BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa di sekitarnya. Ironisnya kasus kekerasan seksual sulit diidentifikasi karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa di sekitarnya. Ironisnya kasus kekerasan seksual sulit diidentifikasi karena"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak rentan menjadi korban kekerasan seksual karena memiliki karakteristik adanya kelemahan secara fisik, mental, dan pengetahuan. Kelemahan inilah yang kemudian memunculkan sisi ketergantungan cukup tinggi terutama pada orang dewasa di sekitarnya. Ironisnya kasus kekerasan seksual sulit diidentifikasi karena kebanyakan justru berstatus sosial sebagai orang baik secara umum, seperti guru, pengasuh, bahkan pihak keluarga dekat korban sendiri atau orang yang tampak dekat dan baik dengan anak. Ketidaktahuan anak tentang perlakuan yang benar terhadap area pribadi tubuhnya dapat berdampak anak tidak tahu menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan seksual pada anak (KSA) dapat didefinisikan sebagai suatu tipe penganiyaan yang melibatkan anak dalam kegiatan seksual untuk memberikan kepuasan seksual atau keuntungan finansial. Bentuk kekerasan seksual dapat berupa kontak fisik antara pelaku dan korban (Kenny et al., 2012). KSA dapat mengakibatkan adanya gejala fisik dan gangguan mental dari korban, seperti putus asa, penyakit psikosomatis, depresi, kecemasan, usaha bunuh diri dan prestasi akademik yang buruk (Çeçen-eroğul et al., 2013). Kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak dapat berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan untuk melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada anak korban kekerasan seksual serta bertanggung jawab dalam kampanye pencegahan kekerasan seksual pada anak 1

2 2 mengingat dampak negatif yang ditimbulkan KSA. Perawat memiliki peranan sebagai perawat pendidik atau agen perubahan dalam rangka pencegahan primer kejadian KSA pada berbagai komunitas dan sasaran. Keterlibatan perawat dapat memudahkan perwujudan perlindungan anak baik secara fisik atau psikis sehingga tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal. Kekerasan seksual pada anak (KSA) dapat terjadi pada semua tahap perkembangan anak, tidak memandang jenis kelamin, ras ataupun status sosial ekonomi tertentu. Menurut pasal 15 butir f UU No 35 Tahun 2014 disebutkan bahwa setiap anak berhak mendapat perlindungan terhadap kejahatan seksual Oleh karena itu menjadi hal yang penting adanya upaya tindakan pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada anak. Upaya pencegahan kekerasan seksual bisa dilakukan dengan permainan, pembelajaran, pertunjukkan boneka, drama atau kelompok diskusi (Müller et al., 2014). Edukasi pencegahan kekerasan seksual dapat diberikan sedini mungkin mulai dari usia prasekolah. Anak usia prasekolah memiliki penyesuaian sejumlah besar informasi dalam waktu singkat kehidupannya. Penanaman informasi yang tepat dapat bermanfaat dalam prinsip dan pandangan hidup anak pada tahap perkembangan selanjutnya (Perry et al., 2014). Para pemerkosa yang diwawancara Van Dam (2001) cit Indriati (2014) mengatakan bahwa anak -anak yang telah mendapat edukasi untuk berteriak tidak atau jangan ketika orang dewasa akan melakukan kejahatan seksual terhadapnya merupakan target yang buruk untuk diperkosa. Hal ini karena anak akan lapor kepada orang tuanya, dan membuat mereka tertangkap.

3 3 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjelaskan se jak Januari hingga Oktober 2014, tercatat 784 kasus kekerasan seksual anak. Itu artinya ratarata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap bulannya, dan 20% anak menjadi korban pornografi. Sedangkan menurut Polri, mencatat ada 697 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi pada separuh tahun 2014 (Setyawan, 2014). Hasil wawancara dengan salah satu penyidik Satuan Reskrim Polres Karanganyar, pada tahun 2013 terdapat 24 anak yang dilaporkan sebagai korban kekerasan seksual dan pada tahun 2014 sebanyak 22 anak. Menurut penyidik angka yang tertera bukan merupakan angka sebenarnya mengingat kasus kekerasan seksual masih menjadi hal yang tabu dan aib keluarga yang perlu ditutupi. Karena alasan damai dan malu, laporan juga tidak diselesaikan sampai persidangan sehingga pelaku tidak mendapat hukuman yang sesuai perundangan. Pendidikan seks berbasis sekolah terbukti mampu menurunkan risiko terjadinya kekerasan seksual pada anak dan tidak mengakibatkan kelainan perilaku seksual pada masa dewasa anak tersebut (Leitenberg et al., 2000). Hal ini sesuai dengan penelitian Çeçen-eroğu tahun 2013 bahwa program psikoedukasi berbasis sekolah untuk pencegahan KSA terbukti efektif dapat memampukan anak dengan pengetahuan, keahlian dan dukungan untuk proteksi diri. Hasil penelitian Sung et al., 2013 menjelaskan bahwa program pendidikan perawatan kesehatan seksual kepada mahasiswa perawat dapat meningkatkan pengetahuan, efikasi dan kenyamanan mahasiswa perawat dalam memberikan perawatan kesehatan seksual pasien. Perawat dapat berperan dalam program pencegahan KSA berbasis sekolah

4 4 dengan merencanakan atau memberikan edukasi kepada guru atau anak yang melibatkan beberapa pihak. Guru memegang peran penting dalam program pencegahan KSA di sekolah. Tetapi tidak semua guru memiliki pemahaman dan kemampuan untuk memberikan pendidikan seks pada anak usia prasekolah. Penelitian Zhang et al., 2015 menjelaskan bahwa guru di China belum memiliki bekal pengetahuan yang kuat dan pelatihan dianggap sebagai sarana signifikan dalam meningkatkan pengetahuan dan peran guru dalam pencegahan KSA. Hasil studi pendahuluan dengan Kanit Bimas Polres Karanganyar mengatakan bahwa KSA membawa dampak yang luar biasa bagi korban. Di Karanganyar sendiri KSA memiliki jumlah yang cukup mengkhawatirkan. Pernah dalam satu minggu terdapat dua kasus kekerasan seksual pada anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terjadi di kecamatan Colomadu dan Gondangrejo. Bukan hanya anak SMP, ada kasus yang melibatkan anak Sekolah Dasar (SD) bahkan Taman Kanak-kanak (TK). Oleh karena itu tindakan preventif pada usia dini sangat diperlukan. Bimas Polres Karanganyar memiliki program preventif terjadinya KSA dengan sasaran berbagai pihak seperti sekolah, himpunan guru, ataupun organisasi kemasyarakatan. Tetapi program tersebut belum menjangkau semua wilayah kabupaten Karanganyar. Hasil wawancara dengan praktisi pemerhati pendidikan anak usia dini didapatkan hasil bahwa pendidikan tentang pencegahan kekerasan seksual penting dilakukan. Media yang digunakan bisa menggunakan audiovisual tetapi tergantung dari fasilitas yang ada di sekolah. Guru harus memberikan

5 5 pendidikan seks manakala orang tua belum berperan secara maksimal baik secara komunikasi dan pengetahuan. Hal ini sependapat dengan salah satu pengawas gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten, bahwa guru akan lebih diperhatikan oleh siswa karena jika orang tua yang memberikan terkadang tidak diperhatikan, dan jika orang asing anak akan takut dan menangis. Tetapi masih saja ada guru yang enggan memberikan pendidikan seks khususnya pencegahan KSA mengingat guru merasa tidak nyaman berdiskusi mengenai seks kepada anak. Guru merasa bingung bagaiman cara menyampaikan topik pendidikan seks kepada anak, padahal anak usia prasekolah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kreatifitas guru dalam menyusun media dan menyampaikan kepada anak memegang peran penting dalam keberhasilan edukasi pada tema pencegahan KSA. Walaupun pencegahan kekerasan seksual tidak ada dalam kurikulum TK tetapi bahasan mengenai pengenalan dan perlindungan diri termasuk dalam kemampuan sosial emosional yang harus dicapai anak. Selama ini belum pernah ada pelatihan di Gugus Wijaya Kusuma kecamatan Jaten Studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu KB/TK gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten didapatkan data bahwa 3 dari 8 anak siswa laki-laki menyebut alat kelamin dengan sebutan burung dan 4 orang menyebut titit serta satu orang diam saja ketika ditanya. Dua orang tua yang ditanya mengatakan tidak apa-apa anak diberikan pendidikan seks tetapi orang tua bingung bagaimana menyampaikannya. Dua dari 10 guru merasa tidak nyaman dengan istilah penis atau vagina. Satu guru mengatakan baru ada 1 guru di sekolahnya yang pernah

6 6 mengikuti seminar mengenai pendidikan seks pada anak. Sepuluh guru yang ditanya peneliti menyatakan penting memberikan pendidikan seks pada anak didik. Satu guru menyatakan hanya memberikan penjelasan mengenai empat hal yang tidak boleh dipegang orang lain yang disampaikan dengan ceramah dan itupun tidak rutin serta tanpa media. Hasil observasi selama 4 hari di salah satu KB gugus Wijaya Kusuma tidak ditemukan adanya ceramah mengenai 4 area dari tubuh anak yang tidak boleh disentuh. Salah satu guru mengatakan belum ada media yang digunakan dan menurut guru tersebut akan baik jika dilakukan edukasi dengan bercerita yang disertai gambar-gambar. Tujuh dari 10 guru mengatakan sedikit ragu menyampaikan materi pencegahan kekerasan seksual pada anak karena bingung cara menjelaskan mengingat anak masih kecil dan adanya anggapan tabu. Hal yang terjadi pada guru KB/TK tersebut adalah kurangnya efikasi (kepercayaan diri) guru sehingga menurunkan motivasi untuk memberikan edukasi pencegahan kekerasan seksual kepada anak didik. Efikasi guru berdampak pada motivasi guru dalam mengajar termasuk pada topik-topik baru, peningkatan pencapaian siswa dalam proses pembelajaran dan kepuasan guru terhadap pekerjaan (Zamri & Razak, 2012). Bandura (1997) cit Dellinger et al., 2008 mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan diri seseorang dalam kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan program atau tindakan yang untuk mendapatkan pencapaian tertentu atau keyakinan pribadi seseorang untuk melakukan suatu tugas tertentu yang berkualitas Sumber efikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah persuasi verbal yang berasal dari pemberian

7 7 pengetahuan tentang KSA, pemberian ketrampilan mengajarkan proteksi diri pada siswa melalui pengalaman sebelumnya fasilitator yang berkompeten dan pengalaman keberhasilan /kegagalan individu saat simulasi ketrampilan mengajarkan proteksi diri. Pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mencegah KSA dapat dilatih melalui program pencegahan primer. Program ini berisi tentang pengetahun KSA, peran guru sebagai agen dan ketrampilan mengajarkan proteksi dini terhadap KSA kepada siswa. Hasil penelitian Islawati, 2014 menunjukkan bahwa program Jari Peri mampu meningkatkan efikasi guru dalam mengajarkan pencegahan KSA. Program Jari Peri adalah program psikoedukasi yang diberikan kepada guru untuk dapat mengajarkan perlindungan diri kepada anak. Berdasarkan paparan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan efikasi guru mengajarkan pencegahan KSA usia prasekolah. Peneliti memilih melakukan penelitian di Gugus Wijaya Kusuma yang berada di wilayah Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar karena belum pernah terselenggara pelatihan kepada guru dalam mengajarkan pencegahan KSA usia prasekolah. Gugus Wijaya Kusuma merupakan gugus yang berprestasi pada tingkat kecamatan Jaten dan kabupaten Karanganyar. Gugus Wijaya Kusuma beranggotakan KB/TK Aisyiyah 3 Ngringo memiliki 12 guru, TK Pertiwi Sroyo 1 memiliki 3 orang guru, TK Pertiwi Sroyo 2 memiliki 3 guru, TK Aisyiyah 1 Sroyo memiliki 4 guru, TK Aisyiyah 2 Sroyo dengan guru berjumlah 4 orang, TK Aisyiyah 3 Sroyo memiliki 4 guru dan KB Nuri Kids memiliki 15 guru. Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten memiliki

8 8 potensi untuk berkembang dengan adanya dukungan fasilitas dari sekolah atau orang tua murid. B. Rumusan Masalah Beragam kejadian KSA serta dampak negatif pada berbagai tahapan usia anak dan adanya anggapan tabu orang tua mendorong edukasi pencegahan kekerasan seksual berbasis sekolah. Guru belum memiliki kepercayaan diri dan keterbatasan pengetahuan menjadikan hambatan pencegahan KSA di sekolah. Belum tersedianya program pelatihan pencegahan KSA bagi guru di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah: Apakah ada pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan efikasi guru mengajar pencegahan KSA pada anak usia prasekolah di Gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menganalisis pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan efikasi guru mengajarkan pencegahan KSA usia prasekolah di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik guru (usia dan lama bekerja) di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. b. Mendeskripsikan perbedaan pengetahuan dan efikasi guru mengajarkan pencegahan KSA usia prasekolah sebelum diberikan intervensi pada

9 9 kelompok kontrol dan eksperimen di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. c. Mendeskripsikan perbedaan pengetahuan dan efikasi guru mengajarkan pencegahan KSA setelah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan eksperimen di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. d. Mengidentifikasi perbedaan selisih pengetahuan dan efikasi guru pada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dan setelah diberikan intervensi di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan keilmuan selanjutnya mengenai model pencegahan kekerasan seksual pada anak usia prasekolah. 2. Sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan guru untuk dapat memberikan pendidikan pencegahan kekerasan seksual berbasis sekolah pada anak usia prasekolah. 3. Orang tua Penelitian ini bermanfaat untuk informasi awal dan penguatan peran orang tua dalam mengajarkan perlindungan diri khususnya pencegahan KSA pada

10 10 anak usia prasekolah sehingga didapatkan informasi yang sesuai dan sama antara orang tua dan anak. E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian menampilkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan memiliki kemiripan dengan penelitian ini. Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti, judul 1 Islawati, 2014 Program jari peri untuk meningkatka n efikasi guru SD dalam mengajarkan prevensi kekerasan seksual anak 2 Wahida, D 2014 Program Jari Peri Untuk Meningkatka n Keterampilan Dan Efikasi Mengajar Prevensi Kekerasan Seksual Pada Anak 3 Zhang, et al., 2015 Preventing Child Sexual Metode penelitian Penelitian kuantitatif dengan rancangan The Untreated Control Group Design with Dependent Pretest and Posttest. Penelitian kuantitatif dengan rancangan The Untreated Control Group Design with Dependent Pretest and Posttest. Penelitian kuantitatif. Analisa data dengan chi Hasil penelitian Program ini efektif meningkatkan efikasi guru SD dalam mengajar pencegahan kekerasan seksual anak pada Program jari peri meningkatkan ketrampilan guru mengajarkan prevensi KSA tetapi tidak berpengaruh terhadap efikasi guru SLB di Yogyakarta dalam mengajrakan prevensi KSA Guru belum memiliki bekal pengetahuan yang kuat tetapi Persamaan Desain penelitian kuantitatif dengan adanya pre test dan post test yang melibatkan kelompok kontrol. Adanya variabel dependent yang sama yakni efikasi guru serta adanya program pelatihan dengan disertai modul kepada kelompok eksperimen. Hasil penelitian samasama menyatakan adanya pengaruh positif terhadap efikasi guru setelah diberikan program psikoedukasi. Desain penelitian kuantitatif dengan adanya pre test dan post test yang melibatkan kelompok kontrol. Adanya variabel dependent yang sama yakni efikasi guru serta adanya program pelatihan dengan disertai modul kepada kelompok eksperimen. Sampel penelitian merupakan guru usia prasekolah. Kuesioner pengetahuan penelitian Perbedaan Sampel penelitian ini adalah guru KB/TK sedangkan penelitian Islawati menggunakan sampel guru SD. Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa pengetahuan dan efikasi guru sedangkan penelitian Islawati hanya efikasi guru. Sampel penelitian ini adalah guru KB/TK sedangkan penelitian Wahida, D (2014) menggunakan sampel guru SLB. Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa pengetahuan dan efikasi guru sedangkan penelitian Wahida adalah ketrampilan dan efikasi mengajar prevensi KSA Desain penelitian Zhang (2015) adalah kroseksional sedangkan penelitian ini kuasi

11 11 Abuse Early: Preschool Teachers Knowledge, Attitudes, and Their Training Education in China 4 Sung et al., 2013 Effectiveness of the sexual healthcare education in nursing students' knowledge, attitude, and self-efficacy on sexual healthcare square, independent t test dan ANOVA. Kuasi eksperimen dengan pre dan post test. Terdapat kelompok kontrol dan intervensi memiliki sikap yang positif terhadap pelatihan. Pelatihan dianggap sarana signifikan dalam meningkatkan pengetahuan dan peran guru dalam pencegahan KSA. Edukasi perawatan kesehatan seksual terbukti meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan dan bermanfaat untuk eksplorasi nilai diri terhadap kesehatan seksual pasien ini merupakan modifikasi dari penelitian Zhang (2015). Desain penelitian sama-sama menggunakan kuasi eksperimen dengan pre dan post test serta adanya kelompok kontrol. eksperimen pre dan post test dengan kelompok kontrol.tujuan penelitian dari penelitian Zhang adalah mengkaji pengetahuan, sikap guru prasekolah dan pelatihan terkait pencegahan KSA di Beijing, sedangkan penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan efikasi guru mengajarkan pencegahan KSA usia prasekolah di gugus Wijaya Kusuma Kecamatan Jaten. Sampel penelitian ini adalah guru TK dan guru KB sedangkan pada penelitian Sung (2013) adalah mahasiswa keperawatan. Variabel independen penelitian ini adalah pengetahuan dan efikasi guru mengajarkan pencegahan KSA, sedangkan penelitian Sung (2013) pengetahuan, sikap dan efikasi diri terhadap perawatan seksual kesehatan

BAB I PENGANTAR. A. Latar belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum

BAB I PENGANTAR. A. Latar belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum 1 BAB I PENGANTAR A. Latar belakang Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal mengenai perlindungan Hak

Lebih terperinci

Indonesia terus meningkat setiap tahun (Komisi Nasional Perlindungan Anak

Indonesia terus meningkat setiap tahun (Komisi Nasional Perlindungan Anak PENGANTAR Laporan angka kejadian Kekerasan Seksual terhadap Anak (KSA) di Indonesia terus meningkat setiap tahun (Komisi Nasional Perlindungan Anak [Komnas PA], 2011). Komnas PA melaporkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan di berbagai macam media cetak maupun elektronik. Usia pelaku dan korban pun bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 4 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

Lebih terperinci

PENGALAMAN GURU MENGAJARKAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

PENGALAMAN GURU MENGAJARKAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH PENGALAMAN GURU MENGAJARKAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH Dyah Rahmawatie Ratna Budi Utami, Siti Fatmawati STIKES Aisyiyah Surakarta E-mail: dyahrahmawatie@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jpkimia PEMAHAMAN PENDIDIKAN SEKS USIA DINI MELALUI MODUL ANGGOTA TUBUH MANUSIA Oleh : Sekar Dwi Ardianti 1, Ristiyani 2 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN BERFIKIR POSITIF TERHADAP TINGKAT EFIKASI DIRI MAHASISWA. Suryani STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

PENGARUH PELATIHAN BERFIKIR POSITIF TERHADAP TINGKAT EFIKASI DIRI MAHASISWA. Suryani STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta PENGARUH PELATIHAN BERFIKIR POSITIF TERHADAP TINGKAT EFIKASI DIRI MAHASISWA Suryani STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta E-mail: dsafaa_81@yahoo.com Abstract: The purposes of the study is to determine the effect

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan harapan orangtua sejak dalam kandungan, harapan agar anaknya dapat lahir dengan sehat; anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu hamil itu sendiri dan orang-orang terdekatnya (Araujo, et.al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ibu hamil itu sendiri dan orang-orang terdekatnya (Araujo, et.al., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Proses yang diawali dari konsepsi hingga pengeluaran bayi merupakan periode krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang ditandai dengan gejala yang khas, yaitu kejang berulang lebih dari 24 jam. 1 Etiologi dari epilepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, masyarakat kembali dikejutkan oleh berbagai macam berita mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak mayoritas

Lebih terperinci

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI 6 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh dunia. Satu dari empat kematian yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh penyakit kanker (Nevid et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak akan mengerti dengan sendirinya pada waktunya nanti. Salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. anak akan mengerti dengan sendirinya pada waktunya nanti. Salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia masih menganggap tabu pendidikan seksual, terutama jika diberikan pada anak usia dini. Mereka merasa tidak pantas membicarakan tentang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena perkembangan anak pada fase awal akan mempengaruhi perkembangan pada fase selanjutnya. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SMP Negeri 2

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SMP Negeri 2 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SMP Negeri 2 Seputih Mataram. B. Populasi dan Sampel Penelitian Pengambilan sampel pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN YANG DIINDIVIDUALKAN BAGI GURU DALAM PELAYANAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TK SAWITRI, KOMPLEK UNJ DUREN SAWIT Suprihatin Jurusan Pendidikan Luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat luas dengan konsekuensi negatif bagi anak korban. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa konsekuensi

Lebih terperinci

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA 0 PENGARUH KEGIATAN MERONCE TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI TK PERTIWI SINGOPADU, SIDOHARJO, SRAGEN KELOMPOK K A TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YULIANA DEWI A520090084

Lebih terperinci

BAB I. pendidikan informal dalam rangka pembentukan nilai-nilai, sopan santun, (1991) bahwa keluarga, yakni orangtua merupakan sumber pengasuhan dan

BAB I. pendidikan informal dalam rangka pembentukan nilai-nilai, sopan santun, (1991) bahwa keluarga, yakni orangtua merupakan sumber pengasuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak lahir hingga menjelang usia sekolah, anak menghabiskan banyak waktunya bersama keluarga. Bowlby (1966) menekankan bahwa pada tahuntahun awal kehidupannya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI DISKUSI DAN SIMPOSIUM DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KEUNGGULAN IKLIM DI INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO

PENGGUNAAN STRATEGI DISKUSI DAN SIMPOSIUM DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KEUNGGULAN IKLIM DI INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO PENGGUNAAN STRATEGI DISKUSI DAN SIMPOSIUM DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KEUNGGULAN IKLIM DI INDONESIA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peneliti mengusung perancangan buku cerita bergambar kepada anak yang bertujuan sebagai bahan alternatif edukasi anak untuk antisipasi bila menemui tindak kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. Objek dari penelitian ini terdiri dari dua variabel terdiri dari variabel terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah periode yang dimulai dari usia 6-12 tahun. Anak dalam usia sekolah disebut sebagai masa intelektual, dimana anak mulai berpikir secara konkrit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyimpangan seksual marak terjadi akhir-akhir ini. Halini dibuktikan dengan banyaknya kekerasan seksual dan perempuan yang hamil di luar nikah. Menurut data Komisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

Lebih terperinci

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan bahwa darurat. kekerasan seksual pada anak (KSA) menjadi ancaman di Indonesia.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan bahwa darurat. kekerasan seksual pada anak (KSA) menjadi ancaman di Indonesia. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan bahwa darurat kekerasan seksual pada anak (KSA) menjadi ancaman di Indonesia. Menurut Laporan akhir tahun 2013 Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum kanker pada anak-anak dibawah usia 15 tahun dengan mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. umum kanker pada anak-anak dibawah usia 15 tahun dengan mayoritas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia limfositik akut atau biasa disebut LLA merupakan bentuk umum kanker pada anak-anak dibawah usia 15 tahun dengan mayoritas tertinggi pada anak usia 2-5 tahun.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP PENGETAHUAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH REJODANI SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah lembaga pendidikan khusus putri yang dirintis dan didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Berbagai macam tekanan sering dirasakan oleh individu. Tekanan-tekanan tersebut antara lain adalah tingginya tingkat persaingan dalam memperoleh pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Asemdoyong yang terletak di kecamatan Taman, kabupaten Pemalang. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel Tergantung : Penerimaan Diri 2. Variabel Bebas : Pelatihan Konsep Diri B. Definisi Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang merupakan masa peralihan dari masa kanak - kanak ke masa. ancaman kanker serviks yang mengintai setiap waktunya.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang merupakan masa peralihan dari masa kanak - kanak ke masa. ancaman kanker serviks yang mengintai setiap waktunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kesejahteraan perempuan yang harus disoroti adalah ketika perempuan menapaki usia produktif. Masa produktif dimulai dari masa remaja yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Undang-undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan arti kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak di usia dini merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak dalam jenjang pendidikan usia pra sekolah dan sekolah dasar yang bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH SENI MENGGAMBAR TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI 1 KEYONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH SENI MENGGAMBAR TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI 1 KEYONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENI MENGGAMBAR TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI 1 KEYONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga kesehatan dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak usia sekolah. Pada masa usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan jiwa yang dikarekteristikkan oleh emosi negatif yang kuat dan mengatasi rasa takut dimasa depan. Biasanya ditandai dengan gejala kecemasan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada

BAB V PEMBAHASAN. prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa semester IV prodi D III Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta, pembelajaran dilakukan pada mata kuliah asuhan kebidanan kegawatdaruratan

Lebih terperinci

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat dan perlu dilatih dengan cara yang tepat dan sesuai. Moeslichatoen (1999) mengemukakan bahwa seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Sakit dan dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah Tuhan yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Mereka diberikan amanah dan tanggung jawab untuk merawat, mendidik, melindungi, hingga dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: Hidayati Mukarromah B Nursani Afifah B Yenny Rakhmawati B

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: Hidayati Mukarromah B Nursani Afifah B Yenny Rakhmawati B LAPORAN AKHIR PKM-M PENANAMAN PEMAHAMAN KONSEP KESEJAHTERAAN HEWAN PADA ANAK USIA DINI DI TK AGRIANANDA IPB DRAMAGA BOGOR SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBENTUKAN SIKAP SIMPATI DAN EMPATI DALAM UPAYA MENEKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di TK At-Taqwa Bandar Jaya Barat dan dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015. B. Metode Penelitian Ciri dalam sebuah kegiatan

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray Efektivitasnya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu proses individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan design penelitian Quasi Experiment pre and post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANIK TRY KUSUMA WARDANI 201210201121 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia 61 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, meliputi : 1. Variabel bebas : pelatihan regulasi emosi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai salah satu bagian dari kesehatan reproduksi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan memutuskan tentang masa depannya baik mengenai jurusan yang akan diambil di sekolahnya (IPA atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat (life long learning). Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE BERCERITA ISLAMI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI

EFEKTIVITAS METODE BERCERITA ISLAMI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI EFEKTIVITAS METODE BERCERITA ISLAMI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI Enik Suci Kurniasih Magister Studi Islam, Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan

Lebih terperinci

Meningkatkan Kapasitas Ibu dalam Melakukan Mediasi Perkembangan Kognitif Anak: Studi pada Ibu dengan Sumberdaya Terbatas di Daerah Endemik GAKI

Meningkatkan Kapasitas Ibu dalam Melakukan Mediasi Perkembangan Kognitif Anak: Studi pada Ibu dengan Sumberdaya Terbatas di Daerah Endemik GAKI Meningkatkan Kapasitas Ibu dalam Melakukan Mediasi Perkembangan Kognitif Anak: Studi pada Ibu dengan Sumberdaya Terbatas di Daerah Endemik GAKI Leny Latifah, Djauhar Ismail, IL Gamayanti, Yayi Suryo Litbangkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada tahun 2016 membuat keprihatinan bagi seluruh masyarakat Bekasi. Catatan pada Badan Pemberdayaan

Lebih terperinci

5. PENUTUP. Universitas Indonesia

5. PENUTUP. Universitas Indonesia 126 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Reaksi yang ditunjukkan oleh ketiga subjek ketika mengetahui anaknya mengalami tunaganda-netra adalah terkejut, sedih, dan marah. Ketiganya pun merasa bersalah terhadap ketunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik DIY (2015), jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 252,04 juta jiwa, terdiri dari 125,38 juta perempuan dan 126,65 juta laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap anak menjadi isu nasional dan global padahal anakanak merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak saat ini mencerminkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Ambarawa Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian tersebut berada di Jl.

Lebih terperinci

METODE EKSPERIMEN BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK

METODE EKSPERIMEN BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK METODE EKSPERIMEN BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK Artikel Publikasi Diajukan untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Diajukan Oleh: Nita Ratna Sari

Lebih terperinci