofil (mg/l) N N1 N2 N3 Sumber Nutrisi A. B Gambar 2 Kandungan klorofil daun jagung (A), padi (B). (I SE). (N. tanah saja; N1. tanah + 1% pupuk anorganik; N2. tanah + 1% kompos; N3. tanah + 5% pupuk anorganik + 5% Kompos). SE (Standar Error) yang masih bersambungan menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%. Pada penelitian ini telah terbukti bahwa penggunaan kompos dosis 1 % sebagai tambahan sumber nutrisi mampu menghasilkan tingkat produksi tertinggi pada tanaman jagung dibandingkan sumber nutrisi yang menggunakan pupuk

51 36 anorganik dosis 1 % maupun kombinasi antara kompos dan pupuk anorganik dengan dosis masing-masing 5 %. Penggunaan kompos dosis 1 % sebagai tambahan sumber nutrisi mampu meningkatkan produksi jagung pipilan sebesar 73 % bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk anorganik dosis 1 %. Apabila sumber nutrisi kompos dosis 1 % tersebut dikombinasikan dengan pupuk hayati maka mampu meningkatkan produksi jagung pipilan sebesar 137 % (Gambar 17C). Sedangkan pada tanaman padi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber nutrisi berupa 5 % dosis pupuk anorganik + 5 % dosis kompos (N3) mampu meningkatkan produksi (bobot totat gabah isi per pot) sebesar 14,4 % bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk anorganik dosis 1 % (N1). Apabila sumber nutrisi N3 tersebut dikombinasikan dengan pupuk hayati, ternyata mampu menghasilkan bobot total gabah isi tertinggi (33,4g /pot), serta mampu meningkatkan produksi rata-rata sebesar 18,8 % bila dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan sumber nutrisi N1 (Gambar 18C). Sebagai bahan perbandingan, berikut akan kita ulas beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan aplikasi pupuk hayati dan sumber nutrisi terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Inokulasi bakteri Azospirillum sp., Azotobacter sp., dan fungi pelarut fosfat mampu meningkatkan produksi tanaman padi IR 64 yang ditanam pada tanah gambut (Anas et al. 23). Pemberian bahan organik berupa kompos alang-alang sebanyak 3 ton/ha pada suatu pertanaman campuran padi gogo dan jagung dapat menaikkan hasil panen padi gogo sebesar 175 kg/ha (l23 %) dan jagung sebesar 2 kg/ha (11 %) (Notohadiprawiro 26). Dilaporkan juga bahwa bahan organik sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah. Hasil gabah per rumpun meningkat sebesar 15,3 %, berat kering akar sebesar 9,84 % dan jumlah malai per rumpun atau jumlah anakan produktif meningkat sebesar 35,9 % dengan pemberian bahan organik sebesar 24 ton/ha (Sumardi et al. 27). Sebayang et al. (24) berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa hasil produktivitas tertinggi tanaman padi sawah diperoleh dari perlakuan pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organik.

52 37 Dari hasil penelitian ini telah terbukti bahwa pupuk hayati dan sumber nutrisi terutama kompos sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan maupun produktivitas tanaman. Aplikasi pupuk hayati dan kompos mampu menghasilkan produksi tertinggi pada tanaman jagung. Sedangkan pada tanaman padi, penggunaan pupuk anorganik dosis 5 % sebagai tambahan sumber nutrisi masih dibutuhkan untuk menghasilkan produksi tertinggi. Tabel 2 Efektivitas Agronomi Relatif tanaman pada berbagai perlakuan Efektivitas Agronomi Relatif (%) Tanaman Jagung Tanaman Padi NH N1H N2H N2H N3H N3H Keterangan: N (tanah saja); N1 (tanah + 1 % dosis pupuk anorganik); N2 (tanah + 1 % dosis kompos); N3 (tanah + 5 % dosis pupuk anorganik + 5 % Kompos); H (tanpa pupuk hayati); H1 ( menggunakan pupuk hayati). perlakuan kontrol Efektifitas Agronomi Relatif (EAR) = x1% s tan dar kontrol Kontrol (NH); standar (N1H). Dari data produksi tanaman jagung dan padi yang terdapat pada Gambar 17C dan 18C, dapat kita hitung besarnya nilai Efektivitas Agronomi Relatif (EAR) dari tanaman jagung dan tanaman padi pada berbagai perlakuan, seperti yang terlihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 tersebut dapat kita ketahui bahwa nilai EAR tertinggi tanaman jagung dihasilkan oleh perlakuan dengan sumber nutrisi 1 % dosis kompos yang dikombinasikan dengan pupuk hayati (N2H1). Sedangkan pada tanaman jagung, EAR tertinggi dihasilkan oleh perlakuan dengan sumber nutrisi 5 % dosis kompos + 5 % dosis pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk hayati (N3H1). Berkurangnya penggunaan pupuk anorganik akan membantu upaya dalam melihara dan mempertahankan sumber daya pertanian yang berkelanjutan dengan tetap menghasilkan produksi yang optimal.

53 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Serapan hara makro tanaman jagung dan padi mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 5-97 % dan 1,9-22,5 % sebagai respon terhadap aplikasi pupuk hayati. Walaupun demikian, penggunaan pupuk anorganik maupun organik sebagai tambahan sumber nutrisi masih diperlukan untuk meningkatkan efektifitas pupuk hayati dalam meningkatkan serapan hara tanaman. Peningkatan serapan hara tersebut selaras dengan peningkatan pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman. Bobot kering dan produksi tanaman jagung meningkat berturut-turut sebesar 53,7 dan 37 %, sedangkan pada tanaman padi berturut-turut sebesar 11,6 dan 7,2 % sebagai respon terhadap aplikasi pupuk hayati dan sumber nutrisi. kombinasi antara pupuk hayati dengan sumber nutrisi 1 % dosis kompos menghasilkan bobot kering jagung pipilan tertinggi (41,6 g/pot) dan mampu meningkatkan produksi sebesar % bila dibandingkan dengan menggunakan 1 % dosis pupuk anorganik dan 5 % dosis pupuk anorganik + 5 % dosis kompos. Pada tanaman padi, perlakuan kombinasi antara pupuk hayati dengan sumber nutrisi 5 % dosis kompos + 5 % dosis pupuk anorganik menghasilkan bobot total gabah isi tertinggi (33,4 g/pot) serta mampu meningkatkan produksi sebesar 18,8 % bila dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan 1 % dosis pupuk anorganik. Saran Bagi pembaca yang tertarik untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, maka beberapa saran berikut dapat dijadikan masukan, antara lain: 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis optimum pupuk hayati yang digunakan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas pupuk hayati dan sumber nutrisi jika percobaan diaplikasikan di lapang.

54 DAFTAR PUSTAKA Anas I, Djajakirana G, Aprilianti, Widyastuti R. 23. Efektivitas inokulasi Azospirillum spp dan campuran Azotobacter spp-fungi pelarut fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil padi IR 64 pada tiga jenis tanah. Jurnal Penelitian Pertanian. 22: Arshad M, Frankerberger WT Microbial production of plant growth regulator. Soil Microbial Ecology Atlas RM, Bortha R Microbial Ecology. Fundamental & Applications. The Benjamin/ Cumming Publishing Company. Hal Badan Standarisasi Nasional (BSN). 24. Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. SNI Barber J Energy conversion and ion fluxesin chloroplast. Proceeding of the 13 th Colloqium og the Potash Inst Bekti E, Surdianto Y. 21. Pupuk kompos untuk meningkatkan produksi padi sawah. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) 15: Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 23. Biology. Fifth Edition. Benjamin Cummings. Hal Chen Y, Schnitzer M The surface tension of aqueous solutions of soil humic substances. Soil Sci. 125 : Deacon J. 26. The microbial world; the nitrogen cycle and nitrogen fixation. http: //helios.bto.ed.ac.uk.html [12 Juli 27]. Ditjen PLA Deptan, LPPM IPB. 26. Perbaikan pemanfaatan bahan organik dan mikroba potensial Tanah untuk meningkatkan produksi tanaman di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Laporan Ditjen PLA Deptan dan LPPM-IPB.

55 4 Graham RD, Stangoulis CJR. 23. Trace element uptake and distribution in plant. J. Nutr. 133: Hadioetomo RS Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta. Hal 46. Han HS, Lee KD. 25. Phosphate and potassium solubilizing bacteria effect on mineral uptake, soil availability and growth of eggplant. Res. J. Agric and Biol Scie. 2: Hardjowigeno S Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Akademika Pressindo. Jakarta. Hlm Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, Nelson WL. 25. Soil Fertility and Fertilizer. Pearson Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey. Hlm Hoitink HAJ, Fahy PC Basic for the control of soilborne plant pathogens with composts. Ann. Rev-. Phytopath. 24: Hopkins GW Introduction to Plant Physiology. John Wiley & Sons, INC. Hlm Idriss EE et al. 22. Extracellular phytase activity of Bacillus amyloliquefaciens FZB45 contributes to its plant-growth promoting effect. Microbiology. 148: Isroi. 27. Bioteknologi mikroba untuk pertanian organik. Artikel Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Hal. 1. Krieg, N.R. dan J.G. Holt Bergey s Manual of Determinative Bacteriology. MacMillan, Baltimore.Hlm Kristanto HB, Mimbar SM, Sumarni T. 22. Pengaruh inokulasi Azospirillum terhadap efisiensi pemupukan N pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.). Agrivita 24:

56 41 Lerner A et al. 25. Effects of Azospirilium inoculation on rhizobacterial communities analized by denaturing gel electrophoresis and automated ribosomal intergenic spacer analysis. Soil Bio and Biochem 2: 1-7. Lulakis MD dan Petsas SI Effect of humic substances from vine-canes mature compost an tomato seedling growth. Bioresource Technology. 54: MacCarthy P, Clapp CE, dan Malcom RL Humic substances in soil and crop: Soil Science Society of America. Madison, Wisconsin, USA. Hal Mapegau. 21. Pengaruh pupuk kalium dan kadar air tanah tersedia terhadap serapan hara pada tanaman jagung kultivar Arjuna. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Hlm Marschner H Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. Academic Press. Harcourt Brace & Company, Publisher. London. Notohadiprawiro T. 26. Budidaya Organik. Artikel Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada. Hlm 1-8. Pal SS Interaction of an acid tolerant strain of phosphate solubilizing bacteria with a few acid tolerant crops. Plant Soil. 198: Pattern CL, Glick BR. 22. Role of Pseudomonas putida indole acetic acid in development of the the plant root system. Appl Environ Microbiol 68: Premono EM Jasad renik pelarut fosfat, pengaruhnya terhadap P tanah dan efisiensi pemupukan P tanaman tebu. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Sabiham S, Mulyanto B. 25. Biomass utilization in Indonesia: integration of traditional and modern principles of organic matter management. Paper is presented in APECATC Workshop on Biomass Utilization held in Tokyo and Tsukuba Japan.

57 42 Sebayang HT, Sudiarso, Lupirinita. 24. Pengaruh sistem tanam dan kombinasi pemupukan organik dan anorganik pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah (Oryza sativa L). Habitat 15: Simanungkalit, RDM. 21. Aplikasi pupuk hayati dan pupuk kimia, suatu pendekatan terpadu. Buletin AgroBio 4(2): Smith SE, Read DJ Mychorizal Symbiosis. Academic, Press. London. Hal 567. Sumardi et al. 27. Respon Padi Sawah pada Teknik Budidaya Secara Aerobik dan Pemberian Bahan Organik. Akta Agrosia. Hlm Sutanto R. 22. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 57. Taiz L, Zeiger E Plant Physiology. The Benjamin Cumming Publishing Company. Hlm Todar K. 28. Gram-positive, Aerobic or Facultative Endospore-forming Bacteria. [9Juli 28]. Vance, CP Root-bacteria interaction. Symbiotic nitrogen fixation. Agricultural Research Service. United States Department of Agriculture and University of St. Paul Minnesota. Hal 546. Vessey JK. 23. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizer. Plant and Soil 255: Weller DM, Raasjmakers JM, Gardener BBM, Thomashow LS. 22. Mycrobial populations responsible for specific soil suppressiveness to plant pathogens. Annu Rev Phytopathogens 4: Wibowo ST. 27. Kandungan hormon IAA, serapan hara, dan pertumbuhan beberapa tanaman budidaya sebagai respon terhadap aplikasi pupuk biologi. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

58 43 Wu SC, Cao ZH, Cheung KC, Wong MH. 25. Effects of biofertilizer containing N-fixer, P and K solubilizers and AM fungi on maize growth: a greenhouse trial: Geoderma 125: Yoshida S, Douglas AF, James HC Laboratory manual for physiological studies at rice. The International Rice Research Institute. Philipines: Los Banos, Lagana.

59 L A M P I R A N

60 45 Lampiran 1 Bentuk unsur hara yang diserap oleh tanaman Jenis Unsur Hara Simbol Bentuk yang Diserap oleh Tanaman Kation (+) Anion (-) Nitrogen N + NH 4 - NO 3 Phosphor P - H 2 PO - 2-4, HPO 4 Kalium K K + - Kalsium Ca Ca 2+ - Magnesium Mg Mg 2+ - Sulfur S - 2- SO 4 Mangan Mn Mn 2+ - Boron B - 2- BO 3 Molibdenum Mo - 2- MoO 4 Tembaga Cu Cu 2+ atau Cu 3+ - Seng Zn Zn 2+ - Besi Fe Fe 2+ atau Fe 3+ - Sumber : Hopkins (1995)

61 46 Lampiran 2 Klasifikasi hara mineral pada tumbuhan berdasarkan fungsi biokimianya Hara mineral Fungsi biokimia Kelompok 1 N S Kelompok 2 P Si B Kelompok 3 K Ca Mg Cl Mn Na Kelompok 4 Fe Zn Cu Ni Mo Sumber: Tjitrosoedirdjo (26) Berperan pada pembentukan senyawa karbon - Penyusun asam amino, amida, protein, asam nukleat, nukleotida, hexoamin dll. - Komponen sistein, sistin, metionin, dan protein. Penyusun asam lipoat, koenzim A, thiamin pirofosfat, gluthathion, biotin, adenosin-5 - fosfosulfat dan 3-fosfoadenosin. Penting untuk energi simpanan atau integritas struktural - Komponen gula fosfat, asam nukleat, nukleotida, koenzim, fosfolipid, asam fitat dll. Berperan penting dalam reaksi yang melibatkan ATP. - Disimpan sebagai silika amorf dalam dinding sel. Berperan dalam sifat mekanik dinding sel, termasuk rigiditas dan elastisitas. - Membentuk komplek dengan manitol, mannan, asam poliannuronat, dan senyawa lain pembentuk dinding sel. Berperan dalam pemanjangan sel dan metabolisme asam nukleat. Hara yang tetap dalam bentuk ion - Dibutuhkan sebagai kofaktor untuk > 4 enzim. Prinsipnya kation berperan pada turgor sel damn mempertahankan elektronetralitas sel. - Penyusun lamela tengah dinding sel. Dibutuhkan sebagai kofaktor oleh beberapa enzim yang terlibat pada hidrolisis ATP dan fosfolipid. Berperan sebagai second messenger pada regulasi metabolik. - Dibutuhkan oleh beberapa enzim yang terlibat pada transfer fosfat. Penyusun molekul klorofil. - Dibutuhkan dalam reaksi fotosintetik yang melibatkan evolusi O 2. - Dibutuhkan untuk aktivitas enzim dehidrogenase, dekarboksilase, kinase, oksidase dan peroksidase. Terkait dengan enzim kation-teraktivasi dan evolusi O 2 secara fotosintetik. - Terkait dengan regenerasi fosfoenolpiruvat pada tumbuhan C4 dan CAM. Dapat menggantikan K pada beberapa fungsi. Hara yang terkait dengan reaksi redoks - Penyusun protein sitokrom dan nonheme yang terkait pada fotosintesis, fiksasi N 2 dan respirasi. - Penyusun alkohol dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, karbonik anhidrase dll. - Komponen asam askorbat aksidase, tirosinase, monoamin aksidase, urikase, sitokrom oksidase, fenolase, lakase dan plastosianin. - Penyusun urease pada bakteri pengikat N 2, penyusun hidrogenase. - Penyusun nitrogenase, nitrat reduktase dan xanthin dehidrogenase.

62 47 Lampiran 3 Berbagai kelompok mikroorganisme yang berperan sebagai pupuk hayati Kelompok Pupuk Hayati Penambat Nitrogen Simbiotik Sistem a. Simbiosis dengan legum b. Simbiosis dengan Azolla c. Simbiosis dengan non-legum, antara lain: Alnus, Myrica, dan Casuarina Mikroorganisme Rhizobium, Bradyrhizobium, Azorhizobium,Sinorhizobium, Mesorhizobium Anabaena azollae Frankia sp. Penambat Nitrogen Nonsimbiotik Hidup bebas/asosiatif a.l. Azotobacter, Azospirillum, Clostridium, Klebsiella, alga biru Jamur Mikoriza Mikroorganisme PelarutFosfat Simbiosis dengan berbagai tanaman Hidup bebas Endomikoriza (mikoriza arbuskular: Acaulospora, Entrophospora, Gigaspora,Glomus, Sclerocystis, dan Scutellospora) dan Ektomikoriza Bakteri: a.l. Bacillus dan Pseudomonas Jamur: a.l. Aspergillus dan Penicillium Aktinomiset: Streptomyces Sumber: Simanungkalit (21)

63 48 Lampiran 4 Pupuk hayati komersial di Indonesia dan kandungan mikroorganismenya Nama Produk Pupuk Hayati Legin Rhizoplus Emas Ginon 1x Biofer 2-K Biofer 2-N E-21 OST (organic soil treatment) (pupuk hayati rajawali) Biota Kandungan Mikroorganisme Rhizobia Bradyrhizobium, Sinorhizobium,Bacillus, Mikrococcus Azospirillum lipoverum, Azotobacter Beijerinckia, Aeromonas punctata, Aspergillus niger Bradyrhizobium japonicum Jamur ektomikoriza Jamur endomikoriza Azotobacter vinelandii, Clostridium pasterianum, Nitrosomonas, Nitrobacter, Ankia alni, Nostoc muscorum, Anabaena azollae Azotobacter, Rhizobium, Agrobacterium, Azospirillum, bakteri pelarut fosfat, protein, dan humus aktif Bacillus spp. Lactobacillus spp, Micrococcus sp. Sumber: Simanungkalit (21)

64 49 Lampiran 5 Sifat kimia dan fisik tanah percobaan Sampel ph 1:1 Waikley Kjeidhal Bra HCl N NH 4 O Ac ph 7. Tanah & Black y I 25 % C-org N-Total P Ca Mg K Na KTK H 2 O KCl ( % ) ( % ) ( ppm ) ( me / 1g ) Cikabayan Cimanggu N KCl.5 N HCl Tekstur Sampel KB Al H Fe Cu Zn Mn Pasir Debu Liat Tanah ( %) ( me/1 g ) ( ppm ) ( % ) Cikabayan Cimanggu Sumber: Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB

65 5 Lampiran 6 Kriteria penilaian sifat kimia tanah Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi C -Organik (%) < 1, 1,-2, 2,1-3, 3,1-5, > 5, Nitrogen (%) <,1,1-,2,21-,5,51-,75 >,75 C/N < > 25 P 2 O 5 HCl (mg/1g) < > 6 P 2 O 5 Bray-1 (ppm) < > 35 P 2 O 5 Olsen (ppm) < > 6 K 2 O HCl 25% (mg/1g) < > 6 KTK (me/1g) < > 4 Susunan Kation : K (me/1g) <,1,1-,2,3-,5,6-1, >1, Na (me/1g) <,1,1-,3,4-,7,8-1, >1, Mg (me/1g) <,4,4-1, 1,1-2, 2,1-8, > 8, Ca (me/1g) <, > 2 Kejenuhan Basa (%) < > 7 Aluminium (%) < > 6 Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis masam masam alkalis ph H 2 O < 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5 Sumber: Hardjowigeno (1995)

66 51 Lampiran 7 Sifat kimia kompos yang digunakan dalam penelitian C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn Sampel... ( % ) ( ppm )... Kompos Sumber: Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB

67 52 Lampiran 8 Standar kualitas kompos berdasarkan SNI No Parameter Satuan Minimum Maksimum 1 Kadar Air % Temperatur o C suhu air tanah 3 Warna kehitaman 4 Bau berbau tanah 5 Ukuran partikel mm, Kemampuan ikat air % 58-7 ph 6,8 7,49 8 Bahan asing % * 1,5 Unsur makro 9 Bahan organik % Nitrogen %,4-11 Karbon % 9, Phosfor (P2O5) %.1-13 C/N-rasio Kalium (K2O) %,2 * Unsur mikro 15 Arsen mg/kg * Kadmium (Cd) mg/kg * 3 17 Kobal (Co ) mg/kg * Kromium (Cr) mg/kg * Tembaga (Cu) mg/kg * 1 2 Merkuri (Hg) mg/kg *,8 21 Nikel (Ni) mg/kg * Timbal (Pb) mg/kg * Selenium (Se) mg/kg * 2 24 Seng (Zn) mg/kg * 5 Unsur lain 25 Kalsium % * Magnesium (Mg) % *.6 27 Besi (Fe ) % * 2 28 Aluminium ( Al) % * Mangan (Mn) % *.1 Bakteri 3 Fecal Coli MPN/gr 1 31 Salmonella sp. MPN/4 gr 3 Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum Sumber: Badan Standarisasi Nasional (BSN) (24)

68 53 Lampiran 9 Hasil analisis data serapan hara tanaman jagung A. Hasil Analisis Data Serapan N Dependent Variable: Serapan_N Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.85 (Adjusted R Squared =.718) B. Hasil Analisis Data Serapan P Dependent Variable: Serapan_P Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 2.45(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.991 (Adjusted R Squared =.983) C. Hasil Analisis Data Serapan K Dependent Variable: Serapan_K Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.834 (Adjusted R Squared =.688)

69 54 D. Hasil Analisis Data Serapan Ca Dependent Variable: Serapan_Ca Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 58.71(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.989 (Adjusted R Squared =.979) E. Hasil Analisis Data Serapan Mg Dependent Variable: Serapan_Mg Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.975 (Adjusted R Squared =.953) F. Hasil Analisis Data Serapan Fe Dependent Variable: Serapan_Fe Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.89 (Adjusted R Squared =.642)

70 55 G. Hasil Analisis Data Serapan Cu Dependent Variable: Serapan_Cu Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.147(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.958 (Adjusted R Squared =.921)

71 56 Lampiran 1 Hasil analisis data serapan hara tanaman padi A. Hasil Analisis Data Serapan N Dependent Variable: Serapan_N Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.948 (Adjusted R Squared =.92) B. Hasil Analisis Data Serapan P Dependent Variable: Serapan_P Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.364(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.898 (Adjusted R Squared =.88) C. Hasil Analisis Data Serapan K Dependent Variable: Serapan_K Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 9.152(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.58 (Adjusted R Squared =.213)

72 57 D. Hasil Analisis Data Serapan Ca Dependent Variable: Serapan_Ca Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3.665(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.948 (Adjusted R Squared =.93) E. Hasil Analisis Data Serapan Mg Dependent Variable: Serapan_Mg Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.783(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.728 (Adjusted R Squared =.49) F. Hasil Analisis Data Serapan Fe Dependent Variable: Serapan_Fe Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.81 (Adjusted R Squared =.627)

73 58 G. Hasil Analisis Data Serapan Cu Dependent Variable: Serapan_Cu Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model.18(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.528 (Adjusted R Squared =.116)

74 59 Lampiran 11 Hasil analisis data pertumbuhan tanaman jagung A. Hasil Analisis Data Tinggi Tanaman Jagung Dependent Variable: Tinggi Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept P_Hyati S_Nutrisi P_Hyati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.669 (Adjusted R Squared =.596) B. Hasil Analisis Data Jumlah Daun Jagung Dependent Variable: Jml_Daun Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 145.5(a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.738 (Adjusted R Squared =.681) C. Hasil Analisis Data Lingkar Batang Tanaman Jagung Dependent Variable: Lingkar_Batang Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 81.26(a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.97 (Adjusted R Squared =.887)

75 6 D. Hasil Analisis Data Berat Kering Tanaman Jagung Dependent Variable: Bobot_Kering tanaman Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.826 (Adjusted R Squared =.788) D. Hasil Analisis Data Bobot Kering Akar Jagung Dependent Variable: Bobot_Kering_Akar Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.862 (Adjusted R Squared =.82)

76 61 Lampiran 12 Hasil analisis data pertumbuhan tanaman padi A. Hasil Analisis Data Tinggi Tanaman Padi Dependent Variable: Tinggi_Padi Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.744 (Adjusted R Squared =.688) B. Hasil Analisis Data Jumlah Daun Padi Dependent Variable: Jml_Daun_Padi Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.929 (Adjusted R Squared =.913) C. Hasil Analisis Data Jumlah Anakan Padi Dependent Variable: Jml_Anakan_Padi Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 52.3(a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.915 (Adjusted R Squared =.896)

77 62 D. Hasil Analisis Data Bobot Kering Tanaman Padi Dependent Variable: Bobot_Kering_Tanaman Padi Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 26.96(a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.89 (Adjusted R Squared =.866) E. Bobot Kering Akar Padi Dependent Variable: Bobot_Kering_Akar Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 36.63(a) Intercept P_Hayati S_Nutrisi P_Hayati * S_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.726 (Adjusted R Squared =.666)

78 63 Lampiran 13 Hasil Analisis Data Produktivitas Tanaman Jagung Hasil Analisis Data Produksi Jagung Pipilan Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.669 (Adjusted R Squared =.596)

79 64 Lampiran 14 Hasil Analisis Data Produktivitas Tanaman Padi A. Hasil Analisis Data Jumlah Malai per Rumpun Dependent Variable: Jml_Malai_PerRumpun Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.81 (Adjusted R Squared =.768) B. Hasil Analisis Data Jumlah Gabah per Rumpun Dependent Variable: Jml_Gabah_Per Rumpun Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model ( a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.919 (Adjusted R Squared =.92) C. Hasil Analisis Data Rerata Jumlah Gabah per Malai Dependent Variable: Rerata_Jml_Gabah_PerMalai Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.63 (Adjusted R Squared =.549)

80 65 D. Hasil Analisis Data Jumlah Gabah Isi per Rumpun Dependent Variable: Jml_Gabah_Isi_PerRumpun Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model ( a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.91 (Adjusted R Squared =.891) E. Hasil Analisis Data Bobot Total Gabah Isi per Rumpun Dependent Variable: Bobot_Total_Gabah_Isi_PerRumpun Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model (a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.911 (Adjusted R Squared =.891) F. Hasil Analisis Data Bobot 1 Butir Gabah Isi Dependent Variable: Bobot 1_Butir_Gabah_Isi Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 4.576(a) Intercept Pupuk_Hayati Sumber_Nutrisi Pupuk_Hayati * Sumber_Nutrisi Error Total Corrected Total a R Squared =.386 (Adjusted R Squared =.252)

81 Lampiran 15 Morfologi jagung dengan tongkol pada tiap perlakuan 66

KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG

KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG KOMBINASI ANTARA PUPUK HAYATI DAN SUMBER NUTRISI DALAM MEMACU SERAPAN HARA, PERTUMBUHAN, SERTA PRODUKTIVITAS JAGUNG (Zea mays L.) DAN PADI (Oryza sativa L.) IQBAL TAQDIR EL AINY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh Penambahan pupuk hayati ke dalam pembuatan kompos mempunyai peran penting dalam meningkatkan kandungan hara dalam kompos, terutama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting di Indonesia. Selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, cabai juga memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara 4 TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara Serapan hara adalah jumlah hara yang masuk ke dalam jaringan tanaman yang diperoleh berdasarkan hasil analisis jaringan tanaman (Turner dan Hummel, 1992). Manfaat dari angka

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) 2016 PENDAHULUAN Daerah rhizosper tanaman banyak dihuni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK KOMPOS YANG DIPERKAYA BIOFERTILIZER DAN PUPUK NITROGEN ANORGANIK TERHADAP RESPON MORFOLOGI PERAKARAN PADA TANAMAN

PEMBERIAN PUPUK KOMPOS YANG DIPERKAYA BIOFERTILIZER DAN PUPUK NITROGEN ANORGANIK TERHADAP RESPON MORFOLOGI PERAKARAN PADA TANAMAN Bimafika, 2015, 6, 748-753 PEMBERIAN PUPUK KOMPOS YANG DIPERKAYA BIOFERTILIZER DAN PUPUK NITROGEN ANORGANIK TERHADAP RESPON MORFOLOGI PERAKARAN PADA TANAMAN Setiyowati 1 1 Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI 39 VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI dahulu kesesuaian kondisi tanah yang akan digunakan terhadap komoditas yang akan dikembangkan. Populasi organisme tanah native fungsional positif penyakit)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG 1 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA APLIKASI PUPUK UREA DAN PUPUK KANDANG KAMBING UNTUK MENINGKATKAN N-TOTAL PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA DAN KAITANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG(Zea mays L.) SKRIPSI OLEH ARFAN DWI PUTRA 090301181/AET

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman pangan kacang-kacangan yang menempati urutan terpenting kedua setelah kedelai. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan pangan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L) PADA LATOSOL DARI GUNUNG SINDUR Oleh Elvina Frida Merdiani A24103079

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Unsur Hara Tanaman untuk Tumbuh dan Berproduksi

TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Unsur Hara Tanaman untuk Tumbuh dan Berproduksi TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Unsur Hara Tanaman untuk Tumbuh dan Berproduksi Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang tergantung sepenuhnya pada bahan anorganik dari lingkungannya atau disebut autotrof. Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Faktor abiotik (meliputi sifat fisik dan kimia tanah Faktor biotik (adanya mikrobia lain & tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

Ilmu Tanah dan Tanaman

Ilmu Tanah dan Tanaman Ilmu Tanah dan Tanaman Pupuk dan Kesuburan Pendahuluan Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik.

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik. PERTEMUAN III BAKTERI FIKSASI NITROGEN Kandungan Nitrogen di udara sekitar 76,5% s.d 78%, adapun supply nitrogen ke dalam tanah sekitar 0,1 0,2%. Masuknya nitrogen dari udara ke dalam tanah melalui curah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO

KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO KANDUNGAN HORMON IAA, SERAPAN HARA, DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA TANAMAN BUDI DAYA SEBAGAI RESPON TERHADAP APLIKASI PUPUK BIOLOGI SIGIT TRI WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T. SIDANG SKRIPSI Peran Mikroorganisme Azotobacter chroococcum, Pseudomonas putida, dan Aspergillus niger pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Cair Industri Pengolahan Susu Oleh: Fitrilia Hajar Pambudi Khalimatus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat TINJAUAN PUSTAKA Tanah Bekas Kebakaran Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat terhadap organisme tanah, termasuk mikroba yang perperan sebagi dekomposisi dalam tanah. Mikroba

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG Mamihery Ravoniarijaona SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 APLIKASI ASAM OKSALAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN SKRIPSI OLEH : WIDA AKASAH 130301148 AGROTEKNOLOGI ILMU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci