KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR"

Transkripsi

1 KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi dan Distribusi Otot Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah yang Dipotong pada Bobot Sedang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Fitriyati Siregar NIM D

4 ABSTRAK FITRIYATI SIREGAR. Komposisi dan Distribusi Otot Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah yang Dipotong pada Bobot Sedang. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan RACHMAT HERMAN. Sebanyak 36 ekor kambing yang terdiri atas 26 ekor kambing kacang dan 10 ekor kambing peranakan etawah digunakan untuk mengevaluasi komposisi dan distribusi ototnya pada bobot sedang (16.49 kg). Bobot potong, bobot karkas dan bobot setengah karkas pada kambing kacang karkas lebih berat dibanding kambing PE. Kelompok otot utama (1+3+5) sebesar 52.15% pada karkas kambing kacang dan 51.47% pada karkas kambing peranakan etawah. Kelompok otot yang lain yaitu 2, 4, 6, 7, 8 dan 9 yaitu 4.75, 12.02, 3.82, 3.20, 7.22 dan 16,76% dari kambing kacang serta 5.34, 12.56, 4.07, 3.06, 7.11 dan 16.42% pada kambing peranakan etawah. Bobot kelompok 1 (proksimal paha) pada kambing kacang lebih berat dibanding kambing PE. Persentase semua kelompok otot antar bangsa kambing mempunyai proporsi yang relatif sama kecuali kelompok 2 yaitu persentase otot distal paha kambing PE lebih besar dibanding kambing kacang yang dipotong pada bobot sedang. Kata kunci: distribusi otot, kambing kacang, kambing peranakan etawah ABSTRACT FITRIYATI SIREGAR. Muscle Composition and Distribution of Kacang and Peranakan Etawah Goats Slaughtered at Medium Body Weight. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and RACHMAT HERMAN. A total of 36 goats which consist of 26 kacang goats and 10 peranakan etawah goats were used to evaluate the muscle composition and distribution slaughtered in medium body weight (16.49 kg). Compositition of carcass in slaugter weight, carcass weight and a half weight carcass kacang goats were significantly different (P<0.01) than PE goats. The expensive muscle group (1+3+5) were 52.15% of carcasses muscle of kacang goats and 51.47% of carcassses muscle of peranakan etawah goats. The other muscle group 2, 4, 6, 7, 8 and 9 were 4.75, 12.02, 3.82, 3.20, 7.22 and 16.76% of kacang goats 5.34, 12.56, 4.07, 3.06, 7.11 and 16.42% peranakan etawah goats. The weight of group 1 (proximal thigh) on kacang goats was heavier than PE goats. Percentage of all weight in both breed goats have relatively equal proportions except group 2 that was percentage distal thigh muscle PE goats was larger than kacang goats at the medium slaughter weight. Key words: muscle distribution, kacang goat, peranakan etawah goat

5 KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPOTONG PADA BOBOT SEDANG FITRIYATI SIREGAR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-Agustus 2013 ini ialah otot dan karkas, dengan judul Komposisi dan Distribusi Otot Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah yang Dipotong pada Bobot Sedang. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Prof (Em) Dr drh Rachmat Herman, MVSc selaku pembimbing serta Bapak Dr Ir Asep Sudarman, MRur Sc selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada tim penelitian yaitu Annisa Aulia dan Ridha Cindia Yosi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Fitriyati Siregar

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Bahan 2 Prosedur 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Komposisi Karkas 5 Bobot Distribusi Otot 7 Persentase Distribusi Otot 11 SIMPULAN 15 Simpulan 15 DAFTAR PUSTAKA 15 RIWAYAT HIDUP 24

10 DAFTAR TABEL 1 Komposisi karkas kambing kacang dan kambing PE pada bobot sedang 6 2 Distribusi otot kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot sedang 8 3 Persentase distribusi otot kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot sedang 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil analisis ragam bobot potong 16 2 Hasil analisis peragam komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong 17 3 Hasil analisis peragam komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan bobot setengah karkas 17 4 Hasil analisis peragam persentase komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong 19 5 Hasil analisis peragam persentase komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot setengah karkas 19 6 Hasil analisis peragam kelompok otot 1 sampai dengan 9 dengan data dikoreksi berdasarkan bobot setengah karkas 21 7 Hasil analisis peragam persentase kelompok otot 1 sampai dengan 9 dengan data dikoreksi berdasarkan bobot setengah karkas 22

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing peranakan etawah merupakan hasil persilangan antara kambing etawah dari India dengan kambing kacang (lokal). Kambing peranakan etawah (PE) telah beradapatasi dengan baik dengan kondisi tropis basah di Indonesia. Pemanfaatan kambing peranakan etawah dapat dijadikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi karena selain sebagai penghasil daging juga dapat menghasilkan susu. Meskipun demikian, di beberapa daerah kambing peranakan etawah umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan sebagai sumber air susu karena terbatasnya pasar susu kambing. Kambing peranakan etawah di Indonesia umumnya dipelihara dengan sistem intensif yaitu dikandangkan tanpa digembalakan. Dengan tata laksana pemeliharaan yang baik, kambing peranakan etawah mampu beranak tiga kali dalam dua tahun. Kambing dewasa mencapai bobot kg untuk jantan dan kg untuk betina (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011). Kambing peranakan etawah dalam proporsi tertentu dapat dijumpai induk yang beranak lebih dari satu (prolifik). Prolifikasi adalah suatu karakter atau sifat yang menunjukkan kemampuan seekor induk untuk menghasilkan anak dalam jumlah lebih dari 1 pada setiap kelahiran. Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia (Davendra dan Burns 1994). Performa kambing kacang menurut Widagdo (2010) adalah badan kecil dengan tinggi gumba pada jantan cm dan betina cm, bobot badan dapat mencapai 25 kg untuk jantan dan 20 kg untuk betina, telinga tegak, berbulu lurus dan pendek, baik betina maupun jantan memiliki tanduk yang pendek. Kambing kacang lebih banyak dipelihara oleh penduduk Indonesia karena mudah dalam pemeliharaan dan relatif lebih tahan terhadap penyakit. Populasi kambing di Indonesia pada tahun 2011 mencapai ekor (DPKH 2012). Hal tersebut menunjukkan kambing mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai penghasil daging. Daging mempunyai jaringan yang terdiri atas otot, lemak serta jaringan ikat. Karakteristik distribusi otot berbeda pada masing-masing jenis ternak (Herman 1993). Penelitian tentang distribusi otot pada kambing kacang dan kambing peranakan etawah masih jarang dilakukan. Data yang menunjukkan bagian-bagian tubuh yang dapat dikonsumsi atau biasa disebut edible portion merupakan bagian penting dalam usaha ternak potong termasuk bagian otot pada kambing kacang dan kambing PE. Otot yang memiliki nilai ekonomis tertinggi masuk ke dalam kategori otot utama meliputi kelompok otot 1, 3 dan 5 (proksimal paha, tulang belakang dan proksimal kaki depan). Diharapkan dengan melakukan penelitian ini dapat diinformasikan bagian-bagian tubuh yang dapat dikonsumsi, nilai ekonomisnya tinggi serta distribusi otot tersebut di dalam tubuh individu.

12 2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komposisi dan distribusi otot kambing kacang dan kambing peranakan etawah pada bobot sedang (16.49 kg). Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder mengenai komposisi dan distribusi otot kambing kacang dan kambing peranakan etawah yang ada di Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil. Total kambing PE jantan yang digunakan datanya sebanyak 10 ekor dan kambing kacang jantan yang digunakan datanya sebanyak 26 ekor yang dipotong pada bobot sedang (16.49 kg). METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2013 sampai Agustus Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut merupakan hasil pemotongan dan penguraian otot kambing PE dan kambing kacang berjenis kelamin jantan yang ada di Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil. Total ternak kambing PE yang digunakan datanya sebanyak 10 ekor dengan kisaraan bobot potong 14.22±0.92 kg dan kambing kacang yang digunakan datanya sebanyak 26 ekor dengan kisaran bobot potong 17.38± 2.23 kg. Prosedur Prosedur pengambilan data primer Data yang diperoleh merupakan data bagian otot kambing kacang dan kambing PE meliputi forequarter dan hindquarter. Pemotongan dilakukan secara halal. Kepala dipotong pada sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki belakang dipisahkan pada sendi carpo-metacarpal dan sendi tarso-metatarsal. Proses menguliti sampai diperoleh karkas dilakukan dengan sangat teliti. Karkas ditimbang, kemudian dibungkus dalam kantong plastik yang diikat erat untuk mencegah penguapan dan disimpan dalam pendingin ± 2 o C, untuk diuraikan pada hari berikutnya (Herman 2004). Karkas dikeluarkan dari alat pendingin, kemudian dibelah sepanjang tulang belakangnya dari leher sampai sakral dengan gergaji. Karkas sebelah kanan

13 diuraikan menjadi otot, tulang, lemak dan jaringan ikat. Otot karkas adalah jumlah individu otot. Lemak karkas terdiri atas lemak subkutan, lemak antar otot, lemak ginjal dan lemak pelvis. Metode penguraian karkas mengikuti petunjuk Butterfield (1963) dan identifikasi otot mengikuti petunjuk Butterfield dan May (1966). Individu otot dikelompokkan menjadi 9 kelompok otot baku (standard musle group) dan kelompok otot utama (expensive muscle group) adalah kelompok otot proksimal paha, otot sekitar tulang belakang dan otot proksimal kaki depan (Lohse et al.1971). Data bobot potong, bobot karkas, hasil penguraian, rasio otot/tulang dan rasio otot/lemak, dinyatakan dengan rataan, simpangan baku (standard deviation) dan koefisien keragaman (coefisien of variation). Prosedur pengambilan data sekunder Data diperoleh dari penyortiran semua data yang ada. Data awal terdiri atas 29 ekor kambing kacang dan 12 ekor kambing PE. Berdasarkan pertimbangan kelengkapan data, maka didapat data sekunder sebanyak 26 ekor kambing kacang dan 10 ekor kambing PE. Data-data tersebut kemudian dimasukkan dalam file excel untuk dilakukan analisis. Khusus untuk peubah distribusi otot, hanya 16 ekor kambing kacang dan 8 ekor kambing PE yang digunakan. Rancangan Model analisis yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan bangsa kambing, yaitu kambing kacang dan kambing PE. Ulangan untuk perlakuan masing-masing secara berurutan adalah 26 dan 10 ekor kambing. Model matematika menurut Gaspersz (1994) adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + β(xij - x ) + εij Keterangan : Y = Komposisi karkas dan distribusi otot kambing berdasarkan perbedaan bangsa ke-i dan ij ulangan ke-j μ = Nilai rata-rata Komposisi karkas dan distribusi otot kambing τ i = Pengaruh aditif dari bangsa ke-i β = Koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan Y ij pada X ij X ij = Pengukuran kovariat yang dihasilkan bangsa ke-i pada ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij = Nilai rata-rata covariable yang diukur x Ε ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan bangsa kambing ke-i pada ulangan ke-j Analisis data Data bobot potong dianalisis ragam (ANOVA). Komposisi karkas dan distribusi otot karkas dianalisis menggunakan sidik peragam (ANCOVA) dengan bobot potong dijadikan covariable komposisi karkas yang terdiri atas bobot karkas, bobot setengah karkas dan persentase karkas. Bobot setengah karkas (bobot karkas kiri) dijadikan covariable untuk data komposisi karkas untuk data otot, tulang, lemak, jaringan ikat, recovery, lemak bawah kulit, lemak antar otot, lemak ginjal, lemak pelvis, rasio otot/tulang, rasio otot/lemak, persentase otot, persentase tulang, persentase lemak, persentase jaringan ikat, susut karena 3

14 4 peenguraian, persentase lemak bawah kulit, persentase lemak antar otot, persentase lemak ginjal dan persentase lemak pelvis. Bobot setengah karkas (bobot karkas kanan) juga dijadikan covariable untuk data bobot dan persentase distribusi otot. Peubah yang Diamati 1. Bobot Potong, Bobot potong adalah bobot tubuh ternak yang ditimbang sebelum pemotongan dan dipuasakan 12 jam; 2. Bobot dan Persentase Karkas, Bobot karkas adalah bobot tubuh ternak setelah dipotong dikurangi bobot darah, kepala, keempat kaki, kulit, isi rongga perut, isi rongga dada dan ekor (gram). Persentase karkas adalah hasil dari perhitungan bobot karkas dibagi bobot potong kemudian dikali seratus persen (%); 3. Bobot dan Persentase Jaringan Karkas, Persentase bagian otot, tulang, lemak dan jaringan ikat dihitung berdasarkan bobot karkas. Sedangkan persentase lemak dihitung berdasarkan bobot lemak total; 4. Bobot dan Persentase Distribusi Otot Karkas, Distribusi otot adalah pengelompokan otot ke dalam 9 kelompok otot baku (Gambar 1). Persentase distribusi otot adalah hasil perhitungan individu otot dibagi otot setengah karkas kemudian dikali seratus persen (%). Gambar 1 Sembilan kelompok otot baku (standard muscle group) pada domba (Lohse et al. 1971; Butterfield 1988). 1. Kelompok Otot 1 = Otot proksimal paha, 2. Kelompok Otot 2 = Otot distal paha, 3. Kelompok Otot 3 = Otot sekitar tulang belakang, 4. Kelompok Otot 4 = Otot dinding abdomen, 5. Kelompok Otot 5 = Otot proksimal kaki depan, 6. Kelompok Otot 6 = Otot distal kaki depan, 7. Kelompok Otot 7 = Otot penghubung kaki depan dengan dada, 8. Kelompok Otot 8 = Otot penghubung kaki depan dengan leher, 9. Kelompok Otot 9 = Otot leher dan dada lainnya

15 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Karkas Komposisi karkas terdapat pada Tabel 1. Karkas sebelah kiri diuraikan menjadi otot, lemak, tulang dan jaringan pengikat. Perkembangan otot, lemak dan tulang yang berbeda-beda menyebabkan berubahnya proporsi dan komposisi tubuh ternak dan karkas. Karkas adalah bagian tubuh ternak setelah dipisahkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah, kulit, paru-paru, tenggorokan, saluran pencernaan, saluran urine, jantung, limpa, hati dan jaringan-jaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut (Lawrie 1995). Bobot potong adalah bobot tubuh ternak sebelum dipotong. Kambing kacang dipotong dengan bobot rataan kg sangat nyata lebih tinggi dibanding kambing PE dipotong dengan bobot rataan kg (P<0.01). Bobot karkas kambing kacang sebesar 6.78 kg sangat nyata lebih tinggi dibanding kambing PE sebesar 5.87 kg (P<0.01). Bobot karkas dipengaruhi oleh bobot potong. Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas (Soeparno 2005). Persentase karkas merupakan perbandingan bobot karkas dan bobot potong. Persentase karkas berdasarkan bobot potong pada kambing kacang 41.02% nyata lebih tinggi dari kambing PE sebesar 34.31% (P<0.01). Nilai persentase karkas kambing PE pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan hasil dari Devendra dan McLeroy (1990) yaitu diantara 40%-50% untuk kambing di daerah tropis. Mourad et al. (2001), Harris et al. (2004), dan Dadi et al. (2005), menyatakan bahwa bobot karkas dipengaruhi oleh umur, bangsa, pakan, dan kondisi ternak itu sendiri. Menurut Soeparno (1994), bangsa ternak yang mempunyai bobot potong besar akan menghasilkan bobot karkas yang besar juga. Hasil analisis peragam terhadap bobot dan persentase otot karkas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0.05) antara kambing kacang dan kambing PE. Otot karkas merupakan komponen utama penyusun daging dan mempunyai struktur serta mempunyai fungsi sebagai penggerak. Bobot otot kambing kacang dan kambing PE pada penelitian ini sebesar 2.14 kg dan 2.10 kg. Persentase otot kambing kacang 65.10% dan kambing PE 63.25%. Tulang adalah jaringan pembentuk kerangka tubuh, yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ternak. Sebagai hasil dari pertumbuhan dan perkembangan tubuh, maka dibedakan antara umur kronologis dan umur fisiologis atau umur biologis. Umur kronologis dinyatakan dengan waktu, seperti minggu, bulan atau tahun, sedangkan umur fisiologis ditentukan oleh derajat perkembangan tubuhnya (Herman 1981). Hasil analisis peragam bobot tulang karkas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0.05) antara kambing kacang dan kambing PE, sedangkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap persentase tulang. Persentase tulang berdasarkan bobot setengah karkas pada penelitian ini yaitu kambing kacang 20.40% dan kambing PE 22.35%.

16 6 Tabel 1 Komposisi karkas kambing kacang dan kambing PE pada bobot sedang Uraian Kacang (n=26) PE (n=10) Rataan ± SD Rataan ± SD (kg) Bobot potong * ± 2.23A ± 0.92B Bobot karkas ** 6.78 ± 0.11A 5.87 ± 0.20B Bobot setengah karkas ** 3.38 ± 0.05A 2.98 ± 0.09B Otot *** 2.14 ± ± 0.05 Tulang *** 0.66 ± ± 0.02 Lemak *** 0.30 ± ± 0.04 Jaringan ikat *** 0.09 ± 0.003B 0.12 ± 0.006A Bobot Recovery *** 3.19 ± ± 0.03 Lemak Lemak bawah kulit *** 0.08 ± ± 0.01 Lemak antar otot *** 0.15 ± ± 0.01 Lemak ginjal *** 0.05 ± ± 0.01 Lemak pelvis *** 0.01 ± ± Rasio otot/ tulang *** 3.22 ± ± 0.11 Rasio otot/lemak *** 7.54 ± 0.45B ± 0.84A (%) Bobot karkas ** ± 0.66A ± 1.17B Otot *** ± ± 1.45 Tulang *** ± 0.31b ± 0.58a Lemak *** 9.24 ± ± 0.96 Jaringan ikat *** 2.72 ± 0.11B 4.21 ± 0.20A Susut karena penguraian *** 3.41 ± ± 0.87 Lemak Lemak bawah kulit *** ± ± 3.17 Lemak antar otot *** ± ± 3.46 Lemak ginjal *** ± 1.19A 9.92 ± 2.24B Lemak pelvis *** 4.35 ± ± 0.72 Keterangan: (*) Angka-angka pada baris yang sama diolah berdasarkan Anova (**) Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot potong kambing pada kg. (***) Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot setengah karkas pada 3.27 kg. Tulang kambing PE mempunyai persentase yang lebih tinggi yang dapat disebabkan oleh perbedaan tipe ternaknya. Kambing PE merupakan tipe perah dan kerangka besar sehingga tulangnya lebih dominan. Pada kambing, bagian tubuh yang mempunyai koefisien pertumbuhan paling tinggi adalah daerah toraks, karena perlemakan paling tinggi terdapat didaerah ini disertai otot dada dan leher yang tinggi persentasenya. Bobot dan persentase lemak karkas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0.05) antara kambing kacang dan kambing PE. Persentase lemak kambing kacang 9.24% dan kambing PE 7.15%. Kadar lemak karkas kambing jauh lebih rendah dibandingkan kadar lemak karkas domba.

17 Sebagai akibat perbedaan dalam perlemakan, maka bobot karkas yang sama, karkas domba tampak lebih pendek dan lebih berisi, sedangkan karkas kambing lebih panjang dan lebih kurus. Bobot dan persentase jaringan ikat karkas menunjukkan bahwa kambing PE sangat nyata lebih tinggi sebesar 4.21% dibanding dengan kambing kacang sebesar 2.72% (P<0.01). Berdasarkan Stankov et al. (2002) menyatakan bahwa jaringan ikat dapat berbeda antar bangsa kambing. Komponen lemak bawah kulit, lemak antar otot dan lemak pelvis pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) baik bobot maupun persentasenya. Namun kambing kacang nyata lebih tinggi persentase lemak ginjalnya dibandingkan kambing PE. Lemak ginjal adalah lemak yang paling awal dideposisi (masak dini) dalam karkas ternak (Wariss 2000). Persentase lemak ginjal berdasarkan bobot setengah karkas pada penelitian ini yaitu kambing kacang 17.70% dan kambing PE 9.92%. Meningkatnya bobot tubuh, persentase karkas meningkat, persentase otot dan lemak meningkat dan persentase tulang berkurang. Berdasarkan pertumbuhan maksimumnya, jaringan tubuh mempunyai urutan tumbuh berdasarkan umurnya adalah 1) jaringan syaraf, 2) tulang, 3) otot dan 4) lemak. Lemak menumpuk diberbagai depot dengan kecepatan yang berbeda dengan umurnya mempunyai urutan 1) lemak interium, 2) lemak ginjal, 3) lemak antar otot (intermusular fat) dan 4) lemak bawah kulit (subcutaneous fat). Dengan meningkatnya bobot lemak, maka persentase lemak subkutan dan intermuskuler berkurang, persentase lemak ginjal dan pelvis bertambah (Herman 1981). 7 Bobot Distribusi Otot Berdasarkan komposisi karkasnya, maka dengan meningkatnya bobot tubuh, persentase karkas bertambah, disertai dengan berkurangnya persentase tulang, bertambahnya persentase otot dan lemak. Otot karkas adalah jumlah semua individu otot yang diperoleh dari penguraian secara anatomis. Otot termasuk komponen tubuh yang lebih dahulu berkembang dibandingkan dengan lemak, tetapi bila dibandingkan dengan tulang maka tulang lebih dahulu berkembang. Adanya kecepatan pertumbuhan yang berbeda ini menyebabkan berubahnya proporsi dan komposisi tubuh ternak (Berg dan Butterfield 1976). Kambing kacang mempunyai tubuh dan kaki yang lebih pendek, sedangkan kambing PE mempunyai tubuh dan kaki yang lebih panjang. Hasil analisis peragam terdapat pada Tabel 2, bobot distribusi otot pada kambing kacang dan kambing PE menunjukan bahwa kelompok otot utama (1+3+5) kambing kacang sebesar g nyata lebih tinggi dibanding kambing PE g (P<0.05). Hal tersebut dapat disebabkan oleh bentuk tubuh yang kecil pada bobot yang sama kambing kacang lebih tua umurnya dibandingkan kambing PE.

18 8 Tabel 2 Distribusi otot kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot sedang (g) Otot Kacang (n=16) PE (n=8) Rataan ± SD KK Rataan ± SD KK (g) Kelompok 1. Otot proksimal paha M. vastus intermedius ± ± M. gamellus 2.23 ± ± M. gluteus profundus ± ± M. quadratus femoris 2.50 ± ± M. saccrococcygeus 2.30 ± ± M. sartorius 3.72 ± ± M. pectineus ± ± M. rectus femoris ± ± Mm. Obturator externus et internus ± ± M. vastus medialis ± ± M. gluteus accessories ± 0.49a ± 0.75b 0.08 M. gracilis ± 0.67a ± 1.02b 0.06 M. vastus lateralis ± 1.00A ± 1.52B 0.05 M. semitendinosus ± ± M. adductor femoris ± ± M. biceps femoris ± ± M. tensor fasciae latae ± 0.82A ± 1.25B 0.08 M. semimembranosuss ± 2.31A ± 3.53B 0.07 M. gluteus medius ± 1.82A ± 2.78B 0.07 Jumlah ± 12.40A ± 18.92B 0.05 Kelompok 2. Otot distal paha M. popliteus 7.28 ± ± M. extensor digitorum lateralis 4.20 ± ± M. tibialis anterior 3.50 ± ± Mm. Extensor group ± ± M. gastrocnemius ± ± M. peroneus longus 3.11 ± ± M. flexor digitorum superficialis ± ± M. flexor digitorum longus 1.97 ± ± M. flexor hallucis longus ± ± M. tibialis posterior 2.01 ± ± Jumlah ± ± Kelompok 3. Otot sekitar tulang belakang M. longissimus cervicis ± ± M. spinalis dorsi ± ± M. psoas minor 7.16 ± ± M. multifidus dorsi ± ± M. iliacus ± ± M. quadratus lumborum 8.21 ± ±

19 Otot Kacang (n=16) PE (n=8) Rataan ± SD KK Rataan ± SD KK M. psoas major ± ± M. longissimus dorsi ± 6.69a ± 10.21b 0.09 Jumlah ± ± Kelompok 4. Otot dinding abdomen M. serratus dorsalis caudalis 6.74 ± ± M. cutaneus trunci ± ± M. obliquus externus abdominis ± 1.90a ± 2.90b 0.07 M. rectus abdominis ± ± M. transversus abdominis ± ± M. obliquus internus abdominis ± 1.34a ± 2.04b 0.07 Jumlah ± ± Kelompok 5. Otot proksimal kaki depan M. teres minor 4.49 ± ± M. brachialis ± ± M. triceps brachii caput mediale 6.64 ± ± M. biceps brachii ± ± M. subscapularis ± ± M. deltoideus ± ± M. coracobrachialis ± ± M. triceps brachii caput longum ± ± M. tensor fasciae antibrachii 4.83 ± ± M. infraspiratus ± ± M. supraspinatus ± ± M. triceps brachii caput laterale ± 0.74A ± 1.13B 0.05 M. teres major ± 0.79a ± 1.21b 0.14 Jumlah ± ± Kelompok 6. Otot distal kaki depan M. flexor carpi radialis 3.03 ± ± M. extensor carpi obliquus 2.08 ± ± M. extensor digiti tertii proprius 3.61 ± ± M. extensor digiti quarti proprius 3.23 ± ± M. extensor carpi radialis ± ± M. anconeus 4.58 ± ± M. extensor digitorum communis 2.41 ± ± M. extensor carpi ulnaris ± 0.39a ± 0.60b 0.06 M. flexor carpi ulnaris 5.48 ± ± M. flexor digitorum sublimis 7.31 ± ± M. flexor digitorum profundus ± ± Jumlah ± ±

20 10 Otot Kacang (n=16) PE (n=8) Rataan ± SD KK Rataan ± SD KK Kelompok 7. Otot penghubung kaki depan dengan leher M. trapezius cervicalis 9.46 ± ± M. omotransversarius ± ± M. brachiocephalicus ± ± Jumlah ± ± Kelompok 8. Otot penghubung kaki depan dengan dada M. trapezius thoracis ± 0.64a ± 0.98b 0.12 M. pectoralis superficialis ± ± M. latissimus dorsi ± ± M. rhomboideus ± ± M. pectoralis profundus ± 2.76a ± 4.21b 0.10 Jumlah ± ± Kelompok 9. Otot leher dan dada lainnya M. multifidus cervicis ± ± M. splenius ± 1.39a ± 2.12b 0.16 M. intercostalis ± ± M. rectus capitis dorsalis major 8.51 ± ± M. intertransversarius longus ± 0.64a ± 0.97b 0.10 M. longissimus capitis et atlantis ± ± M. obliquus capitis caudalis ± ± M. transversarius costarum ± ± M. diaphragma ± ± M. complexus ± ± M. transverses thoracis 6.90 ± ± M. rectus capitis ventralis major 8.11 ± ± M. serratus dorsalis cranialis 1.25 ± ± M. stenocephalicus ± ± M. scalenus ventralis ± ± M. longus colli ± ± M. intertransversarius colli ± ± M. scalenus dorsalis 5.70 ± 0.32a ± 0.50b 0.12 M. retractor costae 4.94 ± ± Jumlah ± 11.88a ± 18.14b 0.06 Kelompok otot utama (1+3+5) ± 33.99a ± 51.87b Otot setengah karkas ± 57.89a ± 88.35b Keterangan: * Angka-angka paada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01), data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot setengah karkas kambing pada g. SD = standar deviasi, KK = koefisien keragaman.

21 Hasil analisis peragam dengan menggunakan bobot karkas kanan sebagai covariable menunjukkan bahwa bobot kelompok otot 1 kambing kacang sebesar g sangat nyata lebih tinggi dibanding kambing PE sebesar g (P<0.01). Hasil analisis berikutnya menunjukkan bobot M. semimembranosus kambing kacang sebesar g sangat nyata lebih tinggi dibanding kambing PE g (P<0.01). M. semimembranosus memiliki bobot rata-rata yang paling besar dibandingkan otot yang lain pada kelompok 1. Hasil analisis berikutnya menunjukkan bobot M. longissimus dorsi kambing kacang sebesar g nyata lebih tinggi dibanding kambing PE sebesar g (P<0.05). Otot longissimus dorsi memiliki bobot yang paling tinggi dibandingkan otot lainnya. M. longissimus dorsi merupakan otot dalam proporsi tertinggi dan memberikan sumbangan yang penting bagi ternak pedaging. Kambing PE merupakan ternak tipe perah sehingga otot longissimus dorsi kurang berkembang dibanding kambing kacang yang tipe pedaging. Secara umum kelompok otot 1 lebih besar dibandingkan kelompok otot yang lain karena terdapat otot paha yang paling besar. 11 Persentase Distribusi Otot Kelompok 1, 3 dan 5 adalah kelompok otot utama yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi (expensive muscle group). Hasil analisis peragam tidak menunjukkan berbeda nyata (P>0.05) pada persentase kelompok otot utama pada kambing kacang dan kambing PE. Kambing kacang memiliki rataan persentase 52.15% dan kambing PE 51.47%. Rataan persentase distribusi otot kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot potong kg terdapat pada Tabel 3. Distribusi otot karkas kelompok otot utama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). Namun secara umum, kelompok otot 1 merupakan bagian yang paling tinggi dengan kisaran rataan 24.74% pada kambing kacang dan 23.71% pada kambing PE dari total otot karkas. Kelompok 1 adalah otot yang terdapat di bagian proksimal kaki belakang (daerah paha), daerah kaki belakang dikenal memiliki indeks perdagingan yang lebih tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan persentase daging pada daerah ini lebih tinggi dibanding kelompok otot lainnya. Fungsi kelompok otot proksimal paha sebagai penggerak juga sebagai tenaga pendorong tubuh yang lebih besar. Kelompok otot utama pada kambing kacang dan kambing PE menunjukkan persentase yang relatif sama kecuali persentase kelompok otot 2 yaitu kambing PE lebih besar dibanding kambing kacang. Sumbangan kelompok otot utama pada otot karkas kambing, tidak terdapat perbedaan besar (Herman 2003a). Sebagai pembanding, kelompok utama kambing PE sebesar 50.76% pada bobot hidup 16.9 kg (Herman 2003a) dan pada kambing kacang jantan muda sekitar 49.42% untuk bobot hidup kg (Herman 2003b). Pada domba priangan lebih tinggi dibandingkan dengan kambing kacang dan kambing PE yaitu sebesar 51.80% (Herman 2004). Persentase kelompok otot utama pada penelitian terdahulu tidak terdapat perbedaan yang besar.

22 12 Tabel 3 Persentase distribusi otot kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot sedang (%) Otot Kacang (n=16) PE (n=8) Rataan ± SD KK Rataan ± SD KK (%) Kelompok 1. Otot proksimal paha M. vastus intermedius 0.86 ± 0.03B ± 0.05A 0.04 M. gamellus 0.11 ± ± M. gluteus profundus 0.60 ± ± M. quadratus femoris 0.12 ± ± M. saccrococcygeus 0.12 ± ± M. sartorius 0.18 ± ± M. pectineus 0.70 ± ± M. rectus femoris 2.48 ± ± Mm. Obturator externus et internus 0.78 ± ± M. vastus medialis 0.65 ± ± M. gluteus accessories 0.58 ± ± M. gracilis 0.95 ± ± M. vastus lateralis 1.91 ± ± M. semitendinosus 1.48 ± ± M. adductor femoris 1.92 ± ± M. biceps femoris 4.24 ± ± M. tensor fasciae latae 1.04 ± 0.03A ± 0.04B 0.05 M. semimembranosuss 3.25 ± 0.10a ± 0.15b 0.05 M. gluteus medius 2.74 ± 0.06A ± 0.09B 0.04 Jumlah ± ± Kelompok 2. Otot distal paha M. popliteus 0.36 ± 0.12B ± 0.02A 0.04 M. extensor digitorum lateralis 0.21 ± 0.01b ± 0.02a 0.08 M. tibialis anterior 0.21 ± ± Mm. Extensor group 0.62 ± ± M. gastrocnemius 1.77 ± 0.04b ± 0.06a 0.03 M. peroneus longus 0.15 ± ± M. flexor digitorum superficialis 0.62 ± ± M. flexor digitorum longus 0.10 ± 0.01b ± 0.01a 0.08 M. flexor hallucis longus 0.64 ± ± M. tibialis posterior 0.10 ± ± Jumlah 4.75 ± 0.09B ± 0.14A 0.03 Kelompok 3. Otot sekitar tulang belakang M. longissimus cervicis 0.66 ± ± M. spinalis dorsi 1.50 ± ± M. psoas minor 0.36 ± ± M. multifidus dorsi 1.67 ± ± M. iliacus 0.80 ± 0.03b ± 0.05a 0.05 M. quadratus lumborum 0.41 ± ±

23 Otot Kacang (n=16) PE (n=8) Rataan ± SD KK Rataan ± SD KK M. psoas major 1.26 ± ± M. longissimus dorsi 7.30 ± 0.26a ± 0.40b 0.07 Jumlah ± ± Kelompok 4. Otot dinding abdomen M. serratus dorsalis caudalis 0.34 ± ± M. cutaneus trunci 2.76 ± ± M. obliquus externus abdominis 2.46 ± ± M. rectus abdominis 2.50 ± ± M. transversus abdominis 2.26 ± ± M. obliquus internus abdominis 1.69 ± ± Jumlah ± ± Kelompok 5. Otot proksimal kaki depan M. teres minor 0.23 ± ± M. brachialis 0.61 ± ± M. triceps brachii caput mediale 0.36 ± ± M. biceps brachii 0.65 ± ± M. subscapularis 1.32 ± ± M. deltoideus 0.52 ± ± M. coracobrachialis 0.60 ± ± M. triceps brachii caput longum 2.65 ± ± M. tensor fasciae antibrachii 0.24 ± ± M. infraspiratus 1.99 ± ± M. supraspinatus 2.42 ± ± M. triceps brachii caput laterale 1.23 ± ± M. teres major 0.63 ± ± Jumlah ± ± Kelompok 6. Otot distal kaki depan M. flexor carpi radialis 0.15 ± 0.01b ± 0.01a 0.05 M. extensor carpi obliquus 0.08 ± ± M. extensor digiti tertii proprius 0.18 ± 0.01b ± 0.01a 0.05 M. extensor digiti quarti proprius 0.26 ± 0.02A ± 0.04B 0.57 M. extensor carpi radialis 0.92 ± ± M. anconeus 0.23 ± 0.01b ± 0.02a 0.07 M. extensor digitorum communis 0.12 ± 0.01b ± 0.01a 0.06 M. extensor carpi ulnaris 0.57 ± ± M. flexor carpi ulnaris 0.27 ± ± M. flexor digitorum sublimis 0.36 ± ± M. flexor digitorum profundus 0.77 ± ± Jumlah 3.82 ± ±

24 14 Otot Kacang (n=16) PE (n=8) Rataan ± SD KK Rataan ± SD KK Kelompok 7. Otot penghubung kaki depan dengan leher M. trapezius cervicalis 0.47 ± ± M. omotransversarius 0.62 ± ± M. brachiocephalicus 2.10 ± ± Jumlah 3.20 ± ± Kelompok 8. Otot penghubung kaki depan dengan dada M. trapezius thoracis 0.56 ± ± M. pectoralis superficialis 1.52 ± ± M. latissimus dorsi 1.57 ± ± M. rhomboideus 0.80 ± ± M. pectoralis profundus 2.77 ± ± Jumlah 7.22 ± ± Kelompok 9. Otot leher dan dada lainnya M. multifidus cervicis 0.92 ± ± M. splenius 0.94 ± 0.06a ± 0.09b 0.14 M. intercostalis 3.49 ± ± M. rectus capitis dorsalis major 0.43 ± ± M. intertransversarius longus 0.63 ± ± M. longissimus capitis et atlantis 1.01 ± ± M. obliquus capitis caudalis 0.82 ± ± M. transversarius costarum 0.58 ± ± M. diaphragma 1.13 ± ± M. complexus 1.71 ± ± M. transverses thoracis 0.34 ± 0.02B ± 0.03A 0.06 M. rectus capitis ventralis major 0.40 ± ± M. serratus dorsalis cranialis 0.06 ± ± M. stenocephalicus 1.05 ± ± M. scalenus ventralis 0.76 ± ± M. longus colli 1.27 ± ± M. intertransversarius colli 0.69 ± 0.03B ± 0.04A 0.05 M. scalenus dorsalis 0.28 ± ± M. retractor costae 0.24 ± ± Jumlah ± ± Kelompok otot utama (1+3+5) ± ± 0.85 Otot setengah karkas Keterangan: * Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01), data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot setengah karkas kambing pada g. SD = standar deviasi, KK = koefisien keragaman.

25 15 SIMPULAN Simpulan Pada bobot potong sedang, yaitu yang disamakan pada kg, kambing kacang mempunyai persentase karkas dan lemak ginjal yang lebih tinggi dibanding kambing PE (41.02 ± 0.66 vs ± 1.17 dan ± 1.19 vs 9.92 ± 2.24). Bobot kelompok 1 (proksimal paha) pada kambing kacang lebih berat dibanding kambing PE. Persentase semua kelompok otot antar bangsa kambing mempunyai proporsi yang relatif sama kecuali kelompok 2 yaitu persentase otot distal paha kambing PE lebih besar dibanding kambing kacang yang dipotong pada bobot kg. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Inovasi ternak dan kultur jaringan menambah pendapatan petani [19 Desember 2013]. Tersedia dari Oktober-201.pdf. Butterfield RM Estimation of carcase compotion. The anatomical approach. Symposium on Carcase Composition and Appraisal of Meat animals. P. 4-1 to p Butterfield RM, May NDS Muscles of the Ox. Autralia (AUS): Niversity of Queensland Pr. Berg RT, Butterfield RM New Concepts of Cattle Growth. Sydney (AUS): Sydney University Pr. Butterfield RM The New Concepts of Sheep Growth. Sydney (AUS): The Department of Veterinary Anatomy, University of Sydney. Dadi H, Woldu T, Lema T Comparison of carcass characterics of Borana and Arsi-Bale Goat under different duration of feedlot management. LRRD 17(12) [4 Desember 2013]. Tersedia dari lrrd/lrrd17/12/dadi17137.htm. Devendra C, Mcleroy GB Goat and Sheep Production in the Tropics. Singapura (SG): Longman Devendra C, Burns M Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: IDK Harya Putra. Bandung (ID): Penerbit ITB. [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Statistik Peternakan. Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta (ID): Ditjennak. Gaspersz V Metode Perancangan Percobaan. Bandung (ID): CV ARMICO. Harris I Pengaruh sengorganik dalam bahan pakan terhadap konsumsi bahan kering dan penampilan karkas kambing kacang. J. Trop. Anim. Agric. 29(3): Herman R Tumbuh-Kembang Ternak. Bogor (ID): IPB Pr.

26 16 Herman R Perbandingan pertumbuhan, komposisi tubuh dan karkas antara domba priangan dan ekor gemuk [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Herman R. 2003a. Komposisi dan distribusi otot karkas kambing peranakan etawah. Media Kedokteran Hewan 19(1): Herman R. 2003b. Komposisi dan distribusi otot karkas kambing kacang jantan. Jurnal Peternakan dan Lingkungan 9(1): Herman R Komposisi dan distribusi otot karkas domba priangan jantan dewasa. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 29(2): Lawrie RA Ilmu Daging. Ed ke-5. Terjemahan: Parakasi A. Jakarta (ID): UI Pr. Lohse CL, Moss FP, Butterfield RM Growth patterns of muscles of merino sheep from birth to 517 Days. Anim. Prod. 23: Mourad M, G Gbanamou, and IB Balde Carcass characteristics of West African dwarf goat under extensive system. Small Ruminant Reaseacrh 42: Soeparno Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Soeparno Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Stankov IVK, Todorov NA, Mitev JE, Miteva TCH M Study on Some Qualitative Features of Meat From Young Goat of Bulgarian Breeds and Crossbreeds of Goats Slaughtered at Various Ages. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol 15, No. 2: Warris PD Meat Science. An Introductory Text. Oxon (UK): CABI Publishing. Widagdo D Untung Ganda Ternak Peranakan Etawah. Cetakan pertama. Klaten (ID): Penerbit dan Percetakan Sahabat. LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil uji analisis ragam bobot potong 1 Hasil uji analisis ragam bobot potong Bangsa Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01)

27 Lampiran 2 Hasil uji analisis peragam komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong 1 Hasil uji analisis peragam bobot karkas Bangsa Bobot potong <.0001 Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) 2 Hasil uji analisis peragam bobot setengah karkas Bangsa Bobot potong <.0001 Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) Lampiran 3 Hasil uji analisis peragam komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan bobot setengah karkas 1 Hasil uji analisis peragam bobot otot Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot tulang Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot lemak Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total

28 18 4 Hasil uji analisis peragam bobot jaringan pengikat Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) 5 Hasil uji analisis peragam bobot recovery Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot lemak bawah kulit Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot lemak antar otot Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot lemak ginjal Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot lemak pelvis Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total

29 10 Hasil uji analisis peragam rasio otot/tulang Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam rasio otot/lemak Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) Lampiran 4 Hasil uji analisis peragam persentase komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong 1 Hasil uji analisis peragam persentase karkas Bangsa <.0001 Bobot potong Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) Lampiran 5 Hasil uji analisis peragam persentase komposisi karkas dengan data dikoreksi berdasarkan rataan bobot setengah karkas 1 Hasil uji analisis peragam persentase otot Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam persentase tulang Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Keterangan: *) Berbeda Nyata (P<0.05) 19

30 20 3 Hasil uji analisis peragam persentase lemak Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam persentase jaringan pengikat Bangsa <.0001 Bobot setengah karkas Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) 5 Hasil uji analisis peragam susut karena penguraian Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam persentase lemak bawah kulit Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam persentase lemak antar otot Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam persentase lemak ginjal Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01)

31 9 Hasil uji analisis peragam persentase lemak pelvis Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Lampiran 6 Hasil uji analisis peragam kelompok otot 1 sampai dengan 9 dengan data dikoreksi berdasarkan bobot setengah karkas 1 Hasil uji analisis peragam bobot kelompok 1 Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Keterangan: *) Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) 2 Hasil uji analisis peragam bobot kelompok 2 Bangsa Bobot setengah karkas <.0001 Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot kelompok 3 Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot kelompok 4 Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total Hasil uji analisis peragam bobot kelompok 5 Bangsa Bobot setengah karkas Galat Total

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH PADA BOBOT LEPAS SAPIH ANNISA AULIA

PERBANDINGAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH PADA BOBOT LEPAS SAPIH ANNISA AULIA PERBANDINGAN DISTRIBUSI OTOT KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH PADA BOBOT LEPAS SAPIH ANNISA AULIA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KARKAS DOMBA PRIANGAN JANTAN DEWASA (Carcass Composition and Muscle Distribution of Mature Priangan Rams)

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KARKAS DOMBA PRIANGAN JANTAN DEWASA (Carcass Composition and Muscle Distribution of Mature Priangan Rams) KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI OTOT KARKAS DOMBA PRIANGAN JANTAN DEWASA (Carcass Composition and Muscle Distribution of Mature Priangan Rams) R. Herman Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Lebih terperinci

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP)

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) MEDIA PETERNAKAN 1983, 8 (4) : 10-21 DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) OLeh Rachmat ~ermah Laboratorium Ilmu Produksi Terliak Daging dan Kerja

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP)

DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) MEDIA PETERNAKAN 1983, 8 (4) : 10-21 DISTRIBUSI URAT DAGiNG PADA DOMBA k3iangan ~CUSCLE WEIGHT DI STRi3JTlON 164 PRIANGAN SHEEP) OLeh Rachmat ~ermah Laboratorium Ilmu Produksi Terliak Daging dan Kerja

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN

KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 175 182 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAN SISTEM INTEGUMEN. Pengajar: Dr. Katrin Roosita, MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB

ANATOMI OTOT DAN SISTEM INTEGUMEN. Pengajar: Dr. Katrin Roosita, MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB ANATOMI OTOT DAN SISTEM INTEGUMEN Pengajar: Dr. Katrin Roosita, MSi. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FEMA, IPB KOMPARASI SEL OTOT: OTOT RANGKA, OTOT JANTUNG DAN OTOT POLOS Keterangan Otot Rangka (Skeletal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

Gambar 1. Domba Penelitian.

Gambar 1. Domba Penelitian. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B) dan Laboratorium Ternak Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1) ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1) ABSTRACT This study aims to analyze the growth patterns

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO

KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO i KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI. PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : YOGA GANANG HUTAMA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EDIBLE PORTION DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK DI JASA PELAYANAN AKIKAH ADHE WAHYU SEPTIAN

EDIBLE PORTION DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK DI JASA PELAYANAN AKIKAH ADHE WAHYU SEPTIAN EDIBLE PORTION DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK DI JASA PELAYANAN AKIKAH ADHE WAHYU SEPTIAN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuh-Kembang Karkas dan Komponennya Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien pertumbuhan relatif (b) terhadap bobot tubuh kosong yang nyata lebih tinggi (1,1782)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS BETINA DENGAN BOBOT POTONG YANG BERBEDA DI TPH MALEBER BOGOR AGUNG JULIYANTO

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS BETINA DENGAN BOBOT POTONG YANG BERBEDA DI TPH MALEBER BOGOR AGUNG JULIYANTO KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS BETINA DENGAN BOBOT POTONG YANG BERBEDA DI TPH MALEBER BOGOR AGUNG JULIYANTO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (1): 24-34 ISSN: 0852-3581 E-ISSN: 9772443D76DD3 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur

Lebih terperinci

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, KOMPOSlSl TUBUH DAN KARKAS ANTARA DOMBA PRIANGAN DAN EKOR GEMUK %

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, KOMPOSlSl TUBUH DAN KARKAS ANTARA DOMBA PRIANGAN DAN EKOR GEMUK % PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, KOMPOSlSl TUBUH DAN KARKAS ANTARA DOMBA PRIANGAN DAN EKOR GEMUK % t Oleh RACHMAT HERMAN PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1993 ABSTRACT BREED COMPARISON OF GROWTH,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Agung Gilang Pratama*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kambing memiliki kelebihan dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya yaitu kemampuan produksi baik dengan daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan ataupun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) (The Ratio of Meat Indek of Indonesian Cattle (Bali, Madura, PO) with Australian

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) R.

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda (Growth and Carcass Physical Components of Thin Tail Rams Fed on Different Levels of Rice Bran)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Carcass Characteristic and its Components of Male and Female

Lebih terperinci

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius Nuraini dan Harapin Hafid H. 1 Intisari Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan Persentase Komponen Karkas Komponen karkas terdiri dari daging, tulang, dan lemak. Bobot komponen karkas dapat berubah seiring dengan laju pertumbuhan. Definisi pertumbuhan

Lebih terperinci

PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING

PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING (Profile of Sheep and Goat Carcass) ROSWITA SUNARLIM dan SRI USMIATI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai produksi karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan lepas sapih yang digemukkan dengan imbangan protein dan energi pakan berbeda dilaksanakan mulai bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB, 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul 01.00-06.00 WIB, mulai dari tanggal 29Juli sampai dengan 23 Agustus 2016 di rumah potong hewan (RPH) Kampung Bustaman,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

PENAMPILAN KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS TERNAK RUMINANSIA KECIL

PENAMPILAN KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS TERNAK RUMINANSIA KECIL PENAMPILAN KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS TERNAK RUMINANSIA KECIL (Performance of Small Ruminant Carcass) SRI USMIATI dan H. SETIYANTO Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA (Characteristic of Male Local Sheep Carcass in Feedlot System with Different

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 114 119 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN

Lebih terperinci

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI NURLAELA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NWUAELA. D24101054.

Lebih terperinci

KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA

KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA (Carcass and Muscle Distribution of Male Kacang Goat from Intensive Fattening with Different Initial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya

Lebih terperinci

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD C.M. SRI LESTARI, J.A. PRAWOTO DAN ZACKY GAZALA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Edible portion dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006 Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan dalam Konsentrat terhadap Persentase Bobot Non-karkas dan Income Over Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Juni sampai dengan September 2011. Pengolahan minyak ikan Lemuru ke dalam bentuk Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Ternak babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI KHOERUNNISSA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN KHOERUNNISSA.

Lebih terperinci

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES (Proportion of Carcass and Non Carcass Components of Java Cattle at Private

Lebih terperinci

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23-28 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan DEWA AYU SRIWIJAYANTI, I GEDE PUTU, MAS DJOKO RUDYANTO Lab Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur 14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS KERBAU RAWA DI KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

KARAKTERISTIK KARKAS KERBAU RAWA DI KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN KARAKTERISTIK KARKAS KERBAU RAWA DI KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN (Carcass Characteristics of Swamp Buffalo in Pandeglang District, Banten) HENNY NURAINI, E. ANDREAS dan C. SUMANTRI, Departemen Ilmu Produksi

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL BETINA YANG BERBEDA BANGSA DI TPH MALEBER BOGOR M NICO IRAWAN

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL BETINA YANG BERBEDA BANGSA DI TPH MALEBER BOGOR M NICO IRAWAN KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL BETINA YANG BERBEDA BANGSA DI TPH MALEBER BOGOR M NICO IRAWAN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK PERSENTASE EDIBLE PORTION DOMBA YANG DIBERI AMPAS TAHU KERING DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Edible Portion Percentage of Rams Fed Different Levels of Dried Tofu By-product) D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 123 132 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DAN EDIBLE PORTION PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DIBERI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI Oleh : AHMAD HUSIN HUTABARAT 090306007 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA GARUT BERTELINGA RUMPUNG DAN DAUN HIRIS DI TPH BEBEDAHAN AHMAD MUSLIH HAFIZI

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA GARUT BERTELINGA RUMPUNG DAN DAUN HIRIS DI TPH BEBEDAHAN AHMAD MUSLIH HAFIZI i KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA GARUT BERTELINGA RUMPUNG DAN DAUN HIRIS DI TPH BEBEDAHAN AHMAD MUSLIH HAFIZI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH) KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH) (Carcass Characteristics of Java Cattle: Case Study in Slaughterhouse in Brebes, Central Java) ENDANG PURBOWATI, A. PURNOMOADI, C.M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA J. Agroland 16 (1) : 91 97, Maret 9 ISSN : 854 641X PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA Estimation of Donggala Sheep Body Weight Based on Their Chest Diameter

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING

PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN KOMPOSISI KARKAS KAMBING BAMBANG SETIADI Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Dari tahun ke tahun dilaporkan bahwa populasi kambing di Indonesia hampir

Lebih terperinci

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Proportion of Muscle, Bone and Fat of Carcass of Male Thin Tail Sheep Fed Tofu By-product)

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA (Chemical Meat Composition of Male Kacang Goat Fed Different

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku

sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku '-. ""... / sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN IRISAN KOMERSIAL KARKAS DENGAN KOMPONEN KARKAS

Lebih terperinci

sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku

sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku '-. ""... / sebagai kenangan terhadap almarhum papi tercinta dan persembahan untuk mami. agung, anti, lita, aguk serta ipb almamaterku HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN IRISAN KOMERSIAL KARKAS DENGAN KOMPONEN KARKAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

[) / i 1 / ';('-1 "'~

[) / i 1 / ';('-1 '~ [) / I P el limo"",1 0, P i 1 / ';('-1 "'~ HUBUNGAN ANTARA UKURAN - UKURAN TUBUH DENGAN TOTAL BOBOT YANG DAPAT DIKONSUMSI (EDIBLE) PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH JANTAN BERGIGI SERI TETAP DUA KARYA ILMIAH

Lebih terperinci