STUDI URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN FISIKA (TEACHING-LEARNING SEQUENCE) & MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK GAYA DI SMA NEGERI 3 KUPANG

Transkripsi

1 STUDI URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN FISIKA (TEACHING-LEARNING SEQUENCE) & MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK GAYA DI SMA NEGERI 3 KUPANG Imelda Paulina Soko,

2 Pendahuluan FISIKA Ilmu tentang konsep alam Bersifat kompleks & dinamis; perlu suatu pengalaman melalui metode ilmiah dalam kegiatan pembelajaran. Guru Profesional Penentu keberhasilan proses pembelajaran

3 Pendahuluan Guru Profesio nal Khusus di daerah NTT, hasil ujian tulis kepada gurusains NTT menggunakan soal Ujian Nasional, ternyata nilai guru lebih rendah dari nilai yang diperoleh siswa untuk soal UN yang sama. Upaya Pemerintah: Pada tahun 2004 diselenggarakan center MIPA; kegiatan pelatihan guru. Center MIPA berpengaruh terhadap peningkatan nilai UN pelajaran MIPA setiap tahun, namun sayang kegiatan ini bersifat massal, luput dari kontrol implementasi di lapangan oleh pemerintah kabupaten & tanpa tindak lanjut. Kelemahan dalam kegiatan pembelajaran Fisika: Masalah penguasaan materi, banyak guru yang hanya mengajarkan topik-topik tertentu yang mereka kuasai, sedangkan pokok bahasan atau materi yang sukar atau tidak dikuasai dilewatkan saja. Kemampuan dalam melakukan standar proses pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan menantang. Hasil UN NTT di tahun 2013 berada pada peringkat 29 dari 33 propinsi di Indonesia!

4 Pendahuluan SMA Negeri 3 Kupang Lete (2012) Pemahaman konsep dan kemampuan menganalisis tabel, gambar, grafik terkait fenomena fisis masih rendah. Miskonsepsi pada topik Gaya: 1.Siswa belum mampu melukis diagram gaya yang bekerja pada benda. 2.Gaya merupakan sifat yang ada dalam benda -> siswa beranggapan benda berat jatuh lebih cepat dari benda ringan pada gerak jatuh bebas; mengabaikan konsep gaya muncul dari interaksi antara benda-benda. 3.Gaya aksi-reaksi (hukum III Newton) bekerja pada titik yang sama pada objek yg berbeda. 4.Besar gaya gesek hanya bergantung pada kekasaran permukaan & mengabaikan pengaruh

5 Pendahuluan Multimetode belum mampu mengatasi kesulitan belajar & miskonsepsi siswa Guru belum mampu mengorganisasikan kegiatan pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa dan pembelajaran fisika. Guru terpaku pada buku teks sebagai acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Perlu dilakukan kajian terhadap pelaksanaan urutan kegiatan pembelajaran, pemahaman konsep, dan miskonsepsi siswa pada topik Gaya

6 Permasalahan Bagaimana pelaksanaan urutan kegiatan pembelajaran (Teaching-learning sequence) pada topik Gaya di SMA Negeri 3 Kupang? Bagaimana pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya? Bagaimana profil guru fisika di SMA Negeri 3 Kupang? Bagaimana strategi pengembangan program yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya?

7 Tujuan Observasi Mendeskripsikan pelaksanaan urutan kegiatan pembelajaran (Teaching-learning sequence) pada topik Gaya di SMA Negeri 3 Kupang. Mendeskripsikan pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya. Mendeskripsikan profil guru fisika di SMA Negeri 3 Kupang. Mendeskripsikan rancangan strategi pengembangan program yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya.

8 Fokus Observasi Mendeskripsikan pelaksanaan urutan kegiatan pembelajaran, pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya.

9 Metode Survey deskriptif; kegiatan field study diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan keadaan-keadaan lain yang terkait di SMA Negeri 3 Kupang. Data kuantitatif dan kualitatif dalam field study diperoleh dengan menggunakan tes konsep Gaya, wawancara, dan kajian RPP Fisika.

10 Subjek Penelitian Guru fisika kelas X IPA 6 dan guru fisika kelas X IPA 7. Siswa SMA Negeri 3 Kupang tahun ajaran 2013/2014, kelas X IPA 6 yang berjumlah 46 siswa dan kelas X IPA 7 yang berjumlah 44 siswa. Peneliti memilih 2 orang guru dengan latar belakang pengalaman mengajar yang berbeda untuk melihat dan membandingkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan urutan kegiatan pembelajaran (Teaching-learning sequence) yang dilaksanakan oleh kedua guru tersebut. Perbedaan pelaksanaan urutan kegiatan pembelajaran tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap perbedaan pemahaman konsep dan miskonsepsi pada siswa di kedua kelas yang diajar oleh kedua guru tersebut. Kegiatan field study dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2013.

11 Teknik Pengumpulan Data Data field study diperoleh dengan teknik tes, wawancara dan kajian RPP Fisika. Teknik tes diberikan kepada siswa, wawancara diberikan kepada guru, sedangkan kajian RPP dilakukan untuk melihat urutan kegiatan pembelajaran fisika pada topik Gaya.

12 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam field study adalah tes konsep Gaya, pedoman wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika untuk menggali informasi latar belakang pendidikan dan kegiatan pengembangan profesionalisme yang pernah diikuti, dan RPP Fisika pada topik Gaya.

13 Langkah-langkah Penelitian

14 Hasil Penelitian Deskripsi pelaksanaan urutan kegiatan pembelajaran (Teaching-learning sequence ) pada topik Gaya di SMA Negeri 3 Kupang

15 Hasil Penelitian Deskripsi pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya Deskripsi Pemahaman Konsep dan Miskonsepsi Siswa Kelas X IPA 6 N Vali 46 d Miss ing 0 Mean Median Mode Std. Deviatio n Minimum Maximu Sebagian besar siswa kelas X IPA 6 mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi terkait: 1) konsep gerak horisontal dengan laju tetap (soal no. 5 dan 8), 2) gaya pada gerak dengan lintasan parabola (soal no. 11), 3) menafsirkan grafik gaya terhadap waktu (soal no. 14), 4) hukum III Newton tentang gerak kontinu (soal no. 22), 5) gaya konservatif terkait teorema usaha-energi (soal no. 16, 17 dan 25),

16 Hasil Penelitian Deskripsi pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa SMA Negeri 3 Kupang pada topik Gaya N Valid 44 Missi ng 0 Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Hasil tes konsep Gaya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X IPA 7 mengalami kesalahan konsep atau miskonsepsi terkait: 1)Hukum I Newton, tanpa resultan gaya (soal no. 7) 2)konsep lintasan dan laju gerak parabola (soal no. 9, 10, dan 11), 3)arah vektor kecepatan pada gerak melingkar (soal no. 13), 4)gaya konservatif (soal no. 16) 5)gaya pada gravitasi dan gesekan (soal no. 23), 6)gaya konservatif (soal no. 25 dan 29),

17 Hasil Penelitian Deskripsi profil guru fisika di SMA Negeri 3 Kupang Kelas X IPA 6 Nama lengkap : Hildegunda Silvestra Rony, M.Pd Pendidikan terakhir : Magister Teknologi Pembelajaran (Pend. Fisika) Universitas Negeri Yogyakarta, tahun Pengalaman mengajar: 2005 sekarang. Kegiatan pengembangan profesionalisme yang pernah diikuti: 1) Training course on science laboratory management, penyelenggara SEAMEO Reginal Center for QITEP in Science Bandung, Juni ) Pelatihan guru Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan olimpiade, penyelenggara Surya Institute, Agustus ) Pelatihan guru fisika-elektromagnetik, penyelenggara Surya Institute, Desember ) Workshop pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK, penyelenggara Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,

18 Hasil Penelitian Deskripsi profil guru fisika di SMA Negeri 3 Kupang Kelas X IPA 7 Nama lengkap : Yohana Idamina Betty, S.Pd Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Nusa Cendana, tahun Pengalaman mengajar: 2010 sekarang. Kegiatan pengembangan profesionalisme yang pernah diikuti: 1) Pelatihan media pembelajaran berbasis ICT guru-guru Kota Kupang, Juli ) Workshop lesson study guru Matematika dan IPA se-kota Kupang, penyelenggara Universitas Nusa Cendana, Januari 2012.

19 Analisis Data & Pengembangan Teori Topik Gaya sebagai bagian dari Mekanika; konsep yang sering dianggap abstrak dan rawan miskonsepsi. Para guru sering mengajarkan konsep gaya dengan penekanan matematis, berupa pemaparan dan penjelasan grafik atau diagram gaya, serta rumus-rumus terkait gaya. Semestinya guru mengaitkan konsep tentang Gaya dengan pengalaman keseharian siswa, karena konsep Gaya tak terpisahkan dengan pengalaman nyata. Sub-sub topik dalam Gaya juga diajarkan secara terpisah, artinya guru kurang memberikan tautan atau keterhubungan antara satu sub topik atau konsep dengan konsep lainnya. Misalnya dalam mengajarkan Hukum II Newton, guru tidak mengaitkan keterkaitan hukum tersebut dengan hukum I Newton, misalnya apakah hukum II Newton merupakan pengembangan dari hukum sebelumnya, membandingkan besaran-besaran terkait kedua hukum tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan pembelajaran pada topik Gaya juga kurang kontekstual. Guru lebih terpaku pada buku teks, belum mampu mengembangkan sendiri bahan ajar agar menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.

20 Analisis Data & Pengembangan Teori Miskonsepsi atau konsep yang salah dapat dipahami sebagai suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang tertentu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Novak dan Gowin (1984) mendefenisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsepkonsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown (1992) menjelaskan misonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Fowler dan Jaoude (1987), menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi dengan memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirearkis konsep-konsep yang tidak benar.

21 Analisis Data & Pengembangan Teori Miskonsepsi dapat diatasi dengan beberapa rumusan cara berikut, yaitu: Mendeteksi pra-konsepsi siswa untuk mengetahui pengetahuan atau pengalaman apa yang sudah siswa miliki sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Pra-konsepsi dapat dibentuk oleh pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari. Dengan mendeteksi prakonsepsi, guru dapat mengetahui kekurangan prakonsepsi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Merancang pengalaman belajar berdasarkan prakonsepsi tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah bahwa siswa diberi pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam, dengan demikian diharapkan bahwa pertentangan pengalaman ini dengan konsep yang lama akan menyebabkan koreksi konsepsi. Piaget menegaskan bahwa pertentangan pengalaman baru dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat.

22 Analisis Data & Pengembangan Teori Miskonsepsi dapat diatasi dengan beberapa rumusan cara berikut, yaitu: Mendeteksi pra-konsepsi siswa untuk mengetahui pengetahuan atau pengalaman apa yang sudah siswa miliki sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Pra-konsepsi dapat dibentuk oleh pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari. Dengan mendeteksi prakonsepsi, guru dapat mengetahui kekurangan prakonsepsi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Merancang pengalaman belajar berdasarkan prakonsepsi tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepsi adalah bahwa siswa diberi pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam, dengan demikian diharapkan bahwa pertentangan pengalaman ini dengan konsep yang lama akan menyebabkan koreksi konsepsi. Piaget menegaskan bahwa pertentangan pengalaman baru dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat.

23 Analisis Data & Pengembangan Teori Miskonsepsi dapat diatasi dengan beberapa rumusan cara berikut, yaitu (2): Mendeteksi pra-konsepsi siswa untuk mengetahui pengetahuan atau Latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru dan menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah akan muncul dengan jelas. Interaksi dengan siswa, karena tanpa interaksi guru tidak akan mengetahui miskonsepsi siswa. Tanpa interaksi melalui latihan pertanyaan dan soal, konsepsi yang sudah hampir benar, tidak dapat dihaluskan. Dalam latihan tersebut sebaiknya guru tidak hanya membahas jawaban yang benar, tetapi juga memperhartikan jawaban yang salah dan menjelaskan mengapa jawaban tersebut salah.

24 Analisis Data & Pengembangan Teori Kemampuan pemahaman konsep suatu materi subjek merupakan hal terpenting dalam pengembangan intelektual. Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.

25 Keterbatasan Terdapat beberapa keterbatasan dalam field study ini, yaitu: Peneliti tidak mengkaji respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran fisika yang dilakukan guru. Peneliti tidak melakukan wawancara untuk menindaklanjuti hasil tes konsep gaya siswa.

26 Information Urutan kegiatan pembelajaran (Teaching-learning sequence) pada topik Gaya di SMA Negeri 3 Kupang dilaksanakan dengan mengacu pada buku sumber fisika, Kelas dengan X IPA 6: rincian sebagai berikut: Kelas X IPA 7

27 Kesimpulan