BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Umur responden Responden adalah ibu-ibu dan bapak-bapak yang umurnya bervariasi antara tahun, seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah responden menurut kelompok umur Kelompok Umur (tahun) Jumlah Responden Kampung Gunung Leutik % Jumlah Dari Tabel 6 dapat diiketahui bahwa jumlah responden terbanyak secara keseluruhan memiliki kelompok umur tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok umur responden masih termasuk dalam usia produktif dan ada sebagian yang kurang produktif. Suyono (1991) menjelaskan bahwa usia produktif yaitu usia di atas 10 tahun dan kurang dari 50 tahun Pendidikan responden Sebagian responden hanya tamatan sekolah dasar (SD). Namun ada sebagian responden yang tidak tamat SD sehingga ada yang tidak dapat membaca dan menulis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai tingkat pendidikan responden. Tabel 7 Tingkat pendidikan responden Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Kampung Gunung Leutik % Tidak Tamat SD 3 15 Tamat SD 8 40 Tamat SLTP 6 30 Tamat SLTA/SMA 3 15 Jumlah Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa responden terbanyak mempunyai latar belakang pendidikan tamatan SD, yaitu berjumlah 8 orang atau 40 % dari total responden. Menurut Alikodra (1985) diacu dalam Suyono (1991), latar belakang pendidikan yang rendah dari masyarakat merupakan salah satu faktor penting

2 terjadinya interaksi dalam masyarakat sekitar dengan sumber daya yang terdapat di alamnya, karena latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap pola berpikir dan pola hidup seseorang. Hal ini akan berpengaruh terhadap pandangan dan pengetahuan responden mengenai tumbuhan obat dan kesehatan keluarga Luas kepemilikan lahan responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng merupakan kawasan pedesaan tetapi termasuk pada wilayah kecamatan dengan akses yang kurang ke kota. Fungsi lahan sebagai areal pertanian masih cukup luas bila dibandingkan dengan lahan pemukiman. Lahan yang dimiliki responden untuk penggunaan di bidang pertanian terdapat dua jenis fungsi penggunaan yaitu pekarangan dan kebun. Pekarangan yang dimiliki juga merupakan areal TOGA masing-masing responden. Untuk kebun merupakan usaha responden di bidang pertanian, ada yang mengusahakannya sebagai mata pencaharian pokok tetapi lebih banyak hanya sebagai mata pencaharian sampingan. Jika hasilnya banyak dan berlebih kemudian dijual, Tabel 8 menunjukkan luas kepemilikan lahan responden. Tabel 8 Luas kepemilikan lahan Jenis Fungsi Lahan Luasan Lahan (m² ) Pekarangan Kebun Responden Kampung Responden Kampung Gunung Gunung Leutik (orang) Leutik (orang) < > Pada Tabel 8 terlihat bahwa luasan lahan yang dimiliki responden untuk pekarangan yaitu < 100 m, semua responden memiliki pekarangan. Kemudian untuk kebun luasannya > m dan m, tidak semua responden memiliki kebun. Istilah pekarangan dan kebun ini lebih mengacu kepada status lahan saja menurut sang pemiliknya, yaitu fungsinya kadang sulit dibedakan Mata pencaharian responden Mata pencaharian responden dapat dikategorikan atas dua kelompok, yaitu pertanian dan non pertanian. Kategori pertanian adalah usaha pertanian, perkebunan, ternak dan perikanan. Sedangkan kategori non pertanian adalah usaha

3 selain bidang pertanian, yaitu : berdagang, pegawai negeri atau swasta dan wirausaha lain. Sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan yang tidak tetap dan sebagian besar responden tidak memiliki lahan pertanian sehingga pertanian bukanlah sumber pendapatan utama meskipun lokasi penelitian kawasan pedesaan. Rata-rata responden bekerja sebagai pedagang dan wirasawasta. Dalam Tabel 9 menunjukkan jenis mata pencaharian/sumber pendapatan responden dari Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Tabel 9 Mata pencaharian responden Jumlah Responden No. Mata Pencaharian Kampung Gunung % Leutik 1 Sektor Pertanian* Sektor Non Pertanian* Jumlah Keterangan: *Sektor Pertanian : Usaha pertanian hasil kebun, sawah, perikanan dan peternakan *Sektor Non Pertanian : pegawai negeri, swasta, berdagang dan wiraswasta lain Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa hanya 4 orang responden yang sumber pendapatannya dari sektor pertanian, yaitu 20 % dari total responden. Responden lainnya memiliki sumber pendapatan dari non sektor pertanian dalam hal ini pekerjaan suami dan usaha individu. Usaha di sektor pertanian, pada umumnya juga dilakukan oleh responden yang bermata pencaharian di sektor non pertanian, namun sifatnya hanya sekedar sampingan yang fungsinya tambahan penghasilan rumah tangga. Usaha yang dilakukan adalah hasil kebun, peternakan dan perikanan Pendapatan total responden Pendapatan total responden merupakan rata-rata pendapatan keseluruhan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian. Sumber pendapatan sektor pertanian yaitu seperti kebun, sawah, usaha tani pekarangan, peternakan dan perikanan. Sedangkan sumber pendapatan sektor non pertanian yaitu seperti pegawai negeri, berdagang, wirausaha jasa dan buruh bangunan. Hasil wawancara dan kuesioner yang diperoleh, responden memiliki pendapatan terendah sebesar Rp ,-/bulan sampai teringgi Rp. > /bulan. Pendapatan responden dapat dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.

4 Tabel 10 Pendapatan Total Responden Jumlah Pendapatan (Rp/Bulan) Jumlah Responden Kampung Gunung Leutik > > Jumlah Pada Tabel 10 terlihat bahwa pendapatan responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng rata-rata pada kisaran Rp Rp Kontribusi masing-masing sumber pendapatan responden berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. % 5.2 Potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ditemukan 216 spesies tumbuhan obat dari 70 famili. Jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak berturut-turut ditemukan di Rukun Tetangga (RT) 01 sebanyak 181 spesies, RT 04 sebanyak 154 spesies, RT 06 sebanyak 150 spesies, RT 02 sebanyak 147 spesies, RT 05 sebanyak 134 spesies dan RT 03 sebanyak 127 spesies. Rukun Tetangga (RT) 01 memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang tinggi dibandingkan dengan RT lainnya, banyaknya jumlah spesies yang ditemukan di RT 01 dipengaruhi oleh luasnya lahan terbuka hijau dan banyaknya spesies tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan di pekarangan oleh responden di RT 01. Daftar potensi tumbuhan obat yang terdapat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng secara rinci disajikan pada Lampiran 2. Data potensi tumbuhan tersebut diperoleh dari tumbuhan obat yang ditanam pada lahan milik responden seperti pekarangan rumah, kebun, serta yang tumbuh liar sekitar pinggir jalan setapak, pinggir jalan besar, sawah, saluran irigasi, sungai besar dan lahan kering Potensi tumbuhan obat berdasarkan familinya Berdasarkan kelompok familinya, spesies-spesies tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung Leutik dikelompokkan ke dalam 70 macam famili, dimana jumlah spesies tumbuhan obat yang terbanyak termasuk ke dalam famili

5 Asteraceae dan Euphorbiaceae masing-masing sebanyak 16 spesies serta Fabaceae dan Zingiberaceae masing-masing sebanyak 10 spesies (Lampiran 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa famili Asteraceae dan Euphorbiaceae memiliki keanekaragaman spesies tertinggi dibanding dengan famili lainnya. Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok famili disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok familinya No Nama Famili Jumlah spesies 1. Asteraceae Euphorbiaceae Fabaceae Zingiberaceae Araceae 7 6. Solanaceae 7 7. Acanthaceae 6 8. Amaranthaceae 6 9. Malvaceae Rutaceae Cucurbitaceae Liliaceae Moraceae Famili lainnya (57 famili) Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat dikelompokkan kedalam 9 tipologi habitat yaitu pekarangan rumah, kebun, pinggir jalan setapak, pinggir jalan besar, sawah, saluran irigasi (selokan), sungai besar, lahan kering dan pemakaman. Potensi tumbuhan obat menurut status pembudidayaannya, dibagi kedalam 3 klasifikasi yaitu dibudidayakan, liar serta dibudidayakan dan liar. Tumbuhan obat yang dibudidayakan hidup di pekarangan rumah dan kebun, tumbuhan obat yang liar hidup dipinggir-pinggir jalan desa, sawah, saluran irigasi, sungai besar dan lahan kering di desa, sedangkan tumbuhan obat yang dibudidayakan dan liar umumnya hidup di pemakaman. Berdasarkan pengelompokkan tipologi habitat, tumbuhan obat yang berasal dari pekarangan sebanyak 176 spesies (48 %), kebun sebanyak 59 spesies (16 %), pinggir jalan setapak sebanyak 41 spesies (11), pinggir jalan besar sebanyak 29 spesies (8 %), sawah sebanyak 21 spesies (6 %), saluran irigasi (selokan) sebanyak 16 spesies (4 %), lahan kering sebanyak 9 spesies (3 %), sungai besar sebanyak 8 spesies (2 %), dan pemakaman sebanyak 6 spesies (2 % ). Hal ini membuktikan bahwa peranan pekarangan sebagai penyedia tumbuhan obat masih tinggi di masyarakat

6 Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Spesies tumbuhan obat yang ada di pekarangan rumah ataupun kebun sebagian besar merupakan tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan masyarakat. Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat Data Frekuensi Perjumpaan Tumbuhan Obat Potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng berdasarkan frekuensi perjumpaan disajikan pada Tabel 12 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 4. Tabel 12 Data frekuensi perjumpaan tumbuhan obat No Klasifikasi Nama Tumbuhan Obat Spesies TO Persentase (%) 1 Jarang ( 1-2 RT) Alamanda, anggur, bawang putih, 63 29,17 bayam duri, boroco, bunga kertas, bunga lilin, bunga tasbih, bungur kecil, wudani. 2 Sedang ( 3-4 RT) Alpukat, angsana, batrawali, bawang 35 16,20 merah, bayam, beluntas, delima, jarak kaliki, jeruk purut, kaliandra. 3 Sering (5-6 RT) Alang-alang, andong, arben hutan, awar-awar, bambu kuning, bandotan, bangle, begonia, belimbing manis, belimbing wuluh ,62 Tabel 12 Menjelaskan bahwa spesies tumbuhan obat yang sering ditemukan ada 118 spesies atau 54,62 % yang ditemukan dari 5-6 RT, seringnya frekuensi perjumpaan spesies-spesies tersebut dipengaruhi oleh luas lahan terbuka hijau

7 yang dimiliki dan luas pekarangan rumah masyarakat serta banyaknya spesies tumbuhan obat yang sudah mulai dibudidayakan masyarakat. Spesies tumbuhan obat yang ditemukan sedang ada 35 spesies atau 16,20 % yang ditemukan di 3-4 RT. Spesies-spesies yang ditemukan sedang dipengaruhi oleh tidak terlalu luasnya lahan terbuka hijau dan spesies tersebut tidak terlalu sering dipakai oleh masyarakat. Sedangkan spesies tumbuhan obat yang ditemukan jarang ada 63 spesies atau 29,17 %, terlihat dari frekuensi perjumpaan spesies-spesies tersebut ditemukan yaitu di 1-2 RT. Spesies-spesies tersebut jarang ditemukan karena spesies tersebut sangat jarang dibudidayakan dan pada umumnya masyarakat menganggap spesies tersebut hanya sebagai tanaman hias, buah-buahan dan sayuran, bukan termasuk tumbuhan obat Data Potensi Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Pengklasifikasian potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dibagi kedalam 25 kelompok penyakit atau penggunaan (Lampiran 5). Kelompok penyakit terbesar yang mampu diobati adalah saluran pencernaan sebanyak 100 spesies tumbuhan obat. Hal ini menunjukkan bahwa potensi tumbuhan obat memiliki kesesuian dengan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat yaitu gangguan pencernaan. Selain menjaga pola makan yang sehat dengan diketahuinya spesies tumbuhan obat tersebut, diharapkan dapat bermanfaat mencegah penyakit degeneratif (menurunnya fungsi jaringan tubuh) yang berawal dari terganggunya fungsi pencernaan sehingga kesehatan masyarakat meningkat lebih baik. Klasifikasi kelompok penyakit yang bisa diobati berdasarkan jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak disajikan dalam Tabel 13.

8 Tabel 13 Kelompok penyakit yang bisa diobati berdasarkan jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak No Kelompok penyakit Khasiat/ macam penyakit spesies TO 1 Penyakit saluran pencernaan Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, 100 cacingan, mules, peluruhb kentut, karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lender, usus buntu, typus 2 Penyakit saluran pembuangan Susah kencing, sembelit, wasir, sakit 85 saluran kemih, diuretic, susah buang air besar, ambeien, kencing darah, peluruh keringat, kencing malam 3 Penyakit kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksyim, 66 cacar, campak, borok, gatal-gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dll 4 Penyakit saluran pernafasan / Batuk, TBC, pilek, asma, sesak nafas, 58 THT tenggorokan sakit, gondongan, mimisan, paru-paru 5 Penyakit lainnya Kaki gajah, menurunkan berat badan, susah tidur, sakit telinga, limpa bengkak, kanker, beri-beri, sakit kuku, mematikan jentik nyamuk, anti nyamuk perangsang syaraf, dll yang tidak tercantum di atas 36 6 Penyakit mulut Sariawan, mulut bau, dan mengelupas 34 7 Perawatan kehamilan dan 32 persalinan Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan, nifas, penyubur kandungan, payudara bengkak, memperlancar ASI, dll yang berhubungan dengan hamil dan melahirkan 8 Penyakit khusus wanita Keputihan, terlambat haid, darah haid terlalu banyak, tidak dating haid, kanker payudara, nyeri haid, sakit leher rahim, dll yang berhubungan dengan penyakit wanita. 9 Penyakit jantung dan pembuluh Sakit jantung, stroke, jantung berdebardebar, 27 darah tekanan darah tinggi/hipertensi. 10 Pengobatan luka Luka, luka bakar, luka lainnya Pada umumnya setiap spesies mempunyai kegunaan menyembuhkan lebih dari satu penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tumbuhan untuk digunakan sebagai obat yaitu bagian tumbuhan, cara pemanenan, cara pengolahan dan aturan pemakaian. Bagian dari tumbuhan tersebut mempunyai peranan masing-masing dalam menyembuhkan penyakit, ada spesies tertentu yang seluruh bagiannya dapat digunakan, ada juga yang hanya bagian tertentu yang berpengaruh menyembuhkan penyakit. Beberapa spesies yang mempunyai banyak kegunaan untuk obat antara lain bawang putih (Allium sativum L.), sambiloto (Andrographis paniculata (Burn. F)

9 Ness), semanggi gunung (Hydrocotyle sibthorpioides Lam.). Spesies-spesies tersebut potensial sebagai bahan obat karena selain banyak berkhasiat untuk bermacam-macam penyakit, juga hampir seluruh bagiannya dapat berkhasiat obat. Adapun spesies-spesies yang berkhasiat mengobati penyakit yang sulit disembuhkan atau beresiko tinggi, seperti kelompok penyakit diabetes, ginjal, gangguan peredaran darah, kuning dan malaria, antara lain mengkudu (Morinda citrifolia L.), tempuyung (Sonchus arvensis L.), keladi tikus (Typhonium divaricatum (L). Dence.), ki koneng (Arcangelisia flava (L.) Merr.), meniran (Phyllanthus urinaria Linn.). Selain spesies tersebut di atas banyak spesies lain yang berguna sebagai obat untuk kelompok penyakit lainnya (Lampiran 2) Potensi tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan Berdasarkan bagian dari tumbuhan obat yang digunakan, potensi spesies tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat dikelompokkan ke dalam 14 macam, yaitu daun, akar, buah, bunga, biji, semua bagian, batang, kulit batang, umbi, herba, getah, cabang/ranting/tangkai, rimpang dan air buah. Daun merupakan bagian tumbuhan yang berpotensi paling banyak digunakan sebagai obat, yaitu sebesar 123 spesies (31,86 %), sedangkan air buah merupakan bagian tumbuhan yang berpotensi paling sedikit digunakan sebagai obat, yaitu sebanyak 1 spesies ( 0,25 %), seperti tersaji pada Tabel 14. Bagian tumbuhan obat yang berupa akar, batang, kulit kayu, dan umbi membutuhakan upaya konservasi yang lebih besar dibandingkan bagian tumbuhan lainnya yang dimanfaatkan, karena jika tidak dibatasi dapat menimbulkan kematian pada tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cunningham (1991) dalam Swanson (1995) yang menyatakan bahwa pemanfaatan bagian tumbuhan seperti akar, batang, kulit kayu, dan umbi untuk pengobatan perlu dibatasi, karena penggunaan bagian-bagian tumbuhan ini dapat langsung mematikan tumbuhan. Sedangkan pemanfaatan daun sebagai obat tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Jika penggunaan daun lebih besar dari pada bagian lainnya, hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat dilakukan secara lestari, karena pada umumnya pengambilan tumbuhan tersebut tidak memberikan dampak/pengaruh yang besar pada

10 tumbuhan tersebut. Upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan budidaya tumbuhan obat untuk mencegah kelangkaan dari tumbuhan obat tersebut. Tabel 14 Jumlah dan persentase spesies berdasarkan bagian yang digunakan No Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat Jumlah spesies Persentase tumbuhan obat (%) 1 Daun ,86 2 Akar 60 15,54 3 Buah (daging buah dan kulit buah) 48 12,43 4 Bunga 30 7,77 5 Biji (selaput biji) 28 7,25 6 Semua bagian 20 5,18 7 Batang 19 4,92 8 Kulit batang (kulit kayu dan kulit dalam) 18 4,66 9 Umbi 13 3,36 10 Herba 10 2,59 11 Getah 9 2,33 12 Cabang/ranting /tangkai 4 1,03 13 Rimpang 3 0,77 14 Air buah 1 0, Potensi tumbuhan obat berdasarkan habitus Berdasarkan habitus (perawakan), spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) macam habitus, yaitu herba, pohon, perdu, semak, liana dan bambu. Informasi tentang habitus masing-masing spesies tumbuhan obat secara rinci disajikan pada Lampiran 2, sedangkan rekapitulasi jumlah dan persentase spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng berdasarkan nama habitusnya tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 Rekapitulasi jumlah dan persentase spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik berdasarkan nama habitusnya No. Habitus Jumlah Spesies Persentase (%) 1 Herba 87 40,27 2 Pohon 45 20,83 3 Perdu 42 19,44 4 Semak 38 17,59 5 Liana 3 1,38 6 Bambu 1 0,46 Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa spesies tumbuhan obat yang termasuk ke dalam habitus herba mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitus lainnya, yaitu sebanyak 67 spesies (31,01%). Hal tersebut menunjukkan habitus herba mempunyai keanekaragaman spesies paling tinggi

11 diantara habitus lainnya. Adanya keanekaragaman bentuk hidup tumbuhan di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng menunjukkan kealamian dan mendukung kelestarian plasma nutfah sumberdaya yang terkandung di dalamnya.. Habitus suatu spesies sangat penting dilindungi hal ini terkait dengan upaya konservasi dalam hal perlindungan dan pemanfaatan, jika suatu habitus tidak dilindungi maka keberadaan spesies-spesies tumbuhan obat tersebut akan terancam langka. Salah satu usaha untuk melindungi spesies tumbuhan obat agar tidak langka maka perlu dilakukan budidaya dan pemanfaatan yang lestari. 5.3 Jenis penyakit masyarakat Jumlah penderita penyakit berdasarkan kelas umur menunjukkan bahwa, pada kelas umur 0-14 tahun jenis penyakit yang banyak diderita yaitu common cold, pada kelas umur tahun penyakit yang banyak diderita yaitu Gasteritis, pada kelas umur tahun penyakit yang banyak diderita yaitu penyakit pulpa dan pada kelas umur lebih dari 65 tahun penyakit yang banyak diderita yaitu penyakit hipertensi (Lampiran 9). Sedangkan secara keseluruhan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat berdasarkan pengelompokkan jenis penyakit di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ada 16 penyakit utama yang disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16 Penyakit yang banyak diderita masyarakat No Jenis penyakit 1 Commond cold ( Flu, salesma ) 2 Gangguan pencernaan ( Gasteritis/maag ) 3 ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) 4 Penyakit gigi dan jaringan ( penyakit pulpa ) 5 Hipertensi/ darah tinggi 6 Diare 7 Demam 8 Gangguan penyakit kulit ( Dermatitis/ Eksim, scabies /penyakit gatal-gatal ) 9 Batuk 10 Faringitis ( Radang tenggorokan ) 11 Tonsilitis ( Radang amandel ) 12 Sakit kepala 13 Abse s ( Pengumpulan nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan ) 14 Myalgia ( Nyeri otot ) 15 Diabetes 16 Rhematism ( Rematik) Sumber ; UPTD Puskesmas Ciampea Tahun 2007

12 5.4 Pendapat, Pengetahuan, Pemanfaatan dan Budidaya Tumbuhan Obat Pendapat terhadap TOGA Pendapat responden sebagai sampel penelitian ini dapat dikatakan hampir keseluruhan responden yang diwawancara berpendapat baik/positif terhadap tumbuhan obat keluarga (TOGA) dan berpendapat TOGA memberikan manfaat karena TOGA sudah menjadi suatu tradisi (kebiasaan) keluarga secara turun temurun, sebagai pengobatan tradisional, murah dan mudah memperolehnya, sudah terpercaya khasiatnya dan merupakan pengobatan alami yang tidak berbahaya, aman dikonsumsi. Namun, tidak semua responden ikut memanfaatkan tumbuhan obat dari TOGA sebagai sarana pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, karena sebagian lebih cenderung menggunakan obat-obatan modern dengan alasan lebih praktis, tidak repot seperti obat tradisional, lebih aman menggunakan obat dari dokter atau warung yang sudah jelas dosis dan aturan pakainya meskipun sebagian dari responden menyadari bahwa obat-obatan modern mempunyai efek samping. Tindakan berobat yang dilakukan oleh responden disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Tindakan berobat yang dilakukan oleh responden jika sakit Jumlah Responden No. Tindakan Pengobatan Kampung Gunung Leutik % Membuat obat sendiri secara 1 tradisional dari 9 45 pekarangan/kebun /hutan 2 Membeli obat ke warung Berobat ke puskesmas/ klinik 5 25 Jumlah Keterangan : obat-obatan warung (kimia) yang dibeli oleh responden: Rheumacyl, Oskadon, Konidin, Bintang Tujuh Puyer, Minyak Angin Mamo, Waisan, Neo Entrostop, Bodrex, Mixagrip, Paramex, Bodrexin, Promag, Inza, Procold, Neo Nafasin, Bodrex Flu, Mylanta. Sebagian responden masih menggunakan jamu dan obat tradisional dengan membuat sendiri dengan bahan baku dari TOGA yang ada di pekarangan. Alasan mereka menggunakan obat tradisional umumnya karena percaya khasiatnya yang dapat menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit, selain itu mereka tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi untuk pengobatan. Responden umumnya menanam tumbuhan obat sebagai TOGA di lahan pekarangan karena kesadaran pentingnya apotek hidup di pekarangan rumah berdasarkan informasi yang

13 diperoleh dari sebagian responden. Beberapa responden menyatakan pemeliharaan dan pengobatan alami sudah biasa dilakukan sebagai pengobatan awal sebelum membeli obat ke warung dan pergi ke puskesmas atau dokter. Berdasarkan hasil wawancara ada 16 penyakit yang pernah diderita oleh responden dan sebagian besar dari 16 penyakit tersebut telah diobati dengan menggunakan obat tradisional ( Tabel 18) Tabel 18 Kelompok penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat pada responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng Tumbuhan Jumlah Kelompok Nama obat yang Pembuatan Ramuan responden yang Penyakit Penyakit sering sakit digunakan Gangguan Sistem Pernafasan Batuk - Daun suji - Akar alangalang - Pegagan - Ceplukan - Sidaguri - Daun sirih Direbus dan diminum airnya 1 Paru-paru - Kunyit besar (herbal) Diparut borehan sebagai 1 Gigi dan Mulut 1 Sariawan - Saga - Dadap serep Daun saga dan dadap dicuci bersih, diremas, diambil airnya, di minum. 1 Gangguan peredaran darah Penyakit kulit Penyakit kepala dan demam Penyakit Jantung Gangguan Ekskresi Darah rendah Gigi - Putri malu Direbus dan dikumurkumur Alergi/gatalgatal Sakit kepala Demam Diiris daging buahnya, 1 - Mahkota Hipertensi dijemur dan diseduh dewa Ginjal - Daun tempuyung - Kunyit Daun tempuyung direbus dicampur dengan parutan kunyit dan diminum airnya bersama ampas rebusannya. 3 - Kumis kucing - Ceplukan Direbus dan diminum airnya

14 Lanjutan Tabel 18 Kelompok Penyakit Nama Penyakit Tumbuhan obat yang sering digunakan - Akar alangalang Pembuatan Ramuan Jumlah responden yang sakit Gangguan Sistem Pencernaan Diare - Kunyit - Bandotan Kunyit diparut, diambil airnya dicampur dengan air dari bandotan yang telah diremas, diminum. 2 - Daun papaya rente - Lempuyang Daun pepaya rante ditumbuk dicampur dengan parutan lempuyang, diperas, diseduh dan ditambah kuning telur ayam kampung diminum. Gangguan Otot dan Tulang Maag - Pegagan Daun pegagan 15 - Meniran dicampur dengan akar - Ceplukan ceplukan, daun dan batang meniran, direbus dan diminum airnya. Typus Rematik - Jahe Diparut dicampur cuka 3 dibalur/diboreh Asam urat - Kumis kucing Dijemur sampai kering, digodog 3 L air = 4 gelas. 11 Sakit pinggang - Daun sembung Daun sembung dicuci, dipotong-potong, direbus, diminum airnya. 1 - Ciplukan - Alpukat Semua bagian ceplukan dijemur, dicampur dengan daun alpukat, digodog, diambil airnya, diminum. Pada Tabel 18 terlihat penyakit yang banyak diderita oleh responden paling tinggi adalah penyakit maag/ kelompok gangguan sistem pencernaan sebanyak 15 orang dan kelompok penyakit gangguan otot dan tulang /asam urat sebanyak 11 orang, serta penyakit sakit kepala sebanyak 10 orang. Tumbuhan obat yang sering digunakan oleh responden untuk mengobati penyakit pencernaan ada 9 spesies tumbuhan obat (Tabel 18). Sedangkan potensi yang ada untuk mengobati penyakit

15 pencernaan ada 100 spesies tumbuhan obat, jadi masih ada 91 spesies tumbuhan obat yang belum dimanfaatkan oleh responden. Dalam mengobati penyakit asam urat, responden menggunakan daun sembung (Blumea balsamifera). Berdasarkan Adi (2006) spesies tumbuhan obat sembung (Blumea balsamifera) memiliki khasiat dan manfaat dapat mengobati penyakit asam urat. Jadi antara pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari turun temurun terdapat kesesuian dengan informasi ilmiah. Dengan adanya kesesuian antara pengetahuan masyarakat dengan pengetahuan ilmiah, harapannya akan semakin memperkuat keyakinan masyarakat dalam penggunaan spesies tumbuhan obat tradisional. Kurangnya pemanfaatan spesies tumbuhan obat selama ini, disebabkan kurangnya pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan yang memiliki khasiat obat. Sehingga dibutuhkan transfer informasi supaya responden mengetahui potensi yang ada secara optimal untuk mencegah dan mengobati penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat agar masyarakat sehat mandiri Pengetahuan terhadap tumbuhan obat keluarga (TOGA) Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, sebanyak 121 spesies tumbuhan obat telah diketahui. Spesies tumbuhan obat yang diketahui oleh responden dan ditemukan di lapangan selama penelitian sebanyak 98 spesies atau 45,37 % dari total potensi tumbuhan obat yang ada di lokasi penelitian. Sebanyak 23 spesies telah diketahui oleh responden, namun tidak ditemukan pada waktu penelitian (Lampiran 2). Dari jumlah spesies, perbedaan potensi tumbuhan obat yang diketahui responden melalui wawancara tetapi tidak ditemukan pada waktu di lapangan sebesar 10,64 % dari total potensi tumbuhan obat yang ada di lokasi penelitian. Pengetahuan tumbuhan obat keluarga (TOGA) yang diketahui oleh responden didapatkan dari pengalaman turun temurun, saling tukar menukar informasi dengan tetangga, dan penyuluhan yang pernah diadakan di lingkungan setempat. Spesies tumbuhan obat yang diketahui oleh responden disajikan pada Tabel 19 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 6.

16 Tabel 19 Tingkat pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan obat No Klasifikasi Nama Tumbuhan Obat Spesies TO 1 Kurang (1-5 orang) Mentimun, selasih, salak, lidah 92 buaya, salam, sosor bebek, sirsak, pare, tomat, kamboja. 2 Sedang (6-10 orang) Alang-alang, alpukat, asam jawa, bangle, beluntas, jahe, jarak pagar, keji beling, kencur, kunyit Baik (11-16 orang) Ceplukan, dadap serep, daun 10 sendokan, jambu biji, jawer kotok, kumis kucing, sirih, papaya, pegagan, sembung. Pada Tabel 19 terlihat bahwa 10 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi pengetahuan baik dengan jumlah responden yang mengetahui orang, 19 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan jumlah responden yang mengetahui 6-10 orang, sedangkan 92 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi kurang dengan jumlah responden yang mengetahui 1-5 orang. Biasanya pengetahuan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kemudahan mendapatkan spesies tumbuhan obat tersebut dan khasiat dari tumbuhan obat tersebut yang sudah terpercaya dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap potensi spesies tumbuhan obat yang ada di desa masih kurang, setengahnya dari potensi tumbuhan obat di desa belum mereka ketahui. Adanya perbedaan potensi yang terjadi antara pengetahuan tumbuhan obat yang diketahui oleh responden dengan potensi tumbuhan obat yang ada di desa, disebabkan kurangnya informasi pengetahuan mengenai spesies tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat di masyarakat. Oleh karena itu, penjelasan informasi mengenai tumbuhan obat yang ada di sekitar mereka menjadi penting, salah satunya melalui program TOGA Pemanfaatan tumbuhan obat keluarga (TOGA) Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui ada 47 (21,76 %) spesies tumbuhan obat dari 23 famili yang sudah dimanfaatkan dari potensi tumbuhan obat yang ada di lokasi penelitian. Sebanyak 169 atau 78,24 % spesies tumbuhan obat dari total potensi yang ada di lokasi penelitian belum dimanfaatkan

17 oleh responden. Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan responden berdasarkan tingkat penggunaannya secara rinci disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Spesies tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan responden No Klasifikasi Nama Tumbuhan Obat Spesies TO 1 Kurang ( 1-3 orang ) Daun sendokan, kencur, kaca piring, tempuyung, mahkota dewa, beluntas, 31 mahoni, keji beling, alang-alang, singkong, karuk, temulawak, mengkudu, angsana, sidaguri, kenikir, som jawa, sambiloto, jarak pagar, meniran, katuk, tekokak, sereh, temu kunci, lempuyang, lidah buaya, pacing, salam, sosor bebek, jawer kotok, kembang sepatu. 2 Sedang ( 4-6 orang) Suji, pegagan, papaya, ceplukan, bangle, 10 jambu biji, alpukat, bandotan, saga, lamak daging. 3 Sering (7-9 orang) Kunyit, jahe, sirih, kumis kucing, dadap 6 serep, sembung. Jumlah 47 Pada Tabel 20 berdasarkan klasifikasi pemanfaatannya dapat dilihat bahwa 31 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi kurang dengan jumlah responden yang sering menggunakan tumbuhan obat 1-3 orang, 10 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan jumlah responden yang sering menggunakan tumbuhan obat 4-6 orang, sedangkan 6 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi sering dengan jumlah responden yang sering menggunakan tumbuhan obat 7-9 orang. Spesies-spesies tumbuhan obat yang intensitas penggunaannya sering biasanya terkait dengan manfaat dari spesies tumbuhan obat itu yang multi fungsi, dan khasiat dari tumbuhan obat tersebut sudah dirasakan dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Spesies tumbuhan obat yang sering digunakan sebagian besar mereka peroleh dengan mengambil langsung di pekarangan rumah atau sekitar pemukiman mereka tinggal, karena spesies tersebut sudah banyak ditanam atau dibudidayakan oleh masyarakat. Namun intensitas masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai obat tidaklah sering, terkadang mereka lebih sering memakai obat modern ketika sakit, karena dinilai lebih efisien, atau pergi ke puskesmas karena mudah dan cepat penanganannya. Beberapa spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng tersaji pada Gambar 3.

18 (a) (b) (c) Gambar 3 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar Kampung Gunung Leutik, Desa Bentenn : (a) Kunyit (Curcuma longa ( Linn.), (b) Sirih (Piper betle (L.), (c) Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq) Spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh responden seperti kunyit berkhasiat mencegah dan mengobati demam, diare, perut kembung, tidak nafsu makan, keputihan, terlambat haid. Sirih berkhasiat sebagai antibiotik yang dapat mengobati batuk, menghilangkan bau badan, mata merah dan gatal, luka pendarahan gusi/ bau mulut, keputihan dan kumis kucing yang sudah banyak diketahui berkhasiat mengobati penyakit ginjal. Berdasarkan Tabel 20 tersebut diketahui bahwa responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng masih belum optimal memanfaatkan spesies potensi tumbuhan obat yang ada di kampung. Sedikitnya spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden, dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan yang memiliki khasiat obat masih kurang. Padahal apabila TOGA dimanfaatkan secara optimal kesehatan keluarga akan terjaga seperti yang dinyatakan oleh Sukmaji (2006) TOGA dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki gizi keluarga mengingat jenis tumbuhan obat dapat berupa sayuran dan buah-buahan. Melimpahnya spesies tumbuhan obat yang ada di desa, jika dimanfaatkan optimal oleh setiap keluarga sebagai upaya pencegahaan dan mengobati penyakit maka spesies tumbuhan obat yang ada akan lebih berkembang. Sehingga dengan banyaknya masyarakat memanfaatkan spesies tumbuhan obat, secara tidak langsung masyarakat telah membantu upaya konservasi. Sehingga semakin banyaknya khasiat tumbuhan obat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit,

19 semakin tinggi pula kepedulian masyarakat akan melestarikan dan menjaga spesies tumbuhan obat tersebut serta pengetahuan tradisionalnya Budidaya tumbuhan obat keluarga (TOGA) Budidaya merupakan salah satu upaya penting dalam menjaga kelestarian manfaat dari suatu spesies tumbuhan obat, dengan demikian spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan dan banyak dimanfaatkan akan tetap terjaga kelestariannya. Spesies tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan oleh responden sebanyak 58 spesies tumbuhan obat dari 31 famili atau 26,85 % total potensi spesies tumbuhan obat yang terdapat di lokasi penelitian. Berikut tumbuhan obat yang ditanam responden pada lahan pekarangan dan kebunnya. Spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Spesies tumbuhan obat yang di budidayakan No Klasifikasi Nama Tumbuhan Obat Persentase Spesies (%) TO 1 Kurang (1-3 orang) Som jawa, mawar, euphorbia, kumis kucing, keji beling, alpukat, sembung, daun dewa, zodia, mangkokan, lidah 44 75,86 mertua, yodium, kembang sepatu, beluntas, temulawak, jambu air, tempuyung, pulai, pisang, jahe, kencur, jarak pagar, belimbing wuluh, meniran, bandotan, salam, petai cina, rosella, dadap serep, lamak daging, ceplukan, temu kunci, lengkuas, jambu biji, papaya, tapak dara, pacing, kamandilan, nanas kerang, tapak liman, katuk, wijaya kusuma, kenikir, nanas. 2 Sedang (4-6 orang ) Daun sendokan, lempuyang, pandan 8 13,79 wangi, karuk, pegagan, suji, sereh, cabai rawit.. 3 Banyak (7-9 orang) Kunyit, saga, mahkota dewa, jawer 6 10,34 kotok, sirih, bangle. Jumlah Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa ada 6 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi yang banyak dibudidayakan. Hal ini terkait dengan manfaat obat tersebut yang sudah dipercaya masyarakat efektif dalam mencegah dan mengobati penyakit, seperti saga (Abrus precatorius L.) yang berkhasiat mengobati sariawan dan kunyit (Curcuma longa Linn.) yang multi fungsi, yaitu sebagai bumbu dapur/ rempah, kunyit juga dipakai sebagai obat saluran

20 pencernaan/ maag serta dapat digunakan sebagai pewarna alami. Selain dilihat dari khasiatnya, spesies tumbuhan obat tersebut sangat mudah dibudidayakan dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Tumbuhan obat yang termasuk ke dalam klasifikasi sedang ada 8 spesies, hal ini terkait dengan tumbuhan obat tersebut tidak terlalu sering dimanfaatkan dan biasanya tumbuhan obat tersebut sudah hampir banyak ditemukan atau tumbuh liar. Sedangkan tumbuhan obat yang termasuk klasifikasi kurang dibudidayakan ada 45 spesies tumbuhan obat. Tumbuhan obat tersebut kurang dibudidayakan karena manfaat dari obat tersebut belum banyak diketahui secara pasti oleh masyarakat, spesies tumbuhan obat tersebut tersedia melimpah di lingkungan pemukiman sebagai tanaman hias dan tanaman buah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan masih sedikit. Semakin sedikit responden yang membudidayakan spesies tumbuhan obat sedangkan yang memanfaatkan spesies tumbuhan obat banyak, maka akan berdampak negatif terhadap pengembangan TOGA dan akan mengancam kelestarian spesies tumbuhan obat. Untuk menjaga spesies tumbuhan obat tetap lestari meskipun digunakan dalam jumlah yang cukup banyak, maka perlu dilakukan pengembangan potensi tumbuhan obat dengan cara budidaya. Adapun program budidaya yang dibuat harus mempertimbangkan kearifan tradisional, keseimbangan ekologi, pelestarian plasma nutfah dan kesejahteraan bagi masyarakat. 5.5 Permasalahan, Keinginan Masyarakat dan Strategi Pengembangan TOGA Permasalahan dan Keinginan Masyarakat dalam pengembangan TOGA Ada beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi responden masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dalam pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA), yaitu : 1. Pengetahuan masyarakat mengenai spesies tumbuhan yang memiliki khasiat obat masih kurang, sehingga berpengaruh pada pemanfaatan spesies tumbuhan obat di masyarakat kurang.

21 2. Proses pembuatan dan pengolahan spesies tumbuhan obat yang baik oleh sebagian masyarakat belum diketahui. 3. Kecenderungan masyarakat melakukan pengobatan dengan obat-obatan modern mulai meningkat. Hal ini karena, tidak diketahuinya spesies tumbuhan obat yang memiliki khasiat yang penting dan unggulan. 4. Sebagian besar spesies tumbuhan obat penting belum dibudidayakan, pemanfaatan spesies tumbuhan obat masih membeli dari pasar dan mengambil dari tumbuhan liar. 5. Orientasi pengembangan tumbuhan obat selain untuk kesehatan dan tujuan pengobatan, proritas ekonomi/pasar (laku dan harga menarik) untuk meningkatkan pendapatan masyarakat menjadi dasar dalam mengembangkan tumbuhan obat, karena harga tumbuhan obat relatif lebih murah. 6. Belum adanya sistem kelembagaan yang mantap dan efisien, sehingga masyarakat belum mempunyai bargaining position yang baik. Akibatnya masyarakat kurang bersungguh-sungguh dalam menangani budidaya tumbuhan obat. Dalam rangka optimalisasi pengembangan TOGA yang tepat dan sesuai dengan keinginan responden masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Berdasarkan penilaian (evaluasi) melalui wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa responden masyarakat Kampung Gunung Leutik menginginkan adanya arahan dan tanggapan yang positif, serta timbal balik dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi kepada masyarakat dalam hal informasi pengetahuan. Dengan demikian, sebaiknya dibentuk suatu wadah kegiatan yang dapat dibina oleh berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, perlu dibuat rancangan program atau kerjasama antara masyarakat (responden) dengan berbagai pihak terkait dalam rangka pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat. Beberapa keinginan masyarakat dalam optimalisasi pengembangan TOGA yang tepat dan sesuai, yaitu : 1. Setelah potensi tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung leutik, Desa Benteng, baik yang liar maupun yang budidaya diamati dan dikaji, kemudian

22 diinformasikan kembali kepada masyarakat mengenai pengetahuan potensi tumbuhan obat yang ada di desa mereka. 2. Memasyarakatkan kembali penggunaan TOGA dan kesehatan keluarga meliputi pengenalan spesies TOGA dan khasiatnya bagi kesehatan keluarga, serta nilai estetika dalam mengoptimalkan lahan pekarangan sebagai usaha mengembangkan TOGA. 3. Adanya demo pemanfaatan dan pengolahan obat meliputi takaran dan cara meramu obat tradisional untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit, terutama penyakit yang sering diderita oleh masyarakat. 4. Adanya demo membuat makanan dan minuman bergizi dan sehat bagi keluarga dengan menggunakan TOGA yang ada di pekarangan. 5. Mengembangkan cara menanam atau budidaya yang kreatif, inovasi dan mudah pada lahan pekarangan yang sempit seperti penanaman organik. 6. Membangun pembibitan dan persemaian tumbuhan obat dalam jumlah yang banyak sehingga Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ke depan menjadi produsen bibit tumbuhan obat dengan produk yang bersifat organik. Selain itu, masyarakat dapat memperoleh bibit secara mudah. 7. Pembentukan kelompok TOGA. Setelah dibentuk kelompok TOGA, harapannya setiap anggota dapat bekerjasama dalam upaya pengembangan kembali pekarangan. Selain tujuan utama untuk memelihara kesehatan, TOGA di pekarangan masyarakat juga dapat menambah pendapatan keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan konsumen memiliki pasar yang jelas dan menjanjikan untuk menjual daun tumbuhan obat dari TOGA di pekarangan. 8. Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat menjadi penghasil jamu atau obat tradisional atau penyedia bahan baku jamu atau obat tradisional. Dengan demikian, TOGA di pekarangan masyarakat dapat menambah pendapatan keluarga.

23 5.5.2 Strategi dalam Pengembangan TOGA Berdasarkan permasalahan dan keinginan responden (masyarakat) dalam pengembangan TOGA, maka diperlukan solusi agar program pengembangan TOGA oleh masyarakat dapat berjalan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu strategi pengembangan TOGA. Dalam strategi pengembangan TOGA perlu dilakukan analisis spesies tumbuhan obat yang bisa dikembangkan dengan kriteria sebagai berikut : spesies tumbuhan obat yang ada di desa dan sudah dibudidayakan oleh masyarakat, tumbuhan obat tersebut memiliki khasiat dan manfaat penting, secara nyata dalam kehidupan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mudah dipasarkan di masyarakat. Potensi tumbuhan obat Desa Nilai Manfaat Nilai Kerelaan budidaya dan penggunaan Tumbuhan obat yang dikembangkan Gambar 4 Strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga. Berdasarkan strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga pada Gambar 4 tersebut, maka beberapa spesies tumbuhan obat yang merupakan potensi Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng yang dapat dikembangkan di sajikan pada Tabel 22.

24 Tabel 22 Spesies tumbuhan obat yang dapat dikembangkan No Spesies tumbuhan obat Khasiat dan manfaat 1 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Rasa sedikit pahit, berkhasiat sebagai antiradang, antisembelit, tonikum, diuretik. Khasiat temulawak sebagai antiradang diperoleh dari kandungan kurkuninoidnya. 2 Kunyit (Curcuma domestica) berkhasiat antiradang dan meringankan nyeri pada rematik 3 Brotowali (Tinospora crispa) Memiliki rasa pahit dan sejuk. Berkhasiat sebagai analgetik, menghilangkan rasa sakit, antipiretik/menurunkan panas, dan melancarkan meridian atau cairan limfa 4 Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) Mengobati rematik gout dan menurunkan asam urat darah pada jenis komplikasi batu urat di saluran kencing, sebagai diuretic, melarutkan batu di saluran kencing, anti-bakteri. 5 Pegagan (Centella asiatica) Memiliki rasa manis dan sejuk. Berkhasiat sebagai antirematik, antitoksik, pembersih darah, penghenti pendarahan/hemostatis, peluruh kencing/ diuretic ringan, penenang/sedatif. 6 Jahe merah (Zingiber officinale) Mengurangi rasa sakit, memperkuat khasiat obat lain yang dicampurnya dan merangsang selaput lender perut besar dan usus. Khasiat lain adalah obat flu, menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, perangsang aktivitas saraf pusat, merangsang ereksi, merangsang keluarnya ASi, merangsang kekebalan tubuh, merangsang regenerasi sel normal. 7 Sambiloto (Andrographis paniculata) Memiliki rasa pahit, dan berkhasiat sebagai antiradang, penghilang nyeri/analgesik, dan penawar racun. 8 Mengkudu (Morinda citrifolia) Berkhasiat sebagai penghilang hawa lembap pada tubuh, penambah kekuatan tulang, pembersih darah, peluruh kencing, peluruh haid, pelembut kulit, obat batuk, obat cacing, pencahar. 9 Sembung (Blumea balsamifera) Astringent, obat sakit perut, karminatif, obat batuk, obat bronchitis, dan tonikum. 10 Katuk (Saoropus androginus (L) Demam, pelancar ASI, suara parau, lepra Merr.) (obat luar), memperlancar keluarnya air seni. 11 Takokak (Solanum torvum Swartz) Bersifat rasa pedas, sejuk, agak beracun. khasiatnya melancarkan sirkulasi, menghilangkan darah beku, menghilangkan sakit gigi, menghilangkan batuk (antitusif), tonikum, memperlancar keluarnya air seni, perawatan darah tinggi (hipertensi). Dilihat dari kondisi sarana dan prasarana kesehatan di desa, umumnya masih belum berkembang dengan akses pelayanan kesehatan yang jaraknya cukup jauh. Selain itu dilihat dari kondisi umum lapangan, Kampung Gunung Leutik

25 memiliki lahan ruang terbuka hijau yang cukup memadai untuk dilakukan pengembangan TOGA melalui budidaya. Sehingga melalui pengembangan TOGA ini, masyarakat benar-benar dapat memanfaatkan TOGA dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya serta pendapatannya meningkat lebih baik. Untuk mendukung pengembangan TOGA oleh masyarakat, maka dibutuhkan stimulus kepada masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Hal ini dibutuhkan karena menurut Zuhud (2007), masyarakat tradisional atau masyarakat yang memiliki kearifan lokal ternyata memiliki sikap dan perilaku pro-konservasi alam. Ada tiga stimulus yang hendaknya dimiliki masyarakat dalam pengembangan TOGA, yaitu stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus religius. Stimulus alamiah yaitu nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya (Zuhud 2007). Upaya pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng yang biasa dilakukan oleh responden (masyarakat) yaitu responden telah membudidayakan tumbuhan obat dan memahami sifat-sifat ekologis TOGA yang dibudidayakan meskipun masih belum optimal, selain itu responden juga telah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat dengan baik. Pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat agar lebih optimal, dapat diwujudkan dengan meningkatkan pengetahuan dan minat budidaya masyarakat terhadap potensi tumbuhan obat supaya masyarakat mampu mengembangkan sendiri. Penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat melalui pola swadaya, mengingat kebutuhan konsumsi bahan obat yang terbatas. Dalam pengembangan tumbuhan obat secara pola swadaya ini, pola di lahan pekarangan perlu mendapatkan perhatian dan prioritas khusus. Pola pengembangan ini paling cocok untuk sifat kebutuhan tumbuhan obat dan untuk beberapa aspek tujuan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena: 1. Sifat kebutuhan bahan obat dari tumbuhan relatif rendah, volume dan dosis pemakaiannya. 2. Pengembangan di lahan pekarangan sejalan dengan pola pengembangan TOGA dan program kesejahteraan keluarga (PKK) yang melibatkan ibu-ibu.

26 Spesies-spesies tumbuhan yang dapat dimasukkan dalam pola pekarangan perlu dicari cocok atau toleran lingkungan pekarangan yang bernaungan pohon. Pola tanam yang dapat diterapkan pada pekarangan adalah pola tumpangsari dan tanaman campuran. Spesies yang dapat dikembangkan di lahan pekarangan cukup banyak, yaitu kumis kucing (Orthosiphon sp.), kelompok temu-temuan seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma domestica), sambiloto (Andrographies paniculata), sembung (Blumea balsamifera). Pola pemanfaatan lahan pekarangan dipandang paling sesuai sepanjang spesies tumbuhannya sesuai untuk lingkungan tersebut. Karena sebagian besar spesies tumbuhan obat belum dibudidayakan, maka untuk kelompok komoditas ini pengembangannya bergantung dari ketersediaannya di desa. Program pengembangan spesies tumbuhan obat melalui budidaya dilakukan dengan cara : 1. Penerapan budidaya tumbuhan obat dengan teknik ramah lingkungan Penerapan ramah lingkungan dengan program organik harus dilakukan supaya kestabilan lingkungan terjaga, dengan mengurangi penggunaan pupuk pestisida atau buatan. Penerapan organik yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan pestisida yang berasal dari ekstrak tumbuhan lain sehingga lebih kecil kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Contoh pestisida organik adalah biji srikaya yang dapat mengendalikan hama belalang. 2. Kegiatan pembuatan pupuk organik Pupuk yang digunakan diusahakan tidak menggunakan pupuk kimia karena akan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan terutama pada spesies tumbuhan obat yang akan dibudidayakan. Bahan baku yang dapat digunakan untuk pupuk kompos yaitu cacahan daun bambu dicampur dengan rumput segar, campur an abu daun dan batang pisang atau dapat menggunakan pupuk kandang. 3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan budidaya tumbuhan obat Upaya pembudidayaan tumbuhan obat untuk keperluan sehari-hari menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat peduli dengan upaya konservasi alam. Pendidikan dan pelatihan budidaya tumbuhan obat tidak hanya untuk kalangan orang tua tetapi remaja dan anak-anak pun perlu mendapatkan

27 pendidikan dan pelatihan, hal ini dimaksudkan agar sedikit demi sedikit dapat mengenal dan mengetahui tumbuhan bermanfaat untuk kesehatan. 4. Prioritas spesies tumbuhan yang mudah dan murah dalam budidaya dan pemanfaatannya, yang dapat menciptakan produk unggulan. Stimulus manfaat adalah stimulus yang didasarkan pada nilai-nilai kepentingan manusia seperti manfaat obat, manfaat ekonomi, manfaat biologis atau ekologis dan manfaat lainnya (Zuhud 2007). Latar belakang yang memberi stimulus kepada masyarakat dalam pengembangan tumbuhan obat melalui peran serta masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng berdasarkan stimulus manfaat yaitu berawal dari biaya berobat ke dokter/ obat-obatan modern yang harganya tinggi, Puskesmas yang ada aksesnya cukup jauh sehingga memberatkan dalam biaya transportasi, serta adanya keinginan responden (masyarakat) dapat sembuh dari penyakit yang diderita dan sehat mandiri. Dari latar belakang tersebut stimulus manfaat di masyarakat dapat terwujud dalam rangka pengembangan TOGA. Dengan adanya khasiat dari tumbuhan obat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat yang ada disekitar mereka, maka dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan manfaat ekonomi. Stimulus manfaat untuk kesehatan mandiri dapat terwujud dengan dikembangkannya 11 spesies tumbuhan obat penting dari 216 potensi spesies tumbuhan obat yang hidup dan ada di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Berdasarkan besarnya potensi spesies tumbuhan obat yang ada di desa, maka potensi spesies tumbuhan obat keluarga (TOGA) harus dimanfaatkan seoptimal mungkin mengingat banyaknya ragam penyakit yang diderita masyarakat dan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu fungsi TOGA adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang meliputi upaya preventif (pencegahan), upaya promotif (meningkatkan derajat kesehatan) dan upaya kuratif (penyembuhan penyakit). Stimulus sehat mandiri ini terkait dengan pemanfaatan yang terbatas pada upaya pengobatan saja, sehingga dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat maka obat tradisional perlu dimanfaatkan sebaikbaiknya. Dalam hubungan ini antara lain diprioritaskan pengembangan tumbuhan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan 78 Lampiran 1. Lembar Wawancara I. IDENTITAS ANGGOTA RUMAH TANGGA 1. Nama Responden : 2. Umur : thn 3. Jenis Kelamin : 4. Tempat Lahir : di desa ini / di luar desa ini 5. Status : belum kawin/kawin/cerai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Subang, yaitu Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan. Pada masing-masing

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian kajian potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah dilakukan di wilayah Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Margadalom, Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dan Taman Hutan Raya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Tanaman Obat Keluarga TOGA

Tanaman Obat Keluarga TOGA Surabaya Januari 10, 2015 Tanaman Obat Keluarga TOGA Djoko Agus Purwanto FAKULTAS FARMASI Universitas Airlangga Apa itu TOGA? TOGA atau Tanaman Obat Keluarga adalah tanaman hasil budidaya yang dikenal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Wawancara. I. Identifikasi Keluarga

Lampiran 1. Prosedur Wawancara. I. Identifikasi Keluarga 170 Lampiran 1. Prosedur Wawancara I. Identifikasi Keluarga 1. Nama Responden :. 2. Umur :. thn 3. Jenis Kelamin : 4. Bahasa yang dikuasai: a. Indonesia b. Madura c. lainnya 5. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu/Sdr:

Lebih terperinci

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda : Tips Alami Turunkan Kolestrol Dengan Cepat Sahabat, tips kesehatan. Dalam keadaan normal atau stabil, kolesterol memang memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia. Beberapa fungsi kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan

Lebih terperinci

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012 Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012 STUDI KUALITATIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN TANAMAN OBAT KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPEUYEUM

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur responden Wawancara dilakukan terhadap 30 orang di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor. Karakteristik masyarakat yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro 68 Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Beluntas Asam Brotowali Pisang Pepaya Jahe Sirih Bunga sepatu Sambiloto Kunyit

Lebih terperinci

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA UNTUK PENYAKIT SEHARI-HARI * Penurun panas, batuk, dan pilek Parut bawang merah, tambahkan minyak telon, lalu balurkan pada punggung sampai bagian pantat sambil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan selama selama 6 (enam) bulan, yaitu pada Bulan Juli Desember 2005. Adapun identifikasi jenis

Lebih terperinci

Studi Pendahuluan. Menentukan Lokasi. Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara

Studi Pendahuluan. Menentukan Lokasi. Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara 128 Lampiran 1. Diagram Langkah Kerja Penelitian Studi Pendahuluan Menentukan Lokasi Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara Wawancara Terstruktur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian Jenis Data yang Dikumpulkan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian Jenis Data yang Dikumpulkan 19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI TANAMAN OBAT KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2007 Eva Anastasia Segara, 2008. Pembimbing

Lebih terperinci

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR Media Konservasi Vol.20, No. 1 April 2015: 34-39 MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR Benefit of Family Medicinal Plant (TOGA) Conservation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipasi selama kurang lebih tiga bulan. Penyajian data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Sandra dan Kemala (1994) mengartikan tumbuhan obat sebagai semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI KECAMATAN GERAGAI 1

PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI KECAMATAN GERAGAI 1 74 PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI KECAMATAN GERAGAI 1 Made Deviani Duaja, Elis Kartika dan Fuad Mukhlis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu formal, informal dan non formal. Pendidikan nonformal merupakan kegiatan pembelajaran di

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2011, hlm ISSN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2011, hlm ISSN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2011, hlm. 71-80 ISSN 0853 4217 Vol. 16 No.2 REVITALISASI KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNA MENINGKATKAN KESEHATAN DAN EKONOMI KELUARGA MANDIRI DI DESA

Lebih terperinci

Setelah mengikuti mata kuliah Hortikultura ini diharapkan mahasiswa memahami konsep Sistem Budidaya Hortikultura

Setelah mengikuti mata kuliah Hortikultura ini diharapkan mahasiswa memahami konsep Sistem Budidaya Hortikultura Standar Kompetisi : Setelah mengikuti mata kuliah Hortikultura ini diharapkan mahasiswa memahami konsep Sistem Budidaya Hortikultura Kompetisi Dasar Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

CEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI

CEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI CEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI Oleh : dr. Titien Rostini K.,M.M.Kes, Herbalis HIPERTENSI PEMICU UTAMA STROKE Serangan stroke paling banyak terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak karena tekanan darah

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Obat Keluaga (TOGA) Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama toga. Program yang dahulu dinamai apoetik hidup ini tengah digunakan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kepentingan yang besar terhadap sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia yang dilihat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kondisi kesehatan yang optimal. Kondisi kesehatan tubuh tentunya tidak bisa lepas dari konsumsi makanan yang sehat.

Lebih terperinci

Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) ISBN : 978-979-3595-49-8 BUKU SAKU Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Penyusun: Susi Mindarti Bebet Nurbaeti Editor: Bebet Nurbaeti Disain Layout: Nadimin BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DI DESA PURWOBINANGUN KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DALAM PENANAMAN DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

Lebih terperinci

Manfa'at Buah-buahan

Manfa'at Buah-buahan Manfa'at Buah-buahan Mengapa Harus Jus? FUNGSI JUS - Meningkatkan daya tahan tubuh - Menurunkan kadar kolesterol - Melancarkan proses pencernaan - Sebagai Anti Oksidan dan Anti Kanker - Mempercepat Proses

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI SKRIPSI Oleh ZAILINA MIRZA NIM 060210193148 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Agrowisata Tanaman Obat Tradisional (ATOT) di Tlogodlingo Tawangmangu Karanganyar.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Agrowisata Tanaman Obat Tradisional (ATOT) di Tlogodlingo Tawangmangu Karanganyar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi 1.1.1. Judul Pengembangan Agrowisata Tanaman Obat Tradisional (ATOT) di Tlogodlingo Tawangmangu Karanganyar. 1.1.2.Pengertian Judul Pengembangan : Proses, cara, perbuatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan

TINJAUAN PUSTAKA. obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Tumbuhan Obat Masyarakat Indonesia sudah mengenal obat dari jaman dahulu, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan jenis penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan obat tradisional di Indonesia sekarang ini memiliki prospek yang baik, oleh karena besarnya potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia. Indonesia sangat

Lebih terperinci

BEBERAPA CONTOH PENYAKIT YANG DAPAT DITERAPI DENGAN BRITISH PROPOLIS

BEBERAPA CONTOH PENYAKIT YANG DAPAT DITERAPI DENGAN BRITISH PROPOLIS BEBERAPA CONTOH PENYAKIT YANG DAPAT DITERAPI DENGAN BRITISH PROPOLIS KEPALA :Sakit kepala, migrain, rambut rontok, insomnia, stress akibat tekanan kerja, rambut beruban, ketombe, mata merah, infeksi mata,

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1 ANEKA RESEP JUS SEHAT Slow Juicer MT-67 Bagian 1 Apa itu Slow Juicer? Berbeda dengan juicer yang menggunakan metode kecepatan tinggi dengan pisau yang tajam, Slow Juicer menggunakan Low Speed Technology

Lebih terperinci

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Januari 2017, Vol.1 No. 1

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Januari 2017, Vol.1 No. 1 Budidaya Tanaman Sirsak Dan Manfaatnya Untuk Kesehatan Yetti Elidar Universitas Mulawarman Samarinda yettiirsal@gmail.com Abstrak Pohon Sirsak memiliki banyak manfaat dalam kesehatan, mulai dari sebagai

Lebih terperinci

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN LANSIA Apa Itu ASAM URAT...?? Nilai normal asam urat : Pria 3,4 7 mg/dl Wanita 2,4 5,7 mg/dl Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein

Lebih terperinci

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 Asti Dwi Rahmawati 1 E34110041, Ashri Istijabah Az-Zahra 1 E34120003, Rizki Kurnia Tohir 1 E3120028, Yanuar Sutrisno 1 E34120038, Gabriela Krisanti

Lebih terperinci

Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Mengenal Tanaman Obat Keluarga Mengenal Tanaman Obat Keluarga Pengertian TOGA Tga adalah singkatan dari tanaman bat keluarga. Tanaman bat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Lebih dari 2000 jenis tumbuhan obat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, 1000 jenis saja yang sudah didata dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkn untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

Tradisional Bagian Daun dan Buah

Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman Obat Diabetes Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman obat diabetes tradisional bisa anda temukan di sekitar lingkungan anda. Sadarkah kalau tanaman tersebut berkhasiat? Mungkin ada diantara kalian

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI TANAMAN TOGA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI TANAMAN TOGA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI TANAMAN TOGA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Diah Nurdiwaty 1, Erna Puspita 2, Dian Kusumaningtyas 3, Sigit Puji Winarko 4 Amin Tohari 5, Mar atus Solikah 6,

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi Indonesia yang memiliki bagi perekonomian Nasional dalam berbagai bidang. Kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. 62 Lampiran 1 Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara 1 Aleurites moluccana (L). Willd., (Kemiri) Menyuburkan rambut Pasar,

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : Alamat : Tanggal Wawancara : KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI II. DATA KELUARGA 1. Nama KK :... 2. Umur :... 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Agama : 5. Pendidikan :... 6.

Lebih terperinci

DATA KONTRIBUSI SEKOLAH TERHADAP PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI MI MA ARIF NU ASSA ADAH SAMPURNAN BUNGAH GRESIK

DATA KONTRIBUSI SEKOLAH TERHADAP PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI MI MA ARIF NU ASSA ADAH SAMPURNAN BUNGAH GRESIK DATA KONTRIBUSI SEKOLAH TERHADAP PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI MI MA ARIF NU ASSA ADAH SAMPURNAN BUNGAH GRESIK Nama Sekolah : MI MA ARIF NU ASSA ADAHMABOLINGGO Alamat : Dsn. Sampurnan RT 12 RW 04 Bungah

Lebih terperinci

Bahan/campuran bahan yg digunakan untuk: -mencegah penyakit -menyembuhkan penyakit/gejala

Bahan/campuran bahan yg digunakan untuk: -mencegah penyakit -menyembuhkan penyakit/gejala SKK Pemahaman Obat: Mengetahui arti, guna dan bahaya obat Mengetahui obat yang dapat dipergunakan untuk pertolongan pertama Mengetahui bahaya penggunaan obat yang malampaui takaran dan obat yang memakai

Lebih terperinci

Oleh : Wardani,S.Sos Disampaikan dalam Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan bagi Pokja IIITim Penggerak PKK Kecamatan dan Pokja III TP.

Oleh : Wardani,S.Sos Disampaikan dalam Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan bagi Pokja IIITim Penggerak PKK Kecamatan dan Pokja III TP. Oleh : Wardani,S.Sos Disampaikan dalam Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan bagi Pokja IIITim Penggerak PKK Kecamatan dan Pokja III TP.PKK Desa / Kel Binaan di Aula PKK Kab. Karanganyar Kol banda/hali/buring/kendu/kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pare (Momordica ) merupakan tumbuhan dataran rendah yang seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 2002 dalam Irwanto, 2008).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis

Lebih terperinci

Tips Sehat Saat Musim Hujan. Ditulis oleh

Tips Sehat Saat Musim Hujan. Ditulis oleh Setelah kita dilanda terik berkepanjangan, kehadiran musim hujan memang menyegarkan. Tetapi hati-hati, ada banyak penyakit yang mengintai di musim ini. Misalnya, keracunan makanan, kolera, flu, batuk,

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamu Definisi jamu menurut pasal 1 Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. obat.tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. obat.tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Obat Tanaman obat tidak berarti tumbuhan yang ditanam sebagai tanaman obat.tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman pagar, tanaman buah, tanaman sayur

Lebih terperinci

DAFTAR PENYAKIT YANG MAMPU DISEMBUHKAN SIRUP HERBAL FIDES

DAFTAR PENYAKIT YANG MAMPU DISEMBUHKAN SIRUP HERBAL FIDES DAFTAR PENYAKIT YANG MAMPU DISEMBUHKAN SIRUP HERBAL FIDES No. DAFTAR PENYAKIT CATATAN 1. Diabetes Langsung menyasar peremajaan dan penyembuhan pankreas penghasil insulin. 2. Stroke berat Memperlancar aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut tentunya membuka peluang bagi Indonesia untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (STUDI KASUS KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT)

ANALISIS PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (STUDI KASUS KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT) ANALISIS PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (STUDI KASUS KELURAHAN SITUGEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT) Emilda 1, Muslihatul Hidayah 2, Heriyati 3 E-mail: emilda1430@gmail.com

Lebih terperinci

HERBAL THERAPY. JUICE THERAPY WAKTU MINUM PAGI SIANG MALAM Wortel Radish Apel Malang Wortel Tomat Anggur Merah Strawbery Apel Malang

HERBAL THERAPY. JUICE THERAPY WAKTU MINUM PAGI SIANG MALAM Wortel Radish Apel Malang Wortel Tomat Anggur Merah Strawbery Apel Malang HERBAL THERAPY No 1 PENYAKIT RADANG PERNAFASAN SINUSITIS ASTHMA BRONCHITIS 2 PENAMBAH STAMINA 3 GANGGUAN LAMBUNG, ASAM BERLEBIH (ACIDITY) 4 LEMAK BERLEBIH 5 6 8 9 KOLESTEROL ASAM URAT TRIGELISERIDE TINGGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesis penelitian dan manfaat penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesis penelitian dan manfaat penelitian ini. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesis penelitian dan manfaat penelitian ini. 1.1.Latar Belakang Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek

Lebih terperinci

JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Komang Abdi Susila 1, Andi Tanra Tellu 2, Lilies Tangge 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986)

BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul : Forest Garden di Hutan Gunung Bromo Karanganyar sebagai Taman Wisata Alam adalah sebagai berikut. Forest : Forest merupakan kata dalam Bahasa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUDIDAYA dan PEMANFATAAN TANAMAN OBAT PADA TAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA ( TOGA ) Oleh : Ir. Pasetriyani ET., MP

PENGEMBANGAN BUDIDAYA dan PEMANFATAAN TANAMAN OBAT PADA TAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA ( TOGA ) Oleh : Ir. Pasetriyani ET., MP ABSTRAK PENGEMBANGAN BUDIDAYA dan PEMANFATAAN TANAMAN OBAT PADA TAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA ( TOGA ) Oleh : Ir. Pasetriyani ET., MP Pemanfaatan tanaman obat di Indonesia makin meningkat dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa Lampiran 1. Skema Kerja Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah Studi Pendahuluan Mengurus Perijinan kepada Pengageng Sasana Wilapa Ditentukan Informan Kunci Oleh Pengageng Sasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman hayati terkaya di dunia setelah Brasil dan Zaire. Alam Indonesia sebenarnya merupakan gudangnya tanaman obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai digunakan sebagai bumbu untuk menambahkan rasa pedas pada makanan. Di dalam cabai diketahui terkandung kapcaisin, dihidrokapcaisin, vitamin A dan C, minyak atsiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi, hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (Hamid et al. 1991). Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan No.149/SK/Menseknes/IV/1978 diacu dalam Kartikawati (2004), definisi tumbuhan obat adalah

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

Di bawah ini kita dapat melihat kandungan, khasiat dan manfaat sehat dari beberapa jenis buah yang ada di bumi :

Di bawah ini kita dapat melihat kandungan, khasiat dan manfaat sehat dari beberapa jenis buah yang ada di bumi : Buah adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari. Dibandingkan dengan suplemen obat-obatan kimia yang dijual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga. Penyebab menurunnya

Lebih terperinci

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional 1 Obat Tradisional Bugar Berkat Secangkir Herbal Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita mengajarkan pola hidup sehat antara lain lewat minuman tradisional yang diolah dari aneka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara untuk mengumpulkan data atau informasi secara sistematis yang diperlukan dalam mencapai tujuan atau memecahkan masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan tanaman sebagai obat-obatan telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Bangsa Mesir kuno pada 2500 tahun sebelum masehi para ahli kesehatan telah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Cerai. Jumlah Anggota Keluarga :. Orang

Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Cerai. Jumlah Anggota Keluarga :. Orang Lampiran 1. Lembar Wawancara I. IDENTITAS Nama : Umur : Jenis Kelamin : Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Cerai Kedudukan Dalam Keluarga : a. Anak b. Suami c. Istri d. kakek e. Nenek Jumlah Anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Identifikasi adalah proses untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Identifikasi adalah proses untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi Identifikasi adalah proses untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Menurut Kusuma

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, umumnya dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar (Jatropha curcas) mulai mendapat perhatian khusus pemerintah yang dikembangkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci