OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 186 RE-PORFIRIN UNTUK PENGOBATAN KANKER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 186 RE-PORFIRIN UNTUK PENGOBATAN KANKER"

Transkripsi

1 OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 186 RE-PORFIRIN UNTUK PENGOBATAN KANKER Maskur, Dadang Hafid Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka -BATAN Serpong A.Mutalib UNPAD Fakultas MIPA -Bandung ABSTRAK OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 186 RE-PORFIRIN UNTUK PENGOBATAN KANKER. Porfirin dan turunannya telah banyak dipelajari sebagai fotosensitizer untuk terapi fotodinamik sebagai salahsatu metode pengobatan kanker maupun tumor. Namun, metode tersebut memiliki kekurangan, hanya mampu mengobati kanker dengan kedalaman < 1 cm dan harus terletak di permukaan kulit atau selaput lender. Oleh karena itu, untuk solusinya perlu dibuat porfirin bertanda radionuklida (Renium-186). Penelitian optimasi penandaan 186 Re-porfirin telah dilakukan terhadap 2 jenis porfirin (Porfirin TMPyP dan porfirin pita 4) dengan variasi jumlah SnCl 2, ph dan suhu reaksi. Secara teori, melalui molecular modeling diketahui gugus karboksilat pada substituent meso porfirin memungkinkan dapat dilabel dengan radionuklida sebagai kandidat kit radiofarmaka. Namun, dari hasil penelitian yang telah dilakukan belum diperoleh hasil penandaan yang optimal, porfirin (TMPyP) tidak dapat bereaksi dengan 186 Re, hasil penandaan terbaik hanya 2,35%. Sedangkan penandaan 186 Re terhadap porfirin pita 4 dapat terjadi penandaan meskipum belum diperoleh kondisi optimum. Kondisi terbaik yang diperoleh yaitu jumlah SnCl 2 1 mg, ph 8, inkubasi 1 jam dan suhu 50 C dengan hasil penandaan 21,77%. Kata kunci: Rhenium 186, porfirin, kanker ABSTRACT PREPARATION OF 186 RE-PORPHYRIN COMPOUNDS FOR CANCER TREATMENT. Porphyrine and its derivatives have been widely studied as a photosensitizer for photodynamic therapy as one of the main methods of cancer treatment. However, these methods have shortages is to treat cancer with a depth <1 cm only and must be located on the surface of the skin or mucus membranes. Therefore, to solution should be labeled with radionuclide (Rhenium-186). The 186 Reporphyrins labeling study was carried out on 2 types of porphyrins (porphyrins TMPyP and porphyrins band 4) with variations in the amount of SnCl 2, ph and temperature of the reaction. In theory, through molecular modeling of known carboxylate groups on the porphyrin meso substituent could potentially be labeled with radionuclides as a candidate of radiopharmaceutical kits. However, the results showed that porphyrin (TMPyP) did not react with 186 Re, the best labeling results was only 2.35%. Labeling of tape 4 porphyrin with Re was occured, but optimum conditions has not obtained yet. The best conditions obtained for labelling are 1 mg SnCl 2, ph 8, 1 hour incubation at temperature of 50 o C resulting of 21.77% yield. Keywords: Rhenium-186, porphyrin, cancer PENDAHULUAN P orfirn dan turunannya telah banyak dipelajari sebagai fotosensitizer untuk terapi fotodinamik sebagai salahsatu metode pengobatan kanker maupun tumor [1,2]. Turunan porfirin ini memiliki toksisitas yang rendah untuk jaringan yang sehat dan kelarutannya di dalam air rendah [3]. Untuk meningkatkan kelarutan porfirin dalam air, telah banyak penelitian mensintesis turunan porfirin yang Buku I hal. 48 ISSN Maskur, dkk

2 dimodifikasi strukturnya, bentuk kationiknya, serta memformulasinya dengan suatu pembawa yang dapat meningkatkan kelarutan porfirin dalam air [3,4,5]. Namun, terapi pengobatan kanker melalui teknik fotosensitizer memiliki kekurangan, hanya mampu mengobati kanker dengan kedalaman < 1cm dan harus terletak di permukaan kulit atau selaput lendir. [6]. Oleh karena itu, solusinya perlu dibuat porfirin bertanda radionuklida (Renium-186) sehingga pengobatan bisa dilakukan melalui kedokteran nuklir bukan terapi fotodinamik. Contoh Struktur Kimia turunan Porfirin adalah sebagai berikut: Gambar1. Porfirin pita 4 Gambar2. Porfirin TMPyP Senyawa porfirin dapat dimodifikasi struktur kimianya, baik pada meso-substituennya, atau pada pusat molekulnya dengan ion logam, sehingga senyawa tersebut dengan mudah dilabel radionuklida pemancar maupun. Senyawa turunan kationik porfirin dapat digunakan sebagai ligan dalam pembuatan kit radiofarmaka untuk diagnosis dan terapi kanker. Namun demikian, karena radionuklida baik pemancar maupun seperti 99m Tc dan 188 Re memiliki radius atom yang cukup besar maka koordinasi radionuklida tersebut dengan keempat inner nitrogen sangat sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama [7]. Secara teori yang telah dibuktikan melalui molecular modeling ternyata gugus karboksilat pada substituent meso memungkinkan porfirin T3,4BCPzP dan T3,4BCImP dapat dilabel dengan radionuklida sebagai kandidat kit radiofarmaka [6]. Renium-186 merupakan radionuklida pemancar partikel dan sinar sehingga dapat digunakan untuk pencitraan dengan kamera gama (imaging) selama terapi berlangsung. Renium berada dalam satu kelompok teknesium (grup VIIA) dan keduanya memiliki karakter yang hampir sama. 186 Re-Porfirin diketahui pula sebagai radiofarmaka yang digunakan untuk terapi tumor. Renium-186 disiapkan dengan mengiradiasi logam Renium-185 dengan pengkayaan > 97 % pada flux netron 3,7 x 1013cm -2 det -1 selama 3 hari. Karakterisai porfirin non radioaktif dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-vis, dan untuk menentukan kemurnian radiokimia 186 RePorfirin yang terbentuk serta jumlah pengotor ReO - 4 dan ReO 2, digunakan perunut radioaktif 186 Re. Pelabelan 186 Re-Porfirin mengacu pada metode Haladar D Sharma, et. All [8]. Preparasi kompleks 186 Re-Porfirin disiapkan menggunakan dua jenis turunan porfirin yang dimodifikasi (pita 4 dan TMPyP) dengan memvariasikan berbagai kondisi reaksi, seperti ph, dan jumlah stanoklorida dihidrat. Uji kemurnian radiokimia menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam kertas Whatman, fase gerak aseton dan NaCl 0,9%. Kertas kromatogram dianalisis menggunakan TLC scaner BIOSCAN. TATA KERJA Bahan dan Peralatan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Porfirin TMPyP, porfirin pita 4 hasil sintesis ITB. Radionuklida 186 Re, Amonium perenat, HNO 3, gas N 2, kertas ph, SnCl 2, HCl, aquabides, kertas whattman 1, aseton, salin Peralatan yang digunakan adalah bejana kromatografi, TLC scanner BIOSCAN USA, spektrofotometri UV-Vis (Jasco-Japan), FTIR (Jasco-Japan), vortex (thermoline), dose calibrator Atomlab sebagai pengukur konsentrasi radioaktivitas, perangkat kromatografi, kertas whaman-1 untuk kromatografi Pembuatan Radionuklida 186 Re Target ReO 2 yang sudah di Iradiasi di reaktor nuklir dimasukkan ke dalam hotcell, kemudian dilakukan pemotongan inner kapsul dengan pemotong yang ada didalam hotcell. Setelah itu botol quatrz yang berisi target ReO 2 dikeluarkan untuk selanjutnya dilakukan pemotongan kembali. Setelah dipotong, ReO 2 dituangkan kedalam gelas piala 100 ml. Setelah itu ditambahkan 3 ml HNO 3 4 N selanjutnya gelas piala dipindahkan ke hotplate. Kemudian dipanaskan hingga kisat. Setelah kisat, ditambahkan 3 ml aquabidest, dan dipanaskan lagi hingga kisat. Penambahan aquabidest dan Maskur, dkk. ISSN Buku I hal. 49

3 pengkisatan dilakukan berulang hingga ph 3. Setelah kering, ditambahkan 3 ml aquabidest dan larutan dipindahkan ke dalam botol dan dipipet 10 µl larutan 186 ReO 4 dimasukkan ke dalam tabung mikro untuk dilakukan pengukuran radioaktivitas menggunakan Dose Calibrator. Preparasi reduktor SnCl 2 Ligan SnCl 2 sebanyak 6,1 mg ditimbang dan dimasukkan kedalam vial 3 ml. Ke dalam vial, ditambahkan 400 l HCl 1N lalu dipanaskan hingga hampir kisat. Setelah itu ditambahkan aquabides yang telah dijenuhkan gas N 2 hingga volume larutan menjadi 305 µl maka dihasilkan larutan SnCl 2 0,02 mg/ l (50 l=1mg). Preparasi Ligan Porfirin Porfirin pita 4 / porfirin TMPyP sebanyak 2,4 mg ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung mikro. Kemudian ditambahkan kedalamnya 240 l aquabides yang telah dijenuhkan gas N 2. Setelah itu divortex hingga larut sehingga dihasilkan larutan porfirin 0,01 mg/ l (40 l 0,4 mg) Preparasi Amonium Perenat Amonium perenat sebanyak 2,04 mg ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung mikro. Ditambahkan 204 l aquabides yang telah dijenuhkan gas N 2. Kemudian diaduk dengan vortek hingga larut sempurna menghasilkan larutan Amonium Perenat 0,01 mg/ l (10 l 0,1 mg). Proses Penandaan 186 Re-porfirin Cara kerja proses penandaan 186 Re-Porfirin secara detail dapat dilihat pada diagram alir proses seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram alir proses penandaan 186 Re-Porfirin Buku I hal. 50 ISSN Maskur, dkk

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4. Kromatogram Porfirin pita 4 Dari Gambar 4 dan 5, hasil analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis diketahui bahwa spektra dari porfirin pita 4 dan porfirin TMPyP terdapat perbedaan serapan. Pada Porfirin pita 4, terdapat tiga puncak yaitu pada panjang gelombang 416, 516, dan 678 nm. Sedangkan porfirin TMPyP mempunyai lima puncak, yaitu pada panjang gelombang 218, 260, 422, 518, dan 584 nm. Hal ini menunjukkan keduanya mempunyai struktur kimia yang berbeda. Pada penelitian dan pengembangan senyawa bertanda Re-186 porfirin, digunakan berbagai jenis instrument, yaitu spektrofotometer UV-Vis dan FTIR untuk karakterisasi porfirin sebelum penandaan, sedangkan setelah penandaan menggunakan alat Dose Calibrator, kromatografi unit, dan TLC scanner. Adapun hasilnya ditampilkan pada gambar 4 dan 5. Gambar 5. Kromatogram Porfirin TMPyP Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa porfirin TMPyP dapat diidentifikasi menggunakan FTIR. Adapun gugus fungsinya adalah NH(3500, 1600), C=C (3040), C-N (980), SO 3 (1200, 1100) Cm -1 Dari Gambar 7 dapat diketahui bahwa porfirin pita 4 dapat diidentifikasi menggunakan FTIR. Adapun gugus fungsinya adalah OH(3400), C=C (3040), CO (1400), C-N (980) Cm -1 Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa porfirin mempunyai spektra yang hampir mirip namun ada beberapa perbedaan mendasar, yaitu porfirin pita 4 mempunyai gugus fungsi SO 3 yang ditunjukkan oleh spectra pada bilangan gelombang 1200 dan 1100 Cm -1 sedangkan pada porfirin TMPyP tidak ada. Hal ini sesuai dengan struktur kimia porfirin yang ditunjukkan pada gambar 1 dan 2. Gambar 6. Spektra porfirin TMPyP menggunakan FTIR Maskur, dkk. ISSN Buku I hal. 51

5 Gambar 7. Spektra porfirin pita 4 menggunakan FTIR Gambar 8. Overlay Spektra porfirin TMPyP dan pita 4 menggunakan FTIR Pasca penandaan 186 Re-porfirin, penentuan kemurnian radiokimia hasil penandaan diidentifikasi menggunakan kromatografi kertas dan dicacah menggunakan TLC scanner, hasilnya ditunjukkan pada gambar 9. Pengujian radiokimia 186 Re dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis menggunakan kertas whatman 1 sebagai fasa diam dan campuran aseton:salin = 1:1 sebagai fasa gerak. Paska elusi, radiokromatogram diidentifikasi menggunakan TLC scaner dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 9, yaitu 186 Re pada Rf 0,9-1,0. Pengujian radiokimia 186 Re Porfirin dilakukan dengan cara kromatografi menggunakan kertas whatman 1 sebagai fasa diam dan campuran aseton:salin = 1:1 sebagai fasa gerak. Paska elusi, radiokromatogram diidentifikasi menggunakan TLC scaner dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 10, yaitu 186 Re-porfirin pada Rf 0,0-0,1. Gambar 9. Radiokromatogram 186 Re Buku I hal. 52 ISSN Maskur, dkk

6 Gambar 10. Radiokromatogram 186 Re-porfirin Pada penelitian ini telah dilakukan optimasi penandaan 186 Re-porfirin dengan berbagai variasi, yaitu jumlah SnCl 2, ph, Suhu, jenis porfirin (TMPyP dan pita 4), dan tanpa porfirin sebagai kontrol. Hasil penandaan selengkapnya ditunjukkan pada gambar 11 sampai 15. Dari Gambar 11, diketahui bahwa hasil penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) sangat dipengaruhi oleh jumlah SnCl 2. Reaksi penandaan yang telah dilakukan adalah porfirin (TMPyP) 0,4 mg ditambahkan SnCl 2 bervariasi yaitu 1-15 mg dan ternyata semakin besar jumlah reduktor SnCl 2 diperoleh hasil kemurnian penandaan 186 Reporfirin(TMPyP) yang semakin besar. Namun, hal ini perlu dibuktikan apakah yang terbentuk itu komplek 186 Re-porfirin(TMPyP) atau hanya 186 ReO 2. Untuk memastikan hal tersebut maka telah dilakukan proses penandaan yang langkah kerjanya seperti penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) tetapi tanpa porfirin. Hasil penandaan ditunjukkan pada gambar 12. Dari Gambar 12 kontrol penandaan 186 Reporfirin tanpa porfirin diketahui bahwa tanpa porfirin ternyata juga terbentuk kromatogram pada RF =0-0.1, dan semakin besar jumlah SnCl 2 maka semakin besar pula prosentasenya. Hal ini menunjukkan bahwa pada proses tersebut terbentuk ReO 2 koloid. Hal ini memperjelas bahwa penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) yang ditunjukkan pada Gambar 10 bukan menghasilkan komplek 186 Reporfirin(TMPyP) melainkan hanya terbentuk ReO 2 koloid. Disamping itu, dari Gambar 12 juga diketahui bahwa hanya penambahan SnCl 2 sebanyak 1 mg yang tidak mengakibatkan terbentuknya ReO 2 koloid. Untuk selanjutnya, SnCl 2 1 mg digunakan sebagai jumlah SnCl 2 optimum untuk penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) dengan variasi ph dan hasilnya ditunjukkan pada gambar 13. Gambar 11. Grafik hasil penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) variasi jumlah SnCl 2 Gambar 12. Grafik hasil penandaan 186 Re-porfirin tanpa porfirin dengan memvariasikan jumlah SnCl 2 (kontrol) Maskur, dkk. ISSN Buku I hal. 53

7 Gambar 13. Grafik hasil penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) variasi ph Gambar 14. Grafik hasil penandaan 186 Re-porfirin(pita 4) variasi ph dan waktu inkubasi Gambar 15. Grafik hasil penandaan 186 Re-porfirin(pita 4) variasi suhu reaksi Dari Gambar 13 diketahui bahwa setelah dilakukan penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP) dengan variasi ph 3-11 ternyata hasilnya hampir tidak terjadi penandaan 186 Re-porfirin(TMPyP). Prosentase penandaan terbesar hanya 2,35% yaitu pada ph 3. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa porfirin TMPyP tidak dapat bereaksi dengan 186 Re. Oleh karena itu, maka dilakukan penandaan 186 Re terhadap jenis senyawa porfirin yang lain, porfirin pita 4 dan hasilnya ditunjukkan pada gambar 14. Dari Gambar 14 diketahui bahwa telah dilakukan optimasi penandaan 186 Re-porfirin (pita 4) dengan variasi ph pada rentang 2-12 dengan waktu inkubasi 1 dan 2 jam. Dari gambar tersebut diketahui bahwa ph penandaan terbaik adalah 6-8 namun setelah diinkubasi 24 jam ternyata yang relatif stabil adalah pada ph 8. Pada ph tersebut, 186 Re-porfirin(pita 4) saat diinkubasi 1 jam =20,56% dan setelah diinkubasi 24 jam =21,77%. Sedangkan pada ph 6, pada saat inkubasi 1 jam prosentase penandaan =21,73%, namun setelah diinkubasi 24 jam terjadi penurunan drastis yaitu 10,69%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ph optimum penandaan 186 Re-porfirin(pita 4) adalah ph 8. Setelah diperoleh kondisi jumlah SnCl 2 optimum (1 mg), ph optimum (8), jenis porfirin (pita 4) maka selanjutnya dilakukan optimasi suhu reaksi penandaan 186 Re-porfirin(pita 4) dan hasilnya seperti ditunjukkan pada gambar 15. Dari Gambar 15 diketahui telah dilakukan optimasi penandaan 186 Re-porfirin(pita 4) variasi suhu reaksi dari 40 sampai 80 C dan ternyata Buku I hal. 54 ISSN Maskur, dkk

8 diperoleh kondisi suhu reaksi optimum adalah 50 C. Hal ini kemungkinan ketika suhu reaksi lebih besar dari 50 o C maka Renium valensi 5 hasil reduksi SnCl 2 akan teroksidasi kembali menjadi valensi 7 sehingga mengurangi terjadinya pembentukan komplek 186 Re-porfirin. KESIMPULAN Telah dilakukan penelitian optimasi penandaan 186 Re-porfirin terhadap 2 jenis porfirin (Porfirin TMPyP dan porfirin pita 4) dengan variasi jumlah SnCl 2, ph dan suhu reaksi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa porfirin (TMPyP) tidak dapat bereaksi dengan 186 Re, hasil penandaan terbaik hanya 2,35%. Sedangkan penandaan 186 Re terhadap porfirin pita 4 dapat terjadi penandaan meskipum belum diperoleh kondisi optimum. Kondisi terbaik yang diperoleh yaitu jumlah SnCl 2 1 mg, ph 8, inkubasi 1 jam dan suhu 50 C dengan hasil penandaan 21,77%, sehingga masih perlu dilakukan optimasi lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Bonnett. R., Chemical Aspect of Photodynamic Therapy, vol I, Gordon and Breach Science Publishers, hal. 159, , Amsterdam, Hargus, J.A., Naturally Derived Porphyrin and Chlorin Photosensitizers for Photodynamics Theraphy. Thesis Department of Chemistry, Lousiana State University, Lousiana, Page 1, Kralova J, Kejik Z, Briza T, Pouckova P, Kral A, Martasek P, Kral V: Porphyrin-cyclodextrin conjugates as a nanosystem for versatile drug delivery and multimodal cancer therapy. J Med Chem, 53 (1): , Schiavon, M.A., Iwamoto, L.S., Ferreira, A.G., Iamamoto, Y., Zanoni, M.V.B.,Assis, M.D. Synthesis and Characterization of a Novel Series of Meso (Nitrophenyl) and Meso (CarboxyPhenyl) Substituted Porphyrins, (2000). J. Braz. Chem. Soc., Vol. 11, No.5, Tjahjono, D.H., T. Yamamoto, S. Ichimoto, N. Yoshioka and H. Inoue, Synthesis and DNA-binding properties of bisdiazoliumylporphyrins. J. Chem. Soc. Perkin Trans., 1: N.M.P. Susanti, R.E. Kartasasmita, A. Musadad, and D.H. Tjahjono, Molecular Modeling of cationic porphyrins as ligand of radiopharmaceutical kit. 7. Tjahjono, D.H., R.E. Kartasasmita, A. Nawawi, S. Mima, T. Akutsu, N. Yoshioka and H. Inoue, Binding of tetrakis- (pyrazoliumyl)porphyrin and its copper(ii) and zinc(ii) complexes to poly(dg-dc)2 and poly(da-dt)2. J. Biol. Inorg. Chem., 11: SARMA H.D., DAS T., BENERJEE S., VENKATESH M., VIDYASAGAR P.B., AND MISHRA K.P., Evaluation of Novel 188Re Labellled Phorphyrin in Mice Tumor Model, Cancer Biotheraphy and Radiopharmaceuticals, vol 25, Number 1, 2010: TANYA JAWAB Tri Haryanto Dari hasil kesimpulan menunjukkan kondisi terbaik hasil penandaan 21.77%. Berapa target kemurnian yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya? Maskur Kondisi terbaik kemurnian radiokimia saat ini diperoleh 21.77% padahal yang ingin dicapai >95%. Oleh karena itu rencana selanjutnya akan dilakukan penandaan 186 Re Porfirin dengan porfirin pita 4 (hasil sintesis ITB fakultas farmasi) dengan metode sintesis yang berbeda. Sunardi Mengapa menggunakan metode ini padahal disebutkan banyak kekurangan, apa kelebihannya? Maskur Yang banyak kekurangannya adalah pengobatan kanker menggunakan porfirin dengan metode fotodinamik terapi. Oleh karena itu kita mencari solusi pengobatan kanker menggunakan senyawa bertanda 186 Re porfirin yang dilakukan di instalasi kedokteran nuklir. Untuk mewujudkan hal tersebut maka harus dibuat senyawa bertanda 186Re porfirin, namun hingga saat ini kemurnian radiokimia yang dicapai masih kecil (21.77%) sehingga perlu optimasi lebih lanjut. Adapun kelebihan metode pengobatan kanker menggunakan senyawa bertanda dibanding pengobatan menggunakan terapi fotodinamik adalah dengan senyawa bertanda maka dapat mendeteksi dan terapi terhadap kanker yang letaknya di bagian dalam dan kedalaman knker > 1 cm, sedangan pengobatan melalui terapi fotodinamik hanya mampu menerapi kanker padat di permukaan (kulit atau selaput lender) dan kedalaman < 1 cm. Maskur, dkk. ISSN Buku I hal. 55

PENDAHULUAN. penyinaran, kemoterapi, atau kombinasi keduanya, dan pengangkatan jaringan

PENDAHULUAN. penyinaran, kemoterapi, atau kombinasi keduanya, dan pengangkatan jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker menjadi penyebab kematian sekitar 7 juta penduduk dunia pada tahun 2008 dengan jumlah kasus baru pada tahun yang sama sekitar 12 juta (Boyle dan Levin,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim, (2011). Transition Electronic. Diakses 2011 (http://www.chemicalforums.com).

DAFTAR PUSTAKA. Anonim, (2011). Transition Electronic. Diakses 2011 (http://www.chemicalforums.com). DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2011). Transition Electronic. Diakses 2011 (http://www.chemicalforums.com). Bonnett, R. (2000). Chemical Aspects of Photodynamic Therapy. Vol. 1. Gordon and Breach Science Publishers.

Lebih terperinci

TESIS SINTESIS PORFIRIN PEMBAWA GUGUS KARBOKSILAT SEBAGAI LIGAN UNTUK KIT RADIOFARMAKA HENNY SRI WAHYUNI NIM

TESIS SINTESIS PORFIRIN PEMBAWA GUGUS KARBOKSILAT SEBAGAI LIGAN UNTUK KIT RADIOFARMAKA HENNY SRI WAHYUNI NIM TESIS SINTESIS PORFIRIN PEMBAWA GUGUS KARBOKSILAT SEBAGAI LIGAN UNTUK KIT RADIOFARMAKA OLEH: HENNY SRI WAHYUNI NIM 087014016 PROGRAM STUDI MAGISTER DAN DOKTOR ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Stabilitas dan Uji Praklinis Tc-EC untuk Radiofarmaka Penatah Fungsi Ginjal (Laksmi A, dkk) STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS Tc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Laksmi A, Sriaguswarini, Karyadi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION Anung Pujiyanto, Hambali, Dede K, Endang dan Mujinah Pusat Pengembamgan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (65-70) ISSN : 1978-8193 Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Maiyesni, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Terapi Fotodinamik (Photodynamic Therapy, PDT) Proses terapi PDT dapat diilustrasikan secara lengkap pada tahapan berikut. Mula-mula pasien diinjeksi dengan senyawa fotosensitizer

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganesha no.10 Bandung. 3.2.Alat Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang termasuk gabungan dari penelitian jenis eksperimental laboratorik dan eksperimental

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES 12 ISSN 0216-3128, dkk. PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani W., Trianto Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka,

Lebih terperinci

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186 PENANDAAAN 1,4,8,11TETRAAZASIKOTETRADESIL1,4,8,11 TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM Maula Eka Sriyani, Misyetti, Isti Daruwati dan Teguh Hafiz Ambar Wibawa Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb Penandaan Ligan Etilendiamintetrametilen Fosfonat (EDTMP) Dengan Radionuklida 175 Yb (Azmairit Aziz) ISSN 1411-3481 PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA V. Yulianti Susilo, G. Mondrida, S. Setiyowati, Sutari dan W. Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR),

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN Konversi Etil p-metoksisinamat Isolat dari Kencur Kaempferia galanga L. Menjadi Asam p-metoksisinamat Menggunakan Katalis Basa NaH Murtina*, Firdaus, dan Nunuk Hariani Soekamto Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA Sri Setiyowati, Maskur, Martalena Ramli dan M.Subur Pusat Radioisotop dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL EVALUATION OF MAKING HIPPURAN LABELED COMPOUNDS FOR DIAGNOSIS RENAL FUNCTION Maskur, Purwoko, Chairuman, Yono Sugiharto, dan Sriyono

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON Riftanio Natapratama Hidayat, dkk. ISSN 0216-3128 161 PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI RENIUM DAN WOLFRAM DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGU- NAKAN PELARUT METIL ETIL KETON Riftanio Natapratama Hidayat, Maria

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No. BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari 2016. 3.2.Alat dan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP Teguh Hafiz Ambar Wibawa, Misyetti dan Epy Isabela Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl.

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina Pembuatan dan Karakterisasi Radioisotop Tulium-170 ( 170 Tm) (Azmairit Aziz) ISSN 1411 3481 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina Pusat

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP Kadarisman, dkk. ISSN 0216-3128 69 EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA Kadarisman, Sri Hastini, Yayan Tahyan, Abidin, Dadang Hafid dan Enny Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI PRODUKSI RADIOISOTOP NANIK DWI NURHAYATI,M.SI nanikdn@uns.ac.id Suatu unsur disebut radioisotop atau isotop radioaktif jika unsur itu dapat memancarkan radiasi. Dikenal dengan istilah radionuklida. Tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC Adang H.G., A. Mutalib, Hotman L, R. Awaludin, Sulaeman, Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR ISSN 1979-2409 Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir (Torowati, Asminar, Rahmiati) ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Kampus Penelitian Pertanian, Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND) ADANG H.G., A.

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 2 stretching vibration and 1660-1630 cm -1 for stretching vibration of C=O. The ash content of the peat was 64.85 (w/w), crude extract was 22.2% (w/w) and humic acid was 28.4% (w/w). The water content

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (laelatriagustina@gmail.com)

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m Misyetti, Isti Daruwati, Maula Eka Sriyani, Teguh Hafiz A.W Pusat Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penandaan falerin dengan 131 I adalah jenis penandaan tak seisotop. Falerin ditandai dengan menggunakan 131 I yang tidak terdapat dalam struktur falerin. Proses yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus)

UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus) PTNBR BATAN Bandung, Juni 009 UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus) Iim Halimah, Yana Sumpena, Rizky Juwita Sugiharti, Misyetti Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m Majalah Nanny Kartini Farmasi Oekar Indonesia, 19(3), 117 127, 2008 Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m Labelling of human serum albumin (HSA)-nanospheres with

Lebih terperinci

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN Cahya N.A, dkk. ISSN 0216-3128 89 OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI Cahya N.A, Adang H.G, Purwoko, Woro A BATAN - Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Noviarty, Dian Angraini Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Email: artynov@yahoo.co.id ABSTRAK ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Vol 16 No 1 April 01 ISSN 1410-854 PEMISAHAN RADIOISOTOP DARI RADIOISOTOP W MELALUI KOLOM GENERATOR W/ BERBASIS ALUMINA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006 Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci