Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan September tahun 2016 di. RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu Rumah Sakit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan September tahun 2016 di. RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu Rumah Sakit"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unit Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Gamping Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan September tahun 2016 di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu Rumah Sakit Umum milik yayasan Muhammadiyah yang terletak di Jl. Wates KM 5,5, Sleman, Yogyakarta dan merupakan Rumah Sakit pendidikan tipe c. Pada saat dilakukan penelitian Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping belum melakukan akreditasi. Rumah Sakit Muhammadiyah Gamping memiliki unit hemodialisa yang berdiri pada tahun 2008 serta saat ini memiliki 25 mesin hemodialisa. Mesin hemodialisa dibagi menjadi beberapa, diantaranya 22 mesin digunakan untuk pasien umum, 2 mesin hemodialisa untuk pasien positif hepatitis, dan 1 mesin hemodialisa untuk kasus emergency. Jumlah pasien pada bulan Juli 2016 sebesar 134 pasien, bulan Agustus 2016 sebesar 148 pasien, dan pada bulan September 2016 sebesar 145 pasien. Pada unit hemodialisa terdapat 1 dokter Konsultan Ginjal Hipertensi, 2 dokter Spesialis Penyakit Dalam yang sudah tersertifikasi Hemodialisa, serta terdapat 1 perawat strata satu serta 9 perawat diploma tiga yang memiliki sertifikat hemodialisa. Unit hemodialisa dipimpin satu orang kepala perawat. Jam kerja unit hemodialisa dimulai pukul hingga WIB yang terbagi menjadi 2 shift pagi dan sore

2 B. Instrumen Infection Control Risk Assesment (ICRA) Instrumen Infection Control Risk Assesment (ICRA) yang dikeluarkan oleh CDC adalah instrumen yang digunakan untuk menilai pengendalian resiko infeksi di rumah sakit. Ada beberapa unsur yang dinilai pada penilaian ICRA. Apabila unsur atau elemen yang dinilai tersebut baik maka dapat mengendalikan infeksi di rumah sakit. CDC mengeluarkan 4 instrumen yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan pada penelitian di unit HD instrumen yang digunakan adalah instrument yang dikhususkan untuk menilai unit HD. Penilaian dinilai dari program dan infrastrukturnya, serta penerapan program tersebut di unit HD untuk mengevaluasi program pencegahan dan pengendalian infeksi yang sudah dilakukan. Instrumen penilaian ICRA ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu : Facility Demographics, Infection Control Program and Infrastructure, and Direct Observation of Facility Practices. Adapun yang menjadi unsur penilaian dalam instrumen ini adalah : Bagian 1 Bagian 2 : Demografi Fasilitas : Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur Commented [dmu1]: Beda font nih? Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi Keamaan Tenaga Kesehatan Surveilans dan Pelaporan Penyakit Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk Alat Pelindung Diri Kebersihan Lingkungan Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Alat Dialisis (jika ada)

3 Kebersihan Tangan Kateter dan Peralatan Vaskuler lain Keamanan Injeksi Bagian 3 : Kebersihan Tangan Dalam penelitian ini dilakukan dua tahapan, yaitu: a. Tahap penilaian Instrumen b. Hasil Penggunaan Instrumen di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping C. Hasil Evaluasi Instrumen ICRA CDC Kegiatan dalam penelitian ini meliputi diskusi panel, telusur dokumen, wawancara dan observasi di unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli hingga Oktober Karakteristik responden Table 1. Karakteristik Responden No. Karakteristik Total % 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

4 Total Pendidikan D3 S Total Lama Bekerja < 1 tahun 1 tahun 5 tahun > 5 tahun Total Tahap evaluasi ICRA tools ini bertujuan untuk mengetahui pertanyaan yang dapat diterapkan di unit hemodialisa sesuai dengan ICRA tools sehingga nantinya dapat dinilai. Hemodialisa adalah salah satu unit yang ada di rumah sakit, yang pelayanannya secara langsung berhadapan dengan pasien. Oleh sebab itu evaluasi yang dilakukan sangat penting dilakukan agar kualitas pelayanan yang dilakukan memenuhi standar. Standar pelayanan inilah yang dapat menjaga atau meningkatkan kualitas kesehatan pasien hemodialisa. Hasil penilaian terdapat pada lampiran Bagian 1 Demografi Fasilitas Demografi Fasilitas Kesehatan adalah bagian pertama penilaian. Bagian ini menilai atau menggambarkan profil fasiltas kesehatan, bagian ini terdiri dari 8 butir unsur yang harus dinilai. Tabel 2 Demografi Fasilitas

5 Demografi Fasilitas Penilaian Dapat dinilai Dapat dinilai dengan catatan Tidak Dapat dinilai Total Jumlah Persentase 88.89% 11.11% 0% 100% Pada bagian ini terdapat 7 unsur yang dapat dinilai secara langsung dengan presentase 88.89%, 2 unsur dapat dinilai dengan modifikasi atau dengan catatan sebesar 11.11%. Pada peniliaian nama fasilitas disini dapat dinilai. Pada bagian ID organisasi fasilitas NHSN tidak dapat dinilai karena NHSN (National Healthcare Safety Network) merupakan jaringan keamanan kesehatan nasional yang ada di Amerika Serikat. Pada pertanyaan nomor 2 ini dapat di ganti dengan pertanyaan nama rumah sakit yang berafiliasi tanpa melihat ID organisasi NHSN. Tanggal penilaian dapat dinilai. Jenis penilian dapat dinilai. Alasan penilaian dapat dinilai. Pada pertanyaan apakah fasilitas ini berafiliasi dengan rumah sakit dapat dinilai, yang dimaksud dengan berafiliasi menurut KKBI adalah bagian atau anggota sehingga disini pertanyaan ini dapat dinilai. Pada pertanyaan apakah fasilitas mengacu pada rantai dialisis disini dapat digunakan, yang dimaksud dengan rantai dialisis adalah suatu jaringan dialisis klinik yang dimana diantaranya adalah menggunakan Da Vita, Fresenius Medical Care, Dialysis Clinic, INC (DCI). Pertanyaan ini dapat dinilai. Pertanyaan selanjutnya mengenai layanan apa saja yang ditawarkan dan sensus usia terbanyak pasien dapat dinilai. Bagian 2 Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur Penilaian pada bagian ini berfungsi untuk melihat program pengendalian infeksi dan infrastruktur di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Terdiri dari 11 domain dan 65 butir penilaian. Berikut hasil penilaian terhadap instrumen ICRA di bagian 2 :

6 Tabel 3 Bagian 2 Berupa Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur Commented [dmu2]: Konsistensi penggunaan kata, mau tabel, atau table? No. Unsur Penilaian Dapat dinilai Dapat dinilai dengan catatan Tidak Dapat dinilai Total Jadi satu halaman ya.. Kalo ga bisa font nya dibuat 10 Dengan spasi Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi Jumlah % Jumlah % Jumlah % % 0 0% % % 0 0% 0 0% Keamanan Tenaga Kesehatan 7 100% 0 0% 0 0% 7 Surveilans dan Pelaporan Penyakit 5 100% 0 0% 0 0% 5 Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk 6 100% 0 0% 0 0% 6 Alat Pelindung Diri/APD 4 100% 0 0% 0 0% 4 Kebersihan Lingkungan 7 100% 0 0% 0 0% 7 Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer 7 100% 0 0% 0 0% 7 9. Kebersihan Tangan 2 100% 0 0% 0 0% Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya 6 100% 0 0% 0 0% Keamanan Injeksi 5 100% 0 0% 0 0% 5 Total / Persentase % 2 1.5% 65 Pada bagian 2 dari 65 unsur 63 unsur dapat diterapkan dengan nilai presentase 98.5%. Dimana 2 unsur yang tidak dapat dinilai terdapat pada subbagian program pengendalian infeksi dan infrastruktur. Pada sub bagian yang lain dapat digunakan 100%. 1. Program pengendalian infeksi dan infrastruktur Pada bagian program pengendalian infeksi dan infrastruktur terdapat 12 pertanyaan dimana 12 pertanyaan ini dapat dinilai semua. Namun ada 2 pertanyaan yang dapat dinilai

7 namun tidak dapat digunakan, yaitu pertanyaan ke 2 dan ke 3. Pertanyaan ke 2 adalah apakah fasilitas kesehatan berpartisipasi dalam ESRD (End Stage Renal Disease) Network Healthcare-Associated Infection (HAIs) Quality Improvement Activity (QIA)? dapat dinilai ya atau tidak. ESRD Network Healthcare-Associated Infection (HAIs) Quality Improvement Activity (QIA) adalah suatu organisasi atau komunitas yang ada di Amerika Serikat mengenai pencegahan infeksi pada gagal ginjal agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal, namun fasilitas kesehatan tergabung dalam PERDALIN. PERDALIN adalah organisasi dibidang pencegahan pengendalian infeksi. Fasilitas kesehatan tidak berpartisipasi dalam CDC Dialysis BSI Prevention Collaborativ. Di Indonesia organisasi yang dibidang gagal ginjal merupakan organisasi di bidang profesi, dimana terdapat profesi dokter dan perawat. Dibidang dokter terdapat PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) dan dibidang perawat terdapat IPDI (Ikatan Perawat Dialysis). Organisasi tersebut tidak mengatur mengenai HAIs secara nasional di Indonesia. Pada bagian pertanyaan ke 3 mengenai Apakah fasilitas kesehatan berpartisipasi dalam CDC Dialysis BSI (Bloodstream Infections) Prevention Collaborative?, pertanyaan ini dapat dinilai namun di rumah sakit tidak menggunakan karena hal ini terkait dengan NHSN. CDC Dialysis BSI (Bloodstream Infections) Prevention Collaborative adalah sebuah komunitas atau organisasi teridiri dari 9 hal program yaitu surveilens dan umpan balik menggunakan NHSN, audit cuci tangan dilakukan satu bulan sekali dan diberikan umpan balik dari staf RS, merawat kateter atau mengobservasi akses vascular, mengedukasi dan melihat kompetensi secara berkala selama 6-12 bulan, mengedukasi pasien, pengeluaran kateter, menggunakan chlorhexidine untuk membersihakan kulit, disenfeksi kateter, dan penggunaan antimikroba.

8 2. Pada bagian Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi, semua butir dapat dinilai. 3. Pada bagian Keamanan Tenaga Kesehatan, semua butir dapat dinilai. 4. Pada bagian Surveilans dan Pelaporan Penyakit, semua butir dapat dinilai. 5. Pada bagian Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk, semua butir dapat dinilai. 6. Pada bagian Alat Pelindung Diri/APD, semua butir dapat dinilai. 7. Pada bagian Kebersihan Lingkungan, semua butir dapat dinilai. 8. Pada bagian Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer, semua butir dapat dinilai. 9. Pada bagian Kebersihan Tangan, semua butir dapat dinilai. 10. Pada bagian Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya, semua butir dapat dinilai. 11. Pada bagian Keamanan Injeksi, semua butir dapat dinilai. Bagian 3. Observasi Pengendalian Infeksi Penilaian pada bagian ini berfungsi untuk melihat secara langsung dilapangan apakah program pengendalian infeksi di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping dapat diterapkan oleh petugas dilapangan. Bagian 3 penilaian dilakukan pada saat penilaian bagian berlangsung sehingga nilai observasi sama dengan nilai pada bagian 2. Kesimpulan Kesesuaian Untuk melihat tingkat kesesuaian instrumen maka pada bagian 1 Demografi Fasilitas dan bagian 2 Program dan Pengendalian Fasilitas dijumlahkan menjadi satu dan dibagi keseluruhan, sehingga hasil yang didapat terdapat pada tabel 4 berikut: Tabel 4 Kesesuaian Instrumen ICRA

9 No. Unsur Penilaian Dapat dinilai Dapat dinilai dengan catatan Tidak Dapat dinilai Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Demografi Fasilitas % % 0 0% 9 Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur % 0 0% % Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi Keamanan Tenaga Kesehatan Surveilans dan Pelaporan Penyakit Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk Alat Pelindung Diri/APD Kebersihan Lingkungan Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer 4 100% 0 0% 0 0% % 0 0% 0 0% % 0 0% 0 0% % 0 0% 0 0% % 0 0% 0 0% % 0 0% 0 0% % 0 0% 0 0% Kebersihan Tangan 2 100% 0 0% 0 0% Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya 6 100% 0 0% 0 0% Keamanan Injeksi 5 100% 0 0% 0 0% 5 Total / Persentase % % 2 2.7% 74

10 Pada tabel diatas unsur yang dapat dinilai pada instrumen ini sejumlah 74 unsur dengan presentase sebesar 95.95%, unsur yang dapat dinilai dengan catatan sejumlah 1 dengan presentase sebesar 1.35%, dan unsur yang tidak dapat dinilai sejumlah 2 dengan presentase sebesar 2.7%. D. Hasil Penilaian Risiko Infeksi di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Penilaian risiko infeksi di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping berdasarkan hasil dari penilaian instrumen ICRA dilakukan dengan cara mengekslusi domain atau butir penilaian yang tidak dapat dinilai. 1. Bagian 1 Demografi Fasilitas Pada bagian ini semua penilaian yaitu dari 7 pertanyaan dapat dinilai semua sesuai dengan kondisi yang telah disesuaikan. 2. Bagian 2 Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur Penilaian pada bagian ini didapatkan dari hasil wawancara dengan IPCN, Ketua Unit Hemodialisa dan dua orang petugas Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping, selain melalui wawancara dilakukan pula telusur dokumen terhadap kebijakan, SOP maupun data lainnya yang berkaitan dengan program pengendalian infeksi dan infrastruktur. Penilaian ini terdiri dari 11 domain dan 63 butir penilaian, berikut hasil penilaian yang telah didapatkan : Tabel 1 Hasil Penilaian Risiko Infeksi Bagian 2 Berupa Progran Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur No. Unsur Penilaian Jumlah Unsur Penilaian Hasil Penilaian Persentase

11 1. Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur % 2. Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi % Keamanan Tenaga Kesehatan ,43% Surveilans dan Pelaporan Penyakit % Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk ,33% Alat Pelindung Diri/APD % Kebersihan Lingkungan % 8. Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer ,71% 9. Kebersihan Tangan % 10. Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya % 11. Keamanan Injeksi % Total / Persentase % Pada tabel di atas penilaian tingkat risiko pada unit hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Gamping sebesar 79.36% dikategorikan pada risiko rendah terhadap infeksi E. Pembahasan Penilaian Instrumen ICRA CDC Pada bagian 1 yaitu Demografi Fasilitas dan bagian 2 Program dan Infrastruktur Pengendalian Infeksi secara presentase dapat dinilai dengan presentasi yang cukup besar yaitu 94.6%, sehingga ICRA CDC ini dapat digunakan untuk menilai di unit hemodialisa yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping. 1. Demografi Fasilitas Nama fasilitas unit hemodialisa. Nama rumah sakit pada penelitian ini adalah RS PKU Muhammadiyah Gamping. Tanggal penilaian 19 Juli sampai 29 Oktober Jenis

12 penelitian dilakukan secara onsite. Alasan dilakukan penilaian untuk dilakukakan penelitian. Fasilitas kesehatan ini berafiliasi langsung pada rumash sakit. Seluruh kebutuhan unit didapat dari rumah sakit. Fasilitas kesehatan tidak mengacu pada rantai dialisis. Layanan fasilitas kesehatan diberikan pada psien rata-rata usia tahun. 2. Program dan Infrastruktur Pengendalian Infeksi RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki TIM PPI, yaitu: IPCO, IPCN dan IPCLN yang terlatih dalam pencegahan infeksi yang tersedia secara teratur dalam mengelola program pengendalian. Pelatihan dibidang infeksi yang diberikan fasilitas kesehatan untuk staf adalah pelatihan PPI. Pelatihan PPI dilakukan terutama pada pegawai baru sebelum menangani pasien langsung. Setelah dilakukannya pelatihan tim PPI di rumah sakit melakukan audit setiap 2 minggu untuk menilai. Dalam 2 tahun terakhir fasilitas kesehatan tidak berpartisipasi dalam program intensif lain yang focus pada pencegahan HAIs. Fasilitas kesehatan tidak memiliki program deteksi dini dan manajemen pada staf yang memberikan pelayanan kesehatan awal yang berpotensi terinfeksi penyakit dari pasien. Fasilitas kesehatan tidak memiliki kebijakan/prosedur untuk menerapkan kewaspadaan kontak saat kontak dengan yang dicurigai MDROs. Fasilitas kesehatan memberikan informasi/ media edukasi pada pasien untuk berperan aktif dalam pencegahan pengendalian infeksi berupa poster, leaflet. Fasilitas kesehatan menyediakan pendidikan yang terstandar kepada semua pasien dengan topik pencegahan infeksi, yaitu perawatan akses vascular, kebersihan tangan, risiko yang berhubungan dengan penggunaan kateter, tanda-tanda infeksi, manajemen akses ketika jauh dari unit dialisis. Jarak ruang HD dengan unit lainnya lebih dari 2 meter. Terminal komputer tidak tertanam bersama, sehingga kebijakan/ procedure tidak terdapat

13 di rumah sakit. Fasilitas kesehatan tidak memiliki ruang isolasi selain untuk pasien hepatitis B. Fasilitas kesehatan menggunakan mesin hemodialisa waste handling option. Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan/ prosedur untuk proses disinfeksi. Fasilitas tidak pernah "berdarah ke mesin" yaitu, tempat darah diperbolehkan untuk mencapai atau hampir mencapai wadah limbah utama atau port WHO. Peniliaian KARS versi 2012 bab ke 2 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi mengenai PPI di rumah sakit. Ada 8 elemen PPI yang dinilai, yaitu: a. Satu atau lebih individu mengawasi seluruh kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi. Individu tersebut kompeten dalam praktek pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperolehnya melalui pendidikan, pelatihan, pengalaman atau sertifikasi. b. Ada penetapan mekanisme koordinasi untuk seluruh kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang melibatkan dokter, perawat dan tenaga lainnya sesuai ukuran dan kompleksitas rumah sakit. c. Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan ilmu pengetahuan terkini, pedoman praktek yang akseptabel sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, dan standar sanitasi dan kebersihan. d. Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi. e. Rumah sakit menyusun dan menerapkan program yang komprehensif untuk mengurangi risiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien dan tenaga pelayanan kesehatan.

14 f. Rumah sakit menggunakan pendekatan berdasar risiko dalam menentukan fokus dari program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah pencegahan, pengendalian dan pengurangan infeksi terkait pelayanan kesehatan. g. Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses terkait dengan risiko infeksi dan mengimplementasi strategi untuk menurunkan risiko infeksi. h. Rumah sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan (barrier precaution) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi dari infeksi pasien yang immunosuppressed, sehingga rentan terhadap infeksi nosokomial. i. Proses pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan risiko infeksi bagi pasien, staf dan orang-orang lainnya. Untuk mencapai tujuan ini, rumah sakit harus secara proaktif mengidentifikasi dan menelusuri alur risiko, angka dan kecenderungan infeksi rumah sakit. Rumah sakit menggunakan informasi indikator untuk meningkatkan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi dan mengurangi angka infeksi yang terkait pelayanan kesehatan ke level yang serendah mungkin. Rumah sakit dapat menggunakan data indikator (measurement data) dan informasi sebaik-baiknya dengan memahami angka dan kecenderungan serupa di rumah sakit lain dan kontribusi data ke dalam data dasar terkait infeksi. Rumah sakit memberikan pendidikan tentang praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, dokter, pasien dan keluarga serta pemberi layanan lainnya ketika ada indikasi keterlibatan mereka dalam pelayanan. Bukti telah dilakukan ICRA dibutuhkan dalam penilaian akreditasi (KARS, 2012). 3. Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi

15 Fasilitas kesehatan menyediakan pelatihan khusus kepada nakes dalam kebijakan dan prosedur pencegahan infeksi sebelum perawatan yaitu pada tenaga kesehatan yang baru. Fasilitas kesehatan melakukan penilaian kompetensi terhadap kebijakan dan prosedur pencegahan infeksi secara spesifik mencatat/ mendokumentasikan. Namun dilakukan secara tidak berkala. Fasilitas kesehatan melakukan audit secara rutin mengenai pengendalian infeksi dari para tenaga kesehatan, dilakukakan secara berkala kurang lebih dalam kurun waktu 2 minggu sekali. Fasilitas kesehatan melakukan audit secara rutin mengenai pengendalian infeksi dari para tenaga kesehatan. Contoh umpan balik berupa perbaikan SOP atau pelatihan disesuaikan dengan hasil temuan pada audit. 4. Keamanan Tenaga Kesehatan Fasilitas kesehatan menyediakan evaluasi dan mengikuti pasca terpapar, termasuk profilaksis yang tepat untuk tenaga kesehatan tanpa mengeluarkan biaya. Fasilitas kesehatan menelusuri keterpaparan nakes, serta mengevaluasi setiap data dan mengimplementasikan rencana aksi yang tepat untuk mengurangi insidensi setiap kejadian. Fasilitas kesehatan menyediakan vaksin hepatitis B untuk nakes yang mungkin terpapar darah atau cairan tubuh karena tugas mereka. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit memiliki potensi atau risiko tertular penyakit berkaitan dengan pekerjaannya, termasuk virus hepatitis B. Sebagai individu dari populasi masyarakat, mereka memiliki pula risiko penularan virus hepatitis B dari berbagai sumber (Gugun, 2016). Sedangkan pengenalan program vaksinasi dan isolasi mesin HD telah membatasi penyebarannya dari infeksi HBV, tingkat prevalensinya terus berlanjut (Moghaddam., et al, 2012). Fasilitas kesehatan tidak menyediakan vaksin influenza bagi setiap nakes. Vaksin influenza di Indonesia belum banyak dilakukan hal ini sering dikaitkan dengan cost namun pada

16 pedoman merekomendasikan pasien HD untuk vaksin influenza setiap 5 tahun sekali (Eleftheriadis et al. 2011). Fasilitas kesehatan melakukan skrining dasar TB bagi setiap nakes. Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan pengecualian kerja yang mendorong laporan penyakit dan tidak dihukum dengan pengurangan gaji, bonus atau kehilangan pekerjaan. Fasilitas kesehatan mendidik nakes untuk segera melaporkan penyakit atau cedera terkait pekerjaan kepada supervisor. Keamanan tenaga kesehatan di Indonesia di atur dalam Permenkes nomor 66 tahun Sehingga bagian keamanan tenaga kesehatan harus diterapkan di rumah sakit. 5. Surveilans dan Pelaporan Penyakit Fasilitas kesehatan mengetahui angka Blood Stream infection (BSI) atau BSI Standardized Infection Ratio (SIR). Fasilitas tidak membagi data angka kelajuan dengan staf klinis yang ada di garis depan. Pemberian antibody hepatitis C tidak diberikan dikarenakan insidensi terjadi hepatitis C jarang dan terkait harga yang mahal untuk melakukan vaksin tersebut. Fasilitas kesehatan mengetahui bagaimana melaporkan klaster infeksi, efek samping, atau kasus baru hepatitis B/C dengan kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan mengkomunikasikan infeksi atau kolonisasi dengan MDROs saat dirujuk. Penyelenggaraan surveilans kesehatan merupakan persyaratan program kesehatan (Permenkes, 2014). Surveilans harus dilakukan pada setiap pelayanan rumah sakit. Surveilans juga dilakukan setelah pulang dari rumah sakit. Selama surveilans data Hais, data yang perlu dikumpulkan untuk setiap pasien, yaitu data demografi dan klinis, tanggal masuk, riwayat medis, diagnosis utama, tanggal infeksi, dan jenis infeksi (Flevari, 2013). 6. Kebersihan Pernapasan/ Etika Batuk

17 Fasilitas kesehatan memiliki tanda yang dipasang di pintu masuk dengan instruksi untuk pasien dengan gejala infeksi pernapasan, berupa poster. Fasilitas menyediakan cara bagi pasien untuk menunjukkan kebersihan tangan di dalam atau deket dengan ruang tunggu berupa poster langkah cuci tangan. Fasilitas tidak menyediakan ruang dan mendorong orang dengan gejala infeksi pernapasan untuk duduk jauh dari orang lain sejauh mungkin. Fasilitas menyediakan tisu dan tempat sampah yang tidak disentuh untuk membuang tisu. Fasilitas menyediakan masker wajah pada saat pasien masuk dengan gejala infeksi pernapasan. Fasilitas memiliki kemampuan untuk membedakan pasien simtomatis (± 2 meter) dari pasien lain selama perawatan dialisis. Bagian ini sangat penting untuk dinilai karena etika batuk sangat diperlukan untuk mencegah penularan penyakit. Penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah (WHO, 2007). Penerapan etika batuk sangat diperlukan mengingat masih banyak penderita yang belum menerapkan etika batuk yang baik dan benar, hal ini untuk meminimalkan penularan penyakit TB Paru (Ema, 2016). 7. Alat Pelindung Diri Fasilitas kesehatan menyediakan pelatihan pekerjaan tertentu pada nakes untuk memilih dan menggunakan APD sebelum perawatan serta dilakukan secara berkala. Fasilitas kesehatan memvalidasi kemampuan nakes dalam penggunaan APD. Fasilitas kesehatan menyediakan sarung tangan steril maupun tidak steril, baju kerja, pelindung mata, masker wajah. Pemakaian pelindung mata digunakan tidak pada semua pasien, pemakaian digunakan pada pasien hepatitis B. Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan/prosedur bagi para staf untuk mengganti/mencuci baju kerja, yaitu baju hanya

18 digunakan untuk satu kali shift. Pencucian baju untuk pegawai disediakan namun hal ini kurang efektif dikarenakan pencucian baju dilakukan sendiri dirumah, dengan beberapa alasan, diantaranya: baju yang tertukar antar pegawai, tidak efisien waktu. APD yang sering digunakan di unit hemodialisa adalah sarung tangan. Penggunaan APD di rumah sakit sendiri diatur dalam Permenkes No. 66 tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit. 8. Kebersihan Lingkungan Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk kebersihan dan disinfektan secara rutin pada lingkungan termasuk staf yang bertanggung jawab dengan jelas. Fasilitas menyediakan pelatihan spesifik kepada orang yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dan disinfeksi baik sebelum, secara berkala maupun ketika kebijakan/prosedur diganti. Fasilitas kesehatan tidak melakukan audit secara reguler (monitor dan dokumentasi) kepatuhan untuk melaksanakan prosedur kebersihan dan disinfeksi. Fasilitas kesehatanmemiliki kebijakan/prosedur untuk tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya. Tersedianya kebutuhan untuk membersihkan tumpahan darah (contoh, disinfektan atau spill kit) ada dan dekat. Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan/prosedur untuk pengosongan dan pembersihan wadah sampah yang dapat dipakai lagi secara rutin (contoh, wadah bocor sebagai bukti pembuangan penyaringan dan pemipaan. Pengosongan maupun pembersihan. Fasilitas tidak memiliki kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa alat medis pakai ulang (seperti termometer, stetoskop, alat tensi) itu bersih saat dipakai antarpasien. Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan dan prosedur secara rutin untuk membersihkan dan disinfeksi beberapa item, seperti jepit dialisis, monitor glukosa darah, serta konduktivitas dialisat/ph meter. Persyaratan

19 kesehatan lingkungan rumah sakit salah satunya tentang kebersihan ruang dan halaman lingkungan (Kemenkes, 2004). Di tempat perawatan, kontaminasi permukaan lingkungan dengan berbagai patogen dan ketekunan patogen ini pada permukaan bisa menjadi penting dan sering. Sumber penularan agen infeksius melalui sentuhan tangan. Lingkungan di unit HD rentan terhadap kontaminasi dengan patogen yang terbawa darah seperti HBV, HCV dan HIV, dan agen infeksi lainnya seperti Staphylococcus aureus yang resisten methicillin (MRSA), Enterococci resisten vankomisin (VRE) dan Clostridium difficile. Mikroorganisme dapat bertahan di permukaan lingkungan untuk berbagai periode waktu, mulai dari menit, jam ke hari dan bulan dalam suhu rendah, kelembaban tinggi dan inokulum tinggi. Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran patogen yang ditransmisikan melalui lingkungan, pembersihan dan desinfeksi eksternal, permukaan peralatan (yaitu, mesin HD, dialisis kursi atau tempat tidur, trolley prosedur) dan lingkungan di dalam unit HD yang sering disentuh pasien dan staf. Dianjurkan untuk membersihkan dan mendisinfeksi permukaan eksternal dari mesin HD setelah selesai dialisis (Karkar., et al, 2014). 9. Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer Fasilitas menggunakan dialyzer pakai ulang. Fasilitas mencatat pernyataan dan persetujuan untuk pasien yang berpartisipasi pada pemakaian ulang dialyzer. Fasilitas memiliki kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa dializer dibersihkan dan pemrosesan ulang yang tepat untuk dapat digunakan kembali. Fasilitas melatih personil yang bertanggung jawab untuk pengolahan ulang dialyzer dengan seleksi dan penggunaan APD yang tepat dan langkah pengolahan peralatan yang direkomendasikan. Fasilitas tidak menguji kompetensi personil yang bertanggungjawab dalam pengolahan dialyzer seketika

20 dan secara berkala. Fasilitas tidak melakukan audit secara reguler (monitor dan dokumen) tentang kepatuhan untuk melakukan prosedur pengolahan dan menyediakan umpan balik pada staf atas kinerja yang dilakukan. Fasilitas kesehatan menunjukkan perawatan secara rutin untuk pengolahan peralatan (contoh reprosesor otomatis) melalui kualifikasi personel yang berhubungan dengan instruksi perusahaan. Fasilitas kesehatan membersihkan alat dialyzer setiap satu minggu sekali. Namun untuk monitor angka kuman pada fasilitas ini belum dilakukan. Pemakaian ulang dialyzer adalah suatu tindakan pemakaian dialyzer lebih dari satu kali pada pasien yang sama. Dializer setelah digunakan dalam proses hemodialisa dibersihkan dan dilakukan sterilisasi baik menggunakan mesin maupun manual (Dharmeizer, 2012). Pada proses penggunaan dan pemrosesan ulang dialyzer harus dilakukan dengan baik agar tidak terjadi infeksi pada pasien. Penilaian bagian ini dapat dinilai dan diterapkan di rumah sakit. Di Indonesia belum ada peraturan atau keputusan mengenai bagaimana proses untuk penggunaan mesin dialyzer. 10. Kebersihan Tangan Pemenuhan kebutuhan untuk kepatuhan kebersihan tangan yang direkomendasikan tersedia dan dekat dengan lokasi penggunaan, berupa: gel antiseptik alcohol, bak cuci tangan, sabun, handuk. Fasilitas kesehatan menunjukkan observasi kegiatan kebersihan tangan staf setiap bulan (atau lebih sering). Fasilitas menyediakan umpan balik atas kepatuhan staf klinis berupa apakah proses cuci tangan sudah benar atau belum. Pada pengamatan dilakukan 30 kali mommen cuci tangan, 11 kali tidak melakukan cuci tangan 5 momment. Pada penilaian akreditasi rumah sakit kebersihan tangan di atur pada bab ke 2 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi pada standar PPI 9. Hand hygiene, teknik barier dan bahan-bahan disinfeksi merupakan instrumen mendasar bagi pencegahan dan

21 pengendalian infeksi yang benar. Rumah sakit mengidentifikasi situasi dimana masker, pelindung mata, gaun atau sarung tangan diperlukan dan melakukan pelatihan penggunaannya secara tepat dan benar. Sabun, disinfektan dan handuk atau pengering lainnya tersedia di lokasi dimana prosedur cuci tangan dan disinfektan dipersyaratkan (KARS, 2012). Terdapat penurunan tingkat Hais bila kepatuhan cuci tangan dilakukan (Salama, 2013). Pendekatan yang menggabungkan pendidikan materi, pengingat cuci tangan ditempat strategis dan umpan balik kinerja yang berkelanjutan dapat memiliki efek penting terhadap kepatuhan dan kualitas perawatan infeksi yang didapat di rumah sakit (Naikoba., et al, 2001). 11. Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya Fasilitas kesehatan tidak memberikan pelatihan khusus untuk kateter/perawatan akses vaskular dan teknik aseptik untuk staf medis yang menangani kateter dan/atau akses pembuluh darah karena skil ini merupakan skill standar bagi staf medis dalam melakukan tindakan. Unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping dari 10 perawat 9 perawat memiliki sertifikat pelatihan hemodialisa. Fasilitas kesehatan menunjukkan observasi kinerja staf medis terkait perawatan akses vaskuler dan kateter untuk mengakses praktik setiap 3 bulanan (atau lebih sering). Fasilitas kesehatan menyediakan umpan balik atas kepatuhan staf medis berupa insidensi infeksi yang terjadi akibat pemasangan kateter terlebih apabila terbukti terjadi infeksi paca pemasangan urin, namun tidak dilakukan di unit HD namun dilakukan di unit bangsal. Fasilitas kesehatan menunjukkan penilaian kompetensi staf dalam perawatan akses vaskuler dan kateter sebelum perawatan namun dilakukan tidak secara berkala. Fasilitas kesehatan menggunakan larutan chlorhexidine berbasis alkohol (>0.5%) sebagai antiseptik kulit selama penggantian kateter. Fasilitas

22 tidak menerapkan salep antibiotik atau salep povidine-iodine pada saat mengeluarkan kateter selama diganti. Fasilitas menekan pusat kateter dengan antiseptik yang tepat setelah tutup dipindah dan sebelum kateter digunakan. Fasilitas menekan pusat kateter secara rutin ketika jarum penghubung berpindah. Pentingnya perawatan akses vascular karena akses vascular langsung merupakan faktor resiko utama pada pasien HD (APIC, 2010). Sejumlah praktik yang dirancang untuk mengurangi risiko infeksi untuk perawatan kateter perkutan, yaitu : a) Akses keluar kateter harus diperiksa pada posisi kateter yang tepat dan tidak adanya infeksi sebelum mengakses aliran darah pada setiap dyalisis. b) Teknik aseptik harus digunakan untuk mencegah kontaminasi sistem kateter, termasuk penggunaan masker untuk staf dan sarung tangan pasien, dan untuk semua sistem kateter terhubung dalam keadaan bersih,prosedur pelepasan dan pemakaian pakaian. c) Pusat kateter dapat direndam dalam larutan povidone-iodine atau dibungkus dengan kasa jenuh dengan larutan povidone-iodine selama 5 menit sebelum melepaskan penutupnya. d) Masker harus digunakan oleh pasien dan masker dengan pelindung mata harus dipakai oleh karyawan. e) Sarung tangan dipakai sekali serta harus dipakai untuk prosedur pemasangan (inisiasi sesi dialisis). f) Setelah melepaskan penutup, penghubung harus dilap dengan chlorhexidine, alkohol, atau povidone-iodine. g) Pusat kateter harus dihubungkan segera untuk membatasi terpaparnya udara. h) Prosedur juga harus diikuti pada akhir sesi dialisis atau untuk alasan lain

23 i) Kateter harus dijaga seminimal mungkin; Jika terdapat masalah pada aliran mereka harus ditangani secepat mungkin. j) Perawatan pada akses keluar: Pembukaan pintu keluar kateter harus diganti setiap 3 hari (setelah setiap sesi HD) jika kasa / tape, atau setiap 7 hari jika digunakan dressing transparan kapan pun jika dressingnya basah atau kotor. k) Akses kateter harus dibersihkan / didesinfeksi pada saat mengganti pakaian dengan menggunkan chlorhexidine /larutan alkohol atau povidon-iodin; Salep harus dioleskan (povidone-iodine atau triple antibiotics). l) Penggunaan chlorhexidine dapat diterapkan pada akses keluar (APIC, 2010). 12. Keamanan Injeksi Fasilitas kesehatan memenuhi kebutuhan untuk kepatuhan memberikan injeksi yang aman dan tersedia dekat dengan penggunaan, yaitu wadah benda tajam dan jarum/kanula dengan fitur keselamatan. Fasilitas memiliki kebijakan/prosedur untuk memastikan bahwa wadah benda tajam kosong dan/atau diganti secara reguler dan kapan itu dibutuhkan. Fasilitas kesehatan tidak menggunakan ruang bersih yang memisahkan ruang perawatan untuk penyimpanan dan persiapan injeksi medis. Tidak ada ruang yang tersedia dan dapat digunakan untuk penyimpanan dan persiapan injeksi. Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan/prosedur kebersihan saat injeksi disiapkan secara rutin. Fasilitas kesehatan tidak menggunakan jarum suntik saline prefilled atau vial saline sekali pakai untuk mendorong, dorongan menggunakan dari larutan saline pasien yang digunakan untuk dialisis. Pada observasi keamanan injeksi sangat baik dilakukan, contoh petugas memasukan jarum ke tutup jarum yang sudah dilakukan menggunakan tekhnik satu jari. Tekhnik ini dilakukan untuk meminimalisir tertusuknya jarum. Pemerintah mengatur

24 mengenai keselamatan petugas kesehatan melalui adanya K3 dengan mengeluarkan Keputusan Meteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit tahun Peraturan tersebut mengatur mengenai pengelolaan limbah tajam, pengawasan dan pelaporan (Kemenkes, 2010). Rumah sakit memiliki SOP mengenai pengelolaan limbah tajam. Praktek injeksi yang aman selain prinsip dasar aseptik, terdapat tekniknya tambahannya yang spesifik. Rekomendasi untuk pasien HD yang diterbitkan oleh CDC dan APIC, yang meliputi: a) Semua obat suntik tunggal untuk sekali pakai tunggal dan larutan digunakan untuk satu pasien dan satu pemakaian. b) Obat multi dosis dikemas menjadi satu bila memungkinkan. c) Persiapan obat harus dilakukan dalam area bersih serta terpisah dengan pasien. d) Tidak membawa tempat obat multi dosis dari tempat sat uke tempat lainnya atau membawa botol obat, Jarum suntik, penyeka alkohol atau persediaan di saku. e) Obat atau persediaan yang tidak digunakan yang dibawa ke pasien harus digunakan hanya untuk pasien tersebut tidak untuk pasien lain. f) Jika nampan digunakan untuk mengirimkan obat ke pasien individu, mereka harus dibersihkan antar pasien (Karkar, Bouhaha, and Dammang 2014).

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING Laras Rima Dhani *, Maria Ulfa, Winny Setyonugroho * Hospital Management Program, Postgraduate Program,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI

Lebih terperinci

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA) AT HEMODYALISIS UNIT OF PKU MUHAMMADIYAH GAMPING HOSPITAL Laras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI Oleh: TIM PPI RS BHAYNGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO DAFTAR ISI: Daftar isi... 2 I. Pendahuluan...3 II. Perencanaan program pengendalian infeksi berbasis Akreditasi rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Bedah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Bedah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gamping. Adapun tahapan penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

Lampiran Hasil Penilaian Instrumen Dan Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Gamping

Lampiran Hasil Penilaian Instrumen Dan Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Gamping 79 Lampiran Hasil Penilaian Instrumen Dan Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Gamping ALAT PENILAIAN PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PERAWATAN AKUT RUMAH SAKIT Alat ini dimaksudkan untuk membantu dalam

Lebih terperinci

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxx NOMOR : 012 / SK /.xx / VII / 2012 TENTANG ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1 D NO 1 2 3 4 STANDAR PPI 1 PPI 1.1 5 6 PPI 2 7 8 9 PPI 3 10 11 12 PPI 4 13 14 15 PPI 5 16 17 18 19 20 PPI 6 21 22 23 PPI 6.1 24 25 26 PPI 6.2 27 28 29 PPI 7 30 31 32 33 PPI 7.1 34 35 36 37 38 PPI 7.2 39

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta pola kuman 3. Program pendidikan dan pelatihan PPI 4. Program penggunaan antimikroba rasional N0 KEGIATAN MONITORING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin pesatnya ilmu dan teknologi di bidang medis masa kini, maka semakin kompleks pula pelayanan kesehatan di rumah sakit, ditandai dengan meningkatnya prosedur-posedur invasive baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009).Keselamatan pasien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Instrumen Infection Control Risk Assesment (ICRA)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Instrumen Infection Control Risk Assesment (ICRA) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Instrumen Infection Control Risk Assesment (ICRA) Instrumen Infection Control Risk Assesment (ICRA) yang dikeluarkan oleh CDC adalah instrumen yang digunakan menilai pengendalian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan. Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran Gigi di RS

BAB V KESIMPULAN. serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan. Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran Gigi di RS BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Bertolak dari rumusan masalah, hipotesis dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi di rumah sakit merupakan masalah yang cukup besar pada pelayanan kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

M.Mariadi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Jojoran I Blok Aa No. 13 Sby

M.Mariadi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Jojoran I Blok Aa No. 13 Sby M.Mariadi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Jojoran I Blok Aa No. 13 Sby population : 255,339,621 255.000 pasien ESRD population : 255,339,621 z HAIs ( Healthcare Associated In Infection ) Hemodialisa beresiko

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON A. PENDAHULUAN Health care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagai wujud pengamalan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, maka diperlukan

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan 103 Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan A. Data Karakteristik Informan Petunjuk Pengisian:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

A. Informasi Fasilitas Kesehatan

A. Informasi Fasilitas Kesehatan LAMPIRAN 73 74 A. Informasi Fasilitas Kesehatan MODUL 1. INFORMASI FASILITAS KESEHATAN Modul ini harus dijawab oleh Kepala fasilitas kesehatan atau perawat. Untuk setiap item, tandai jawaban paling tepat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya TELUSUR POKJA PPI PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya Kualifikasi ketua dan anggota Tim PPI Uraian tugas ketua dan anggota Tim PPI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PONOROGO UTARA. KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS PONOROGO UTARA Nomor :188.4/... / /...

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PONOROGO UTARA. KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS PONOROGO UTARA Nomor :188.4/... / /... PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PONOROGO UTARA KECAMATAN PONOROGO Jl. Pahlawan No. 30 Telp (0352) 485446 Ponorogo Kode 63419 Kode Pos 63455 KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS PONOROGO UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

Laporan bulanan PPI Bulan September

Laporan bulanan PPI Bulan September Laporan bulanan PPI Bulan September EVALUASI PROGRAM 1. Rancangan program PPI Program rancangan PPI mengacu kepada standar program PPI yang terdiri atas pencegahan infeksi, kewaspadaan isolasi, surveilan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan

Lebih terperinci

FOKUS AREA : Program kepemimpinan dan koordinasi (PPI 1; 2;

FOKUS AREA : Program kepemimpinan dan koordinasi (PPI 1; 2; FOKUS AREA : Program kepemimpinan dan koordinasi (PPI 1; 2; 3; 4) Fokus dari program (PPI 5; 5.1; 6; 7; 7.1; 7.1.1; 7.2; 7.3; 7.4; 7.5) Prosedur Isolasi (PPI 8 ) Teknik pengamanan dan hand hygiene ( PPI

Lebih terperinci

INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA) DI UNIT GIZI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA) DI UNIT GIZI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA) DI UNIT GIZI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING Setyabella Ika Putri, Maria Ulfa, Winny Setyonugroho Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Acquired Infections (HAIs) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (Huber, 2010). Pencegahan pengendalian infeksi nosokomial adalah program yang

Lebih terperinci

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING Fatma Maulida Abiya *, Maria Ulfa, Winny Setyonugroho * Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit,

Lebih terperinci

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien A. PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam

Lebih terperinci

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti) PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti) I. Pendahuluan Penggunaan peralatan intravaskular (IV) tidak dapat dihindari pada pelayanan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Bagian XIII Infeksi Nosokomial Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat dari fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas dengan istilah Healthcare Acquired

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR Disusun oleh : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RUMAH SAKIT UMUM AULIA LODOYO BLITAR JL. RAYA UTARA LODOYO KEMBANGARUM

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA A. PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun. Berbagai penelitian menunjukkan HAIs

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV, HEPATITIS DAN MRSA DI UNIT HEMODIALISIS SRI SUNARYATI, S.ST PPGII OKTOBER 2014 HOTEL ASTON PALEMBANG

PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV, HEPATITIS DAN MRSA DI UNIT HEMODIALISIS SRI SUNARYATI, S.ST PPGII OKTOBER 2014 HOTEL ASTON PALEMBANG PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV, HEPATITIS DAN MRSA DI UNIT HEMODIALISIS SRI SUNARYATI, S.ST PPGII 16 19 OKTOBER 2014 HOTEL ASTON PALEMBANG HEMODIALISIS INFEKSI PADA HEMODIALISIS Legionella WHAT S NEXT? HIV

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-

BAB I PENDAHULUAN. utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat didefinisikan sebagai suatu infeksi yang didapat oleh pasien di rumah sakit yang diyakini sebagai penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

TATA KELOLA PELAYANAN DI RUANG HEMODIALISA. Ispriyatiningsih, S.Kep., Ns IPDI Yogyakarta

TATA KELOLA PELAYANAN DI RUANG HEMODIALISA. Ispriyatiningsih, S.Kep., Ns IPDI Yogyakarta TATA KELOLA PELAYANAN DI RUANG HEMODIALISA Ispriyatiningsih, S.Kep., Ns IPDI Yogyakarta PENDAHULUAN RUANG HEMODIALISA Ruang yang dipakai sebagai sarana pelayanan pasien yang membutuhkan fasilitas Hemodialisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) serta kegiatan pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit,

Lebih terperinci

LAPORAN KOMITE PPI TRIWULAN PERTAMA RUMAH SAKIT UMUM HAMBA KABUPATEN BATANG HARI BULAN APRIL S.D JUNI 2016

LAPORAN KOMITE PPI TRIWULAN PERTAMA RUMAH SAKIT UMUM HAMBA KABUPATEN BATANG HARI BULAN APRIL S.D JUNI 2016 LAPORAN KOMITE PPI TRIWULAN PERTAMA RUMAH SAKIT UMUM HAMBA KABUPATEN BATANG HARI BULAN APRIL S.D JUNI 216 KOMITE PPI 216 LAPORAN KOMITE PPI TRIWULAN PERTAMA RUMAH SAKIT UMUM HAMBA KABUPATEN BATANG HARI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan tidak bisa terlepas dari keselamatan pasien, yang merupakan suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Risiko Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan utama kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan

Lebih terperinci

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi di rumah sakit yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di rumah

Lebih terperinci

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015 LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015 R S U HAJI SURABAYA KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA 2015 BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), health care-associated infections (HAIs) atau infeksi dapatan di pelayanan kesehatan adalah efek samping yang paling sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli tahun 2016 di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang

Lebih terperinci

PANDUAN PENILAIAN SURVEI

PANDUAN PENILAIAN SURVEI PANDUAN PENILAIAN SURVEI KELOMPOK II BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) ================================================== ================================= A. TELUSUR SISTEM PENCEGAHAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Healthcare Associated Infections (HAIs) atau sering disebut dengan istilah infeksi nosokomial adalah merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat setelah pasien berada di rumah sakit atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial atau saat ini sering disebut Healthcare-associated Infections

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil penelitian pada setiap variabel yang sudah direncanakan. Proses pengambilan data dilakukan di RSUD Tidar kota Magelang dari 30 Desember 2015 sampai 7 Januari

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Setiap hari terdapat 3 kali pergantian shift perawat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran umum RS PKU Muhammadiyah Bantul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran umum RS PKU Muhammadiyah Bantul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran umum RS PKU Muhammadiyah Bantul Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Kabupaten Bantul adalah Yayasan RS milik pemerintah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari

Lebih terperinci