HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : LAILA LISTIANA ULYA F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

2 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : LAILA LISTIANA ULYA F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

3 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : LAILA LISTIANA ULYA F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 ii

4

5

6 1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Laila Listiana Ulya Lisnawati Ruhaena Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta lailalistianaulya@gmail.com Abstrak. Masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan semakin meningkat sehingga kepemilikan keputusan sangat penting agar dapat memenuhi tugas perkembangan di tahap selanjutnya. Femonenanya saat ini remaja kurang memiliki keputusan. Pemikiran remaja praktis dan mengalami kebingungan jika dihadapkan pada pilihan hidup sehingga cenderung mengikuti keputusan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kemandiran dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat kemandiran dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat pola asuh demokratis, dan mengetahui sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran dalam pengambilan keputusan. Metode pendekatan menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan data menggunakan skala kepada 90 remaja yang berusia tahun, masih memiliki orangtua (ayah dan ibu), dan tinggal bersama orangtua dalam satu rumah. Analisis data dilakukan dengan analisis regresi menggunakan program bantu SPSS 19,0 For Windows Program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kemandiran dalam pengambilan keputusan sebesar 0,480 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Artinya semakin tinggi pola asuh demokratis maka semakin tinggi pula kemandiran dalam pengambilan keputusan, begitu pula sebaliknya. Tingkat kemandiran dalam pengambilan keputusan tergolong tinggi sebesar 64,52. Tingkat pola asuh demokratis tergolong tinggi sebesar 38,14. Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandiran dalam pengambilan keputusan sebesar 23,6%, artinya masih ada 76,4% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemandiran dalam pengambilan keputusan. Kata kunci : keputusan, pola asuh demokratis

7 2 PENDAHULUAN Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri sangat penting dimiliki generasi muda, khusunya remaja untuk menghadapi persaingan era globalisasi. Mu tadin (2002) berpendapat bahwa kemandirian remaja lebih bersifat psikologis seperti membuat keputusan sendiri tanpa pengaruh orang lain. Menurut Santrock (2012), masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan semakin meningkat, seperti tentang masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, apakah harus membeli mobil, dan seterusnya. Tuti, Tjahjono, dan Kartika (2006) menambahkan bahwa masalah pengambilan keputusan yang sering terjadi di sekolah menengah atas adalah permasalahan akademik dan keputusan karier, serta beragam aktivitas sosial. Informasi yang didapat dari artikel Majalah Psikologi Plus (edisi VII NO 4 Oktober 2012) bahwa banyak remaja bersikap manja sehingga menjadi sulit dalam mandiri berfikir, diberi masukan, berempati, melihat kebaikan orang lain, cenderung egois. berpemikiran praktis dan mengalami kebingungan jika dihadapkan pada pilihan hidup sehingga cenderung mengikuti keputusan orang lain. Remaja menjauhi dunia nyata dan takut memilih jalan hidup selain tak mampu mandiri karena orangtua terlalu melindungi. Menurut penelitian Brena, Updegraff, dan Talylor (2012) pada keluarga Meksiko, ayah dan ibu adalah orang yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan remaja di delapan area seperti tugas, penampilan, uang, teman, hubungan percintaan, aktivitas waktu luang, jam malam, dan tugas sekolah. Jika orangtua selalu mengendalikan sedangkan remaja ingin terlepas dari pengaruh orangtua maka konflik akan terjadi. Akibat dari konflik tersebut adalah adanya kekecewaan yang dialami remaja terhadap orangtua karena tidak mendapatkan kemandirian dalam pengambilan keputusan. Seperti yang terjadi di ruang konseling di website e- psikologi.com, dilaporkan banyak keluh kesah remaja karena aspek kehidupan mereka yang masih diatur oleh orangtua, seperti dalam pemilihan jurusan di SMA. Orangtua ingin anaknya masuk ke jurusan yang dikehendaki meskipun anak sama sekali tidak berminat. Akibatnya remaja tersebut tidak memiliki motivasi belajar, kehilangan gairah sekolah dan tidak jarang justru berakhir dengan drop out (Mu tadin, 2002). Remaja bingung memilih gaya rambut, pakaian, kegiatan, dan pendidikan karena kesulitan menentukan prioritas dan tidak percaya diri pada kemampuannya dalam menentukan keputusan sehingga sering terpengaruh keputusan orang lain ( Kemandirian dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan mengatur tingkah laku dengan adanya kebebasan, inisiatif, percaya diri, kontrol diri, ketegasan diri, serta tanggung jawab tanpa pengaruh orang lain (Suryadi dan Damayanti, 2006).

8 3 Baller (dalam Nihayati dan Fauzan, 2000) mengatakan bahwa keputusan sebagai kemampuan mengambil inisiatif ketika dihadapkan pada pilihan, bebas membuat penilaian, memberikan pendapat tanpa dipengaruhi orang lain, dan bertanggung jawab. Perilaku diarahkan agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan. Area pengambilan keputusan remaja adalah tugas rumah maupun sekolah, penampilan seperti model rambut dan model baju, penggunaan uang, pemilihan teman, hubungan lawan jenis, aktivitas mengisi waktu luang, dan adanya jam malam. Aspek kemandirian dalam pengambilan keputusan adalah bebas yaitu membuat keputusan sendiri, ulet yaitu membuat keputusan berprestasi dan tekun, inisiatif yaitu berfikir dan bertindak membuat keputusan sendiri, pengendalian diri yaitu mengendalikan tindakan mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri, kemampuan diri yaitu rasa percaya terhadap kemampuan mencari penyelesaian terhadap masalah (Masrun, 1986). Faktor-faktor kemandirian dalam pengambilan keputusan yaitu faktor fisiologis, seperti jenis kelamin, kondisi fisik, dan urutan kelahiran, faktor psikologis seperti kecerdasan, faktor pengalaman hidup dan faktor pola asuh orangtua. Dari fenomena itu menunjukan bahwa keputusan remaja rendah. Ada orangtua yang bersikap otoriter, remaja dikontrol harus mengikuti segala keputusan orangtua dan tidak diberi kesempatan menyampaikan keinginannya. Di sisi lain, ada orang tua yang bersikap permisif yaitu cenderung tidak peduli dan membiarkan remaja bertindak sesuai keinginannya, namun orangtua tidak memberi kontrol dan arahan. Segala perilaku remaja bersumber pada didikan orangtua. Berbeda cara didiknya maka berbeda pula sikap yang dimiliki remaja. Menurut Lestari (2012) menyatakan bahwa pola asuh demokratis adalah orangtua mengarahkan perilaku anak secara rasional, memberikan penjelasan terhadap maksud dari aturan-aturan yang diberlakukan. Orangtua mendorong anak mematuhi aturan dengan kesadaran sendiri dan bersikap tanggap terhadap kebutuhan anak. Orangtua menghargai anak sebagai pribadi yang unik. Pengasuhan demokratis merupakan pendekatan yang paling berhasil yang melibatkan penerimaan dan keterlibatan tinggi, teknik pengendalian adaptif, dan pemberian otonomi sewajarnya. Orangtua demokratis itu hangat, penuh perhatian, dan peka dengan kebutuhan anaknya. Orangtua memberikan perilaku matang, memberikan alasan bagi pengecualian yang mereka berikan, dan menggunakan disiplin sepbagai masa pembelajaran agar anak bisa mengatur dirinya. Pemberikan otonomi secara bertahap, sepantasnya dan membiarkan anak mengambil keputusan sendiri dalam bidang yang dikuasainya menjadikan anak mandiri (Kuczynski & Lollis, 2002; Russel, Mize. & Bissaker, 2004 dalam Berk, 2012). Crandell, Crandell, dan Zanden (2012), pola asuh demokratis adalah gaya pengasuhan yang menyediakan arahan bagi keseluruhan

9 4 aktivitas anak, tetapi memberikan kebebasan besar anak dalam batas wajar. Orangtua memberikan alasan kebijakan dan terlibat di proses memberi dan menerima dengan anak, sementara memperhatikan kebutuhan anak. Elaine dan Terri (2003) menyatakan bahwa pola asuh demokratis adalah adanya harapan orangtua untuk berperilaku jelas dan memantau perilaku. Orangtua tegas dan mereka cenderung disiplin dalam mendukung daripada mamakai cara hukuman. Remaja yang dibesarkan dalam lingkungan tersebut akan lebih berkompeten. Menurut Baumrind (dalam Spraitz, 2012), aspek pola asuh demokratis adalah kontrol, tuntutan komunikasi, dan kasih sayang. Watson (dalam Windyastati, 2001) berpendapat tentang faktor-faktor dalam pola asuh demokratis yaitu nilai yang dianut orangtua, kepribadian, sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan. Menurut Berk (2012), pada pola asuh demokratis, orangtua hangat, terbuka, memberi arahan dengan komunikasi. Dalam hal pengambilan keputusan, remaja dibimbing mandiri karena ada hubungan positif remaja dengan orangtua. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan keputusan? Peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dengan Kemandirian Dalam Pengambilan Keputusan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat kemandirian dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat pola asuh demokratis, dan mengetahui sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan variabel tergantung kemandirian dalam pengambilan keputusan dan variabel bebas pola asuh demokratis. Subjek penelitiannya adalah remaja berusia tahun, masih memiliki orangtua (ayah dan ibu), dan tinggal serumah dengan orangtua. Alat pengumpul datanya berupa skala yaitu skala keputusan dan skala pola asuh demokratis. Penelitian ini menggunakan try out terpisah untuk mencari kualitas alat ukur yang baik. Evaluasi kualitas aitem menggunakan daya beda aitem dan reliabilitas. Data dari 90 subjek yang diperoleh kemudian diskoring berdasarkan sifat aitem favourable dan unfavourable lalu dianalisis dengan teknik regresi pada program bantu SPSS 19,0 For Windows. Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2013 sampai 22 November 2013 di SMA Islam Al Azhar 7 dan SMA Al Firdaus Surakarta. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis regresi, diketahui bahwa ada hubungan positif dan searah yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dengan

10 5 keputusan. Hal ini ditunjukan oleh nilai korelasi yang positif 0,480 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Model regresi ini memprediksi nilai keputusan. Jadi variabel bebas pola asuh demokratis mempengaruhi variabel tergantung kemandirian dalam pengambilan keputusan. Hipotesis ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan keputusan diterima. Artinya adalah semakin tinggi pola asuh demokratis maka semakin tinggi pula kemandirian dalam pengambilan keputusan dan semakin rendah pola asuh demokratis maka semakin rendah pula kemandirian dalam pengambilan keputusan. Nilai F sebesar 27,603 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05) yang artinya model regresi ini layak untuk memprediksi nilai keputusan. Variabel pola asuh demokratis mempengaruhi atau prediktor variabel kemandirian dalam pengambilan keputusan. Perilaku optimal individu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Begitu pula dengan kemandirian pengambilan keputusan dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk dipengaruhi oleh pola asuh demokratis yang orangtua berikan kepada remaja di dalam keluarga. Menurut Feldman (2012), jika remaja diberikan penguat positif oleh orangtua maka akan berperilaku positif pula sebab penguat akan meningkatkan perilaku yang diharapkan. Menurut asumsi dasar perilaku manusia yaitu enviromentalisme bahwa tingkah laku manusia dibentuk oleh lingkungan. Manusia dilahirkan dalam keadaan polos dan lingkunganlah yang mewarnainya. Orangtua sebagai lingkungan pertama dan terdekat, memberikan pendidikan nilai dan karakter pada anak agar anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menjalani kehidupan. Menurut Lestari (2012), keluarga adalah berperan dalam penanaman nilai pertama pada anak melalui proses pengasuhan yang dipercaya memiliki dampak pada perkembangan individu. Ada tuga jenis pola asuh orangtua, yaitu otoriter, otoritatif atau demokratis, dan permisif. Setiap pola asuh memiliki karakter tersendiri. Remaja dengan orangtua demokratis cenderung periang, memiliki rasa tanggung jawab sosial, percaya diri, berorientasi prestasi, dan kooperatif. Remaja dengan orangtua otoriter cenderung kurang bahagia, mudah tersinggung, dan tidak bersahabat. Remaja dengan orangtua permisif cenderung agresif, kurang kontrol diri, dan kurang mandiri. Pola asuh demokratis diaggap paling baik. Orangtua memberikan kebebasan untuk dapat berkarya dan berpendapat, namun tetap dengan menjunjung tinggi sikap tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Remaja merasa dihargai dan berusaha tidak mengecewakan orangtua. Selaras yang dikemukakan oleh Baumrind (dalam Bee, 2000) bahwa anak yang diasuh secara demokratis menunjukan rata-rata keputusan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diasuh secara demokratis. Kemudian menurut Erikson (dalam Santrock, 2012), pola asuh demokratis

11 6 dimana orangtua bersikap peduli sehingga mendorong remaja berpastisipasi mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh orang, seperti memilih teman, pendidikan, dan kegiatan sehari-hari. Dari hasil kategorisasi data terhadap 90 subjek, tingkat kemandirian dalam pengambilan keputusan subjek adalah 64,52 yang tergolong kategori tinggi. Tidak ada subjek yang masuk ketegori sangat rendah, 1 subjek masuk kategori rendah, 47 subjek masuk kategori sedang, 40 subjek masuk kategori tinggi, dan 2 subjek masuk kategori sangat tinggi. Hal ini sesuai pendapat Davey (2011) bahwa adanya komunikasi dan kesediaan dari orangtua untuk mendengarkan menjadikan remaja merasa diterima, didukung dan diberi kesempatan untuk belajar membuat keputusan secara bebas menurut keinginannya sendiri, seperti dalam menentukan kegiatan akademik, pemilihan teman dan aktivitas sosialnya. Selaras dengan pendapat Hurlock (2012) bahwa remaja akan berkembang kemandiriannya bila diberi kesempatan berlatih dengan dukungan orangtua untuk memperoleh kemandirian. Kesempatan mandiri adalah pengalaman berharga, proses awal mengenal realita kehidupan. Dari hasil kategorisasi data terhadap 90 subjek, tingkat pola asuh demokratis subjek adalah 38,14 dan tergolong kategori tinggi. Tidak ada subjek yang masuk ketegori sangat rendah, 1 subjek masuk kategori rendah, 12 subjek masuk kategori sedang, 48 subjek masuk kategori tinggi, dan 29 subjek masuk kategori sangat tinggi. Selaras dengan penyataan Crandell, Crandell, dan Zanden (2012) bahwa pola asuh demokratis adalah gaya pengasuhan yang menyediakan arahan bagi aktivitas anak, tetapi memberikan kebebasan besar dalam batas yang wajar. Orangtua memberikan alasan kebijakan dan terlibat di proses memberi dan menerima dengan anak. Kemudian Kuczynski & Lollis dalam Berk (2012) berpendapat bahwa orangtua demokratis akan memberikan kasih sayang, sikap hangat, penuh perhatian, peka dengan kebutuhan anaknya, memberikan tuntutan sewajarnya namun tetap memberi alasan atas aturan menjadikan remaja merasa dihargai, berani mengemukakan pendapat, percaya diri membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas keputusan. Selaras dengan hasil penelitian Suparmi dan Sumijati (2005) bahwa parental responsiveness dimana orangtua membimbing kepribadian anak, dan memberi kesempatan belajar membuat keputusan sendiri, berkorelasi positif membentuk kemandirian emosi, perilaku, dan nilai pada remaja. Orangtua demokratis sebagai individu yang matang secara emosional selalu mengajak anak untuk berpartisipasi membuat keputusan dan bersikap objektif dalam mengasuh anak sehingga anak dihargai sebagai individu, dimunculkan kepercayaan dirinya mengemukakan pendapatnya dan keputusan mereka sendiri tanpa ada tekanan dari pihak orang dewasa lainnya (Cole, 2002). Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan adalah sebesar 23,6 % yang ditunjukan oleh nilai R

12 7 Square sebesar 0,236. Artinya, pola asuh demokratis mempengaruhi kemandirian dalam pengambilan keputusan sebesar 23,6 % sehingga masih ada 76,4 % faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan selain pola asuh demokratis yaitu faktor internal berupa kondisi fisiologis yang berasal dari dalam diri individu baik secara fisiologis dan psikologis, serta faktor pengalaman hidup. Menurut Walgito (2000), fisiologis yaitu kesehatan jasmani dapat mempengaruhi kemandirian dalam pengambilan keputusan. Anak yang sakit lebih bersikap tergantung daripada anak yang tidak sakit sebab anak sehat dianggap bisa melakukan kegiatan tanpa bantuan orangtua. Selanjutnya Prasetyo dan Sutoyo (2003) menambahkan bahwa sering dan lamanya anak sakit pada usia bayi menjadikan orang tua sangat memperhatikannya, anak yang menderita sakit mengundang kasihan berlebihan sehingga mendapatakan pemeliharaan yang lebih. Menurut Adler (dalam Feist dan Feist, 2012), urutan kelahiran juga mempengaruhi. Sering dijumpai anak sulung dan anak tengah lebih mandiri daripada anak bungsu. Anak sulung lebih banyak diberi tanggung jawab dan lebih diharapkan mandiri. Perbedaan kesempatan perlakuan orangtua memberikan pengaruh berbeda pada anak dalam kepribadian, sikap, dan pola tingkah lakunya. Faktor kondisi psikologis seperti kecerdasan berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian seseorang (Basri, 2000). Faktor pengalaman dalam kehidupan dimana pembentukan kemandirian dapat terbentuk dari pengalaman berupa interaksi dengan teman, guru dan masyarakat (Haryadi dalam Rahmawati, 2005). Dalam penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah idealnya pengambilan data pada pagi hari dimana fisik dan pikiran subjek masih baik sehingga hasil pengisian skala dapat merepresentasikan kondisi sesungguhnya, namun pada kenyataannya pengambilan data rata-rata dilakukan pada siang hari seusai jam istirahat siang dimana kosentrasi subjek mulai menurun akibat kelelahan setelah belajar setengah hari di sekolah sehingga hasilnya kurang merepresentasikan kondisi sebenarnya. Hal ini sesuai pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faridi (2002) yang menunjukkan bahwa kadar glukosa siswa yang sarapan pagi lebih tinggi dibandingkan yang tidak sarapan pagi. Kadar glukosa darah mempengaruhi konsentrasi. Jadi ketika pagi hari setelah sarapan, kadar glukosa darah akan meningkatkan konsentrasi. Selain itu, udara pagi yang masih kaya akan oksigen membantu menciptakan energi di otak sehingga sehingga proses berpikir menjadi lebih lancar. Pada siang hari kadar oksigen berkurang dan kadar karbondioksida meningkat karena hasil asap kendaraan yang kurang baik untuk otak sehingga proses berpikir ikut lambat. Devi (2012) juga menyatakan bahwa sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar dapat berkonsentrasi di sekolah. Idealnya pemberian instruksi dilakukan oleh peneliti sendiri agar

13 8 subjek lebih paham dan dapat memberi hasil yang merepresentasikan kondisi sebenarnya. Menurut Aiken dan Marnat (2008), tes psikologi akan memberikan hasil yang baik jika sesuai pedoman atau buku Standart for Educational and sychology Testing dari American Psychological Association, diantaranya yaitu mengenai administrasi tes, pemberian skor, pelaporan menekankan pada pentingnya memiliki petunjuk yang jelas dalam administrasi dan pemberian skor yang diikuti secara saksama. Penguji tes juga harus terstandarisasi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan tes, seperti membacakan petunjuk tes dengan pelan dan jelas agar peserta tes paham dan memberikan hasil maksimal. Penguji tes senantiasa siap, hangat, membangun hubungan, dan objektif. Pada kenyataannya pengambilan data sebagian subjek tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti, tetapi harus dititipkan kepada pihak sekolah. Pemberian skala tidak oleh peneliti langsung dapat menjadikan pemberian instruksi yang kurang sesuai sehingga memungkinkan terjadinya ketidakpahaman subjek. Dengan adanya sebagian proses metode penelitian yang kurang sesuai dengan standarisasi tes sehingga ada sebagian data yang kurang dapat mengungkapkan kondisi subjek sebenarnya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian dalam pengambilan keputusan. Artinya, semakin tinggi pola asuh demokratis maka semakin tinggi pula kemandirian dalam pengambilan keputusan dan sebaliknya. 2. Tingkat kemandirian dalam pengambilan keputusan tergolong tinggi yaitu 64, Tingkat pola asuh demokratis tergolong tinggi sebesar 38, Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan sebesar 23,6% Artinya pola asuh demokratis mempengaruhi keputusan sebesar 23,6% sehingga masih ada 76,4% faktor lain yang mempengaruhinya. Saran a. Bagi orangtua : Orangtua diharapkan dapat mempertahankan penerapan pola asuh demokratis pada anak yaitu dengan memberi perhatian, kasih sayang, tuntutan disertai penjelasan yang rasional, mendengarkan keinginan anak, menjalin komunikasi dua arah sehingga anak merasa diterima, dipercaya, dan dihargai oleh orangtua. Hal itu akan mendorong anak mengembangkan kemampuan keputusan yang semakin baik. Ketika anak dihadapkan pada permasalahan hidupnya maka akan mampu mengambil keputusan terbaiknya secara mandiri tanpa selalu bergantung pada orangtua. b. Bagi pihak sekolah : Guru diharapkan dapat memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan keputusan. Adanya tingkat kemampuan kemandirian dalam

14 9 keputusan siswa yang sudah tergolong tinggi, guru dapat mengarahkan potensi tersebut untuk meraih prestasi optimal di sekolah, baik secara akademik maupun non akademik. Sekolah hendaknya menambah ragam ekstrakurikuler yang dapat menampung minat siswa, seperti bidang olahraga, kesenian, ilmu pengetahuan, keagamaan, debat, dan lain-lain. Adanya ekstrakurikuler yang beragam akan memperbesar kesempatan siswa untuk memilih. Dengan kemampuan kemandirian dalam pengambilan keputusan siswa yang tinggi maka siswa akan memilih ekstrakurikuler yang sesuai minat dan bakatya sendiri. Ketika siswa dapat memilih ekstrakurikuler yang sesuai minat dan bakatnya maka potensinya akan semakin berkembang. c. Bagi subjek : Berdasarkan kemampuan kemandirian dalam pengambilan keputusan subjek yang tergolong tinggi, hendaknya subjek dapat mengaplikasikan kemampuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal pemilihan teman, pemilihan aktivitas sosial, pemilihan jurusan pendidikan, dan lain-lain dengan cara berusaha menyelesaikan masalahnya dengan mempertimbangkan masukan dan arahan dari orang lain, seperti orangtua, teman, dan guru mengenai sisi baik buruknya setiap pilihan yang tersedia, namun subjek tetap menentukan dan memilih pilihan yang dianggap terbaik bagi dirinya berdasarkan hasil pertimbangan dari berbagai informasi yang telah didapat. d. Bagi peneliti selanjutnya : Peneliti lain yang memiliki minat penelitian di bidang kemandirian hendaknya mengaitkannya dengan variabel lain selain pola asuh demokratis seperti kondisi fisiologis yang meliputi kesehatan jasmani dan urutan kelahiran, kondisi psikologis yang meliputi kecerdasan dan kondisi pengalaman dalam kehidupan. Selain itu, ketika melakukan pengambilan semua data hendaknya dilakukan secara langsung oleh peneliti sehingga subjek memahami petunjuk pengerjaan alat ukur dengan tepat. Lalu hendanya dilakukan ketika pagi hari dimana kondisi fisik dan pikiran subjek masih segar dan tidak mengalami kelelahan setelah setengah hari belajar di sekolah agar mendapatkan data penelitian yang maksimal dan dapat merepresentasikan kondisi subjek yang sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA Aiken, L.R. dan Marnat, G.G. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi. Terjemahan: Widiastuti, H. Jakarta: Indeks Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

15 10 Bee, H. (2000). The Developing Child. Ninth Edition. New York: Pearson. Berk, L.E. (2012). Development Through The Lifespan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brena, N.J.P., Updegraff, K.A. dan Taylor, A.J.U. (2012). Father and Mother Adolescent Decision Making in Mexican Origin Families. Journal Youth Adolescence. 41: Cole, L. (2002). Psychology of Adolescence. Edisi kesembilan. USA: Harper dan Collins Publishers. Crandell, T., Crandell, C., dan Zanden, J.V. (2012). Human Development. 10th Edition. New York: Mc. Graw Hill. Dagun, S.M. (2006). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Davey, G. (2011). Applied Psychology. Chichester: BPS Blackwell Elaine, B.D dan Terri, F. (2003). Peer Referencing in Adolescence Decision Making As A Function of Perceived Parenting Style. Journal Adolescence, 38, 152 : Feist, J. dan Feist, G.J. (2012) Teori Kepribadian. Terjemahan : Handriatno. Edisi VII. Jakarta: Salemba Humanika. Feldman, R.S. (2012). Pengantar Psikologi. Terjemahan : Gayatri, P.G. dan Sofyan, P.N. Edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba Humanika. Hidayatullah, F. (2010). Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa. Yuma Pustaka: Surakarta. Hurlock, E.B. (2012). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Kencana: Jakarta. Majalah Psikologi Plus. Edisi VII. Oktober Anak Manja. Hal 25. Masrun, Martono, Haryanto, F.R, Hardjjito, Purbo, Sufiati, M., Bawari, A., Nuryati, A., Soetjipto, H.P Studi Mengenai Kemandirian Pada Tiga Penduduk di Tiga Suku Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup. Fakultas Psikologi. UGM. Mu tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. Online. Diakses pada 16 Agustus Nihayati dan Fauzan, L. (2000). Hubungan antara Perilaku Mandiri dan Prestasi Belajar Mahasiswa PBB-FIP IKIP Malang. Laporan Penelitian. (Tidak Diterbitkan). Malang: UMM.

16 11 Rahmawati, H.S. (2005). Perbedaan Kemandirian Antara Anak Sulung Dengan Anak Bungsu Pada Siswa Kelas II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang : Universitas Negeri Semarang. Santrock, J.W. (2013). Life Span Development. Fourthteen Edition. New York: McGraw Hill Suparmi dan Sumijati, S. (2005). Kemandirian Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Parental Responsiveness dan Parental Demandingness. Jurnal Proceeding Seminar Nasional. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Suryadi, D. dan Damayanti, C. (2006). Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Puteri Yang Ibunya Bekerja dan Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Taruma Negara. Tuti, M.D, Tjahjono, E. dan Kartika, A. (2006). Pola Pengambilan Putusan Karier Siswa Berbakat Intelektual. Jurnal Penelitian Anima Vol. 22, No. 1, Hal Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Walgito, B. (2010). Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Widiasworo, T. (2013). Perilaku Agresi Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Demokratis pada Orangtua Tunggal (Single Parent). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Windyastati, F. (2001). Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Demokratis Dengan Disiplin Diri pada Remaja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta..(2013). Bingung? Siapa Takut!. Online. Online. Diakses tanggal 30 September 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu periode perkembangan yang penting, dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock (1980:206) menyatakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara empati dengan kecenderungan perilaku prososial terhadap siswa berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu. 56 DAFTAR PUSTAKA Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu. Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU SKRIPSI Diajukan Oleh: Aroasih Tri Naimah F 100 100 193 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Aroasih Tri Naimah F 100 100 193 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok D6 no.21 Kompleks Graha Cinere, Depok Efi Afifah ABSTRAK

Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok D6 no.21 Kompleks Graha Cinere, Depok Efi Afifah ABSTRAK PERBEDAAN PERKEMBANGAN SOSIO- EMOSIONAL ANAK ANTARA KETERLIBATAN ORANGTUA DENGAN POSITIF BELIEF DAN KETERLIBATAN ORANGTUA DENGAN NEGATIF BELIEF DI PAUD BAITURRAHMAH Anindhita Prameswari Jl. Kuta V Blok

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan sifat yang sejatinya dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan kecil sampai kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA Telah disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih S. Psi., M. si) HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG Irma Rostiani, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Anak untuk Bersekolah HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa (2003) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI Cita Bakti Utama Putra Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KELEKATAN REMAJA PUTRI DENGAN AYAHNYA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Muthmainnah Ibrahim F100110086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI Diajukanoleh : APRIYANDER YUDHO N S F100070124 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen Akademis Pada Anak Usia Dini

Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen Akademis Pada Anak Usia Dini Nama : Nadia Anindita Vandari NPM : 1406564540 Mata Kuliah Kelas : Penulisan Ilmiah : B Semester : 1 Tahun Akademik : 2014/2015 Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU Oleh: AMELIA DESTARI SONNY ANDRIANTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Dari jumlah 76 sampel yang layak di analisis dari nilai beda minimal 3 pada tiap pola asuh berjumlah 62. Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pola asuh permisif orang tua berada pada tingkat tinggi dan rata-rata 68,82. dengan frekuensi siswa 71 orang dan prosentase 77,17 %.

BAB V PENUTUP. 1. Pola asuh permisif orang tua berada pada tingkat tinggi dan rata-rata 68,82. dengan frekuensi siswa 71 orang dan prosentase 77,17 %. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pola asuh permisif orang tua terhadap kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 GAYA PENGASUHAN CONSTRAINING DENGAN KOMITMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj PENGARUH PERSEPSI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS Titis Pravitasari Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine

Lebih terperinci

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan. urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan. urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam perkembangan anak selanjutnya

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN Indah Verawati, S.Psi, MA* *Dosen Fak. Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan (FIK-UNIMED) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

PERAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PERAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA A.26 PERAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Siti Nurina Hakim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ayya_inna@yahoo.co.id Abstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran penting dalam suatu tatanan kelompok masyarakat mulai dari yang kompleks sampai pada tingkatan yang lebih

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG M. Fatkhul Mubin, Dessy Maria Hanum Staf Pengajar Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS Abstraks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Oleh : NIKI FEBRIANI F 100 090 100 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Lebih terperinci