(PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN KEPARLEMENAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN KEPARLEMENAN)"

Transkripsi

1 LAPORAN ANALISIS ALTERNATIF KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN KEPARLEMENAN) Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 BAB SATU PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara internal DPR sedang gencar melakukan berbagai pembenahan yang menyangkut berbagai aspek kelembagaan mulai dari aspek politis, kelembagaan, maupun yuridis. Peningkatan kinerja DPR tersebut sangat penting dilakukan karena di satu sisi DPR memiliki jumlah sumber daya manusia (SDM) yang cukup memadai baik yang berasal dari Sekretariat Jenderal DPR maupun dari dukungan staf ahli dan asisten anggota. Begitu juga semangat peningkatan kinerja DPR juga didukung dengan alokasi anggaran yang memadai dan terus meningkat setiap tahunnya. Namun demikian DPR juga mengalami keterbatasan karena Sekretariat Jenderal DPR-RI sebagai unsur pendukung (suporting system) menghadapi banyak permasalahan yang harus dibenahi. Persoalan yang dihadapi adalah SDM dan pengelolaan kesekretariatan. Kedua hal tersebut menjadi penting untuk dibenahi karena salah satu dukungan terhadap proses checks and balances tersebut adalah bagaimana efektifnya pengelolaan dan keberadaan SDM unsur penunjang yang mampu mendorong pada peningkatan kinerja parlemen. Dengan demikian keberadaan Sekretariat Jenderal DPR RI menjadi penting dan strategis. Untuk itu dalam rangka perbaikan kinerja organisasi Sekretariat Jenderal DPR-RI diperlukan adanya restrukturisasi organisasi yang dapat menciptakan struktur organisasi yang mampu memperbaiki kinerja aspek pengelolaan SDM dan kesekretariatan. Arti penting restrukturisasi merupakan bagian penyesuaian terhadap perubahan lingkungan strategis yang sekaligus menjadi momentum reformasi birokrasi dalam mendorong seluruh satuan kerja dan seluruh elemen organisasi pemerintahan, untuk bergerak cepat merespon dinamika stakeholders. Organisasi birokrasi dituntut profesional, efektif dan efisien dalam melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran strategis organisasi masing-masing guna melayani masyarakat. Dalam konteks Sekretariat Jenderal DPR RI adalah 2

3 secara langsung melayani DPR RI dan secara tidak langsung kepada masyarakat. Restrukturisasi organisasi merupakan jawaban atas tuntutan dan dinamika di atas, sekaligus merupakan salah satu program strategis dalam Reformasi Birokrasi untuk penataan dan pembenahan organisasi agar selaras dengan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi serta responsif terhadap lingkungan strategis dan dinamika masyarakat. Karena itu tujuan restrukturisasi organisasi dalam rangka reformasi birokrasi adalah: 1. Menyusun format kelembagaan untuk mencapai tingkat kompetensi yang unggul sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator sasaran organisasi masing-masing. 2. Menata ulang struktur dan tata kerja unit-unit organisasi masing-masing untuk mencapai postur organisasi yang right sizing dalam rangka mewujudkan organisasi birokrasi yang profesional, efektif dan efisien dalam melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya. 3. Mewujudkan kelembagaan yang mampu merespon dinamika kebutuhan masyarakat. Dalam konteks Sekretariat Jenderal DPR RI adalah dinamika kebutuhan DPR RI. Keluaran (output) dari restrukturisasi adalah postur organisasi birokrasi yang right sizing, profesional, efektif dan efisien. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini antara lain : 1. Penguatan kapasitas kelembagaan dengan tingkat kompetensi yang unggul sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator kinerja organisasi. 2. Peningkatan kapasitas struktur dan tata kerja unit-unit organisasi dengan postur organisasi yang right sizing untuk mewujudkan organisasi birokrasi yang profesional, efektif dan efisien. 3. Penguatan kelembagaan dalam merespon dinamika kebutuhan DPR RI. Berdasarkan hal di atas sebagai sebuah kerangka pikir perlu disusun suatu policy paper tentang bagaimana kebijakan yang harus dilakukan untuk menjawab terhadap isu-isu yang terkait dengan usaha peningkatan kualitas 3

4 SDM dan pengelolaan kesekretariatan yang dikaitkan dengan restrukturisasi organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI. B. Metodologi Kegiatan restrukturisasi dalam rangka peningkatan kualitas SDM dan pengelolaan kesekretariatan dilakukan untuk menjawab enam hal, yaitu: 1. What, yaitu kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta keluaran (output) dan dampak (outcome) apa yang akan dicapai? Dalam hal ini dilakukan melalui unit organisasi yang ada atau pengembangan dari unit organisasi yang ada. 2. Why, yaitu mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan? Dalam hal ini untuk peningkatan kualitas SDM dan pengelolaan kesekretariatan mengapa perlu pengembangan dari unit organisasi yang ada. 3. Who, yaitu siapa yang bertanggungjawab dalam melaksanakan pengembangan dari unit organisasi yang ada tersebut dan siapa sasaran yang akan menerima layanan dari pengembangan dari unit organisasi tersebut? 4. When, yaitu kapan waktu pengembangan dari unit organisasi tersebut dilaksanakan dan bagaimana pentahapannya? 5. Where, yaitu dimana atau lokasi pengembangan dari unit organisasi tersebut sebaiknya ditempatkan? 6. How, yaitu bagaimana pengembangan dari unit organisasi tersebut dilaksanakan? Berdasarkan enam pertanyaan tersebut maka selanjutnya akan berpengaruh pada bagaimana proses desain dan implementasi kelembagaan dalam restrukturisasi organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI tersebut dliakukan. Secara kelembagaan diharapkan dapat tercakup dalam program jangka pendek dan jangka menengah, sedangkan pembangunan nilai dan budaya (internalisasi) kelembagaan baru membutuhkan waktu yang lebih panjang. Proses desain sendiri dilakukan dengan pendekatan need assessment terhadap sumber daya-sumber daya organisasi. Terkait dengan need asseement ini maka tahapan analisis adalah: 4

5 1. Melakukan pemetaan masalah atau identifikasi masalah. Identifikasi masalah diperlukan untuk menentukan karakteristik unit organisasi apakah yang akan dibentuk. Pemetaan masalah ini akan menentukan tugas dan fungsi dari unit organisasi yang akan dibentuk. 2. Melakukan analisis jabatan. Analisis jabatan diperlukan karena perkembangan organisasi dan perubahan struktur dalam organisasi menyebabkan kebutuhan akan pekerjaan baru. Sebelum melakukan rekrutmen terhadap karyawan yang akan menduduki jabatan yang baru, maka sebelumnya perlu diketahui dan diidentifikasi pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana pekerjaan dilakukan serta jenis personal yang bagaimana yang layak menduduki pekerjaan tersebut. Dalam hal ini, perlu ditetapkan standar-standar pekerjaan dan kriteria keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan sehingga dibutuhkan analisis jabatan. Analisis jabatan ini sangat penting agar organisasi dapat berjalan dengan lancar terutama sekali dikarenakan unit organisasi baru dibentuk. Dalam analisis jabatan, salah satunya akan diketahui tentang uraian jabatan di mana itu sama pentingnya dengan alasan mengapa organisasi itu dibentuk. Setiap organisasi yang baru muncul atau dibentuk tentu akan memiliki jenis pekerjaan yang berbeda dengan organisasi lain yang telah terbentuk. Karena organisasi itu baru dibentuk, maka penting sekali untuk menjelaskan atau menguraikan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan dilakukannya. Alasan lain pembentukan unit organisasi baru dibarengi dengan munculnya kebutuhan jenis pekerjaan baru yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan sebelumnya atau tidak ada pada struktur organisasi yang lama. Selanjutnya pada kegiatan ini akan dihasilkan: a. Uraian jabatan yaitu pernyataan tertulis tentang apa yang sesungguhnya dilakukan pemegang jabatan, bagaimana dia melakukannya dan dalam kondisi apakah pekerjaan itu dijalankan. Uraian ini akan memuat identifikasi jabatan, ringkasan jabatan, hubungan tanggungjawab-kewajiban, wewenang dari pemegang jabatan, standar kinerja, dan kondisi kerja. 5

6 b. Spesifikasi jabatan yaitu menunjukkan orang seperti apakah yang akan direkrut dan dalam kualitas seperti apa orang tersebut harus direkrut. c. Evaluasi jabatan yaitu menentukan peringkat jabatan pada struktur jabatan yang akan dikembangkan baik jabatan struktural maupun fungsional. Analisis ini dihasilkan dari job anaysis yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya analisis jabatan yang diikuti dengan evaluasi jabatan ini merupakan bagian dari analisis kebutuhan yang dilihat dari perspektif SDM. 3. Analisis kebutuhan (need assessment). Analisis kebutuhan dilakukan dengan pendekatan terhadap elemen organisasi lain selain sumber daya manusia (man), yaitu elemen tatalaksana (method) anggaran (money), dan sarana dan prasarana (material). 4. Analisis road map yang sekaligus menjadi rencana aksi, yaitu analisis yang digunakan untuk bagaimana menerapkan hasil need assessment terhadap langkah awal pembentukkan dan pengembangan unit organisasi yang dimaksudkan. 5. Dari analisis road map tersebut analisis lanjutannya dikembangkan untuk menyusun pokok-pokok Rencana Strategis dari Unit Organisasi yang akan dibentuk. 6. Bagaimana tahapan analisis tersebut dijelaskan dalam gambar.1. Gambar.1. Alur Analisis Pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan NEED ASSESSMENT KEBUTUHAN PELAYANAN ANALISIS KEBUTUHAN ANGGARAN, TATALAKSANA, SARANA- PRASARANA ANALISIS ROAD MAP UNIT ORGANISASI Analisis Jabatan Evaluasi Jabatan Standarisasi Kompetensi Jabatan ANALISIS KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA Hasil Asesmen Seluruh Pegawai Sistem Rekrutmen 6

7 Untuk memperoleh data dan informasi bagi analisis kebutuhan (need assessment) digunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan data sekunder. 1. Observasi adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dengan mengamati perilaku organisasi. 2. Data sekunder adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber tertulis. Berdasarkan hal di atas, maka pokok-pokok substansi yang terkait desain pembentukkan unit organisasi yang menyelenggarakan usaha peningkatan kualitas SDM dan pengelolaan kesekretariatan adalah output analisis need assessment yang memuat tentang: 1. Desain organisasi yang mencakup: a. Karakteristik unit organisasi; b. Kelembagaan; c. SDM; d. Anggaran; dan, e. Sarana dan prasarana. 2. Rancangan perencanaan unit organisasi ke depan. 7

8 BAB DUA IDENTIFIKASI PERMASALAHAN A. Permasalahan SDM Saat ini DPR RI berada dalam sistem pemerintahan presidensial, di mana pemisahan kekuasaan cenderung menciptakan sebuah badan legislatif yang relatif kuat dan mandiri, tetapi di satu sisi DPR RI masih belum mampu memenuhi potensi tersebut. Hal ini muncul karena masalah dukungan SDM unsur pendukungnya (Sekretariat Jenderal DPR RI). Kondisi SDM pada Sekretariat Jenderal DPR RI sedang dihadapkan pada kondisi SDM yang kurang mendukung terhadap dinamika organisasi. Peta SDM yang kurang mendukung tersebut dapat dilihat dari hasil asesmen yang dilaksanakan sejak tahun Dengan struktur organisasi yang cenderung gemuk tetapi dengan keterbatasan kompetensi SDM menghasilkan pejabat yang relatif kurang cakap dalam kedudukannya, serta keberadaan staf yang kurang mendukung terhadap dinamika kerja DPR. Begitu juga pengelolaan SDM fungsional yang tidak efektif di mana keberadaan pejabat fungsional yang relatif kurang potensial sehingga menjadikan dukungan keahlian menjadi relatif tidak optimal. Hal ini diperkuat dengan penilaian negatif dari DPR RI terhadap Sekretariat Jenderal DPR RI berupa rendahnya kualitas SDM-nya. Ketidakcakapan SDM juga muncul dikarenakan rekrutmen masa lalu dan belum lengkapnya analisis jabatan. Kondisi di atas menjadikan evaluasi jabatan menjadi belum sepenuhnya mencerminkan beban dan bobot jabatan sehingga analisis jabatan masih harus disempurnakan. Hal lain terkait dengan jabatan ini belum adanya kompetensi jabatan sehingga penempatan jabatan relatif tidak menciptakan the right man on the right place. Belum idealnya SDM Sekretariat Jenderal DPR RI ini juga turut disumbang oleh belum diterapkannya sistem penilaian kinerja individu. Selama ini aspek penilaian hanya bersandarkan pada penilaian subjektif atasan langsung yang dituangkan dalam DP3. Padahal penilaian subjek tersebut sulit untuk dipertanggungjawabkan objektivitasnya. 8

9 Permasalahan lain yang terkait dengan manajemen SDM adalah pembangunan atau pengembangan database pegawai belum sepenuhnya memuat informasi tentang kepegawaian. Dalam hal ini belum memuat rekam jejak perjalanan karir dari seorang pegawai. Permasalahan lain adalah pengembangan pendidikan dan pelatihan belum sepenuhnya mengacu kepada hasil asesmen. Permasalahan SDM unsur penunjang DPR tidak hanya berfokus pada SDM Sekretariat Jenderal DPR RI yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) tetapi juga Tenaga Ahli dan Sekretaris Pribadi. Hal ini jelas dinyatakan dalam UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, khususnya apa yang diatur dalam pasal 392 ayat (2) di mana Pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI adalah pegawai tetap dan tidak tetap. Karena itu keberadaan Tenaga Ahli dan Sekretaris dapat dimasukkan kategori pegawai tidak tetap. Meskipun sejak tahun 2011 telah dibentuk unit organisasi khusus setingkat eselon 3 yang ditempatkan pada Biro Pimpinan, yaitu Bagian Tata Usaha Tenaga Ahli dan Sekretaris Anggota, namun demikian dalam prakteknya pengelolaan Tenaga Ahli dan Sekretaris Anggota belum menemukan sistem pengelolaan yang tepat dan efisien. Selanjutnya berbagai permasalahan yang bersifat kritis yang dihadapi dalam pengelolaan SDM unsur penunjang DPR dirangkum dalam tabel.1. Tabel.1 Permasalahan Manajemen SDM Sekretariat Jenderal DPR RI No Kegiatan Masalah Kritis 1 Sistem rekrutmen pegawai Penyempurnaan sistem rekrutmen yang secara berangsur-angsur mengarah kepada konsep transparan dan bersih dari KKN 2 Analisis jabatan Analisis jabatan belum sepenuhnya menggambarkan deskripsi jabatan dan syarat jabatan. 3 Evaluasi Jabatan Analisis jabatan masih harus disempurnakan 4 Kompetensi jabatan Kompetensi jabatan belum dilakukan 5 Assesmen Hasil asesmen masih melihat pada aspek umum, hanya baru beberapa asesmen yang khusus. 6 Sistem penilaian kinerja Penerapan penilaian kinerja masih sepenuhnya individu pada aspek DP3. 7 Database pegawai Pembangunan/pengembangan database belum sepenuhnya memuat informasi tentang kepegawaian. 8 Pendidikan dan pelatihan Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan belum sepenuhnya mengacu kepada hasil asesmen. 9 Pengelolaan Tenaga Ahli dan Sekretaris Pribadi Belum sepenuhnya mengacu pada Pedoman Pengelolaan Tenaga Ahli dan Sekretaris Pribadi. 9

10 Berdasarkan hal di atas, maka pengembangan SDM unsur penunjang DPR RI menuju standarisasi kompetensi jabatan yang dibutuhkan oleh DPR menjadi hal penting untuk diperhatikan. B. Permasalahan Pengelolaan Keparlemenan Sebagai suporting system, Sekretariat Jenderal DPR RI sedang menghadapi permasalahan karena dukungan yang diberikan kepada DPR RI sebagai lembaga negara memiliki karakteristik yang berbeda. Karena itu SDM manajerial, keahlian dan teknis yang dibutuhkan juga memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan pemerintah. Karakteristik dukungan tersebut masih belum menemukan kondisi yang ideal sehingga masih dalam proses pencarian kesesuaian. Karena itu dibutuhkan model pendekatan lain terhadap manajemen, yaitu manajemen keparlemenan. Manajemen keparlemenan 1, merupakan istilah yang tidak populer tidak seperti manajemen umum yang biasa dikenal seperti manajemen keuangan, manajemen personalia, manajemen transportasi dan sebagainya, karena itu belum ada istilah baku terhadap pengertian tentang manajemen keparlemenan. Pengertian ini juga tidak seakrab seperti manajemen pemerintahan. Meskipun dalam kontek manajemen pemerintahan yang dipandang dalam konteks pemerintahan yang luas termasuk parlemen di dalamnya. Tetapi secara umum biasanya istilah manajemen pemerintahan lebih banyak mengacu kepada manajemen di eksekutif di mana manajemen pemerintahan tersebut menjadi bagian dari kerangka administrasi negara. Satu hal penting dari manajemen keparlemenan adalah tidak bisa melepaskan diri dari konteks manajemen secara umumnya. Tetapi yang membedakan manajemen keparlemenan dengan manajemen lainnya adalah terletak pada objeknya yaitu parlemen. Karena itu manajemen keparlemenan sebenarnya berbicara tentang manajemen dengan objek parlemen. Dan juga karena manajemen keparlemenan sama halnya dengan manajemen secara umum, maka manajemen keparlemenan juga dapat dilihat berdasarkan 1 Pembahasan khusus tentang Manajemen Keparlemenan dapat dibaca dalam buku Asep Ahmad Saefuloh berjudul, Manajemen Keparlemenan: Strategi dan Kebijakan dalam Mengelola Perubahan Diantara Agenda dan Sinisme-Resistensi Publik, Pius Lustrilanang (Kata Pengantar), Boy Ervandi (ed.), P3DI,

11 pendekatan holistik yaitu manajemen keparlemenan yang dilihat sebagai ilmu pengetahuan, sistem, fungsi, proses dan profesi. Berdasarkan pendekatan pertama, manajemen keparlemenan sebagai sebuah ilmu pengetahuan dikarenakan manajemen keparlemenan dapat diterapkan dalam kehidupan yang nyata, dan dalam menerapkannya manajemen keparlemenan dapat dibantu oleh berbagai cabang ilmu lainnya, seperti ilmu manajemen, komunikasi, sosiologi, ekonomi, psikologi, matematika, dan sebagainya. Manajemen keparlemenan juga sebagai ilmu pengetahuan karena mempelajari dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi sistem keparlemenan dalam sebagian ataupun keseluruhan dimensinya baik itu nilai, sumber daya-sumber daya, struktur, proses dan output yang terarah. Berdasarkan pendekatan kedua, manajemen keparlemenan sebagai sebuah sistem karena manajemen keparlemenan sebagai kumpulan elemen saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, di mana sistem sendiri diartikan sebagai suatu untuk mengabungkan, untuk membentuk dan mendirikan, untuk menempatkan secara bersama-sama dari berbagai komponen (atau elemen) dan untuk memudahkan aliran informasi atau materi. Sebagai sebuah sistem manajemen keparlemenan dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan dan diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Pada akhirnya manajemen keparlemenan sebagai sebuah sistem karena mengemban upaya-upaya dalam mewujudkan values yaitu nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan berbangsa). Pada pendekatan ketiga, manajemen keparlemenan sebagai sebuah fungsi, karena manajemen keparlemenan dapat diklasifikasikan sebagai: 1. Perencanaan (planning) yaitu tindakan melakukan pengambilan keputusan saat sekarang untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul di masa depan yang dekat, menengah dan jauh kedepan. 2. Pengorganisasian (organizing) yaitu upaya menyusun organisasi atau kelembagaan yang bertugas, berwenang dan bertanggungjawab dalam merealisasikan perencanaan. 3. Pelaksanaan (executing) yaitu realisasi pelaksanaan hal-hal yang telah direncanakan secara konsisten atau sesuai dengan kemungkinan- 11

12 kemungkinan memperhatikan situasi dan kondisi tertentu dalam realitas kenyataan yang dihadapi, sehingga dapat dilakukan tindakan penyesuaian perencanaan untuk mencapai hasil pelaksanaan yang maksimal. 4. Pemantauan (monitoring) yaitu upaya untuk memonitor/memantau atau mendeteksi dan mengidentifikasikan seluruh masalah-masalah kegiatan pelaksanaan baik hambatan, kesenjangan dan kendala pelaksanaan rencana-rencana yang sudah disusun sejak awal agar tidak terjadi penyimpangan dan hambatan dari rencana yang sudah disusun. 5. Pengendalian (guiding) yaitu upaya untuk mengarahkan kearah pelaksanaan, dan mengembalikan arah pelaksanaan ke perencanaan awal yang telah ditetapkan. 6. Pengawasan (controlling) yaitu upaya mengamati seluruh kegiatan pelaksanaan agar sesuai dengan perencanaan dan pengorganisasian berikut hasil-hasil yang telah terjadi/terlaksanakan sehingga organisasi mampu melakukan/melaksanakan rencana sesuai tugas pokok dan fungsinya, dan rencana tercapai sesuai dengan tujuannya. 7. Penilaian (evaluating) yaitu upaya pengumpulan keseluruhan data, fakta dan informasi untuk pengambilan keputusan selama proses pelaksanaan (evaluasi formatif) dan pengambilan keputusan menyeluruh tentang pelaksanaan perencanaan. Berdasarkan pendekatan keempat, manajemen keparlemenan sebagai sebuah proses karena terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Karena itu manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsifungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. Pada pendekatan kelima, manajemen keparlemenan sebagai sebuah profesi karena manajemen keparlemenan mempunyai bidang pekerjaan atau bidang keahlian tertentu, seperti halnya bidang-bidang lain, misalnya profesi di bidang kesehatan, di bidang hukum, dan lain-lain. Karena itu dalam organisasi parlemen, manajer parlemen adalah Ketua DPR RI, dan manajer suporting system salah satunya adalah Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI. 12

13 Kelima pendekatan di atas merupakan satu kesatuan dalam memandang manajemen keparlemenan, tetapi dapat berdiri sendiri atas masing-masingnya ketika pengunaan pada salah satu pendekatan. Karena itu pula manajemen keparlemenan sendiri dapat dilihat sebagai salah satu jawaban atas isu-isu kritis yang selama ini ditujukan kepada DPR RI. Dalam dua dekade terakhir ini, isu-isu kritis untuk parlemen termasuk DPR RI muncul karena DPR RI dihadapkan pada lingkungan strategis yang senantiasa sedang berubah. Lingkungan eksternal strategis pada perkembangan parlemen di dunia dihadapkan pada tuntutan penguatan keparlemenan sedangkan lingkungan eksternal strategis domestik dihadapkan pada sinisme publik yang berujung pada resistensi. Sedangkan dalam analisis internal sedang menghadapi persoalan internal DPR RI yang sarat dengan kepentingan politik dan keterbatasan unsur penunjang. Analisis strategis internal tersebut memunculkan akan perlunya perhatian terhadap beberapa hal penting pada DPR RI baik sebagai lembaga politik maupun sebagai organisasi, yaitu pengembangan SDM, pembenahan pengelolaan penganggaran, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana penunjang, serta penciptaan efektivitas metode kerja atau tatalaksana pengelolaan kelembagaan dan keorganisasian. Terkait penguatan kelembagaan DPR RI akan berhubungan dengan pelaksanaan otonomi parlemen, yang sudah menjadi agenda bagi parlemenparlemen di dunia internasional. Secara empirik otonomi parlemen di masingmasing parlemen memiliki perbedaan-perbedaan. Di DPR RI usaha mengarah ke otonomi parlemen sudah mulai dilakukan walaupun baru menyentuh aspek kekuasaan parlemen, sedangkan pada aspek anggaran dan kepegawaian masih memerlukan proses meskipun usaha-usaha ke arah itu sudah dilakukan. Selanjutnya usaha menuju otonomi anggaran dan kepegawaian harus dimulai dengan menyusun road map atas perubahan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan itu. Masih terkait dengan penguatan kelembagaan, perlu juga diiringi dengan perubahan pada perilaku organisasi DPR RI. Dalam tataran ini, DPR RI harus dilihat tidak semata sebagai lembaga politik tetapi juga sebagai organisasi. Meskipun demikian usaha-usaha untuk menciptakan DPR RI sebagai organisasi sudah dilakukan terutama dalam pengaturan internal. 13

14 Selama ini, hambatan terbesar dalam menciptakan DPR RI sebagai organisasi adalah kedudukan antar Alat Kelengkapan yang sederajat, karena itu meskipun DPR RI terdiri dari Alat Kelengkapan tetapi keberadaannya tidak berbentuk struktur organisasi seperti organisasi pada umumnya, atau keberadaan AKD tidak didudukkan sebagai unit organisasi dari organisasi DPR RI. Jika pada organisasi terdapat hirarki organisasi yang didalamnya menunjukkan jenjang kewenangan, tetapi AKD tidak menunjukkan jenjang kewenangan karena kewenangan yang ada pada organisasi atau AKD sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kemudian terkait dengan persoalan eksternal yang bersifat domestik adalah adanya sikap sinis dari publik dan sikap sinis ini merupakan suatu hal yang patut dipertimbangkan dalam setiap bentuk organisasi apapun. Bagi DPR RI sendiri sinisme merupakan masalah nyata yang dihadapi oleh DPR RI dan patut diberikan perhatian khusus. Dampak yang merugikan dari sinisme ini adalah akan menimbulkan resistensi publik. Karena itu DPR RI perlu mengelola sinisme agar tidak muncul resistensi publik. Dalam hal ini sinisme perlu dinetralisir agar memunculkan trust publik kepada DPR RI sehingga pada akhirnya agenda-agenda perubahan dapat terlaksana. Masih terkait dengan lingkungan internal bagi DPR RI adalah adanya konplik internal yang cenderung semakin menguat. Bagi suatu organisasi, konplik internal merupakan suatu yang biasa muncul dalam organisasi sehingga muncul dengan apa yang disebut dengan manajemen konplik. Dalam manajemen konplik ini, konplik dikelola sehingga tidak berdampak menganggu kinerja organisasi. Begitu juga di DPR RI, konplik internal ini masih mewarnai perilaku DPR RI dan jika konplik internal ini tidak dikelola akan semakin memperbesar sikap sinis publik terhadap DPR RI dan jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi penghambat bagi DPR RI dalam menjalankan agenda-agenda perubahannya. Dalam jangka pendek, agenda manajemen keparlemenan bagi DPR RI dikaitkan dengan kontek perubahan yang sedang terjadi di DPR RI. Untuk menjalankan agenda perubahan tersebut, dalam hal ini akan diimplementasi melalui manajemen keparlemenan yang secara konseptual dilandasi oleh adanya karakteristik DPR RI. Karakteristik ini merupakan dasar dari kekhususan sehingga kenapa dikatakan sebagai manajemen keparlemenan. 14

15 DPR atau Parlemen memiliki karakteristik keorganisasian yang berbeda dibandingkan dengan pemerintah. Adapun karakteristik yang dimaksudkan adalah: 1. SDM. SDM yang dibutuhkan adalah SDM yang sesuai dengan tugas dan fungsi DPR sehingga yang dibutuhkan adalah SDM Parlemen atau SDM Pemerintahan dalam konteks luas, bukan SDM Aparatur Eksekutif semata. 2. Anggaran. Anggaran yang dibutuhkan oleh DPR seharusnya berbeda dalam pengaturannya antara anggaran yang digunakan oleh pemerintah. Meskipun perbedaan tetapi esensi dasar dalam pengelolaan keuangan tetap memperhatikan akuntabilitas. 3. Tatalaksana (internal business process). Tatalaksana di DPR akan berbeda dengan praktek tatalaksana di Pemerintah. Karena bagaimana pun tatalaksana yang dibangun harus mengikuti ritme DPR. 4. Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang diterapkan untuk DPR harus memiliki kekhususan karena bagaimana pun parlemen merupakan simbol dari demokrasi sehingga karakter demokrasi harus menjadi bagian dari penataan atau penerapan sarana dan prasarana. C. Perlunya Unit Organisasi Baru Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan kegiatan pengembangan SDM dan pengkajian masalah keparlemenan dalam suatu unit organsasi sehingga dipandang perlu untuk membentuk suatu unit organisasi yang khusus melakukan penyelenggaraan kegiatan pengembangan SDM dan pengkajian terhadap manajemen keparlemenan. Terkait dengan pengkajian ini, memang Sekretariat Jenderal DPR RI telah memiliki unit organisasi yang memiliki tugas dan fungsi tersebut, yaitu Bidang Pengkajian pada Pusat Pengkajian Pelayanan Data dan Informasi (P3DI). Tetapi yang membedakan dengan unit organisasi yang akan dibentuk adalah objek dan kegunaan hasil pengkajiannya. Jika Bidang Pengkajian objek yang menjadi kajian adalah hal-hal yang terkait dengan kedewanan yang dikaitkan dengan tugas dan fungsi DPR, sedangkan unit organisasi yang akan dibentuk memiliki kajian terkait dengan DPR sebagai suatu organisasi, dan pengelolaan organisasi unsur penunjangnya. 15

16 Keberadaan unit organisasi ini memiliki tujuan untuk menghasilkan keluaran (output) kegiatan yang dapat memberikan dampak (outcome) bagi peningkatan kinerja organisasi unsur penunjang dan DPR. Agar kehadiran unit organisasi baru tersebut tepat sasaran maka membutuhkan suatu panduan atau kerangka pikir yang terkait dengan desain tugas dan fungsi, struktur, tanggungjawab dan kewenangan, SDM, anggaran, dan sarana pendukung. 16

17 BAB TIGA KONSEPSI DASAR A. Konsep Pengembangan SDM Konsep dasar yang digunakan dalam merumuskan desain organisasi berangkat dari pengembangan konsep tentang siklus pengembangan SDM yang dikaitkan dengan peningkatan kinerja organisasi. Analisis terhadap kinerja organisasi maka paling awal yang harus dilihat adalah keberadaan atau peran SDM-nya. Terutama dikaitkan dengan organisasi yang sudah lama terbentuk. Karena itu SDM yang ada harus dilakukan asesmen untuk mengetahui seberapa besar peran mereka dalam organisasi. Dari hasil asesmen juga akan diketahui gap kompetensi. Berdasarkan gap kompetensi tersebut kemudian dilakukan pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan, maka SDM akan dilihat dalam pekerjaan sehari-harinya (praktek), selanjutnya dari praktek tersebut akan terlihat apakah ada peningkatan/perbaikan kinerjanya. Gambar.2. Siklus Pengembangan SDM Gap Kompetensi Asesmen Penelitian/ Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Praktek Jika tidak terjadi perbaikan/peningkatan yang tidak signifikan yang diketahui melalui penilaian kinerjanya. Dan jika hasil penilaian kinerja ternyata masih jauh dari yang diharapkan sesuai dengan jabatannya, berarti masih terdapat standar dari kompetensi jabatannya yang belum terpenuhi, sehingga 17

18 perlu diasesmen kembali untuk mengetahui gap kompetensi yang masih ada pada yang bersangkutan. Kemudian dari hasil asesmen tersebut dilakukan kembali pengembangan kompetensinya melalui pemberian berbagai pendidikan dan pelatihan. Begitu seterusnya siklus pengembangan SDM terjadi. Bagaiman siklus tersebut terjadi dijelaskan dalam gambar.2. Kemudian untuk menjaga kesinambungan proses siklus pengembangan SDM maka dibutuhkan suatu unit organisasi yang akan menyelenggarakan tugas dan fungsi penilaian, pengembangan atau penelitian, dan pemberian pendidikan dan pelatihan. B. Konsep Manajemen Keparlemenan Konsep siklus pengembangan SDM tersebut dapat diterapkan untuk analisis pengembangan SDM pada unsur pendukung DPR RI. Namun konsep tersebut harus dipadukan dengan konsep praktek yang khas yang sesuai dengan kondisi yang ada di DPR RI. Dalam hal ini praktek yang ada harus dilihat dalam perspektif parlemen. Karena itu pendekatan praktek yang digunakan adalah analisis praktek manajemen keparlemenan. Berdasarkan konsep siklus pengembangan SDM dan praktek dari manajemen keparlemenan tersebut maka akan mempengaruhi terhadap karakteristik dari unit organisasi yang akan dibentuk. Dengan pendekatan manajemen keparlemenan pada dasarnya bukan ditujukan untuk menjawab isu kritis secara instan tetapi sebagai sebuah proses. Untuk memperkuat pencapaian atas penguatan kelembagaan DPR RI dengan berbasis manajemen keparlemenan diperlukan adanya unit organisasi yang bertugas melakukan pengkajian terhadap aspek-aspek kelembagaan DPR RI. Kehadiran unit organisasi tersebut diarahkan pada pencapaian hasil yang dapat memberikan penguatan kelembagaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI serta pemberdayaan terhadap pelaksanaan tugas administrasi, teknis dan keahlian yang dilakukan suporting system. Tugas pokok unit ini melakukan pengkajian terhadap kelembagaan dan ketatalaksanaan DPR RI dan Kesekretariatan (organisasi unsur penunjang), kebijakan penganggaran DPR RI, dan pengembangan SDM Untuk menjalankan manajemen keparlemenan tersebut diperlukan beberapa alat manajemen lainnya, bersifat khusus sesuai dengan objek atau 18

19 elemen organisasi yaitu: manajemen SDM, manajemen mutu layanan, manajemen keuangan, manajemen infrastruktur perkantoran, dan manajemen perubahan. Manajemen-manajemen tersebut digunakan sesuai dengan elemen organisasi yang dikelola. Misalnya manajemen SDM terkait dengan pengelolaan SDM pada organisasi unsur penunjang. Terkait dengan pengelolaan SDM maka dibutuhkan pendekatan baru dalam pengelolaan SDM dikarenakan terdapat pola yang berubah yang menuntut pengetahuan baru dan cara manajemen yang baru, yaitu mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, pelatihan, dan keahlian SDM. Manajemen keparlemenan juga membutuhkan manajemen mutu, karena dalam suatu organisasi saat ini ketika dihadapkan pada tuntutan kinerja maka perlu dibuat suatu sistem manajemen mutu layanan yaitu serangkaian elemen-elemen yang saling terkait dan berinteraksi yang mengarahkan dan mengontrol organisasi mengacu pada mutu. Oleh sebab itu, sistem manajamen mutu diaplikasikan pada seluruh kegiatan dan unit dalam organisasi unsur penunjang. Tujuan pelaksanaan sistem manajemen mutu adalah untuk mengelola berbagai kegiatan dengan pendekatan yang sistematis dan secara berkesinambungan meningkatkan efektivitasnya dalam rangka mengutamakan kebutuhan-kebutuhan DPR RI. Sasaran akhir dari kebijakan mutu adalah pencapaian kepuasan permanen dan kepercayaan DPR RI. Tujuan ini dapat dicapai melalui identifikasi sistem pengukuran dari seluruh proses yang mempengaruhi persepsi DPR RI terhadap mutu dari produk/pelayanan yang dihasilkan organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI. Salah satu bagian penting dari sistem manajemen mutu adalah dokumentasi dari seluruh proses, yang selanjutnya disusun dalam suatu Standar Operating and Procedure (SOP). Tujuan dokumentasi adalah untuk menginstruksikan dan membimbing para karyawan yang setiap tindakannya mempengaruhi mutu produk/pelayanan, serta menginformasikan para Anggota DPR RI bahwa proses yang diimplementasikan tersebut menjamin kepuasan yang utuh bagi mereka. Namun demikian manajemen mutu layanan ini juga dapat dikembangkan di DPR RI melalui pengaturan terhadap proses pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI sehingga proses kerja (internal business process) dari Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dapat menghasilkan produk DPR RI yang sesuai dengan keinginan publik. 19

20 Gambar.3. Keterkaitan Antar Manajemen dalam Manajemen Keparlemenan MAN MANAJEMEN SDM METHOD MANAJEMEN MUTU LAYANAN MANAJEMEN KEPARLEMENAN MONEY MANAJEMEN KEUANGAN MATERIAL MANAJEMEN INFRASTRUKTUR Manajemen keparlemenan membutuhkan manajemen keuangan karena terkait dengan pengelolaan anggaran. Dalam hal ini untuk kondisi penganggaran saat ini sudah saatnya melakukan pendekatan public expenditure management (PEM). PEM adalah suatu pendekatan baru terhadap permasalahan lama yaitu bagaimana mengalokasikan uang masyarakat melalui pilihan. PEM sendiri lebih menekankan disiplin fiskal, efisiensi alokasi dan efisiensi operasional. Dalam penerapan disiplin fiskal dibuat berdasarkan prinsip rasionalitas sehingga prinsip ini akan mampu menghindari adanya anggaran yang tersembunyi (hidden budget). Ketidakefisienan juga terlihat dari adanya anggaran berulang. Pengulangan anggaran, dalam tarap tertentu bisa ditolerir, terutama yang disebabkan karena oleh ketidakstabilan politik. Sedangkan efisiensi alokasi dimaksudkan bahwa pembelanjaan harus didasarkan pada prioritas pembiayaan di mana harus menghindari perencanaan yang bersifat escapist planning, yaitu suatu perencanaan yang muluk-muluk, tanpa mempertimbangkan kecukupan sumber penerimaan. Kemudian dalam perencanaan juga harus menghindari pembiayaan yang bersifat distorted priorities, yaitu pembiayaan yang tidak memperhitungkan urgensi peruntukkan publik. Terakhir, efisiensi operasional, maksudnya dalam pelaksanaan teknis di lapangan, yang berarti harus dihindari hal-hal yang bersifat inefisiensi, misalnya compensatory spending, yaitu pembelanjaan yang bersifat kompensasi-kompensasi sebagai akibat dari suatu kebijakan. 20

21 Manajemen keparlemenan juga membutuhkan manajemen infrastruktur karena terkait dengan pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan oleh DPR RI termasuk pengelolaannya. Dalam pengembangan infrastruktur ini tidak hanya semata aspek fisik saja tetapi bagaimana memadukannya dengan kondisi yang tepat untuk DPR RI sebagai suatu institusi demokrasi. Karena karakteristik tersebut maka desain gedung dan penataan interiornya akan berbeda dengan gedung-gedung perkantoran pada umumnya. 21

22 BAB EMPAT DESAIN ORGANISASI A. Visi dan Misi Berdasarkan identifikasi masalah maka pembentukkan unit organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengembangkan SDM dan manajemen keparlemenan harus memiliki visi yang jelas. Untuk itu dirumuskan visi yang ingin dicapai, yaitu: Menjadikan Sumber Daya Manusia Pendukung Parlemen sebagai pilar penting dalam memperkuat sistem checks and balances antara DPR dengan Pemerintah Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi yang harus dilakukan oleh unit organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengembangkan SDM dan manajemen keparlemenan sebagai berikut: 1. Menciptakan profesionalitas SDM unsur penunjang DPR melalui basis kompetensi. 2. Menciptakan kepemimpinan masa depan yang mengikuti perkembangan lingkungan strategis. 3. Membangun sistem peningkatan kualitas SDM unsur penunjang DPR yang berbasis kompetensi. 4. Menghasilkan kekayaan intelektual serta pemanfaatannya bagi penguatan kelembagaan DPR. B. Karakteristik Organisasi 1. Tujuan Pembentukkan Tujuan pembentukkan unit organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengembangkan SDM dan manajemen keparlemenan adalah menciptakan dampak bagi peningkatan kinerja organisasi unsur penunjang DPR RI dan DPR RI. 2. Nomenklatur Organisasi Sesuai dengan permasalahan dan tujuan maka unit organisasi yang akan dibentuk dinamakan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen 22

23 Keparlemenan. Penyebutan tersebut merujuk kepada dua tujuan utama yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kompetensi SDM dan pengelolaan kelembagaan berbasis manajemen keparlemenan. Namun demikian kedua tujuan tersebut memiliki keterkaitan sehingga untuk pencapaian tujuan tersebut dapat dijadikan dalam satu unit organisasi. 3. Kekhususan Unit Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan memiliki kekhususan sebagai berikut: a. Merupakan unit organisasi fungsional, yaitu organisasi yang berorientasi pada hasil (result oriented). b. Pimpinan unit organisasi adalah Kepala Pusat, yaitu disesuaikan dengan nomenklatur unit organisasi yang akan dibentuk. c. Unit organisasi dibentuk setingkat eselon 2. Pembentukkan unit organisasi setingkat eselon 2 adalah dikarenakan unit ini baru merupakan pengembangan dari unit oganisasi eselon 3. d. Saat ini dapat ditempatkan di bawah Deputi Administrasi Sekretariat Jenderal DPR. Hal ini disesuaikan dengan struktur organisasi yang ada saat ini di mana Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan merupakan pengembangan dari Bagian Pendidikan dan Pelatihan yang sekarang ini dalam struktur organisasi berada di bawah Biro Kepegawaian dan Keanggotaan. e. Tugas dan fungsi utamanya melayani Sekretariat Jenderal DPR RI dan DPR RI. Hal ini sesuai dengan kedudukannya yang merupakan bagian dari struktur organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI, dan Sekretariat Jenderal DPR RI merupakan organisasi pendukung bagi DPR RI. C. Kelembagaan 1. Strategi Strategi yang akan digunakan dalam pembentukkan dan pengembangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan adalah: a. Strategi Pelayanan. Strategi pokoknya adalah: 23

24 1) Penerapan manajemen mutu layanan. Manajemen mutu layanan diperlukan agar ada jaminan bahwa produk pelayanan yang diberikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan dan mencapai standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. 2) Penerapan layanan pendampingan. Layanan pendampingan diperlukan untuk penguatan pada unit-unit organisasi yang membutuhkan pendampingan pada area yang akan diperbaiki atau dikembangkan. Begitu juga pendampingan pada DPR ditujukan pada pendampingan di Alat Kelengkapan Dewan (AKD) yang membutuhkan masukan substansi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi AKD yang bersangkutan. b. Strategi Pengembangan. Strategi pokoknya adalah: 1) Penerapan competency-based HR management. Untuk membangun competency-based HR management, maka kegiatan yang harus dilakukan adalah: a) Tahap pertama yang mesti dilakukan adalah menyusun direktori kompetensi serta profil kompetensi per posisi. Dalam proses ini, dirancanglah daftar jenis kompetensi, yaitu berupa soft dan hard competency yang dibutuhkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan lengkap dengan definisi kompetensi yang rinci, serta juga indikator perilaku dan levelisasi (penjenjangan level) untuk setiap jenis kompetensi. Dalam tahap ini pula disusun semacam kebutuhan kompetensi per posisi, atau semacam daftar kompetensi apa yang dipersyaratkan untuk satu posisi tertentu, berikut dengan level minimumnya. b) Tahap kedua merupakan tahap yang paling kritikal, yaitu tahap asesmen kompetensi untuk setiap individu karyawan dalam organisasi yang ada sekarang. Tahap ini wajib dilakukan sebab setelah dimiliki direktori kompetensi beserta dengan kebutuhan kompetensi per posisi, maka perlu diketahui di mana level kompetensi para karyawan, dan dari sini juga dapat dipahami gap antara level kompetensi yang 24

25 dipersyaratkan dengan level yang dimiliki oleh karyawan saat ini. Terdapat beragam metode untuk mengevaluasi level kompetensi. Tetapi dalam pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan metode yang akan digunakan lebih kompleks yaitu dengan menggunakan teknik yang disebut sebagai competency assessment center. Dalam metode ini, pegawai diminta untuk melakukan bermacammacam tugas seperti melakukan simulasi peran, memecahkan suatu kasus atau juga menyusun skala prioritas pekerjaan. Hasil kegiatan ini kemudian dievaluasi oleh para evaluator yang biasanya terdiri lebih dari satu orang. Meskipun obyektivitas dan validitasnya relatif tinggi, metode ini membutuhkan waktu yang cukup panjang (biasanya dua hari) dan biaya serta energi yang relatif besar (jika dimengunakan pihak ketiga). c) Tahap berikut dari penerapan CBHRM adalah memanfaatkan hasil level asesmen kompetensi yang telah dilakukan untuk diaplikasikan pada setiap fungsi manajemen SDM, mulai dari fungsi rekrutmen, manajemen karir, pelatihan, hingga sistem remunerasi. Penerapan metode CBHRM membutuhkan proses yang panjang namun manfaat yang akan diperoleh dari penerapan metode ini niscaya akan membuat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan bisa menjadi unit organisasi yang unggul. 2) Penerapan Organisasi Pembelajar. Strategi ini dibutuhkan untuk menunjang pencapaian SDM yang kompeten dan produk pelayanan memenuhi standarisasi akademik yang baik. c. Baik strategi pelayanan dan pengembangan akan didukung dengan penerapan strategi budaya organisasi. Strategi ini dibutuhkan untuk menciptakan SDM yang profesional melalui cara kerja yang memenuhi nilai-nilai dan perilaku profesional. Strategi ini dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan stakeholders terhadap Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan. 25

26 BUDAYA ORGANISASI/ PROFESIONALITAS Melalui pemilihan strategi yang akan digunakan dalam pembentukkan dan pengembangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan diharapkan dapat memberikan output kegiatan yang akan memberikan dampak keluaran pada penguatan kelembagaan DPR RI dan organisasi unsur penunjang, efisiensi anggaran dan peningkatan kualitas SDM unsur penunjang. Bagaimana keterkaitan strategi tersebut dijelaskan dalam gambar.4. Gambar.4. Penerapan Strategi Organisasi PELAYANAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN MUTU LAYANAN SETJEN DAN DPR OUTPUT OUTCOME PENGEMBANGAN CBHRM ORGANISASI PEMBELAJAR Proses transmisi dampak keluaran yang dihasilkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan adalah users utama yaitu Sekretariat Jenderal DPR RI melalui Biro Perencanaan dan Pengawasan, dan Biro Kepegawaian, dan DPR RI melalui Badan Urusan Rumah Tangga (BURT). Output yang digunakan oleh Biro Perencanaan dan Pengawasan akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun kebijakan-kebijakan (Pedoman dan regulasi), termasuk penganggaran. Kebijakan-kebijakan dan penganggaran tersebut selanjutnya akan digunakan oleh unit organisasi lainnya. Sedangkan untuk Biro Kepegawaian adalah mempersiapkan SDM yang akan ditempatkan di unit organisasi lainnya. 26

27 Aplikasi Aplikasi Menerapkan Menerapkan Output MK Kompetensi SDM Output MK Gambar.5. Mekanisme Transmisi Dampak Pembentukan Pusat pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan Terhadap Setjen dan DPR Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan STRATEGI ORGANISASI BIRO PERENCANAAN & PENGAWASAN BIRO KEPEGAWAIAN BURT Menerapkan AKD LAIN 1. Perbaikan regulasi di bidang Tatalaksana, Anggaran, SDM dan Sarana-Prasarana Menerapkan Mempersiapkan SDM Mutasi, Promosi/demosi Menerapkan Menempatkan UNIT LAINNYA Pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan juga dirancang untuk mengantisipasi perkembangan DPR ke depan. Misalnya pembentukkan Organisasi Pendukung DPR lainnya seperti pembentukkan Badan Fungsiona/Keahlian sebagaimana amanat UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, khususnya apa yang diatur dalam pasal 392 ayat (2) yang menyatakan bahwa untuk mendukung pelaksanaan tugas DPR RI dibentuk badan fungsional/keahlian yang ditetapkan melalui peraturan DPR RI setelah dikonsultasikan dengan Pemerintah. Begitu juga amanat pembentukkan Inspektorat Jenderal sebagaimana amanat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 08/DPR RI/IV/ tentang Penetapan Rencana Strategis Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Proses transmisi dampak keluaran yang dihasilkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan dengan mempertimbangkan alternatif pengembangan Organisasi Pendukung DPR lainnya dijelaskan dalam Gambar berikut: 27

28 Output MK Output MK Output MK Output MK Gambar.6. Mekanisme Transmisi Dampak Pembentukan Pusat Pendidikan dan Pealtihan Manajemen Keparlemenan Terhadap DPR dalam Perkembangan Suporting System Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan STRATEGI ORGANISASI SETJEN Pengawasan Pelayanan BADAN FUNGSIONAL/ KEAHLIAN Pengawasan INSPEKTORAT JENDERAL Pengawasan Pelayanan Pengawasan Pelayanan DPR Pengawasan Pelayanan Bagi DPR RI sendiri output yang dihasilkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan adalah BURT yang akan menjadi dasar dalam menyusun kebijakan kerumahtanggaan atau keorganisasian DPR RI. Produk dari keorganisasian DPR tersebut selanjutnya akan digunakan oleh Alat Kelengkapan Dewan (AKD) lainnya. Bagaimana proses transmisi tersebut bekerja dijelaskan dalam gambar Struktur Organisasi Struktur organisasi yang akan dikembangkan memperhatikan halhal sebagai berikut: a. Pengembangan struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan mengunakan prinsip-prinsip: 1) Spesialisasi dan koordinasi yaitu bagaimana mengelompokkan tanggungjawab ke dalam unit-unit dan hubungan-hubungannya. Dalam hal ini struktur organisasi dibagi dalam kegiatan yang berbeda sesuai dengan kekhususannya, tetapi tiap bagian memiliki keterkaitan satu sama lainnya. 2) Kompetensi yaitu bagaimana menetapkan kewenangan yang berpengaruh terhadap sentralisasi dan desentralisasi. Dalam hal ini dibedakan dengan jelas kewenangan sesuai dengan hirarki organisasi. 28

29 3) Standarisasi pelayanan yaitu pelayanan memenuhi standar pelayanan minimum yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi. Dalam hal ini tujuan standarisasi pelayanan akan mempengaruhi terhadap kebutuhan elemen organisasi yang dibutuhkan. 4) Adaptasi yaitu fleksibilitas dan keleluasaan bahwa organisasi dapat berubah dan berkembang di masa depan. Dalam hal ini pembagian struktur organisasi sudah mempertimbangkan kemungkinan pengembangan organisasi di masa depan. b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan dibentuk sebagai unit organisasi Eselon 2 yang membawahi 4 unit Eselon 3, yaitu: 1) Bidang Pengembangan Kompetensi. 2) Bidang Pengembangan Kepemimpinan. 3) Bidang Pendidikan dan Pelatihan. 4) Bidang Pengkajian Manajemen Keparlemenan. c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan bertugas melaksanakan pengembangan sumber daya manusia dan manajemen keparlemenan. Untuk melaksanakan tugas tersebut Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan memiliki fungsi : 1) Penyelenggaraan penilaian dan pengembangan kompetensi. 2) Penyelenggaraan pengembangan kepemimpinan. 3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. 4) Penyelenggaraan manajemen keparlemenan. d. Bidang Pengembangan Kompetensi mempunyai tugas: 1) Menyelenggarakan penilaian kompetensi. 2) Menyelenggarakan pengembangan kompetensi. 3) Menyelenggarakan coaching and conseling. e. Bidang Pengembangan Kepemimpinan mempunyai tugas: 1) Menyelenggarakan pengkajian pengembangan kompetensi kepemimpinan. 2) Menyelenggarakan model/kurikulum pendidikan dan pelatihan kepemimpinan. 29

30 3) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan kesekretariatan parlemen. Dalam jangka panjang diklat ini dapat diikuti oleh Pemimpinan Sekretariat DPRD seluruh Indonesia. f. Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas: 1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. 2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan manajemen keparlemenan (dasar, menengah dan panjang). Kegiatan ini dapat diikuti oleh pegawai DPRD seluruh Indonesia. g. Bidang Pengkajian Manajemen Keparlemenan mempunyai tugas: 1) Menyelenggarakan pengkajian bidang pengelolaan SDM, termasuk pengkajian pendidikan dan pelatihan. 2) Menyelenggarakan pengkajian bidang pengelolaan anggaran. 3) Menyelenggarakan pengkajian bidang pengelolaan tatalaksana. 4) Menyelenggarakan pengkaijan bidang pengelolaan sarana dan prasarana. h. Berdasarkan tugas dan fungsinya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan memiliki output dan outcome organisasi disajikan dalam tabel.2. Tabel.2. Output dan Outcome Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan Tugas Output Outcome Tugas melaksanakan pengembangan sumber daya manusia dan manajemen keparlemenan. Fungsi : Penyelenggaraan penilaian dan pengembangan kompetensi. Penyelenggaraan pengembangan kepemimpinan. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Penyelenggaraan manajemen keparlemenan. Laporan asesmen Laporan pengembangan kompetensi. Laporan coaching and counseling. Laporan pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Laporan penelitian Policy paper. Laporan learning organization. Pendampingan di DPR (BURT, Pansus) dan Sekretariat Jenderal. Penerbitan berkala (jurnal) dan tidak berkala (seperti penerbitan buku tahunan atau insidensial) Penguatan kelembagaan DPR RI dan Setjen DPR RI, efisiensi anggaran dan peningkatan kualitas SDM supporting system. Dampak keluaran akan selalu terbarui sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis eksternal dan internal sebagai suatu proses yang berkesinambungan i. Bagan struktur organisasi Pusat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan dijelaskan dalam gambar.7. 30

Achmad Djuned, SH, MH

Achmad Djuned, SH, MH Achmad Djuned, SH, MH PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi oleh Sistem Pendukung, pada dasarnya terangkum dalam empat permasalahan besar, yang dapat dilihat dengan pendekatan elemen organisasi (4M),

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan 1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Program, Kegiatan, dan hasil yang Diharapkan pada Tingkatan Mikro 3. Format Road Map 4. Langkah langkah Penyusunan Road Map 2 1 Road Map Road Map merupakan rencana

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Jakarta, 26 November 2010

Lebih terperinci

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Mataram, 10 12 April 2012 Pokok Bahasan 1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Format Road Map 3. Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 373 ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pembinaan yang bersifat umum dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan

Lebih terperinci

RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu

RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI Agenda Prioritas mempunyai agenda prioritas yang dibagi 3 (tiga) fase yang masing-masing berlangsung selama 12 (dua belas) bulan. Untuk menjamin tercapainya

Lebih terperinci

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan Disajikan di Universitas Diponegoro, Semarang 8 November 2011 Bagian Ketatalaksanaan Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan Nasional 2011 20/07/2017

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan mutu pendidikan LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan tupoksinya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kekuatan utama yang harus dimiliki dan dipersiapkan oleh organisasi untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin canggih terletak pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana OUTLINE GRAND DESIGN DAN ROAD MAP REFORMASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS ASESMEN

Lebih terperinci

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL. Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian

EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL. Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2013 1 BAB SATU PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) LANDASAN HUKUM DUKUNGAN KEAHLIAN DPR RI Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan AREA PERUBAHAN Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) didasarkan pada kondisi dan kebutuhan Kemenko PMK dalam mewujudkan agenda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 217 ayat (1) huruf e UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Pelatihan staf pengadaan di LPMP dan P4TK Kemdikbud dalam hasil penelitian secara umum menggambarkan tingkat implementasi yang baik memenuhi kriteria dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja menjadi perhatian utama bagi para pengambil keputusan di pemerintahan. Perubahan perubahan penting dan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan PANDUAN Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Disusun oleh Tim Pengembang Lembaga (TPL) LPMP/ BDK Klaster II BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM Oleh : Darius Agung Prata Widyaiswara Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Dalam rangka mengembangkan kompetensi sumber

Lebih terperinci

RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 6 PENGUATAN SDM APARATUR

RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 6 PENGUATAN SDM APARATUR RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 6 PENGUATAN SDM APARATUR URAIAN KEGIATAN SUB KEGIATAN OUTPUT 1. Perbaikan berkelanjutan sistem perencanaan kebutuhan 2. Perumusan dan sistem rekrutmen dan seleksi secara transparan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konteks pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba No.723, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Penyusunan SOP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-01/M.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-01/M. SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-01/M.EKON/09/2009 TENTANG POLA MUTASI JABATAN KARIR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN A. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Salah satu unsur yang sangat penting dalam rangka mendukung tugastugas Dewan adalah Sekretariat Jenderal DPR RI (Setjen DPR RI)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.

Lebih terperinci

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 4 PENGUATAN KELEMBAGAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA A. ROAD MAP 2015 2019 Rencana Aksi Area Perubahan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terempa, 18 Februari 2015 a.n. KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL SEKRETARIS HERYANA, SE NIP

KATA PENGANTAR. Terempa, 18 Februari 2015 a.n. KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL SEKRETARIS HERYANA, SE NIP IKHTISAR EKSEKUTIF Tujuan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, seperti yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis 2011-2015 adalah: 1. Untuk mewujudkan tertib administrasi di seluruh bidang sebagaimana

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu: - 47 - BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI A. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu: 1. Nasional

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH A. Pendahuluan. KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH Dra. Sumartini. Setiap undang-undang dapat dikategorikan sebagai salah satu elemen yang menentukan atau penyebab terjadinya suatu perubahan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/M/Kp/VII/2010 TENTANG TIM REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak dan perubahan lingkungan strategi dalam menghadapi globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak dan perubahan lingkungan strategi dalam menghadapi globalisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejolak dan perubahan lingkungan strategi dalam menghadapi globalisasi, sosio-kultural, perubahan politik, perubahan pimpinan, telah menyebabkan perubahan drastis

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bab IV Studi Kasus Sebelum melakukan perancangan, akan dipaparkan profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan beserta visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, strategi bisnis, strategi TI,

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI III.1. Identifikasi Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD Aspek Kajian Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Biro Organisasi terdapat beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN A. Sejarah Ringkas Instansi Badan Pengelola Keuangan Daerah dahulu masih berupa unit kerja yang kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota

Lebih terperinci

-34- Tim pelaksana program reformasi birokrasi Sekretariat Kabinet pada tahun 2011 ini adalah sebagai berikut:

-34- Tim pelaksana program reformasi birokrasi Sekretariat Kabinet pada tahun 2011 ini adalah sebagai berikut: -34- A. Organisasi Pelaksana Tim pelaksana program reformasi birokrasi Sekretariat Kabinet pada tahun 2011 ini adalah sebagai berikut: Ketua : Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Kabinet Sekretaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5887 PEMERINTAH DAERAH. Daerah. Perangkat. Pencabutan (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan

PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan rancangan APBD. Hal tersebut memiliki konsekuensi terhadap semua unit kerja yang ada di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BAB V : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA NO FOKUS PEMBARUAN PENGADAAN PEGAWAI A 1 Perencanaan Kebutuhan Pegawai PERMASALAHAN SARAN TINDAK INDIKATOR KEBERHASILAN Data formasi pegawai yang telah diusulkan kepada

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK)

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) No Informasi Yang 1. Staf Ahli Baleg Rekrutmen pertama staf

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

. ' Rencana Strategis DPR RI 2015-2019 Uraian di atas memperlihatkan bahwa terkait dengan fungsi legislasi dan terkait dengan pengawasan, DPR RI telah ditempatkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh konstitusi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU (QUALITY MANUAL)

PEDOMAN MUTU (QUALITY MANUAL) PEDOMAN MUTU (QUALITY MANUAL) PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI Isi dokumen ini sepenuhnya merupakan rahasia dan tidak boleh diperbanyak baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain tanpa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG. 1. Dasar Hukum

A. LATAR BELAKANG. 1. Dasar Hukum KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENILAIAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2017 A. LATAR BELAKANG 1. Dasar Hukum Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI. Oleh KETUA DPR-RI Dr. H.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI. Oleh KETUA DPR-RI Dr. H. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI Oleh KETUA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie Disampaikan Pada Acara Seminar BEM Se-Indonesia Diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar REFORMASI BIROKRASI Pengantar Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1140, 2017 KEMEN-DPDTT. Road Map. 2017-2019. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ROAD

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci