MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI"

Transkripsi

1 MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Rahila Junika Tanjungsari NIM E

3 ABSTRAK RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI. Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan ELLYN K. DAMAYANTI. Revitalisasi konservasi untuk kemandirian kesehatan dapat dicapai dengan pembentukkan kampung konservasi contohnya Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, berupa pemanfaatan tumbuhan obat, dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara open-ended, studi literatur, dan observasi lapang. Hasil menunjukkan terdapat 152 jenis tumbuhan obat dari 57 famili yang dimanfaatkan, dengan famili tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah Zingiberaceae dan Asteraceae. Hasil perhitungan Index of Cultural Significance (ICS) menunjukkan jenis yang pemanfaatannya tertinggi, yaitu jahe merah (Zingiber officinale), temulawak (Curcuma xantorrizha), dadap (Erythrina lithosperma), sambiloto (Andrographis paniculata), suji (Dracaena angustifolia), sirih (Piper betle), sembung (Blumea balsamifera), kencur (Kaempferia galanga), lempuyang (Zingiber aromaticum), dan kunyit (Curcuma domestica). Pencanganan Kampung Konservasi Gunung Leutik memberikan dampak positif bagi kesehatan dan ekonomi masyarakat. Kata kunci: kampung konservasi TOGA, pemanfaatan, tumbuhan obat. ABSTRACT RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI. Benefit of Family Medicinal Plant (TOGA) Conservation Kampoong of Gunung Leutik, Benteng Village Ciampea Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD dan ELLYN K. DAMAYANTI. Conservation revitalization for health endurance can be achieved by establishing a conservation village such as Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. The purposes of this research are to identify the benefit of Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik in the form medicinal plants utilization, and the impacts of its existence to local people s health and economy. Methods used in this research was open-ended interview, literature study, and observation. The result shows that there are 152 medicinal plant species from 57 families that are utilized by the local people and most of them are from Zingiberaceae and Asteraceae families. Index of Cultural Significance (ICS) calculation shows the most utilized plants are ginger (Zingiber officinale), temulawak (Curcuma xantorrizha), dadap (Erythrina lithosperma), sambiloto (Andrographis paniculata), suji (Dracaena angustifolia), sirih (Piper betle), sembung (Blumea balsamifera), kencur (Kaempferia galanga), lempuyang (Zingiber aromaticum), and kunyit (Curcuma domestica). Benefits of these medicinal plants are for spices and daily disease treatment. The existence of Kampung Konservasi Gunung Leutik gives positive impacts for local people health and economy. Keywords: TOGA conservation kampoong, medicinal plant, utilization

4 MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

5

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2014 ini adalah manfaat kampung konservasi, dengan judul Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A. M. Zuhud, MS dan Ibu Ellyn K. Damayanti, SHut, MSi, PhDAgr selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Sekaryati, Bapak Bukhari, masyarakat Kampung Gunung Leutik, petugas kelurahan Desa Benteng, dan petugas Puskesmas Ciampea yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahahnda Bapak Yanto Pahroji, ibunda Upit Sarimanah, adik Habib Salman Giffari dan Kania Kamaratih Cantika, serta seluruh keluarga, dosen, staf DKSHE, sahabat Nepenthes rafflesiana 47, Kelompok Pemerhati Flora, teman-teman Fast Track 47 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Rahila Junika Tanjungsari

7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Alat dan Bahan 2 Prosedur Pengumpulan Data 2 Jenis Data yang Dikumpulkan 3 Metode Pengumpulan Data 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8 Karakteristik Informan 10 Pemanfaatan Tumbuhan Obat 12 Manfaat Kampung Konservasi TOGA 20 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 27

8 DAFTAR TABEL 1 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian 3 2 Kriteria dan nilai kepentingan penggunaan 7 3 Kriteria dan nilai intensitas penggunaaan 7 4 Kriteria dan nilai ekslusivitas penggunaan 8 5 Persentase penduduk berdasarkan etnis 9 6 Jenis famili tumbuhan obat yang banyak digunakan 13 7 Cara pengolahan tumbuhan obat 16 8 Jenis tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi 18 9 Jenis penyakit yang diderita masyarakat 23 DAFTAR GAMBAR 1 Struktur umur informan 11 2 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan tingkat pendidikan 11 3 Sumber pengetahuan informan 12 4 Habitus tumbuhan obat yang digunakan 14 5 Kondisi penyebaran tumbuhan obat 17 6 Jahe merah (Zingiber officinale) dan temulawak (Curcuma xantorrizha) 19 7 Dadap (Erythrina lithosperma) dan sambiloto (Andrographis paniculata) 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Rekapitulasi tumbuhan obat beserta karakteristiknya 27 2 Index kepentingan budaya setiap jenis tumbuhan obat 36 3 Ramuan tumbuhan obat yang digunakan informan 56

9 PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan obat dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan oleh masyarakat, karena mahalnya dan sulitnya akses untuk mendapatkan obat-obatan modern. Akses terhadap obat-obatan dan pengobatan modern hanya dapat diakses oleh kalangan masyarakat yang mampu. World Health Organization (WHO) menduga bahwa mayoritas masyarakat di kebanyakan negara non-industri masih mengandalkan bentuk pengobatan tradisional untuk menjaga kesehatan sehari-hari. Masyarakat diberbagai Negara sekitar 80-90% termasuk dalam kategori ini. Tumbuhan obat dan produk obat dari hewan, merupakan bentuk dari materi pengobatan tradisional (Bodeker 2000). Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Masyarakat perkampungan di negara berkembang, mayoritas bergantung pada biodiversitas sebagai mata pencaharian, memenuhi kebutuhan nutrisi dan kesehatan mereka. Perubahan lahan hutan menjadi pertanian, dalam jangka pendek mempertinggi kondisi nutrisi atau konsumsi dari beberapa orang, namun menyebabkan hilangnya tanaman obat penting dan dapat memunculkan penyakit akibat ketidakseimbangan ekosistem (Bodeker 2005). Gerakan revitalisasi digambarkan dalam pengetahuan pengobatan tradisional untuk dikembangkan secara terintegrasi dalam proyek perawatan kesehatan modern dan tradisional. Program konservasi dan holtikultura muncul sebagai komponen vital dalam revitalisasi tradisi kesehatan atau pengobatan lokal. Pengetahuan tradisional dapat menjadi poin untuk memulai yang fundamental dalam straregi konservasi (Bodeker 2000). Gerakan revitalisasi ini dapat dilakukan dengan pembentukkan kampung konservasi. Salah satu contoh kampung konservasi yang telah dibentuk adalah Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik yang terletak di Desa Benteng Ciampea Bogor. Kampung ini berada di sekitar kampus IPB Darmaga yang merupakan kampung percontohan pemanfatan TOGA. Adanya TOGA memudahkan masyarakat mendapatkan sumber obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit dengan cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan TOGA dapat dengan mudah ditemukan di sekitar lingkungan tempat tinggal dan tepat pengobatannya, karena TOGA memiliki khasiat dalam mengobati penyakit. Potensi yang dimiliki oleh Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik yaitu, sebanyak 216 spesies tumbuhan obat dari 70 famili (Rosmiati 2010). Jenis-jenis tumbuhan obat tersebut beberapa sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengobati penyakit. Mengingat pentingnya manfaat TOGA untuk masyarakat maka perlu adanya pengembangan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik sebagai strategi konservasi jenis tumbuhan obat agar dapat dilakukan pemanfaatan secara berkelanjutan dan masyarakat dapat mandiri dalam aspek kesehatan. Pengembangan jenis-jenis komersil tumbuhan obat yang digunakan sebagai ramuan atau bahan baku obat juga dapat dikembangkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan obat dan

10 2 dampaknya terhadap kesehatan, identifikasi manfaat pembentukan kampung konservasi, serta karakteristik tumbuhan obat berdasarkan kepentingan budaya, penyebaran di alam, status dan sifat pemanfaatannya perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi manfaat Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, berupa pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan kepentingan budaya, penyebaran di alam, status dan sifat pemanfaatan, dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat. Manfaat Penelitian Data, informasi, dan hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat lain mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dan jenis-jenis tumbuhan obat yang komersial untuk dijual. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk melakukan pemberdayaan masyarakat yang mandiri kesehatan sekaligus masyarakat dapat secara langsung ikut mengkonservasi jenisjenis tumbuhan obat agar dapat dilakukan pemanfaatan secara berkelanjutan. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret April Pengolahan dan analisis data dilaksanakan selama 2 bulan yaitu, pada Juni Juli Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, kalkulator, panduan wawancara, label, dan tumbuhan obat yang ada di sekitar Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Prosedur Pengumpulan Data Peneltian ini meliputi studi literatur, wawancara dengan masyarakat untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat dan bentuk pengolahannya, dan survei lapangan untuk melihat kondisi di lapangan tumbuhan obat yang dimanfaatkan.

11 3 Jenis Data yang Dikumpulkan Tabel 1 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian No Jenis Data Uraian Sumber Data Metode 1. Kondisi umum 1. Sejarah pembentukkan kampung konservasi TOGA 2. Manfaat pembentukkan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik 2. Karakteristik Informan 3. Pemanfaatan tumbuhan obat 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Etnis 1. Sumber pengetahuan 2. Tumbuhan yang dimanfaatkan 3. Bagian yang dimanfaatkan 4. Kondisi tumbuhan yang dimanfaatkan 5. Cara memperoleh 6. Cara pemanfaatan/ peramuan 7. Manfaat selain menjadi tumbuhan obat 8. Sifat Pemanfaatan tumbuhan obat 9. Pengobatan pasien Masyarakat Kampung Gunung Leutik, Pegawai Balai Desa Masyarakat Kampung Gunung Leutik Masyarakat Kampung Gunung Leutik Wawancara, studi literatur (arsip Desa Benteng). Wawancara Wawancara dan observasi lapang Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk adalah: pengumpulan data dalam penelitian ini Studi Literatur Metode ini digunakan untuk mencari dan mengkaji informasi tentang pengembangan TOGA dan pemanfaatannya dari berbagai literatur, seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal nasional dan internasional mengenai etnobotani dan tumbuhan obat. Literatur digunakan sebagai referensi, acuan, dan tambahan informasi untuk melengkapi data yang diperoleh. Wawancara Wawancara dilakukan kepada masyarakat dan kader yang berada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik tentang pemanfaatan TOGA dan manfaat yang dirasakan dengan dicanangkannya Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara semi terstruktur dengan metode open-ended secara mendalam. Teknik penarikan

12 4 contoh menggunakan metode snowball. Metode ini dilakukan dengan menentukan informan kunci (key person) yang secara langsung memanfaatkan tumbuhan obat keluarga (TOGA) dan menjadi kader di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Selanjutnya, informan kunci menyarankan orang berikutnya yang dianggap memiliki pengetahuan dan menggunakan tumbuhan obat untuk dijadikan informan. Informan selanjutnya berdasarkan rekomendasi dari informan sebelumnya. Wawancara dihentikan ketika data dan informasi yang didapatkan sudah jenuh dan tidak ada lagi penambahan informasi. Observasi Lapang Metode observasi lapang dilakukan untuk memverifikasi jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati tumbuhan obat yang dimanfaatkan baik dari habitat, cara budidaya dan cara pemanfaatan. Analisis Data Hubungan antara Lamanya Menempuh Pendidikan dengan Pengetahuan Tumbuhan Obat Metode korelasi Spearman Rank (rho) digunakan untuk mencari hubungan antara lamanya menempuh pendidikan dengan pengetahuan tumbuhan obat. Rumus korelasi Spearman Rank (rho) adalah sebagai berikut: r s = 1 6Σd 2 n (n 2 1) Keterangan: r s = Nilai korelasi Spearman Rank d 2 = Selisih setiap pasangan Rank n = Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5 <n <30) Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H1 : Terdapat hubungan antara lamanya informan menempuh pendidikan dengan pengetahuan informan mengenai tumbuhan obat. H0 : Tidak terdapat hubungan antara lamanya informan menempuh pendidikan dengan pengetahuan informan mengenai tumbuhan obat. Selang kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga tingkat signifikansi Jika r hitung > r tabel maka terima H1 dan jika r hitung < r tabel maka terima H0. Nilai r menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi. Apabila r bernilai 0, maka tidak ada korelasi. Jika r bernilai 1.00 atau maka terdapat korelasi sempurna atau hubungan antar variabel tinggi (Supranto 2009). Sumber Pengetahuan Pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan obat didapatkan dari berbagai sumber. Sumber pengetahuan tersebut dapat berasal dari turun temurun, media cetak, media elektronik, orang lain, penyuluhan, dan lain

13 5 sebagainya. Persentase sumber pengetahuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % Sumber Pengetahuan= Σs n 100% Σb n Keterangan: Sn = jumlah spesies tumbuhan obat yang diketahui melalui sumber pengetahuan tertentu bn = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat Karakteristik Tumbuhan Obat Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan dikelompokkan berdasarkan famili. Famili tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % famili = Σf n 100% Σb n Keterangan: fn = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili tertentu bn = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat Spesies-spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat dikelompokkan 7 (tujuh) macam habitus, yaitu bambu, terna, herba, Iiana, perdu, pohon, dan semak (Zuhud et al. 2011). Persentase habitus dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % Habitus = Σh n Σb n 100% Keterangan: hn = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam habitus tertentu bn = jumlah total seluruh habitus tumbuhan obat Bagian Tumbuhan yang Digunakan Bagian yang digunakan dari tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik terbagi menjadi, akar, rimpang, umbi, umbi lapis, daun, bunga, buah, kulit buah, kulit batang, batang kayu, herba, minyak atau biji. Persentase bagian yang digunakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: % ji= Σ (j i1 +j i2 + j i3 +j i4 + +j in ) 100% Σi Keterangan: j = jumlah bagian dari tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat i = jumlah total seluruh bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Catatan: Satu spesies tumbuhan obat memungkinkan beberapa bagiannya digunakan sebagai obat. Cara Pengolahan Tumbuhan Obat Pemanfaatan tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik di klasifikasikan ke dalam berbagai cara pengolahan. Persentase cara pengolahan tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

14 6 % Cara pengolahan= Σi Σj 100% Keterangan: i = jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan dengan cara pengolahan tertentu j = jumlah total seluruh cara pengolahan tumbuhan obat Catatan: Satu spesies tumbuhan obat memungkinkan untuk digunakan dengan beberapa cara pengolahan Kondisi Penyebaran Tumbuhan dan Status Tumbuhan Obat di Alam Tumbuhan obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik menyebar pada beberapa tipe habitat yang ada di kampung tersebut. Kondisi penyebaran tumbuhan dianalisis menggunakan persentasi sebagai berikut: % Kondisi penyebaran tumbuhan= ΣKp n ΣKP 100% Keterangan Kpn = Jumlah spesies tumbuhan obat yang menyebar pada habitat tertentu KP = Jumlah total seluruh habitat tumbuhan obat Catatan: Satu spesies tumbuhan obat memungkinkan untuk tumbuh di beberapa tipe habitat. Status tumbuhan obat di alam terdiri dari kategori liar, semidomestika dan domestika. Kategori liar artinya tumbuhan tumbuh alami secara liar. Kategori semidomestika artinya tumbuhan sebagian dibudidayakan dan sebagian masih ada dalam kondisi liar. Kategori domestika artinya tumbuhan hanya ada dalam kondisi budidaya. Status tumbuhan obat di alam dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % Status di alam= ΣSa n ΣSa 100% Keterangan: San = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk kategori status di alam tertentu. Sa = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat. Sifat Pemanfaatan Sifat pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu subsisten, komersial, subsisten-komersial. Kategori subsisten artinya masyarakat memanfaatkan jenis tumbuhan sesuai kebutuhan untuk dikonsumsi sendiri. Kategori komersial artinya masyarakat telah memanfaatkan jenis tumbuhan untuk mendapat keuntungan finansial. Kategori subsisten-komersial artinya masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan mendapat keuntungan finansial. Sifat pemanfaatan dari tumbuhan dianalisis dengan menggunakan persentasi dibawah ini: % Sifat pemanfaatan= ΣSPe n ΣPe 100%

15 7 Keterangan: Spen = jumlah spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam kategori sifat pemanfaatan tertentu SPe = jumlah total seluruh spesies tumbuhan obat Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance) Menurut Turner (1988) yang dimodifikasi oleh Purwanto (2002) dalam Kartikawati (2004) Index Kepentingan Budaya dapat dikategorikan menjadi: a. Kepentingan Penggunaan (Quality of use) Index ini berdasarkan variasi dari berbagai sifat penggunaan jenis tumbuhan dengan menggunakan skor. Tabel 2 Kriteria dan nilai kepentingan penggunaan Nilai Kriteria 5 Bahan makanan pokok. 4 Bahan makanan sekunder (akar, batang, buah, umbi, daun, bunga, minuman) dan material pokok (kayu untuk konstruksi, kayu bakar, serat untuk tali temali, kerajianan tangan, teknologi sederhana). 3 Penggunanan lainnya yang berkaitan dengan makanan (perasa, pemanis, pembungkus, pakan, stimulant, dll), material sekunder (penyamak, pengawet, pewangi, pewarna, getah, kosmetik, dll) dan obat-obatan. 2 Ritual, mitologi, rekreasi/tanaman hias. 1 Tumbuhan yang dikenal namun tidak digunakan secara khusus atau dianggap istimewa dalam hal apapun. b. Intensitas Penggunaan (Intensity of use) Penilaian berdasarkan pengaruh penggunaan jenis tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu masyarakat. Tabel 3 Kriteria dan nilai intensitas penggunaaan Nilai Kriteria 5 Intensitas tinggi (very high intensity) : sangat berpengaruh terhadap pola hidup harian atau tahunan; tumbuhan seringkali dengan sengaja dipelihara melalui modifikasi habitat; meramu atau perdagangan produk tumbuhan sebagai kegiatan budaya primer. 4 Intensitas penggunaan cukup tinggi (moderately high use intensity); sering dicari/digunakan dan seringkali mempengaruhi kegiatan budaya harian dan atau perdagangan. 3 Intensitas penggunaan menengah (medium use intensity); secara teratur dicari; terkadang mempengaruhi pola hidup harian atau musiman; meramu dan atau perladangan merupakan kegiatan budaya yang relatif sering dilakukan. 2 Intensitas penggunaan rendah (low use intensity); terkadang digunakan; dampak terhadap pola hidup harian atau musiman rendah. 1 Intensitas penggunaan minimal (minimal use intensity); jarang digunakan dan dampak terhadap pola hidup harian atau musiman dapat diabaikan.

16 8 c. Eksklusivitas Penggunaan (Exclusivity of use) Penilaian tergantung dari tingkat jenis tumbuhan tersebut lebih disenangi daripada jenis tumbuhan lain. Tabel 4 Kriteria dan nilai ekslusivitas penggunaan Nilai Kriteria 2 Jenis tumbuhan yang paling dipilih dalam peran budaya tertentu. 1 Salah satu dari banyak jenis tumbuhan yang dipilih dengan eksklusivitas rata-rata (digunakan untuk sebagian besar penggunaan). 0.5 Sumber sekunder dengan eksklusivitas rendah dalam peran budaya tertentu. Index Kepentingan Budaya dihitung dengan menggunakan rumus: ICS=(q 1 + i 1 +e 1 ) 1 + (q 2 + i 2 +e 2 ) 2 + +(q n + i n +e n ) n Keterangan : ICS : Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance) q : Nilai Kualitas i : Nilai Intensitas e : Nilai Eksklusivitas Nilai ICS kemudian dikelompokkan menjadi tiga selang nilai dan diberi skor berdasarkan kepentingan budayanya, yaitu: Skor 3: nilai ICS termasuk kategori tumbuhan yang sangat penting dalam budaya tertentu. Skor 2: nilai ICS termasuk kategori tumbuhan yang penting dalam budaya tertentu. Skor 1: nilai ICS 3 68 termasuk kategori tumbuhan yang kurang penting dalam budaya tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Administrasi dan Demografi Kampung Gunung Leutik berada di Desa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Desa Benteng merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam desa lingkar kampus IPB. Luas Desa Benteng adalah ha dengan berbagai penggunaan lahan, seperti pemukiman, persawahan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Desa Benteng terbagi menjadi tujuh RW, yang mana Kampung Gunung Leutik termasuk RW 5. Desa Benteng berbatasan dengan: Sebelah utara Sebelah selatan : Desa Ranca Bungur, Kecamatan Ranca Bungur : Desa Bojong Rangkas dan Cibanteng, Kecamatan Ciampea

17 9 Sebelah timur : Kampus IPB, Kecamatan Dramaga Sebelah barat : Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea Jumlah penduduk Desa Benteng menurut data terakhir pada Mei 2014 adalah jiwa dengan laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak KK. Sebanyak 20% masyarakat Desa Benteng berada di Kampung Gunung Leutik. Jumlah penduduk Kampung Gunung Leutik adalah jiwa, dengan laki-laki sejumlah jiwa, perempuan jiwa, dan 673 KK. Mata pencaharian penduduk Desa Benteng terdiri dari petani, buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang, pembantu rumah tangga, dan pensiunan. Penduduk Desa Benteng sebagian besar merupakan warga lokal (92%), tetapi terdapat juga warga pendatang sebanyak 8%. Sebagian besar etnis yang tinggal di Desa Benteng adalah Sunda (Tabel 5). Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Benteng sebagian besar adalah Islam (84%), tetapi ada juga yang menganut agama lain, seperti Kristen (5%), Katholik (5%), Hindu (1%), Budha (2%) dan Konghuchu (3%). Tabel 5 Persentase penduduk berdasarkan etnis Etnis Persentase (%) Sunda 92.4 Jawa 2.8 Betawi 2.2 Melayu 2.0 Minang 0.1 Etnis Lain 0.6 Total 100 Sumber: Data Desa Benteng Sejarah Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik diawali dengan dibentuknya Kelompok TOGA pada tahun Tahap awal, yaitu warga dan mahasiswa IPB melakukan pendataan setiap tumbuhan obat yang ada di setiap rumah warga di Kampung Gunung Leutik. Selanjutnya, warga dan pihak dari IPB melakuan Diskusi Kelompok Terfokus/ Focussed Grup Discussion (FGD) mengenai tumbuhan obat yang ada di setiap rumah, manfaat yang diketahui masyarakat, sampai cara pengolahan tumbuhan obat. Beberapa orang dari Kampung Gunung Leutik mengikuti pelatihan di Fakultas Kehutanan yang diadakan oleh Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan (BKKT) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan IPB. Pelatihan tersebut membahas mengenai konservasi TOGA dan pengenalan jenis-jenis TOGA. Pelatihan tersebut diikuti juga oleh peserta dari Kampung Carangpulang, Kampung Cangkrang, dan Kampung Pabuaran Sawah. Desa di mana kampung-kampung tersebut berada termasuk ke dalam desa lingkar kampus. Total peserta adalah 40 peserta yang mana masing-masing kampung diwakili oleh 10 peserta (Zuhud 2009). Setelah pelatihan, selanjutnya dibentuk Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari dengan ketua pertama Bapak RM. Yusuf, sekretaris Bapak Dedi Sukardi, Bendahara Bapak Keji, dan pengelola Ibu Sekaryati. Kelompok tersebut dibina oleh BKKT-DKSHE Fakultas Kehutanan IPB. Menurut Zuhud et al. (2011)

18 10 pemilihan kader TOGA didasarkan pada minat responden terhadap TOGA. Setelah itu kelompok secara mandiri melakukan sosialisasi secara lebih menyeluruh mengenai tumbuhan obat ke masyarakat. Pembentukkan Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari diikuti dengan dibangunnya kebun TOGA. Kebun TOGA merupakan kebun yang berisi koleksi berbagai tumbuhan obat. Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari juga diberi pelatihan pengolahan tumbuhan obat, seperti jahe merah instan, temulawak instan, dan lain sebagainya. Program TOGA memberikan bahan dan peralatan kepada tiap kelompok kader TOGA, berupa peralatan sederhana dalam pembuatan produk tumbuhan obat skala rumah tangga/home industry, yang diharapkan mampu menunjang ekonomi masyarakat (Zuhud et al. 2011). Produksi pertama, yaitu pembuatan bandrek yang dijual di warung-warung dan akhirnya dapat menambah penghasilan Ibu Sekaryati. Setelah ide yang digagas Ibu Sekaryati, masyarakat lainnya ikut membuat produk. Publikasi tentang Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik dilakukan oleh BKKT, berupa pembuatan dan penayangan short movie dan cuplikan wawancara yang bekerjasama dengan beberapa stasiun televisi swasta dan penerbitan artikel di majalah dan media massa nasional. Setelah itu kelompok TOGA digabung dengan Posdaya Benteng Harapan. Posdaya tersebut memiliki program Observasi Study Tour. Melalui tayangan di televisi, penerbitan artikel di media massa dan adanya program dari Posdaya, Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik berkembang dan dikenal berbagai pihak. Orang banyak berdatangan dari luar kota ke Kampung Gunung Leutik, karena kampung ini memiliki keunggulan tumbuhan obat. Program tersebut merupakan ajang promosi dan melakukan pembibitan, sehingga menambah koleksi tumbuhan menjadi 170 jenis. Jenis yang ditanam merupakan jenis-jenis tumbuhan lokal. Survei dilakukan ke lokasi-lokasi yang memiliki potensi tumbuhan obat di sekitar Kampung Gunung Leutik untuk mengidentifikasi tumbuhan obat dan selanjutnya diambil dan dibudidayakan di kebun TOGA. Salah satu hal penting dalam pengembangan program TOGA adalah pemahaman dalam pembudidayaan tumbuhan obat. Budidaya TOGA dibutuhkan untuk menunjang keberlanjutan pemanfaatan TOGA (Zuhud et al. 2011). Kelompok TOGA Bina Sehat Lestari ini telah mendapatkan penghargaan, berupa piagam perak dan bantuan dari Dikti untuk pembangunan kebun TOGA. Produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat ada yang sudah memiliki prestasi di tingkat Internasional, yaitu di Singapura pada tahun Saat ini, salah satu produk unggulan dari Gunung Leutik akan diproduksi dalam skala besar yang bekerja sama dengan Agrisocio. Karakteristik Informan Jenis Kelamin dan Struktur Umur Informan Jumlah informan yang diwawancarai adalah 22 orang. Sebagian besar informan adalah etnis Sunda, yaitu 82% dan 18% sisanya berasal dari Etnis Jawa dan Minang. Komposisi jenis kelamin informan, yaitu 16 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik kecenderungan pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat dimiliki oleh perempuan, karena sebagai ibu rumah tangga, perempuan sering menggunakan tumbuhan obat untuk

19 Jahri Tebe Nur Juariah Yani Hafifah Sani Nuraeni Hesti Nana Neni Dina Wati Imas Yeti Sekaryati Cicih Syamsuar Bukhari Dedi Hadi Nugrahaeni Jumlah TO Jumlah (orang) 11 kepentingan keluarganya. Selain itu, Kelompok TOGA yang ada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik mayoritas anggotanya merupakan perempuan. Keikutsertaan di kelompok TOGA memberikan pengetahuan yang lebih tentang pemanfaatan tumbuhan obat. Informan mayoritas berumur antara tahun (Gambar 1). Selang umur tersebut termasuk selang umur produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2014) karakteristik penduduk selang umur produktif adalah pada selang umur tahun >80 Selang Kelas Umur Gambar 1 Struktur umur informan Tingkat Pendidikan Informan dan Pengetahuan Tumbuhan Obat Tingkat pendidikan informan yang diwawancarai cukup beragam. Sebagian besar tingkat pendidikan informan adalah Sekolah Dasar (SD), yaitu sebanyak 45%. Tingkat pendidikan lainnya, yaitu SMA/SMK 23%, SMP 18%, Diploma 5%, Sarjana 5%, dan tidak bersekolah 5%. Uji korelasi Spearman-rank dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lamanya menempuh pendidikan dengan pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Berdasarkan perhitungan korelasi Spearman-rank diperoleh hasil nilai r hitung = dan r tabel = 0.428, sehingga terima H0. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan yang ditunjukkan oleh lamanya menempuh pendidikan dengan pengetahuan mengenai jenis tumbuhan obat. Nilai r atau rho menunjukkan tingkat kereratan hubungan antar variabel. Nilai r = menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai tumbuhan obat sangat rendah Tidak Bersekolah SD SMP SMA/SMK D3S1 Tingkat Pendidikan Gambar 2 Jumlah tumbuhan obat berdasarkan tingkat pendidikan

20 12 Berdasarkan Gambar 2, dapat terlihat bahwa pengetahuan tumbuhan obat yang dimiliki oleh informan dari berbagai tingkat pendidikan cukup beragam. Tingkat pendidikan yang tinggi tidak menghasilkan pengetahuan mengenai tumbuhan obat tinggi pula, begitu pun sebaliknya. Hal tersebut telah diperkuat oleh hasil uji korelasi Spearman Rank di atas. Sumber Pengetahuan Pengetahuan masyarakat Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar sumber pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan obat berasal dari orang tua yang diwariskan secara turun temurun, yaitu sebanyak 55%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pewarisan pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan obat secara turun temurun masih terjaga di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik. Menurut Purwanto (tahun tidak diketahui) sistem pengetahuan lokal demikian umumnya dipelajari secara in-situ dari generasi ke generasi. Pengetahuan lokal diajarkan oleh orang tua sejak dini mulai dari anakanak hingga mampu mengadopsi dengan sendirinya perkembangan yang ada disekelilingnya. Distribusi pengetahuan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Terdapat sejumlah faktor dalam masyarakat yang mempengaruhi distribusi pengetahuan diantara individu-individu, salah satu faktor sosial yang umum adalah gender. Persentase sumber pengetahuan informan disajikan pada Gambar 3: media elektronik 1% penyuluhan 15% media cetak 12% orang 17% turun temurun 55% Gambar 3 Sumber pengetahuan informan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Karakteristik Tumbuhan Obat yang Digunakan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, jenis tumbuhan obat yang digunakan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik sebanyak 152 jenis dari 57 Famili. Penggunaan jenis tumbuhan obat sebagai alternatif pengobatan masyarakat cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 setelah pencanangan kampung Gunung Leutik sebagai kampung konservasi TOGA. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2010) mengungkapkan bahwa jenis

21 13 tumbuhan obat yang digunakan di Kampung Gunung Leutik adalah 47 jenis dari 23 famili. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencanangan Kampung Gunung Leutik sebagai kampung konservasi TOGA memberikan manfaat, berupa peningkatan pemahaman dan pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan di sekitar Kampung Gunung Leutik yang sebelumnya tidak pernah dimanfaatkan dan pembudidayaan jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat lainnya. Persentase lima besar famili tumbuhan obat yang banyak digunakan tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Famili tumbuhan obat yang banyak digunakan No Famili Jumlah TO Persentase 1 Zingiberaceae Asteraceae Fabaceae Poaceae Euphorbiaceae Berdasarkan Tabel 6, famili tumbuhan obat yang banyak digunakan adalah dari famili Zingiberaceae. Famili Zingiberaceae banyak digunakan informan, karena selain berkhasiat sebagai obat, jenis-jenis dari famili Zingiberaceae banyak digunakan sebagai bumbu masak. Laurence (1964) menyatakan bahwa akar tumbuhan famili Zingiberaceae dapat digunakan sebagai ekstrak rasa, sebagai bumbu, untuk minyak wangi yang digunakan dalam parfum, dan untuk ornamental, atau tumbuhan hias. Famili Zingiberaceae umumnya memiliki khasiat untuk mengobati demam, anorexia, permasalahan peredaran darah, perut kembung, diabetes, rematik pembengkakan hati dan semua indikasi mengenai permasalahan saluran pernafasan, seperti asma dan batuk (Remadevi et al. 2004). Menurut informan, famili Zingiberaceae bermanfaat sebagai bumbu masak dan mengobati berbagai penyakit seperti, menghangatkan tubuh, penyakit saluran pernafasan, perawatan sehabis melahirkan, perawatan tubuh, pegal-pegal, masuk angin, kembung, meriang, sakit kepala, penyakit saluran pencernaan, kanker, asam urat, flu, luka memar, keseleo, jantung, tumor, cacingan, liver, dan jantung. Famili tumbuhan obat lainnya yang digunakan oleh informan, yaitu famili Asteraceae. Menurut Fahmi et al. (tahun tidak diketahui) famili Asteraceae memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai tanaman obat, tanaman hias dan sebagai sayuran. Manfaat tumbuhan obat dari famili Asteraceae berdasarkan wawancara informan adalah untuk mengobati batu ginjal, kencing batu, bisul, diabetes, demam, jantung, meningkatkan stamina, maag, perawatan sehabis melahirkan, keputihan, muntah darah, luka, pelangsing, penumbuh rambut, struk, dan kanker. Menurut ilmu kemotaksonomi, tumbuhan dalam suku yang sama mengandung senyawa dengan kerangka struktur kimia sama, sehingga berpotensi memiliki aktivitas biologis yang sama (Tringali 2001 dalam Syukur et al. 2011). Beberapa tumbuhan dari famili Fabaceae bermanfaat sebagai obat. Menurut infoman, manfaat tumbuhan obat dari famili Fabaceae adalah mengobati ambeien, disentri, cacingan, diabetes, pengencer darah, gatal-gatal, mata, panas dalam, sariawan, usus buntu, pelangsing, meredakan demam, dan batuk. Syukur et al. (2011) menyatakan bahwa sebagian besar tanaman Fabaceae mengandung

22 Persentase 14 senyawa flavonoid yang efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan mencegah pembentukan anion superoksida. Famili Poaceae memiliki manfaat sebagai penghasil pakan ternak, bahan kertas, makanan, bangunan, minyak atsiri, gula, dan obat tradisional (Solikin 2004). Umumnya, informan menggunakan tumbuhan dari Famili Poaceae untuk mengobati batuk, liver, panas dalam, pegal-pegal, meningkatkan stamina, rematik, obat luar, radang sendi, asam urat. Beberapa jenis tumbuhan dari famili Poaceae juga memiliki manfaat sebagai bumbu masak. Famili tumbuhan obat lainnya yang banyak digunakan informan adalah famili Euphorbiaceae. Menurut informan, manfaat tumbuhan obat dari famili Euphorbiaceae, yaitu untuk mengobati kembung, sakit gigi, menambah nafsu makan, demam, maag, luka, meningkatkan daya tahan tubuh, patah tulang, pegalpegal, keseleo, dan pelancar ASI. Pemanfaatan Euporbiaceae yang telah dilakukan antara lain, sebagai bahan biodiesel dan bahan obat tradisional (Suryawan et al. 2013). Djawarningsih (2007) diacu dalam Suryawan et al. (2013) menyatakan terdapat 148 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat tradisional dari suku Euporbiaceae. Karakteristik tumbuhan obat lainnya adalah habitus. Habitus tumbuhan merupakan bentuk perawakan tumbuhan. Jenis-jenis habitus tumbuhan obat yang ada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik terdiri dari pohon, perdu, herba, semak, liana, dan bambu. Berikut merupakan habitus tumbuhan obat yang digunakan: Gambar 4 Habitus tumbuhan obat yang digunakan Herba Pohon Semak Perdu Liana Bambu Pada Gambar 4, terlihat bahwa habitus tumbuhan yang paling banyak digunakan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik adalah herba (33.6%). Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan yang memiliki habitus herba adalah jahe merah (Zingiber officinale). Habitus herba tidak membutuhkan ruang yang luas untuk ditanam, selain itu habitus herba membutuhkan perlakuan dan perawatan yang mudah. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak digunakan selain herba adalah pohon (23.7%). Pohon memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tumbuhan obat dan potensial untuk diambil kayunya. Pohon dengan habitus lainnya merupakan satu kesatuan bentuk hidup tumbuhan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan (Damayanti 1999). Liana, tumbuhan memanjat dan tumbuhan bawah memerlukan pohon sebagai penaungnya. Habitus pohon menjadi pemanfaatan cukup banyak, karena banyaknya bagian dari pohon yang bisa dimanfaatkan, seperti buah, daun, akar, batang dan biji.

23 15 Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan Tumbuhan pada umumnya terdiri dari bagian akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji. Terdapat jenis-jenis tumbuhan obat yang hanya beberapa bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tetapi adapula jenis-jenis tumbuhan obat yang keseluruhan bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat, yaitu akar, batang, daun. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh informan dikelompokkan ke dalam daun (46.4%), batang (14.4%), buah (12.4%), rimpang (6.2%), bunga (3.8%), kulit batang (3.8%), akar (2.9%), herba (2.4%), biji (2.4%), getah (1.9%), umbi (1.4%), umbi lapis (1.0%), kulit buah (0.5%), dan rebung (0.5%). Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 46.2%. Daun merupakan tempat pengolahan makanan yang berfungsi sebagai obat, mudah diperoleh, mudah dibuat atau diramu sebagai obat dibandingkan dengan bagian-bagian tumbuhan yang lainnya (Hamzari 2008). Daun merupakan salah satu bagian penting dari suatu tumbuhan, karena proses fotosintesis terjadi pada bagian daun sehingga unsur hara yang menjadi khasiat obat banyak terdapat pada bagian daun. Contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan daunnya sebagai obat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik adalah sembung, dadap, saga manis, dan lain sebagainya. Cara Pengolahan dan Pemakaian Tumbuhan Obat Tumbuhan obat yang akan dikonsumsi atau digunakan terlebih dahulu diolah dengan berbagai cara, agar ekstrak atau bahan aktif keluar dan efektif digunakan. Pengolahan tumbuhan obat dikelompokkan menjadi pengolahan dengan cara direbus, ditumbuk, diremas, tanpa pengolahan, dibuat teh (daun dikeringkan lalu disangrai), dicampur masakan atau minuman, disayur atau ditumis, diseduh, dan diasap. Pengolahan dengan cara direbus artinya tumbuhan obat direbus dalam air sampai mendidih lalu dikonsumsi air rebusannya. Sedangkan pengolahan dengan cara disayur atau dimasak artinya tumbuhan obat dibuat sayur atau ditumis. Pengolahan dengan cara ditumbuk artinya tumbuhan obat ditumbuk dengan menggunakan alat agar tumbuhan obat menjadi halus dan mudah digunakan. Sedangkan pengolahan dengan cara diremas artinya tumbuhan obat diremas menggunakan tangan sampai hancur. Pengolahan tumbuhan obat dengan cara dibuat teh artinya tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur atau dioven, kemudian disangrai. Setelah kering, tumbuhan obat kemudian diseduh. Sedangkan pengolahan obat dengan cara diseduh artinya tumbuhan obat dalam kondisi segar langsung diseduh dengan menggunakan air hangat. Pengolahan tumbuhan obat yang dilakukan oleh informan paling banyak dengan menggunakan cara direbus (48.1%). Pengolahan dengan cara direbus umum digunakan, karena pengolahan tersebut mudah dilakukan. Umumnya tumbuhan obat langsung direbus dalam kondisi segar dan langsung dikonsumsi. Terdapat beberapa tumbuhan obat dalam bentuk sediaan kering (simplisia) untuk digunakan dalam jangka waktu relatif lama. Pengeringan merupakan salah satu cara untuk menurunkan kadar air bahan sampai ketingkat yang diinginkan (Hernani dan Marwati 2012). Proses pengeringan dapat mencegah timbulnya

24 16 bakteri dan jamur pada sediaan, karena kadar air pada tumbuhan telah berkurang. Persentase cara pengolahan disajikan pada Tabel 7: Tabel 7 Cara pengolahan tumbuhan obat No Cara pengolahan Persentase 1 Direbus Ditumbuk Diremas Tanpa Pengolahan Dibuat teh Dicampur makanan atau minuman Dimasak Diseduh Diasap 1.1 Tumbuhan obat dikonsumsi dengan berbagai cara pemakaian. Sebanyak 49.7% tumbuhan obat yang telah diolah dikonsumsi dengan cara diminum. Umumnya tumbuhan obat yang diolah dengan cara direbus cara pemakaiannya dengan meminum air hasil rebusan. Cara pemakaian lainnya, yaitu dengan cara ditempelkan dan dioles, masing-masing sebanyak 18.1% dan 5.3%. Pemakaian dengan cara ditempelkan dan dioleskan dilakukan untuk mengobati luka luar atau penyakit kulit. Selanjutnya, cara pemakaian tumbuhan obat dengan dimakan dan dimakan langsung, yaitu sebanyak 9.4% dan 8.2%. Tumbuhan obat yang dikonsumsi dengan cara dimakan diolah terlebih dahulu, sedangkan dikonsumsi dengan cara dimakan langsung sebagai lalapan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Pemakaian dengan cara diteteskan sebanyak 4.0%. Pemakaian tumbuhan obat dengan cara diteteskan dilakukan untuk mengobati sakit mata. Cara pemakaian lainnya, yaitu sebanyak 5.3%. Pengolahan dan pemakaian tumbuhan obat tergantung dari bagian tumbuhan obat yang digunakan dan jenis penyakit yang diderita. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling mudah diolah dan dipakai. Kondisi Penyebaran Tumbuhan Obat dan Status Tumbuhan Obat di Alam Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik tersebar pada beberapa tipologi habitat yang dapat dikelompokan menjadi pekarangan, sawah, kebun, pinggir jalan, dan hutan. Penyebaran suatu tumbuhan tergantung dari status tumbuhan di alam. Tumbuhan obat menyebar paling banyak di pekarangan rumah, yaitu sebesar 47%. Di pekarangan rumah, biasanya terdapat jenis-jenis tumbuhan berbunga, pohon peneduh, dan TOGA. Hal tersebut menunjukkan bahwa informan Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik memanfaatkan lahan yang berada di sekitar tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan terhadap tumbuhan obat. Tumbuhan obat sebagai bahan tumbuhan yang ditanam atau tumbuh sendiri di pekarangan mudah diperoleh sehingga menghemat biaya dan tenaga. Menurut Zuhud (2009) umumnya tumbuhan obat yang terdapat di lahan pekarangan ditanam, karena kesadaran pentingnya apotek hidup di pekarangan rumah. Kondisi penyebaran tumbuhan obat disajikan pada Gambar 5:

25 17 kebun 16% pinggir jalan 9% hutan 7% sawah 21% pekarangan 47% Gambar 5 Kondisi penyebaran tumbuhan obat Status di alam adalah sifat tumbuhan yang tumbuh pada habitat tertentu, baik itu liar, semidomestika, dan domestika. Sebagian besar tumbuhan obat yang ada di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik merupakan tanaman obat yang telah dibudidayakan. Sebanyak 56.6% tumbuhan obat adalah domestik, artinya tumbuhan tersebut sudah banyak dibudidayakan masyarakat. Contoh jenis tanaman obat yang telah dibudidayakan masyarakat adalah jenis jahe merah (Zingiber officinale). Budidaya merupakan salah satu hal penting untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan manfaat dari suatu spesies (Zuhud 2009). Menurut Zuhud (2009), masyarakat Kampung Gunung Leutik membudidayakan tumbuhan obat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari. Tumbuhan obat yang termasuk kategori semidomestika, yaitu sebesar 24.3%, artinya tumbuhan tersebut dapat hidup secara liar atau budidaya. Contoh jenis tumbuhan obat yang termasuk kategori semidomestika adalah jenis sambiloto (Andographis paniculata). Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti dikebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab atau di pekarangan (Dalimartha 1999). Sambiloto banyak dimanfaatkan informan di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, sehingga beberapa warga membudidayakannya. Disamping itu, informan juga masih menggunakan tumbuhan obat yang termasuk kategori liar, yaitu sebesar 19.1%. Status tumbuhan obat di alam memiliki kaitan atau hubungan dengan kondisi penyebaran tumbuhan. Tumbuhan obat liar umumnya menyebar di manamana dan tumbuh secara alami. Penyebaran tumbuhan obat liar di Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik, yaitu di kebun, pinggir jalan, hutan, pekarangan dan sawah. Tumbuhan obat domestik umumnya menyebar pada habitat tertentu, misalnya di pekarangan dan kebun. Tumbuhan obat semidomestika, kondisi penyebarannya lebih luas dibanding tumbuhan obat domestik. Tumbuhan obat semidomestika dapat menyebar di pekarangan, kebun, sawah, hutan, dan pinggir jalan.

26 18 Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance) Index of Cultural Significance (ICS) atau Index Kepentingan Budaya merupakan suatu analisis etnobotani kuantitatif yang menunjukkan kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan berguna berdasarkan pada keperluan masyarakat (Munawaroh et al. 2011). Angka hasil perhitungan ICS menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis tumbuhan berguna oleh masyarakat. Nilai ICS didasarkan atas pemberian nilai atau skor pada kualitas, intensitas, dan ekslusifitas dari jenisjenis tumbuhan yang dimanfaatkan. Perhitungan ICS bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang paling penting bagi kehidupan masyarakat (Ajiningrum 2011). Hasil perhitungan 10 nilai ICS tertinggi dari jenis tumbuhan obat disajikan pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Jenis tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi No Spesies Nama ilmiah Nilai Skor Keterangan 1 Jahe merah Zingiber officinale Temulawak Curcuma xanthorrizha Dadap Erythrina lithosperma Sambiloto Andrographis paniculata Suji Dracaena angustifolia Sirih Piper betle Sembung Blumea balsamifera Kencur Kaempferia galanga Lempuyang Zingiber aromaticum Kunyit Curcuma domestica Berdasarkan hasil perhitungan ICS diperoleh jenis-jenis yang memiliki nilai ICS tertinggi (Tabel 8). Menurut Turner (1988) semakin banyak kegunaan suatu tumbuhan, maka semakin besar nilai kepentingan tumbuhan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2010) dari 20 responden yang diwawancarai, menyatakan bahwa spesies tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik adalah jahe merah, kunyit, sirih, dadap, dan sembung. Jenis yang memiliki nilai ICS tertinggi, yaitu jenis jahe merah (Zingiber officinale) yang termasuk ke dalam famili Zingiberaceae dengan nilai ICS sebesar 117 (Tabel 8). Berdasarkan nilai ICS tersebut dapat dikategorikan bahwa jahe merah memiliki peranan penting dalam budaya masyarakat khususnya informan. Budaya disini memiliki arti pola keseharian masyarakat. Jahe merah memiliki kualitas sebagai tumbuhan obat yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, seperti masuk angin, asam urat, batuk, kanker, menghangatkan badan, meredakan pegal-pegal, migrain, vertigo, meriang, batuk, dan menambah stamina, serta digunakan sebagai bumbu masak. Intensitas penggunaan jahe merah oleh informan termasuk kategori sering digunakan dan tumbuhan sudah dibudidayakan. Ekslusivitas atau tingkat kesukaan menunjukkan bahwa jenis jahe merah paling disukai dalam mengobati berbagai penyakit daripada jenis-jenis lainnya. Jenis lainnya yang memiliki ekslusivitas tinggi atau paling disukai untuk mengobati sakit kepala, demam, meriang, masuk angin adalah jenis bawang merah (Allium cepa).

27 19 Jenis kedua yang memiliki nilai ICS tertinggi adalah jenis temulawak (Curcuma xantorrizha), yaitu sebesar 87. Jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai obat penyakit liver. Intensitas penggunaan temulawak, yaitu sering digunakan dan ekslusivitas atau tingkat kesukaan tumbuhan paling disukai. Temulawak banyak digunakan sebagai obat, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran, yaitu sebagai hepatoprotektor, anti-inflamasi, antikanker, antidiabetes, antimikroba, antihiperlipidemia, dan pencegah kolera (Hwang 2006). Gambar 6 Jahe merah (Zingiber officinale) dan temulawak (Curcuma xantorrizha) Jenis tumbuhan obat lainnya yang memiliki nilai ICS tertinggi lainnya, yaitu, dadap (Erythrina lithosperma) yang termasuk ke dalam famili Fabaceae dengan nilai ICS sebesar 82.5 yang termasuk pada kategori tumbuhan obat penting. Kualitas penggunaan dadap adalah sebagai tumbuhan obat. Informan memanfaatkan dadap (Erythrina lithosperma) untuk mengobati panas dalam, sakit dada, batuk, dan demam. Menurut Heyne (1987a) daun dadap yang ditumbuk dapat diminum sebagai obat pendarahan sehabis melahirkan. Intensitas penggunaan dadap untuk mengobati penyakit oleh informan tergolong sering. Ekslusifitas dadap sebagai obat penurun panas termasuk paling disukai. Sehingga dadap merupakan salah satu tumbuhan obat penting bagi informan. Sambiloto (Andrographis paniculata) termasuk ke dalam famili Acanthaceae memiliki nilai ICS sebesar 78 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Sambiloto memiliki khasiat menyembuhkan penyakit gula, typus, demam, serta penawar racun gigitan ular (Heyne 1987b). Kualitas penggunaan sambiloto, yaitu sebagai tumbuhan obat untuk mengobati berbagai penyakit. Informan memanfaatkan daun sambiloto sebagai obat diabetes, radang telinga, sakit gigi, paru-paru, batuk dan penyakit kulit. Intensitas penggunaan sambiloto oleh informan tergolong sering dengan ekslusivitas paling disukai. Suji (Dracaena angustifolia) termasuk ke dalam famili Liliaceae memiliki nilai ICS sebesar 76.5 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Kualitas penggunaan suji oleh infoman adalah sebagai obat dan pewarna makanan. Suji merupakan pewarna alami makanan berwarna hijau. Suji dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat untuk meredakan panas dada, panas dalam, batuk, demam, peluruh dahak, dan penyakit paru-paru. Intensitas

28 20 penggunaan suji oleh informan tergolong sering. Ekslusivitas atau tingkat kesukaan penggunaan suji, yaitu paling dipilih atau disukai oleh informan. Sirih (Piper betle) termasuk ke dalam famili Piperaceae memiliki nilai ICS sebesar 75 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Sirih memiliki banyak khasiat sebagai obat untuk mengobati masalah mulut, membersihkan luka, keputihan, batuk, sakit gigi, mimisan (Heyne 1987a). Sirih banyak digunakan oleh wanita untuk mengobati penyakit khusus wanita, seperti keputihan. Sirih juga memiliki manfaat untuk mengobati mimisan, perawatan sehabis melahirkan, bau mulut, menghilangkan biang keringat, sakit gigi, dan menghilangkan bau badan. Intensitas penggunaan sirih oleh informan tergolong sering dengan ekslusifitas paling disukai. Tumbuhan obat lainnya yang paling disukai oleh infoman untuk menghilangkan bau badan adalah beluntas (Pluchea indica). Sembung (Blumea balsamifera) termasuk ke dalam famili Asteraceae memiliki nilai ICS sebesar 72 yang termasuk dalam kategori tumbuhan obat penting. Sembung dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit jantung, menstabilkan tubuh, meningkatkan stamina, perawatan sehabis melahirkan, pegal-pegal, dan membersihkan darah. Menurut Dalimartha (1999) daun sembung memiliki manfaat meredakan persendian yang sakit sehabis melahirkan, masalah persendian, demam, kembung, sariawan, kencing manis, dan nyeri haid. Masyarakat memanfaatkan daun sembung sebagian besar untuk perawatan sehabis melahirkan dan mengobati pegal-pegal. Intensitas penggunaan sembung oleh informan tergolong sering dengan ekslusivitas paling dipilih atau disukai. Gambar 7 Dadap (Erythrina lithosperma) dan sambiloto (Andrographis paniculata) Manfaat Kampung Konservasi TOGA Manfaat Peningkatan Pengetahuan dan Sosial Budaya Kampung Konservasi TOGA Gunung Leutik selama pencanangannya memberikan manfaat peningkatan pengetahuan bagi informan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, informan mendapatkan tambahan pengetahuan

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR Media Konservasi Vol.20, No. 1 April 2015: 34-39 MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR Benefit of Family Medicinal Plant (TOGA) Conservation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Subang, yaitu Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan. Pada masing-masing

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan 78 Lampiran 1. Lembar Wawancara I. IDENTITAS ANGGOTA RUMAH TANGGA 1. Nama Responden : 2. Umur : thn 3. Jenis Kelamin : 4. Tempat Lahir : di desa ini / di luar desa ini 5. Status : belum kawin/kawin/cerai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 Asti Dwi Rahmawati 1 E34110041, Ashri Istijabah Az-Zahra 1 E34120003, Rizki Kurnia Tohir 1 E3120028, Yanuar Sutrisno 1 E34120038, Gabriela Krisanti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Sandra dan Kemala (1994) mengartikan tumbuhan obat sebagai semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Tanaman Obat Keluarga TOGA

Tanaman Obat Keluarga TOGA Surabaya Januari 10, 2015 Tanaman Obat Keluarga TOGA Djoko Agus Purwanto FAKULTAS FARMASI Universitas Airlangga Apa itu TOGA? TOGA atau Tanaman Obat Keluarga adalah tanaman hasil budidaya yang dikenal

Lebih terperinci

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR UCAPAN TERIMA KASIH Media Konservasi mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para pakar yang telah berdedikasi sebagai penelaah ilmiah untuk tulisan pada volume ini : 1. Ricky Avenzora,

Lebih terperinci

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI SKRIPSI Oleh ZAILINA MIRZA NIM 060210193148 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BIODATA DAN WAWANCARA PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH RESPONDEN. Nama : Jenis kelamin : Umur : Pendidikan :

BIODATA DAN WAWANCARA PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH RESPONDEN. Nama : Jenis kelamin : Umur : Pendidikan : 70 L - 1 Lampiran 1. BIODATA DAN WAWANCARA PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH RESPONDEN Nama : Jenis kelamin : Umur : Pendidikan : Suku : Pekerjaan : Agama : Alamat : Status : Kawin/ Belum kawin ANGKET PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara megabiodiversitas, karena memiliki kekayaan flora, fauna dan mikroorganisme yang sangat banyak. Ada Sekitar 30.000 spesies tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Hamid et al. 1991). Tumbuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Media Konservasi Vol. 19, No. 1 Desember 2014: 146 153 PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI The Utilization of

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

termanfaatkan secara optimal dapat berguna dalam mewujudkan ketahanan

termanfaatkan secara optimal dapat berguna dalam mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya membangun diversifikasi konsumsi pangan telah dicanangkan sekitar setengah abad oleh pemerintah Indonesia. Tujuannnya adalah untuk menganekaragamkan bahan pangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur responden Wawancara dilakukan terhadap 30 orang di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor. Karakteristik masyarakat yang menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar (Jatropha curcas) mulai mendapat perhatian khusus pemerintah yang dikembangkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian BABI PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Pemanfaatan tanaman obat sudah dikenal oleh masyarakat sejak jaman dahulu yang diwariskan secara turun- temurun hingga generasi saat ini. Dewasa ini penggunaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena saat ini menunjukkan bahwa penggunaan produk-produk alami

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena saat ini menunjukkan bahwa penggunaan produk-produk alami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena saat ini menunjukkan bahwa penggunaan produk-produk alami semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perhatian dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif

Lebih terperinci

Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Mengenal Tanaman Obat Keluarga Mengenal Tanaman Obat Keluarga Pengertian TOGA Tga adalah singkatan dari tanaman bat keluarga. Tanaman bat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usila atau usia lanjut merupakan kelompok yang rentan yang selalu ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Melihat kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986)

BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul : Forest Garden di Hutan Gunung Bromo Karanganyar sebagai Taman Wisata Alam adalah sebagai berikut. Forest : Forest merupakan kata dalam Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan No.149/SK/Menseknes/IV/1978 diacu dalam Kartikawati (2004), definisi tumbuhan obat adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah dilakukan di wilayah Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daunnya digunakan untuk membuat teh yang sebelumnya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. daunnya digunakan untuk membuat teh yang sebelumnya mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Teh adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh yang sebelumnya mengalami proses pemanasan untuk menonaktifkan enzim- enzim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman hayati terkaya di dunia setelah Brasil dan Zaire. Alam Indonesia sebenarnya merupakan gudangnya tanaman obat

Lebih terperinci

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA UNTUK PENYAKIT SEHARI-HARI * Penurun panas, batuk, dan pilek Parut bawang merah, tambahkan minyak telon, lalu balurkan pada punggung sampai bagian pantat sambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu formal, informal dan non formal. Pendidikan nonformal merupakan kegiatan pembelajaran di

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional 1 Obat Tradisional Bugar Berkat Secangkir Herbal Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita mengajarkan pola hidup sehat antara lain lewat minuman tradisional yang diolah dari aneka

Lebih terperinci

Keanekaragaman Habitus

Keanekaragaman Habitus Bedah Buku Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta 12 Mei 216 TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT ETNIS ASLI KALIMANTAN (TBO-EAK) (69 spesies) Noorcahyati, S.Hut Pembahas : Ervizal A.M. Zuhud Kepala dan Guru Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi, hingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk

Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat mandiri kesehatan Oleh: Ellyn K. Damayanti (PPLH-IPB) Ervizal A. M. Zuhud (Fakultas Kehutanan-IPB) Harini M. Sangat (LIPI)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Tradisional Bagian Daun dan Buah

Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman Obat Diabetes Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman obat diabetes tradisional bisa anda temukan di sekitar lingkungan anda. Sadarkah kalau tanaman tersebut berkhasiat? Mungkin ada diantara kalian

Lebih terperinci

pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat

pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat mandiri kesehatan Oleh: Ellyn K. Damayanti (PPLH-IPB) Ervizal A. M. Zuhud (Fakultas Kehutanan-IPB) Harini M. Sangat (LIPI)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara untuk mengumpulkan data atau informasi secara sistematis yang diperlukan dalam mencapai tujuan atau memecahkan masalah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia bersama Negara lain di Asia seperti Cina dan India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Margadalom, Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dan Taman Hutan Raya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI TANAMAN OBAT KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2007 Eva Anastasia Segara, 2008. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing.dari sekian banyaknya tanaman tersebut, tidak sedikit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing.dari sekian banyaknya tanaman tersebut, tidak sedikit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang dikaruniai keindahan alam dan keanekaragaman hayati.berbagai jenis tanaman hidup di tanah Indonesia dengan keelokkan dan ciri masing-masing.dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terkaya di dunia setelah Brazil dan masih menyimpan banyak potensi sumber daya alam hayati sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012 Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012 STUDI KUALITATIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN TANAMAN OBAT KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPEUYEUM

Lebih terperinci

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro 68 Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Beluntas Asam Brotowali Pisang Pepaya Jahe Sirih Bunga sepatu Sambiloto Kunyit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai 11 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu

Lebih terperinci

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Januari 2017, Vol.1 No. 1

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Januari 2017, Vol.1 No. 1 Budidaya Tanaman Sirsak Dan Manfaatnya Untuk Kesehatan Yetti Elidar Universitas Mulawarman Samarinda yettiirsal@gmail.com Abstrak Pohon Sirsak memiliki banyak manfaat dalam kesehatan, mulai dari sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 Kecamatan, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 Kecamatan, yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian Kabupaten Purworejo merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 Kecamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan obat tradisional di Indonesia sekarang ini memiliki prospek yang baik, oleh karena besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia. Indonesia sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Maksud dari Negara kepulauan adalah Indonesia terdiri dari banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari biodiversitas tumbuhan setelah negara brazil yang mempunyai hutan terluas di dunia. Diperkirakan diseluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipasi selama kurang lebih tiga bulan. Penyajian data hasil penelitian

Lebih terperinci

SEBARAN SPASIAL TUMBUHAN OBAT YANG DIMANFAATKAN MASYARAKAT KAMPUNG NYUNGCUNG, DESA MALASARI, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR

SEBARAN SPASIAL TUMBUHAN OBAT YANG DIMANFAATKAN MASYARAKAT KAMPUNG NYUNGCUNG, DESA MALASARI, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR Media Konservasi Vol. 20 No. 3 Desember 2015: 205-210 SEBARAN SPASIAL TUMBUHAN OBAT YANG DIMANFAATKAN MASYARAKAT KAMPUNG NYUNGCUNG, DESA MALASARI, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR (Spatial Distribution

Lebih terperinci

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel et al, 2010). Mekanisme rasa lapar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur responden Responden adalah ibu-ibu dan bapak-bapak yang umurnya bervariasi antara 20-60 tahun, seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (STUDI KASUS KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT)

ANALISIS PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (STUDI KASUS KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT) ANALISIS PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (STUDI KASUS KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT) Emilda 1, Muslihatul Hidayah 2, Heriyati 3 E-mail: emilda1430@gmail.com

Lebih terperinci

Yakon (Smallanthussonchifolius) Ekstrak Daun Ajaib

Yakon (Smallanthussonchifolius) Ekstrak Daun Ajaib Yakon (Smallanthussonchifolius) Ekstrak Daun Ajaib Yakon (Smallanthussonchifolius) Ekstrak Daun Ajaib Oleh: Alfin Febrian B Indonesia, sebagai negara dengan keadaan alam yang subur dan keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan paling tinggi di dunia. Keanekaragaman tumbuhan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan paling tinggi di dunia. Keanekaragaman tumbuhan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan paling tinggi di dunia. Keanekaragaman tumbuhan merupakan keanekaragaman spesies tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang dan menyejukkan yang diberikan alam dirindukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 8 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun-kebun talun masyarakat Kasepuhan Cipta Gelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian Jenis Data yang Dikumpulkan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian Jenis Data yang Dikumpulkan 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang

I. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang 1 I. PENDAHULUAN Pekarangan merupakan suatu ekosistem spesifik berupa ekosistem buatan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang didominasi oleh tanaman budidaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfikir. Perilaku konsumen memiliki berbagai macam pengertian. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfikir. Perilaku konsumen memiliki berbagai macam pengertian. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku konsumen merupakan suatu hal yang umum kita dapati di kehidupan kita sehari-hari. Perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai pelengkap kegiatan ekonomi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun. Keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi. Tanaman herbal tergolong rempah-rempah dan tanaman buah yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan tanaman sebagai obat-obatan telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Bangsa Mesir kuno pada 2500 tahun sebelum masehi para ahli kesehatan telah

Lebih terperinci

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa Lampiran 1. Skema Kerja Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah Studi Pendahuluan Mengurus Perijinan kepada Pengageng Sasana Wilapa Ditentukan Informan Kunci Oleh Pengageng Sasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi,

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh masyarakat Indonesia karena obat tradisional tersebut mempunyai beberapa kelebihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah, meliputi flora dan fauna beserta sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah, meliputi flora dan fauna beserta sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, meliputi flora dan fauna beserta sumber daya hayati lainnya. (Putra,

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN PEKARANGAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN JAHE MERAH UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA PETANI DI KELURAHAN TALANG BABAT KECAMATAN MUARA SABAK BARAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR 1 Madyawati Latief,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci