TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF"

Transkripsi

1 TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF THROMBOCYTOPENIA AS PROGNOSTIC MARKER IN PATIENTS ADMITTED IN PICU Andi Rismawaty Darma, Idham Jaya Ganda, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Andi Rismawaty Darma Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP : ( piarraproperty@yahoo.com)

2 Abstrak Trombositopenia merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada anak sakit berat dan kelainan laboratorium yang umum ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi trombositopenia sebagai faktor prognostik pada pasien yang dirawat di perawatan intensif. Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Data berasal dari anak yang dirawat di PICU RSUP di Wahidin Sudirohusodo dari bulan september Desember Subyek diikuti sampai terjadi outcome. Penelitian ini didapatkan 50 penderita, 33 membaik dan 17 meninggal. Awal masuk perawatan jumlah penderita trombositopenia berat dengan perdarahan gastrointestinal terdapat 9 (47,4%) anak dan trombositopenia tidak berat terdapat 7 (22,6%) anak. Hubungan jumlah trombosit saat awal masuk perawatan dengan perdarahan gastrointestinal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan p =0,68 (p>0,05). Hubungan jumlah trombosit setelah 24 jam dan 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal menunjukkan perbedaan bermakna dengan p= 0,04,OR 5,6 (95% CI 1, ,336) dan 0,001 (p <0,05),OR 9,8 ( 95% CI 2,340-41,194). Jumlah penderita trombositopenia tidak berat yang membaik adalah 23 ( 74,2%) anak dan yang meninggal 8 (26,7 %) anak. Jumlah penderita trombositopenia berat yang membaik adalah 10 (52,6 %) anak dan yang meninggal 8 (26,7%) anak. Saat awal masuk perawatan,didapatkan hubungan jumlah trombosit saat masuk perawatan dengan outcome secara statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,118 (p >0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan outcome pada pasien dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 dan >50000/mm 3. Jumlah trombosit 50000/mm 3 merupakan faktor prognostik terjadinya perdarahan gastrointestinal pada saat setelah 24 dan 48 jam perawatan. Kata kunci. Trombositopenia, Outcome, anak Abstract Thrombocytopenia is one symptom that is often found in children who suffered severe pain and common laboratory abnormalities were found. This study aimed to evaluate thrombocytopenia as a prognostic factor in patients treated in intensive care.the study design was a prospective cohort. The study was determined thrombocytopenia as prognostic factor in patients treated in intensive care.the data comes from children admitted to PICU Dr dr Wahidin Sudirohusodo from september December Subjects were followed until the outcome occurs. From this study, results 50 patients, 33 patients improved and 17 patients died. At the initial time on hospital, the number of patients with severe thrombocytopenia that gastrointestinal bleeding was 9 (47.4%) children. The number of patients who experienced no severe thrombocytopenia that gastrointestinal bleeding was 7 (22.6%), was found relationship between platelet count early on in treatment with gastrointestinal bleeding showed no statistically difference with p = 0.68 (p> 0.05 ). The relationship of platelet counts after 24 hours and 48 hours with gastrointestinal bleeding showed significant differences with their respective p= 0.04, OR 5.6 (95% CI ) and (p <0.05), OR 9.8 (95% CI ). Number of patients with no severe thrombocytopenia who improved was 23 (74.2%), died was 8 (26.7%) children, number of patients with severe thrombocytopenia who improved was 10 (52.6%) and died was 8 (26.7%). The beginning of treatment, obtained relationship of platelet count at admission with outcome showed no significant difference with p = (p> 0,05).Based on the results of the study concluded that there was no difference in outcome in patients with platelet count 50000/mm 3 and > 50000/mm 3. Platelet count 50000/mm 3 is a prognostic factor in the occurrence of gastrointestinal bleeding after 24 and 48 hours of treatment. Keywords : thrombocytopenia, outcome, children

3 PENDAHULUAN Trombositopenia merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada anak sakit berat dan kelainan laboratorium yang umum ditemukan, insidennya dilaporkan bervariasi 13-58%. Pada anak sakit berat yang dirawat di perawatan intensif umumnya terjadi trombositopenia yang dihubungkan dengan sepsis, Disseminated intravasculer coagulation (DIC), transfusi darah masif dan kemoterapi yang menyebabkan kegagalan organ yang berakibat fatal. Trombosit berperan dalam proses koagulasi yang berakhir dengan pembentukan platelate plug. Jika jumlah trombosit rendah maka proses koagulasi akan terganggu sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui jumlah trombosit sebagai faktor prognostik pada penderita yang dirawat di perawatan intensif untuk mencegah lebih dini akibat yang lebih fatal yang diakibatkan dari keadaan trombositopenia. (Agrawal dkk, 2008; Drew dkk, 2000; Arceci dkk,2006). Perdarahan saluran cerna pada anak merupakan keadaan yang menakutkan bagi orang tua. Sebanyak 10 sampai 15% kasus dirujuk ke ahli gastroenterologi setiap tahunnya. El Mouzan melaporkan insiden perdarahan saluran cerna sebanyak 5% pada anak umur 5 sampai 18 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 7 : 1 (El Mouzan dkk, 2004). Trombositopenia adalah jumlah trombosit < /mm 3 (normal /mm /mm 3 ). Penelitian Agrawal dkk (2008) didapatkan bahwa pasien dengan jumlah trombosit kurang dari memiliki insiden untuk mengalami perdarahan lebih tinggi, dirawat di PICU lebih lama dan memiliki angka kematian yang tinggi. Pada penelitian Strauss dkk, penurunan trombosit 30% berkorelasi dengan angka kematian di ICU. Pengukuran serial trombosit sangat penting untuk mengevaluasi kondisi pasien. Penurunan trombosit memerlukan perhatian khusus, terutama pada pasien-pasien dengan tanda-tanda kegagalan organ. Keuntungan dari menggunakan trombosit sebagai prediktor outcome karena sifatnya yang dinamis, diambil secara harian jika dibandingkan dengan skor mortalitas yang menggunakan parameter dalam kurun waktu 24 jam pertama setelah masuk atau saat masuk rumah sakit serta memerlukan biaya yang

4 besar, seperti skor Paediatric Risk of Mortality (PRISM), Paediatric Index of Mortality (PIM) dan Paediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat nilai trombosit pada penderita yang dirawat di perawatan intensif terhadap outcome. Sepengetahuan peneliti, penelitian ini belum pernah dilakukan di Makassar, sehingga dengan penelitian ini diharapkan meningkatkan perkembangan ilmu untuk aplikasi klinis yang berhubungan dengan outcome pada penderita yang dirawat di perawatan intensif (Agrawal dkk, 2008; Landaw dkk, 2010; Strauss dkk, 2002). BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi perawatan intensif anak atau PICU Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar merupakan suatu penelitian kohort prospektif untuk menentukan trombositopenia sebagai faktor prognostik pada penderita yang dirawat di perawatan intensif terhadap outcome ( perdarahan gastrointestinal, sembuh atau meninggal). Pada awal pengamatan dilakukan pemeriksaan trombosit terhadap pasien yang dirawat di perawatan intensif kemudian diikuti sampai terjadi outcome. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah penderita yang dirawat yang berumur 1 bulan sampai 15 tahun. Cara pengambilan subjek adalah Consecutive Sampling yaitu subjek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit. Subyek penelitian adalah Umur 1 bulan sampai dengan 15 tahun yangmemenuhi kriteria mendapat transfusi PRC atau trombosit, dan bersedia menjadi subyek penelitian (mendapat izin dari orang tua) dan menandatangani persetujuan informed consent. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan trombosit secara periodik hingga 48 jam dan mrnghasilkan Outcome ( perdarahan gastrointestinal, membaik atau meninggal). Metode Pengumpulan Data

5 Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pencatatan umur, jenis kelamin, status gizi, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran) dan gejala klinis. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah awal untuk pemeriksaan trombosit. Dan diulangi periodik hingga 48 jam selama dirawat di perawatan intensif anak sampai dicapai outcome yaitu perdarahan gastrointestinal,anak membaik atau meninggal. Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji X 2 (Chi square) untuk hubungan frekuensi kejadian perdarahan gastrointestinal, membaik atau meninggal. Uji student t untuk hubungan umur dengan outcome membaik atau meninggal. Selanjutnya menghitung crude odds ratio dengan convidence interval 95 % untuk menentukan besarnya peluang untuk membaik dan meninggal pada penderita dengan trombositopenia yang dirawat di perawatan intensif anak. HASIL Karakteristik Sampel

6 Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel penelitian. Selama pengamatan didapatkan 50 penderita yang dirawat di perawatan intensif anak terdapat 33 orang yang membaik dan 17 orang yang meninggal. Dari kelompok ini, terdapat 19 orang (38%) laki-laki dan 14 orang (28%) perempuan yang membaik. Terdapat 7 orang (14%) laki-laki dan 10 orang (20%) perempuan meninggal. Tabel 2 memperlihatkan hubungan penyakit infeksi dan non infeksi terhadap outcome perdarahan gastrointestinal. Frekuensi kejadian perdarahan gastrointestinal pada kategori penyakit infeksi 25,8% dibandingkan penyakit non infeksi 42,1%. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hubungan penyakit infeksi dan non infeksi terhadap outcome perdarahan gastrointestinal dengan nilai p = 0,230 (p > 0,05). Tabel 3 memperlihatkan hubungan jumlah trombosit setelah 24 jam dengan perdarahan gastrointestinal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Analisis statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian perdarahan gastrointestinal pada pasien dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 dan >50000/mm 3 dengan nilai p = 0,04 (p < 0,05), OR: 5,6 (95% CI 1, ,336). Tabel 4 memperlihatkan hubungan jumlah trombosit setelah 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Analisis statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian perdarahan gastrointestinal pada pasien dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 dan >50000/mm 3 dengan nilai p = 0,001(p < 0,05), OR: 9,8 (95% CI 2,340-41). Tabel 5 memperlihatkan hubungan jumlah trombosit awal dengan membaik dan meninggal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Analisis statistic menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada kejadian membaik dan meninggal pada pasien dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 dan >50000/mm 3 dengan nilai p = 0,118 (p > 0,05), sehingga jumlah trombosit pada saat awal masuk perawatan intensif tidak dapat dijadikan faktor prognostik (membaik/meninggal). PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif untuk menentukan trombositopenia sebagai faktor prognostik pada penderita yang dirawat di

7 perawatan intensif yang dilakasanakan pada bulan September sampai Desember 2011, telah diperoleh 50 sampel yang diikuti perjalanan penyakitnya. Dari 50 penderita berdasarkan jumlah trombosit pada awal masuk perawatan intensif, didapatkan 19 penderita yang memiliki jumlah trombosit 50000/mm 3 dan 31 penderita yang memiliki jumlah trombosit > 50000/mm 3. Pada pemeriksaan setelah 24 jam didapatkan 27 penderita yang memiliki jumlah trombosit 50000/mm 3 dan 23 penderita yang memiliki jumlah trombosit > 50000/mm 3,sedang pada pemeriksaan setelah 48 jam didapatkan 29 penderita yang memiliki jumlah trombosit 50000/mm 3 dan 21 penderita yang memiliki jumlah trombosit >50000/mm 3. Analisis dilakukan terhadap efek dari faktor umur, jenis kelamin, status gizi, penyakit infeksi dan non infeksi serta jumlah trombosit. Berdasarkan umur penderita pada penelitian ini, secara statistik tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,411 pada penderita yang meninggal. Begitupula yang dilaporkan oleh Strauss, dkk (2002) tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian meninggal. Hubungan jenis kelamin dengan outcome penderita yang dirawat di perawatan intensif anak tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,159 untuk kejadian perdarahan gastrointestinal dan nilai p = 0,272 untuk kejadian meninggal, yang berarti jenis kelamin bukan merupakan faktor prognostik. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin. Namun kematian lebih banyak pada jenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Arceci, dkk (2006) bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan dengan outcome meninggal. Hal serupa pada hasil yang diperoleh Agrawal, dkk (2008) tidak ada perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan dengan outcome meninggal. Demikian juga dilaporkan Collins, dkk (2001) tidak berbeda bermakna jenis kelamin dengan kejadian meninggal. Pada penelitian ini, antara kelompok penyakit infeksi dan non infeksi tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap outcome, dengan nilai p = 0,230 (p > 0,05) untuk penderita yang mengalami perdarahan gastrointestinal dan nilai p = 0,369 (p > 0,05) untuk penderita yang meninggal. Tidak adanya perbedaan outcome antara penyakit infeksi dan non infeksi, mungkin disebabkan karena pada penyakit infeksi maupun non infeksi, mekanisme yang terjadi melalui jalur inflamasi yang

8 pada akhirnya akan mengaktifkan sistim koagulasi. Akibatnya, terjadi konsumsi besar-besaran sistim koagulasi sehingga terjadi trombositopenia. Hal serupa pada hasil yang diperoleh Nguyen dkk (2006) tidak ada perbedaan bermakna antara tipe penyakit dengan outcome meninggal. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian trombositopenia berat dan tidak berat tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,608 (p > 0,05) walaupun jumlah penderita trombositopenia berat lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan penderita laki-laki. Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian trombositopenia. Dalam hal ini sama dengan penelitian Suter, dkk (2002) bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian trombositopenia. Hubungan status gizi dengan kejadian trombositopenia berat dan tidak berat tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,309 (p > 0,05), sehingga status gizi bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian trombositopenia. Dalam hal ini tidak didapatkan pada kepustakaan penjelasan hubungan status gizi dengan kejadian trombositopenia. Hubungan penyakit infeksi dan non infeksi dengan kejadian trombositopenia berat dan tidak berat tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,895 (p > 0,05), yang mana trombositopenia berat lebih banyak pada penyakit infeksi dibandingkan dengan penyakit non infeksi, dapat disimpulkan tipe penyakit bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian trombositopenia. Hal ini serupa dengan laporan oleh Nachman dkk (2008) bahwa tipe penyakit tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian trombositopenia. Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan jumlah trombosit setelah 24 jam memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna kejadian perdarahan gastrointestinal pada penderita yang memiliki jumlah trombosit 50000/mm 3 dan > 50000/mm 3 dengan nilai p = 0,04 (p < 0,05), OR: 5,6 (CI 95% 1, ,336). Ini berarti jumlah trombosit 50000/mm 3 setelah 24 jam memiliki kemungkinan untuk kejadian perdarahan gastrointestinal sebesar 5,6 kali dibandingkan dengan jumlah trombosit > 50000/mm 3. Sedangkan pada pemeriksaan jumlah trombosit setelah 48 jam memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna kejadian perdarahan

9 gastrointestinal pada penderita yang memiliki jumlah trombosit 50000/mm 3 dan > 50000/mm 3 dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05),OR: 9,8 (CI 95% 2,340-41,194). Ini berarti jumlah trombosit 50000/mm 3 setelah 48 jam memiliki kemungkinan untuk kejadian perdarahan gastrointestinal sebesar 9,8 kali dibandingkan dengan jumlah trombosit > 50000/mm 3. Pada penelitian ini kadar trombosit 50000/mm 3 berpotensi terjadi perdarahan gastrointestinal setelah 24 jam dan 48 jam perawatan PICU. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh karena trombositopenia yang terjadi, diikuti dengan gangguan fungsi trombosit, serta adanya kerusakan endotel pembuluh darah. Ketiganya menyebabkan iskemi gastroduodenal dan kerusakan pada mukosa usus yang pada akhirnya terjadi perdarahan gastrointestinal. Disamping hal tersebut, ternyata terjadi peningkatan jumlah pasien yang mengalami trombositopenia 50000/mm 3. Hal ini serupa dengan yang dilaporkan oleh Agrawal dkk (2008), tetapi insiden trombositopenia pada penelitian tersebut, terjadinya perdarahan setelah 3-4 hari perawatan dan lamanya perawatan di PICU memiliki insiden yang lebih tinggi terhadap keparahan penyakit. Hal yang sama dilaporkan oleh Tabeefar dkk (2012), terjadinya perdarahan setelah 3-4 hari perawatan dan lamanya perawatan di ICU. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah trombosit awal terhadap outcome membaik atau meninggal dengan nilai p = 0,118, sehingga trombosit awal tidak dapat dijadikan sebagai faktor prognostik. Demikian pula dilaporkan oleh Suter, dkk (2002) bahwa kejadian mortalitas tidak ditemukan terkait dengan jumlah trombosit saat masuk ICU. Peneliti menyadari terdapat keterbatasan pada penelitian ini, diantaranya tidak diperhitungkan derajat beratnya penyakit, tidak dirinci satu persatu penyakit infeksi dan non infeksi yang diteliti, dan umur yang tidak distratifikasi. Kekuatan penelitian ini adalah dari segi desain penelitiannya yang menggunakan kohort prospektif, sehingga efek dari faktor-faktor prognostik dapat diikuti secara simultan. KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan outcome pada pasien dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 dan > 50000/mm 3 dan jumlah trombosit

10 50000/mm 3 merupakan faktor prognostik terjadinya perdarahan gastrointestinal pada saat setelah 24 dan 48 jam perawatan PICU. Disarankan sangat penting untuk mengetahui jumlah trombosit pada penderita yang dirawat di perawatan intensif juga dianjurkan dilakukan pemeriksaan jumlah trombosit secara berkala yang menjalani perawatan intensif pada saat 24 jam dan 48 jam perawatan, yang mana penderita dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 akan mempunyai risiko terjadinya perdarahan gastrointestinal, apabila didapatkan penderita dengan jumlah trombosit 50000/mm 3 perlu dilakukan pemantauan ketat dan penanganan yang intensif dan sangat perlu dilakukan penelitian lanjut dengan turut melibatkan faktor-faktor lain yang juga berhubungan dengan outcome penderita misalnya parameter laboratorium Absolute neutrofil Count (ANC).

11 DAFTAR PUSTAKA Arceci RJ, Hann IM, Smith OP. (2006). Platelet Function Disoders, Pediatric Hematology. Third Edition. Agrawal S, Sachdev A, Gupta D dan Chugh K. (2008). Platelet Counts and Outcome in The Pediatric Intensive Care. Indian Journal of Critical Care Medicine.Vol: 12l: Collins D, Worthley L. I. G.(2001). Acute Gastrointestinal Bleeding: Part I. Critical Care and Resuscitation. Department of Critical Care Medicine, Flinders Medical Centre, Adelaide, South Australia: Drews RE and Weiberger SE. (2000). Thrombocytopenic Disorder in Critically Ill Patients. Crit Care Med. Vol 162,augustus : El Mouzan and Abdullah AM. (2004). Peptic Ulcer Disease in Children and Adolescent of Tropical pediatr: Landaw SA and George JM. (2010). Approach to the adult patient with thrombocytopenia. Nachman RL, Rafii S (2008) Platelets, Petechiae, and Preservation of the Vascular Wall, Review Article, on The New England Journal of Medicine, Massachusetts. Nguyen TC and Carcillo JA. (2006). Thrombocytopenia associated multiple organ failure. Strauss R, Landaw SA, George JM.(2002). Thrombocytopenia in patients in the medical intensive care unit: bleeding prevalence, transfusion requirements and outcome. Departement of Medicine I, University of Erlangen- Nuremberg, Erlangen, Germany. Crit.Care Med : Suter P, Levi M, Vincent JL. (2002). Time course of platelet counts in critically ill patients. Departement of Intensive Care, Erasma Hospital,Free University of Brussels, Belgium. Crit Care Med. Tabeefar H,et al.( 2012). Effects of Pantoprazole on Systemic and Gastric Pro- and Anti- inflammatory Cytokines in Critically Ill Patients. Iranian Journal of Pharmaceutical Research.11 (4):

12 Tabel 1. Karakteristik Sampel penelitian No. Variabel Membaik N(%)=33 (66) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 19 (38) 14 (28) Meninggal N(%)=17 (34) 7 (14) 10 (20) Total N(%)=50 (100) 26 (52) 24 (48) 2. Status Gizi Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk 9 (60) 12 (17,6) 12 (66,7) 6 (40) 5 (29,4) 6 (33,3) 15 (30) 17 (34) 18 (36) 3. Tipe Penyakit Infeksi Non Infeksi 19 (61,3) 14 (73,7) 12 (38,7) 5 (26,3) 31 (62) 19 (38) Tabel 2. Hubungan penyakit infeksi dan non infeksi terhadap outcome perdarahan gastrointestinal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak No. Tipe penyakit Perdarahan gastrointestinal Ada Tidak Total 1. Infeksi 8 (25,8%) 23 (74,2%) 31(100%) 2. Non Infeksi 8 (42,1%) 11 (57,9%) 19 (100%) Total 16 (32,0%) 34 (68,0%) 50 (100%) Chi square X 2 = 1,438 df = 1 p = 0,230 (p > 0,05)

13 Tabel 3. Hubungan jumlah trombosit awal dengan perdarahan gastrointestinal Perdarahan gastrointestinal Total No. Jumlah OR 95% CI Ada Tidak trombosit (47,4%) 10(52,6%) 19(100%) 3,086 0,899-10, > (22,6%) 24(77,4%) 31(100%) Total 16(32,0%) 34(68,0%) 50(100%) Chi square = 3,326 df = 1 p = 0,68 (p > 0,05) Tabel 4. Hubungan jumlah trombosit setelah 24 jam dengan perdarahan gastrointestinal Perdarahan No Jumlah gastrointestinal Total OR 95% CI trombosit Ada Tidak (66,7%) 6 (33,3%) 27(100%) 5,6 1, , > (26,1%) 17(73,9%) 23 (100%) Total 24(48,0%) 26 (52,4%) 50 (100%) Chi square X 2 = 8,194 df = 1 p = 0,04 (p < 0,05) Tabel 5. Hubungan jumlah trombosit setelah 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal No Jumlah trombosit Ada Perdarahan gastrointestinal Tidak Total OR 95% CI (62,1%) 11 (37,9%) 29(100%) 9,818 2,340-41, > (14,3%) 18 (85,7%) 21 (100%) Total 21 (42,0%) 29 (58,0%) 50 (100%) Chi square X 2 = 11,416 df = 1 p = 0,001 (p < 0,05)

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang RINGKASAN Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insiden sepsis di unit perawatan intensif pediatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT BERAT PENYAKIT PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA DI PERAWATAN INTENSIF ANAK

HUBUNGAN DERAJAT BERAT PENYAKIT PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA DI PERAWATAN INTENSIF ANAK HUBUNGAN DERAJAT BERAT PENYAKIT PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA DI PERAWATAN INTENSIF ANAK RELATIONSHIP BETWEEN SEVERITY LEVEL OF DISEASE IN CHILDREN WITH MATERNAL ANXIETY AT PEDIATRIC

Lebih terperinci

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pediatric Risk of mortality (PRISM III) Score as a Predictor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 1 PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Oleh : AGUS PRATAMA PONIJAN 080100396 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan suatu respon sistemik yang dilakukan oleh tubuh ketika menerima sebuah serangan infeksi yang kemudian bisa berlanjut menjadi sepsis berat

Lebih terperinci

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT

EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT THE EVALUATION OF HASANUDDIN UNIVERSITY - MODIFIED WHO DEHYDRATION SCORE IN ACUTE DIARRHEA PATIENTS Pauzin Mupidah,

Lebih terperinci

JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : ISSN EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT

JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : ISSN EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : 277 282 ISSN 2252-5416 EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT The Evaluation of Hasanuddin University -Modified Who

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% pada 28 hari pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang perawatan anak RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- September 2015 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Disfungsi hati (liver disfunction) pada pasien-pasien kritis dengan gagal organ multipel (MOF), sering tertutupi atau tidak dikenali. Pada penderita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka BAB I PENDAHULUAN Pneumonia 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang penting di dunia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematiannya, terutama pada anak berumur kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS) sebagai respons klinis terhadap adanya infeksi. SIRS akan melibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER

HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER 2014 Oleh : Thanaletchumy A/P Veranan 110100318 FAKULTAS

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KOAGULOPATI DAN KADAR SERUM LAKTAT SEBAGAI INDIKATOR MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA KASUS MULTIPEL TRAUMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Eka Prasetia Wijaya 1, Chairiandi Siregar 2

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014 JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA 087103028-IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK KONSENTRASI ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN HCU RSUP dr. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

RINCIAN PENJELASAN YANG DIBERIKAN KEPADA CALON SUBYEK

RINCIAN PENJELASAN YANG DIBERIKAN KEPADA CALON SUBYEK RINCIAN PENJELASAN YANG DIBERIKAN KEPADA CALON SUBYEK Para peserta penelitian yang terhormat, Dengan ini, perkenankanlah saya memberikan keterangan bahwa anda / keluarga anda saat ini sedang mengalami

Lebih terperinci

NILAI PREDIKSI SKOR SICK TERHADAP OUTCOME PENDERITA YANG MASUK DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) ANAK

NILAI PREDIKSI SKOR SICK TERHADAP OUTCOME PENDERITA YANG MASUK DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) ANAK NILAI PREDIKSI SKOR SICK TERHADAP OUTCOME PENDERITA YANG MASUK DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) ANAK PREDICTIVE VALUE OF SICK SCORE TO PATIENTS OUTCOME IN PEDIATRIC EMERGENCY INSTALATION Aulia faisal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Infeksi serius dan kelainan lain yang bukan infeksi seperti pankreatitis, trauma dan pembedahan mayor pada abdomen dan kardiovaskular memicu terjadinya SIRS atau sepsis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan berubahnya pola penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung yang prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit

Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit Artikel Asli Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit Agnes Praptiwi, Dharma Mulyo, Henny Rosita Iskandar, Yuliatmoko Suryatin

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit di

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia 43 BAB IV HASIL PENELITIAN IV. 1. Karakteristik subyek penelitian Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia yang dirawat di instalasi rawat inap bagian penyakit saraf, unit

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara tropis Asia Tenggara dan wilayah Pasifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor1778/MENKES/SK/XII/2010,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG Enderia Sari 1), Mardalena 2) 1)2) Enderia Sari,Stikes Muhammadiyah Pelembang, Email : Enderia_sari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 25 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH.

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh : IRSYADIL FIKRI 100100007 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Oleh: Esti Widiasari S

Oleh: Esti Widiasari S HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : 193 200 ISSN 2252-5416 HUBUNGAN KEJANG PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA YANG DIRAWAT DI PERAWATAN INTENSIF ANAK Relationship Between the Seizure

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN ANAK DI RUANG HCU DAN PICU RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN ANAK DI RUANG HCU DAN PICU RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN ANAK DI RUANG HCU DAN PICU RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 3 71 % pasien critically ill mengalami hiperglikemia (Capes dkk., 2000). Hiperglikemia sendiri merupakan bentuk respon tubuh terhadap stres (perubahan fisiologis)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SEPSIS AKIBAT ACINETOBACTER BAUMANNII DAN MORTALITAS PADA PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT

HUBUNGAN ANTARA SEPSIS AKIBAT ACINETOBACTER BAUMANNII DAN MORTALITAS PADA PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT HUBUNGAN ANTARA SEPSIS AKIBAT ACINETOBACTER BAUMANNII DAN MORTALITAS PADA PASIEN ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU) RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN, 2011 2013 Oleh : RIMA NOVIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan terdapat 751.000 kasus sepsis berat setiap tahunnya di AS dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI OKTOBER 2013

HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI OKTOBER 2013 HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI 1- OKTOBER 13 1. Alfani Filani Idie. Diana Lalenoh 3. Iddo Posangi 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang cukup besar di dunia. Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal maupun secara menyeluruh yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FHANY G.L G0013095 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 35

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 35 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PNGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI USULAN PENELITIAN... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v ABSTRAK... vi ABTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA I KOMANG CANDRA WIGUNA 0820025045 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi baru lahir meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 98% kematian terjadi pada negara berkembang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis adalah suatu keadaan kompleks tubuh yang dirangsang oleh infeksi kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun tubuh yang diinisiasikan

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI OLEH : Sharon Paulina Budiharjo NRP: 1523011038 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan salah satu masalah psikologi yang banyak dialami oleh seorang pasien di rumah sakit. Kecemasan adalah pengalaman umum manusia dan merupakan emosi

Lebih terperinci

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO 1 Wahyuni Silomba 2 John Wantania 2 Joice Kaeng 1 Kandidat SKRIPSI Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian

Lebih terperinci

SURAKARTA. Persyaratan Memperoleh G commit to user

SURAKARTA. Persyaratan Memperoleh G commit to user JUMLAH SEL T CD4+ +PASIEN HIV KOINFEKSI HCV RNA POSITIF DAN NEGATIF RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Khilyat Ulin Nur Zaini G0012108

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota BAB V HASIL PENELITIAN Jumlah sampel pada penelitian ini setelah melewati kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 70 subyek yang terdiri dari kelompok suplementasi dan kelompok tanpa suplementasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom respons inflamasi sistemik atau yang lebih dikenal dengan istilah systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons inflamasi tubuh yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... i ii iii iv ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... vi vii ix DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr. Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 3, Desember 8, No. 3, 2006: Desember 226-2006 230 Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN BALANS CAIRAN POSITIF DENGAN MORTALITAS DAN LAMA RAWAT PICU PADA PASIEN ANAK YANG DIRAWAT DI PICU SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GEFARITZA RABBANI G0011099

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWATAN PASIEN ICU DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR.

TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWATAN PASIEN ICU DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR. TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWATAN PASIEN ICU DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci