Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMILIHAN BUAH NANAS UNTUK BAHAN BAKU KERIPIK Penelitian tahap I bertujuan untuk mencari jenis dan proses pengolahan yang tepat untuk buah nanas dari Palangka Raya. Pada penelitian tahap I ini dilakukan analisis kadar air, total asam tertitrasi dan kadar gula pada 5 jenis nanas yang berasal dari Palangka Raya, yaitu nanas paon kebun, nanas paon pasar, nanas madu, nanas paon kecil, dan nanas tamban. Hasil pengukuran kadar air, total asam tertitrasi dan kadar gula nanas dapat dilihat pada Tabel 4. Pada pengukuran ini, yang diutamakan secara berurutan adalah kadar gula, kadar air, terakhir total asam tertitrasi. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan kadar gula, kadar air, dan total asam tertitrasi dari buah yang dapat diolah menjadi keripik yaitu buah apel. Kadar gula buah apel 13.5%, kadar air buah apel adalah 84.46%, dan total asam tertitrasi pada buah apel adalah ml NaOH/100 gram bahan (Downing, 1989). Nanas terpilih akan ditentukan berdasarkan selisih antara hasil pengukuran kadar gula, kadar air, dan total asam tertitrasi buah nanas dengan buah apel. Semakin kecil selisih hasil pengukuran, maka semakin besar kemungkinan nanas tersebut terpilih. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa buah nanas yang memiliki kadar gula, kadar air dan total asam tertitrasi yang cukup sesuai untuk dijadikan keripik adalah nanas jenis paon kebun dan nanas madu (Gambar 3). (a) (b) Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu 26

2 Tabel 4. Komposisi kadar air, total asam tertitrasi dan kadar gula nanas Palangka Raya Jenis nanas Kadar gula (%) Kadar air (%bb) Total asam tertitrasi (ml NaOH/100gram) Nanas paon kebun Nanas paon pasar Nanas madu Nanas paon kecil Nanas tamban B. PEMBUATAN KERIPIK NANAS Setelah tahap pemilihan buah nanas, dilakukan pembuatan keripik nanas. Pembuatan keripik nanas ini dicoba dilakukan di dua tempat karena pembuatan keripik nanas di tempat pertama tidak berhasil. Pembuatan keripik nanas dilakukan di Pilot Plant PAU IPB sedangkan pembuatan keripik nanas berikutnya dilakukan di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA). Pada pembuatan keripik nanas di tempat pertama, karena alat yang digunakan tidak berada dalam kondisi optimal, maka penggorengan tidak dapat dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi. Pada percobaan pertama dilakukan penggorengan buah nanas pada suhu 80 0 C selama 20 menit dan 85 0 C, 20 menit dengan tekanan 70 cmhg. Keripik nanas yang dihasilkan berminyak dan belum terlalu kering. Kemudian dilakukan penggorengan buah nanas pada suhu 85 0 C selama 30 menit dengan tekanan 74cmHg. Keripik nanas yang dihasilkan masih berminyak namun cukup kering. Pada percobaan ketiga, dilakukan penggorengan buah nanas pada suhu 90 0 C selama 30 menit. Keripik nanas yang dihasilkan sudah cukup kering namun masih berminyak dan warna keripik yang dihasilkan kurang menarik. Pada pembuatan keripik nanas di tempat kedua, buah nanas digoreng pada suhu 80 0 C, selama 90 menit. Keripik nanas yang dihasilkan lebih baik dibandingkan keripik nanas sebelumnya, namun warna keripik masih kecoklatan, sehingga waktu penggorengan pada pembuatan keripik berikutnya perlu dikurangi. Pembuatan keripik nanas ini dilakukan pada suhu 80 0 C selama 70 menit untuk keripik nanas paon kebun dan 80 0 C selama 60 menit untuk keripik nanas madu. Ketebalan potongan buah adalah 3 mm dan tekanan alat yang digunakan adalah 72 cmhg. Keripik nanas ini kemudian akan dibandingkan dengan keripik nanas komersil (Gambar 4). 27

3 Gambar 4. (a) Keripik nanas paon kebun, (b) keripik nanas madu, dan (c) keripik nanas komersil Perbedaan alat vacuum fryer di tempat pertama dengan tempat kedua terletak pada kapasitas dan tipe penggoreng vakum. Di tempat pertama, kapasitas penggoreng vakumnya adalah 10 kg sedangkan di tempat kedua kapasitas penggoreng vakumnya 5-5,5 kg. Tipe penggoreng vakum di tempat pertama adalah tipe vertikal sedangkan tipe penggoreng vakum di tempat kedua adalah tipe horisontal. Berdasarkan wawancara dengan penjual keripik nanas, diketahui bahwa tipe penggoreng yang lebih baik adalah tipe yang horisontal karena memungkinkan pengadukan dalam proses penggorengan namun tipe horisontal ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan tipe vertikal. Spesifikasi alat dapat dilihat pada Lampiran 1. C. ANALISIS FISIKOKIMIA Analisis fisikokimia yang dilakukan meliputi analisis rendemen, analisis kadar lemak, analisis kadar air, analisis kadar gula, analisis kekerasan, dan analisis warna. Analisis kadar air, kadar lemak, kadar gula, kekerasan dan warna digunakan untuk membandingkan keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu dengan keripik nanas komersil. Analisis rendemen diperlukan untuk penentuan harga pokok. 1. Rendemen Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa rendemen keripik nanas paon kebun adalah 13.11% sedangkan rendemen keripik nanas madu adalah 15.71%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paramita (1999), rendemen dari keripik buah sawo adalah % (rendemen dihitung berdasarkan berat buah), sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2004), rendemen keripik bengkuang adalah % (rendemen dihitung 28

4 berdasarkan berat buah). Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, diketahui bahwa rendemen keripik nanas ini cukup rendah. Rendahnya rendemen keripik nanas ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya kadar air yang dikandung oleh buah nanas. Selain itu, rendahnya nilai rendemen ini juga disebabkan oleh beberapa beberapa hal yang terjadi selama pengolahan seperti banyaknya bagian seperti kulit, mata dan bonggol dari buah nanas yang dibuang saat pengolahan, tertinggalnya keripik di dalam penggorengan dan lain-lain. Tabel 5. Rendemen keripik nanas Buah nanas Berat nanas (g) Berat daging buah (g) Berat keripik (g) Rendemen berdasarkan berat buah (%) Paon kebun Madu Rendemen berdasarkan berat daging buah (%) Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa nanas madu memiliki rendemen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nanas paon kebun. Hal tersebut menunjukkan bahwa nanas madu akan lebih efisien daripada nanas paon kebun untuk dijadikan bahan baku pembuatan keripik nanas. 2. Analisis kadar air Kadar air yang tinggi dapat memacu timbulnya kapang pada keripik selama penyimpanan. Kapang mulai terhambat pertumbuhannya pada kadar air sekitar 13% (anonim c dalam Paramita, 1999). Berdasarkan hasil analisis kadar air, Ratarata kadar air keripik nanas paon kebun adalah 4.79 ± 0.04%, rata-rata kadar air keripik nanas madu adalah 4.59 ± 0.08%, sedangkan rata-rata kadar air keripik nanas komersil adalah 5.10 ± 0.05% (Tabel 6). Contoh perhitungan kadar air disajikan pada Lampiran 2. Tabel 6. Kadar air keripik nanas Kadar air* Keripik rata-rata(%bb) Keripik nanas paon kebun 4.79 ± 0.04 Keripik nanas madu 4.59 ± 0.08 Keripik nanas komersil 5.10 ± 0.05 * hasil rata-rata tiga kali pengukuran (triplo) 29

5 Berdasarkan analisis kadar air juga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata kadar air keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu dengan rata-rata kadar air keripik nanas komersil. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena perbedaan kadar air masing-masing buah nanas. Kadar air keripik nanas berdasarkan standar mutu SNI maksimal 5%, sehingga dapat diketahui bahwa keripik nanas memiliki karakteristik sebagai keripik nanas. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar air keripik nanas madu lebih rendah daripada kadar air sampel keripik nanas paon kebun. Kadar air yang rendah akan membuat keripik lebih tahan disimpan karena kadar air yang rendah membuat mikroba perusak sulit untuk hidup. 3. Analisis kadar lemak Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa kadar lemak keripik nanas paon kebun adalah ± 0.92%, keripik nanas madu adalah ± 0.27% dan kadar lemak keripik nanas komersil sebesar ± 0.65% (Tabel 8). Contoh perhitungan kadar lemak dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 7. Kadar lemak keripik nanas Keripik Kadar lemak* rata-rata (%bk) Keripik nanas paon kebun ± 0.92 Keripik nanas madu ± 0.27 Keripik nanas komersil ± 0.65 * hasil rata-rata tiga kali pengukuran (triplo) Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang cukup tinggi antara kadar lemak keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu dengan keripik nanas komersil. Kadar lemak keripik nanas menurut SNI yaitu maksimal 25%, sehingga dilihat dari kadar lemaknya, keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu memiliki karakteristik sebagai keripik nanas. Berdasarkan analisis kadar lemak keripik nanas, dapat diketahui juga bahwa terdapat perbedaan antara kadar lemak keripik nanas paon kebun dengan keripik nanas madu. Lemak pada produk keripik umumnya berasal dari minyak yang dipakai untuk menggoreng keripik (Iskandar, 1995). Iskandar (1995) juga menyebutkan bahwa saat air menguap karena proses penggorengan, maka minyak akan mengisi rongga yang ditinggalkan oleh air tersebut. Semakin tinggi kadar air bahan baku keripik, maka semakin tinggi pula kadar lemak produk keripik. Pada hasil analisis lemak, 30

6 terdapat penyimpangan. Kadar air buah nanas paon lebih rendah dibandingkan dengan kadar air buah nanas madu namun kadar lemak keripik nanas paon lebih tinggi bila dibandingkan kadar lemak keripik nanas madu. Penyimpangan tersebut kemungkinan terjadi karena adanya perbedaan kematangan antara buah nanas yang dianalisis dengan buah nanas yang diolah menjadi keripik. Menurut Winarno (1992), buah mentah yang menjadi matang selalu bertambah kandungan airnya. 4. Analisis kadar gula Rata-rata kadar gula keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu berdasarkan hasil analisis adalah ± 0.39% dan ± 0.11% sedangkan rata-rata kadar gula keripik nanas komersil adalah 49.25% (Tabel 8). Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2. Kadar gula keripik nanas ini cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Subekti (1993), kadar gula keripik pepaya adalah 3.13%-4.67%. Tabel 8. Kadar gula keripik nanas Keripik Keripik nanas paon kebun ± 0.39 Keripik nanas madu ± 0.11 Keripik nanas komersil ± 0.12 * hasil rata-rata tiga kali pengukuran (triplo) Kadar gula* rata-rata (%) Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa kadar gula keripik nanas madu dan keripik nanas paon kebun memiliki kadar gula yang hampir sama dengan kadar gula keripik nanas komersil. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu memiliki karakteristik sebagai keripik nanas. 5. Analisis kerenyahan Tekstur (kekerasan) keripik nanas disajikan pada Tabel 9. Kekerasan ditentukan dengan satuan gram force. Besarnya gaya yang dibutuhkan untuk membuat produk mengalami kerusakan menunjukan nilai kekerasan. Prinsip ini digunakan dalam pengukuran kekerasan dimana gaya tekan akan memecahkan produk padat (Pratiwi, 2003). Semakin besar gaya yang digunakan untuk memecah produk, maka semakin besar nilai kekerasan produk tersebut. 31

7 Penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan kadar air yang semakin rendah sehingga seluruh bagian remahnya telah dikonversi menjadi renyahan (Anguilar, 1997). Semakin rendah nilai kekerasan berarti semakin baik kerenyahannya. Tabel 9. Tingkat kekerasan keripik nanas Keripik Rata-rata tingkat* kekerasan (gram force) Keripik nanas Paon kebun ± Keripik nanas madu ± Keripik nanas komersil ± * hasil rata-rata tiga kali pengukuran (triplo) Berdasarkan Tabel 9 terlihat keripik nanas yang tingkat kerenyahannya paling tinggi adalah keripik nanas madu sedangkan keripik nanas yang tingkat kerenyahannya paling rendah adalah keripik nanas komersil. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu memiliki rata-rata tingkat kekerasan yang hampir sama dengan keripik nanas komersil. Hal ini menunjukan bahwa keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu memiliki karakteristik sebagai keripik nanas. Berdasarkan tabel juga dapat terlihat standar deviasi keripik nanas madu dan keripik nanas komersil cukup tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup tinggi antar pengukuran sampel. Perbedaan yang terjadi antar pengukuran sampel tersebut kemungkinan terjadi karena bentuk dan ketebalan keripik yang kurang seragam. 6. Analisis warna Analisis warna dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerahan keripik nanas dan untuk mengetahui warna produk berdasarkan 0 Hue. Tingkat kecerahan dapat diketahui dari nilai L. Semakin tinggi kecerahan warna, semakin tinggi nilai L. Tingkat kecerahan dan warna sampel keripik nanas disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Tingkat kecerahan dan warna produk keripik nanas Keripik nanas L rata-rata* 0 Hue rata-rata* Paon kebun ± ± 1.34 Madu ± ± 0.19 Komersil ± ± 0.47 * hasil rata-rata tiga kali pengukuran (triplo) 32

8 Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa tingkat kecerahan keripik nanas paon kebun dengan keripik nanas madu hampir sama. Tingkat kecerahan tertinggi terdapat pada keripik nanas madu sedangkan tingkat kecerahan terendah terdapat pada keripik nanas komersil. Perbedaan kecerahan antara keripik nanas madu dengan keripik nanas paon kebun kemungkinan disebabkan oleh perbedaan lama penggorengan. Waktu yang digunakan untuk menggoreng keripik nanas paon kebun lebih lama dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menggoreng keripik nanas madu. Menurut Fellows (2000), faktor yang mempengaruhi perubahan warna pada makanan yang digoreng adalah : (1) jenis minyak yang digunakan untuk menggoreng, (2) suhu dan lama penggorengan, (3) ukuran bahan, (4) kadar air, (5) karakteristik permukaan bahan. Selain faktor tersebut, menurut Davidek (1990) perubahan warna juga tergantung pada komposisi kimia bahan. Keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu memiliki 0 Hue yang terletak pada rentang Keripik nanas komersil juga memiliki 0 Hue yang berada pada rentang sehingga dapat diketahui bahwa keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu memiliki karakteristik sebagai keripik nanas. Berdasarkan hasil analisis warna juga dapat diketahui bahwa ketiga keripik nanas memiliki warna kuning kemerahan (yellow red). D. ANALISIS HARGA POKOK DAN BREAK EVEN POINT (BEP) Kriteria kelayakan suatu usaha untuk dijalankan ditentukan berdasarkan beberapa perhitungan yang terkait dengan aliran dana dan kegiatan produksi yaitu penentuan harga pokok, Break Even Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), dan Payback Period (PBP). Pada penelitian ini hanya dilakukan analisis harga pokok dan BEP. Tujuan menganalisa harga pokok dan Break Even Point adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dan kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan. 33

9 1. Harga Pokok Penyusunan harga pokok ini menggunakan beberapa asumsi dasar. Asumsiasumsi dasar yang digunakan dalam pengkajian usaha produksi keripik nanas skala kecil ini adalah sebagai berikut : 1. Harga yang digunakan dalam penyusunan harga pokok ini berdasarkan harga pada bulan November Sumber dan struktur permodalan berasal dari modal sendiri 3. Harga bahan baku nanas (Ananas comosus L. Merr) berdasarkan pada ratarata harga pada bulan November 2005 hingga November 2006 yaitu sebesar Rp 4.000,00 per butir (± 500 gram) untuk nanas paon kebun dan Rp 2.000,00 per butir (± 350 gram) untuk nanas madu. 4. Harga sewa ruangan diasumsikan Rp ,00 per bulan. 5. Umur ekonomis alat selama 20 tahun. 6. Harga alat vacuum fryer Rp ,00 dan kapasitas produksi kg/jam Penyusunan harga pokok ini dibagi menjadi penyusunan harga pokok untuk produk keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu. Harga pokok untuk keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu disajikan pada Tabel 11, sedangkan perincian penentuan dan contoh perhitungan harga pokok keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu disajikan pada Lampiran 3. Tabel 11. Harga pokok keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu Jenis keripik nanas Biaya tetap total (Rp) Biaya Variabel total (Rp) Harga pokok produksi Per kg (Rp) Paon kebun , , ,00 Madu , , ,00 Harga pokok nanas paon kebun (Rp ,00 per kg) lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga pokok keripik nanas madu (Rp50.200,00 per kg). Perbedaan harga tersebut terjadi karena perbedaan harga bahan baku dan perbedaan rendemen. Harga bahan baku keripik nanas madu lebih rendah bila dibandingkan harga bahan baku keripik nanas paon dan rendemen nanas madu lebih tinggi bila dibandingkan rendemen nanas paon kebun. Hal tersebut menunjukan, nanas madu lebih efisien bila dijadikan bahan baku produksi keripik nanas dibandingkan dengan nanas paon kebun. Selain itu, berdasarkan hasil 34

10 analisis fisikokimia, dapat diketahui bahwa kadar air, tingkat kerenyahan, dan tingkat kecerahan keripik nanas madu lebih baik bila dibandingkan dengan keripik nanas paon kebun. Harga jual keripik nanas komersil adalah Rp80.000,00-Rp90.000,00 per kg. Harga pokok keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu lebih rendah bila dibandingkan dengan harga jual keripik nanas komersil. Berdasarkan harga pokok, dapat dilakukan perkiraan keuntungan. Bila dilakukan perhitungan bahwa 1 buah nanas madu menghasilkan 55 g keripik nanas, maka harga pokok untuk 55 g keripik nanas adalah sekitar Rp2.900,00, sedangkan harga jual 55 g keripik nanas komersil diperkirakan Rp4.400,00. Bila keripik nanas madu dijual dengan harga jual sama dengan harga jual keripik nanas komersil, maka akan menghasilkan keuntungan Rp1.500,00 (±35%). Penentuan harga pokok ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan harga jual keripik nanas. Berdasarkan wawancara dengan pedagang di Palangka Raya, diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari penjualan buah nanas adalah Rp250,00-Rp500,00 per butir nanas. Pada penelitian ini, harga jual ditetapkan dengan mengasumsikan keuntungan yang diperoleh dari penjualan keripik nanas adalah Rp550,00 per butir nanas (bahan baku) sehingga dapat diperkirakan persentase keuntungan yang diinginkan untuk penjualan keripik nanas madu adalah 16%. Perhitungan disajikan pada Lampiran BEP (Break Even Point) Perhitungan BEP (Break Even Point ) bertujuan untuk mengetahui berapa banyak produk yang harus dijual untuk mencapai titik saat produsen tidak mendapatkan keuntungan namun tidak mengalami kerugian. Menurut Umar (2000), BEP adalah keadaan dimana biaya yang dikeluarkan sama dengan penerimaan yang diperoleh. Hasil perhitungan BEP dapat dilihat pada Tabel 12 sedangkan rincian perhitungan disajikan pada Lampiran 3. Tabel 12. Break Even Point keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu Jenis keripik Biaya tetap total (TFC) Biaya variabel rata-rata(vc) Harga jual BEP (kg) (Rp) (Rp) (Rp/kg) Nanas paon kebun , , , Nanas madu , , ,

11 BEP (Break Even Point) adalah suatu titik keseimbangan yang menggambarkan jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan sehingga suatu perusahaan dapat dikatakan tidak mengalami keuntungan atau kerugian (Simamora, 2002). Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu yang harus dijual untuk mencapai BEP adalah 79.2 kg dan 75 kg dalam 1 bulan. Perbedaan BEP kedua keripik nanas tersebut disebabkan oleh perbedaan rendemen dan harga bahan baku. Rendemen keripik nanas madu lebih tinggi dan harga bahan baku keripik nanas madu lebih rendah bila dibandingkan dengan keripik nanas paon kebun sehingga jumlah keripik nanas madu yang harus terjual untuk mencapai BEP lebih sedikit bila dibandingkan dengan keripik nanas paon kebun. BEP untuk keripik nanas paon kebun adalah 79.2 kg dan rendemen keripik nanas paon kebun adalah 13.11%. berdasarkan perhitungan (BEP/rendemen) diketahui bahwa untuk mencapai BEP, diperlukan bahan baku sebanyak 605 buah nanas paon kebun per bulan, sedangkan untuk nanas madu, diperlukan 478 buah nanas per bulan untuk mencapai BEP. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nanas madu akan lebih efisien untuk dijadikan bahan baku pembuatan keripik. E. PENDEKATAN ASPEK KONSUMEN Pendekatan aspek konsumen dilakukan melalui pengamatan langsung dan tidak langsung. Pengamatan langsung dilakukan melalui wawancara untuk mendapatkan data primer berupa informasi mengenai produk keripik nanas dan survei konsumen untuk mengetahui preferensi dan perilaku konsumen keripik nanas. Survei konsumen dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Pengamatan tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam penelitian. Pengambilan data-data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bogor, BPS Palangka Raya, Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Wilayah kota Palangka Raya serta data dari Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian kota Palangka Raya. 1. Wawancara Berdasarkan wawancara dengan pegawai sub bagian ekonomi di Bappeda Palangka Raya, diketahui bahwa nanas merupakan salah satu alternatif produk unggulan sektor pertanian tanaman pangan. Produk unggulan lainnya adalah 36

12 nangka, cempedak, rambutan dan pisang, namun setelah melalui beberapa penilaian, nanas masih kalah dibandingkan dengan produk unggulan lain. Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota Palangka Raya tahun 2002, diketahui bahwa terdapat pengembangan kawasan industri khususnya meliputi industri kecil dan menengah di Jalan Tjilik Riwut km 10. RDTR ini cukup mendukung pengembangan buah nanas mengingat di daerah Tjilik Riwut terdapat beberapa kebun nanas (sumber informasi : pegawai sub bagian umum Bappeda Palangka Raya). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Palangka Raya tahun 2002, diketahui bahwa titik berat pembangunan industri dalam Repelita VI diarahkan pada kegiatan memanfaatkan kekayaan alam yang ada serta pengembangan industri kecil yang dapat memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. RTRW ini cukup mendukung terhadap pengolahan buah nanas. Berdasarkan data realisasi luas tanam, luas panen, produksi,dan produktivitas tanaman pangan di kota Palangka Raya tahun 2005 (Lampiran 4), luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas nanas sangat tinggi bila dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Namun berdasarkan wawancara dengan staf Dinas Pertanian, diketahui bahwa Dinas Pertanian belum melakukan pengembangan buah nanas. Alasan belum dilakukan pengembangan buah nanas adalah karena nanas di Palangka Raya hanya dianggap sebagai tanaman sela kebun saja, bukan sebagai bahan baku industri. Menurut staf Dinas Pertanian, teknologi pengolahan buah nanas belum ada dan belum terpikirkan karena masyarakat kurang bersemangat dalam menjual nanas. Buah nanas bila sedang melimpah, banyak yang kemudian tidak terjual dan membusuk karena masyarakat umumnya membeli buah nanas dalam jumlah sedikit. Produk keripik nanas membutuhkan bahan baku buah nanas yang cukup banyak sehingga dapat mengurangi jumlah buah nanas membusuk karena tidak dimanfaatkan. Berdasarkan wawancara dengan kepala sub Industri Dinas Perindustrian kota Palangka Raya, buah nanas masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga kondisi yang terjadi saat ini adalah bila produksi nanas sedang melimpah, harga nanas akan turun sehingga masyarakat kurang bersemangat dalam menjual nanas. Oleh karena itu, Dinas Perindustrian sedang mengembangkan industri nilam dan nanas. Pengembangan industri buah nanas ini bertujuan agar masyarakat dapat 37

13 memanfaatkan buah nanas sehingga buah nanas tidak hanya dimakan segar sehingga saat produksi buah nanas melimpah, buah nanas tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal. (sumber informasi: Kepala Sub Bagian Industri Dinas Perindustrian kota Palangka Raya). Pelatihan pelatihan yang telah dilakukan oleh Departemen Perindustrian kota Palangka Raya ini diantaranya pembuatan dodol nanas dan selai nanas. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah kota Palangka Raya cukup memberi perhatian terhadap pemanfaatan buah nanas. Pengolahan buah nanas menjadi keripik nanas dapat menjadi salah satu alternatif bagi pemanfaatan buah nanas. Berdasarkan wawancara dengan kepala Sub Bagian Industri Dinas Perindustrian kota Palangka Raya ini juga diketahui bahwa jumlah unit usaha industri pangan adalah 82 unit dari 505 unit industri yang ada (16.23%). Namun belum ada industri pengolahan nanas karena masyarakat masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai penanganan pasca panen buah nanas. Menurut mantan wakil gubernur Kalimantan Tengah, Kota Palangka Raya memerlukan peralihan lahan sehingga tidak terjadi lagi ilegal loging dan ilegal fishing. Pemanfaatan lahan menjadi kebun nanas dapat menjadi salah satu alternatif peralihan lahan karena nanas cukup mudah ditanam. Di Palangka Raya, jumlah produksi nanas cukup besar namun masyarakat masih menjualnya dalam bentuk segar saja. Produk keripik nanas dapat menjadi produk pemanfaatan buah nanas yang cukup menarik karena merupakan produk baru yang cukup praktis. Bila produksi keripik nanas ini direalisasikan, pemasaran keripik nanas disarankan dapat menjangkau berbagai tempat baik desa (melalui warungwarung) maupun kota (melalui swalayan). Selain itu, perlu dilakukan promosi juga agar masyarakat menyukai dan membeli produk keripik nanas (Sumber informasi : mantan anggota DPR Kalimantan Tengah). Berdasarkan wawancara, secara umum dapat diketahui bahwa nanas dihasilkan dalam jumlah yang cukup banyak di Palangka Raya namun nanas tersebut hanya dijual dalam bentuk buah segar saja sehingga bila produksi buah nanas sedang melimpah, banyak yang tidak terjual dan membusuk. Hal tersebut menyebabkan masyarakat kurang bersemangat dalam menjual nanas. Selain itu, masalah lain yang timbul adalah kurangnya informasi mengenai penanganan pasca panen buah nanas. Namun pemerintah Kota Palangka Raya melalui Departemen Perindustrian cukup memberikan perhatian terhadap pemanfaatan 38

14 buah nanas dengan cara melakukan pelatihan pembuatan produk dodol nanas dan selai nanas. Pengolahan buah nanas menjadi keripik nanas dapat menjadi alternatif produk olahan bagi pemanfaatan buah nanas. Selain itu, produk keripik nanas membutuhkan bahan baku buah nanas yang cukup banyak sehingga dapat mengurangi jumlah buah nanas yang membusuk karena tidak dimanfaatkan. Namun untuk mensosialisasikan produk keripik nanas ini, perlu dilakukan promosi dan pemasaran produk yang baik. 2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sebelum melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap produk keripik nanas, terlebih dahulu dilakukan pembuatan dan pengujian kuesioner terhadap 30 orang responden yang meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan pada kuesioner sudah dapat dimengerti oleh responden dan tidak menimbulkan bias, sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk menentukan keterandalan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 5). Dari hasil pengujian validitas kuesioner (Lampiran 6) diperoleh nilai r yang mengukur variabel yang berpengaruh dalam membentuk preferensi konsumen dan atribut produk keripik nanas. Hasil uji validitas kuesioner secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa secara umum semua kelompok pertanyaan tersebut valid. Nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk n-2 adalah Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner nilai r dari 22 pertanyaan yang diuji lebih besar dari r tabel, sedangkan 5 variabel lainnya lebih kecil dari nilai r tabel (nilai r tabel disajikan pada Lampiran 6). Nilai r hitung yang lebih besar daripada r tabel menunjukan bahwa pertanyaan nomor tersebut sudah dapat dimengerti oleh responden dan tidak menimbulkan bias, sedangkan nilai r hitung yang lebih kecil dari r tabel menunjukan bahwa pertanyaan nomor tersebut tidak dimengerti oleh responden. Kelima pertanyaan yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel telah diperbaiki sehingga dimengerti dan tidak menimbulkan bias. Data hasil perhitungan untuk validitas dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan kuesioner hasil perbaikan dapat dilihat pada Lampiran 8. 39

15 Tabel 13. Hasil uji validitas kuesioner No No pertanyaan r Validitas (r > 0.361) Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid 7 12a 0.61 Valid 8 12b 0.68 Valid 9 12c 0.70 Valid 10 12d 0.71 Valid 11 12e 0.62 Valid 12 13a 0.79 Valid 13 13b 0.66 Valid 14 13c 0.48 Valid 15 14a 0.54 Valid 16 14b 0.79 Valid 17 14c 0.49 Valid 18 15a 0.83 Valid 19 15b 0.71 Valid 20 15c 0.53 Valid 21 16a 0.72 Valid 22 16b 0.78 Valid 23 16c 0.62 Valid Valid Valid Valid Tidak valid Berdasarkan pengujian reliabilitas diperoleh nilai r korelasi Spearman-Brown sebesar Nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk n 2 adalah sehingga nilai korelasi r yang diperoleh lebih besar dari nilai r tabel. Hal ini menunjukan bahwa kuesioner yang digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran Profil Responden Profil responden ini bertujuan menggambarkan responden yang memberikan penilaian terhadap produk pada penelitian mengenai keripik nanas ini. Pada dasarnya pemilihan responden tidak sepenuhnya dilakukan secara acak, meskipun responden dipilih secara acak namun diarahkan kepada responden yang pernah mengkonsumsi dan mau mengkonsumsi keripik. Tujuan pemilihan responden ini 40

16 adalah agar kuesioner yang disebarkan diisi oleh responden yang dapat memberikan penilaian dan lebih mengetahui atribut keripik. Survei ini dilakukan terhadap 120 orang responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan Alasan pemilihan responden laki-laki dan perempuan dikarenakan kuesioner ini ditujukan bagi konsumen yang mengkonsumsi keripik secara umum baik perempuan maupun laki-laki. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 120 orang responden ini, diketahui bahwa jumlah responden perempuan (63 responden) tidak berbeda jauh dengan jumlah responden laki-laki (57 responden) (Gambar 5). jumlah responden L jenis kelamin 63 P Gambar 5. Diagram batang persentase responden berdasarkan jenis kelamin Tingkat usia responden dibatasi antara 10 sampai 39 tahun dengan pertimbangan keripik nanas memiliki rasa yang asam sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap pencernaan responden yang berusia di bawah 10 tahun dan di atas 39 tahun. Selain itu, pada batas usia tersebut responden telah mampu mengisi kuesioner yang diedarkan dan dianggap mampu mengemukakan pendapatnya tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah responden yang berusia tahun yaitu sebanyak 58 orang (48%), sedangkan sisanya adalah responden yang berusia tahun yaitu sebanyak 36 orang (30%) dan responden yang berusia tahun yaitu sebanyak 26 orang (22%) (Gambar 6) 41

17 10-14 tahun 22% tahun 48% tahun 30% Gambar 6. Pie chart persentase responden berdasarkan usia Dari hasil survei juga dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki responden adalah pegawai negeri yaitu sebanyak 19 orang (43%) sedangkan sisanya dalam urutan jumlah adalah pegawai swasta sebanyak 18 orang (40%), wiraswasta yaitu sebanyak 6 orang (13%), bidan yaitu sebanyak 1 orang (2%) dan honorer POLDA sebanyak 1 orang (2%) (Gambar 7) bidan 2% wiraswasta 13% honorer POLDA 2% pegawai swasta 40% pegawai negeri 43% Gambar 7. Pie chart persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang banyak dimiliki adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 38 orang (50%). Sisanya dalam urutan jumlah adalah tingkat pendidikan SD atau sederajat sebanyak 14 orang (19%), SMP atau sederajat sebanyak 13 orang (17%) sarjana (S1) sebanyak 8 orang (11%) dan diploma sebanyak 2 orang (3%) (Gambar 8). 42

18 diploma 3% S1 11% SD/sederajat 19% SMP/sederajat 17% SMA/sederajat 50% Gambar 8. Pie chart persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan tingkat penghasilan, sebagian besar responden memiliki tingkat penghasilan Rp , ,00 yaitu sebanyak 17 orang (38%) sedangkan sisanya, dalam urutan jumlah, Rp , ,00 sebanyak 12 orang (27%), >Rp ,00 sebanyak 10 orang (22%), dan Rp , ,00 sebanyak 6 orang (13%) (Gambar 9). > Rp ,00 22% Rp , ,00 13% Rp , ,00 27% Rp , ,00 38% Gambar 9. Pie chart persentase responden berdasarkan tingkat penghasilan 4. Analisis Penerimaan dan Preferensi Konsumen (metode Fishbein) Menurut Engel, et al., (1994) model sikap multiatribut Fishbein dapat menggambarkan rancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Selain itu, model Fishbein dapat digunakan juga untuk mempelajari bagaimana konsumen dapat memilih suatu jenis produk dari berbagai macam pilihan produk (Engel, et al., 1994). Pada penelitian ini, atribut yang digunakan adalah atribut internal dan atribut eksternal. 43

19 Atribut internal yang digunakan pada penelitian ini adalah atribut bentuk, rasa, kerenyahan, dan warna, sedangkan atribut eksternal yang digunakan adalah atribut harga. Keripik nanas yang digunakan adalah keripik nanas paon kebun, keripik nanas madu, dan keripik nanas komersil. Skor kepentingan (e i ) yang dihasilkan dari penilaian responden terhadap produk keripik nanas menunjukkan nilai yang diinginkan oleh responden terhadap produk tersebut. Semakin tinggi skor kepentingan suatu atribut, maka semakin penting pula atribut tersebut dalam menentukan penerimaan responden. Skor kepercayaan dari ketiga jenis keripik nanas (b i ) menggambarkan tingkat (penilaian) kepercayaan responden terhadap keberadaan kelima atribut yang terdapat pada ketiga jenis produk keripik nanas. Semakin tinggi skor kepercayaan produk keripik nanas, semakin tinggi rasa percaya responden bahwa produk memiliki atribut yang diinginkan oleh responden. Contoh perhitungan skor kerpentingan disajikan pada Lampiran 9. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa skor tertinggi terdapat pada atribut rasa, kemudian berdasarkan urutan skornya, atribut kerenyahan, harga, bentuk dan warna. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen akan mempertimbangkan atribut rasa sebagai atribut yang paling penting dalam memilih keripik nanas Palangka Raya, kemudian konsumen akan mempertimbangkan atribut lainnya sesuai dengan urutan skornya yaitu kerenyahan, harga, bentuk dan terakhir warna. Berdasarkan survei juga diketahui bahwa atribut lain yang berpengaruh dalam memilih keripik nanas adalah kemasan, namun responden yang menyatakan atribut tersebut penting hanya 2 orang dari 120 responden sehingga tidak disertakan dalam perhitungan skor kepentingan. Tabel 14. Skor kepentingan (e i ) terhadap masing-masing atribut keripik nanas Rata-rata skor kepentingan No. Atribut keripik nanas (e i ) 1 Bentuk Rasa Kerenyahan Warna Harga 0.89 Skor kepercayaan (b i ), diuji dengan uji organoleptik sehingga atribut yang diuji hanya atribut internal yaitu atribut bentuk, rasa, kerenyahan, dan warna. 44

20 Berdasarkan skor kepercayaan (b i ), yang ditunjukkan pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa skor keyakinan terhadap semua atribut keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa menurut responden, atribut mutu keripik nanas yang baik sudah terdapat pada keripik nanas paon kebun dan keripik nanas madu. Atribut mutu produk keripik nanas komersil masih ada yang bernilai negatif, yaitu atribut warna (-0.08). Hal ini menunjukan bahwa atribut warna pada keripik nanas komersil masih perlu diperbaiki. Skor kepercayaan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel 15. Skor Kepercayaan (b i ) terhadap masing-masing atribut Keripik nanas Atribut Jenis Keripik nanas Paon kebun Madu Komersil Bentuk Rasa Kerenyahan Warna Setelah skor keyakinan (e i ) dan skor kepercayaan (b i ) produk keripik nanas diketahui, maka dapat diketahui skor untuk sikap responden (A 0 ) terhadap produk keripik nanas. Semakin tinggi skor sikap responden terhadap suatu produk, semakin tinggi penerimaan responden terhadap produk tersebut. Skor sikap (A 0 ) ditunjukkan pada Tabel 16, sedangkan perhitungan selengkapnya pada Lampiran 11. Tabel 16. Skor sikap hasil analisis Fishbein Atribut Jenis keripik nanas Paon kebun Madu Komersil Bentuk Rasa Kerenyahan Warna Total Tabel 16 menunjukkan hasil analisis sikap multiatribut Fishbein. Berdasarkan skor Fishbein, skor sikap total tertinggi terdapat pada produk keripik nanas madu (3.86), kemudian keripik nanas paon kebun (2.15) dan terakhir keripik nanas komersil (0.77). Hal ini menunjukkan bahwa keripik nanas yang paling disukai oleh responden adalah keripik nanas madu, dan yang paling tidak disukai adalah keripik nanas komersil. Langkah akhir dalam analisis multiatribut Fishbein adalah penentuan skala penilaian produk. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui skala penilaian 45

21 konsumen terhadap masing-masing produk. Skala yang dimaksudkan adalah skala sangat tidak disukai, tidak disukai, biasa, disukai atau sangat disukai. Pembagian skor skala tersebut berdasarkan skor sikap (A 0 ) maksimum dari masing-masing atribut. Skor maksimum dapat dilihat pada Tabel 17. Contoh perhitungan dengan menggunakan metode Fishbein disajikan pada Lampiran 11. Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui selang skor antara selang skor maksimum (+10.8) dan skor minimum (-10.8). Langkah selanjutnya adalah membagi selang tersebut menjadi 5 selang skor penilaian sesuai dengan kategori penilaian produk yaitu dari sangat disukai sampai dengan sangat tidak disukai. Hasil pembagian selang skor tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 17. Skor maksimum sikap (Ao maks) produk keripik nanas Atribut b i maks. e i A 0 maks Bentuk Rasa Kerenyahan Warna Harga Total 10.8 Tabel 18. Skala Skor Preferensi Skala Penilaian Ketegori Penilaian Produk (-10.80) - (-5.40) Sangat tidak suka (-5.40) - 0 Tidak suka 0 Biasa 0 - (5.40) Suka (5.40) - (10.80) Sangat suka Berdasarkan skala skor preferensi pada Tabel 18, dapat diketahui bahwa skor sikap ketiga keripik nanas berada pada rentang penilaian Ketiga produk keripik nanas termasuk dalam kategori penilaian yang disukai. Berdasarkan skor sikap hasil analisis fishbein, diketahui bahwa skor sikap terhadap keripik nanas madu lebih tinggi dibandingkan keripik nanas paon kebun dan keripik nanas komersil. Hal tersebut menunjukan bahwa keripik walaupun ketiga keripik berada pada kategori penilaian yang sama, namun nanas madu lebih disukai dibandingkan kedua keripik nanas lainnya. Berdasarkan analisis fishbein diketahui bahwa potensi penerimaan produk keripik nanas Palangka Raya cukup tinggi karena dibandingkan dengan keripik nanas komersil, responden lebih menyukai keripik nanas Palangka Raya. 46

22 Berdasarkan survei juga dapat diketahui bahwa umumnya harga maksimum yang dapat diterima oleh responden adalah Rp 40, Rp 60, per kg. Harga jual produk keripik nanas paon kebun diperkirakan Rp 74,900.00, sedangkan harga jual untuk keripik nanas madu diperkirakan Rp 58, Responden yang diperkirakan dapat menerima harga jual keripik nanas paon dan keripik nanas madu adalah responden yang menyatakan harga maksimum yang dapat diterima berada pada selang harga > Rp74.999,00 per kg yaitu sebanyak 48 orang (41.02%). Hasil survei terhadap harga maksimum yang dapat diterima oleh responden disajikan pada Tabel 19. Hasil survei selengkapnya disajikan pada Lampiran 12 Berdasarkan perhitungan BEP, diketahui bahwa BEP untuk produk keripik nanas adalah 79.2 kg untuk keripik nanas paon kebun dan 75 kg untuk keripik nanas madu. Berdasarkan perbandingan antara BEP produk dengan jumlah responden yang dapat menerima harga jual keripik nanas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang dapat menerima harga jual keripik nanas masih belum memenuhi BEP untuk produk keripik nanas. Oleh karena itu, sebaiknya produsen melakukan produksi keripik nanas seefisien mungkin agar harga keripik nanas menjadi lebih murah. Berdasarkan perhitungan harga pokok, hal yang cukup berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya harga pokok adalah harga dan banyaknya bahan baku nanas yang diperlukan sehingga salah satu bentuk efisiensi produksi keripik nanas adalah dengan menurunkan harga bahan baku dan melakukan penanganan bahan baku dengan baik sehingga tidak banyak buah nanas yang terbuang karena memar atau busuk. Selain itu, akan lebih baik bila pemasaran produk keripik nanas ini tidak dilakukan di Palangka Raya saja namun juga di daerah sekitarnya seperti Banjarmasin dan kota-kota lainnya. 47

23 Tabel 19. Hasil survei harga tertinggi yang dapat diterima responden Jumlah Jumlah responden responden (Palangka (Bogor) Raya) Harga maksimum yang dapat diterima/kg Rp0.00-Rp14.999, Rp15.000,00-Rp29.999, Rp30.000,00-Rp44.999, Rp45.000,00-Rp59.999, Rp60.000,00-Rp74.999, Rp75.000,00-Rp89.999, Rp90.000,00-Rp , Rp ,00-Rp , Rp ,00-Rp , Rp ,00-Rp , Rp ,00-Rp , Jumlah responden (Palangka Raya dan Bogor) Survei menunjukan bahwa beberapa responden telah mengetahui dan pernah mencoba keripik nanas. Responden sebanyak 13 orang pernah mengkonsumsi keripik nanas dengan frekuensi kurang dari 3 kali dalam sebulan, dan 1 orang pernah mengkonsumsi nanas dengan frekuensi 3 5 kali dalam 1 bulan, sedangkan 106 responden lainnya belum pernah mengkonsumsi keripik nanas. Berdasarkan wawancara, alasan belum pernah mengkonsumsi keripik nanas umumnya karena belum pernah melihat produk keripik nanas dan sulit menemukan keripik nanas. Berdasarkan hasil survei, dapat diketahui responden memberikan penilaian yang cukup beragam terhadap produk keripik nanas. Jumlah responden yang mengatakan dapat menerima terhadap keripik nanas adalah 118 orang (98%) dan jumlah responden yang mengatakan tidak dapat menerima terhadap keripik nanas adalah 2 orang (2%). Alasan dari responden yang menyatakan bisa menerima keripik nanas adalah ada pilihan keripik jenis baru sebanyak 77 orang (63%), menarik sebanyak 21 orang (17%), dapat mengkonsumsi nanas dengan lebih praktis sebanyak 14 orang (12%), enak dan ingin mencoba yang baru sebanyak 2 orang (2%), baru mengetahui, produk yang kreatif, coba-coba, rasa menyegarkan, dan sangat menyukai keripik sebanyak 1 orang (1%) (Tabel 20). Alasan bagi yang menyatakan tidak bisa menerima produk keripik nanas adalah rasa tidak menarik sebanyak 1 orang, dan mitos bahwa nanas kurang baik untuk dikonsumsi perempuan sebanyak 1 orang. 48

24 Tabel 20. Responden berdasarkan alasan menerima produk keripik nanas Alasan bisa menerima keripik nanas Jumlah responden (%) Ada pilihan keripik jenis baru 63 Menarik 17 Dapat mengkonsumsi nanas dengan lebih praktis 12 Baru mengetahui, kreatif 1 Coba-coba 1 Enak 2 Ingin mencoba yang baru 2 Rasa menyegarkan 1 Sangat suka keripik 1 Berdasarkan survei yang dilakukan, 118 orang responden yang menyatakan bisa menerima terhadap produk keripik nanas tidak seluruhnya akan mencoba produk keripik nanas. Responden sebanyak 117 orang menyatakan akan mencoba mengkonsumsi produk keripik nanas ini dan 1 orang menyatakan tidak akan mengkonsumsi produk keripik nanas. Dari 117 responden yang menyatakan akan mencoba mengkonsumsi produk keripik nanas ini, 110 orang menyatakan akan membeli keripik nanas. Berdasarkan survei tersebut dapat diketahui bahwa 110 orang (91.7%) responden menyatakan bisa menerima, akan mencoba mengkonsumsi, dan akan membeli produk keripik nanas. Hasil survei menunjukan penerimaan terhadap produk keripik nanas ini cukup tinggi. Berdasarkan hasil survei, keripik nanas kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi produk olahan buah nanas di Palangka Raya. 5. Analisis Perbedaan Lokasi Konsumen Faktor lain yang juga dapat berpengaruh terhadap penilaian konsumen adalah lokasi. Pengaruh lokasi terhadap penilaian responden pada produk keripik nanas dianalisis menggunakan uji t. Dari hasil uji t, diperoleh nilai t yang menunjukan signifikansi suatu angka untuk menetapkan diterima atau tidaknya suatu hipotesis. Nilai t yang lebih besar dari t-kritis (=0.05) menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara penilaian responden di Palangka Raya dengan penilaian responden di Bogor terhadap atribut keripik nanas. Hasil uji t secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 21 sedangkan hasil keseluruhan uji t dapat dilihat pada Lampiran

25 Tabel 21. Hasil analisis perbedaan lokasi konsumen (uji t) Jenis keripik nanas Atribut Nilai t Keterangan Paon kebun Bentuk 0.88 Tidak berbeda nyata Rasa 0.01 Berbeda nyata Kerenyahan 0.56 Tidak berbeda nyata Warna 0.84 Tidak berbeda nyata Madu Bentuk 0.47 Tidak berbeda nyata Rasa 0.82 Tidak berbeda nyata Kerenyahan 0.19 Tidak berbeda nyata Warna 0.88 Tidak berbeda nyata Pada Tabel 21 terlihat bahwa untuk keripik nanas madu, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara penilaian responden di Bogor dan di Palangka Raya. Artinya, responden di Bogor dan di Palangka Raya memiliki penilaian yang sama terhadap semua atribut keripik nanas madu. Hasil uji t ini memperkuat hasil analisis Fishbein. Berdasarkan analisis Fishbein diketahui bahwa keripik nanas yang paling disukai oleh responden adalah keripik nanas madu. Berdasarkan hasil uji t, penilaian responden di Bogor dan di Palangka Raya terhadap seluruh atribut keripik nanas madu tidak berbeda nyata sehingga dapat disimpulkan bahwa produk keripik nanas madu adalah produk yang paling disukai oleh responden baik di Bogor maupun di Palangka Raya. Berdasarkan hasil uji t (Tabel 21) dapat diketahui bahwa untuk keripik nanas paon kebun, responden di Bogor dan di Palangka Raya memberikan penilaian yang sama terhadap atribut bentuk, kerenyahan, dan warna, namun responden memberikan penilaian yang berbeda terhadap atribut rasa nanas paon kebun. Berdasarkan nilai rata-rata (mean) pada hasil uji t (Lampiran 10), dapat diketahui bahwa nilai rata-rata penilaian responden di Palangka Raya terhadap atribut rasa nanas paon kebun lebih tinggi bila dibandingkan dengan penilaian responden di Bogor. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Palangka Raya lebih menerima atau menyukai rasa dari keripik nanas paon kebun bila dibandingkan dengan responden di Bogor. Perbedaan ini kemungkinan terjadi karena responden di Palangka Raya sudah terbiasa dengan rasa nanas paon kebun yang asam sedangkan responden di Bogor tidak terbiasa dengan rasa nanas paon kebun yang asam tersebut dan menganggap rasa keripik nanas paon kebun tersebut terlalu asam. Hal tersebut juga menunjukan bahwa keripik nanas yang resikonya lebih kecil untuk dipasarkan adalah keripik nanas madu. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil analisis fisikokimia, penentuan harga pokok dan hasil analisis 50

26 penerimaan konsumen. Hasil analisis fisikokimia menunjukan bahwa kadar air, kerenyahan, dan kecerahan sampel keripik nanas madu lebih baik dibandingkan dengan sampel keripik nanas paon kebun. Penentuan harga pokok menunjukan bahwa harga pokok untuk memproduksi keripik nanas madu lebih kecil bila dibandingkan dengan harga pokok keripik nanas paon kebun. Hasil analisis penerimaan konsumen menunjukan bahwa keripik nanas madu lebih disukai bila dibandingkan dengan keripik nanas paon kebun. 51

Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant

Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant Lampiran 1. Spesifikasi alat penggoreng vakum Spesifikasi Vacuum fryer Laboratorium Pilot Plant Vacuum fryer Laboratorium BBIA Kapasitas 10 kg/jam 5-5.5 kg/ jam Lama proses Disesuaikan 50-75 menit Tipe

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE B. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE B. METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan keripik nanas ini adalah buah nanas paon kebun dan nanas madu, garam dan minyak goreng. Bahan untuk analisa produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemui dan digemari masyarakat Indonesia. Buah ini sangat baik apabila

BAB I PENDAHULUAN. ditemui dan digemari masyarakat Indonesia. Buah ini sangat baik apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu buah yang banyak ditemui dan digemari masyarakat Indonesia. Buah ini sangat baik apabila dibudidayakan di daerah beriklim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM : PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM : 0533310039 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING Analysis of Physical and Organoleptic Properties of Mango Chips (Mangifera

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI Oleh : PRAPTI AKHIRININGSIH NPM : 0533010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011-Februari 2012. Proses penggorengan hampa keripik ikan tongkol dilakukan di UKM Mekar Sari,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP)

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH BUAH MANGGA DAN PISANG SPESIFIK BENGKULU MELALUI TEKNOLOGI PENGGORENGAN VAKUM DI PROPINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan

TINJAUAN PUSTAKA. Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Usaha 2.1.1 Aspek finansial Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan manfaat atau keuntungan apabila dijalankan.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan manfaat atau keuntungan apabila dijalankan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah usaha yang dijalankan tentunya memerlukan suatu perencanaan dan perhitungan yang tepat. Perencanaan dan perhitungan yang tepat diperlukan agar risiko kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Keripik Pisang Mocca Tahapan-tahapan proses pengolahan keripik pisang mocca di UKM FLAMBOYAN terdiri atas : 1. Penyiapan bahan baku Adapun jenis pisang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING The Optimalize of time in the Process of Manifacturing Apple Chips With Vacuum Frying Diajukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sido Makmur, Kec. Sipora Utara, Kab. Kep.Mentawai untuk proses penggorengan keripik ikan lemuru. Dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) Evan Adiyoga, Sondi Kuswaryan, Linda Herlina (evagelion_el90@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian hortikultura dewasa ini masih bercirikan petani yang pada umumnya miskin, produktivitas dan mutu produksi rendah, serta kontinuitas produksi belum mantap.

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM EFEKTIFITAS GLISEROL MONOSTEARAT (GMS) TERHADAP MUTU DONAT LABU KUNING SKRIPSI Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM. 0333010021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah-buahan banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang bermanfaat bagi tubuh.

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh dari data primer dan sekunder penelitian. Data primer penelitian ini adalah hasil kuesioner

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. I. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU (The Time Effect Of Vacuum Frying Towards The Amount Of Water And Organoleptic Ingredients

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU SKRIPSI Oleh : Windi Novitasari NPM. 0333010002 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Teori Penelitian Terdahulu Analisis Pendapat Responden menggunakan Multi Atribut Fishbein Atribut-atribut Produk Yang Dipertimbangkan Responden Sikap Responden

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat

METODE PENELITIAN. metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran keadaan obyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Tongkol Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama dalam penyimpanannya membuat salah satu produk seperti keripik buah digemari oleh masyarat. Mereka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan turut berimplikasi pada naiknya permintaan akan produk-produk yang dinilai memiliki gizi tinggi,salah

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei SKRIPSI

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei SKRIPSI PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei SKRIPSI Oleh : INGE DIAN AINOVI NPM : 0633010035 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL LITBANG

LAPORAN HASIL LITBANG SIDa.X.6 LAPORAN HASIL LITBANG Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara PROGRAM INSENTIF RISET

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Lidah buaya adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh maupun perawatan kulit manusia. Tanaman ini juga memiliki kecocokan hidup dan dapat

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang merupakan tanaman serbaguna, sebab semua bagian tanamannya mulai dari bunga, buah, daun, batang hingga akarnya dapat dimanfaatkan. Buah pisang merupakan salah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH DENGAN PENUNTASAN MINYAK SISTEM SENTRIFUGASI SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN PASCA PANEN DI KECAMATAN GALUR, KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA Mutiara Nugraheni, Nani Ratnaningsih,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU

PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU (Making Chips Pumpkins (Cucurbita) Using Vacuum Equipment Fryer with Variable Time and Temperature)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK NANAS DENGAN VACCUM FRYING

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK NANAS DENGAN VACCUM FRYING TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK NANAS DENGAN VACCUM FRYING (The Effect of Time and Temperature on the Manufacture of Pineapple Chips with Vaccum Frying) Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi viii x xii BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Agus Suprapto 1, Sardju Subagjo 2, dan Poppy Arsil 2 1). Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT. Indolakto Sukabumi dan pelaksanaan analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan masuknya trend mengkonsumsi frozen yoghurt sejak tahun 2008 di Indonesia

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG ( The Time Effect of Vacuum Frying Towards the Amount of water and Organoleptic Ingredients

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Penelitian dilakukan terhadap kualitas pelayanan pada Warung Makan Gudeg Yu Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo 4.1.1 Keadaan Geografis Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bonebolango.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI LABU KUNING : TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK SIMULASI LABU KUNING SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI LABU KUNING : TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK SIMULASI LABU KUNING SKRIPSI PENGARUH PROPORSI LABU KUNING : TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK SIMULASI LABU KUNING SKRIPSI Disusun oleh : Andre Dian Permana NPM : 0333010047 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI Oleh : Keny Damayanti NPM.0533010023 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi buah-buahan di Indonesia seperti nanas, salak, pisang, dan pepaya cukup tinggi. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), produksi buah-buahan Indonesia

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis keputusan dan kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi jeruk medan dilakukan di Pasar Baru Bogor. Penentuan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU

PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU (Making of papaya chips using vacuum frying method with temperature and timing variable)

Lebih terperinci