ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT RlAU ANDALAN PULP AND PAPER DALAM KAITANNYA DENGAN UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT RlAU ANDALAN PULP AND PAPER DALAM KAITANNYA DENGAN UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA"

Transkripsi

1 ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT RlAU ANDALAN PULP AND PAPER DALAM KAITANNYA DENGAN UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DEW1 RAHAYU SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga adalah hasil karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bangian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2007 Dewi Rahayu NRP A

3 ABSTRACT DEW1 RAHAYU. Analysis of PT Riau Andalan Pulp and Paper Community Development Program in Relation to the Effort of Household Food Security Improvement. Under direction of DRAJAT MARTIANTO and YAYUK FARIDA BALIWATI. Poverty Abolition is considered an important part in realizing food security, especially in improving food accessibility and sustainability. The company's involvement in fighting the poverty and food scarcity problem in the community can be done through community development program. This research is conducted in order to analyze the company's community development program in relation to the effort of improving household food security. The design used in this research is restropective, and conducted in Banjar Benai and Koto Benai village of Benai subdistrict. Kuantan Singingi regency, Province of Riau, where PT Riau Andalan Pulp and Paper's community development program is located. The integration of community development program within the company's policy as its commitment is regarded good, based on several indicators, i.e. written policy, a certain division being assigned to handle the program, capable human resources to back it up, strategic planning, fund provision and agreement with an out-source. The potential impact of Integrated Farming System Program (Sistem Pertanian Terpadu [SPT]), Social and Infrastructure Program (Program Sosial dan Infrastruktur[PSI]), Small and Medium Enterprises Program (Program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah[PUKM]) and Vocational Training (VT) in relation to the effort of improving the food security has touched the food provision subsystem, distribution subsystem, and food consumption subsystem. However, these programs are nor suitably designed to have link connected with each other. The execution of SPT and PUKM are affected by several supporting and counteracting factors from both assisting officers, target and policy, as well as natural condition. SPT able to improve of household food security, is not yet able to improve household food security, though it is capable of increasing target's income. Even though SPT and PUKM have been introduced for quite a long time, the targeted community is still expecting to get support from the company, especially for new programs of rubber replanting, as it is the main living of most residents, and saprodi subsidization as a part of SPT program. Keywords: household food security, community development

4 DEW1 RAHAYU. Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO dan YAYUK FARIDA BALIWATI. Pengentasan kemiskinan dipandang sebagai bagian penting untuk mewujudkan ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan aksesibilitas terhadap pangan dan keberlanjutannya. Keterlibatan perusahaan dalam menanggulangi kemiskinan dan rawan pangan masyarakat sekitar perusahaan dapat diwujudkan melalui program pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga Penelitian ini menggunakan restropective design. Pengumpulan data dilaksanakan pada April-Mei 2006 di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sebagai tempat pelaksanaan program pemberdayaan PT Riau Andalan Pulp and Paper. Pertimbangan lain adalah karena kedua desa tersebut memiliki nilai penting bagi perusahaan sebagai lalu lintas angkutan kayu dan merupakan daerah dekat lokasi hutan perusahaan. Selain itu, masyarakat di desa ini hampir 100% merupakan suku asli yaitu Melayu dan telah tinggal di kawasan tersebut sebelum kegiatan perusahaan beroperasi. Unit penelitian adalah rumah tangga. Penelitian ini meneliti seluruh rumah tangga yang menjadi sasaran program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dan masih aktif mengikuti serta melaksanakan program pemberdayaan. Jumlah seluruh rumah tangga yang diteliti adalah 34 orang (29 orang sasaran program Sistem Pertanian Terpadu dan 5 orang sasaran program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah). Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik kebijakan program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan, ketahanan pangan rumah tangga dan karakteristik sosial rumah tangga (pendapatan, pengetahuan gizi ibu, pendidikan ibu, dan besar rumah tangga) dan aspirasi atau kebutuhan masyarakat. Data primer diperoleh dari wawancara berdasarkan kuesioner yang dibuat. Wawancara untuk mendapatkan data tentang karakteristik program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dilakukan dengan Manajer Community Development (CD) perusahaan. lnformasi tambahan tentang program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan dapat dikonfirmasikan kepada pihak lain seperti penerima sasaran, yayasan pelaksana kegiatan pemberdayaan masyarakat. Wawancara untuk menggali ketahanan pangan rumah tangga dan karakteristik sosial rumah tangga dilakukan terutama dengan ibu rumah tangga. Data ini juga di konfirmasikan kepada anggota rumah tangga lain seperti kepala rumah tangga dan orang dewasa lain selaku anggota rumah tangga. lnformasi tambahan tentang responden diperoleh dari pendamping program yang hidup ditengah masyarakat. Data sekunder adalah data tentang program pemberdayaan masyarakat dan diperoleh dari buku yang dikeluarkan oleh perusahaan. Data sekunder lainnya adalah karakteristik demografis desa yang diperoleh dari monografi desa. Kualitas dan keberhasilan program sangat ditentukan adanya komitmen yang dibangun tentang program tersebut. Komitmen perusahaan dibuktikan

5 dengan integrasi program pemberdayaan ke dalam kebijakan perusahaan yang tercerrnin dari adanya kebijakan tertulis mengenai tanggung jawab sosial perusahaan tentang pemberdayaan masyarakat (visi dan misi. kebijakan, tujuan dan strategi yang ingin dicapai), adanya divisi khusus, kompetensi SDM, rencana strategi, ketersediaan dan kejelasan dana, serta integrasi dengan pihak lain. Seluruh indikator integrasi program pemberdayaan ke dalam kebijakan perusahaan memiliki skor baik, hanya satu indikator yaitu kompetensi SDM dalam menangani program pemberdayaan masyarakat memiliki skor sedang. Berdasarkan skoring ini maka dihasilkan penilaian yang baik tentang komitmen perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat. Jenis Program Pemberdayaan Masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper (PPMR) mencakup Sistem Pertanian Terpadu (SPT), Program Sosial dan lnfrastruktur (PSI), Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (PUKM) dan Program Pelatihan Kejuruan. SPT berpotensi berdampak pada peningkatan produksi yang berarti berkontribusi pada ketersediaan pangan di pasar dan bertambahnya pendapatan yang di dapat dari penjualan hasil produksi ini. PSI bidang kesehatan berpotensi berkontribusi pada peningkatan asupan pangan sasaran dan peningkatan derajat kesehatan sasaran. PSI bidang pendidikan memiliki potensi berkontribusi meningkatkan daya beli atau akses terhadap pangan serta dapat meningkatkan kapasitas dan motivasi sasaran dalam turut aktif memperjuangkan dan memenuhi hak dasarnya terhadap pangan. Selanjutnya PSI berupa penyediaan infrastruktur berupa penyediaan sarana air bersih memberikan peluang bagi masyarakat sasaran mendapatkan jaminan air bersih yang penting bagi kesehatan. Keberadaan infrastruktur jalan serta jembatan yang dibangun atau diperbaiki sangat berarti bagi peningkatan ketahanan pangan karena dapat memudahkan kegiatan pertanian dalam upaya penyediaan pangan serta dapat memberikan jaminan bagi kelancaran distribusi pangan. PUKM dan pelatihan kejuruan memungkinkan terjadinya peningkatan keuntungan yang berdampak pada peningkatan pendapatan. Selain itu pengembangan usaha memungkinkan terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sehingga kondisi ekonomi masyarakat lebih membaik. Dengan demikian program SPT, PSI, PUKM dan pelatihan kejuruan berpotensi memberikan dampak positif dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Potensi dampak positi program ini menyentuh subsistem ketersediaan pangan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan. Berdasarkan temuan di lapangan, diketahui beberapa faktor pendukung keberhasilan program dan kemandirian sasaran SPT antara lain (1)tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap komitmen perusahaan; (2)kebijakan perusahaan membentuk dan mengalokasikan organisasi, SDM dan dana secara khusus; (3)adanya mekanisme pendampingan secara langsung; (4)adanya Kios Plus; (5)faktor internal individu sepetii semangat bekerja dan kepercayaan diri. Namun, adanya fakta sasaran tidak aktif melampaui separuh dari total sasaran, baik yang ada di Desa Banjar Benai (62,2%) maupun di Desa Koto Benai (60%) Program tidak tepat sasaran, menunjukkan adanya kelemahan dan keterbatasan pelaksanaan SPT. Adapun beberapa penyebab timbulnya kelemahan dan keterbatasan program ini adalah (1)adanya sasaran yang sekedar memanfaatkan program untuk kepentingan jangka pendek; (2)asumsi yang dibangun bahwa kelompok telah mandiri: (3)keadaan sasaran yang mengalami kelemahan kondisi fisik atau sakit; (4)adanya alternatif usaha lain yang lebih menguntungkan (berkebun karet); (5)keputusasaan sasaran karena gagal panen berulang-ulang. Fakta yang sama berupa tidak aktiinya sasaran ditemukan pada pelaksanaan PUKM. Beberapa alasan tidak aktifnya sasaran ini antara lain

6 (1)terbatasnya atau kekurangan modal kerja; (2) peluang pasar yang terbatas atau permintaan rendah; (3)kurang percaya diri dalam berwirausaha; (4)faktor internal sasaran. Hasil penelitian menemukan bahwa persentase terbesar (52,9%) kontribusi pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat terhadap total pendapatan rumah tangga sasaran berada pada kategori sedang dan hanya 23,5% rumah tangga saja yang memiliki kontribusi pendapatan dari program terhadap total pendapatan berada pada kategori tinggi. Bila dilihat per program maka kontribusi pendapatan dari program terhadap total pendapatan bagi sasaran SPT sebagian besar (55.2%) masuk kategori sedang dan pada program PUKM masing-masing 40% berada pada kategori rendah dan sedang. Kontribusi pendapatan dari program SPT dan PUKM terhadap pendapatan total rumah tangga sasaran tersebar dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (1)perbedaan input sumberdaya yang dimiliki; (2)besarnya pendapatan dari non program (terutama berasal dari kegiatan berkebun tanaman karet). Setelah mengikuti program SPT, terjadi kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan dari 27,6% menjadi 65.5% dan berkurangnya persentase rumah tangga yang tidak tahan pangan tanpa kelaparan dari 31 h menjadi 20,7% dan tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) dari 37,9% menjadi 13.8%. Bahkan terlihat bahwa tidak ada rumah tangga yang mengalami tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat). Keadaan ini terjadi hampir pada semua kelompok rumah tangga, baik yang memiliki nilai kontribusi pendapatan dari program berada pada kategori rendah, sedang maupun tinggi. Kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan paling banyak terjadi pada rumah tangga yang memperoleh pendapatan dari program dalam kategori sedang (62,5%) dan tinggi (71,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dari program berperan dalam peningkatan status ketahanan pangan rumah tangga sasaran. Adapun program pada PUKM, sebelum mengikuti program, persentase terbesar (80%) rumah tangga berada pada status tahan pangan, selebihnya (20%) tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang). Jumlah ini tidak mengalami perubahan setelah rumah tangga mendapatkan tambahan pendapatan dari program PUKM. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program PUKM diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan namun belum dapat meningkatkan ketahanan pangan. Sasaran program SPT secara umum merasa puas terhadap pelatihan, bantuan sapi (62,1%), saprodi (82,8%) dan pelatihan (65%). Adapun sasaran PUKM, merasa puas dan kurang puas dalam jumlah yang sama besar (masingmasing 40%) terhadap bantuan peralatan maupun bantuan berupa fasilitas pelatihan kejuruan. Program baru berupa peremajan karet merupakan suatu harapan besar masyarakat. Terdapat jumlah aspirasi yang paling tinggi agar adanya program baru berupa peremajaan karet dengan bantuan bibit. Selain itu sasaran juga mengharapkan adanya upaya melanjutkan pemberian bantuan berupa subsidi sarana produksi pertanian, serta perlunya program peningkatan keterampilan ibu-ibu dan serta upaya perbaikan dalam pemilihan usia sapi hak milik petani yang tidak terlalu kecil. Aspirasi sasaran yang telah menjadi kenyataan antara lain divenivikasi jenis tanaman, adanya koperasi dan perkuatan kelompok tani. Kata kunci: ketahanan pangan rumah tangga, pemberdayaan masyarakat

7 @ Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

8 ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT RlAU ANDALAN PULP AND PAPER DALAM KAITANNYA DENGAN UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DEW1 RAHAYU Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. lkeu Tanziha, MS

10 Judul Tesis Nama NRP : Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga : Dewi Rahayu : A Disetujui Komisi Pembimbing & Dr. Ir. Dra a artianto MSi Ketua Dr.lr. Yavuk Farida Baliwati, MS Anggota Diketahui Ketua Program St dan Sumberdaya Keluarga Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Tanggal Ujian: 1 Mei 2007 Tanggal Lulus:2g Juni 2007

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SVVT atas segala karunia-nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Drajat Martianto, MS dan Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku pembirnbing, yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam proses penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sarnpaikan kepada seluruh pernberdaya dari PT Riau Andalan Pulp and Paper, terutama Bapak Amru Mahalli dan Bapak Syamsurya, serta Bapak Kholis, Bapak Mus Syafran dan lbu Neneng dari Cecom yang telah memberikan izin dan bantuan dalam proses penelitian ini. Akhirnya penulis rnengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak dan lbu, seluruh keluarga, khususnya kepada suami dan anak tercinta yang telah rnemberikan do'a, dukungan dan pengorbanannya. Demikian juga terima kasih yang sedalarn-dalamnya kepada rekan-rekan seangkatan yang telah banyak membantu dan bekerjasama selama menjalani rnasa studi, serta kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, sernoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan mendapat Ridlo Allah SWT. Pada akhirnya, penulis berharap semoga penelitian dapat memberikan rnanfaat yang besar bagi semua pihak. Amin. Bogor, Juni ZOO7 Dewi Rahayu

12 Penulis dilahirkan di Sedinginan, Riau, pada tanggal 4 Juni Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dari keluarga Bapak Muhammad Syukur dan lbu Nurbaya Kasim. Tahun 1997, penulis lulus dari SMUN 2 Mandau, Duri, Riau, dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai rnahasiswa pada jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Penulis rnenyelesaikan pendidikan sarjana tahun Pada tahun , penulis pemah bekerja di lembaga training "Salamaisya Expert", tahun menjadi pengajar di PGTK Tarbiyatun Nisaa'. Selanjutnya, kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB diperoleh pada tahun 2003.

13 DAFTAR IS1 Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xiiiv DAFTAR LAMPIRAN... xix PENDAHULUAN Latar Belakang... Perumusan Masalah Tujuan Penel~t~an Kegunaan Penel~tran TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan... 8 Definisi dan Konsep Ketahanan Pangan... 8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Besar Rumah Tangga Pendidikan Ibu Rumah Tangga Pengetahuan Gui Ibu Rumah Tangga Pendapatan Rumah Tangga lndikator dan Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga dengan Metode Skala Ketahanan Pangan Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga dengan Metode Skor Keragaman Pangan Pemberdayaan Masyarakat Konsep Pemberdayaan Masyarakat dan Strategi dalam Pembangunan Sosial 25 Pemberdayaan... Masyarakat Sebagai Wujud Corporate Social Respons~b~lrty Program Pemberdayaan Masyarakat oleh Perusahaan dan Pembangunan Ketahanan Pangan Rumah Tangga KERANGKA PEMlKlRAN xv I

14 METODE PENELlTlAN Disain. Waktu dan Tempat Unit penelitian Tahapan penel~t~an Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data HASlL DAN PEMBAHASAN Keadaan Urnum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Desa Banjar Benai Keadaan Umum Desa Koto Benai Karakteristik Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga lntegrasi Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kebijakan Perusahaan Potensi Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Sistem Pertanian Terpadu Program Sosial dan Infrastruktur Pelatihan Kejuruan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Pelaksanaan dan Peran Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Sistem Pertanian Terpadu Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Peran Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Karakteristik Rumah Tangga Sasaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Hubungan Besar Rumah Tangga. Pendidikan Ibu. Pengetahuan Gizi lbu dan Pendapatan Rumah Tangga Dengan Ketahanan Kontribusi Pendapatan dari Program terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga

15 Aspirasi Sasaran terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangg 109 Tingkat Kepuasan terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Aspirasi dan Kebutuhan Sasaran SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

16 DAFTAR TABEL Halaman 1 Pemanfaatan dana sosial perusahaan tahun Paradigma pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan Evaluasi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat Data yang dikumpulkan, metode pengukuranlanalisis. parameter dan sumber perolehan data kebijakan PPMR lntegrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan Pengeluaran aktual PPMR Besaran dana sumbangan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan jenis perusahaan Kelebihan dan kekurangan pendekatan self managing dan out sourching Tujuan dan sasaran serta potensi dampak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga Pelaksanaan program PPMR di Desa Banjar Benai Pelaksanaan program PPMR di Desa Koto Benai Sasaran dan waktu pelaksanaan program PPMR Input dan sumber input yang penting bagi sistem pertanian terpadu Tahapan kemandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai Sebaran sasaran program sistem pertanian terpadu menurut status keaktiian Fluktuasi harga karet tahun Peran pokok Community Development Officier (CDO) Jenis usaha, besar bantuan dan bentuk bantuan yang diperoleh sasaran PUKM Sasaran PUKM yang tidak berhasil membuka usaha dan bantuan yang pemah diperoleh berdasarkan jenis pelatihan kejuruan yang diikuti Sebaran rumah tangga berdasarkan besar rumah tangga... 93

17 22 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendidikan ibu Sebaran rumah tangga berdasarkan pengetahuan gizi ibu Sebaran rumah tangga berdasarkan pertanyaan tentang... pengetahuan g ~z~ ~bu Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan bukan program Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan dari program Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan total Sebaran rumah tangga berdasarkan batas kemiskinan Sebaran rumah tangga berdasarkan ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan sebelum menerima program SPT Sebaran rumah tangga berdasarkan ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan setelah menerima program PUKM Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan kejadian tidak tahan pangan sebelum menerima program Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan kejadian tidak tahan pangan setelah menerima program Sebaran rumah tangga berdasarkan besar rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan pendidikan ibu rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan pengetahuan gizi ibu rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan kontribusi pendapatan program terhadap pendapatan total Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program SPT dan ketahanan pangan rumah tangga sebelum.. meng~kut~ program Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program SPT dan ketahanan pangan rumah tangga setelah mengikuti program Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program PUKM dan ketahanan pangan sebelum.. meng~kut~ program

18 41 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program PUKM dan ketahanan pangan.. setelah rnenglkut~ program Tingkat kepuasan sasaran terhadap program SPT Tingkat kepuasan sasaran terhadap program PUKM Aspirasi dan pelaksanaan aspirasi sasaran

19 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka konsep ketahanan pangan menurut USAID Sistem ketahanan pangan menurut Dewan Ketahanan Pangan (2006) Kemiskinan dan tidak tahan pangan-lingkaran setan Perubahan paradigma perusahaan dalam mewujudkan corporate Citizenship Kerangka pikir pemberdayaan masyarakat dan sistem ketahanan pangan untuk mewujudkan Desa Mandiri Pangan (DESA MAPAN) Komponen program Kerangka pemikiran analisis program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga Gratik tren total pengeluaran aktual PPMR Skema Sistem Pertanian Terpadu (SPT) Komponen program sistem pertanian terpadu Komponen program kesehatan Komponen program pendidikan Komponen program infrastruktur Komponen program PUKM Alur dan tahapan pemberdayaan mitra PPMR Grafik kemandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai... 82

20 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 a Kebijakan Umum Ketahanan pangan b lntegrasi program pemberdayaan rnasyarakat dalam kebijakan Perusahaan Skala ketahanan pangan rumah tangga sasaran SPT dan PUKM Pendapatan dan kontribusi pendapatan program SPT terhadap pendapatan total rumah tangga Pendapatan dan kontribusi pendapatan program PUKM terhadap pendapatan total rumah tangga

21 PENDAHULUAN Latar belakang Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2000 bidang pertanian dan ketahanan pangan merekomendasikan perlunya reorientasi kebijakan ketahanan pangan dengan mernpertirnbangkan ernpat dimensi utama yaitu: ketersediaan, aksesibilitas, resiko pangan (vulnerability) dan berkelanjutan (sustainability). Pengentasan kemiskinan dipandang sebagai bagian penting rnewujudkan ketahanan pangan untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap pangan dan keberlanjutannya. Hal ini sejalan dengan definisi kemiskinan oleh BPS (2003) yaitu kondisi dimana individu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minirnalnya secara layak (termasuk kebutuhan konsumsi pangan). Adapun jumlah jumlah penduduk miskin di lndonesia tahun 2003 sekitar 37,3 juta jiwa (17,4%). Kerniskinan dapat dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahhya ketahanan pangan rumah tangga. Situasi rendahnya ketahanan pangan rurnah tangga di lndonesia ditunjukkan oleh data (1) jurnlah penduduk rawan pangan yang mengkonsumsi kurang 90% dari konsumsi yang direkomendasikan sebesar 2000kkaVkap/hari masih cukup besar yaitu 52,33 juta jiwa pada tanun Sebanyak 15,48 juta jiwa diantaranya merupakan penduduk sangat rawan yaitu rnengkonsurnsi kurang dari 70% dari konsurnsi yang direkornendasikan: (2) rnasih besamya jumlah balia kurang gizi yaitu 5,02 juta pada tahun 2002 dan 5,12 juta pada tahun 2003 (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Propinsi Riau, merupakan salah satu propinsi yang rnemiliki jumlah penduduk rniskin cukup besar yaitu sekitar 13,5296 (BPS, 2003). Selanjutnya data dari Badan Ketahanan Pangan propinsi Riau (2004) diperoleh informasi bahwa sebanyak jiwa (24,7%) penduduk Riau rnerupakan sangat rawan pangan, dan jiwa (49,21%) merupakan penduduk berpotensi rawan pangan. Kerniskinan dapat rnenyebabkan terjadinya ketidaktahanan pangan, sebaliknya, tidak tahan pangan juga dapat memicu terjadinya kerniskinan. Fenomena ini membentuk sebuah lingkaran setan kerniskinan. Kemiskinan menyebabkan tidak tahan pangan karena adanya akses yang sangat terbatas terhadap pangan yang layak untuk dikonsurnsi. Dernikian juga tidak tahan

22 pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger, 2003). Seriusnya dampak kemiskinan telah menyebabkan persoalan kemiskinan ini menjadi perhatian dunia seiring adanya komitmen untuk mengatasi persoalan tersebut pada World Summit for Social Development di Kopenhagen tahun Komitmen ini selanjutnya menjadi awal dari deklarasi PBB sebagai Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 1999 yang berisi 8 program tujuan dan dirinci ke dalam 18 target (Saragih, 2005). Persoalan dalam mengurangi kemiskinan dan kelaparan menjadi perhatian yang sangat penting terbukti dengan ditetapkan sebagai tujuan pertama dalam MDGs. Adapun target yang diharapkan dapat dicapai dalam ha1 ini adalah (1) menurunkan proporsi penduduk yang pendapatannya kurang dari 1 Dollar AS per hari tahun 1990 menjadi setengahnya pada tahun 2015; (2) menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan tahun 1990 menjadi setengahnya pada tahun Menindaklanjuti ha1 itu, Indonesia telah melakukan langkah besar dalam upaya mewujudkan tujuan MDGs terutama dalam upaya mengatasi kemiskinan dengan membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan pada 7 Desember 2001 melalui Keputusan Presiden No.124 tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden No.8 tahun Kerja keras komite ini telah menghasilkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) pada tahun SNPK menurut Komite Penanggulangan Kemiskinan (2004) merupakan cara-cara dan tahapan sistematis yang harus ditempuh dan dijalankan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak dalam upaya mendorong gerakan nasional penanggulangan kemiskinan. Secara mendasar, penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mengedepankan pendekatan berbasis hak (right based approach). Pendekatan ini mengatur kewajiban negara, yakni pemerintah, DPR, DPD, TNllPOLRl dan lembaga tinggi negara lainnya untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progresif. Salah satu hak dasar masyarakat yang hams dipenuhi dalarn upaya menanggulangi kemiskinan adalah hak dasar terhadap pangan yang mencukupi dan memenuhi persyaratan gizi. Menghadapi persoalan ini maka pemerintah telah membuat kebijakan yang akan ditempuh dalam jangka panjang sebagaimana tertuang

23 dalam SNPK yang dipertegas dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) Upaya pemenuhan hak dasar pangan sebagaimana tertuang dalam SNPK pada hakekatnya bertujuan memenuhi kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau serta meningkatkan status gizi masyarakat miskin terutama ibu, bayi dan anak balita. Adapun kebijakan yang dilakukan untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas pangan berdasarkan SNPK adalah: 1. Meningkatkan produksi dan distribusi pangan secara merata. 2. Meningkatkan ketahanan pangan lokal. 3. Meningkatkan pendapatan petani lokal. 4. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang diversivikasi pangan yang berrnutu tanpa diskriminasi gender. 5. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini pangan dan gizi. Kebijakan lain yang lebih mempertegas upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam KUKP yang mencakup kebijakan pada aspek ketersediaan, konsumsi dan distribusi, yaitu (Dewan Ketahanan Pangan, 2006): a Ketersediaan 1 Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan 2 Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri 3 Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan 4 Mengembangkan kemarnpuan pengelolaan cadangan pemerintah dan masyarakat b Distribusi 1 Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi distribusi dan perdagangan pangan 2 Mengurangi danlatau menghilangkan perda yang menghambat distribusi pangan 3 Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik pengolahan dan pemasaran di pedesaan 4 Menyusun kebijakan harga pangan c Konsumsi 1 Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai kebutuhan jumlah, mutu, keamanan, dan gizi seimbang

24 2 Mendorong, mengembangkan dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memenuhi hak atas pangan khususnya bagi kelompok kurang mampu 3 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas inte~ensi bantuan pangan dan pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat rawan pangan 4 Mempercepat proses divesifikasi pangan ke arah konsumsi yang beragam dan bergizi seimbang Dalam pemenuhan hak dasar rakyat, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta (pelaku usaha), pemerintah negara lain dan lembaga internasional. Kerjasama ini dilakukan berkaitan dengan keterbatasan kemampuan dan sumberdaya negara. Namun demikian, berbagai pihak tersebut harus dipastikan untuk melaksanakan kewajiban yang melengkapi kewajiban negara dengan berupaya untuk menghonati, melindungi, dan memenuhi hak dasar masyarakat miskin atas dasar prinsip tanpa diskriminasi (Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2004). Kerjasama dan koordinasi dalam upaya mengatasi persoalan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan dapat dilakukan oleh pemerintah bersama dengan perusahaan selaku Non Govement Organizations [NGOs]). Sebagaimana diketahui, perusahaan merupakan instiusi non pemerintah yang menjalankan aktivitas bisnis di tengah masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di tengah masyarakat tersebut. Berdasarkan konsep sustainable dalam 'The Convention on Biological Divemity (CBD), sebagai salah satu kesepakatan utama yang dihasilkan dari '1992 Rio Summit', ditekankan tiga dimensi sustainable yaitu sustainable business, sustainable finance, sustainable development. Berdasarkan konsep tersebut, setiap perusahaan harus memiliki performa lingkungan dan sosial yang baik. Performa ini dapat diwujudkan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) (Abbot et al., 2002). Hal ini semakin ditekankan melalui World Summit on Sustuinable Development (WSSD) di Johannesburg, Afrika Selatan, 2002 yang menghasilkan kesepakatan pentingnya CSR dalam upaya menghadapi 3 isu penting yaitu pengentasan kemiskinan, lingkungan hidup, dan peningkatan perekonomian. Lebih jauh ditekankan dalam pertemuan tersebut bahwa diperlukan sebuah aktivitas trisector partnership untuk mengatasi persoalan kemiskinan, lingkungan hidup, dan peningkatan perekonomian yaitu kemitraan antara pemerintah, perusahaan, masyarakat/komunitas dan LSM (Supriatno, 2005).

25 Program-program CSR dimasyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk program Community Development atau yang dikenal sebagai program pemberdayaan rnasyarakat. Terkait dengan petwujudan ketahanan pangan sebagai pernenuhan hak dasar atas pangan maka sudah selayaknya perusahaan atau pelaku usaha berberan selaku bagian dari masyarakat. Peran dalam ha1 ini, dapat dapat diawali dan dibuktikan dengan mengintegrasikan kebijakan pemenuhan hak dasar atas pangan yang serta kebijakan umum ketahanan pangan ke dalam program pemberdayaan masyarakatnya. Dengan demikian diharapkan dukungan dan kejasama antara pemerintah, perusahaan (pelaku usaha), elemen masyarakat lainnya, serta lembaga luar negeri dapat mengurangi kerniskinan dan kelaparan tepat pada waktunya. Salah satu perusahaan yang diketahui memberikan perhatian secara serius terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper. Hal ini diketahui dari berbagai program yang ditujukan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Keseriusan PT Riau Andalan Pulp and Paper ini mendapat pengakuan dari berbagai kalangan terbukti dengan terpilihnya ia sebagai finalis dalam anugrah CSR Award 2005 dan mendapatkan penghargaan Bidang Sosial. Keseriusan PT Riau Andalan Pulp and Paper untuk turut membangun masyarakat sekitarnya dilatarbelakangi oleh sebuah kesadaran bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan manufacturing (pabrik). tepatnya pabrik yang menghasilkan pulp dan kertas dengan skala cukup besar yaitu masing-masing dengan kapasitas produksi tonhahun dan tonltahun (Riaupulp, 2006). Perusahaan dengan jenis usaha seperti ini sangat berpotensi mempengaruhi masyarakat sekitarnya karena adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan dampak dari adanya aktiftas pabrik. Aktifitas PT Riau Andalan Pulp and Paper melibatkan 311 desa yang terkait langsung dengan kegiatan perusahaan dan berada di ring satu operasi perusahaan, tersebar di 44 kecamatan dalam 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Dampak yang dihasilkan antara lain penurunan daya dukung lingkungan, pencemaran, terganggunya aktiftas perekonomian masyarakat sekitar. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam mewujudkan performa lingkungan yang baik (Program Pemberdayaan Masyarakat Riau [PPMR] Riaupulp. 2005). Terlebih lagi, PT Riau Andalan Pulp and Paper beroperasi di propinsi Riau yang terkenal kaya sumberdaya alam

26 narnun pada kenyataannya memiliki penduduk miskin cukup besar yaitu 13,52% (BPS, 2003). Sebagaimana tertuang dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan tahun 2004 ditekankan pentingnya peran perusahaan dalam upaya pellanggulangan kemiskinan, sehingga fakta perusahaan ini dan hubungannya dengan persoalan daerah dirasakan sangat penting untuk dikaji. Perurnusan Masalah Pewujudan CSR melalui program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat ketika perusahaan mencapai kesuksesan dalam bisnis. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat menuntut adanya kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya berdasarkan prinsip partisipatif, produktivitas dan keberlanjutan. Kemiskinan dan kerawanan pangan di masyarakat diyakini merupakan salah satu persoalan besar saat ini. Gejala penting yang menunjukkan persoalan kemiskinan dan rawan pangan ini adalah banyaknya rumah tangga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dan kejadian gizi buruk terutama dikalangan anak-anak. Tentu saja, masyarakat yang menghadapi persoalan ini memerlukan bantuan berusahaan yang melakukan aktivitas bisnis di dekat mereka melalui berbagai bentuk program pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan perusahaan dalam menanggulangi kemiskinan dan rawan pangan sudah saatnya menjadi perhatian khusus terutama bagi perusahaan itu sendiri. Sebagaimana diketahui, pemerintah memiliki harapan tertentu terhadap perusahaan dalam penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam SNPK. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan penjelasan tentang : 1 Bagaimana karakteristik kebijakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga? 2 Bagaimana kondisi aktual pelaksanaan dan peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran? 3 Bagaimana aspirasi (kebutuhan) masyarakat sasaran dalam kaitannya dengan program pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga?

27 Tujuan Umum Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan ~ mah tangga. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1 Mempelajari karakteristik kebijakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran. 2 Menganalisis pelaksanaan dan peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran. 3 Mengetahui aspirasi atau kebutuhan masyarakat sasaran dalam kaitannya dengan program pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang ketahanan pangan rumah tangga dan pengukurannya, serta praktek pemberdayaan masyarakat yang banyak dikembangkan dan dipraktekkan oleh berbagai pihak baik oleh perguruan tinggi, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun oleh perusahaan. Berbagai temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya praktek atau bentukbentuk program pemberdayaan masyarakat dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat, khususnya program pemberdayaan masyarakat yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi motivasi bagi peneliti lain untuk menelli lebih jauh tentang berbagai program pemberdayaan masyarakat yang berperan dalam peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.

28 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Definisi dan Konsep Ketahanan Pangan lstilah ketahanan pangan dikenal dan menjadi sangat penting pada tahun 1970-an ketika tejadi krisis penyediaan serealia di pasar intemasional. Sejak saat itu kajian tentang ketahanan pangan mulai diperbincangkan dalam berbagai forum (Foster, 1992). Lebih ditekankan lagi oleh Maxwell dan Frankenberger (1992) bahwa perhatian kepada masalah ketahanan pangan pasca krisis pangan tahun ditindaklanjuti dengan lahirnya sebuah pengakuan bahwa hak terhadap pangan merupakan elemen penting standar kecukupan untuk hidup. Pada awal perkembangannya, konsep ketahanan pangan mengacu pada kemampuan negara menghasilkan dan atau mendapatkan pangan yang cukup untuk kebutuhan populasinya. Namun saat ini aplikasi ketahanan pangan lebih kepada rumah tangga dan individu di dalamnya. Pada tahun 1970-an isu ketahanan pangan sebagaimana disebutkan sebelumnya mengacu pada analisa pangan ditingkat nasional. Adapun penekanannya adalah penyediaan pangan di tingkat nasional yang diukur dengan menggunakan food balance sheets untuk menentukan status ketahanan pangan suatu negara. Hingga pada tahun 1980-an ditemukan fakta bahwa ketersediaan pangan di tingkat nasional tidak menjamin bahwa wilayah di dalamnya dan terutama rumah tangga memiliki akses yang cukup terhadap pangan. Diemukannya kelemahan konsep ketahanan pangan nasional telah melahirkan konsep ketahanan pangan yang baru yaitu ketahanan pangan tingkat rumah tangga (WFP, 1998). Selanjutnya, Arifin (2004), menyatakan bahwa ketahanan pangan rumah tangga terutama di tingkat pedesaan merupakan basis dari konsep ketahanan pangan nasional. Demikian pula, ketahanan pangan rumah tangga merupakan prakondisi yang sangat penting untuk memupuk ketahanan pangan tingkat nasional dan regional. Banyak definisi yang muncul tentang ketahanan pangan namun pada dasarnya semua itu tidaklah bertentangan bahkan dapat saling mendukung. Peraturan pemerintah RI no 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercerrnin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan tejangkau. Maxwell, 1990 diacu dalam

29 Braun et a/., 1992 menyatakan bahwa ketahanan pangan secara mendasar didefinisikan sebagai akses bagi semua orang pada setiap waktu terhadap kebutuhan pangan agar hidup sehat. Makna yang terkandung dalam definisi Maxwell menegaskan bahwa konsep ketahanan pangan menunjukkan resiko orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap pangan yang mencukupi. Resiko ini dapat ditimbulkan misalnya dari produksi pangan maupun pendapatan. USAlD di dalam "USAID Policy Paper, Februari 1995, mendefinisikan ketahanan pangan sebagai keadaan dimana semua orang pada setiap waktu memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya agar dapat hidup produktif dan sehat. Berdasarkan definisi USAlD ini maka terdapat poin-poin penting dalam ketahanan pangan yaitu (WFP, 1998 ; Riely et a/., 1999): a Ketersediaan pangan (food availability) akan dicapai apabila sejumlah pangan yang cukup tersedia secara konsisten bagi semua individu di dalam sebuah negara. Pangan dapat dipenuhi melalui produksi rumah tangga, output domestik lainnya, impor, atau bantuan pangan. b Akses pangan (food access) terjamin apabila rumah tangga dan individu di dalarnnya mamiliki sumberdaya yang cukup untuk mendapatkan pangan yang tepat untuk konsumsi yang bergizi. Akses tergantung pada pendapatan rumah tangga, distribusi pendapatan di dalam rumah tangga dan harga pangan. c Utilisasi pangan (food utilization) adalah penggunaan sifat biologi yang dimiliki pangan, kebutuhan akan konsumsi yang memberikan energi dan zat gizi esensial, air yang sehat dan sanitasi yang baik. Utilisasi pangan yang efektii tergantung pada pengetahuan tentang penyimpanan pangan dan tekhnik proses pangan, prinsip dasar gizi dan pengasuhan anak yang baik serta cara mengatasi penyakit. Ketersediaan pangan adalah fungsi dari kombinasi stok pangan domestik, impor, bantuan pangan dan produksi pangan domestik. Akses pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang sampai di pasar dan harga pasar. Selanjutnya digambarkan bahwa akses ditentukan oleh kemampuan rumah tangga memperoleh pangan dari produksi sendiri, cadangan, membeli dari pasar, dan dari sumber-sumber lain. Faktor-faktor ini pada gilirannya ditentukan oleh sokongan sumberdaya rumah tangga yang menegaskan adanya sekumpulan aktivitas produktii yang dapat rnereka lakukan dalarn rnernenuhi pendapatan dan

30 tujuan ketahanan pangan mereka. Adapun utilisasi pangan direfleksikan dengan status gizi individu, ditentukan oleh kuantitas dan kualitas asupan makanan, praktek pemberian makan dan pengasuhan secara umum serta status kesehatan serta deterrninan-determinannya. Pengasuhan dan praktek pemberian makan yang kurang baik, kurang akses atau rendahnya kualias pelayanan kesehatan juga merupakan detemlinan utama kesehatan dan gizi yang buruk. Gambar 1 menampilkan kerangka ketahanan pangan menurut USAID. - Status Kesehatan Pengetahuan. P~ktek Budaye. Alokasi Waktu ~ ~ pangan ~ dalam R~~~~ k ~ ~ i SosiaVlnfrastruktur Produksi Pangan Pemerintah, NGO. komunbs, Bank Stok. Impor, Bantuan Pangan Hasil Pertanian, upah. Pendapatan Lain t Sumberdaya Manusia Lingkungan Alam - Lingkungan Kebijakan Lingkungan Sosial Gambar 1 Kerangka konsep ketahanan pangan menurut USAlD

31 Pada Gambar 1 dapat diketahui kerangka konsep ketahanan pangan yang berfokus pada dimensi ketersediaan, akses, utilisasi dan hubungan antara ketiganya, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya WFP (1998) menegaskan bahwa ketersediaan, akses dan utilisasi atau pemanfaatan pangan merupakan tiga pilar ketahanan pangan rumah tangga dan seluruhnya dapat mengalami 'guncangan' oleh berbagai faktor resiko seperti bencana alam, adanya konflik dan perubahan kebijakan. Dewan Ketahanan Pangan (2006) menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi. Kinerja dari masing-masing subsistem tersebut tercermin dalam ha1 stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat serta pemanfaatan pangan (food utilization) termasuk pengaturan menu dan distribusi pangan dalam keluarga. Kinerja dari ketiga subsistem ketahanan pangan akan terlihat pada status gizi masyarakat, yang dapat dideteksi dari status gizi anak balita (usia dibawah lima tahun). Apabila salah satu atau lebih, dari ketiga subsistem tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi masalah kerawanan pangan yang akan berdampak peningkatan kasus gizi kurang danlatau gizi buruk. Dalam kondisi demikian, negara atau daerah dapat dikatakan belum marnpu mewujudkan ketahanan pangan (Gambar 2). Gambar 2 Sistem ketahanan pangan menurut Dewan Ketahanan Pangan (2006)

32 Berdasarkan sistem ketahanan pangan dari Dewan Ketahanan Pangan (2006) dapat dijelaskan beberapa ha1 sebagai berikut: a Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan kearnanannya. Acuan kuantiiatii untuk ketersediaan pangan adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG) rekomendasi Widya Karya Pangan dan Gizi Vlll tahun 2004, dalam satuan rata-rata perkapita perhari untuk energi sebesar Kilo kalori dan protein 57 gram. Angka tersebut merupakan standar kebutuhan energi bagi setiap individu agar mampu menjalankan aktivitas sehari-hari. Disamping itu juga terdapat acuan untuk menilai tingkat keragaman ketersediaan pangan, yaitu Pola Pangan Harapan (PPH) dengan skor 100 sebagai PPH yang ideal. Kinerja keragaman ketersediaan pangan pada suatu waktu dapat dinilai dengan metoda PPH. b Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektii dan efisien sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi sehingga pangan tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah. Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan sarana, kelembagaan dan peraturan perundangan. Stabilias pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi. c Subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, disamping juga efisiensi yang mencegah pemborosan. Subsistem ini juga mengarahkan agar pemanfaatan pangan dalam tubuh (food utility) dapat optimal, dengan peningkatan kesadaran atas pentingnya pola konsumsi beragam dengan gizi seimbang mencakup energi, protein, vitamin dan mineral, pemeliharaan sanitasi dan higiene serta pencegahan penyaki infeksi dalam lingkungan rumah tangga. Hal ini dilakukan melalui pendidikan dan penyadaran masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan menerapkan kaidahkaidah tersebut dalam pengelolaan konsumsinya. Kinerja subsistem ini tercerrnin dalam pola konsumsi rnasyarakat di tingkat rumah tangga. Pola

33 konsumsi dalam rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi ekonomi, sosial dan budaya setempat. Terdapat masalah yang sangat mendasar dalam ketahanan pangan yaitu keterjangkauan pangan oleh rumah tangga dan masalah kehandalan dan keberlanjutan penyediaan pangan. Keterjangkauan pangan oleh keluarga ditentukan oleh pendapatan dan tingkat harga pangan, sedangkan kehandalan dan keberlanjutan penyediaan pangan ditentukan oleh kemampuan dan stabilitas produksi pangan dalam negara dan kemampuan pembiayaan untuk menyimpan serta keadaan penyediaan pangan di pasar internasional (Kaslyno, 2004). Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan banwa sebuah negara dan bangsa akan tahan pangan apabila produksi, pasar, dan sistem sosial bekerja dengan baik sehingga kebutuhan konsumsi pangan selalu terpenuhi. Ketersediaan pangan dan akses terhadap pangan me~pakan dua penentu utama ketahanan pangan. Ketersediaan tidak menjamin adanya akses; pangan bisa tersedia tetapi rurnah tangga kemungkinan tidak memiliki akses terhadap pangan tersebut. Namun, adanya ketersediaan pangan yang cukup ditingkat nasional dan lokal tetap merupakan sebuah kondisi penting untuk mewujudkan ketahanan pangan ~ mah tangga. Pentingnya konsep ketahanan pangan tak dapat dipisahkan dari konsep lain yaitu ketahanan gizi (nutrition security) yang didefinisikan sebagai jumlah dan kombinasi yang tepat input-input antara lain pangan. gizi dan pelayanan kesehatan, yang diperlukan untuk menjamin kehidupan yang aktif dan sehat sepanjang waktu bagi semua orang. Meskipun ketahanan pangan penting, namun semata-mata ketahanan pangan saja tidak cukup untuk mewujudkan ketahanan gizi (Haddad, Kennedy dan Sullivan, 1994). Keadaan dimana kondisi bertolak belakang dari keadaan tahan pangan disebut dengan tidak tahan pangan atau rawan pangan. World Bank (1986) dalam Braun et a/. (1992), membagi dua tipe kerawanan pangan rumah tangga yaitu kronis dan transitori. Kerawanan pangan kronis adalah konsumsi makanan yang tidak mencukupi secara berkepanjangan disebabkan ketidakmampuan rumah tangga secara terus menerus untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan baik dengan cara pembelian maupun produksi. Rawan pangan kronis ini berakar dari kemiskinan. Adapun rawan pangan transitori merupakan penurunan akses rumah tangga terhadap kebutuhan pangan yang bersifat sementara. Hal ini

34 tejadi karena adanya faktor-faktor misalnya ketidakstabilan pada harga pangan, produksi ataupun pendapatan. Kondisi tidak tahan pangan secara sederhana digambarkan oleh Hardinsyah dan Martianto (2001) sebagai kondisi pangan yang tidak terpenuhi untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dalarn wujud nyata di masyarakat tercermin dari harga-harga pangan yang tidak tejangkau, ketersediaan dan konsumsi pangan yang tidak memadai, kelaparan, gizi kurang dan pada tingkat yang lebih parah munculnya dan kematian. Hal ini juga dijelaskan dalam lingkaran setan kemiskinan dan tidak tahan pangan (Garnbar 3). Sumber : Andersen (1982) diaw dari Haddad. Lawrence. Frankenberger (2003) Gambar 3 Kemiskinan dan tidak tahan pangan-lingkaran setan Kondisi tidak tahan pangan memberikan darnpak yang serius bagi individu, rumah tangga dan rnasyarakat, termasuk kepada ekonomi negara. Tidak tahan pangan menyebabkan tejadinya keadaan dimana rumah tangga atau individu tidak dapat rnengkonsumsi makanan yang cukup sehingga kekurangan energi dan zat gizi lain yang dibutuhkan untuk aktivitas fisik dan mental. Selanjutnya kekurangan gizi ini akan menyebabkan kekuatan dan daya tahan melemah, vitalitas menurun dan rentan terhadap penyakit dan pada akhimya angka kematianpun akan meningkat. Keadaan tidak tahan pangan akan menghambat produktivitas masyarakat (baik dalam jangka pendek rnaupun jangka panjang). Hal ini dapat terus berlanjut, karena ketidaktahanan pangan akan rentan tejadi pada rumah tangga atau individu yang rnerniliki pendidikan rendah dan pendapatan rendah. Kondisi akibat maupun penyebab

35 ketidaktahanan pangan yang erat kaitannya dengan kemiskinan digambarkan sebagai lingkaran setan. Menurut Bickel eta/., (2000), penelitian yang difokuskan pada ketahanan pangan, tidak tahan pangarl dan kelaparan tingkat rumah tangga sudah mulai berlangsung sejak akhir tah n 1980-an. Masing-masing keadaan didefinisikan sebagai berikut: a Tahan pangan yaitu a yang cukup agar bisa b I setiap orang pada setiap waktu terhadap pangan aktii dan sehat. Ketahanan pangan mencakup (1) ketersediaan pang g cukup secara gizi dan aman; dan (2) adanya jaminan kemampuan cara yang juga dap persediaan pangan mencuri, atau bentu b Tidak tahan panga ketidakpastian aka gizi maupun keam terjadi keterbatas pangan yang dap sosial. emperoleh pangan yang dapat diterima dengan a secara sosial (misalnya tanpa mengambil a darurat, mencari makanan dalam sampah, mana terjadi keterbatasan atau ng menwkupi baik dari aspek juga berarti keadaan dimana ampuan untuk memperoleh juga dapat diterima secara c Kelaparan yaitu u menyakitkan disebabkan kekurangan asup akibat kekuranga f i dan secara tidak langsung Ketidaktahanan pan an dalam pembahasan ketahanan pangan rumah 1 tangga merupakan keadaan ang yang dihasilkan dari keterbatasan sumberdaya finansial, bukan karena diet dengan alasan tertentu atau karena tidak makan karena kesibukan. Adapu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerawanan pangan dan ke~adaran menurut Soekirman (1999/2000), antara lain: 1 Upaya bersifat langsun kepada sasaran, meliputi pelayanan dasar gizi, i kesehatan dan pendidika? 2 Upaya tidak langsung kepada sasaran, meliputi: a Jaminan ketahanan pangan sehingga setiap keluarga dan penduduk b miskin terpenuhi hak asasinya yaitu hak untuk memperoleh makanan yang cukup Memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan daya beli

36 c Membangun dan mengembangkan industri kecil dan menengah untuk memberikan desempatan bagi penduduk miskin dalam meningkatkan pendapatan melalui usaha produksi barang dan jasa 3 Upaya pemantauan status gizi masyarakat di tingkat keluarga dan individu dari waktu ke waktu berupa kewaspadaan pangan dan gizi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Hardinsyah dan Martianto (2001) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mewujudkan ketahanan pangan yaitu (1)ketersediaan pangan yang cukup, beragam dan bermutu; (2)daya beli pangan yang memadai; (3)pengetahuan gizi masyarakat yang baik. Berdasarkan pemikiran tersebut ada tiga ha1 utama yang perlu diperhatikan dalam masyarakat terutama keluarga, yaitu (1)bagaimana menyediakan pangan yang cukup, beragam dan bermutu bagi setiap keluarga; (2)bagaimana meningkatkan daya beli pangan bagi setiap keluarga; (3)bagaimana cara memilih pangan yang berrnutu dan relati murah untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Faktor internal rumah tangga dipandang sangat berkaitan dengan pemenuhan tiga ha1 yang disebutkan sebelumnya. Beberapa faktor internal rumah tangga yang dianggap sangat penting dan akan diteliti antara lain besar keluarga, pendidikan ibu rumah tangga, pengetahuan gui ibu rumah tangga dan pendapatan rumah tangga. Besar Rumah Tanqaa Menurut Sediaoetama (1993) diacu dalam Harefa (2001), besar (ukuran) rumah tangga memberikan kontribusi tersendiri dalam kaitannya dengan tingkat atau status ketahan pangan. Hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dan kurang gizi sangat nyata terutama pada rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Dalam ha1 ini, pemenuhan kebutuhan pangan akan lebih mudah jika yang diberi makan hanya sedikit. Dengan semakin bertambahnya jumlah anggota rumah tangga maka pengaturan pengeluaran pangan sehari-hari relatif semakin sulit. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang dapat diperoleh semakin tidak mencukupi untuk masing-masing anggota rumah tangga. FA0 ( ) sejak lama juga telah menyatakan adanya kecenderungan bahwa anak-anak yang kurang gizi lebih sering terjadi pada rumah tangga yang jumlah anggota rumah tangganya terlalu besar sedangkan

37 sumberdaya yang dimiliki terbatas. Anak-anak kurang gizi ini akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan selanjutnya dapat mengganggu perkembangan mentalnya. Pendidikan Ibu Rumah Tanqqa Suatu ha1 yang perlu disadari bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga, meskipun sebenarnya berarti terjadi peningkatan akses terhadap pangan, tidak selalu secara langsung dapat meningkatkan status gizi anggota keluarga. Kondisi ini bisa terjadi disebabkan tambahan pendapatan dibelanjakan untuk pangan rendah gizi atau dibelanjakan untuk selain pangan (Braun et a/., 1992). Dalam ha1 ini, pengetahuan ibu yang erat kaitannya dengan pendidikan ibu akan mempengaruhi perilaku dalam mengalokasikan pendapatan rumah tangga. Penelitian yang dilakukan IFPRl (2000) di negara berkembang membuktikan bahwa peningkatan pendidikan wanita dalam rumah tangga (ibu) berkontribusi sebesar 43% terhadap penurunan tingkat masalah gizi pada anak dalam kukrun waktu Angka ini jauh lebih tinggi dibanding kontribusi peningkatan ketersediaan pangan yang hanya menyumbang 26% bagi penurunan masalah gizi pada anak. Astari (2006) dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positii yang bermakna antara tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dengan status gizi anak yang dinilai dari indeks berat badan menurut umur (BBIU) dan panjang badan menurut umur (PBIU). Widjaja (1986) juga menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bersifat terbuka terhadap hal-ha1 baru karena sering membaca artikel-artikel maupun pemberitaan dari berbagai media sehingga pengetahuan ibu tentang anak semakin baik. Penaetahuan Gizi Ibu Rumah Tanqqa Pengetahuan gizi memang sangat penting karena ilmu gizi memberikan pemahaman yang penting sehingga masyarakat dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizinya. Dengan demikian, membantu masyarakat untuk belajar bagaimana menanam, menyimpan, dan menggunakan pangan untuk perbaikan konsumsi merupakan salah satu upaya penting yang

38 perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu hidup (Harper, Deaton dan Driskel, 1986). Pendidikan gizi merupakan suatu strategi yang telah digunakan secara luas sejak lama untuk meningkatkan konsumsi yang sehat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan anak dan mengurangi segala bentuk rnasalah gizi. Adapun dasar program pendidikan gizi seharusnya mencakup konsumsi yang cukup dan bergizi, perbaikan gaya hidup dan stirnulasi bagi tuntutan pangan yang tepat. Namun demikian, isi pendidikan gizi harus diformulasikan berdasarkan analisi masalah yang ada (FAO. 1997) Pendapatan Rumah Tanqaa Akses pangan rurnah tangga sangat ditentukan oleh sumberdaya yang dimiliki dan kemungkinan rumah tangga memiliki sumberdaya pendapatan dan sumberdaya lain yang menjadi mata pencaharian mereka. pencaharian ini dibatasi oleh aktifitas "on farm" dan "off-farm: Sistem mata yang dapat rnemberikan berbagai strategi usaha mendapatkan pangan dan uang. Adapun sumberdaya total rumah tangga tidak hanya ditentukan oleh kegiatan produktif dan sumbangan atau pemberian tetapi juga pada posisi sosial dan politik mereka dalam masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan, mata pencaharian akan "aman" apabila rumah tangga memiliki kepemilikan yang 'aman" atau akses, terhadap sumberdaya, dan aktiffias sumber pendapatan, mencakup simpanan dan asset untuk mengatasi resiko. guncangan yang ringan, dan mengatasi segala kemungkinan (Chambers dan Coney. 1992; Chambers, 1998 diacu dalam WFP. 1998). Berdasarkan ha1 di atas maka ketahanan pangan di tingkat rumah tangga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti luas tanam, luas panen, produktivitas, benih, pestisida, alat pertanian, tenaga kerja dan sebagainya. Sementara itu untuk rumah tangga non petani, dalam memperoleh pangan di pasar akan dipengaruhi oleh kemampuan daya beli (pendapatan dan harga pangan). Peningkatan daya beli dapat terjadi apabila ada peningkatan pendapatan ~mah tangga. Pada rurnah tangga yang anggotanya mengalami kekurangan pangan, terjadinya peningkatan pendapatan merupakan salah satu ha1 yang dapat meningkatkan ketahanan pangan dalam terminologi meningkatkan akses rumah tangga tersebut terhadap pangan. Peningkatan

39 pendapatan dapat meningkatkan kesejahteraan gizi yang juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan (Braun, eta/., 1992). Hasil penelitian Astari (2006) menemukan bahwa ada hubungan positif yang bernlakna antara pendapatan rumah tangga dengan konsumsi energi dan zat gizi serta mutu gizi rnakanan. Hurlock (1999), menjelaskan bahwa keluarga atau rumah tangga dengan status sosial (ekonomi) tinggi cenderung menerapkan pengasuhan yang lebih baik. Adapun rumah tangga dengan status sosial (ekonomi) rendah cenderung kurang terorganisasi dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Huston, Mc Loyd dan Coll (1994) sebagairnana yang dikutip Martin dan Collbert (1997), bahwa kemiskinan menimbulkan resiko tinggi bagi pengasuhan (termasuk pengasuhan makan). Hal ini berkaitan dengan kurangnya sumberdaya yang dirniliki. lndikator dan Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Ketahanan pangan merupakan sesuatu yang penting, baik dalam tataran global, negara maupun komunitas lckal karena merupakan dimensi yang universal dari kesejahteraan rumah tangga dan individu. Keadaan atau kondisi dimana kebutuhan dasar pangan tidak dapat terpenuhi dinyatakan sebagai tidak tahan pangan. Keadaan tidak tahan pangan memungkinkan memicu terjadinya masalah-masalah gizi, kesehatan, dan perkembangan. Oleh sebab itu, monitoring ketahanan pangan dapat membantu mengidentifikasi dan memahami aspek dasar kesejahteraan masyarakat dan mengidentitikasi rnasyarakat atau wilayah yang mengalami kondisi yang parah (Bickel eta/., 2000). Terdapat sejurnlah indikator yang bisa digunakan untuk rnenggarnbarkan ketahanan pangan rumah tangga. lndikator ini dibagi dalam indikator proses yang rnerefleksikan penyediaan pangan dan akses pangan serta indikator hasil yang disajikan sebagai proksi konsumsi pangan. lndikator yang merefleksikan penyadiaan pangan mencakup input dan ukuran produksi pertanian (data-data agrometeorologi), akses terhadap surnberdaya alarn, pemberdayaan institusional, dan infrastruktur pasar serta eksposur terhadap konflik regional beserta konsekuensinya. lndikator yang merefleksikan akses pangan adalah berbagai maksud atau strategi yang digunakan rumah tangga untuk mernenuhi kebutuhan ketahanan pangannya (Maxwell dan Frankenberger, 1992). lndikator hasil dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu indikator langsung dan tidak langsung. lndikator langsung konsumsi pangan mencakup

40 ha1 yang lebih bemubungan dengan konsumsi aktual misalnya dengan melakukan survey konsumsi ~mah tangga. lndikator tidak langsung secara umum digunakan ketika indikator langsung tidak tersedia atau terlalu mahal untuk dikumpulkan (dalam terminologi waktu dan dana). lndikator ini misalnya estimasi simpanan dan pengukuran status gizi. Indikator-indikator ini digunakan tergantung pada dana yang tersedia, sumberdaya manusia, instiiusi, dan ketersediaan sumberdaya infrastruktur (Maxwell dan Frankenberger, 1992). USAID (1990) diacu dalam Rely et a/., (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe indikator yang umum digunakan dalam pengukuran ketahanan pangan rumah tangga yaitu 1)produksi pangan; (2)pendapatan; (3)total pengeluaran; (4)pengeluaran pangan; (5)konsumsi kalori; (6)status gizi. Penaukuran Ketahanan Panqan Rumah Tanaaa denaan Skala Ketahanan Panaan Bickel et a/. (2000), berdasarkan berbagai penelitian pada akhirnya menyimpulkan bahwa ukuran-ukuran pendapatan dan kemiskinan selama ini tidak memberikan informasi yang jelas tentang ketahanan pangan, meskipun ketahanan pangan dan kelaparan berasal dari adanya keterbatasan sumberdaya finansial. Sebagai bukti, analisis data ketahanan pangan menunjukkan bahwa rumah tangga dengan pendapatan rendah ternyata keadaannya tahan pangan, dan sebaliknya terdapat (meskipun persentasenya kecil) rumah tangga yang tidak miskin atau mampu terkategori sebagai tidak tahan pangan. Keadaan tidak tahan pangan sebagai kebalikan keadaan tahan pangan merupakan suatu ha1 yang bersifat kompleks, fenomena yang multidimensional dengan berbagai rangkaian tahapan hingga kondisi menjadi sangat parah. Setiap tahap rangkaian kejadian ini mengandung karakteristik kondisi dan pengalaman kekurangan pangan dalam memenuhi kebutuhan dasar anggota rumah tangga, dan respon perilaku anggota rumah tangga terhadap kondisi yang terjadi. Selanjutnya menurut Bickel et a/., (2000), fenomena sebenarnya dari keadaan tidak tahan pangan dan kelaparan tidak dapat ditangkap dengan satu indikator, dengan demikian perlu ditentukan dengan mendapatkan informasi berbagai kondisi spesifik, pengalaman, dan perilaku yang memberikan berbagai indikator dari berbagai kedalaman tingkat keparahan kondisi ketahanan pangan. Para peneliti sejak dua dekade lalu telah mengidentifikasi seperangkat pola kondisi, pengalaman dan perilaku yang secara konsisten menggambarkan

41 fenomena ketidaktahanan pangan dan kelaparan. Pertanyaan untuk berbagai indikator ini telah tertuang dalam Current Population Survey (CPS) Food Security Supplement 1995, yang menjadi dasar bagi pengukuran skala ketahanan pangan. Secara spesifik, "modul inti" CPS (bagian kunci CPS Food Security Supplement) menanyakan tentang berrnacam kondisi, kejadian, perilaku dan reaksi subjektif berupa : 1 Kekwatiran bahwa anggaran pangan rumah tangga atau ketersediaan pangan kemungkinan tidak mencukupi. 2 Persepsi bahwa konsumsi orang dewasa atau anak-anak dalam rumah tangga tidak mencukupi dari segi kualitas. 3 Kejadian mengurangi asupan makanan orang dewasa dalam rumah tangga, atau berbagai akibat yang muncul dari mengurangi asupan makanan. 4 Kejadian mengurangi makanan atau berbagai akibat yang muncul karena mengurangi asupan makanan pada anak-anak dalam rumah tangga. Seluruh pertanyaan modul inti ketahanan pangan memiliki dua karakteristik (1) setiap pertanyaan bertujuan untuk memastikan bahwa perilaku atau kondisi yang terjadi akibat keterbatasan sumberdaya finansial rumah tangga dengan mencakup frase "karena kami tidak dapat menghasilkannya" atau karena tidak ada uang yang cukup untuk makanan"; (2) setiap pertanyaan menanyakan secara eksplisit tentang keadaan yang terjadi selama 12 bulan yang lalu atau periode waktu tertentu. Setiap topik yang tercakup dalam pertanyaan ketahanan pangan merefleksikan penemuan-penemuan penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa rumah tangga mengalami pengalaman yang berbeda dan tahapan perilaku seiring keadaan tidak tahan pangan semakin parah. Kejadian tahap awal yaitu ketika rumah tangga mengalami kekurangan ketersediaan pangan dan anggaran pangan, perasaan kwatir terhadap kecukupan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan membuat penyesuaian anggaran untuk makanan dengan tip8 makanan yang akan disajikan. Pada saat kondisi menjadi lebih parah, asupan makanan orang dewasa dikurangi dan orang dewasa mengalami kelaparan, tetapi mereka menghindarkan anak-anak dari kejadian ini. Pada tahap ketiga, anak-anak juga mengalami perlgurangan asupan makanan dan mengalami kelaparan, adapun pengurangan asupan makanan bagi orang dewasa semakin parah.

42 Meskipun pertanyaan modul inti mencakup dimensi mendalam ketidaktahanan pangan rumah tangga, namun ia tidak merepresentasikan seluruh aspek fenomena ketidaktahanan pangan rumah tangga. Pertanyaan yang ada fokus pada apakah rumah tangga memiliki cukup pangan atau uang untuk memenuhi kebutuhan pangan yang mendasar dan perilaku normal serta respon subjektif bagi kondisi tersebut. Sekumpulan pertanyaan yang tercakup dalam modul inti dikombinasikan kedalam suatu ukuran yang disebut skala ketahanan pangan. Selanjutnya skala ketahanan pangan disederhanakan ke dalam pengkategorian yang bermakna "tingkat keparahan", antara lain: a Tahan pangan yaitu apabila rumah tangga menunjukkan tidak ada atau hanya sedikit bukti ketidaktahanan pangan. b Tidak tahan pangan tanpa kelaparan yaitu keadaan tidak tahan pangan terbukti pada anggota rumah tangga yang perhatian terhadap kecukupan supplai pangan rumah tangga dan menyesuaikannya dengan manajemen rumah tangga dengan cara menurunkan kualitas pangan dan meningkatkan bentuk koping yang luar biasa. Dalam ha1 ini hanya sedikit atau tidak ada pengurangan asupan makanan anggota rumah tangga. c Tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) tejadi apabila asupan makanan bagi orang dewasa dalam rumah tangga dikurangi, sehingga mengalami pengalaman sensasi fisik berupa kelaparan yang berulang. Pada sebagaian besar rumah tangga tidak tahan pangan yang memiliki anak, tindakan mengurangi asupan makanan pada anak-anak tidak terbukti. d Tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat) yaitu keadaan bagi semua rumah tangga yang memiliki anak melakukan pengurangan asupan makanan untuk anak-anak sehingga anak-anak mengalami kelaparan. Bagi beberapa rumah tangga lain yang memiliki anak, ha1 ini telah terjadi pada saat awal tahap keparahamyang berat. Adapun keadaan orang dewasa dalam rumah tangga yang memiliki anak maupun yang tidak memiliki anak mengalami pengalaman yang berulang dan lebih meluas dalam ha1 pengurangan asupan makanannya. Rumah tangga diklasifikasikan ke dalam suatu kategori status ketahanan pangan berdasarkan skor skala ketahanan pangan yang ditentukan respon terhadap keseluruhan pertanyaan. Rumah tangga dengan skor skala yang sangat rendah (0) berarti tidak ada atau sangat sedikii pengalaman tidak tahan

43 pangan atau kelaparan sehingga dikategorikan ke dalam tahan pangan. Sebaliknya, rumah tangga dengan skor skala sangat tinggi (10) berarti mengalami sejumlah besar kondisi tidak tahan pangan sehingga dikategorikan tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat). Apabila rumah tangga berada pada selang skala dimana mengalami paling sedikit 3 kondisi indikator hingga adanya bukti yang memastikan terjadinya kelaparan masih kurang maka dikategorikan sebagai tidak tahan pangan tanpa kelaparan. Seterusnya, ~ mah tangga dengan skala lebih besar dan mengalami paling sedikit (biasanya dewasa) tiga indikator kelaparan maka dikategorikan dalam tidak tahan pangan dengan kelaparan. Rumah tangga yang dikategorikan tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) bermakna bahwa terdapat bukti adanya kelaparan dikalangan anggota rumah tangga yang dewasa namun tidak terbukti pada anak-anak. Adapun kategori yang paling parah adalah rumah tangga tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat) yang berarti terjadi kelaparan yang menimpa anak-anak. Pada kategori ini, termasuk rumah tangga yang tidak memiliki anak akan menunjukkan bukti bahwa seringnya tidak makan disebabkan oleh kurangnya sumberdaya. Lebih jelasnya, respon terhadap pertanyaan yang tercakup dalam modul inti akan menentukan skor skala ketahanan pangan dan meletakkan rumah tangga pada status ketahanan pangan tertentu. Modul inti yang didesain tidak hanya digunakan untuk survey nasional tetapi juga untuk survey lokal yang ingin mengetahui luasan dan tingkat keparahan ketidaktahanan pangan dan kelaparan dalam komunitasnya, dengan menggunakan suatu metode yang secara tekhnik memiliki dasar atau alasan tepat dan teruji. Survey lokal sedemikian ditujukan untuk menghasilkan perkiraan prevalensi lokal dibandingkan dengan gambaran skala negara (Bickel et el ). Dalam penelitian inipun digunakan quesioner modul inti untuk rnenentukan skala ketahanan pangan rumah tangga yang selanjutnya diterjemahkan kedalam status ketahanan rumah tangga. Status ketahanan rumah tangga ini dalam tahapan berikutnya akan dikaji dalam kaitan hubungannya dengan program Community Development (pemberdayaan masyarakat) perusahaan.

44 Penqukuran Ketahanan Panqan Rumah Tanqqa denqan Skor Keraaaman Panqan Keragaman pangan rumah tangga merupakan sejumlah kelompok pangan berbeda berdasarkan 12 kelompok pangan yaitu sereal, akar dan umbi, sayuran, buah-buahan, daging, telur, ikan dan seafood, kacangkacanganlpolong-polongan, susu dan produks susu, minyakllemak, gulalrnade, dan lain-lain (bumbulrempah, kopi, teh dan lainnya) (Swindale dan Bilinsky, 2005). Selanjutnya skor ini akan menentukan kategori rumah tangga yaitu konsumsi sangat beragam, cukup beragam dan kurang beragam yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu. Menurut Swindale dan Bilinsky (2005), alat ukur ini memiliki kelebihan atau keistimewaan antara lain: 1 Konsumsi pangan yang lebih beragam merupakan suatu dampak yang penting. 2 Konsumsi pangan yang lebih beragam berhubungan dengan sejumlah dampak yaitu berat lahir, status antropometri anak dan konsentrasi hemoglobin. 3 Konsumsi pangan yang beragam berkorelasi tinggi dengan kecukupan kalori dan protein, persentase protein dari sumber pangan hewani (protein kualitas tinggi), dan pendapatan rumah tangga. Dalam ha1 ini, rumah tangga miskin yang mengalami peningkatan pengeluaran pangan yang berasal dari penghasilan tambahan berkaitan dengan peningkatan kuantiias dan kualitas pangan. 4 Pertanyaan tentang keragaman pangan dapat ditanyakan pada tingkat rumah tangga maupun individu, ha1 ini memungkinkan untuk mengevaluasi ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga maupun intra rumah tangga. 5 Pertanyaan tentang keragarnan pangan relatii memberikan jawaban responden yang lebih terbuka atau lebih berterus terang. Agar lebih akurat dalam menangkap perubahan dalam skor keragaman konsumsi pangan rumah tangga maka pengumpulan data seharusnya dilakukan selama periode kekurangan pangan paling berat misalnya segera sebelum panen. Guna tujuan evaluasi maka pengumpulan data juga dilakukan pada waktu yang sama untuk mencegah terjadinya perubahan cuaca dan lainnya. Adapun informasi tentang konsumsi pangan rumah tangga didasarkan pada 12 kelompok pangan yaitu sereal, akar dan umbi, sayuran, buah-buahan, daging, telur, ikan clan seafood, kacang-kacanganlpolong-polongan, susu dan

45 produks susu, minyaknemak, gulalmade, dan lain-lain (bumbulrempah, kopi, teh dan lainnya) (Swindale dan Bilinsky, 2005). Selanjutnya skor keragaman pangan ini akan menentukan kategori rumah tangga yaitu konsumsi sangat beragam, cukup beragam dan kurang beragam. Data dikumpulkan dengan menanyakan pertanyaan dalam skor keragaman konsumsi pangan rumah tangga kepada responden yang bertanggung jawab terhadap proses penyiapan makanan atau orang dewasa dalam rumah tangga yang ada dan mengkonsumsi makanan di rumah. Pertanyaan-pertanyaan ini mengacu pada rumah tangga secara keseluruhan, bukan pada satu orang tertentu dalam rumah tangga. Adapun makanan tertentu yang dikonsumsi di luar rumah, dan tidak disajikan di dalam rumah maka tidak masukkan dalam perhitungan.. Peningkatan jumlah kelompok pangan yang dikonsumsi menggambarkan akses pangan rumah tangga. Secara umum, peningkatan keragaman konsumsi pangan rumah tangga merefleksikan semakin baiknya keadaan konsumsi rumah tangga. Pemberdayaan Masyarakat Konsep Pemberdayaan Masyarakat dan Strategi Pembangunan Sosial Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai tampak ke permukaan sekiiar dekade 1970-an, dan terus berkembang sepanjang dekade 1980-an hingga 1990-an (akhir abad ke-20) (Hikmat, 2001). Konsep pernberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pada dasamya pemberdayaan diletakkan pada tingkat individu dan sosial. Menurut lfe (1995, 2002), community development atau pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses membangun atau membangun kembali struktur komunitas manusia dengan cara-cara baru, pengorganisasian kehidupan sosial, dan pemenuhan kebutuhan manusia sehingga menjadi lebih memungkinkan. Pemberdayaan masyarakat menurut Husted (2003) diacu dalam Yakovleva (2005) merupakan aktivitas yang mencakup pengubahan sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan pelayanan sosial. Rappaport (1987), sebagaimana yang dikutip Hikmat (2001) mengartikan pemberdayaan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu

46 terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut undangundang. Sementara itu masih di dalam buku yang sama Hikmat (2001) juga mengutip definisi pemberdayaan menurut McArdle (1989) sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Pemberdayaan masyarakat saat ini menurut ldrus (2002) mengandung arti sebagai suatu kegiatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dimana ada kesenjangan antara beberapa lapisan rnasyarakat di lokasi tersebut, melalui kemampuan masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, pemberdayaan masyarakat dalam bidang ketahanan pangan adalah program atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mewujudkan ketahanan pangan sehingga dapat mencapai kesejahteraan (Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2005). Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat perspektif lfe (1995) adalah mengembalikan masyarakat sebagai tempat pengalaman hidup yang penting dan tempat pemenuhan kebutuhan hidup dari pada sekedar mempercayakanlmenyandarkan pada sesuatu yang lebih besar, lebih tidak manusiawi, dan struktur yang kurang dapat duangkau berupa negara sosialis (welfare state), ekonomi dunai, birokrasi, elit profesional, dan lainnya. Selanjutnya. Ife (1995) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat memiliki enam dimensi penting. Enam dimensi pemberdayaan masyarakat ini tidak selarnanya berbeda atau bertentangan, dan saling berinteraksi satu dengan yang lain dengan cara yang kompleks. Enam aspek pemberdayaan masyarakat ini penting, dan untuk memiliki suatu masyarakat yang benar-benar sehat dan berfungsi maka sangat penting pula untuk memiliki nilai tinggi keeenam dimensi ini. Konsep pemberdayaan masyarakat yang demikian dikenal dengan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi, yaitu integrasi antara enam dimensi: pemberdayaan sosial, pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan politik, pemberdayaan budaya, pemberdayaan lingkungan dan pemberdayaan personallspritual. Menurut Iskandar, (2004) terdapat dua sudut pandang pemberdayaan masyarakat, yaitu : 1 Sudut pandang ekologis (ecological) Dari sudut pandang ini, kebutuhan akan pemberdayaan masyarakat dipandang sebagai akibat dari kegagalan struktur negara, industrial

47 kapitalistik, dan pasar dalam penyelenggaraan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan diyakini hanya dapat diselenggarakan dengan mengikuti prinsip-prinsip ekologi. Di samping itu, tidak dapat disangkal bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat juga merupakan salah satu kebutuhan insani yang sangat hakiki. Contoh dalam ha1 ini misalnya, persoalan kekurangan prasarana dan sarana di perkotaan sebagai salah satu wujud dari ketidakberlanjutan disikapi dan ditanggapi dengan melaksanakan pembangunan yang "lapar tanah". Kota-kota (polis) segera berubah wujud tak terkendali menjadi kota metro (metropolitan) dan kota mega (megapolitan) yang seringkali tak lebih dari sekedar sebuah "desa raksasa" yang 'rakus' dan 'lapar akan segala sumberdaya. 2 Sudut pandang keadilan sosial Tidak jauh berbeda dari sudut pandang ekologis, dalam sudut pandang sosial, kebutuhan akan pemberdayaan masyarakat juga dipandang sebagai akibat dari kegagalan struktur negara, industrial kapitalistik, dan pasar dalam penyelenggaraan pembangunan yang berkeadilan sosial. Pembangunan yang tidak berkelanjutan nampaknya juga dapat menimbulkan ketidakadilan sosial. Kembali ke contoh "kota raksasa" seperti diuraikan sebelumnya, semakin lama semakin menyerupai gurita yang menghisap segala sumberdaya dari sekelilingnya untuk membiayai upaya-upaya yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi segala persoalan ketidakberlanjutannya., masalah barupun timbul yaitu terjadinya kesenjangan sosial dengan kota lain. Konsep pemberdayaan masyarakat diyakini bergabung dengan konsep pengorganisasian komunitas (community organization) membentuk satu kesatuan dan saling komplementer dalam konsep pembangunan masyarakat. Adapun pembangunan masyarakat didefinisikan sebagai perubahan sosial yang direncanakan (planned social change) yang tewujud dalam berbagai program dan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat (Hikmat, 2001). Sebagaimana diketahui, isu kegagalan pembangunan akibat dominasi paradigma pembangunan ekonomi yang kurang seimbang dalam pembangunan sosial menjadi transparan setelah Word Summit for Social Developement pada tahun 1995, di Kopenhagen, Denmark. Konferensi ini menampilkan tiga isu pokok untuk mengatasi kesenjangan kesejahteraan manusia secara global, regional dan nasional. Ketiga isu itu meliputi (Hikmat, 2001) :

48 1 Penanggulangan kemiskinan 2 Peningkatan produktivitas kerja dan rnengurangi pengangguran 3 Meningkatkan integrasi sosial Selanjutnya Komisi Hukum Resources Development dari Economic and Social Comission for Asia and the Pasific (ESCAP) sejak 1999 merekomendasikan pentingnya strategi pemberdayaan masyarakat secara partisipatif (participatory communrty empowerment) dalam melaksanakan agenda pembangunan sosial (Hikmat, 2001). Pembeldayaan Masyarakat oleh Perusahaan Sebagai Wujud Corporate Social Responsibility Kehadiran perusahaan yang merupakan sebuah institusi dalarn sebuah masyarakat seringkali menirnbulkan kesenjangan. Fakta yang tidak dapat dipungkiri, perusahaan adalah bagian masyarakat karena terletak di dalam lingkungan masyarakat dan menggunakan asset masyarakat (tenaga, lahan dan lain-lain). Kemajuan perusahaan berpotensi menimbulkan kesenjangan yang semakin besar dan mernungkinkan tirnbulnya ketegangan sosial. Di sisi lain, saat ini Corporate Social Responsibility (CSR) bukan sebuah wacana lagi. Hal ini dibuktikan dengan telah banyaknya perusahaan mempraktekkan CSR dengan aktivitas yang beragam sesuai dengan karakteristik perusahaan yang dimiliki. Asian Forum of CSR yang diselenggarakan pada bulan September 2005 dan juga ajang CSR Award pada bulan Desember 2005 merupakan momentum yang memperlihatkan bahwa telah muncul kesadaran dan apresiasi atas aktivitas CSR sebagai bentuk kontribusi dunia usaha dalam rnewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainadle development). CSR sesungguhnya memiliki esensi sebagai sebuah konsep dirnana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberikan kontribusi kepada suatu masyarakat agar lebih baik kesejahteraannya dan kepada lingkungan agar lebih benih dan lestari (Nuryana, 2005). CSR, menurut Vasin, Heyn and Company (2004) sebagaimana yang dikutip oleh Nuryana (2005) merupakan kesanggupan perusahaan untuk berkelakuan dengan azas ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan tetap mengindahkan kepentingan langsung dari stakeholder. World Business Council for Sustuinable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan dan keluarganya,

49 masyarakat tempatan dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka (Supriatno, 2005). CSR diakui sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan good corporate governance dan good business ethics serta merupakan implementasi dari good corporate citizenship. Dengan demikian perusahaan tidak cukup hanya memikirkan kepentingan shareholder (pemilik modal) tapi juga haws mempunyai orientasi untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholder.(masyarakat, karyawan, konsumen, lembaga pemerintah dan lain-lain). Gambar 4 menguraikan bagaimana perubahan paradigma perusahaan dalam mewujudkan corporate citizenship. Gambar ini mengisyaratkan bahwa dimensi CSR dapat disederhanakan menjadi dua sebagaimana yang diungkapkan oleh Nuryana, (2005) yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Perubahan paradigma perusahan: Dari shareholders kepada stakeholders Dimensi CSR: Pemberdayaan masy. Lingkungan Hub. lntumasioml. Akuntabiiitas: auditing, monitoring 8 pelaporan dl1 PERUSAHAAN : Stockholders Jajaran pimpinan Corporate. Karyawan citizenship Manajer - Dim memilih tujuannya, penrsh, haw memperthnbangkan berbagai faktor: Midmalisssi poluri. Meiindungi lingkungan. Keselamatan kerja Memperkuat masy. iokal.. Peningkatan penghasilan ~atak dl1 Sumber : Supriatno dan Tim CFCD Gambar 4 Perubahan paradigma perusahaan dalam mewujudkan corporate citizenship Dimensi eksternal CSR berarti praktek CSR dalam perusahaan yang pada dasarnya dilakukan dengan cara melibatkan pegawai dengan isu-isu seperti investasi dalam human capital, kesehatan dan keselamatan kerja, mengelola perubahan, juga mencakup praktek CSR yang melibatkan lingkungan

50 terutama berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang digunakan dalam produksi Adapun dimensi eksternal CSR bermakna sebagai praktek CSR atau kontribusi yang melampaui pintu perusahaan masuk ke dalam komunitas lokal dan melibatkan banyak stakeholder di luar pegawai dan shareholder antara lain mitra bisnis, pemasok, pelanggan, otoritas publik, LSM yang mewakili komunitas dan lingkungan (Supriatno dan Tim CFCD, 2005). Archie 8. Carrol (1997) diacu dari Saidi (2004) telah mengembangkan konsep piramida tanggung jawab sosial perusahaan yang terdiri dari empat jenjang yaitu : 1 Make a profit (tanggung jawab ekonomi): pondasi bagi kehidupan perusahaan sekaligus sebagai prasyarat untuk berkembang yaitu menghasilkan laba. 2 Obey the law (tanggung jawab legal): dalam mencapai tujuannya mencari laba, sebuah perusahan hams mentaati hukum. 3 Be ethical (tanggung jawab etis): perusahaan berkewajiban menjalankan ha1 yang baik dan benar, adil dan fair, menghindarkan diri dari praktek yang bertentangan dengan nilai tersebut. 4 Be a good corporate citizen (tanggung jawab filantropis): pemberian kontribusi kepada publik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Menurut Jalal (2003), ada empat skema yang setidaknya biasa dipergunakan untuk menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu: 1 Kontribusi pada pernberdayaan masyarakat: banyak dipilih ketika komitmen dan kemampuan pemerintah dalam mendorong pembangunan masyarakat dipandang masih kurang dan ini sangat sesuai dengan kondisi lndonesia. 2 Pendanaan kegiatan sesuai kerangka legal: biasa dilaksanakan ketika pemerintah memiliki suatu kerangka yang cukup kokoh untuk mengatur ha1 ini. 3 Partisipasi masyarakat dalam usaha: ini dapat dipandang menguntungkan dalam konteks lndonesia karena ha1 ini penting untuk meningkatkan rasa memiliki masyarakat lokal terhadap perusahaan. 4 Tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan.: khususnya LSM maka perlu bagi perusahaan untuk memilih tuntutan-tuntutan yang penting untuk ditanggapi.

51 Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa sumbangan atau bantuan perusahaan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat diyakini merupakan sebuah aktualisasi dari dimensi eksternal CSR yang dilaksanakan bagi masyarakat sekitar perusahaan. Pentingnya pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan, didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan perusahaan di tengah masyarakat menyebabkan (Supriatno, 2005): 1 Ada penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif dan akumulatif 2 Terjadinya peminggiran masyarakat ketika perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat dari masyarakat 3 Adanya tuntutan bahwa perusahaan adalah entitas sosial disamping sebagai entitas bisnis, sehingga harus mempunyai social responsibility 4 Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan. Lebih lanjut, lsmawan (2002) menyatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan oleh perusahaan bersamasama dengan masyarakat selain dapat mengurangi masalah kesenjangan yang seringkali timbul ternyata dapat memajukan masyarakat. Program ini juga merupakan kompensasi bagi masyarakat akibat berbagai ha1 yang ditimbulkan karena kehadiran perusahaan misalnya berupa limbah, polusi udara, polusi suara, penetrasi terhadap pasar dan lain-lain. Namun demikian, kegiatan pemberdayaan rnasyarakat di Indonesia diakui masih memiliki beberapa kelemahan antara lain (Supriatno, 2005): 1 Masih sebagai 'pemadam kebakaran (bush fire)" dan "obat tenang" 2 Dibutuhkan saat kondisi tetjepit: "konflik dengan masyarakat" 3 Masih terbatas pada kegiatan sosial karitatii (corporate giving) bukan sustainability program 4 Masih rendahnya komitmen para pemberdaya di perusahaatv?op management, sehingga posisi pemberdayaan masyarakat dalam struktur perusahaan masih berada pada posisi marginal Sebenarnya, paradigma pengembangan masyarakat mulai diadopsi oleh kalangan usaha pada era 1990-an akhir dan awal 2000-an (Saidi, 2004). Sejak saat itu terlihat banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan dunia usaha. Di Indonesiapun, keterlibatan dunia usaha dalam kegiatan sosial sudah menjadi

52 kelaziman, dan intensitasnya akhir-akhir ini semakin meningkat. Dilihat dari kontribusinya, secara finansial jumlahnya relatif cukup besar. Dari penelitian pendahuluan PlRAC diketahui bahwa tahun 2001 dana yang teralokasikan lebih dari Rp 115 milyar (sekitar US$ 11.5 juta) dari 180 perusahaan bagi 279 kegiatan sosial yang terekam oleh media massa. Berdasarkan angka kumulatif tersebut maka rata-rata perusahaan pada 2001 menyumbangkan dana sosial sebesar Rp640 juta; atau Rp 413 juta per kegiatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumbangan sektor perusahaan dalam kegiatan sosial di lndonesia cukup besar (Saidi dan Abidin, 2004). Namun demikian tafsiran lebih jauh terhadap hasil penelitian PlRAC ini seakan menjelaskan pendapat Supriatno (2005) tentang kelemahan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di lndonesia yang masih sangat konvensional, berjangka pendek dan didasari motivasi untuk menolong anggota masyarakat yang dalam kesulitan, dengan kata lain baru sekedar menyelesaikan masalah sesaat. Sebagian besar (80%) kegiatan sosial perusahaan adalah insidental; umumnya (45% kegiatan) disalurkan untuk pelayanan sosial dan gawat darurat. lndikasi lain dari watak bersedekahnya perusahaan ini adalah kenyataan bahwa hampir seperuh (49%) donasi dilakukan menjelang Rarnadhan, Lebaran dan Natal. Pada Tabel 1 tergambar suatu permasalahan yang muncul dalam persoalan perkembangan kedermawanan perusahaan yaitu adanya kecenderungan bahwa perusahaan tampaknya ternyata lebih menyenangi model pemberian bantuan secara langsung baik kepada organisasi maupun masyarakat yang bersifat memenuhi keperluan segera atau sesaat konsumtif. Dengan kata lain, perusahaan di lndonesia lebih banyak memberikan hibah sosial dibandingkan hibah pembangunan. Kondisi ini, bila dibandingkan dengan di Afrika Selatan, maka tercatat bahwa perusahaan di negara ini sudah mampu rnewujudkan peralihan dari corporate giving rnenuju perhatian kepada pemberdayaan masyarakat rnelalui pendidikan dan mendorong masyarakat itu berusaha meningkatkan kesejahteraannya sendiri. dan

53 Tabel 1 Pemanfaatan dana sosial perusahaan tahun 2001 Agar pemberdayaan masyarakat lebih berrnakna dari sekedar sumbangan karitatif yang lebih bersifat bagi-bagi duit semata maka penting bagi perusahaan untuk mengintegrasikannya dengan upaya mewujudkan good corporate citizenship. Tabel 2 menjelaskan berbagai paradigma pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan (Saidi, 2004). Tabel 2 Paradigma pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan Kontribusi lnspirasi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial8 pembangunan) dan keterlibatan sosial Kewajiban I 7 Kepentingan Bersama

54 Paradigma philantropi dalam pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dapat rnemberikan keuntungan bagi bisnis perusahaan karena dapat dijadikan sebagai alat pemasaran yang strategis untuk mencapai tujuantujuan bisnis, antara lain (Goldberg, 1997 ; Bennet, 1998; Max, 1998 diacu dalam Yakovleva, 2005) : 1 Memfasilitasi hubungan dengan pemerintah dan sasaran penting lainnya 2 Meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas pelanggan 3 Memperkuat motivasi, loyalitas dan produktivitas pegawai 4 Menarik perhatian media massa 5 Merubah kebiasaan atau perilaku masyarakat 6 Mernberikan keuntungan bagi masyarakat 7 Promosi Adapun besarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan tergantung pada beberapa determinan antara lain (Buchholz et a/., 1999 diacu dalam Yakovleva 2005) (1)ukuran perusahaan; (2)komposisi pengurus; (3)perforrna financial; (4)nilai chief executive officer; (5)kekuatan institusional; (6)sektor industri dan usia organisasi. Belajar dari berbagai pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan di dunia, nampaknya akhir-akhir ini harapan menuju perubahan juga disandarkan pada peran perusahaan, dan memang mulai nampak terjadinya peralihan paradigma pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan ke arah upaya mewujudkan kemandirian masyarakat. Semakin terwujudnya kemandirian dalam masyarakat ditandai dengan berkurangnya sedikit demi sedikit beban perusahaan untuk berhubungan dengan kelompok masyarakat itu. Untuk itu, perusahaan perlu menciptakan programprogram yang mernang dirancang untuk meningkatkan kemandirian kelompok masyarakat sasaran, sehingga sumberdaya yang dicurahkan oleh perusahaan dapat dimanfaatkan kelompok masyarakat atau wilayah lain. Menurut lskandar (2005), ada beberapa indikator masyarakat yang rnandiri atau berdaya, yaitu: a Mampu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi, rnerumuskan serta menetapkan prioritasnya. b Mampu merumuskan alternatif jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. c Mampu mengorganisasikan din, sebagai salah satu cara penanggulangan secara bersama.

55 d Mampu mengembangkan aturan main, nilai, norma yang disusun, disepakati serta dipatuhi bersama. e Mampu memperluas kerjasama serta mampu menjalin "kemitraan" yang setara. Badan Bimas Ketahanan Pangan (2005) telah menetapkan indikator keberhasilan program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk kemandirian masyarakat (Tabel 3). Tabel 3 Evaluasi keberhasilan program pemberdayaan masyarakat Upaya mewujudkan kemandirian masyarakat, dinyatakan oleh CFCD (2005a) erat kaitannya dengan upaya menjamin adanya keberlanjutan terhadap segala ha1 positif yang telah terbangun ketika program pemberdayaan masyarakat dilaksanakan. Keberlanjutan program, mencakup: a Keberlanjutan organisasi-organisasi rnasyarakat yang telah terbangun b Keberlanjutan dana dan program oleh masyarakat c Keberlanjutan visi, misi, prinsip dan nilai-nilai yang dianut dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan

56 Program Pemberdayaan Masyarakat oleh Perusahaan dan Pembangunan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pada dasarnya, ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja suatu sistem ekonomi pangan yang terdiri atas subsistern produksi, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Subsistem ketersediaan mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan baik yang berasal dari produksi dalam negeri, cadangan, maupun impor dan ekspor. Pembangunan subsistem distribusi mencakup pengaturan untuk menjamin aksesibilitas penduduk secara fisik dan ekonomis terhadap pangan antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas harga pangan strategis. Pembangunan subsistem konsumsi mencakup pengelolaan pangan di tingkat daerah maupun rumah tangga untuk menjamin setiap individu memperoleh pangan dalam jumlah, mutu gizilnutrisi, keamanan dan keragaman sesuai kebutuhannya dan pilihannya (Dewan Bimas Ketahanan Pangan, 2001). Adapun pembangunan ketahanan pangan pada hakekatnya adalah pemberdayaan masyarakat yang berarti meningkatkan kemandirian dan kapasitas masyarakat untuk berperan aktii rnewujudkan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan dari waktu ke waktu. Hal ini mencakup seluruh pihak yang terkait baik produsen, pedagang, konsumen, aparatur pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam konsep Aksi Desa Mandiri Pangan (DESA MAPAN), Badan Ketahanan Pangan (2006) menggambarkan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangan yang harus mengacu pada kerangka pikir sistem ketahanan pangan itu sendiri (Gambar 5). Sehingga dalam pelaksanaannya, perlu harmonisasi dari subsistem-subsistem pembentuk sistem ketahanan pangan. Keberhasilan pembangunan ketiga subsistem ketahanan pangan tersebut perlu didukung oleh faktor-faktor input berupa sarana, prasarana, dan kelembagaan dalam kegiatan produksi, distribusi, pemasaran. pengolahan, dan sebagainya.

57 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Pelat han. Pendampingan, Peninqkatan Akses) T PENGUATAN KELEMBAGAAN a. Penguatan kelembagaan aparat b. Penguatan keiembagaan masyarakat c. Penguatan kelembagaan koordinasi pangan dan gizi d. Penguatan fungsi lembaga pelayanan dan penunjang SlSTEM KETAHANAN PANGAN P OUTPUT a. Memadainya INPUT ketersediaan Bdistribusi pangan a. Pelatihan b. Pendamping b. Cukup nya kemampuan c. Dana konsumsi pangan akses pangan rumah tangga d. Bahan, b. Pengembangan Peralatan kelancaran distribusi teknologi pengolahan c. Cukupnya kemampuan cadangan pangan pangan antar wiiayah dan produk pangan mengelola konsumsi e. Tenaga Kerja 1. Teknologi c. Pengembangan jar. c. Peningkatan kmadaran pangan dengan gizi infonnasi pasar dan masy thdp pangan 38 seimbang dan aman - d. Memberikan pendidikan d. Cukupnya kemampuan mengatasi masalah pangan e. Terciptanya usaha produktif f. Terciptanya aliansi utk meningkatkan partisipasi masy dlm me lawan kelaparan 8 kemiskinan FASlLlTASl a. lnfrastruktur b. Transportasi c. Komunikasi d. lnvestasi e. Sarana pendidikan dan kesehatan f. Listrik g. Pemasaran h. Pemberian insentif Garnbar 5 Kerangka pikir pernberdayaan rnasyarakat dan sistern ketahanan pangan untuk mewujudkan Desa Mandiri Pangan (DESA MAPAN) IMPACT Masyarakat Tahan Pangan OUTCOME Berkurangnya Kerawanan Pangan dan Gizi - +

58 Pemberdayaan masyarakat tersebut dapat ditinjau dari dua aspek yaitu untuk mengatasi masalah rawan pangan kronis disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya dan kemampuan produksi, serta rendahnya pendapatan dan akses terhadap sumberdaya pangan, rnaupun rawan pangan transitori yang terjadi karena adanya bencana alam, kerusuhan atau sebab lain yang menyebabkan pasokan pangan dan akses terputus (Dewan Bimas Ketahanan Pangan, 2001). Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu dilakukan dengan cara mengangkat masyarakat dari kemiskinan yang rnembelenggunya. Dalam ha1 ini menurut lfe (1995, 2002) perlu dilakukan prioritas pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi rnasyarakat perlu dilakukan dengan tepat dengan mengedepankan perspektif pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan pendekatan altematif dengan cara menampung aktifitas ekonomi dalam masyarakat, bekerja untuk mencari manfaat bagi masyarakat dengan tujuan memfungsikan kembali rnasyarakat lokal dan untuk meningkatkan kualitas hidup. Terdapat berbagai aktor yang berperan dalam peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, antara lain rumah tangga itu sendiri, organisasi non pemerintah (NGOs), pemerintah lokal, pemerintah nasional, lembaga-lembaga internasional dan bantuan bilateral (Braun eta/ ). Keberadaan perusahaan di lingkungan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari persoalan sosial di dalam masyarakat tersebut termasuk adanya persoalan kemiskinan, yang dapat menimbulkan citra buruk bagi perusahaan. Dalam ha1 ini maka perusahaan diiuntut untuk ikut terlibat dalam menyelesaikan kemiskinan tersebut terutama berkaitan dengan upaya perbaikan sosial ekonomi masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 menyatakan bahwa masyarakat (termasuk perusahaanlswasta) memiliki kesempatan yang seluasluasnya dalam mewujudkan ketahanan pangan seperti dalam kegiatan (l)produksi, perdagangan, distribusi dan konsurnsi; (2) penyelenggaraan cadangan pangan masyarakat; (3) melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan. Keterlibatan perusahaan dalam mewujudkan ketahanan pangan perlu mengacu pada Kebijakan Urnum Ketahanan Pangan yang dikeluarkan oleh Dewan Ketahanan Pangan (2006). Dengan mengacu pada kebijakan tersebut diharapkan terjadi sinergi dari berbagai pihak sehingga kondisi tahan pangan dapat segera tetwujud. Adapun kebijakan umum ketahanan pangan terdiri dari:

59 b Ketersediaan 1 Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan Peningkatan kualitas sumberdaya alarn khususnya lahan dan air diarahkan untuk menjamin penyediaan pangan yang cukup, aman dan berkelanjutan. 2 Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalarn negeri Peningkatan produksi pangan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga dengan bertumpu pada kemampuan produksi dalam negeri melalui pengembangan sistem produksi, efisiensi sistern usaha pangan, pengembangan teknologi produksi pangan. pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan, perlindungan dan pengembangan lahan produktif, serta pemanfaatan potensi sumberdaya lokal. 3 Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan Peningkatan dan perbaikan infrastruktur pertanian dilakukan untuk mempersingkat waktu dan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk rnenghasilkan bahan pangan yang siap dipasarkan ke konsumen. 4 Mengernbangkan kemampuan pengelolaan cadangan pemerintah dan masyarakat Cadangan pangan dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan pangan, kelebihan pangan, gejolak harga dan keadaan darurat. Cadangan pangan diutamakan berasal dari produksi dalarn negeri dan pemasukan atau impor pangan hanya dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri tidak mencukupi. b Distribusi 1 Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi distribusi dan perdagangan pangan Pemerintah mengembangkan sarana, prasarana dan pengaturan distribusi pangan serta mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan sistern distribusi pangan yang efisien. Perhatian khusus diberikan pada daerahdaerah terpencil yang rawan terhadap gangguan bencana alam. 2 Mengurangi danlatau rnenghilangkan perda yang menghambat distribusi pangan antar daerah

60 d Pemerintah, khususnya pemerintah daerah meminimalkan Perda yang mengakibatkan tingginya biaya retribusi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tidak hams menanggung biaya distribusi yang memberatkan, baik terhadap input produksi maupun terhadap hasil produksi pangan. 3 Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik Pengolahan dan pemasaran di pedesaan Pengembangan kelembagaan dan sarana pengolahan dan pemasaran di pedesaan dilaksanakan untuk menjaga kualitas bahan pangan yang dihasilkan di tingkat produsen, meningkatkan posisi tawar dari petani produsen, memfasilitasi berkembangnya usaha pengolahan pangan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. 4 Menyusun kebijakan harga pangan untuk melindungi produsen, pedagang dan konsumen Penetapan kebijakan harga pangan tertentu yang bersifat pokok dilakukan untuk menghindari terjadinya gejolak harga yang mengakibatkan keresahan masyarakat. Konsumsi 1 Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai kebutuhan jumlah, mutu, keamanan, dan gizi seimbang Akses rumah tangga terhadap pangan diujudkan melalui pengendalian stabilitas harga pangan, peningkatan daya beli, pemberian bantuan pangan dan pangan bersubsidi. Pemerintah memantau dan mengidentifkasi secara dini tentang kekurangan dan surplus pangan, kerawanan pangan dan ketidakmampuan rurnah tangga dalarn mernenuhi kebutuhan pangannya serta rnelakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan yang diperlukan. Bantuan pangan dan pangan bersubsidi disalurkan kepada kelompok rawan pangan dan keluarga miskin untuk meningkatkan kualitas gizinya. 2 Mendorong, mengembangkan dan memfasilitasi peran serta masyarakat (LSM, Organisasi Profesi, Koperasi, Organisasi Massa) dalam memenuhi hak atas pangan khususnya bagi kelompok kurang mampu Pemerintah bersama dengan masyarakat mempunyai tanggung jawab yang sama dalarn mewujudkan ketahanan pangan nasional hingga ke tingkat rumah tangga.

61 3 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas intervensi bantuan pangan dan pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat rawan pangan termasuk kelompok lanjut usia dan penyandang cacat ganda Pencegahan keadaan rawan pangan dan gizi dilakukan melalui pengembangan dan pemantapan sistem isyarat dini dan inte~ensi bantuan yang memadai. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan efisiensi dan efektifitas intervensi bantuan pangan pangan bersubsidi melalui penghapusan hambatan dan halangan yang bersifat birokratif dan administratif. 4 Mempercepat proses divesifikasi pangan ke arah konsumsi yang beragam dan bergizi seimbang Konsumsi pangan yang beragam dengan gizi seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan intelegensia manusia. Kemampuan dan pola konsumsi pangan rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi mengenai diversifikasi pangan didukung oleh media massa agar pemahaman mengenai diversifikasi pangan dapat dipahami secara tepat oleh masyarakat luas. Peran serta perusahaan yang di pandang sebagai bagian dari masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan masyarakat mencakup pengembangan aktivitas produksi, perdagangan dan distribusi pangan, pengelolaan cadangan pangan, konsumsi pangan bergizi seimbang, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan. Dengan demikian, masyarakat menjadi pemeran utama dalam setiap upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan peran fasilitas dan pendukung yang bekerja sama dengan masyarakat dalam proses yang partisipatif. Suryadi (2002) menyatakan bahwa peran perusahaan dalam mengatasi kemiskinan dapat dilakukan melalui program pemberdayaan masyarakat yang secara maksimal berdampak bagi perbaikan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi baik yang bersifat langsung dalam bentuk penyerapan tenaga kerja maupun pertumbuhan aktivitas usaha ekonomi produktif masyarakat lingkungan perusahaan] Selain itu, Braun et a/. (1992) menyatakan bahwa peran NGOs termasuk di dalamnya perusahaan dapat berupa optimalisasi kemampuannya dalam

62 memberikan atau menyediakan sumberdaya antara lain dana, tekhnik, dan manajerial, yang sangat kurang pada level lokal. Hal senada diungkapkan oleh Kasryno (2004), bahwa ketahanan pangan hanya mungkin dicapai dengan strategi pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin, dan CSR terrnas.uk di dalamnya program pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk pembangunan pertanian dan pedesaan. Mengacu pada Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh perusahaan (pelaku usaha) termasuk perbankan dalam penanggulangan kerniskinan yang terkait dengan pemenuhan hak dasar pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan adalah: 1 Meningkatkan pertanggungjawaban sosial dalarn berbagai bentuk seperti pemberian beasiswa, pemberdayaan masyarakat, dukungan pada lembaga pendidikan dan penelitian. 2 Menyediakan akses pekerjaan dan berusaha kepada masyarakat miskin melalui perluasan lapangan kerja, kemitraan usaha dan keterkaitan usaha. 3 Memperkuat usaha koperasi, usaha mikro dan kecil melalui pendampingan, bantuan teknis dan permodalan. 4 Menggalang dana sosial untuk disalurkan kepada perorangan dan kelompok masyarakat miskin. Riely et a/. (1999) melaporkan tujuan-tujuan program yang dapat meningkatkan ketahanan pangan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Tengah. Adapun tujuan program tersebut adalah: 1 Untuk Meningkatkan ketersediaan pangan pokok, dengan tujuan khusus: a Meningkatkan produksi dan keragarnan pangan b Meningkatkan cadangan pangan dan konse~asi pangan c Perluasan pemasaran pangan dan input bagi produksi pertanian 2 Untuk meningkatkan akses pangan, dengan tujuan khusus: a Meningkatkan pendapatan ~ mah tangga b Meningkatkan stabilitas harga pangan lokal c Meningkatkan persediaan pangan untuk kelompok rawan pada saat dibutuhkan 3 Untuk meningkatkan utilisasi pangan, dengan tujuan khusus: a Meningkatkan kualitas pengasuhan dan pelayanan reproduksi

63 b Meningkatkan ketersediaan, kualitas dan akses terhadap pelayanan kesehatan air bersih dan sanitasi 4 Untuk meningkatkan kapasitas institusi atau lembaga dalam mengelola inte~ensi pembangunan nasional dan lokal dan menyediakan sumberdaya untuk pembangunan ketahanan pangan. Badan Bimas Ketahanan Pangan (2005) menyatakan terdapat beberapa proses yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangan. Proses tersebut antara lain: 1 Mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. 2 Mengembangkan usaha dengan segala kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki. 3 Mengembangkan sistem untuk mengakses sumberdaya yang diperlukan. Dalam operasionalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat mengambil berbagai bentuk, seperti: 1 Pemberdayaan sebagai partisipasi Partisipasi masyarakat dalam berbagai program pembangunan maupun pengambilan keputusan. 2 Pemberdayaan sebagai demokratisasi Masyarakat lebih berperan dalam proses politik 3 Pemberdayaan sebagai pengembangan kapasitas 4 Pemberdayaan sebagai perbaikan ekonomi 5 Pemberdayaan sebagai pengembangan individu, yaitu pengembangan kesadaran kritis dari individu dan memutuskan sikap berdasarkan kesadaran tersebut. Aplikasinya, perusahaan dituntut untuk me~muskan visi program pemberdayaan masyarakat secara tepat. Sehingga program pemberdayaan masyarakat dapat dijadikan salah satu media "public relation" perusahaan yang bersifat konkrit dalam kerangka mengurangi citra negatif perusahaan yang seringkali dianggap tidak adil dan berorientasi komersial semata serta berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat. Adapun program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan perlu dirancang dan diaplikasikan sebagai "mitra" dalam memberdayakan dan mengembangkan potensi sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi secara

64 berkelanjutan. Kegagalan program pemberdayaan masyarakat dalam mendukung kesejahteraan hidup masyarakat setempat akan semakin menempatkan perusahaan pada citra "eksploitatir di tingkat publik. Mencerrnati persoalan yang ada, Suryadi (2002) menyatakan ada tiga persyaratan yang perlu dipenuhi oleh perusahaan jika ingin mewujudkan pelaksanaan program pernberdayaan masyarakat yang efektii yaitu: 1 Program pemberdayaan masyarakat tidak lagi bersifat sektoral dan ditentukan oleh manajemen dalam konteks rnemenuhi kewajiban sosial perusahaan. Terlebih lagi apabila program hanya untuk mendukung keamanan dan efisiensi aktivitas perusahaan. 2 Program pemberdayaan masyarakat tidak lagi lebih diprioritaskan bagi tujuan pemenuhan kernudahan dalam akses pelayanan dasar masyarakat seperti: infrastruktur jalan dan kesehatan yang terkesan sebagai 'hadiah" ketimbang program yang secara nyata dibutuhkan dan merupakan bagian dalam proses "investasi" masyarakat. 3 Program pemberdayaan masyarakat harus melibatkan masyarakat penerima rnanfaat secara aktif dalarn proses pengambilan keputusan atas gagasan, tujuan, dan perencanan dari setiap jenis kegiatan program pemberdayaan masyarakat, bukan turun dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban norrnatii kepada pemerintah. Suatu ha1 yang tidak bisa diabaikan dalarn pelaksanan program pemberdayaan rnasyarakat oleh perusahaan adalah perlunya evalusi baik dari sisi pelaksanaannya (monitoring) maupun pencapaiannya (evaluasi). Riely et a/. (1999) merekomendasikan pendalaman terhadap komponen program dalam rnelakukan monitoring dan evaluasi suatu program. Dengan jelasnya komponen program antara lain input, proses, output dan dampak program maka akan rnudah menetapkan indikator-indikator dalam rnelakukan monitoring dan evaluasi. Penelitian ini juga menggunakan metode mempelajari komponen program guna menganalisis program lebih mendalam dan untuk mengetahui potensi dampak program dalarn kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Gambar 6 menyajikan komponen suatu program menurut Riely et a/. (1999).

65 Proses Eksternal Gambar 6 Komponen program Penjelasan dari komponen program, antara lain: 1 lnput program adalah semua sumberdaya berupa bahan mentah yang digunakan dalam melaksanakan program. lnput program mencakup sumberdaya manusia dan finansial, fasilitas fisik, peralatan, kebijakan operasional yang memungkinkan program dapat dilaksanakan dengan baik. 2 Proses program adalah sekumpulan aktivitas atau merupakan wilayah fungsional dimana input program digunakan untuk mencapai hasil yang diharapkan. 3 Output program merupakan hasil dari pelaksanaan program, berkenaan dengan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan program. 4 Proses eksternakkejadian luar yang mempengaruhi hubungan antara output dan dampak. 5 Dampak program adalah seperangkat hasil berupa perubahan pada akses dan kualitas sumberddya, perubahan perilaku, atau peningkatan kesejahteraan yang tejadi pada penerima program yang dapat secara langsung dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan program dan output. Dampak dapat diuraikan dengan membedakan: a Dampak pada kapabilitas yaitu hasil menengah program (selanjutnya disebut outcome). Contoh outcome adalah peningkatan kualitas dan akses terhadap sumberdaya, peningkatan pengetahuan dan prakteklpengalaman penerima program. b Dampak pada kesejahteraan yaitu hasil akhir program pada tingkat penerima program. Dampak ini secara langsung berhubungan dengan status ketahanan pangan dan kesejahteraan. Misalnya, tingkat konsumsi, perubahan hasil panen, produksi pangan dan pendapatan. Untuk program yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan, dampak pada kesejahteraan dapat dinyatakan dalam peningkatan status gizi, penurunan pada angka kematian dan angka kesakitan.

66 Berdasarkan berbagai kriteria pemberdayaan rnasyarakat oleh perusahaan disadari bahwa terdapat perbedaan antara program yang dilaksanakan oleh pemerintah dan perusahaan (NGOs). Perusahaan cenderung mengkonsentrasikan sumberdaya mereka pada cakupan wilayah yang lebih kecil, misalnya rnenggunakan sejurnlah bahan bangunan, input pertanian baru dan keahlian-keahlian yang bersifat tekhnis disarnping para pelaksana dalam proyek pangan yang dilaksanakan. Perusahaan kernungkinan berhubungan dengan individu rumah tangga atau kelompok masyarakat yang sangat kecil, rnisalnya dengan orangtua tunggal yang wanita, dengan rnemberikan bahan makanan sebagai insentif atau subsidi (WFP. 1998). Meskipun cakupan program yang dilakukan oleh perusahaan tidak seluas yang dapat dilakukan oleh pemerintah, sesungguhnya perusahaan dapat memainkan peran penting dalarn peningkatan ketahanan pangan rurnah tangga, baik rnelalui program yang bergerak dalam bidang yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan pangan (rnisalnya dengan membantu petani menyediakan alat pertanian canggih), akses pangan (misalnya dengan program yang dapat rneningkatkan pendapatan rurnah tangga) rnaupun utilisasi pangan (rnisalnya dengan rnenyediakan pelayanan kesehatan).

67 KERANGKA PEMIKIRAN Program Community Development (pemberdayaan masyarakat) perusahaan merupakan pendekatan komprehensif dalam pengembangan ekonomi, sosial maupun lingkungan yang dalam prosesnya melibatkan masyarakat dalam dialog mengenai masalah di masyarakat serta langkah yang harus diambl untuk perbaikan kondisi masyarakat tersebut. Melalui pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat yang tepat, diharapkan perusahaan dapat memberikan kontribusi nyata dalam bentuk investasi sosial (social investment) bagi masyarakat dan stakeholder lainnya. Ketahanan pangdn tingkat rumah tangga berhubungan dengan kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup bagi seluruh Anggota rumah tangganya sepanjang waktu. lndividu dalam rumah tangga dikatakan tahan pangan apabila asupan makanannya cukup untuk memenuhi kebutuhan aktivitas, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Dalam konteks mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga masyarakat sekiiar perusahaan, program pemberdayaan masyarakat dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk peningkatan pemberdayaan seperti, penyediaan fasilitas, perluasan kesempatan kerja dan lain-lain. Dampak positif program pemberdayaan masydrakat terhadap ketahanan pangan dapat melalui upaya peningkatan peningkatan produksi, pendapatan, kesehatan dan lain-lain.. Berbagai program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper adalah program Sistem Pertanian Terpadu (SPT), Program Sosial dan lnfrastruktur (PSI), Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (PUKM)serta pelatihan kejuruan. Banyak akernatif indikator yang bisa digunakan untuk mengukur ketahanan pangan. lndikator yang paling umum digunakan untuk mengukur ketahanan pangan adalah mengukur konsumsi berupa asupan kalori atau kemampuan memenuhi kecukupan pangan rumah tangga sepanjang waktu. Keadaaan konsumsi pangan, akses pangan, distribusi pangan dan lainnya dapat digali secara kualitatif. Terdapat berbagai famor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga. Program pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positii terhadap peningkatan ketahanan pangan rumah tangga

68 sasarannya. Namun demikian intervensi dari luar rumah tangga (ekstemal) dalam ha1 ini program pemberdayaan masyarakat perusahaan sangat erat kaitannya dengan kondisi internal rumah tangga itu sendiri yang kemungkinan pengaruhnya juga sangat besar karena terkait dengan pemahaman dan praktek perilaku seperti alokasi pendapatan untuk pangan dan alokasi pangan untuk anggota rumah tangga. Adapun faktor internal rumah tangga yang rnempengaruhi ketahanan panga rumah tangga antara lain besar rumah tangga, pendidikan ibu rumah tangga dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga.

69 Kebijakan Perusahaanl Aspirasi (Kebutuhan) Masyarakat Program Pemberdayaan Masyarakat Riaupulp: Keterangan: SPT PSI PUKM VT : Sistem Pertanian Terpadu : Program Sosial dan InfraSt~kt~r : Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah : Vocational Training (Pelatihan Kejuman) 1 : Peubah yang Diteliti ,----..! : Peubah yang Tidak Diteliti Garnbar 7 Kerangka pernikiran analisis program pernberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rurnah tangga

70 METODE PENELlTlAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan restropective design yaitu membandingkan keadaan rumah tangga sebelum terkena program pemberdayaan masyarakat dengan setelah terkena program pemberdayaan masyarakat. Keikutsertaan rumah tangga dalam program tidak sama, sehingga untuk desa Banjar Benai, keadaan rumah tangga sebelum terkena program dibagi dalam tiga waktu yaitu tahun 2000, 2001 dan 2002, adapun keadaan rumah tangga setelah terkena program dilihat pada kondisi saat ini (tahun 2006). Sedangkan di Desa Koto Benai, keadaan rumah tangga sebelum terkena program dibagi dalam 2 waktu yaitu tahun 2001 dan 2003, dan keadaan rumah tangga setelah terkena program dilihat pada kondisi saat ini (tahun 2006). Pengumpulan data dilapangan dilaksanakan pada April-Mei Selanjutnya proses pengolahan data, analisis data dan penulisan hasil penelitian akan dilakukan sejak pengambilan data dilapangan hingga Maret Adapun tempat penelitian adalah Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sebagai tempat pelaksanaan program pemberdayaan Pi Riau Andalan Pulp and Paper. Pertimbangan lain adalah karena kedua desa tersebut memiliki nilai penting bagi perusahaan sebagai lalu lintas angkutan kayu dan hutan perusahaan. Selain itu, masyarakat di desa ini hampir 100% merupakan suku asli yaitu Melayu dan telah tinggal di kawasan tersebut sebelum kegiatan perusahaan beroperasi. Unit Penelitian Unit penelitian adalah rumah tangga. Penelitian ini meneliti selu~h rumah tangga yang menjadi sasaran program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dan masih amif mengikuti serta melaksanakan program pemberdayaan dari PT Riau Andalan Pulp and Paper. Adapun jumlah selu~h rumah tangga yang diteliti adalah 34 orang (29 orang sasaran program Sistem Pertanian Terpadu dan 5 orang sasaran program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah).

71 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu: 1 Tahap pendahuluan, terdiri dari: a Mempelajari karakteristik kebijakan program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper. b Mengidentifikasi seluruh program pemberdayaan masyarakat dan mempelajari potensi dampak dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. 2 Tahap survey ke lapangan untuk mempelajari peran program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Survey dilakukan pada rumah tangga sasaran program pemberdayaan dengan karakteristik: a Memiliki potensi dampak terhadap peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. b Dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dalam artian memiliki periode waktu pelaksanaan. c Program yang berkaitan langsung dengan unit rumah tangga sebagai sasaran utama. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik kebijakan program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan, ketahanan pangan rumah tangga dan karakteristik sosial rumah tangga (pendapatan, pengetahuan gizi ibu, pendidikan ibu, dan besar rumah tangga) dan aspirasi atau kebutuhan masyarakat. dibuat. Data primer diperoleh dari wawancara berdasarkan kuesioner yang Wawancara untuk mendapatkan data tentang karakteristik program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dilakukan dengan Manajer Community Development (CD) perusahaan. lnformasi tambahan tentang program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan dikonfirmasikan kepada pihak lain seperti penerima sasaran, yayasan pelaksana kegiatan pemberdayaan masyarakat. Wawancara menggali ketahanan pangan rumah tangga dan karakteristik sosial rumah tangga dilakukan terutarna dengan ibu ~ mah tangga. Data ini juga di konfirrnasikan kepada anggota rumah tangga lain seperti kepala

72 rumah tangga dan orang dewasa lain selaku anggota rumah tangga. lnforrnasi tambahan tentang responden diperoleh dari pendamping program yang hidup ditengah masyarakat. Data sekunder adalah data tentang program pemberdayaan masyarakat, diperoleh dari buku yang dikeluarkan oleh perusahaan. Data sekunder lainnya adalah karakteristik demografis desa yang diperoleh dari monografi desa. Pengukuran beberapa peubah yang diteliti dilakukan dengan cara sebagai berikut (definisi operasional): Ketahanan Pangan Rumah Tangga adalah jumlah seperangkat pola kondisi, pengalaman dan perilaku yang secara konsisten menggambarkan fenomena atau bukti ketidaktahanan pangan dan kelaparan. Seperangkat pola kondisi, pengalaman dan perilaku terlebih dahulu diberi skor dan selanjutnya di kategorikan berdasarkan skala ketahanan pangan yang telah dibakukan (Tabel 4). lntegrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan (komitmen perusahaan) adalah penilaian terhadap keputusan perusahaan mencakup adanya kebijakan tertulis, divisi khusus, SDM yang kapabel, rencana strategi, pendanaan dan kerjasama dengan pihak lain (Lampiran lb). Skoring dilakukan pada tiap indikator berdasarkan wawancara dan mempelajari dokumen yang ada. Skor 1 berarti rendah, 2 berarti sedang dan 3 berarti baik. Selanjutnya, berdasarkan skor ini, ditetapkan selang guna mengkategorikan komitmen perusahaan. Selang 6-10 kategori rendah, kategori sedang, dan kategori baik. lntegrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan terkait upaya peningkatan ketahanan pangan diketahui dengan melakukan content analysis berdasarkan KUKP (Lampiran 1 a). Aspirasi dan kebutuhan sasaran adalah jumlah pernyataan kepuasan, keinginan dan harapan serta masukan sasaran baik menyangkut program yang telah bejalan maupun menyangkut program yang akan datang. Program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper (Riaupulp) adalah seluruh program pemberdayaan yang dilakukan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper bagi komunitas sekitar perusahaan dan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian komunitas tersebut.

73 rurnah tangga dan orang dewasa lain selaku anggota rurnah tangga. lnformasi tarnbahan tentang responden diperoleh dari pendamping program yang hidup ditengah rnasyarakat. Data sekunder adalah data tentang program pemberdayaan masyarakat, diperoleh dari buku yang dikeluarkan oleh perusahaan. Data sekunder lainnya adalah karakteristik demografis desa yang diperoleh dari monografi desa. Pengukuran beberapa peubah yang diteliti dilakukan dengan cara sebagai berikut (definisi operasional): Ketahanan Pangan Rumah Tangga adalah jumlah seperangkat pola kondisi, pengalaman dan perilaku yang secara konsisten menggambarkan fenomena atau bukti ketidaktahanan pangan dan kelaparan. Seperangkat pola kondisi, pengalaman dan perilaku terlebih dahulu diberi skor dan selanjutnya di kategorikan berdasarkan skala ketahanan pangan yang telah dibakukan (Tabel 4). lntegrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan terkait upaya peningkatan ketahanan pangan adalah penilaian dengan melakukan content analysis terhadap keputusan perusahaan mengenai program pernberdayaan masyarakat dalam kaitannya upaya peningkatan ketahanan pangan dengan berdasarkan KUKP (Lampiran la). Selanjutnya, integrasi program pemberdayaan rnasyarakat dalam kebijakan perusahaan sebagai komitmen perusahaan adalah penilaian dengan melakukan skoring terhadap keputusan perusahaan mengenai kebijakan tertulis, divisi khusus, SDM yang kapabel, rencana strategi, pendanaan dan kerjasarna dengan pihak lain (Lampiran lb). Skoring dilakukan pada tiap indikator berdasarkan wawancara dan mempelajar~ dokurnen yang ada. Skor 1 berarti rendah, 2 berarti sedang dan 3 berarti baik. Selanjutnya, berdasarkan skor ini, ditetapkan selang guna rnengkategorikan komitmen perusahaan. Selang 6-10 kategori rendah, kategori sedang, dan kategori baik. Aspirasi dan kebutuhan sasaran adalah jurnlah pernyataan kepuasan, keinginan dan harapan serta masukan sasaran baik menyangkut program yang telah bejalan maupun menyangkut program yang akan datang. Program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper (Riaupulp) adalah seluruh program pernberdayaan yang dilakukan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper bagi kornunitas sekitar perusahaan dan

74 ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian komunitas tersebut. Sistem pertanian terpadu adalah seluruh kegiatan yang bergabung dan saling berintegrasi memperkuat satu sama lain, membentuk suatu sistem pertanian berorientasi agribisnis. Program sosial dan infrastruktur adalah seluruh program pemberdayaan masyarakat mencakup pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, keagamaan, budaya dan olah raga serta pengadaan dan penyediaan infrastruktur bagi masyarakat. Pelatihan kejuruan (vocational training) merupakan seluruh bentuk program yang bertujuan untuk melatih pemuda desa khususnya yang putus sekolah agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (in line) maupun keterampilan untuk membuka usaha sendiri (off line). Pengembangan usaha kecil dan menengah yaitu seluruh kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan sasaran sasaran agar mampu menganalisa potensi diri dan lingkungannya untuk dikembangkan menjadi peluang usaha yang selanjutnya dikelola sehingga manghasilkan keuntungan. Pendapatan rumah tangga dari program adalah jumlah pendapatan yang berasal dari usaha sebadai intervensi program pemberdayaan masyarakat yang dihasilkan oleh anggota rumah tangga (sasaran program) dinilai dalam rupiah per kapita dalam periode waktu satu bulan. Dengan menghitung kuartil maka jumlah pendapatan yang berada di bawah Q1 disebut mempunyai pendapatan rendah. Jika berada antara Q1 dan Q3 disebut mempunyai pendapatan sedang. Jika berada diatas Q3 disebut mempunyai pendapatan tinggi. Pendapatan rumah tangga bukan dari program adalah jumlah pendapatan yang bukan berasal dari usaha sebagai intervensi program pemberdayaan masyarakat (berupa gaji atau hasil produksi) yang dihasilkan oleh seluruh anggota rumah tangga (kepala rumah tangga, ibu rumah tangga maupun orang lain yang hidup bersama di bawah satu atap dan melakukan aktiftas ekonomi secara bersama-sama baik produksi maupun konsumsi), dinilai dalam rupiah per kapita dalam periode waktu satu bulan. Dengan menghitung kuartil maka jumlah pendapatan yang

75 berada di bawah Q1 disebut memounvai oendaoatan rendah. Jika berada antara Q1 dan 03 disebut mem~unvai ~endaoatan sedano. Jika berada diatas 03 disebut memounvai oendaoatan tinaai. Besar rumah tanaaa meruoakan keseluruhan iumlah anaaota rumah tanaoa vana terdiri dari avah, ibu. anak rnaupun orana lain vana hidup bersama di bawah satu atap dan melakukan aktifitas ekonorni secara bersarna- sarna baik produksi maupun konsumsi. Rumah tangga dengan iumlah anggotanva s4 (memiliki anak atau anggota rumah tangga lain satu sarnpai dua orang) disebut rumah tangga kecil. Apabila jurnlah anggota rumah tangga 5-6 (memiliki anak atau anggota rumah tangga lainnya tiga sampai empat orang) disebut rumah tangga sedang. Selanjutnya apabila jumlah anggota rumah tangga 27 (memiliki anak atau anggota rumah tangga lainnya lebih dari empat orang) disebut rumah tangga besar. Pendidikan ibu rumah tangga adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani oleh ibu. menjalani pendidikan formal. Pengukuran dilakukan berdasarkan jumlah tahun Selanjutnya berdasarkan jumlah tahun menjalani pendidikan ini dilakukan pengkategorian tingkat pendidikan yaitu rendah apabila rnaksimal hanya rnencapai standar wajib belajar 9 tahun (SD-SLTP), sedang apabila mencapai 12 tahun (SLTA) dan tinggi apabila lebih dari 12 tahun (Perguruan Tinggi). Pengetahuan gizi ibu rumah tangga adalah tingkat pengetahuan ibu tentang pangan dan gizi. Tingkat pengetahuan gizi ibu ini diperoleh berdasarkan jawaban ibu atas 14 pertanyaan dan selanjutnya dikategorikan sehingga terdapat tiga kategori yaitu rendah apabila berada di bawah Q1, sedang apabila berada antara Q1 dan Q3 dan tinggi apabila berada diatas Q3. Pertanyaan tentang pengetahuan gizi ibu yang awalnya bejurnlah 16 pertanyaan telah diujicobakan pada 12 responden untuk mengetahui reliabilitasnya (Lampiran 1). Penentuan reliabilitas menggunakan metode belah dua (split-half method) yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor pada item pertanyaan ganjil dengan total skor pertanyaan genap, dilanjutkan dengan pengujian dengan rumus Sperman-Brown, dengan rumus (At Husin, 20u3): r,,= 2r%% (i+ryzy~)

76 ~ ~~~ ~ Ket : r%%= korelasi antara skor-skor belahan tes rll=koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan Secara ringkas, data yang dikurnpulkan, metode pengukuranlanalisis, parameter dan suber perolehan data penelitian tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Data yang dikurnpulkan, rnetode pengukuran/analisis. parameter dan surnber perolehan data DataIPeubah I Metode PengukuranlAnalisis I Parameter I Sumber Data Komitmen I Content analvsis berdasarkan I I Buku Perusahaanl kebijakan Besar RT, ~ KUKP (Lampiran la) lndikator dikembangkan dari lrpan Kadir dan Jalal (2004) mencakupaspekadanya kebijakan tertulis, bagianldivisi khusus, SDM, renstra. pendanaan, kerjasama dg. pihak lain (Lampiran 1b) Pengkategorian jumlah anggota keluarga berdasarkan konsep Kurang : 6-10 Sedang :11-14 Baik :15-18 Kecil : 54 Sedang : 5-6 keluarga kecil(2 anak) dari I Besar - : 17 perusahaan, Wawancara dengan CDO Wawancara dg I RT I Ibu I meia~ani~endidikan berdasarkanl Sedang : th (SLTA) I IRT I gizi ibu I berdasarkanpertanyaan dari I Sedang : I IRT - I kuesioner yang dibuat. Pengkategorian dilakukan non prog pendapatan rumah tangga dari non oroaram / kaohln ber&s&kan kuakl Pendapatan I Pengkategorian jumlah prog pendapatan rumah tangga dan program / kaphln berdasarkan Pendapatan total Ketahanan Pangan Aspirasi dan kebutuhan I kuarti~ Pengkategorian jumlah pendapatan total rumah tanaaal kapibln berdasarkan kuartil -' Dengan skal ketahanan pangan di dasarkan pada seperangkat pola kondisi, pengalaman dan perilaku yang secara konsisten menggambarkan fenomena atau bukti ketidaktahanan pangan dan kela~aran Jumlah pernyataan kepuasan, keinginan dan harapan serta Tingg i: 112 Rendah: S Sedang: Tinggi: Rendah: S Sedang:l Tinaai: Rendah:Y Sedana: Tinggi: Rurnah tangga. rnemiliki anak: TP : 0-2 TTPTK : 3-7 TTPKs : 8-12 TTPKb :13-18 Rumah tangga tanpa anak: TP : 0-2 TTPTK : 3-5 TTPKs : 6-8 ltpkb :9-10 Wawancara dg KRT dan IRT Wawancara dg KRT dan IRT Wawancara dg KRT dan IRT Wawancara dg IRT Wawancara denaan 1 masikan sasaran I sasaran (KRT) I Ket: TP : Tahan Pangan CDO : Communitv Develoomenl Omanizer TTPTK Tldak Tahai Pangan Tanpa Kelaparan IRT Ibu mmah Tangg; TTPKs ndak Tahan Pangan dengan Kelaparan (Sedang KRT Kepala Rumah Tangga TTPKb T dak Tahan Pangan dengan r(e aparan (Berat)

77 Pengolahan Data dan Analisis Data Kegiatan pengolahan data meliputi : 1. Mengkoding data dan memasukkan data. 2. Membuat tabel frekuensi dan tabel silang. 3. Mengedit data. Selanjutnya content analysis dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pihak perusahaan serta sasaran program pemberdayaan terkait potensi dampak program pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan. Analisis deskriptif berdasarkan teori dilakukan untuk mengetahui peran program pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga

78 HASlL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Desa Banjar Benai Desa Banjar Benai terrnasuk dalarn wilayah di kecarnatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi. Luas Desa Banjar Benai sekitar 7600 ha. Luas tanah diperuntukkan sebagai jalan sepanjang 30,3 krn, sawah dan ladang sebanyak 75 ha, tanah yang belurn dikelola berupa rawa seluas 100 ha, selebihnya diperuntukkan sebagai pernukirnan dan perkebunan serta fasilitas urnurn. Secara geografis, Desa Banjar Benai rnerniliki batas wilayah antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Sungai Kuantan, sebelah selatan berbatasan dengan Riaupulp sektor Cerenti, sebelah barat berbatasan dengan Desa TalontarnIKecarnatan Kopung Tenga, dan sebelah tirnur berbatasan dengan Gunung KesiangadPT Cerenti Subur. Desa Banjar Benai berjarak 4 km dari pusat kecarnatan dan berjarak 14 krn dari pusat kabupaten. Jurnlah Keluarga di Desa Banjar Benai sekitar 790 Keluarga dengan jurnlah penduduk keseluruhan rnencapai 3030 orang. Secara urnum, penduduk di desa ini bekerja sebagai petani, selainnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, buruh tani, buruh bangunan dan lain-lain. Sarana dan prasarana urnurn di Desa Banjar Benai antara lain: tempat ibadah yang terdiri dari 8 mesjid dan 4 rnushalla, sarana kesehatan berupa polikliniklbalai kesehatan (3), sarana pendidikan meliputi TK (I), Sekolah Dasar Negeri (2), Sekolah Lanjutan Menengah Pertarna (2). Pasar yang menyediakan kebutuhan konsurnsi pangan sehari-hari atau yang biasa disebut pasar pagi hanya terdapat di kecarnatan. Pasar ini hanya ada satu kali dalarn serninggu yaitu pasar kamis. Dernikian juga transportasi urnum, hanya tersedia pada hari yang sama untuk rnernfasilitasi para ibu ke pasar. Transportasi yang digunakan oleh penduduk sehari-hari sangat tergantung pada kenderaan pribadi yang rnereka rniliki berupa sepeda dan motor. Akses listrik belum ada di desa ini. Beberapa anggota rnasyarakat rnenggunakan rnesin diesel sebagai penerang di rnalam hari.

79 Keadaan Umum Desa Koto Benai Desa Koto Benai terrnasuk dalam wilayah di kecamatan Benai. Kabupaten Kuantan Singingi. Luas Desa Koto Benai 2800 ha. Luas tanah diperuntukkan sebagai jalan sebanyak 4 km, sawah dan ladang sebanyak 20 ha, perkarangan sebanyak 15 ha, tegalan sebanyak 5 ha, perkebunan rakyat sebanyak 483 ha, selebihnya dimanfaatkan untuk berbagai kepertuan (pemukiman, fasilitas umum dan lainnya). Secara geograhs, desa Koto Benai memiliki batas wilayah antara lain : sebelah utara berbatasan dengan Desa Benai Kecil, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pulau Kopung dan Talontam, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulau Kopung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Talontam. Desa Koto Benai berjarak 1 km dari pusat kecamatan dan berjarak 10 km dari pusat kabupaten. Jumlah Keluarga di Desa Koto Benai sekitar 83 Keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 309 orang. Secara umum, penduduk di desa ini bekerja sebagai petani, selebihnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, buruh tani, buruh bangunan dan lain-lain. Sarana dan prasarana umum di Desa Koto Benai sangat terbatas. Desa ini memiliki tempat ibadah yang terdiri dari 1 mesjid dan 2 mushalla, sarana kesehatan hanya ada bewpa 1 klinik, sedangkan sarana pendidikan hanya ada 1 madrasah saja, sehingga orang tua biasanya menyekolahkan anaknya di desa lain atau di pusat kecamatan. Sebagaimana di Banjar Benai, sarana pasar yang menyediakan kebutuhan konsumsi pangan sehari-hari atau yang biasa disebut pasar pagi juga terdapat di kecamatan. Pasar ini hanya ada satu kali dalam seminggu yaitu pasar kamis. Demikian juga transportasi umum, hanya tersedia pada hari yang sama untuk memfasilitasi para ibu ke pasar. Transportasi yang digunakan oleh penduduk sehari-hari sangat tergantung pada kenderaan pribadi yang mereka miliki berupa sepeda dan motor. Akses listrik di Desa Koto Benai lebih baik dibandingkan dengan di Desa Banjar Benai, karma PLN telah beroperasi di desa ini.

80 Karakteristik Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga lntegrasi Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kebijakan Perusahaan Bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial PT Riau Andalan Pulp and Paper diwujudkan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR=Riau Community Empowerment Program) yang dibentuk pada Mei PPMR merupakan penyempurnaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan sebelumnya sebagai bagian dari kegiatan kehumasan (Departemen Humas). PPMR adalah suatu mekanisme pendukung untuk mernbantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, PPMR memiliki konsentrasi program yang didasarkan pada community empowerment (pemberdayaan masyarakat) yang bertitik tolak pada aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Secara umum PT Riau Andalan Pulp and Paper melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan mengenai PPMR. Kebijakan tersebut rnencakup visi dan misi, kebijakan, tujuan, dan strategi PPMR (Tabel 5). Tabel 5 Kebijakan PPMR

81 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) menegaskan bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan melibatkan berbagai pihak termasuk perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakatnya. Dengan demikian, sudah selayaknya perusahaan memasukkan muatan-muatan dalam KUKP ke dalam kebijakan program pemberdayaan masyarakatnya. Adapun Kebijakan dalam KUKP tertuang dalam Lampiran la. Visi mengandung keinginan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Visi perusahaan dapat dikatakan mendukung kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam SNPK yaitu mengenai keterlibatan perusahaan dalam pemberantasan kemiskinan yang menyebabkan masyarakat tidak memperoleh berbagai hak dasamya termasuk hak dasar atas pangan. Sebagaimana diketahui, pemberantasan kemiskinan sangat penting dalam konsep pelwujudan ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan akses terhadap pangan yang layak. Selanjutnya, misi PPMR juga sangat mendukung misi yang tertuang dalam KUKP Kebijakan PPMR bertumpu pada visi dan misinya. Visi dan rnisi PPMR secara umum mengarah pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat namun demikian kebijakan PPMR menyentuh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi: a Kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja baru: meningkatkan akses rumah tangga (subsistem konsumsi) b Meningkatkan penerimaan daerah: sangat tergantung pada bentuk program, misalnya pembangunan jalan: Merupakan infrastruktur untuk pertanian (subsistem ketersediaan) Merupakan sarana untuk efisiensi distribusi pangan dan perdagangan pangan (subsistem distribusi) Jalan yang memadai akan memudahkan tersedianya pangan yang baik dan menjamin harga yang stabil (subsistem konsurnsi) c Membina dan mengembangkan sentra ekonomi baru: sangat tergantung pada bentuk kegiatan atau program. Misalnya pembentukan koperasi: Menyediakan pinjaman modal: penting untuk meningkatkan produksi (subsistem ketersediaan) Prasarana untuk distribusi dan perdagangan pangan (subsistem distribusi)

82 Memberikan kesempatan pemasaran produksi hasil pertanian dengan harga yanga lebih baik memungkinkan tejadinya peningkatan pendapatan petani (subsistem konsumsi) d Meningkatkan kinerja masyarakat: dapat meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat (subsistem konsumsi) Tujuan PPMR menggambarkan bahwa meskipun visi, misi dan kebijakan PPMR mendukung perwujudan ketahanan pangan, namun sesungguhnya ha1 tersebut belum seutuhnya dilandasi oleh konsep ketahanan pangan itu sendiri. Adapun strategi pemberdayaan PPMR dapat diterapkan dan dapat mendukung strategi dalam meningkatkan kemandirian ketahanan pangan. Kualitas dan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan adanya komitmen yang dibangun tentang program tersebut. Komitmen perusahaan dibuktikan dengan integrasi program pemberdayaan dalam kebijakan perusahaan mencakup adanya kebijakan tertulis mengenai tanggung jawab sosial perusahaan tentang pemberdayaan masyarakat, adanya divisi khusus, kompetensi SDM, rencana strategi, ketersediaan dan kejelasan dana, serta kerjasama dengan pihak lain. Dari Tabel 6 dapat diketahui besamya komitmen perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat. Tabel 6 lntegrasi program pernberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan a am menanganl program

83 Berdasarkan penilaian dengan skoring terhadap beberapa indikator pada Tabel 6 dihasilkan penilaian yang baik tentang komitmen perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat. Penjelasan tentang integrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan sekaligus gambaran besarnya komitmen PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat antara lain: 1 Adanya kebijakan formal yang tertulis dapat menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mencurahkan berbagai sumberdaya untuk memberdayakan masyarakat (PIRAC dan Ford Foundation, 2003). Kebijakan tersebut dapat berupa pernyataan visi dan rnisi, kebijakan, tujuan, dan strategi (Tabel 5). Isi visi program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper (PPMR) mengandung keinginan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder terutama bagi masyarakat yang secara langsung terkena dampak aktivitas perusahaan. Selanjutnya, misi, kebijakan, tujuan, strategi serta program PPMR mempertegas visi PPMR dalarn rangka meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat yang sangat penting bagi upaya penvujudan katahanan pangan. 2 Kepemilikan divisi atau struktur manajemen khusus merupakan indikasi keseriusan perusahaan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Berdasar penelitian PIRAC tahun 2002, perusahaan berskala besar, multi nasional dan nasional serta perusahan publik, lebih besar proporsinya dalam mernbentuk divisi atau yayasan yang khusus rnengurus kegiatan pemberdayaan dibanding perusahaan skala menengah, perusahaan lokal dan milik pribadi. Sejalan dengan penelitian tersebut, ha1 yang sama terbukti di PT Riau Andalan Pulp and Paper selaku perusahaan multi nasional, yaitu adanya Departemen Pemberdayaan Masyarakat (Community Development Departement). Departemen ini dipimpin oleh seorang Direktur, dengan deskripsi tugas pelaksanaan yang sangat sangat jelas (tertuang dalam SOP). 3 Staf pemberdayaan masyarakat atau sering disebut Community Development Officer (CDO) dalam ha1 ini adalah para pelaku program dalam struktur Departemen Pemberdayaan Masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper dan struktur yayasan Care and Empowerment for Community (CECOM) yang mengelola PPMR (outsourching PT Riau Andalan Pulp and Paper dan

84 CECOM). Perekrutan orang-orang dalam struktur memang mempertimbangkan kompetensi berupa latar belakang pendidikan yang relevan dan pengalaman yangmemadai. Namun demikian, penemuan dilapangan dan wawancara dengan beberapa CDO diketahui bahwa masih terdapat CDO yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman memadai. Upaya PT Riau Andalan Pulp and Paper dan CECOM dalam mewujudkan kompetensi sebagai pekerja komunitas (community organizer) adalah memfasilitasi karyawannya dengan berbagai pelatihan dan studi banding dengan berbagai lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri. 4 Penelitian PlRAC tahun 2002 menemukan bahwa perusahaan kategori besar (multi nasional dan nasional) dan perusahaan publik cenderung lebih merencanakan program dan budget untuk sumbangan dibanding perusahaan skala menengah, perusahaan lokal dan perusahaan milik pribadi. Hasil penelitian di perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Paper menemukan bahwa pe~sahaan memiliki tujuan dan rencana program yang berisi penjelasan umum mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu serta program tahunan secara jelas disertai tujuan, sasaran, indikator serta sistem pemantauan. Rencana dan target pencapaian program tertuang dalam Balance Score Codes (BSC). 5 Salah satu sumberdaya yang diperlukan untuk keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah dana. Pendanaan yang direncanakan dan jelas merupakan salah satu bentuk keseriusan dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pendanaan yang dimaksud bukan saja be~pa uang tunai yang dikeluarkan, namun juga berupa in kind yang besarannya dapat dikonversi dalam nilai uang, seperti peminjaman alat-alat, kesempatan masyarakat lokal berdamawisata atau jam kerja karyawan lain membantu kegiatan CDO untuk kegiatan pemberyaan masyarakat yang dibiayai oleh perusahaan. Dari hasil pemeriksaan dokumen dan hasil wawancara dengan CDO alokasi pendanaan community development tersedia dan memiliki kejelasan. Sebagai gambaran, alokasi dana untuk program pemberdayaan masyarakat dalam beberapa tahun terlihat pada Tabel 7, sedangkan tren fluktuasinya tertera pada Gambar 8.

85 ~~~ N Tabel 7 Pengeluaran aktual PPMR Program S. Pert. Terpadu Sos & lnfrastruktur Pengmb.UKM Pelthn. Keju~an Overhead Tahun Rn A -, Canex I R I Total Ket: Jumlah dana dalam juta rupiah Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 8 terlihat bahwa tren total pengeluaran atau alokasi dana kadang mengalami peningkatan (1999 ke 2000, 2001 ke 2002 dan 2002 ke 2003) kadang mengalami penurunan (2000 ke 2001, 2003 hingga 2005). Total pengeluaran aktual mengalami kenaikan yang paling tinggi terjadi dari tahun 2002 ke tahun 2003 (dari Rp juta naik menjadi Rp juta) M M)6 Tahun I.-~ -. I -+- Pengeluaran Aktual ; ~-~~p~-~~- ~. Gambar 8 Grafik tren total pengeluaran aktual PPMR Apabila jumlah dana setiap tahun dibandingkan dengan hasil penelitian PlRAC mengenai kegiatan kedermawanan perusahaan tahun 2001, sebagaimana tercantum pada Tabel 8, maka sumbangan PT Riau Andalan Pulp and Paper sendiri sebesar 14, 5% dari total sumbangan, selebihnya 85,5% berasal dari 64 perusahaan multi nasional lainnya atau apabila dirataratakan maka setiap perusahaan lainnya hanya berkontribusi sekitar 1,3%.

86 Tabel 8 Besaran dana sumbangan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan jenis perusahan 6 Pelibatan (kerjasama) dengan pihak lain dalam pemberian sumbangan mengandung makna bahwa perusahaan mengarah pada transparansi kegiatan pemberdayaannya dan berupaya memisahkan kepentingan bisnis dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat (PIRAC dan Ford Foundation, 2003). Pelaksanaan program PPMR telah melibatkan berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah daerah, LSM maupun institusi lainnya. Bahkan sejak pertengahan 2005 telah dilakukan out sourching beberapa program PPMR kepada pihak CECOM meskipun pada kenyataannya yayasan ini masih dipimpin oleh direktur CD PT Riau Andalan Pulp and Paper. Berikut analisis kelebihan dan kekurangan apabila kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan dilakukan secara self managing maupun out sourching: Pendekatan Self Managing Tabel 9 Kelebihan dan kekurangan pendekatan self managing Kebaikan dan out sourching Pe~sahaan dapat leluasa merancang program pemberdayaan untuk masyarakat sekitar perusahaan Kekurangan 1 Seringkali menemukan ma~lalah kurangnya profesionalime CDO 2 Pembengkakan biaya yang diakibatkan pembatasan program yang tidak jelas 3 Tidak daoat dievaluasi secara 1 Program mudah di evaluasi oleh pe~~ahaan, karena ada diluar struktur pernbengkakan biaya kecil, karena sudah sesuai dengan Tidak bisa di intervensi secara langsung karena berada di luar struktur perusahaan

87 Potensi Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Mengaw pada kerangka sistem ketahanan pangan dari Dewan Ketahanan Pangan (2006) disimpulkan bahwa ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsurnsi pangan. Setiap upaya atau intervensi untuk peningkatan ketahanan pangan perlu ditujukan pada program yang dapat meningkatkan ketiga subsistern ketahanan pangan tersebut. Tabel 10 menyajikan potensi dampak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan 12 elemen penting kebijakan umum dalam KUKP Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa potensi darnpak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga menyentuh ketiga subsistem ketahanan pangan. Hanya saja program-program tersebut tidak didesain guna membentuk suatu rantai program yang saling berkaitan. Hal ini era! kaitannya dengan tujuan PPMR itu sendiri yang lebih mengarah kepada peningkatan kemandirianlkesejahteraan dari aspek ekonomi dan belum secara spesifik dilatarbelakangi oleh konsep ketahanan pangan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan belum tersosialisasinya konsep ketahanan pangan kepada perusahaan secara umum dan belum adanya peraturan yang merniliki kekuatan hukum yang mengikat peran perusahaan secara khusus. Padahal, agar program-program PPMR atau pemberdayaan masyarakat mampu mendukung sistem ketahanan pangan, perlu rancangan program yang diiesaian seperti rantai membentuk sistem ketahanan pangan. Sebagai contoh, program peningkatan produksi pertanian melalui program pertanian terpadu dapat meningkatkan taraf ekonomi atau pendapatan petani dengan pemasaran yang tepat. Selanjutnya, peningkatan pendapatan petani ini menjadi sangat berarti apabila pendapatan tersebut dialokasikan dengan tepat pula, untuk itu, ibu rumah tangga sebagai pengatur rumah tangga perlu diberikan pengetahuan tentang mengelola pendapatan termasuk diberi bekal keterampilan pengasuhan anak dan peningkatan pengetahuan gizi dan kesehatan. Dengan demikian, peningkatan pendapatan dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan memberikan dampak positif berupa status gizi dan kesehatan yang baik bagi anggota rumah tangga.

88 Tabel 10 Tujuan dan sasaran serta potensi dampak program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga

89 Sarana 1 prasarana air bersih 4 a. Kemitraan b. Kewirausahaan Pelalihan Kejuruan Memberi bekal keterampilan individu lndividu lndividu Peningkatan akses pangan

90 Potensi dampak setiap program PPMR dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga dapat lebih dijelaskan dengan melakukan analisis terhadap komponen program PPMR. Analisis dilakukan dengan menggali komponen input program, proses, output, outcome dan dampak program. Sistem Pertanian Ter~adu Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) merupakan program utama (core program) PPMR PT Riau Andalan Pulp and Paper. SPT didefinisikan sebagai suatu sistem pertanian yang merupakan gabungan dari beberapa kegiatan pertanian meliputi peternakan, tanaman pangan dan hortikultura serta perikanan dalam suatu area pertanaman yang saling berintegrasi dan mernperkuat satu sama lain, berorientasi agribisnis (Garnbar 9). Peserta program SPT adalah petani marginal yang kekurangan modal usaha, pengetahuan dan keterampilan, serta motivasi untuk meningkatkan pendapatan dan kual'aas hidupnya. Petani ini bergabung dalam satu kelompok tani yang dibina oleh petugas lapang dan pendamping. Dalam proses mewujudkan sistem pertanian terpadu, input diperoleh baik dari petani selaku sasaran maupun dari perusahaan. Sumber : Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp (2005) Gambar 9 Skema Sistem Pertanian Terpadu

91 Cakupan SPT antara lain: 1 Peternakan a Budidaya ternak b Penggemukan ternak 2 Pertanian a Budidaya tanaman pangan b Budidaya tanaman hortikukura 3 Perikanan a Budidaya ikan dalam kolam b Budidaya ikan dalam keramba Analisis terhadap komponen program SPT dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa seluruh input SPT dari perusahaan berupa dana, tenaga pendamping dan ketersediaan balai pelatihan dimanfaatkan untuk kegiatan pemberian subsidi sarana produksi, proses pendampingan dan pelatihan. Subsidi sarana produksi menjamin ketersediaan sarana ini bagi petani sehingga memungkinkan kegiatan pertanian dapat berjalan dengan baik. Pelatihan tentang tekhnik bertani, berternak dan atau memelihara ikan memberikan pengetahuan bertani yang baik bagi sasaran. Pengetahuan yang diperoleh sasaran dapat merubah perilaku bertani, beternak, atau memelihara ikan yang selama ini kurang tepat menjadi lebih tepat. Selanjutnya, dampak yang dapat dirasakan oleh petani adalah meningkatnya produksi yang berarti berkontribusi pada ketersediaan pangan di pasar dan bertambahnya pendapatan yang di dapat dari penjualan hasil produksi ini. Dana Pendampins h t Subsidi sarana pendapatan Baiai Pelatihan INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME DAMPAK Gambar 10 Komponen program sistem pertanian terpadu

92 Proqram Sosial dan lnfrastruktur Program Sosial dan lnfrastruktur (PSI) mencakup pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, keagamaan, budaya dan olah raga serta pengadaan dan penyediaan infrastruktur bagi masyarakat. Cakupan tiap bidang antara lain: 1 Pelayanan kesehatan, terdiri dari: a Pengobatan massal b lmmunisasi ibu hamil dan balita c Paket gizi untuk ibu hamil dan balita d Bedah minor, antara lain khitanan massal, operasi katarak dan bibir sumbing e Penyuluhan kesehatan f Kerjasama lintas sektoral 2 Pendidikan, terdiri dari: a Beasiswa SD-SLTP-SLTA (paket peralatan sekolah) b Beasiswa mahasiswa perguruan tinggi (donasi) c Honorarium untuk guru honorer d Renovasi dan pembangunan sekolah e Penyediaan furnitur dan sarana belajar f Donasi operasional sekolah g Buku tulis bersubsidi 3 Keagamaan a Renovasi dan pembangunan rumah ibadah b Renovasi dan pembangunan pesantren c Penyediaan perlengkapan peribadatan d Donasi Ongkos Naik Haji (ONH) 4 Budaya dan olah raga: a Renovasi dan pembangunan rumah adatltradisional b Donasi Kegiatan kesenian rakyat c Pengadaan buku cerita rakyat d Pembangunanlrenovasi lapangan olahraga e Penyediaan saranalalat olahraga 5 lnfrastruktur, terdiri dari: a Sarana 1 prasarana air bersih b Genset listrik c Renovasi kantor kepala desalbabinsalbidan desa

93 d e f Pengadaan furnitur kantor kepala desa Pembangunan balai pertemuan desa Perbaikan jalan dan jembatan Analisis tiap komponen program PSI antara lain: 1 Bidang Kesehatan Berdasarkan Gambar 11 diketahui bahwa program kesehatan berupa pemberian paket gizi bagi ibu hamil dan balita dapat meningkatkan asupan makanan melalui peningkatan akses pangan bergizi. lmunisasi bagi ibu hamil dan balita dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sedangkan pengobatan massal dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Adapun penyuluhan kesehatan memungkinkan masyarakat memiliki pengetahuan guna meningkatkan kualitas hidup dan kesehatannya. Selanjutnya dengan semakin baiknya kekebalan tubuh, kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan disertai pengetahuan yang baik maka akan menyebabkan peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini tentu saja sangat penting dalam upaya peningkatan ketahanan pangan karena adanya asupan yang cukup didukung kesehatan yang baik dapat rneningkatkan konsumsi pangan. Pangan Dana Tenaaa ahli pengetahuan + kualitas hidup Bkesehatan INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME DAMPAK Gambar 11 Komponen program kesehatan

94 2 Bidang Pendidikan Program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper bidang pendidikan dengan kegiatan pemberian honor bagi guru honorer berpotensi memberikan dampak bagi peningkatan ketahanan pangan rumah tangga guru. Hal ini disebabkan tejadinya peningkatan pendapatan guru dan semakin besarnya daya beli atau akses terhadap pangan. Adapun program pemberian beasiswa dan penyediaan berbagai sarana dan prasarana pendidikan dapat meningkatkan kapasitas dan motivasi sasaran dalam turut aktif memperjuangkan dan memenuhi hak dasarnya terhadap pangan serta mewujudkan ketahanan pangan dalam skala yang lebih luas (Gambar 12). INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME DAMPAK Gambar 12 Komponen program pendidikan 3 lnfrastruktur Berbagai infrastruktur sangat diperlukan sebagai fasilitas yang dapat mempengaruhi sistem ketahanan pangan. Berdasarkan Gambar 13, sarana air bersih yang disediakan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan yang baik sangat penting karena dapat meningkatkan utilisasi pangan oleh tubuh. lnfrastruktur berupa jalan serta jembatan yang dibangun atau diperbaiki sangat berarti bagi peningkatan ketahanan pangan karena dapat memudahkan kegiatan pertanian dalam upaya penyediaan pangan serta dapat memberikan jaminan bagi kelancaran distribusi pangan.

95 INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME DAMPAK Garnbar 13 Komponen program infrastruktur Pelatihan Keiuruan dan Penqembanqan Usaha Kecil dan Menenqah Pembahasan PUKM dan pelatihan kejuruan digabungkan karena secara fakta diiemukan kaitan antara kedua program tersebut yaitu pelatihan kejuruan atau keterampilan dipandang sebagai input bagi PUKM. Program pelatihan kejuruan bertujuan untuk melatih pemuda desa khususnya yang putus sekolah agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (in line) maupun keterampilan untuk membuka usaha sendiri (off line). Alumni pelatihan yang memenuhi beberapa persyaratan dapat direkrut pada program lanjutan untuk dibina menjalankan usaha kecil atau menengah. Pelatihan yang pernah dilakukan adalah: a Pelatihan pembuatan perabot b Pelatihan tata rias c Pelatihan mekanik elektronik d Pelatihan mekanik otomotif e Pelatihan dinamo f Pelatihan ukiran g Pelatihan menjahit h Pelatihan mengemudi i Pelatihan tata boga j Pelatihan sablon k Pelatihan manajemen koperasi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (PUKM) merupakan program pendukung SPT. Program ini bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan para pengusaha kecil dan menengah. Kegiatan program ini antara lain

96 pelatihan yang diberikan pada pengusaha kecil dan menengah maupun pemuda putus sekolah yang ingin membangun usaha, bantuan peralatan, modal dan pembinaan serta pemantauan atau pendarnpingan. Program PUKM mencakup program pengembangan kernitraan dan kewirausahaan. Program kemitraan merupakan program yang ditujukan pada kegiatan atau usaha yang mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (in line), sedangkan program kewirausahaan me~pakan program yang ditujukan pada kegiatan atau usaha yang tiak mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (off line). 1 Kemitraan: a Produksi pallet b Angkutan kayu c d e f g h Harvesting akasia Tenaga kebersihan (cleaning service) Penyediaan tenaga kerja Transportasi pulp Perbaikan dan pembersihan container Penanaman dan perawatan akasia i General Suppliedkontruksi 2 Kewirausahaan: a b c d lndustri Nmah tangga seperti batu bata, makanan dan minuman Kerajinan tanganlsouvenir seperti tenun Siak, bordir, Carvingffurniture dan kertas daur ulang Usaha ritel (minimarket dan kantinlkatering) serta Usaha jasa (bengke1,menjahit dan sablon) Gambaran pentingnya pelatihan kejuruan dan PUKM dalarn meningkatkan subsistem akses pangan dapat dilihat dari Gambar 14. Input berupa kebijakan perusahaan rnernbuka peluang kerjasama dengan pengusaha lokal ukuran kecil dan menengah, pelatihan kejuman, pendampingan dan penyediaan dana memunculkan usaha baru yang mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (in line) dan tidak secara langsung mendukung kegiatan operasional perusahaan (off line). Usaha yang in line dengan kegiatan operasional perusahaan selanjutnya akan memiliki hubungan kemitraan dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper. Biasanya skala usaha ini lebih besar dan

97 minimal status adalah CV. Contoh usaha mitra PT Riau Andalan pulp and Paper adalah usaha pembuatan pallet dan tenaga kebenihan. Usaha yang tidak mendukung secara langsung kegiatan operasional perusahaan (off line) tetap memiliki hubungan dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper melalui kegiatan pendampingan, namun terkategori ke dalam program kewirausahaan. Biasanya skala usaha kewirausahaan ini lebih kecil di banding usaha kemitraan. Adanya status sebagai mitra usaha dan wirausaha dampingan memberikan peluang bagi usaha-usaha ini berupa akses modal dan peluang lain yang dapat memperlancar jalannya usaha sehingga terjadi peningkatan keuntungan yang berarti terjadi peningkatan pendapatan. Selain itu pengembangan usaha memungkinkan terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sehingga kondisi ekonorni masyarakat lebih membaik. - kernitfaan -. - Pelatihan ketr - Danalsarana J INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME OAMPAK Gambar 14 Komponen program PUKM Pelaksanaan dan Peran Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pelaksanaan program sangat beragam di berbagai lokasi sekiar perusahaan, ha1 ini tergantung pada kebutuhan lokasi bagi perusahaan disertai karakteristik lokasi dan masyarakat. Desa Banjar Benai dan Koto Benai memberikan peran penting bagi perusahaan karena sangat dekat dengan hutan perusahaan (sekitar km) selain dimanfaatkannya jalan desa sebagai lalu lintas truk yang rnembawa kayu ke pabrik. Hutan perusahaan dan jalur

98 transportasi, diakui membawa dampak bagi masyarakat desa misalnya, akses masyarakat terhadap lahan hutan sebelumnya menjadi putus, terjadi polusi udara, polusi suara dan adanya gangguan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat setempat yang notabene masyarakat asli dengan budaya tradisionalnya. Pelaksanaan program PPMR di Desa Banjar Banai dan Koto Benai (Tabel 11 dan 12) dimaksudkan perusahaan tidak hanya sekedar agar perusahaan dikenal oleh masyarakat tetapi lebih dari itu dimaksudkan agar perusahaan dapat diterima dan dipercayai oleh masyarakat (PPMR PT Riau Andalan Pulp and Paper, 2006). Untuk itu perusahaan berupaya agar bantuan yang diberikan kepada masyarakat tidak sekedar berupa karitas (donasi), namun pendekatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat yang membawa masyarakat pada kemandirian terutama dari sisi ekonomi. Tabel 11 Pelaksanaan program PPMR di Desa Banjar Benai Tabel 12 Pelaksanaan program PPMR di Desa Koto Benai

99 Tabel 11 dan Tabel 12 menggambarkan sebaran pelaksanaan program dalam kurun waktu 2000-Maret 2006 di Desa Banjar Benai dan Koto Benai. Desa Banjar Benai terlebih dahulu mendapatkan program PPMR dibanding Desa Koto Benai, demikian pula jumlah program dan bantuan yang diterima Desa Banjar Benai lebih banyak dibanding Desa Koto Benai. Tabel 13 menyediakan data tentang tujuan, sasaran dan waktu pelaksanaan program PPMR. Tabel 13 mempermudah penentuan program yang akan disurvei di lapangan. memiliki karakteristik antara lain: Penelitian lebih difokuskan pada program yang 1 Program yang berkaitan langsung dengan unit rumah tangga sebagai sasaran utama 2 Program tersebut bukanlah bersifat insidental namun bersifat jangka panjang dalam artian memiliki periode waktu pelaksanaan Karakteristik sedemikian memunculkan konsekuensi adanya interaksi antara pihak perusahaan dan rumah tangga dalam jangka waktu tertentu yang berdampak pada peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan data Tabel 13 maka program yang disu~ei dilapangan yaitu SPT dan PUKM yaitu kewirausahaan. Program honorarium untuk guru honorer, tidak diteliti meskipun memenuhi karakteristik yang akan diteliti, ha1 ini disebabkan program hanya ada di satu desa penelitian dan hanya diterima oleh satu orang guru.

100 Tabel 13. Sasaran dan waktu pelaksanaan program PPMR

101 PT Riau Andalan Pulp and paper telah mengembangkan mekanisme pelaksanaan program secara sistematis untuk mewujudkan tujuan program pemberdayaan masyarakat, yakni meningkatkan SDM untuk pengembangan SDA berkelanjutan, mengembangkan masyarakat untuk mengaktualisasikan kreativitas dan menciptakan tatanan berkeadilan dan demokratis antara perusahaan dan masyarakat. Mekanisme pelaksanaan program sebagaimana terlihat pada Gambar 15 meliputi input, proses, output dan outcome. PiT" Alil,:S:S SWOT Sumber : Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp (2005) Gambar 15 Alur dan tahapan pemberdayaan mitra PPMR Dalam proses pelaksanaan program PPMR. PT Riau Andalan Pulp and paper menunjukkan keterkaitan yang jelas antara komitmen kebijakan perusahaan yang telah diuraikan sebelumnya dengan implementasi program, yakni adanya pengelolaan program secara terorganisir dan terencana. Untuk mengarahkan program berlangsung sesuai dengan tujuan dan mekanisme yang ditetapkan perusahaan juga melakukan pendampingan. Di Desa Banjar Benai dan Koto Benai, terdapat satu pendamping lapangan dan satu orang koordinator pendamping.

102 Sistem Pertanian Ter~adu Sistem pertanian terpadu di desa Banjar Benai dan Koto Benai memadukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (cabe, kacang panjang. timun, dll) dengan peternakan sapi. Dalam proses mewujudkan sistem pertanian terpadu, input diperoleh baik dari petani selaku sasaran maupun dari perusahaan (Tabel 14). Bentuk input berupa bantuan yang diterima sasaran dari perusahaan adalah pelatihan yang bertujuan rneningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan petani, berbagai saprodi serta sapi yang akan digemukkan dan kotorannya akan dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tabel 14 lnput dan sumber input yang penting bagi sistem pertanian terpadu No 1 2 Perusahaan lnformasi dan tekhnik Sapi Sa~rodi Bibit (cabe dan sayur) Pupuk Pestisida Herbisida Fungisida lnsektisida Mulsa Alat penyemprot Mesin air.dll Sumber lnput Sasaran (masyarakat) Lahan Tenagakeja - Khusus bantuan saprodi, pada awalnya diberikan dengan subsidi 100% meliputi bibit, pupuk, pestisida, herbisida, fungisida, pompa air, alat penyemprot dan lain-lain. Bantuan berupa alat pertanian seperti mesin air, alat penyemprot. dan sejenisnya diberikan untuk kelompok, sedangkan bantuan berupa bibit, pupuk, pestisida, herbisida, fungisida dan sejenisnya diberikan kepada individu anggota kelompok. Besar bantuan bagi individu anggota kelompok ini berbedabeda tergantung kebutuhan anggota yang didasarkan luasan lahan pertanian. Selanjutnya, subsidi yang 100% wajib dikembalikan dalam bentuk uang oleh anggota kepada kelompoknya. Pengembalian ini bertahap, diawali dengan pengembalian 25%, 50% dan 100%. Besarnya pengembalian subsidi berdasarkan penilaian terhadap kelompok, hingga pada pengembalian subsidi loo%, berarti kelompok telah mandiri. Dana yang diperoleh kelompok dari pengembalian subsidi anggotanya selanjutnya dikelola oleh kelompok untuk peningkatan kesejahteraan dan kemandirian kelompok. Apabila kemandirian kelompok 100% maka kelompok tani diberikan "kios plus" yaitu sebuah kios lengkap dengan berbagai saprodi

103 ~~~ ~~ ~ ~~~ ~ sebagai modal kelompok dalam mengembangkan usaha bersama. Kios ini menjaga ketersediaan kebutuhan saprodi bagi sasaran atau petani lainnya. Bagi sasaran program, kernudahan yang diperoleh dari adanya "kios plus" ini adalah pembelian dengan cara utang atau kredit, serta pembagian keuntungan. Tahap subsidi 100 % diawali di Desa Banjar Benai terlebih dahulu (tahun 2000) dibanding Desa Koto Benai (tahun 2001). Kelompok tani di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai telah mandiri pada tahun 2004 (kurang dari 5 tahun). Saat ini masing-masing kelompok tani rnengelola "kios plus" masing-masing. Berikut adalah tabel dan grafik tahapan kernandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Koto Benai: Tabel 15. Tahapan kernandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai Tahun Kemandirian Sasaran (%) Desa Banjar Benai Desa Koto Benai (awal) 2003 (akhir) 2004 (awal) Belum (akhir) Ket:Tingkat kernandirian ditetapkan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper berdasarkan (awl) (akhir) (awal) (akhir) Tahun Gambar 16 Grafik kemandirian sasaran di Desa Banjar Benai dan Desa Koto Benai

104 Berdasarkan temuan di lapangan, diketahui beberapa faktor pendukung keberhasilan program dan kemandirian sasaran SPT antara lain: 1 Turnbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap komitmen perusahaan dalam rnelaksanakan program yang ditindaklanjuti dengan penawaran program oleh perusahaan secara terbuka dan transparan. Berdasarkan wawancara dengan sasaran dan pendamping lapang, diketahui bahwa awalnya masyarakat tidak menyambut baik program yang ditawarkan perusahaan, namun dalam perjalanannya setelah melihat hasil-hasil yang diperoleh sebagian masyarakat, akhirnya masyarakat tertarik dan menyambut baik rencana program pemberdayaan dari perusahaan. 2 Kebijakan perusahaan membentuk dan mengalokasikan organisasi, SDM dan dana secara khusus memberikan peluang program dapat berkembang secara berkelanjutan sehingga hubungan dengan sasaran program tetap terjaga. Hubungan kerja antara sasaran dan perusahaan dibangun melalui kelompok dan pe rjanjian ke rja. 3 Mekanisme pendampingan secara langsung dalam proses pelaksanaan program sebagaimana penjelasan dari alur dan tahapan pemberdayaan yang ditetapkan perusahaan menyebabkan terjadinya kontrol dan koordinasi program antara sasaran dengan perusahaan. Artinya dengan mekanisme pendarnpingan, peluang penyimpangan program dapat diminimalisasi lebih dini dan sasaran juga mendapatkan pembinaan. Berdasarkan wawancara dengan pendamping dan sasaran, diketahui bahwa ada pertemuan rutin antara pendamping dan seluruh anggota kelompok serta interaksi rutin antara pendamping dan sasaran. 4 Pengorganisasian sasaran dalam bentuk kelompok pada akhir program dibakukan dengan nama kelompok Kios Plus. Pembentukan lembaga ini sebagai simbol kemandirian bahwa program pemberdayaan masyarakat telah dinilai mampu mengelola anggota-anggotanya serta lembaga secara mandiri. Lembaga ini diberikan kebebasan mengembangkan diri untuk bekerjasama dengan perusahaan secara sejajar atau dengan lembagalembaga lainnya (perbankan, dll). 5 Selain faktor diatas, sasaran yang berhasil melanjutkan program sehingga usahanya tetap berjalan dan keanggotaan dalam kelompok tetap aktif didukung oleh beberapa faktor internal individu seperti sikap mental berupa semangat bekerja dan kepercayaan din. Hasil wawancara dengan sasaran

105 dan pendamping menunjukkan anggota kelompok yang senantiasa serius dan aktii dalam pertemuan kelompok umumnya adalah peserta yang akhirnya bisa bertahan dalam kelompok. Pada awalnya, sasaran program sistem pertanian terpadu PPMR dan masing-masing tercatat sebanyak 45 orang di Desa Banjar Benai dan 30 orang di Koto Benai. Namun dalam perjalanannya, sebagian sasaran yang dapat melanjutkan usaha secara mandiri dan sebagian sasaran program lainnya berstatus tidak aktif menurut kriieria peneliti (tidak berkebun dan atau tidak memelihara sapi dari perusahaan). Hingga pada saat ini, anggota yang tidak aktif melampaui separuh dari total sasaran, baik yang ada di Desa Banjar Benai (62,2%) maupun di Desa Koto Benai (60%) (Tabel 16). Status Sasaran Aktif Tidak Aktif Total Tabel 16 Sebaran sasaran program sistem pertanian terpadu menurut status keaktifan Desa Banjar Benai Jumlah % 17 37, , Desa Koto Benai Jumlah % Faktor-faktor penghambat keberhasilan atau penyebab terjadinya kejadian sebagian besar sasaran program tidak aktif dan tidak melanjutkan program, berdasarkan perolehan informasi di lapangan antara lain: 1. Program tidak tepat sasaran. Ditemukan sasaran yang sekedar memanfaatkan program untuk kepentingan jangka pendek. Setelah mendapatkan bantuan misalnya sapi atau saprotan, bantuan yang diberikan tidak dijalankan sesuai dengan kesepakatan. Menurut CFCD (2005b) kelemahan semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi jika mekanisme kesepakatan antara sasaran dan PPMR lebih dahulu dibangun secara bersama dengan kelompok sasaran, lalu kemudian kesepakatan antara individu dengan kelompoknya. Kesepakatan kelompok tentunya dapat mengidentiikasi lebih dini anggota kelompok yang bermasalah atau memiliki kepentingan berbeda dengan tujuan kelompok. Selain itu, seharusnya sasaran yang memiliki kepentingan lain atau gagal berkelohpok segera dipisahkan dari keanggotaan atau diberlkan punishmen yang tegas. 2. Asumsi yang dibangun bahwa kelompok telah mandiri, sementara ada beberapa anggota yang belum bisa dikatakan mandiri karena masih dalam

106 tahap paradigma ketergantungan terhadap program dan juga belum memahami tujuan berkelompok sehingga pada tahap terminasi atau program tidak lagi mendapatkan subsidi dan pendampingan dari PPMR. 3. Kelemahan kondisi fisik atau sakit. Beberapa sasaran tidak dapat bekerja dan melanjutkan program karena faktor kondisi fisik yang lemah akibat sakit. Dari hasil wawancara sasaran, umumnya sakit yang diderita antara lain stroke, kanker, penyakit liver, dan lain-lain. 4. Alternatif usaha lain yang lebih menguntungkan. Khusus kegiatan hortikultura seperti bertani cabe dan sayuran umumnya dijadikan sebagai sebagai usaha sampingan di dua desa penelitian ini. Sementara usaha utama masyarakat pada umurnnya sebagai berkebunlrnenderes karet, serta menanam padi. Masyarakat akan menanam sayuran ketika produksi karet dirasakan kurang banyak dan harga rendah, namun sebaliknya ketika harga karet cukup tinggi, maka bertanam sayuran tidak menjadi prioritas. Tahun , program hortikultura menjadi pilihan masyarakat, karena harga karet sangat rendah dibanding harga tahun Sebagai gambaran perkembangan dan fluktuasi harga karet dalam beberapa tahun dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Fluktuasi harga karet tahun Tahun Pertengahan2005 Akhir Harga per kg (Dalam Rp) Sasaran gagal panen berulang-ulang, dan banjir. Bertanam cabe termasuk jenis budidaya pertanian yang terkategori memiliki resiko cukup tinggi dan membutuhkan modal usaha yang cukup banyak pula. Penjelasan famor pendukung keberhasilan program dan penghambat keberhasilan program sebagaimana yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa PPMR akan lebih optimal bila rnampu mempertahankan komitmen dan kebijakan program yang telah dilaksanakan selama ini serta memperbaiki beberapa ha1 yang berkenaan dengan pelaksanaan program, baik di tingkat

107 organisasi PPMR, pendampinglcommunity Development Officier (CDO) maupun di tingkat kelompok sasaran program. Oleh karena itu langkah-langkah yang dirasakan perlu dilaksanakan adalah: 1 Peningkatan peran aktif masyarakat dalam alur dan tahapan program. Dalam kaitannya dengan upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat secara efektif, dan kondisi masyarakat dewasa ini, CFCD (2005b) menyatakan bahwa satu-satunya instrumen pengorganisasian yang paling efektif adalah pembangunan partisipatif. Adapun pembangunan partisipatif mensyaratkan penerapan langkah-langkah pokok siklus pembangunan atau siklus proyek secara partisipatif pula. Dengan demikian masyarakat belajar mengorganisir kesadaran, potensi, dan tindakan mereka dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Masyarakat menjadi subjek pelaksana program, sedangkan pihak lain berfungsi sebagai fasilitator atau mediator. Dalam alur dan tahapan pelaksanaan program yang dikembangkan PT Riau Andalan Pulp and Paper (Gambar 14) perlu melibatkan masyarakat lebih dalam, mulai dari tahap identifikasi kebutuhan dan potensi hingga evaluasi program. 2 Melakukan pengorganisasian ulang kembali sasaran yang keluar (tidak aktif). Sasaran yang telah mandiri atau usaha tetap berkelanjutan adalah kelompok sasaran yang berhasil mengikuti program, sedangkan sasaran yang tiak aktii perlu mendapatkan perhatian tindak lanjut, mulai dari proses identifikasi permasalahan, identifiksi potensi dan kebutuhan serta program penawaran baru. Seharusnya sasaran tidak aktif menjadi fokus program dan pendampingan tahap berikutnya bila kebijakan perusahaan memungkinkan ha1 ini dilakukan dibandingkan dengan melaksanakan program dilokasi yang berbeda. Karena sasaran yang tidak aktii pada dasarnya telah memiliki peluang dan pengalaman yang berharga dari kegagalan yang telah mereka peroleh selama ini (CFCD. 2005b). 3 Meningkatkan kinerja para pendamping pemberdaya masyarakat (CDO) secara maksimal sebagaimana yang disebutkan oleh lfe (2002). Peningkatan kine rja dapat ditempuh dengan berbagai program khusus CDO, karena CDO juga memiliki kelemahan dan siklus bekerja yang terbatas. Sebagaimana manajemen sumberdaya manusia di perusahaan, pendamping juga membutuhkan berbagai macam perlakuan agar memiliki motivasi kerja.

108 wawasan, kreatifnas serta keterampilan yang lebih tinggi. Menurut lfe (2002). peran pokok para pelaku pemberdaya masyarakat yang perlu diberikan baik sebagai wawasan atau untuk peningkatan keterampilan meliputi (Tabel 18) Tabel 18 Peran pokok Community Development Oficier (CDO) f 3 a b c d Transforrnasi pengetahuan dan pengalaman dalam komunitas Peran Teknis (Technical Analisis data Pelaporan Manajemen Pengawasan dan Pengendalian Rok) Kemampuan melakukan riset keal Ketersediaan laporan Memampukan kelompok komunitas (Planning, Organizing, Actuating dan Cootding (POAC) Membangun transparansi dan akuntabilitas. 4 Menetapkan dan mempertegas aturan atau norma kelompok. Menurut CFCD (2005b) dalam pengembangan kelompok, peran pendamping harus mampu mendorong kelompok untuk mernbuat aturan main atau nona berkelompok yang berasal dari kesepakatan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan

109 demikian, keberadaan kelompok menjadi kebutuhan bersama karena adanya kepentingan yang sama dan kesepahaman aturan main yang dipahami bersama-sama pula. Dengan adanya norma itu, diharapkan akan muncul kontrol sosial dan sikap saling mendukung baik dalam menyukseskan program ataupun mengatasi masalah bersama. Penaembanoan Usaha Kecil dan Menenaah (Kewirausahaan) Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (PUKM) yang diamati di lapangan yaitu kewirausahaan mempakan program pendukung SPT. Program ini bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan para pengusaha kecil dan menengah yang usaha utamanya tidak terkait langsung (off line) dengan usaha Riaupulp. Kegiatan program ini antara lain pelatihan yang diberikan pada pengusaha kecil dan menengah maupun pemuda putus sekolah yang ingin membangun usaha, bantuan peralatan, modal dan pembinaan serta pemantauan atau pendampingan. Program PUKM di desa Banjar Benai mencakup antara lain usaha bengkel motor, bengkel mobil, bengkel las listrik, salon dan menjahit. Sedangkan untuk Desa Koto Benai, program ini belum ada. Berdasarkan penelitian di lapangan diketahui bahwa setelah sasaran mendapatkan pelatihan keterampilan dan kewirausahaan, diharapkan mereka mulai bergerak lebih maju dan lebih bersemangat khususnya yang telah memiliki usaha. Program PUKM tidak serta merta menjamin bahwa bagi yang telah mendapatkan pelatihan kejuman secara otomatis akan mendapatkan batuan modal berupa peralatan atau dana. Faktor kemauan dan kegigihan menjadi penilaian utama pemsahaan dalam memberikan bantuan. Salah satu indikator yang menjadi penilaian tingkat kemauan dan kegigihan sasaran adalah adanya tersedianya kios usaha atau usaha tampak telah berjalan. Contoh kasus adalah bengkel "Em", yang memulai usaha dengan membangun bengkel kecil-kecilan. Namun selanjutnya, pendamping memberikan rekomendasi sehingga mendapatkan bantuan alat yang memadai. Demikian juga penjahit "Budaya Tailof yang memulai usaha menjahit di ~mahingga mendapatkan bantuan kios dan mesin bordir. Besar dan bentuk bantuan yang diberikan perusahaan kepada sasaran berbeda tergantung skala usaha dan kebutuhan sasaran (Tabel 19).

110 Tabel 19 Jenis usaha, besar bantuan dan bentuk bantuan yang diperoleh No. Ssrn Peniahit I Plank usaha 3 - Usaha Salon dan Rias Pengantin Bengkel Motor I I sasaran PUKM 4 1 Benakel Mobil I Plank usaha 5 1 Bengkel Las I Plank usaha. Bantuan Plankusaha Alat-alat salon Pakaian adat pengantin (minang, melayu, jawa) Pelaminan Kios Mesin jahit, mesin bordir Beberapa kain (bahan dasar) Alat-alat menjahit lainnya Plank usaha Alat-alat bengkel ( Alat-alat bengkel (kompresor dll) I Bantuan kredit mesin diesel (* 25 jt) Di Desa Banjar Benai, ada beberapa orang sasaran lain yang sebenarnya diharapkan dapat mernbuka usaha setelah mengikuti pelatihan kejuruan. Namun pada kenyataannya mereka gagal membuka dan mengembangkan usahanya padahal mereka telah menerima bantuan peralatan (Tabel 20). Tabel 20 Sasaran PUKM yang tidak berhasil membuka usaha dan Keterampilan Tata Boga Sopir Sablon Ukiran (Meubel) Menjahit Servis Dinamo mengembangkan bantuan yang pernah diperoleh Berdasarkan jenis pelatihan kejuruan yang diikuti Jlh sasaran (orang) Bantuan Alat-alat masakan makanan dan kue Surat izin mengernudi mobil Alat-alat sablon - Mesin jahit dan bahan dasar (kain) - Beberapa alasan yang diternukan berdasarkan penuturan sasaran di lapangan terkait kegagalan membuka usaha antara lain: 1 Terbatasnya atau kekurangan modal kerja. Beberapa sasaran menjadikan kekurangan atau tidak memiliki modal ke rja menjadi alasan sehingga rnereka tidak bisa mengembangkan usahapeluang pasar yang terbatas atau perrnintaan rendah. Hal ini terutama dirasakan oleh sasaran yang mengikuti pelatihan menyablon, ukiran meubel, serta sopir. Berdasarkan kenyataan ini.

111 maka sasaran perlu mendapatkan pembinaan lebih lanjut untuk dapat mengakses pasar yang lebih jauh, tidak hanya di sekitar lokasi usaha. 2 Kurang percaya diri dalam belwirau~aha~karena merasa ragu tehadap penguasaan ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Faktor ini dapat dikatakan sebagai alasan penting dan utama bagi umumnya sasaran pelatihan sehingga mereka tidak berani berkarya sendiri dan berkembang. Hal ini terutama diungkapkan oleh peserta pelatihan tata boga, menjahit, servis dinamo. 3 Selain alasan yang bersumber dari internal sasaran program PUKM, berdasarkan analisis terhadap alur dan tahapan program ini disadari bahwa program PUKM perlu mendapatkan pengelolaan atau pendampingan yang lebih spesifik dan berbeda dengan program SPT. Kenyataan bahwa PUKM mencakup jenis usaha yang sangat beragam menyebabkan silang informasi atau saling belajar sulit tejadi antara sasaran. Selain itu, PUKM tidak memiliki kelompok sehingga kontrol dan motivasi sepenuhnya bersumber dari individu sasaran program. Dalam ha1 ini, bagi sasaran dirasakan perlu dikembangkan sikap mental dan proaktif, adapun bagi pendamping, perlu peningkatan kemampuan sebagai konsultan usaha. Menyikapi persoalan yang melingkupi program PUKM di Banjar Benai, solusi yang bisa menjawab penoalan itu adalah bahwa PPMR melalui para pendamping perlu lebih kreatif meningkatkan motivasi, mentalitas, keterampilan maupun dari sisi pembiayaan. Sedangkan bagi para CDO juga tidak berhenti melakukan pendekatan dan meyakinkan manajemen perusahaan untuk terus komitmen peduli dan tetap berpihak pada pengusaha kecil ini. Pendam~inaan SPT dan PUKM sebaqai Strateai Pemberdavaan. Untuk mengoptimalkan program SPT dan PUKM yang telah dijalankan PT Riau Andalan Pulp and Paper di Desa Banjar Benai dan Koto Benai, perlu adanya proses penguatan pemberdayaan sebagai salah satu komponen utama dalam proses pemberdayaan untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Menurut CFCD (2005b), terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial: 1 Memotivasi. Sasaran program perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desanya. Motivasi

112 berkelompok akan menumbuhkan modal sosial dan ikatan sosial yang lebih kuat sehingga kelak akan memotivasi sasaran lain ikut serta dalam program dengan kelompok yang lama atau kelompok baru. 2 Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Peningkatan kesadaran masyarakat dapat menggugah kesadaran, cara pandang dan kekritisan terhadap kehidupan. Demikian halnya dengan pelatihan akan memberikan wawasan dan keterampilan dll. 3 Manajemen diri. Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuanpertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem dan norma. Selanjutnya, kelompok dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut. 4 Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumbersumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri yang jika dihimpun dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan. 5 Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian kelompokkelompok perlu disertai dengan peningkatan kemarnpuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan sasaran. Menurut Suharto (1997) diacu dalam CFCD (2005b) dinyatakan bahwa dalam kaitannya dengan lima aspek pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan.

113 1 Pemungkinan. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. 2 Penguatan. Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. 3 Perlindungan. Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan hams diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan masyrakat. 4 Penyokongan. Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5 Pemeliharaan. Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. Peran Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Karakteristik Rumah Tanoaa Sasaran 1 Besar Rumah Tangga Besar rumah tangga keseluruhan program dalam penelitiin ini berkisar antara 2-8 orang dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Sebagian besar rumah tangga merupakan rumah tangga kecil (52,9%) dengan jumlah anggota rumah tangganya s4, selebihnya merupakan rumah tangga sedang (38,2%) dan rumah tangga kecil(8,8%).

114 Apabila sasaran dibedakan berdasarkan program yang diperoleh maka terlihat bahwa penentase ~mah tangga kecil mempakan angka yang paling besar pada kedua program, yaitu 51,7% pada program SPT dan 60% pada program PUKM (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran rumah tangga berdasarkan besar rumah tangga 2 Pendidikan Ibu Rumah Tangga Pendidikan ibu rumah tangga sasaran secara keseluruhan berkisar antara tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Strata 1 (SI), lama pendidikan ibu rumah tangga berkisar dari 1 tahun hingga 17 tahun dengan ratarata 8 tahun. Apabila dilakukan pengkategorian berdasarkan lama pendidikan ibu, secara keseluruhan maka persentase terbesar pendidikan ibu adalah berpendidikan rendah (70,6%). Selebihnya berpendidikan sedang (20,6%) dan berpendidikan tinggi (8,8%). Persentase pendidikan ibu rumah tangga yang rendah dikelornpok program SPT sebesar 72,4% dan PUKM (60%) (Tabel 22). Tabel 22 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendidikan ibu 3 Pengetahuan gizi lbu Pengetahuan gizi ibu rumah tangga sasaran secara keseluruhan yang terbanyak adalah pada kategori sedang (47,136) selebihnya tersebar merata pada kategori rendah dan tinggi (masing-masing 26,5%) (Tabel 23). Tabel 23 Sebaran rurnah tangga berdasarkan pengetahuan gizi ibu

115 Pengetahuan gizi ibu rumah tangga sasaran program SPT paling banyak tersebar dalam kategori sedang (48,3%). Pengetahuan gizi ibu rumah tangga sasaran program PUKM paling banyak tersebar dalam kategori rendah dan sedang (masing-masing 40%). Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan gizi ibu dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan gizi ibu Sebaran sasaran keseluruhan (SPT. PUKM) berdasarkan pertanyaan tentang pengetahuan gizi (Tabel 24) memperlihatkan bahwa hanya 6 pertanyaan (dari 14 pertanyaan) yang dapat dijawab oleh lebih dari 50% sasaran, selebihnya (8 pertanyaan) hanya dapat dijawab kurang dari 50% sasaran. Pertanyaan tentang buah-buahan sumber vitamin C adalah pertanyaan yang sangat sedikit dlawab dengan benar oleh peserta (23,5%). 4 Pendapatan per Kapita Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga terdiri dari pendapatan yang berasal dari bukan program dan pendapatan yang berasal dari pekerjaan atau usaha sebagai inte~ensi dari perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakatnya. a Pendapatan bukan program Pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekerjaan atau usaha tanpa adanya intewensi perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakat berkisar antara Rp /kapita/bulan sampai Rp /kapita/bulan dengan rata-rata Rp lkapitalbulan. Pengkategorian pendapatan ini dapat dilihat pada Tabel 25.

116 Secara keseluruhan, sebagian besar sasaran berpendapatan sedang (51.4%). Apabila dilihat per program maka terlihat bahwa pada sasaran SPTsebagaian besar berpendapatan sedang (55,2%) dan pada sasaran PUKM sebagian besar berpendapatan tinggi (60%). Tabel 25 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan bukan program b Pendapatan dari program Pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekerjaan atau usaha sebagai intewensi dari perusahaan berkisar antara Rp /kapita/bulan sampai Rp /kapita/bulan dengan rata-rata Rp kapitalbulan. Pengkategorian pendapatan ini dapat dilihat pada Tabel 26. Secara keseluruhan, sebagian besar sasaran berpendapatan sedang (51,4%). Apabila dilihat per program maka terlihat bahwa sasaran SPT sebagaian besar berpendapatan sedang (55,2%) dan sasaran PUKM persentase terbesar berpendapatan rendah dan sedang (masing-masing 40%). Tabel 26 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan dari program c Pendapatan total Total pendapatan rumah tangga merupakan pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekerjaan atau usaha non program digabungkan dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari pekejaan atau usaha sebagai intewensi dari perusahaan. Total pendapatan setiap bulan berkisar antara Rpl66.700/kapita/bulan sampai Rp kapita/bulan dengan rata-rata Rp /kapitalbulan. Secara keseluruhan, sebagian besar sasaran berpendapatan sedang (52,9%). Apabila dilihat per program maka terlihat bahwa sasaran SPT sebagaian besar berpendapatan sedang (55,2%) dan sasaran PUKM

117 persentase terbesar berpendapatan sedang dan tinggi (masing-masing 40%) (Tabel 27). Tabel 27 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan total Pengkategorian rumah tangga berdasarkan batas kemiskinan diperoleh dengan membandingkan pendapatan total rumah tangga terhadap batas kemiskinan propinsi Riau yaitu sebesar Rp /kapita/bulan (BPS, 2003). Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa seluruh rumah tangga berada di atas batas kemiskinan ha1 ini menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga yang tidak miskin. Tabel 28 Sebaran rumah tangga berdasarkan batas kemiskinan Kategori Jumlah Presentase Miskin Tidak Miskin Total Ketahanan Panaan Rumah Tanaaa Ketahanan Pangan rumah tangga dilihat dalam dua kondisi yaitu pada saat rumah tangga belum menerima program dan setelah rurnah tangga menerima program. Hal ini dilakukan untuk melihat ketepatan sasaran program dan peran program dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. 1 Sistem Pertanian Terpadu Status ketahanan pangan rumah tangga sasaran program SPT tercantum pada Tabel 29. Dari tabel terlihat bahwa sebelum program, persentase terbesar (37,9%) ketahanan pangan sasaran berada pada kategori tidak tahan pangan dengan kelaparan sedang, namun setelah program, persentase terbesar (65,5%) ketahanan pangan sasaran berada pada kategori tahan pangan dan tidak ada sasaran yang tidak tahan pangan dengan kelaparan berat.

118 Tabel 29 Sebaran rumah tangga berdasarkan ketahanan pangan sebelum dan setelah menerima program SPT Ketahanan Pangan 2 Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah lnformasi pada Tabel 30 menyajikan status ketahanan pangan rumah tangga sasaran program PUKM sebelum dan setelah' menerima program. Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa tidak ada perbedaan angka pada kolom status ketahanan pangan sebelum dan setelah menerima program. Persentase terbesar (80%) ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan setelah menerima program berada pada kategori tahan pangan. Tabel 30 Sebaran rumah tangga berdasarkan status ketahanan pangan sebelum dan setelah menerima program PUKM I Sebelum I Setelah 1 Ketahanan Pangan Tabel 31 menyajikan informasi tentang situasi ketahanan pangan rumah tangga sasaran program SPT dan PUKM sebelum menerima program. Dari Tabel 31 diketahui bahwa kejadian tidak tahan pangan yang paling banyak dialami oleh rumah tangga adalah kekwatiran apabila makanan habis padahal uang untuk membeli tidak ada (82,4%) dan kondisi dimana makanan yang dibeli tidak cukup karena tidak memiliki uang lagi (82,4%). Keadaan tidak tahan pangan terberat yang pemah terjadi pada orang dewasa adalah penurunan berat badan karena kekurangan makan, sedangkan kejadian terparah yang menimpa anak-anak adalah melompati jadwal makan dan kejadian kelaparan.

119 Namun demikian baik orang dewasa maupun anak-anak belum pernah tidak makan selama sehari karena biasanya orang tua masih memiliki alternati menyediakan makan dengan memancing di sungai atau mengambil makanan di hutan. Tabel 31 Sebaran keselu~han rumah tangga berdasarkan kejadian tidak tahan pangan sebelum menerima program 7a 7b I kenablian uang unluk mernbell makanan I I I I 5' 1 Tmak dapat mernben anak-anak makanan yang se~mbang I Keiadian menguran~u akibat mengurangl - - asurmn I I I I 6' 10 makanan bagirnakanak Anak-anak tiiak mengkonsumsi makanan dengan wkup Kejadian mttngunngil akibat mengunngi asupan makanan bagi orang dewasa lbu atau orang dewasa lain dalam Nmah tanpga pernah mengurangi porsi makanan atau rnelompati jadwal makan karena tidak memiliki wkup uang untuk makanan Frekuensi kejadian jiia pemah tejadi lbu makan lebih sedikii dari yang dirasakan (kekurangan makan) Ibu pernah merasa lapar tetapi tiik makan karena tidak da~at memiliii makanan. warm - wku~ Ibu mengalami penurunan berat badan karena tiiak memiliii makanan yang cukup untuk dmakan , Ila Ibu alau orang dewasa lain dalam rumah langga pemah tidak makan selama sehari karena tiiak merniliii wkup uang untuk membeli makanan b Frekuensi kejadian jika pernah tejadi Kejadian mengurangil akibat mengunngi asupan makanan baai anak-anak I tidak memiliii cukup uang untuk membeli makanan I 13b Frekuensi kejadian jika pernah terjadi * Anak-anak pemah kelaparan tetapi lbu tidak dapat menyediakan makanan lagi Anak-anak pernah tidak makan selama sehari karena tidak 15' merniliki wku~ t. uana - untuk membeli makanan I I I I I I Ket: 'Penanyaan hanya diajukan pada mmah tanwa yang memil~ki anak lbejumlah 28 RT dari 34 RT) Anak dalam ha1 int adalah orang yang be~sia 017 tahun (kurang dari 18 tahun)

120 Situasi ketahanan pangan rumah tangga sasaran SPT dan PUKM setelah mendapatkan program dapat dilihat pada Tabel 32. Kejadian tidak tahan pangan yang paling banyak dialami oleh rumah tangga masih pada perasaan kwatir apabila makanan habis padahal uang untuk membeli tidak ada (47,1%) meskipun persentasenya lebih kecil dibanding sebelum menerima program. Tabel 32 Sebaran keseluruhan rumah tangga berdasarkan kejadian tidak tahan pangan setelah menerima program I 3 4' '' 6. dewa&anakanak tidak mencukupi Tidak dapat menyediikan makanan yang se~mbang Mengandalkan hanya pada sedikit jenis makanan vana berharga murah untuk memberi makan anakanak karengkehabisan uang untuk membeli makanan Tidak dapat memberi anak-anak makanan yang seimbang Kejadian mengurangil akibat mengurangi asupan makanan bagi anak-anak Anak-anak tidak mengkonsumsi makanan dengan cukup Kejadian mengurangil akibat mengurangi asupan I makanan bagi orang dewasa I I I I 7 1 Ibulorana dewasa lain dalam rumah tanoaa -- mmah I mengur&ngi poni makanan atau metompati jadwal makan karena tidak memiliki wku~ 7b Frekuensi kejadian jika pernah te4adi Ibu makan lebih sedikii dari yang dirasakan (kekurangan makan) Ibu pemah merasa lapar tetapi tidak makan karena tidak t memiliki makanan yang cukup Ibu mengalami penurunan berat badan karena tidak lo memiliki makanan yang cukup untuk dimakan Ibu atau orang dewasa lain dalam rumah tangga 'la wmah tidak makan selama sehari karena tidak uana I 1. 1 I I , , , Ket: 'Pertanyaan hanya diajukan pada ~mah tangga yang memiliki anak (berjumlah 30 RT dari 34 RT). Anak dam ha1 ini adalah orang yang berusia 017 tahun (kurang dari 18 tahun)

121 Keadaan tidak tahan pangan terberat yang pernah terjadi pada orang dewasa adalah penurunan berat badan karena kekurangan rnakan, sedangkan kejadian terparah yang menirnpa anak-anak adalah pengurangan porsi rnakanan. Angka-angka ini juga relatif kecil dibanding sebelurn rnendapatkan program. Sasaran program menyatakan bahwa kejadian tidak tahan pangan biasanya mereka alami pada rnusin hujan, yaitu pada saat karet tidak bisa disadap. Dengan adanya program PPMR mereka dapat rnernanfaatkan hasil pertaniannya untuk dijual rnaupun untuk dikonsurnsi langsung. Narnun dernikian, rneskipun pendapatan sasaran bisa dikatakan besar, kejadian tidak tahan pangan juga terjadi, ha1 ini disebabkan kurangnya kebiasaan rnenabung sehingga tidak ada investasi pada rnasa-rnasa sulit. Hubunaan Besar Rurnah Tanaaa. Pendidikan Ibu. Penqetahuan Gizi lbu dan Penda~atan Rurnah Tanqaa denaan Ketahanan Panaan Untuk rnelihat hubungan ketahanan pangan rurnah tangga dengan besar rurnah tangga, pendidikan ibu ~mah tangga dan pendapatan rurnah tangga digunakan tabel silang antara masing-masing variabel. 1 Besar Rurnah Tangga dan Ketahanan Pangan Rurnah Tangga Pada Tabel 33 berdasarkan persentase tehadap besar rurnah tangga diketahui bahwa sebagian besar rumah tangga kecil (77,8%), sedang (53,8%) rnaupun besar (66.7%) rnemiliki status tahan pangan narnun dernikian persentase paling besar adalah rurnah tangga kecil (77,8%). Selanjutnya, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa persentase terbesar rurnah tangga tahan pangan merupakan rumah tangga kecil (60,9%), disusul ~ mah tangga sedang (30,4%) dan ~ mah tangga besar (8,7%). Data ini rnenunjukkan adanya kecenderungan bahwa ukuran rumah tangga berhubungan dengan status ketahanan pangan rurnah tangga. Menurut Sediaoetama(l993) diacu dalarn Harefa (2001), pernenuhan kebutuhan pangan akan lebih mudah jika anggota rumah tangga yang diberi rnakan hanya sedikii (rurnah tangga kecil) sebab dengan sernakin bertarnbahnya jurnlah anggota keluarga rnaka pengaturan pengeluaran pangan sehari-hari relatii semakin sulit. Hal ini rnenyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang dapat diperoleh semakin tidak rnencukupi untuk masing-rnasing anggota keluarga.

122 Tabel 33 Sebaran rumah tangga berdasarkan besar rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga 2 Pendidikan Ibu Rumah Tangga dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tabel 34 menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pendidikan ibu yang memadai mendukung ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan persentase terhadap pendidikan ibu rumah tangga diketahui bahwa seluruh rumah tangga (100%) dengan status pendidikan ibu rumah tangga sedang dan tinggi memiliki status ketahanan pangan rumah tangga yang tahan pangan. Selanjutnya, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan rumah tangga diketahui bahwa seluruh rumah tangga (100%) tidak tahan pangan tanpa kelaparan dan rumah tangga tidak tahan pangan dengan kelaparan (ringan) berasal dari rumah tangga dengan status pendidikan ibu yang rendah. Penelitian yang dilakukan menemukan gejala bahwa pendidikan ibu yang rendah berdampak pada minimnya informasi dan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan serta kurang memunculkan motivasi ibu rumah tangga melakukan perubahan dalam perilaku hidupnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Atmarita dan Fallah (2004) diaw dalam Astari (2006) bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Selanjutnya W~djaja (1986) menegaskan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bersifat terbuka terhadap hal-ha1 baru karena sering membaca artikel-artikel maupun pemberitaan dari dari berbagai media sehingga pengetahuan ibu tentang anak semakin baik.

123 Tabel 34 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendidikan ibu rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga 3 Pengetahuan Gizi Ibu Rurnah Tangga dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Status pengetahuan gizi ibu sangat erat kaitannya dengan status pendidikan ibu (Widjaja,l986). Dari Tabel 35, berdasarkan persentase terhadap pengetahuan gizi ibu ~ mah tangga terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga (88,9%) dengan status pengetahuan gizi ibu berada pada kategori tinggi memiliki status ketahanan pangan rumah tangga yang tahan pangan. Namun jumlah rumah tangga yang tahan pangan dari rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu berada pada kategori sedang lebih rendah (56,3%) dibanding jumlah rumah tangga yang tahan pangan dari ~ mah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu berada pada kategori rendah (66,7%). Selanjutnya dari Tabel 35, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa persentase terbesar rurnah tangga (39,1%) tahan pangan adalah rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu pada kategori sedang, diikuti rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu pada kategori tinggi (34,8%) dan rumah tangga dengan status pengetahuan gizi ibu pada kategori rendah (26,1%). Data ini menunjukkan bahwa meskipun status pengetahuan gizi ibu penting, namun tidak selalu menjadi faktor utama yang mernpengaruhi ketahanan pangan rumah tangga. Pengetahuan gizi ibu dalam peneliiian ini sangat terbatas hanya pada kebiasaan dan adat seternpat.

124 Tabel 35 Sebaran rumah tangga berdasarkan pengetahuan gizi ibu rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga 4 Pendapatan Rumah Tangga dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga dalam ha1 ini adalah jumlah total dari pendapatan dari program dan pendapatan bukan dari program. Tabel 36 menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pendapatan yang tinggi mendukung ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan persentase terhadap pendapatan rumah tangga diketahui bahwa persentase terbesar rumah tangga (87,5%) rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga dengan pendapatan tinggi. Selanjutnya, berdasarkan persentase terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa persentase terbesar rumah tangga (56,5%) tahan pangan merupakan rumah tangga dengan pendapatan sedang, diikuti oleh rumah tangga berpendapatan tinggi (30,4%) dan rumah tangga berpendapatan rendah (13%). Hasil penelitian Astari (2006) membuktikan adanya hubungan positif yang bennakna antara pendapatan rumah tangga dengan konsumsi energi dan zat gizi serta mutu gizi makanan. Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan yang mencukupi memudahkan rumah tangga mengakses makanan dan menyediakan makanan yang beragam untuk seluruh anggota rumah tangga serta tidak mengalami kekuatiran terhadap ketersediaan pangan di rumah tangga.

125 Tabel 36 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga TinOgi % thdp Ketahanan Pangan % thdp Total ,Q 0 23,5 n % thdp Pendapatan RT ,7 100 :% thdp Ketahanan Pangan % thdp Total ,7 100 Kontribusi Pendapatan dari Proaram terhadap Ketahanan Pan~an Rumah Tanqaa Untuk melihat peran program terhadap status ketahanan pangan rumah tangga (pengukuran dengan skor skala ketahanan pangan) perlu diketahui pendapatan yang mereka peroleh dari aktifitas menjalankan program maupun pendapatan dari aktifitas selain program. Secara umum, besaran pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat berkisar Rp /kapita/bulan hingga Rp /kapita/bulan. Pendapatan ini terutama dimanfaatkan dalam memperbaiki konsumsi pangan rumah tangga. Selain itu, pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat secara umum lebih kecil dari pendapatan selain program. Sasaran yang mengandalkan pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat terutama adalah mereka yang tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki tanaman karet. Namun demikian, bagi sasaran yang telah memiliki pendapatan tinggi dari usaha lain, merasakan pendapatan dari program program pemberdayaan masyarakat (terutama SPT) sangat berarti, terutama dalam membantu pemenuhan kebutuhan hidup lainnya seperti biaya sekolah anak, menambah aset rumah tangga dan lainnya. Berdasarkan data pada Tabel 37, persentase terbesar (52,9%) kontribusi pendapatan dari program pemberdayaan masyarakat terhadap total pendapatan rumah tangga sasaran berada pada kategori sedang dan hanya 23,5% rumah tangga saja yang merniliki kontribusi pendapatan dari program terhadap total pendapatan berada pada kategori tinggi. Bila dilihat per program maka

126 kontribusi pendapatan dari program terhadap total pendapatan bagi sasaran SPT sebagian besar (55.2%) masuk kategori sedang dan pada program PUKM masing-masing 40% berada pada kategori rendah dan sedang. Kontribusi pendapatan dari program SPT dan PUKM terhadap pendapatan total rumah tangga sasaran tersebar dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a Perbedaan input sumberdaya yang dimiliki. Pada program SPT input yang sangat berarti adalah berupa luas lahan, pagar lahan dan tenaga kerja. Ketiga faktor produksi ini tidak disediakan oleh perusahaan namun menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam memberikan bantuan berupa bibit, pupuk dan lainnya. Selain itu, kualitas input juga sangat berpengaruh, seperti kesuburan lahan, penguasaan sasaran terhadap tekhnik bertani, ketekunan dan lain-lain. Bagi PUKM, input ini berupa tempat usaha dan tenaga kerja. b Besarnya pendapatan dari non program. Pendapatan ini terutama berasal dari kegiatan berkebun tanaman karet. Tabel 37 Sebaran rumah tangga berdasarkan kontribusi pendapatan dari program terhadap pendapatan total 1 Sistem Pertanian Terpadu Berdasarkan Tabel 38 dan 39 dapat diperoleh informasi tentang kondisi ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan sesudah mendapatkan tambahan pendapatan dari program SPT. Dan tabel 38 dapat diperoleh informasi penting, antara lain: a Sebelum mengikuti program pemberdayaan masyarakat, persentase terbesar (37,9%) rumah tangga berada pada status tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang). Selanjutnya angka ini disusul oleh rumah tangga tidak tahan pangan tanpa kelaparan (31%) dan rumah tangga tahan pangan (27,6%). Data ini menunjukkan indikasi bahwa sasaran program kurang menjangkau rumah tangga yang seharusnya menjadi prioritas utama menerima bantuan. Dalam ha1 ini yang seharusnya menjadi prioritas menerima bantuan secara berturut adalah rumah tangga yang mengalami

127 b tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat), tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang), tidak tahan pangan tanpa kelaparan dan selanjutnya rumah tangga yang tahan pangan. Kejadian tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat) pernah dialami oleh rumah tangga yang berhasil memperoleh pendapatan tinggi dari program. Penemuan di lapangan menemukan bahwa kejadian kelaparan inilah yang menjadi motivasi utama rumah tangga ini menekuni program pemberdayaan masyarakat hingga meraih pendapatan yang tinggi. Tabel 38 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program SPT dan ketahanan pangan rumah tangga sebelum mengikuti program Ket: l=tahan pangan 3=T'dak tahan pangan dengan kelaparan(sedang) 2=T'dak tahan pangan tanpa kelaparan 4;;Tidak tahan pangan dengan kelaparan (bent Selanjutnya, setelah mengikuti program pemberdayaan masyarakat diternukan beberapa fakta berdasarkan Tabel 39 antara lain: a Terjadi kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan menjadi 65,5% dan berkurangnya persentase rumah tangga yang tidak tahan pangan tanpa kelaparan menjadi 20,7% dan tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) menjadi 13,8%. Bahkan terlihat bahwa tidak ada rumah tangga yang mengalami tidak tahan pangan dengan kelaparan (berat). b Kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan dan berkurangnya rumah tangga yang tidak tahan pangan tanpa kelaparan maupun tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang dan berat) terjadi hampir pada semua kelornpok rumah tangga, baik yang memiliki nilai kontribusi pendapatan dari program berada pada kategori rendah, sedang maupun tinggi.

128 c Kenaikan persentase rumah tangga yang tahan pangan paling banyak terjadi pada ~mah tangga yang memperoleh pendapatan dari program dalam kategori sedang (62,5%) dan tinggi (71,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dari program berperan dalam peningkatan status ketahanan pangan rumah tangga sasaran. Tabel 39 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program SPT dan ketahanan pangan rumah tangga setelah mengikuti program Ket: l=tahan pangan 2-Tidak tahan pangan tanpa kelaparan 3=Mak tahan pangan dengan kelaparan(sedan9) 2 Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Tabel 40 dan 41 menyajikan informasi tentang kondisi ketahanan pangan rumah tangga sebelum dan sesudah rnendapatkan tambahan pendapatan dari program PUKM. Dari Tabel 40 terlihat bahwa: a Sebelum mengikuti program pemberdayaan masyarakat, persentase terbesar (80%) rumah tangga berada pada status tahan pangan, selebihnya (20%) tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang). Sebagaimana program SPT, data ini menunjukkan indikasi bahwa sasaran program kurang menjangkau rumah tangga yang seharusnya menjadi prioritas utama rnenerima bantuan. b Kejadian tidak tahan pangan dengan kelaparan (sedang) pemah dialami oleh rumah tangga yang berhasil mernperoleh pendapatan tinggi dari program.

129 Kejadian tidak tahan pangan ini menjadi motivasi utama rumah tangga ini menekuni program PUKM hingga meraih pendapatan yang tinggi. Tabel 40 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program PUKM dan ketahanan pangan sebelum mengikuti program Tdal n % thdp Kontribusi Pd % thdp Ketahanan Pggan % thdp Total " % thdp Total Ket: l=tahan pangan 2=Tclak tahan pangan lanpa kelaparan 3=Tidak tahan pangan dengan kelaparan(sedan9) Tabel 40. I - % thdp Kontribusi Pdpt % thdp Ketahanan Pangan [ 100 Selanjutnya Tabel 41 meperlihatkan data yang tidak berbeda dengan A I n " I 4 I " C Hal ini membuktikan bahwa program belum mampu merubah meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian sasaran meskipun pada kenyataannya terjadi peningkatan pendapatan rumah tanggalkapitalbulan. Tabel 41 Sebaran rumah tangga menurut kontribusi pendapatan dari program PUKM dan ketahanan pangan setelah mengikuti program Kontribttsi Pendapatan dari Program n % thdp Kontribusi Pdpt % thdp Ketahanan Pansan Ketahanan Pangan n -- n - n - dn.- I % thdp Total I I.l I 7 I n 1 n I Total Ket: l=tahan pangan 3=Tdak tahan pangan dengan kelaparan(sedan9) 2=Tidak tahan pangan tanpa kelaparan

130 Aspirasi Sasaran terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tingkat Kepuasan terhadap Program Sistem Pertanian ter~adu Evaluasi tingkat kepuasan terhadap program terfihat pada Tabel 42. Bantuan yang diberikan kepada sasaran program sistem pertanian terpadu dapat dikelompokkan pada tiga bentuk bantuan yaitu saprodi, pelatihan pada sebagian sasaran (20 orang) dan bantuan sapi. Berdasarkan Tabel 42 dapat dilihat bahwa sasaran pada urnumnya merasa puas (82,8%) terhadap bantuan saprodi. Alasan utarna sasaran merasa puas adalah karena bantuan sangat berarti bagi mereka narnun dirasakan masih terbatas misalnya karena ada beberapa alat yang harus dipergunakan bersama seperti alat penyemprot. Bantuan berupa fasilitas pelatihan hanya diikuti oleh sebagian sasaran mewakili kelompok tani yang ada. Pelatihan yang diberikan terutama mengenai tekhnik bertani yang baik mencakup tanaman pangan dan hortikultura seperti cabe, kacang panjang, timun dan lainnya. Sasaran yang belum atau tidak mengikuti pelatihan biasanya rnendapatkan infonnasi ilmu pertanian dari rekan kelompoknya yang telah mengikuti pelatihan, dari pendamping dan dari petugas lapang. Dari keselu~han contoh yang diteliti. hanya 20 orang yang pemah mengikuti pelatihan. Secara umum, 65% sasaran yang mengikuti pelatihan menyatakan puas dan hanya 5% menyatakan kurang puas. Alasan yang dikemukakan contoh secara keseluruhan bersifat positif. Peserta yang merasa kurang puas menyatakan bahwa frekuensi pelatihan dirasakan kurang, sehingga diharapkan rnereka lebih diberi peluang untuk rnengikuti berbagai pelatihan lainnya terkait tekhnik bertani yang baik. Bantuan sapi dinilai memuaskan oleh sebagian besar sasaran program (62,1%). Hanya 17,2% sasaran yang rnerasa bantuan sapi kurang memuaskan. Alasan yang dikernukakan oleh sasaran yang merasa kurang puas adalah bahwa jumlah sapi yang diberikan sedikit sehingga kadangkala apabila luas tanam cabe atau sayuran besar, petani rnerasa kekurangan kotoran sapi sebagai pupuk organik. Selain itu, sasaran juga rnerasa kurang puas terhadap bantuan sapi ini karena sapi yang diterima sebagai hak milik masih terlalu kecil bahkan masih menyusui.

131 Tabel 42 Tingkat kepuasan sasaran terhadap program SPT Penaembanaan Usaha Kecil dan Menenaah (Kewirausahaan) Sasaran program yang diteliti dalam penelitian ini adalah peserta yang pernah mengikuti pelatihan berbagai keterampilan yang difasilitasi oleh PPMR dalam program Vocational Training (VT). Sasaran berjumlah 5 orang terdiri dari 4 usaha kecil dan 1 usaha menengah. Tingkat kepuasan sasaran terhadap bantuan yang selama ini diperoleh dapat dilihat pada Tabel 43. Berdasarkan Tabel 44 diketahui bahwa banyaknya sasaran yang merasa puas dan kurang puas terhadap bantuan peralatan sama besar (masing-masing 40%). Sasaran menyatakan kurang puas karena bantuan alat masih kurang, baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya. Hal ini dirasakan terutama oleh pengusaha bengkel rnobil dan motor. Tabel 43 Tingkat kepuasan sasaran terhadap program PUKM Mengenai bantuan berupa fasilitas pelatihan keterampilan yang ditekuni, sasaran menyatakan sangat puas sama banyak dengan sasaran yang menyatakan kurang puas (masing-masing 40%). Alasan yang menyebabkan contoh kurang puas adalah karena pelatihan yang diberikan masih tingkat dasar, selain itu sasaran kurang puas karena tidak ada uji atau tes kemampuan di akhir pelatihan yang berdampak pada tidak ada bukti kelulusan atau sertiikat. Kedua

132 alasan ini diakui menyebabkan kurangnya rasa percaya diri untuk meningkatkan skala usaha. Kondisi ini terutama dirasakan oleh penjahit dan bengkel motor. Aspirasi dan Kebutuhan Sasaran Sasaran program PPMR yang menikmati bantuan perusahaan merasakan berartinya bantuan yang selama ini mereka terima. Namun demikian untuk lebih meningkatkan taraf kesejahteraan terkait dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga tetap terdapat harapan adanya bantuan lain yang dirasakan sangat mereka perlukan. Berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner tentang kebutuhan masyarakat, diketahui bahwa adanya masukan sebagai aspirasi masyarakat sebagaimana tertera dalam Tabel 44. Aspirasi ini mencakup program yang selama ini diterima sasaran maupun aspirasi lain tentang kebutuhan masyarakat. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa pada hakikatnya, sasaran program belum mandiri atau berdaya. tergantung pada bantuan yang diberikan oleh perusahaan. Sasaran masih Aspirasi yang disampaikan sasaran erat kaitannya dengan perbaikan terhadap program yang pernah diterima sasaran karena didasari oleh kekurangan dan keterbatasan yang mereka rasakan. Terdapat jumlah aspirasi yang paling tinggi agar adanya program baru berupa peremajaan karet dengan bantuan bibit. Selain itu sasaran juga mengharapkan adanya upaya melanjutkan pemberian bantuan berupa subsidi sarana produksi pertanian, serta perlunya program peningkatan keterampilan ibu-ibu dan pemilihan usia sapi hak milik petani yang tidak terlalu kecil. Berdasarkan survey, ada aspirasi sasaran yang telah diwujudkan oleh pihak perusahaan yaitu pengembangan sistem pertanian terpadu dengan melakukan diversivikasi tanaman yaitu salak pondoh. Saat ini pe~sahaan telah melakukan persiapan dengan melaksanakan pelatihan dan telah memantau persiapan lahan calon petani salak. Selain itu, koperasi simpan pinjam (koperasi Bina Madani) juga telah terbentuk bahkan dalam jangkauan yang luas mencakup seluruh anggota kelompok tani binaan perusahaan dan melibatkan pihak luar lainnya. Perkuatan kelompok tani juga telah dilakukan namun belum secara menyeluruh dan terpadu terutama dalam kaitannya dalam upaya merangkul kembali sasaran yang kurang aktif menjalankan program.

133 3 Tabel 44 Aspirasi dan pelaksanaan aspirasi sasaran Aspirasi (Harapan) Aspirasi untuk bantuan sapi: Pemberian modal penggemukan sapi Pemilihan sapi yang tidak be~sia terlalu kecil Pemilihan sapi jenis lain (selain Sapi Bali) Aspirasi utk bantuan tanmn. pangan. dan ho&kultura: Bantuan pagar untuk lahan tanaman Bantuan lahan tanaman Melanjutkan subsidi saprodi (individu yg blm mandiri) Diversifikasi dg tanaman buah 8 bantuan bibit buah Jum'ah Aspirasi Perkuatan kelompok tani I Pemasaran 3 Usulan program ba~, antara lain: Peremaiaan karet dan bantuan bibit karet 9 program pelatihan ketrampilan utk ibu-ibu 4 (bertani, rumah tangga) Bantuan untuk guru mengaji 1 Pembangunan sekolah Taman Kanak-Kanak 1 Perintisan penanaman sawit 1 ~embentukan koperasi simpan pinjam Pelaksanaan(Kenyataan) Sedang dirintis, penanaman tumpang sari salak pondoh dan pisang Dilakukan, namun belum Inenvelu~h Sudah terbentuk, melalui KlOS PLUS dan koperasi pusat di lbukota Propinsi masyarakat. Program b a berupa ~ peremajan karet merupakan suatu harapan besar Selama ini, kehidupan utama masyarakat termasuk sasaran program PPMR rnasih didominasi oleh usaha karet, sehingga sangat sulit bagi rnereka untuk beralih kepada usaha lain, terlebih dukungan dari sisi harga karet yang cukup tinggi. Selain itu harapan yang besar juga ditujukan akan adanya program peningkatan keterampilan ibu-ibu. Berdasarkan wawancara, sasaran program PPMR mengharapkan peningkatan pendapatan yang mereka peroleh dapat dimanfaatkan oleh keluarga temtama untuk konsumsi keluarga yang baik dan pendidikan anak. Untuk itu, mereka mengharapkan kaum ibu memiliki ilmu dan pengetahuan yang memadai agar dapat mengalokasikan penghasilan mereka dalam dua sektor tersebut secara maksimal. Pengamatan peneliti dilapangan juga menemukan fenomena yang memerlukan sentuhan. Terdapat pembagian tugas yang kurang baik antara kaum ibu dan kaum bapak dalam rumah tangga secara umum. Kaum bapak, biasanya bertugas menyadap karet, yang biasa dilakukan sekali dalam sehari (5 harilminggu). Aktifitas ini dilakukan selarna sekitar 4 jam (jam WIB atau WIB). warung kopi. Setelah itu, kaum bapak menghabiskan waktunya di

134 Aktifitas kaum ibu secara umum adalah mengurus rurnah tangga (melayani suami dan anak), bekerja di sawah, dan rnengurus ternak atau kebun. Kesibukan kaurn ibu, praktis rnernbatasi mereka dari akses pengembangan diri rnisalnya rneningkatkan keterarnpilan pengasuhan anak, perawatan kesehatan keluarga dan lainnya. Kehadiran program PPMR (khususnya SPT) sangat berarti, karena dapat rnemberikan aktifitas alternatif kaurn bapak, meskipun kenyataanya aktiftas inipun pada akhirnya banyak dikelola oleh kaurn ibu. Oleh karena itu, peneliti merasakan pentingnya program khusus bagi ibu-ibu terutarna yang dapat rnendukung upaya peningkatan ketahanan pangan rurnah tangga. Sebagaimana diketahui, ibu adalah ujung tombak pengelola ~ rnah tangga, maka mutlak baginya rnerniliki ilmu dalarn rnengalokasikan keuangan, memilih rnakanan yang bergizi, rnengasuh anak dengan baik serta menciptakan lingkungan dan kehidupan yang sehat di rurnah tangganya.

135 SlMPULAN DAN SARAN Simpulan 1 a Kebijakan program pemberdayaan PT Riau Andalan Pulp and Paper mendukung 12 elemen penting Kebijakan Umum ketahanan Pangan lntegrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan sebagai komitmen perusahaan dinilai berdasarkan beberapa indikator antara lain adanya kebijakan tertulis, adanya bagian khusus yang menangani program pemberdayaan masyarakat, kompetensi SDM, adanya rencana strategis, ketersediaan dan kejelasan dana serta kerjasama dengan pihak lain (outsourching). Seluruh indikator dinilai baik kecuali kompetensi SDM dinilai sedang. b Program pemberdayaan SPT, PSI, PUKM dan pelatihan kejuruan berpotensi memberikan dampak positif dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Potensi dampak positif program ini menyentuh subsistem ketersediaan pangan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan. 2 a Keberhasilan pelaksanaan PPMR dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung dan penghambat baik dari sisi pelaksanaan pemberdayaan masyarakatnya, CDO maupun sasaran. b Program SPT dapat meningkatkan ketahanan pangan, sedangkan PUKM belum dapat meningkatkan ketahanan pangan meskipun pada kenyataannya sudah dapat meningkatkan pendapatan sasaran 3 Bebarapa aspirasi sasaran yang telah menjadi kenyataan antara lain diversivikasi jenis tanaman, adanya koperasi dan perkuatan kelompok tani. Saran 1 Sebagai masukan terhadap perrnasalahan program SPT yaitu banyaknya sasaran yang tidak ami, dirasakan perlu melakukan langkah-langkah: a Peningkatan peran aktif masyarakat dalam alur dan tahapan program b Pengorganisasian ulang sasaran yang tidak aktif (keluar)

136 c Pengembangan kapasitas SDM selaku CDO, termasuk dalam bidang ketahanan pangan d Menetapkan dan memperjelas aturan dan norma kelompok Masukan terhadap masalah atau hambatan yang timbul dalam pelaksanaan program PUKM adalah: a Perlu adanya pelatihan cara mengakses permodalan misalnya berhubungan dengan perbankan atau mengkuti program dana bergulir perusahaan (bila ada). b Perlu bagi sasaran program untuk mendapatkan pembinaan lebih lanjut mengenai cara mengakses pasar yang lebih jauh, tidak hanya di sekitar lokasi usaha. c Peningkatan percaya diri sasaran melalui peningkatan kualitas pelatihan keterampilan dan pengakuan atas kapasitas yang dimiliki setelah mengikuti pelatihan. d Bagi sasaran perlu dikembangkan sikap mental dan proaktif, adapun bagi pendamping perlu peningkatan kemampuan sebagai konsultan usaha. Secara keseluruhan, baik program SPT maupun PUKM memerlukan penguatan pendampingan dengan melakukan strategi pendampingan. 2 Pemberdayaan masyarakat perlu disinergikan dengan upaya penanganggulan kemiskinan dan pemenuhan hak dasar atas pangan. Untuk itu, sekalipun tujuan program diarahkan untuk meningkatkan pendapatan namun tetap perlu dibangun kesadaran sasaran program akan pemanfaatan peningkatan pendapatan tersebut secara benar dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangganya. Untuk itu perlu adanya paket program yang membentuk mata rantai dan mendukung ketiga subsistern ketahanan pangan. 3 Guna mengarahkan program pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan agar berkontribusi lebih besar terhadap upaya peningkatan pendapatan untuk pemenuhan konsumsi pangan dan perbaikan status gizi, maka perlu disusun masterplan yang sejajar dengan strategi program pemberdayaan masyarakat yang telah ada.

137 DAFTAR PUSTAKA Abbot C et al Bussiness & Biodiversity. Switzeriand : ATAR Roto Press. Astari, LD Faktor-FaMor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 bulan di Kab. Bogor. [tesis]. Bogor: lnstiiut Pertanian Bogor, Sekolah Pascasa jana. Badan Bimas Ketahanan Pangan Pedoman Umum Pendampingan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Desa Mandiri Pangan (DESA MAPAN). Jakarta: Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Badan Ketahanan Pangan Laporan Pemetaan Kerawanan Pangan Tingkat KabupatenKota di Propinsi Riau Tahun Pekanbam: Badan Ketahanan Pangan Pemerintah Propinsi Riau. Bickel G, Nord M, Price C. Hamilton W. Cook, J Guide to Measuring Household Food Security. Alexandria: U.S. Departement of Agriculture, Food and Nutrition Service. [BPS] Biro Pusat Statistik Statistik Indonesia. Jakarta:BPS, Braun JV, Bouis H, Kumar S, Pandya-Lorch R Improving Food Security of the Pooc Concept, Policy, and Programs. Washington: International Food Policy Research Institute. [CFCD] Corporate Forum for Community Development. 2005a. Corporate Social Responsibility sebagai Strategi lmplementasi Gwd Corporate Citizenship. Di dalam: Community Development for Corporate; The New Competency of COOS and Solution for CD Operating Procedure. Bahan Bacaan Peserta Advance Training. Jakarta: CFCD.

138 . 2005b. Perbedaan Pembentukan Organisasi dan Pengorganisasian. Di dalam: Community Development for Corporate and Government; Strategy and Technique. Bahan Bacaan Peserta Participatory Training CFCD Chapter Riau. Jakarta: CFCD. Dewan Bimas Ketahanan Pangan Kebijakan Pemantapan ketahanan Pangan Nasional. Jakarta: Sekretariat Dewan Bimas Ketahanan Pangan. Dewan Bimas Ketahanan Pangan Pedoman Operasional Program Aksi Desa Mandiri Pangan tahun Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Dewan Ketahanan Pangan Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Jakarta. Dewan Ketahanan Pangan. [FAO] Food and Agriculture Organization Population and Nutrition. FAO: Rome, Italy. Rome, Italy Human Nutrition in the Developing World. FAO: Haddad, Lawrence, T. Frankenberger Integrating Relief and Development to Accelerate Reductions in Food lnsecurily in Shock- Prone Areas. Washington, DC: Food and Nutrition Technical Assistance (FANTA) Project, Academy for Educational Development (AED). Haddad L. Kennedy E, Sullivan J Choice of Indicators for Food Security and Nutrition Monitoring (Reprinted). Food Policy 1994; 19:

139 Hardinsyah, Martianto D Pembangunan Ketahanan Pangan yang Berbasis Agribisnis dan Pemberdayaan masyarakat. Di dalam: Pemberdayaan masyarakat untuk Mencapai Ketahanan Pangan dan Pemulihan Ekonomi Prosiding Seminar Nasional; Jakarta, 29 Maret Jakarta; Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) IPB, Agrinda Aneka Consult. Partnership for Economic Growth (PEG), USAID, Badan Bimas Ketahanan Pangan-Deptan. Harefa TP Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rumah Jangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: lnstitut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA Pangan, Gizidan Pertanian. Suhardjo. penerjemah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Food, Nutrition and Agriculture. Hikmat H Strategi Pemberdayaan masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press. Hurlock EB Perkembangan Anak Jilid 2 (edisi 6). Jakarta: Erlangga. ldrus N Paradigma Baru Community Development; Sebuah Agenda Strategis. Di dalam: The New Paradigm of Community Development by Corporate. Prosiding Workshop; Jakarta Oktober Jakarta; Dompet Dhuafa Republika dan Community Development Circle. Ife J Community Development: Creating Community Alternatives-Vision, Analysis and Practice. Australia: Longman Community Development: Creating Community Alternatives- Vision, Analysis and Practice (edisi kedua). Australia: Longman.

140 [IFPRI]. International Food Policy Research Institute Women: The Key to Food Security : Looking into the Household. IFPRI: Washington. lsmawan B Community Development sebagai Salah Satu Wujud Corporate Social Responsibility di Era Global. Di dalam: The New Paradigm of Community Development by Corporate. Prosiding Workshop; Jakarta Oktober Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan Community Development Circle lrawan PB, Romdiaty H Dampak Krisis Ekonorni terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya untuk Strategi Pembangunan. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi VII; Jakarta, 29 Februari-2 Maret Jakarta: Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. Jalal. Juni-Juli Program CD Perusahaan Sebagai Wujud Tanggung Jawab Sosial. Info Comdev: Kasryno F Kebijakan Pembangunan Pertanian dalam Era Globalisasi dan Otonomi: Ketahanan Pangan dan Penanggulangan Kemiskinan. Di dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding Widya Karya Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, Mei Jakarta: Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Agenda 21 Indonesia : Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Komite Penanggulangan Kemiskinan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Jakarta: Sekretariat kelompok Ke rja Perencanaan Makro Penanggulangan Kemiskinan, Bappenas, Komite Penanggulan Kemiskinan..[22 Februari Mantra IB, Kasto Penentuan Sampel. Di dalam: Masri S. Sofian E. editor. Metode Penelitian Survei Jakarta: LP3ES. Hlm

141 Martin CA, KK Collbert Parenting: A Life Span Perspective. New York: McGraw-Hill Companies. Maxwell S, Frankenberger TR Household Food Security: Concepts, Indicators, Measurements. NewYork: IFAD, Rome and UNICEF. Maxwell DG Measuring Food Insecurity: the Frequency and Severity of Coping Strategies (Reprinted). Food Policy 1996:21; Nuryana M Corporate Social Responsibility. Makalah Advance Training CFCD- 3' Batch; Bogor, 7-11 Juni Jakarta: CFCD. [PPMR] Program Pemberdayaan Masyarakat Riau Riaupulp Berkembang Bersama Rakyat. Pekanbaru: Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp. Riaupulp Riaupulp: Program Pemberdayaan Masyarakat Riau. Presentasi Progrsm Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp; Jakarta, Februari Pekanbaru: Riaupulp. Riely F, Mock N, Cogill 0, Bailey L, Kenefick E Food Security Indicators and Framework for Use in the Mon~oring and Evaluation of Food Aid Programs. Washington DC: AED. FANTA, USAID. Saidi Membangun CSR dan Filantropi yang Aplikatif. Di dalam: Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial Pe~Sahaan di Indonesia. Jakarta: Ford Foundation dan PIRAC. hlm , Abidin H Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kederrnawanan Sosial Perusahaan di Indonesia. Jakarta: Ford Foundation dan PIRAC.

142 Saragih S Millenium Development Goals dan Pengentasan Kemiskinan:Komitmen Global yang Memudar. Makalah Pertemuan Forum ke 11 CFCD; Jakarta, 13 September Jakarta: CFCD, Pertamina. Soekinnan llmu Gizi dan Aplikasinya : Unfuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Supriatno T Millenium Development Goals. Makalah Advance Training CFCD- 3rd Batch; Bogor, 7-1 I Juni Jakarta: CFCD Community Development and Corporate Social Responsibility In Corporate Strategic. Makalah Participatory Training CFCD-loth Batch; Bogor, Juli Jakarta: CFCD. Supriatno T Community Development & Corporate Social Responsibi1ity:a Business Initiative. Makalah Participatory Training CFCD-lom Batch; Bogor, Juli Jakarta: CFCD Supriatno T, Tim CFCD Corporate Social Responsibility sebagai Strategi lmplementasi Good Corporate Citizenship. Makalah Participatory Training CFCD-lom Batch; Bogor, Juli Jakarta: CFCD Suryadi S Strategi penyelesaian Konflik antara Perusahaan dan Masyarakat melalui lmplementasi Program Community Development yang Kreatif. Di dalam: The New Paradigm of Community Development by Corporate. Prosiding Workshop; Jakarta Oktober Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan Community Development Circle. Swindale A. Bilinsky P Household Dietary Diversity Score (HDDS) for Measurement of Household Food Access: Indicator Guide. Washington: Food and Nutrition Technical Assistance Project (FANTA).. [20 April

143 Usfar A.A Household Coping Strategies for Food Security in Indonesia and the Relation to Nuirional Status: A Comparison before and After the 1997 Economic Crisis. Germany: Verlag Grauer. Widjaja. H Hubungan antara Pengasuhan Anak dan Ketergantungan Kernandirian. [disertasi]. Bandung: Univenitas Padjajaran. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Prosiding;Jakatta, 29 Febmari-2 Maret Jakarta: Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. PSJFP] Word Food Programme Time for Change:Food Aid and Development Consultation. Rome, Italy: WFP. Yakovleva N Corporate Social Responsibility in the Mining Industries. USA: Ashgate.

144 Lampiran 1 a Kebijakan Umurn Ketahanan Panoan Kebijakan Umum KetaGnm Pangan G 1 kemandlnan pangan, untuk meniamln ketersediaan dan konsumsi pangan yang wkup, aman, bermdtu. dan bemizi seimbana - nada --- linakat... =..-. rumah tangga, daerah, dan nas~onal - ~ dan merata " -

145 Lampiran lb lntegrasi program pemberdayaan masyarakat dalam kebijakan perusahaan N 0 lndikator Penjelasan Nilai dan Norma 1 1 Terdapat kebijakan Salah satu bentuk pembuktian tertulis perusahaan bahwa Program pemberdayaan I terkail dengan masyarakat merupakan suatu program strategi yang integral adalah pemberdayaan adanya bukti tertuls yang masyarakat yang menyatakan bahwa mendukung perusahaan bersungguhketahanan pangan sungguh berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pemyataan tenebut dapat berupa pemyataan visi dan misi perusahaan, motto dan sebagainya yang disertai dengan penjelasan yang lebih detail mengenai pernyataanpemyataan itu. 3 (Baik) Perusahaan memiliki dokumen tertulis program strategis pemberdayaan masyarakat yang memuat visi dan misi program, kwnitmen terhadap kesejahteraan masyarakal dan uraian strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. 2 (Cukup) Dokumen tertulis program hanya memuat garis besar kebijakan perusahaan tanpa rincian yang jelas mengenai strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tenebut. 1 (Kurang) Tidak terdapat dokumen tertulis yang dibuat secara rinci mengenai program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan. Perusahan menjalankan pmgram terbatas sebagai sikap reaktif untuk memenuhi tuntutan masyarakat, 3 2 Terdapat organisasilteam khusus yang menangani program pemberdayaan masyarakat Sumberdaya manusia yang bekeda unbk Program memiliki kanpetensi yang mencukupi, dipemkh dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman keja yang relevan program Dengan kesadaran pemberdayaan bahwa masyarakat sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan dan keberhasilannya merupakan tujuan dari investasi sosial pe~~haan, maka suatu organisasineam khusus harus jelas. Selain lu, organisasinearn ini dapat bekeja sama secara efektif dengan organisasineam lain Yang juga behubungan dengan kepentingan pemberdayaan masyarakat semisal organbasineam program lain. 3 (Baik) Terdapat organisasineam khusus program dan dapat bekeja efektldengan bagian lain yang terkait. 2 (Cukup) Terdapat organisasineam khusus program dan kurang dapat atau kurang efektii bekeja dengan bagian lain yang terkait. (Kunng) Organisasinearn khusus program kurang atau OvafIaPping sehingga kurang dapat bekeja efekfi dengan bagian lain yaw terkait Kernampuan yang 3 (Baik) be*ubungan dengan 'Iogram SDM merniliki latar belakang pendiikan merupakan sum prasyarat terkait dengan pmgram dan atau kebehasilan pmgram. pengalaman dalam menangani dan Kemampuan tersebut dapat memiliki kkesempatan unluk terus dipemleh melalui pendaikan meningkatkan kapabilis yang difasilitasi yang rekvan, maupun dengan peningkatan kapasitas melalui :$han.?: pelatihan-pelatihan atau SDM program memilii latar belakang pengalaman keja yang pendidikan kurang relevan, tetapi memiliki relevan. kemampuan belajar dan berpengalaman menangani program yang diperokh dari pelatihan atau kursus yang relevan 1 (Kunng) SDM memiliki latar belakang pendidikan yang kurang relevan dan atau kunng merniliki pengalaman. Perusahaan juga tidak memfasilisi prcgram peningkatan kapasitas yang memadai. Disamping itu ada klaim ketidakpuasan para pemangku kepentingan aias fungsi SDM.

146 Lampiran I b Lanjutan N 0 lndikator Penjelasan Nilai dan Norma 4 Program tertuang dalam rencana kerja strategis kejelasan alokasi dana untuk melaksanakan program yang direncanakan dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat ju9a pihak-pihak lain yang memiliki kompetensi yang tepat untuk melakukannya (integrasi dengan pihak lain). Pmgram tidak akan berhasil kalau hanya dsandarkan pada Pmgrampmgram jangka pendek saja, dikarenakan nilai Jtrategh program jangka pendek adalah rendah. Karenanya, perusahaan hams menyusun suatu rencana strategis dengan pemyataanpemyataan tujuan jangka menengah, tujuan jangka pendek, indikator-indikator keberhasilan setiap kegiatan dan indikator keberhasilan secara keseluruhan. I 3 (Baik) Perusahaan memiliki rencana program yang berisi penjelasan-penjelasan umum mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu disertai perincian yang jelas mengenai tujuan. sasaran, indikator keberhasilan, sistem pemantauan dan evaluasi serta mekanisme umpan balik 2 (Cukup) Rencana program jangka panjang, menengah dan pendek tidak disertai penjelasan yang rinci yang jelas tentang tujuan, sasaran, pmsedur implementasi. indikalor keberhasilan, pemantauan dan evaluasi maupun rnekanisme umpan balik 1 (Kunng) Program hanya dibuat setiap awal tahun pelaksanaan bersama-sama dengan masyarakat. Tidak terdapat rincian yang ielas tentang tujuan, sasaran, prosedur impkmentasi, indikator keberhasilan. pemantauan dan evaluasi maupun mekanme umpan balik Salah satu curahan sumberdaya 3 (Balk) yang diiukan untuk Alokasi pendanaan berupa jumlah dan kebemasilan pmgram adalah sumbemya tersedia dan jelas dalam dana. Pendanaan yang jelas anggaran untuk menyelenggarakan metupakan salah satu pertanda kmitmen terpenting dari!$g:p, perusahaan. Dalam ha1 ini, Besar dana yang dialokasikan tidak jelas pendanaan yang dimaksud untuk kebutuhan pmgram bukan berupa tunai 3 (Kunng),-.. dkeluarkan oleh Alokasi pendanaan tidak ada sama sekali perusahaan, namun juga sunber pendanaan berupa in kind dari perusahaan yang berarannya dapat dikonversi ke dalam nilai uang, seperti pemilljaman alat-alat ataupun jam keja karyawan untuk kegiatan Program yang dlbiayai Okh perusahaan. I Karena keterbatasan 3 (Baik) kemampuan perusahaan dalam Ada pendelegasian atau kejasama erat r~ omram, -- maka sebaglan bemr antara pihak perusahaan dengan pihaktanggung jawab sesingguhnya pihak lain (pemerintah, kelompok berada pada masyarakat dan masyankat. omop, akademisi), utamanya pihakpihak lain kelwnpok-kelom~ok masyarakat setempat kmibnen dan kanpetensi untuk yang dianggap mampu melakukannya. Pelaksanaan ~("c"~~~~garakan prc%7am Program sebagian besar dilakukan sendiri diserahkan kepada mereka yang kbih mengetahui kondisi Okh dengan bekal setempat, sedangkan pengetahuan hasil konsultasi dengan pewhaan bertindak sebagai pihak yaw berkmpeten, sebagian fasilator agar programprogram lainnya dilaksanakan deh kelompokitu bemas#. ~~1 yang kelompok masyarakat harus dilakukan oleh 1 (Kunng) *Iah m-ukan Keai&n pemberdayaan masyarakat seluruh komponen masyarakat dilakuksn sendiri deh perusahaan dan dan pihak lainnya yang memiliki maksud baik dan kemampuan ~ $ $ ~, *. ~ ~ n ~ ~ ~ ~ P a t n Y a. melakukan...-. pemberdayaan pelaksanaan program masyarakat.

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger, PENDAHULUAN Latar belakang Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2000 bidang pertanian dan ketahanan pangan merekomendasikan perlunya reorientasi kebijakan ketahanan pangan dengan mernpertirnbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan esensial dan komoditas paling strategis dalam kehidupan manusia, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi manusia. Ketahanan pangan berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) 66 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 66-73 Mewa Ariani et al. ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1) Mewa Ariani, H.P.S. Rachman, G.S. Hardono, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup, sehingga usaha pemenuhan kebutuhan pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN Welli Yuliatmoko 1 Universitas Terbuka Email korespondensi : welli@ut.ac.id Abstrak Abstrak. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan memp&aii kebutuhan dasar manusia paling utama, karena itu pemenuhan pangan mempakan bagian dari hak asasi individu. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki penduduk 230 juta dengan beraneka ragam budaya, sosio-ekonomi dan letak geografis menduduki peringkat 107 dari 177 negara untuk indeks pembangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, karena mempunyai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5360 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang kebijakan Perberasan, Perusahaan Umum (PERUM) BULOG diberikan penugasan oleh pemerintah. Pangan adalah suatu hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN

KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN Aku sehat karena panganku cukup, beragam, bergizi seimbang, aman, dan halal TEORI KETAHANAN PANGAN Indikator Swasembada Pangan Kemandirian Pangan Kedaulatan Pangan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4K2P) Kabupaten Jayawijaya merupakan Organsasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ketahanan pangan Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai mengemuka saat terjadi krisis pangan dan kelaparan yang menimpa dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Konsep dan Implementasi Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan: Upaya Mendorong Terpenuhinya Hak Rakyat Atas Pangan

Konsep dan Implementasi Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan: Upaya Mendorong Terpenuhinya Hak Rakyat Atas Pangan Konsep dan Implementasi Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan: Upaya Mendorong Terpenuhinya Hak Rakyat Atas Pangan Arif Haryana *) Pendahuluan Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana

Lebih terperinci

RANCANGAN KELEMBAGAAN PANGAN

RANCANGAN KELEMBAGAAN PANGAN RANCANGAN KELEMBAGAAN PANGAN Oleh : Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Disampaikan dalam FEMA TALK diselenggarakan Fakultas Ekologi Manusia IPB, pada hari Selasa, 14 Mei 2013 di Kampus

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. tahun 1970an bersamaan dengan adanya krisis pangan dan kelaparan dunia

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. tahun 1970an bersamaan dengan adanya krisis pangan dan kelaparan dunia II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketahanan pangan Konsep ketahanan pangan (food security) mulainya berkembang pada tahun 1970an bersamaan dengan adanya krisis pangan dan kelaparan dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

OLEH : CHOIRUL ANNA NUR AFIFAH

OLEH : CHOIRUL ANNA NUR AFIFAH STATUS GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN PERSEPSI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRl SMU DAN SMK Dl KOTA BOGOR DlKAlTKAN DENGAN KESIAPAN REPRODUKSI OLEH : CHOIRUL ANNA NUR AFIFAH PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN Faharuddin, M.Si. (Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sumatera Selatan) 8.1. Konsep Dasar Ketahanan Pangan Ketahanan pangan dikonseptualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

II. PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN Nuhfil Hanani AR

II. PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN Nuhfil Hanani AR 19 II. PENGERTIAN KETAHANAN PANGAN Nuhfil Hanani AR Swasembada Pangan versus Ketahanan Pangan Pada level nasional pengertian ketahanan pangan telah menjadi perdebatan selama tahun 1970 sampai tahun 1980an.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan (PPIP) dicanangkan oleh Pemerintah melalui Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2007. PPIP ini merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) Agus Sutikno, SP., M.Si. 1 dan Ahmad Rifai, SP., MP 2 (1) Pembantu Dekan IV Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. s Hak atas Pangan. Ketersediaan Pangan. Pemberdayaan. Akuntabilitas. Berbasis Hak Asasi Manusia

TINJAUAN PUSTAKA. s Hak atas Pangan. Ketersediaan Pangan. Pemberdayaan. Akuntabilitas. Berbasis Hak Asasi Manusia 5 TINJAUAN PUSTAKA Aspek Hak atas Pangan Hak atas pangan yang cukup dibangun dari konsep ketahanan pangan. Hak atas pangan yang cukup memberikan penekanan lebih besar pada individu manusia bukan pada istilah

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan Masyarakat

Ketahanan Pangan Masyarakat Ketahanan Pangan Masyarakat TIK : MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN KONSEP UMUM, ARAH DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Pendahuluan Pada akhir abad ini penduduk dunia sudah 6 miliar Thomas Malthus (1798):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci