PERFORMA ANATOMIS DAN PRODUKTIVITAS SERTA KUALITAS KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN DENGAN GENOTIPE CALPASTATIN (CAST-1) YANG BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERFORMA ANATOMIS DAN PRODUKTIVITAS SERTA KUALITAS KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN DENGAN GENOTIPE CALPASTATIN (CAST-1) YANG BERBEDA"

Transkripsi

1 PERFORMA ANATOMIS DAN PRODUKTIVITAS SERTA KUALITAS KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN DENGAN GENOTIPE CALPASTATIN (CAST-1) YANG BERBEDA BRAMADA WINIAR PUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa Tesis Performa Anatomis, Produktivitas dan Kualitas Karkas Domba Ekor Tipis Jantan dengan Genotipe Calpastatin (CAST-1) yang Berbeda adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, 23 Juli 2012 Bramada Winiar Putra, S.Pt. NRP. B

3 RINGKASAN BRAMADA WINIAR PUTRA. Performa Anatomis dan Produktivitas serta Kualitas Karkas Domba Ekor Tipis Jantan dengan Genotipe Calpastatin (CAST-1) yang Berbeda Dibimbing oleh NURHIDAYAT and CECE SUMANTRI. Domba ekor tipis merupakan salah satu domba lokal yang potensial untuk dikembangkan sebagai ternak pedaging. Meskipun bobot badan dewasa hewan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan domba ekor gemuk, tetapi domba ekor tipis memiliki kemampuan adaptasi yang baik dengan ketersediaan pakan yang terbatas dan suhu yang cukup tinggi. Selain itu, domba ekor tipis memiliki tingkat kematian anak yang relatif rendah serta daya tahan tubuh terhadap penyakit yang tinggi. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan upaya seleksi dapat dilakukan pada tingkat DNA, yaitu dengan cara mencari keragaman gen yang mengontrol produktivitas ternak yang memberikan nilai ekonomis, seperti perdagingan dan keempukan daging. Salah satu marka gen yang berhubungan dengan bobot badan pada domba lokal yaitu gen yang mengatur sintesis calpastatin. Calpastatin merupakan enzim yang berfungsi untuk menghambat degradasi protein sel-sel otot oleh enzim -calpain, m-calpain. Peningkatan aktivitas calpastatin menyebabkan terjadinya pertambahan massa otot (hypertrophy) disertai dengan penurunan keempukan daging. Keragaman gen calpastatin diduga akan mempengaruhi sifat pertumbuhan domba lokal, sehingga dengan adanya variasi gen calpastatin pada ternak akan memberikan pengaruh tidak hanya pada laju keempukan daging postmortem tetapi juga diharapkan akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan otot. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari komparasi performa anatomis dan produktivitas serta kualitas karkas antara DET pada variasi gen calpastatin yang berbeda. Data tersebut diharapkan dapat menjadi data dasar dalam pengembangan performa dan produktivitas bangsa DET berdasarkan variasi gen CAST. Data ini juga dapat dijadikan acuan dalam pengembangan bangsa domba lokal Indonesia lainnya sehingga dapat dilakukan perbaikan produktivitasnya. Penelitian ini menggunakan sampel domba yang diperoleh dari Unit Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Jonggol (UP3J). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan untuk mendeteksi keragaman gen calpain dan calpastatin diperoleh variasi gen calpastatin yang seharusnya terdapat 3 variasi genotipe yaitu MM, MN dan NN, hanya diperoleh 2 variasi genotipee yaitu MM dan MN, dan tidak ditemukan variasi gen NN. M menunjukkan alel calpastatin normal, sedangkan N menunjukkan alel calpastatin yang telah mengalami mutasi. Sampel diambil dari domba yang memiliki genotipe calpastatin MM dan MN dengan genotipe calpain yang sama yaitu TT. Domba dengan genotipe calpastatin MM diperoleh sampel sebanyak 5 ekor, sedangkan untuk domba dengan genotipe MN diperoleh sampel sebanyak 4 ekor. Domba yang dipilih adalah domba ekor tipis jantan dengan umur siap potong yaitu dalam kisaran 1-1,5 tahun (I1), dengan kisaran bobot badan kg, sampel kemudian akan dianalisa morfometrik ternak hidup, komponen karkas dan non karkas, komposisi karkas, distribusi otot, potongan komersial serta sifat fisik dan mikroanatomi ototnya.

4 Domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin MM memiliki panjang badan, dalam dada, lingkar dada dan lebar pinggul, persentase bagian neck, persentase kelompok otot sekitar tulang belakang dan persentase kelompok otot abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan yang bergenotipe MN. Namun domba ekor tipis yang bergenotipe MN memiliki persentase bagian shoulder, persentase kelompok otot proksimal kaki belakang, distal kaki belakang, persentase daging terhadap karkas, luas penampang serabut otot, jumlah otot per fasikulus dan luasan fasikulus yang lebih besar dibandingkan dengan yang bergenotipe MM. Respon fenotipik berdasarkan seleksi genotipe calpastatin pada domba ekor tipis dapat memberikan kontribusi secara ekonomis dalam budidaya ternak karena meningkatkan persentase expensive muscle groups dan kualitas daging. Kata kunci : calpastatin, domba ekor tipis, performa morfometrik, komposisi karkas, distribusi otot, kualitas daging, mikroanatomi

5 ABSTRACT BRAMADA WINIAR PUTRA. (Anatomical Performance, Carcass Productivity and Quality of Male Thin Tail Sheep with Differences of Calpastatin (CAST-1) Genotipes) Under direction of NURHIDAYAT and CECE SUMANTRI Calpastatin (CAST) is an indigenous inhibitor of calpain that involved in regulation of protein turn over and growth. The objective of this research was to compare the morfometric performs, carcass composition and muscle distribution in thin tail sheep with difference of CAST gene. PCR-RFLP method was carried out to identify genetic variation of CAST gene. Based on the identification, variation of CAST gene that found were MM and MN with the single Calpain genotype variation, TT. Nine heads of thin tail sheeps from Jonggol were used for this research. The sheeps clustered based on the variation CAST gene, 5 sheeps have MM genotype and 4 sheeps have MN genotype. Variation of CAST gene gave significantly differences in morfometric performances, whole sale cuts, carcass composition and muscle distribution. Sheeps with MM genotype have longer body length, heart girth, wither depth, and width of rump for morfometric performances. They have higher neck and expensive muscle group percentage too. But have a lower percentage of shoulder in commercial cuts and total of meat than MN. Sheeps with MN genotype have larger muscle bundle, larger fibre surface area, have more number of muscle fibre, but have a wider muscle bundle space with higer percentage of collagen than MM genotype. the muscle of sheep with MN genotype has higher effect of hyperplasia and hypertrophy. Keywords : calpastatin, thin tail sheep, morfometric performance, carcass composition, muscle distribution, meat quality, microanatomy

6 Hak cipta milik Bramada Winiar Putra, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

7 PERFORMA ANATOMIS DAN PRODUKTIVITAS SERTA KUALITAS KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN DENGAN GENOTIPE CALPASTATIN (CAST-1) YANG BERBEDA BRAMADA WINIAR PUTRA Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada Program Studi Anatomi dan Perkembangan Hewan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

8 HALAMAN PENGESAHAN Judul Tesis Nama NIM : Performa Anatomis dan Produktivitas serta Kualitas Karkas Domba Ekor Tipis Jantan dengan Genotipe Calpastatin (CAST-1) yang Berbeda : Bramada Winiar Putra : B

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian adalah Performa Anatomis, Produktivitas dan Kualitas Karkas Domba Ekor Tipis dengan Genotipe Calpastatin (CAST-1) yang Berbeda. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. drh. Nurhidayat, M.S, PAVet. dan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc. selaku dosen pembimbing, Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil.,PAVet. selaku ketua Program Studi Anatomi dan Perkembangan Hewan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Rachmat Herman, M.Sc., Dr. Ir. Muhammad Iksan Dagong, Dr. Ir. Rudi Priyanto, dan seluruh staf Laboratorium Ternak Ruminansia Besar Fakultas Peternakan dan Laboratorium Anatomi Hewan Fakultas Kedokteran Hewan IPB, yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu dan keluarga besar, serta istri (Shanti Andriyani L.) dan anak (Arka dan Arsya) yang telah memberikan motivasi, doa dan dukungannya kepada penulis. Semoga karya ini bermanfaat. Bogor, Mei 2012 Bramada Winiar Putra

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 2 November 1980 dari ayah Sri Winarno dan ibu Sri Rahayu. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus SMAN 1 Surakarta. Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Anatomi dan Perkembangan Hewan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja sebagai staf pengajar Bagian Ilmu Produksi Ternak Pedaging, Kerja dan Aneka Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB sejak tahun 2005.

11 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... Halaman ABSTRACT... iii LEMBAR PENGESAHAN... PRAKATA... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Identifikasi Masalah... 2 Keluaran yang Diharapkan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... Domba Ekor Tipis... 4 Pola Pertumbuhan Ternak... 5 Gen Calpastatin... 6 Hubungan Antara Calpain System dengan pertumbuhan 8 Karkas dan Komponennya... 9 Potongan Komersial Karkas METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pendahuluan : Ekstraksi, Isolasi dan Deteksi Keragaman Gen Calpain dan Calpastatin Performa Anatomis Ternak Hidup Pemotongan Ternak Pengukuran Komposisi Karkas Pengukuran Distribusi Otot Pengukuran Potongan Komersial i ii vi vii viii ix xi xii xiii 4

12 Analisis Sifat Fisik Daging Domba Analisis Mikroanatomi Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Performa Anatomis Ternak Hidup Pemotongan Ternak Potongan Komersial dan Komposisi Karkas Distribusi Otot Sifat Fisik Daging Analisis Mikroanatomi Otot Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Tampilan fenotipik domba ekor tipis Indonesia Standar mutu karkas domba/kambing Perbandingan persentase karkas domba priangan, ekor gemuk dan domba lokal yang diberi konsentrat Parameter pengukuran morfometrik pada ternak hidup Morfometri utama domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Morfometri bagian collumna vertebralis domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Morfometri bagian kaki depan dan belakang domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Persentase karkas dan komponen non karkas pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Persentase potongan komersial terhadap berat karkas domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Persentase komposisi karkas terhadap berat karkas domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Persentase kelompok otot terhadap total daging pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Nilai rataan sifat fisik daging pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Analisis mikroanatomi otot sternocephalicus pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Analisis mikroanatomi otot gluteus medius pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda... 35

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Perbedaan sekuen nukleotida gen calpastatin pada lokus CAST-MspI yang disebabkan karena subtitusi basa G menjadi A Cara pengukuran morfologis ternak hidup Skema sangkar rusuk antara DET CAST-1 MM dan DET CAST-1 MN Penampang fasikulus m. sternocephalicus pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Kondisi jaringan ikat m. sternocephalicus pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Penampang fasikulus m. gluteus medius pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Kondisi jaringan ikat m. gluteus medius pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda

15 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Proses Pembuatan Preparat Histologi Proses pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) Proses pewarnaan Masson Trichrome Hasil uji T morfometri umum domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T morfometri bagian collumna vertebralis domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T morfometri bagian kaki depan dan belakang domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T persentase karkas dan komponen non karkas pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T persentase potongan komersial terhadap berat karkas domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T persentase komposisi karkas terhadap berat karkas domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T persentase kelompok otot terhadap total daging pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T nilai rataan sifat fisik daging pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T analisis mikroanatomi otot sternocephalicus pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda Hasil uji T analisis mikroanatomi otot gluteus medius pada domba ekor tipis dengan genotipe calpastatin yang berbeda... 60

16 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Domba lokal memiliki potensi untuk dikembangkan karena mempunyai beberapa keunggulan, seperti mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis, mampu bereproduksi sepanjang tahun, memiliki kekebalan terhadap beberapa macam penyakit dan parasit. Tetapi domba lokal juga memiliki beberapa kendala yang perlu diatasi, antara lain bobot tubuh dan ukuran-ukuran tubuh lainnya dengan keragaman yang sangat tinggi disertai kualitas daging masih belum memenuhi standar internasional. Perbaikan mutu genetik domba lokal dilakukan melalui seleksi dan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas daging, sehingga domba pedaging yang berkualitas dapat dikembangkan secara nasional. Berdasarkan data statistik tahun 2010 (DJBPP, 2010), populasi domba di Indonesia mencapai ekor dengan jumlah pemotongan domba mencapai ekor atau sekitar 13,74 % dari total populasi. Populasi ini lebih rendah dibandingkan dengan kambing yang mencapai ekor dengan jumlah ternak yang dipotong ekor atau sekitar 3,75% dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi masyarakat terhadap daging domba masih lebih rendah dibandingkan ternak kambing, padahal jika dilihat dari proporsi dan kualitas daging, maka daging domba memiliki persentase daging yang lebih besar dengan tekstur daging yang lebih lembut dibandingkan daging kambing. Hal ini menjadi tantangan yang menarik dalam pengembangan peternakan domba sebagai pendukung penyediaan daging nasional Salah satu domba lokal yang potensial untuk dikembangkan adalah domba ekor tipis (DET). Meskipun bobot badan dewasa hewan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan domba ekor gemuk, tetapi DET memiliki kemampuan adaptasi yang baik dengan ketersediaan pakan yang terbatas dan suhu yang cukup tinggi. Selain itu, DET memiliki tingkat kematian anak yang relatif rendah serta daya tahan tubuh terhadap penyakit ektoparasit dan cacing yang tinggi (Subandriyo, 2003). Kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan upaya seleksi dapat dilakukan pada tingkat DNA, yaitu dengan cara mencari gen yang mengontrol produktivitas ternak yang memberikan nilai ekonomis, seperti 1

17 perdagingan dan keempukan daging. Salah satu marka gen yang berhubungan dengan bobot badan pada domba lokal yaitu gen yang mengatur sintesis calpastatin (CAST) (Sumantri et al., 2008). Calpastatin merupakan enzim yang berfungsi untuk menghambat degradasi protein sel-sel otot oleh enzim -calpain, m-calpain. Peningkatan aktivitas CAST menyebabkan terjadinya pertambahan massa otot (hypertrophy) disertai dengan penurunan keempukan daging. Calpastatin bersama-sama dengan myostatin berperan dalam mengatur laju pertumbuhan otot, dengan demikian keragaman gen CAST diduga akan mempengaruhi sifat pertumbuhan domba lokal. Adanya variasi gen CAST pada ternak diharapkan akan memberikan pengaruh tidak hanya pada laju keempukan daging postmortem, tetapi juga pada pertumbuhan otot. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mempelajari komparasi performa anatomis dan produktivitas serta kualitas karkas antara DET pada variasi gen calpastatin yang berbeda. Data tersebut diharapkan dapat menjadi data dasar dalam pengembangan performa dan produktivitas bangsa DET berdasarkan variasi gen CAST. Data ini juga dapat dijadikan acuan dalam pengembangan bangsa domba lokal Indonesia lainnya sehingga dapat dilakukan perbaikan produktivitasnya. Identifikasi Masalah Penelitian mengenai keragaman genetik, dan morfometrik domba lokal Indonesia telah banyak dilakukan, tetapi data mengenai komposisi karkas dan distribusi perdagingan otot-otot pada domba lokal Indonesia masih sangat terbatas. Data morfometrik yang diamati saat ini hanya sebatas morfometrik dasar seperti lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, panjang dan lebar kepala, tetapi data detail mengenai perfoma fenotip berdasarkan genotipe dari gen yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan belum banyak dilakukan. Selain itu pengaruh variasi gen dalam satu bangsa domba terhadap performa fenotipik juga belum banyak dilakukan. Salah satu domba lokal yang menarik untuk diteliti adalah DET. Hal yang istimewa dari DET adalah daya adaptasi hewan ini terhadap lingkungan sangat baik, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit cukup tinggi. Tetapi laju 2

18 pertumbuhan berat badan DET relatif rendah dibandingkan dengan domba ekor gemuk, sehingga perlu dilakukan seleksi untuk dapat menghasilkan DET dengan performa yang lebih baik. Salah satu cara adalah dengan melihat performa dari variasi gen yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan otot. Salah satu gen yang berperan dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel otot adalah gen CAST. Penelitian tentang aktivitas CAST lebih banyak dilakukan dengan tujuan untuk mengamati pengaruh gen ini pada keempukan daging, sedangkan pengaruhnya pada pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otot belum banyak dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai performa fenotip perototan pada domba ekor tipis pada variasi gen calpain system yang berbeda. Keluaran yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan luaran : 1. Data morfometrik DET lokal pada variasi gen CAST yang berbeda. 2. Data perbandingan komposisi karkas DET lokal pada variasi gen calpastatin yang berbeda sehingga didapatkan komposisi karkas, persentase daging, lemak, jaringan ikat dan tulang, serta persebaran lemak dari masing-masing domba tersebut. 3. Data perototan dari DET lokal pada variasi gen CAST yang berbeda, sehingga dapat diketahui pola perdagingannya. Hipotesis Hipotesis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. H0 : Tidak terdapat perbedaan performa anatomis dan produktivitas antara domba ekor tipis dengan genotipe gen CAST-1 MM dengan MN. 2. H1 : Terdapat perbedaan performa anatomis dan produktivitas antara domba ekor tipis dengan genotipe gen CAST-1 MM dengan MN. 3

19 II. TINJAUAN PUSTAKA Domba Ekor Tipis Domba lokal Indonesia termasuk dalam kelas Mammalia, subfamili Caprinae, genus Ovis dan spesies Ovis aries (Subandriyo, 2003). Domba yang umum diternakkan di dunia saat ini awalnya berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke wilayah barat seperti Mediterania, Eropa dan Afrika. Sebagian lagi ke arah timur yaitu ke daerah subkontinen India dan Asia Tenggara (Devendra dan McLeroy, 1982). Ternak domba yang berkembang saat ini berasal dari tiga spesies, yaitu domba Argali (Ovis ammon) dari Asia Tengah, domba Urial (Ovis vignie) dari Asia dan domba Muffon (Ovis musimon) dari sebagian Asia dan Eropa (Devendra, 1993). Hiendleder et al. (2002) menyatakan, paling tidak ada tujuh spesies domba di dunia, yaitu Ovis ammon, Ovis aries, Ovis canadensis, Ovis dalli, Ovis musimon, Ovis nivicola, dan Ovis orientalis. Tiga spesies diantaranya belum didomestikasi yaitu Ovis canadensis, Ovis nivicola dan Ovis dalli (Maijala, 1997). Ryder (1984) menyatakan domestikasi domba telah dilakukan lebih dari tahun yang lalu dan telah menghasilkan peningkatan ukuran badan dan penurunan ukuran tanduk, serta perubahan dari berbulu rontok mengikuti musim (hairy moulting fleece) hingga didapatkan domba berbulu wool putih. Peningkatan kualitas pada ternak domba melalui perbaikan genetik telah dilakukan lebih dari 50 tahun melalui aplikasi genetika kuantitatif dalam pemuliaan (Crawford, 1995). Dwiyanto (1982) mengelompokkan domba di Indonesia berdasarkan lebar pangkal ekornya, yaitu : 1. Domba ekor gemuk, memiliki ukuran lebar pangkal ekor lebih dari 9 cm. 2. Domba ekor sedang, memiliki ukuran lebar pangkal ekor antara 5-8 cm. 3. Domba ekor tipis (DET), memiliki ukuran lebar pangkal ekor kurang dari 4 cm. DET banyak di temukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kelompok domba ini termasuk domba kecil dengan bobot badan jantan dewasa antara kg dan bobot betina dewasa antara kg (Dwiyanto, 1982). Pada bagian ekor 4

20 domba ini tidak tampak adanya deposit lemak. Domba ini memiliki warna dominan wool putih dan terdapat belang hitam kecoklatan di sekeliling mata dan hidung, bahkan kadang-kadang di seluruh tubuh. Telinga berukuran sedang dengan wool yang kasar. Jantan memiliki tanduk yang melengkung sedangkan betina tidak memiliki tanduk (Mason, 1980). Tabel 1. Performa fenotipik DET Indonesia Kriteria Performa Fenotipik Sumber Pustaka Tipe Domba kecil Subandriyo (2003) Bobot lahir Jantan : 1,8 kg Tiesnamurti et al. (1985) Betina : 1,7 kg Bobot dewasa Jantan : kg Dwiyanto (1982) Betina : kg Kualitas wool Kasar, nilai ekonomi rendah Subandriyo (2003) Telinga Bervariasi : pendek, sedang, Subandriyo (2003) normal Laju pertumbuhan g/hari, pemeliharaan Chaniago et al. (1982) tradisional Umur dewasa 6-12 bulan Sitorus et al. (1995) Jumlah anak per kelahiran 1,8 kelahiran pertama 2,2 setelah kelahiran pertama Bradford dan Inounu (1996) Setiadi et al. (1995) Bobot potong (2-3 th) kg Bradford dan Inounu (1996) Persentase karkas % Subandriyo (2003) Pola Pertumbuhan Ternak Pada pengamatan pertumbuhan ternak, tiga jaringan utama yang diamati sebagai acuan adalah tulang, otot dan lemak. Tulang dan otot kerangka berasal dari mesoderm. Tulang berasal dari sklerotome somit, sedangkan otot kerangka merupakan perkembangan dari myotome somit. Kerangka memiliki fungsi sebagai dasar bentuk tubuh (frame), dengan demikian kerangka tumbuh lebih awal namun memiliki laju pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan otot maupun lemak. Pertumbuhan dan perkembangan otot terjadi baik pada fase prenatal maupun postnatal. Menurut Scanes (2003), proses myogenesis prenatal dimulai 5

21 dari determinasi mesodermal stem cell menjadi myoblast yang mengalami proliferasi dan diferensiasi fusi menjadi myotubes, kemudian mengalami proses maturasi (myofibrillogenesis) menjadi serabut otot. Proses myogenesis postnatal lebih dipengaruhi oleh ekspresi dari DNA dengan cara akresi melalui sel satelit sehingga terbentuk RNA yang menjadi cetakan untuk sintesa protein myofibril (Bocard, 1981). Otot tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan lemak pada awal pertumbuhan hingga ternak mencapai dewasa tubuh (Tulloh 1978). Pertumbuhan otot akan menurun ketika ternak mencapai dewasa tubuh, namun lemak tetap tumbuh, sehingga, perlemakan pada ternak akan cenderung meningkat setelah ternak mencapai dewasa tubuh (Lister, 1980). Tulang merupakan bingkai tubuh (frame) yang laju pertumbuhannya cenderung lambat dan akan mengalami fase stasioner ketika ternak mencapai dewasa tubuh (Schimidt-Nielsen, 1984). Ternak pada fase dewasa tubuh memiliki proporsi lemak hanya sepertiga bagian dari daging pada ternak hidup, namun begitu mencapai fase pertumbuhan akhir maka proporsi lemak dan daging dalam karkas hampir sama. Dengan demikian maka ternak yang berumur melebihi umur dewasa tubuh (lebih dari 2 tahun) akan cenderung meningkat deposit lemak dalam tubuhnya (Lawrence, 2002). Gen Calpastatin Komponen gen memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan ternak. Proses myogenesis postnatal diatur oleh gen dengan akresi melalui sel satelit, sehingga dapat terjadinya mutasi genetik yang mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Albrecht et al., 2006). Menurut Casas et al. (2004), miostatin adalah protein yang mengatur regulasi pertumbuhan otot. Ketika terjadi mutasi pada miostatin, maka gen yang mengatur pertumbuhan mengalami perubahan sehingga proses pertumbuhan menjadi sangat pesat. Pada kondisi alami, mutasi mostatin ini menghasilkan sapi double muscle (pada bangsa sapi Belgian Blue). Menurut Swatland (1973) karakteristik double muscle adalah memiliki serat otot yang lebih banyak dan lebih besar, persentase serat otot putih lebih besar, lemak karkas lebih rendah, jaringan ikat pada otot mengalami dilusi, resiko distokia tinggi. Selain miostatin, enzim lain yang berpengaruh dalam mengatur 6

22 pertumbuhan adalah enzim calpastatin. Enzim ini sangat berpengaruh terhadap keempukan daging (Koohmaraie et al., 1995). Menurut Camou et al. (2007), calpain dan calpastatin termasuk dalam calpain system. Calpain system merupakan protein dalam bentuk enzim yang berkontribusi dalam proses keempukan daging secara proteolitik pasca penyembelihan. Calpain system memiliki tiga anggota protein yaitu -calpain, m-calpain dan calpastatin (CAST). Calpain merupakan sebuah enzim proteolytic terkait dengan ion kalsium (Ca 2+ ), dan terdiri dari dua bentuk, yaitu μ-calpain, merupakan calpain yang memerlukan ion Ca 2+ dalam konsentrasi rendah dan m-calpain yang merupakan calpain yang memerlukan ion Ca 2+ dalam konsentrasi tinggi. Calpain berfungsi untuk mendegradasi protein sel-sel otot (myofibril) di dalam jaringan otot (Goll et al., 1992). Killefer dan Koohmaraie (1993) menyatakan bahwa aktivitas calpain dalam jaringan otot postmortem dapat menyebabkan struktur protein sel otot menjadi lemah, sehingga kualitas daging yang menjadi lebih empuk. Selain μ- calpain dan m-calpain, dalam sistem calpain juga terdapat calpastatin (CAST). CAST ini merupakan inhibitor spesifik terhadap fungsi μ-calpain dan m-calpain. Morgan et al. (1993) melaporkan bahwa ketika aktivitas degradasi protein pada jaringan otot hewan hidup menurun, maka aktivitas CAST meningkat. Palmer et al. (1998) melaporkan bahwa terdapat keragaman gen CAST pada domba Dorset. Hasil pemotongan produk PCR dengan enzim restriksi MspI dan NcoI menghasilkan dua alel, yaitu alel M dan N. Enzim restriksi MspI menghasilkan produk 336 dan 286 pasang basa (pb) sedangkan dengan NcoI menghasilkan potongan produk 374 dan 248 pb. Gen calpastatin pada domba terletak di kromosom nomor 5 (Hediger et al. 1991). Gen calpastatin (CAST-1) terletak diantara dua penciri apit mikrosatelit MCM527 dan BMS1247 pada posisi lokus 5q15 q21 antara 96,057-96,136 Mb. Hasil analisis Quantitative Traits Loci (QTL) menunjukkan bahwa gen CAST-1 berkaitan erat dengan sifat pertumbuhan pada domba silang balik antara domba ekor tipis dengan domba Merino (Margawati et al., 2009). Beberapa penelitian serupa juga telah dilakukan pada ternak sapi. Lonergan et al. (1995) menemukan keragaman DNA gen bovine calpastatin pada lokus BamHI dan EcoRI. Chung et al. (1999) menemukan keragaman gen calpastatin dengan metode PCR-SSCP. Primer yang didesain dari 7

23 domain I cdna bovine calpastatin (nomor akses GenBank : L14450), berhasil mengamplifikasi lokus CAST-1 sepanjang 500 pb dan menghasilkan dua alel, yaitu alel A dan B. Keragaman gen CAST-1 tersebut terkait erat dengan sifat pertumbuhan sapi Angus jantan. Sapi Angus dengan genotipe BB mempunyai bobot badan lebih tinggi dari pada sapi dengan genotipe AB dan AA. Hubungan Antara Calpain System dengan Pertumbuhan Proses pertumbuhan hewan ternak pada tingkat sel dapat didefinisikan sebagai hyperplasia yaitu pertambahan jumlah sel melalui proses mitosis, dan hypertrophy yaitu bertambahnya ukuran atau volume sel-sel otot. Menurut Chung et al. (1999), kejadian hypertrophy ini berkaitan erat dengan sintesis enzim calpain dan calpastatin. Aktivitas CAST-1 yang tinggi dapat ditemukan pada domba yang mempunyai fenotipe callipyge. Kejadian hypertrophy ini disebabkan oleh kandungan DNA mikrosatelit otot yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kapasitas sintesis protein otot. Kejadian hypertrophy terjadi setelah hewan dilahirkan agar tidak menyebabkan kesulitan sewaktu melahirkan (dystocia). Hypertrophy pada domba callipyge juga disebabkan oleh menurunnya degradasi protein otot sebagai akibat meningkatnya aktivitas calpastatin (Koohmaraie et al., 1995). Hasil analisis Quantitative Traits Loci (QTL) menunjukkan bahwa gen berasosiasi kuat dengan sifat pertumbuhan pada domba silang balik antara domba ekor tipis dengan domba Merino (Margawati et al., 2009). Gen CAST-1 memiliki 3 variasi genetik yaitu MM untuk homozigot CAST-1 normal, NN untuk homozigot CAST-1 yang mengalami mutasi dan MN untuk heterozigot (Koohmaraie et al., 1995). Sumantri et al. (2008) melaporkan adanya hubungan yang kuat antara gen CAST-1 dengan bobot badan pada domba lokal, individu yang mempunyai genotipe MN mempunyai bobot badan lebih besar dibandingkan individu yang mempunyai genotipe NN. Lebih lanjut Sumantri et al. (2008) melaporkan meskipun frekuensi alel M dalam populasi berkisar 0,16-0,29, tetapi individu dengan genotipe MM tidak ditemukan pada domba lokal yang diamati. Fenomena ini kemungkinan disebabkan oleh proses seleksi negatif, domba domba berbobot badan besar kemungkinan besar dengan genotipe MM banyak dipotong. 8

24 Karkas domba/kambing Karkas dan Komponennya menurut SNI (1995), adalah bagian tubuh kambing/domba sehat yang telah disembelih, utuh atau dibelah membujur sepanjang tulang belakang, setelah dikuliti, dikeluarkan isi perut, tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat kelamin kambing/domba jantan atau ambing kambing/domba betina yang telah melahirkan dipisahkan dengan/atau tanpa ekor. Kepala dipotong diantara os occipitale dengan os atlas. Kaki depan dipotong diantara ossa carpi dan ossa metacarpi, sedangkan kaki belakang dipotong diantara ossa tarsi dan ossa metatarsi. Jika diperlukan untuk memisahkan ekor, maka paling banyak dua ruas ossa vertebrae caudales terikut pada karkas. Dalam standar ini karkas kambing/domba digolongkan ke dalam 3 mutu yaitu mutu I, II dan III seperti yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Standar mutu karkas domba/kambing Syarat Mutu No. Karakteristik Mutu I Mutu II Mutu III 1 Penampakan Agak lembab Agak kering Kering 2 Tekstur Lembut dan kompak Agak keras dan 3 Warna Merah khas daging dan homogen kurang kompak Merah khas daging dan agak homogen Keras dan tidak kompak Merah khas daging dan heterogen 4 Lemak panggul Tebal Agak tipis Tipis 5 Umur Muda/dewasa Muda/dewasa Muda/dewasa 6 Salmonella Negatif Negatif Negatif 7 E. coli Negatif Negatif Negatif 8 Bau Spesifik Spesifik Spesifik Herman (1993) menyatakan bahwa persentase karkas domba ekor gemuk lebih banyak dibandingkan pada domba Priangan dengan bobot hidup yang sama. Menurut Subandriyo (2003), domba yang kurus dan kondisinya buruk, memiliki persentase karkas kurang dari 40%, sedangkan domba yang kondisinya gemuk persentase karkas dapat melebihi 60%. Komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot, tulang dan lemak (Berg dan Butterfield, 1976). Tulang sebagai 9

25 kerangka tubuh, merupakan komponen karkas yang tumbuh dan berkembang lebih awal, kemudian disusul oleh otot dan yang paling akhir adalah jaringan lemak (Soeparno, 2005). Perbandingan persentase karkas domba priangan, ekor gemuk dan domba lokal yang diberi konsentrat disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan persentase karkas domba priangan, ekor gemuk dan domba lokal yang diberi konsentrat. No. Komponen Domba lokal dengan pakan konsentrat* Domba Priangan** Domba Ekor Gemuk** (%) Persentase Karkas 39,10 47,37 48,74 2 Persentase Daging 62,30 30,81 29,55 3 Persentase Lemak 5,42 7,21 7,01 4 Persentase Tulang 24,00 8,69 8,44 Sumber : * Chaniago et al., 1982, ** Herman, Potongan Komersial Karkas Menurut Kempster et al. (1982), karkas domba dibagi menjadi dua bagian besar yaitu foresaddle (bagian depan) dan hindsaddle (bagian belakang). Forsaddle meliputi neck (leher), shank (kaki depan), rack (punggung) dan breast (dada), sedangkan hindsadle (bagian belakang) meliputi leg (paha belakang), loin (pinggang) dan flank (bagian perut). Kempster et al. (1982) menjelaskan, pada karkas domba, leg memiliki persentase 34,47%, loin 7%, rib 9%, shoulder 26%, shank 5%, breast 10%, flank 2%, serta ginjal dan lemak ginjal 2%. Herman (1993) menyatakan bahwa pada potongan karkas utama, domba Priangan memiliki bobot shoulder yang lebih berat serta leg yang lebih ringan dengan persentase otot yang lebih tinggi dan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan domba ekor gemuk pada bobot yang sama. Kempster et al. (1982) menyatakan bahwa pada domba jantan, otot pada bagian shoulder, leg, loin dan breast mengalami masak dini sehingga pertumbuhannya relatif lebih cepat dibandingkan dengan potongan bagian tubuh lainnya. 10

26 III. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai bulan April hingga September Pengukuran komposisi karkas dan distribusi perototan dilaksananakan di Laboratorium Ruminansia Besar, Bagian IPT Daging Kerja dan Aneka Ternak, Departemen IPTP, Fakultas Peternakan IPB. Pembuatan dan pengamatan mikroanatomi otot domba dilakukan di Laboratorium Riset Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bahan dan Alat Bentuk perlakuan adalah perbedaan genotipe gen pengatur sintesis enzim CAST-1 pada DET dengan variasi gen CAST-1 yang berbeda. Hewan percobaan adalah DET jantan dewasa tubuh dengan penentuan umur I1 (domba yang telah mengalami pergantian satu pasang gigi seri susu menjadi gigi tetap) dengan berat badan awal rata-rata kg yang berasal dari Unit Pengembangan Penelitian dan Pendidikan Jonggol (UP3J). Pada pengujian variasi gen CAST-1 hanya terdapat variasi gen calpastatin MM dan MN, namun tidak ditemukan variasi gen NN. Sedangkan untuk variasi gen calpain hanya memiliki satu genotipe yaitu TT yang merupakan tipe asli (wildtype). Domba yang diperoleh dari UP3J Jonggol kemudian akan direkondisikan selama tiga bulan di Laboratorium Lapang B, Fakultas Peternakan, IPB. Domba ini diambil untuk mewakili DET yang dipelihara secara ekstensif dengan sistem pastura. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat untuk keperluan analisis pengukuran morfometri pada ternak hidup, alat untuk analisis komposisi karkas, potongan komersial dan anatomi otot, serta alat untuk analisis sifat fisik dan mikroanatomi otot. Alat untuk analisis pengukuran morfometri pada ternak hidup berupa timbangan gantung dengan tingkat ketelitian 0,1 kg; tongkat ukur, pita ukur, dan kaliper. Analisis komposisi karkas, potongan komersial dan anatomi otot digunakan skalpel, pinset, timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 g. Alat untuk analisis sifat fisik meliputi ph meter, carper press, planimeter, warner blatzer, dan termometer bimetal. Alat untuk analisis 11

27 mikroanatomi otot meliputi satu set alat bedah, gelas piala, gelas ukur, gelas obyek, gelas penutup, mikrotom, inkubator dan mikroskop cahaya yang dilengkapi kamera. Metode Penelitian Pendahuluan : Ekstraksi, Identifikasi dan Deteksi Keragaman Gen Calpain dan Calpastatin (CAST-1) Sampel domba diperoleh dari Unit Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Jonggol (UP3J). Sampel disolasi DNA genomnya dari sel darah utuh (Whole blood). Darah ditampung dengan menggunakan tabung vacumtainer dari vena jugularis externa (sekitar 10 ml). Prosedur ekstrasi DNA darah menggunakan modifikasi metode ekstraksi standar dengan menggunakan buffer lisis sel (350 l x STE, dan 40 l 10% SDS) dan 20 l proteinase-k. DNA dimurnikan dengan fenol kloroform, yaitu dengan menambahkan 40 l 5M NaCl dan 400 l fenol dan kloroform isoamil alcohol (CIAA). DNA diendapkan dengan 40 l 5M NaCl dan 800 l ethanol absolute. Endapan dicuci dengan menambahkan 400 l ethanol 70%, disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 5 menit. Ethanol dibuang dan diuapkan dengan menggunakan pompa vakum, selanjutnya DNA dimurnikan dengan 80 l buffer TE 80% (Sambrook et al., 1989). Amplifikasi DNA dilakukan pada total volume 25 l terdiri dari ng DNA, 25 pmol pasangan primer masing-masing dari Palmer et al. (1998), yaitu primer forward (AF33) 5 TGGGGCCCAATGACGCCATCGGATG 3 (ekson 1C) dan primer reverse (AF34) 5 GGTGGAGCAGCACTTCTGATCACC 3 (ekson 1D). Pasangan primer ini kemudian ditambahkan 0,87 unit enzim taq polymerase dan buffernya (New England BioLabs), 2 mm dntp, dan 2,5 mm MgCl 2 kemudian diinkubasi dengan mesin thermocycler (TaKaRa PCR Thermal Cycler MP4), dengan program sebagai berikut: Tahap I dilakukan dengan satu kali siklus, meliputi proses denaturasi awal pada suhu 94 0 C selama 4 menit. Tahapan II dilakukan dengan 30x siklus, meliputi denaturasi pada suhu 94 0 C selama 10 detik, penempelan primer pada suhu 48 0 C selama 1 menit, pemanjangan molekul DNA pada suhu 72 0 C selama 2 menit. Tahap III dilakukan 12

28 dengan satu kali siklus, meliputi pemanjangan akhir molekul DNA pada suhu 72 0 C selama 7 menit. Analisis PCR-RFLP dilakukan dengan cara produk PCR dipotong dengan enzim restriksi MspI (New England BioLab) pada situs C CGG yang terletak di daerah intron 1 antara ekson 1C dan 1D. Prosedur kerjanya adalah 2 l produk PCR dicampur dengan 1-2 unit MspI dalam 1x buffer, dan diinkubasi pada suhu 37 0 C selama semalam. Elektroforesis dilakukan pada gel poliakrilamida 6% dengan tegangan konstan 220 mvolt selama 30 menit dan pewarnaan perak dilakukan dengan menggunakan metode Tegelstrom (1992). Keragaman gen CAST-1 domba disebabkan oleh adanya mutasi titik yang terjadi pada posisi basa ke-261 nomor akses GenBank AF Terjadinya subtitusi basa (transisi) G A menyebabkan situs pemotongan untuk enzim restriksi MspI berubah. Produk PCR gen CAST-1 sepanjang 622 pb berhasil dipotong dan menghasilkan dua alel, yaitu alel M dan N. M adalah alel gen calpastatin normal, sedangkan N adalah alel gen calpastatin yg mengalami mutasi basa G menjadi A. Perbedaan alel M dan N hasil analisis PCR-RFLP disajikan pada Gambar 1. Alel M (AF016006) : TTGCAGAGCC GGGGCTCTGG Alel N (AF016007) : TTGCAGAGCC AGGGCTCTGG Gambar 1. Perbedaan sekuen nukleotida gen CAST-1 pada lokus CAST-MspI yang disebabkan karena subtitusi basa G menjadi A. Gen calpastatin memiliki 3 variasi genetik yaitu MM untuk homozigot CAST-1 normal, NN untuk homozigot calpastatin yang mengalami mutasi dan MN untuk heterozigot (Koohmaraie et al., 1995). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan untuk mendeteksi keragaman gen calpain dan CAST-1 diperoleh variasi gen CAST-1 yang seharusnya terdapat 3 variasi gen yaitu MM, MN dan NN, hanya diperoleh 2 variasi gen yaitu MM dan MN, dan tidak ditemukan variasi gen NN. Sampel diambil dari domba yang memiliki genotipe CAST-1 MM dan MN dengan genotipe calpain yang sama yaitu TT. Domba yang dipilih adalah domba jantan dengan umur siap potong yaitu dalam kisaran 1-1,5 tahun (I1) dengan berat rata-rata kg. DET dengan genotipe CAST-1 MM (DET 13

29 CAST-1 MM) diperoleh sampel sebanyak 5 ekor, sedangkan untuk DET dengan genotipe CAST-1 MN (DET CAST-1 MN) diperoleh sampel sebanyak 4 ekor. Sampel kemudian akan dianalisa morfometrik ternak hidup, komposisi karkas, distribusi otot, potongan komersial serta sifat fisik dan mikroanatomi ototnya. Performa Anatomis Ternak Hidup Pengukuran morfometrik ternak hidup meliputi bobot kosong dan performa anatomi yang diukur melalui pengukuran konformasi kerangka. Pengukuran konformasi kerangka memanfaatkan penonjolan tulang baik tuberositas (bungkul), processus (penjuluran) maupun articulatio (persendian) dari seluruh pertulangan yang terlihat jelas pada domba hidup. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur untuk mengukur parameter morfometrik panjang tubuh atau tulang, pita ukur untuk mengukur lingkar dada dan caliper untuk mengukur jarak antar tulang dan lebar badan. Pengukuran ini dilakukan untuk membandingkan performa morfometrik antara domba ekor tipis dengan genotipe MM dan MN. Parameter yang diamati dalam pengukuran konformasi kerangka pada ternak hidup disajikan pada Gambar 2 dan Tabel Gambar 2. Cara pengukuran performa anatomis ternak hidup. Keterangan : angka menunjukkan urutan parameter yang ditunjukkan pada Tabel 4. 14

30 Tabel 4. Parameter pengukuran performa anatomis pada ternak hidup No. Parameter 1. Panjang kelompok tulang leher (ossa vertebrae cervicales) 2. Panjang kelompok tulang punggung (ossa vertebrae thoracicae) 3. Panjang kelompok tulang pinggang (ossa vertebrae lumbales) Dari Batas antara os occipitalis dan os atlas Pangkal leher Titik tengah tubuh bagian dorsal Batas Pengukuran Hingga Pangkal leher bagian dorsal Titik tengah tubuh bagian dorsal Processus spinosus os vertebrae sacrale I 4. Panjang os scapula Titik tertinggi ossa vertebrae thoracicae Articulatio scapulohumeri 5. Panjang os humerus Articulatio scapulohumeri Articulatio cubiti 6. Panjang ossa radius-ulna Tuberositas radii Ossa carpi 7. Panjang os metacarpale III Ossa carpi Os phalanx proximalis 8. Jarak antar os coxae Articulatio coxae kiri Articulatio coxae kanan 9. Panjang os femoris Caput ossis femoris Caput fibulae 10. Panjang ossa tibia-fibula Caput fibulae Os calcanea 11. Panjang os metatarsale III Pangkal os tarsale III Os phalanx proximalis 12. Panjang badan Tuberculum humeri Tuber ischium majus 13. Tinggi badan Tepat di bagian caudal os scapula dari titik dorsal Bidang tempat berdiri ternak 14. Dalam dada Tepat di bagian caudal os scapulae dari titik dorsal Os sternum 15. Lingkar dada Tepat di belakang os - scapula, melingkar rapat pada badan 16. Tinggi pinggul Os sacrum Bidang tempat berdiri ternak 17. Jarak kaki depan dengan titik belakang titik depan kaki belakang belakang kaki depan 18. Lebar badan Tuberculum humeri majus kiri Tuberculum humeri majus kanan Pemotongan ternak Ternak yang akan disembelih dipuasakan selama 12 jam, sebelum disembelih, air minum tetap diberikan secara ad libitum. Setelah ditimbang, ternak disembelih, eksanguinasi, pemisahan kepala pada articulatio atlantooccipitalis, pemisahan kaki depan pada articulationes carpometacarpeae, 15

31 pemisahan kaki belakang pada articulationes tarsometatarseae, pengulitan, pengeluaran visera, pembagian karkas. Karkas diberi tanda kemudian dilakukan pelayuan karkas selama 24 jam dalam ruang pendingin. Selama proses dari pemotongan hingga diperoleh karkas, semua bagian tubuh ternak ditimbang mulai dari darah yang keluar, kepala, kaki, ekor, kulit, organ pencernaan isi dan kosong, organ reproduksi, organ pernafasan (trakhea dan paru-paru), jantung dan berat karkas segar. Karkas dikeluarkan dari ruang pendingin kemudian dibagi menjadi dua bagian kiri dan kanan dengan membelah karkas menjadi dua bagian simetris pada tulang belakang dari leher (ossa vertebrae cervicales) sampai sakral (ossa vertebrae sacrales) untuk dilakukan pengukuran komposisi karkas dan penguraian karkas sebagai pengukuran distribusi otot untuk setengah karkas dan setengah karkas yang lainya digunakan untuk penguraian karkas sebagai pengukuran distribusi otot dalam bentuk potongan komersial. Pengukuran Komposisi Karkas Setengah karkas diuraikan menjadi komponen utama yaitu tulang, otot, lemak dan jaringan ikat. Lemak terdiri atas lemak subkutan (subcutaneous fat), lemak antar otot (intermuscular fat), lemak ginjal (kidney fat), lemak abdomen (abdomen fat) dan lemak pelvis (pelvic fat). Masing-masing komponen karkas kemudian ditimbang. Nilai dari hasil penimbangan kemudian dibandingkan dengan bobot badan hidup, berat karkas segar dan berat karkas setelah pelayuan. Dari nilai tersebut dapat diketahui persentase dari masing-masing komponen karkas terhadap berat hidup dan berat karkas. Pengukuran Distribusi Otot Penguraian otot pada karkas dilakukan untuk melihat perkembangan otot dan distribusi perototan berdasarkan kelompok otot. Bagian karkas yang digunakan untuk menguraian otot adalah setengah karkas kanan. Penguraian otot dilakukan dengan mengikuti pedoman Butterfield (1963). Identifikasi otot mengikuti pedoman Butterfield dan May (1966). Penamaan otot didasarkan pada Nomina Anatomiaca Veterinaria (World Association of Veterinary Anatomist, 2005). Otot dikelompokkan menjadi : 16

32 1. Kelompok Otot I : otot proksimal paha - M. tensor fasciae latae - M. pectineus - M. biceps femoris - M. sartorius - M. gluteus medius - M. gemellus - M. vastus lateralis - M. quadratus femoris - M. gluteus accessorius - M. obturator - M. gluteus profundus - M. vastus medialis - M. rectus femoris - M. vastus intermedius - M. semitendinosus - M. articularis genus - M. gracilis - M. iliacus - M. semimembranosus - M. sacrococcygealis 2. Kelompok Otot II : otot distal paha - M. gastrocnemius et soleus - M. tibialis caudalis - M. flexor digitorum superficialis - M. popliteus - M. peroneus longus - M. flexor digitorum medialis - M. extensor digitorum lateralis - M. flexor digitorum lateralis - M. tibialis cranialis 3. Kelompok Otot III : otot sekitar tulang belakang - M. psoas minor - M. longissimus dorsi - M. psoas major - M. longissimus cervicis - M. quadratus lumborum - M. spinalis dorsi - M. longissimus costarum - M. multifidus dorsi 4. Kelompok Otot IV : otot dinding abdomen - M. cutaneus trunci - M. obliquus internus abdominis - M. serratus dorsalis caudalis - M. transversus abdominis - M. obliquus externus abdominis - M. rectus abdominis - M. retractor costae - M. diaphragma 5. Kelompok Otot V : otot proksimal kaki depan - M. deltoideus - M. biceps brachii - M. infraspinatus - M. coracobrachialis - M. triceps brachii caput laterale - M. subscapularis - M. teres minor - M. brachialis 17

33 - M. triceps brachii caput longum - M. brachiocephalicus - M. tensor fascia antebrachii - M. triceps brachii caput medial - M. supraspinatus 6. Kelompok Otot VI : otot distal kaki depan - M. extensor carpi radialis - M. flexor carpi ulnaris - M. flexor carpi radialis - M. flexor digitorum superficialis - M. extensor carpi ulnaris - M. flexor digitorum profundus - M. abductor digiti I longus - M. anconeus - M. extensor digitorum communis - M. extensor digitorum longus caput medialis - M. extensor digitorum longum caput lateralis 7. Kelompok Otot VII : otot penghubung kaki - M. trapezius pars thoracis - M. pectoralis ascendens - M. latissimus dorsi - M. pectoralis superficialis - M. serratus ventralis thoracis - M. teres major 8. Kelompok Otot VIII : otot penghubung kaki depan dengan dada - M. trapezius pars cervicis - M. rhomboideus - M. omotransversarius - M. serratus ventralis cervicis 9. Kelompok Otot IX : otot leher dan dada lainnya - M. serratus dorsalis cranialis - M. complexus - M. scalenus dorsalis - M. rectus capitis dorsalis major - M. splenius - M. obliquus capitis caudalis - M. sternocephalicus - M. rectus thoracis - M. scalenus ventralis - M. transversus thoracis - M. rectus capitis ventralis - M. longus colli - M. intertransversalis cervicis - M. multifidus cervicis - M. longissimus atlantis - M. intercostales - M. intertransversalis colli Hasil penimbangan dari masing-masing kelompok otot kemudian ditransformasikan dalam bentuk persentase terhadap berat total otot. Kelompok otot I, III dan V kemudian dikelompokkan dalam expensice muscle group, sedangkan kelompok otot lain dikelompokkan dalam secondary muscle groups. 18

34 Pengukuran Potongan Komersial Potongan komersial karkas (wholesale cuts) domba mengacu pada prosedur Australian Meat and Livestock Corporation (1998). Seperempat bagian depan (forequarter) meliputi Neck, Rack, Breast, Shoulder, dan Shank. Seperempat bagian belakang (hindquarter) meliputi Flank, Loin dan Leg. Semua potongan komersial karkas utuh kemudian ditimbang dengan timbangan digital dan dicatat sebagai bobot potongan komersial karkas utuh. Batas antara seperempat bagian karkas depan dengan bagian belakang adalah pada ruas tulang rusuk 12 dan 13. Masing-masing potongan komersial kemudian ditimbang dan dilakukan pemisahan daging, lemak (subkutan dan intermuskular) dan tulang, untuk mengetahui komposisi karkas dari masing-masing potongan komersial. Analisis Sifat Fisik Daging Domba Pengujian sifat fisik daging dilakukan pada hari ke-3 setelah pemotongan, yaitu setelah menyelesaikan pengukuran potongan komersial. Bagian daging yang diambil adalah bagian loin. Daging bagian ini memiliki serat otot yang searah, relatif sedikit jaringan ikatnya dan jumlahnya mencukupi untuk melakukan analisis sifat fisik daging. Pengamatan sifat fisik daging domba meliputi : 1. ph daging Diukur dengan alat ph meter berdasarkan metode AOAC (1995). Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali setiap sampel dengan cara menusukkan alat ph meter pada sampel daging. Alat ph meter dikalibrasi pada buffer 4 dan 7 terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran. 2. Daya ikat air Dianalisis berdasarkan persentase air yang keluar (mgh 2 O) dengan metode Hamm (Soeparno, 2005). Langkah pertama adalah penekanan dengan membebani 0,3 g sampel pada kertas saring di antara dua plat Carper Press bertekanan 35 kg/cm 2 selama 5 menit. Daerah yang tertutup sampel dan daerah basah disekitarnya ditandai kemudian diukur dengan planimeter. Daerah basah merupakan luas daerah penyerapan air pada kertas saring 19

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba Menurut Blakely dan Bade (1991) domba sudah sejak lama diternakkan orang, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KARKAS DOMBA PRIANGAN JANTAN DEWASA (Carcass Composition and Muscle Distribution of Mature Priangan Rams)

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KARKAS DOMBA PRIANGAN JANTAN DEWASA (Carcass Composition and Muscle Distribution of Mature Priangan Rams) KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KARKAS DOMBA PRIANGAN JANTAN DEWASA (Carcass Composition and Muscle Distribution of Mature Priangan Rams) R. Herman Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode 35 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret - Mei 2008 di Rumah Potong Hewan (RPH) Aldia-Kupang. Pengumpulan data pengukuran produktivitas karkas dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH PADA BOBOT LEPAS SAPIH ANNISA AULIA

PERBANDINGAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH PADA BOBOT LEPAS SAPIH ANNISA AULIA PERBANDINGAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH PADA BOBOT LEPAS SAPIH ANNISA AULIA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar, dan konsentrat.

METODE. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar, dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil, Laboratorium IPT Ruminansia Besar, dan Laboratorium Ilmu dan Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba Domba domestikasi termasuk golongan hewan-hewan bertulang belakang, menurut Blakely dan Bade (1998) klasifikasi domba adalah sebagai berikut: Sub Kingdom : Vertebrata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

Gambar 1. Domba Penelitian.

Gambar 1. Domba Penelitian. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B) dan Laboratorium Ternak Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuh-Kembang Karkas dan Komponennya Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien pertumbuhan relatif (b) terhadap bobot tubuh kosong yang nyata lebih tinggi (1,1782)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Indonesia Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah beradaptasi dengan iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal ekor tipis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal

Lebih terperinci

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP)

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) MEDIA PETERNAKAN 1983, 8 (4) : 10-21 DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) OLeh Rachmat ~ermah Laboratorium Ilmu Produksi Terliak Daging dan Kerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan di kandang Lapangan Percobaan, Blok B Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak domba

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAN SISTEM INTEGUMEN. Pengajar: Dr. Katrin Roosita, MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB

ANATOMI OTOT DAN SISTEM INTEGUMEN. Pengajar: Dr. Katrin Roosita, MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB ANATOMI OTOT DAN SISTEM INTEGUMEN Pengajar: Dr. Katrin Roosita, MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB KOMPARASI SEL OTOT: OTOT RANGKA, OTOT JANTUNG DAN OTOT POLOS Keterangan Otot Rangka (Skeletal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB, 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul 01.00-06.00 WIB, mulai dari tanggal 29Juli sampai dengan 23 Agustus 2016 di rumah potong hewan (RPH) Kampung Bustaman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK PROSES PERTUMBUHAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERKEMBANGAN Perkembangan : perubahan dalam bentuk badan dan konformasi yang diakibatkan oleh pertumbuhan diferensial dari jaringan

Lebih terperinci

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,

Lebih terperinci

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING) PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING) PEMERIKSAAN ANTEMORTEM Hasil Pengamatan (kerjakan sesuai dengan ternak kelompok saudara!) Bangsa Kambing :... Jenis Kelamin : ( / ) *) Pengenalan bangsa/karakteristik fenotipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba garut merupakan domba yang telah lama dikembangkan di daerah Garut dan biasanya berasal dari daerah Garut, Bogor. Berdasarkan sifat genetiknya, domba garut merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan Persentase Komponen Karkas Komponen karkas terdiri dari daging, tulang, dan lemak. Bobot komponen karkas dapat berubah seiring dengan laju pertumbuhan. Definisi pertumbuhan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan lapang dan kegiatan laboratorium. Kegiatan lapang dilakukan melalui pengamatan dan pengambilan data di Balai

Lebih terperinci

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA SKRIPSI MUHAMMAD NORMAN ISMAIL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2011 untuk pemeliharaan dan bulan Oktober sampai November 2011 untuk analisis komponen karkas dan sifat fisik

Lebih terperinci

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP)

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) MEDIA PETERNAKAN 1983, 8 (4) : 10-21 DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) OLeh Rachmat ~ermah Laboratorium Ilmu Produksi Terliak Daging dan Kerja

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi SIFAT-SIFAT KUANTITATIF DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YEARLING PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN SECARA TRADISIONAL DI PESISIR PANTAI SELATAN KABUPATEN GARUT QUANTITATIVE TRAITS OF THIN TAIL SHEEP RAM YEARLING IN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Agung Gilang Pratama*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI. PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : YOGA GANANG HUTAMA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT SKRIPSI TANTAN KERTANUGRAHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan dan diburu untuk diambil dagingnya. Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sebenarnya

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA THE QUANTITATIVE OF LOCAL GOAT FEMALE AS A SOURCE OF BREED AT KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Ternak babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc. APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI HAFIZ PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai produksi karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan lepas sapih yang digemukkan dengan imbangan protein dan energi pakan berbeda dilaksanakan mulai bulan

Lebih terperinci

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) SNI 7325:2008 Standar Nasional Indonesia Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci