PERBANDINGAN LALU LINTAS JALAN RAYA ARUS MUDIK LEBARAN 2015 dan 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN LALU LINTAS JALAN RAYA ARUS MUDIK LEBARAN 2015 dan 2016"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN LALU LINTAS JALAN RAYA ARUS MUDIK LEBARAN 2015 dan 2016 A. PENDAHULUAN Arus mudik Lebaran 2016 (1437 H) baru saja berakhir. Sebagaimana harapan pemudik pada Lebaran 2015 di sebagian Pulau Jawa yaitu adanya lalu lintas yang lancar dengan beroperasinya Tol Cipali. Walaupun benar secara umum lebih lancar dibandingkan lebaran tahun- tahun sebelumnya tanpa adanya Tol Cipali, namun kemacetan Tahun 2015 telah mendapatkan sorotan tajam. Pada Lebaran 2016 ini kembali harapan publik muncul pada operasi Tol Brebes Timur. Sayangnya harapan itu pupus akibat kemacetan yang luar biasa melebihi Tahun Apakah dengan penambahan jalan maka kemacetan bertambah, bukannya bergeser dan sekaligus bekurang?. Kenyataannya untuk operasi jalan Tol Brebes Timur ini tampak seperti terbalik untuk angkutan Lebaran. Memang jalan tol tidak didisain untuk angkutan lebaran, namun apakah ini berarti kemacetan lebaran akan bertambah dibandingkan dengan lebaran sebelumnya sebagai konsekuensi pertumbuhan?. Untuk mencari duduk masalahnya serta solusi perlu analisa mendalam dalam disiplin ilmu lalu lintas/ transportasi. Pada kajian ini kami memperbandingkan kinerja lalu lintas koridor Pantura sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah, pada dua periode mudik lebaran tersebut, serta manajemen yang diterapkan. Fokus utama perbandingan pada jalan tol karena posisinya sebagai backbone koridor. Maksud, agar mendapatkan bahan dalam melakukan evaluasi lalu lintas angkutan Lebaran Tahun 2016 guna memperkirakan sebab-sebab utama timbulnya masalah kemacetan arus mudik. Tujuannya sebagai masukan bagi penarik manfaat dalam upaya mencari solusi untuk lebaran tahun-tahun mendatang. B. DASAR Dalam sudut pandang lalu lintas tidak lepas dari dua aspek yaitu demand dan supply. Sisi demand dapat terdiri dari potensi, aktual, dan faktual demand. Supply merupakan kemampuan jaringan jalan dalam menampung arus. Jaringan jalan adalah perpaduan berbagai jalan, termasuk tol, yang membentuk sistem secara terstruktur dan terintegrasi. Kinerja lalu lintas adalah hasil interaksi faktual demand dengan supply. Adanya kinerja yang buruk pada lalu lintas sangat mungkin disebabkan pada manajemen demand dan/atau supply. Untuk memahami persoalan lalu lintas perlu pendalaman terhadap data dan informasi yang berkaitan dengan kinerja lalu lintas yang terjadi pada wilayah yang dikaji.

2 Berikut ini akan dijelaskan kinerja lalu lintas pada setiap bagian koridor Pantura. Penyajiannya dilakukan secara kronologi mengingat wilayah kajian yang besar memanjang dan merupakan suatu rangkaian proses aliran arus mudik yang berlangsung beberapa hari. Pengaruh arus dari suatu bagian terhadap yang lain memerlukan waktu yang panjang dengan akibat yang panjang pula. Penjabaran data/informasi dilakukan berdasarkan tahun kejadiannya C. DATA KINERJA LALU LINTAS LEBARAN 2015 Penjelasan kronologis dibawah ini didasarkan dari data primer, informasi (media dan pengalaman pelaku mudik), serta realtime kepadatan Google Maps. C.1 Seksi Cikampek- Palimanan Lebaran 2015 Kinerja lalu lintas lebaran pada dua tahun terakhir memberikan gambaran yang miris akibat kemacetan yang tinggi, khususnya pada Lebaran 2016 yang baru berakhir. Pada Tahun 2015 sebagaimana tulisan kami sebelumnya diperlihatkan kemacetan yang panjang pada jalur Tol Cikampek, Cipali, Palikanci dan Pejagan. Tol Brebes Timur sebenarnya sudah beroperasi (darurat) namun tidak didapatkan data. Lokasi kemacetan dapat dikatakan terjadi sepanjang ruas-ruas tol, kecuali pada sebagian ruas Cipali dan sebagian ruas Pejagan. Titik macet dominan adalah di Barrier Gate Cikopo, Palimanan, Plumbon, Ciperna, Mertapada, dan Exit Pejagan. Yang terbesar kemacetanya adalah Barrier Gate Palimanan (32km, 220 menit) dan Exit Pejagan (9km, 180 menit). Pada saat yang sama ironisnya bahwa jalur arteri pantura cukup lancar sampai bertemu antrian di perbatasan propinsi Jabar- Jateng akibat bottleneck di Brebes, Kaligangsa, Tegal, dan Surodadi. Kelancaran arteri Pantura tersebut disebabkan karena lalu lintas terdiri mayoritas sepeda motor yang dapat berkecapatan lebih tinggi pada kepadatan tinggi. Bagaimana kondisi jalan Tol Cikampek sampai dengan Tol Pejagan selama arus mudik Lebaran 2015? Sebagian data telah dijelaskan pada tulisan kami terdahulu. Berikut beberapa diulas kembali dan ditambahkan data baru untuk kebutuhan evaluasi, sebagai berikut:

3 LEBARAN 2015 H-3 JAM 21:51 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Keterangan: warna hijau: lancar, oranye: ramai lancar, merah:padat merayap, coklat macet. Gambar 1.1 Lebaran 2015 pada Tanggal 17 & 18 Juli (Jumat-Sabtu), cuti bersama mulai Kamis 16 Juli dan masuk kerja kembali Rabu 22 Juli Namun demikian arus mudik sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Pada gambar diatas adalah kepadatan Tol Cikampek dan Cipali pada Tanggal 14 Juli 2016 (H-3). Tampak bahwa kedua tol berada pada kepadatan yang tinggi terutama Tol Cikampek, demikian pula antrian Gate Cikopo sudah terbentuk yang akan mencapai puncaknya pada tengah malam H-3. Di Gate Palimanan belum terjadi antrian panjang, karena arus masih tersendat di Tol Cikampek dan Cipali.

4 GATE CIKOPO GATE PALIMANAN LEBARAN 2015 H-2 JAM 13:00 KEPADATAN TOL CIPALI- PALIKANCI Gambar 1.2 Dari gambar di atas, sampai dengan jam 13:00 WIB H-2 terjadi kepadatan tinggi di Tol Cipali, namun secara umum tidak ada kemacetan kecuali pada Gate Cikopo (kecil), dan Gate Palimanan (besar). EKOR ANTRIAN Restarea km226 LEBARAN 2015 H-2 JAM 13:00 ANTRIAN GATE PALIMANAN H-2 (28KM) Gambar 1.3

5 Pada Lebaran 2015 H-2 siang didapatkan antrian sepanjang 28 km dari Gate Palimanan, keadaan ini terus meningkat menjelang malam mencapai km. Pada H- 1 pagi hari kepadatan telah berkurang, dan bergeser ke timur, sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini. GATE CIKOPO LEBARAN 2015 H-1 JAM 06:00 KEPADATAN TOL CIPALI- PALIKANCI Gambar 1.4 GATE PALIMANAN Pada Kamis 16 Juli 2015 (H-1) pagi, antrian di Gate Cikopo sudah berkurang, bahkan antrian Gate Palimanan yang 12 jam sebelumnya mencapai lebih 30 km sudah jauh berkurang. Demikian pula kepadatan tinggi sudah bergeser semakin ke timur, dari barat sampai Subang kepadatan sudah jauh berkurang. Jala arteri Pantura juga nampak berada pada kepadatan rendah hampir di semua ruas. Dapat dikatakan bahwa kemacetan berlangsung cukup singkat, kurang dari 24 jam. Selepas Gate Palimanan arus tetap merayap sepanjang tol Palikanci akibat Barrier Gate Plumbon, Ciperna, dan friksi restarea Km226. C.2 Seksi Palimanan- Pejagan Lebaran 2015 Kinerja lalu lintas Tahun 2015 pada seksi Palimanan- Pejagan memperlihatkan adanya kemacetan di ruas tol Palikanci dan Pejagan. Di jalan arteri juga terjadi kepadatan yang tinggi. Beberapa gambar kepadatan di bawah ini akan dapat lebih menjelaskan.

6 LEBARAN 2015 H-2 JAM 13:00 KOPADATAN TOL PALIKANCI- PEJAGAN Gambar 1.5 Pada H-2 (Rabu, 15 Juli 2015) kemacetan terjadi di Tol Palikanci mulai dari Entry Arjawinangun sampai Restarea Km226 sebelum Exit Kanci, setelah itu lalu lintas lancar sampai dengan Pejagan. Kemacetan disebabkan volume besar menghadapi hambatan di Barrier Gate Plumbon, Ciperna, serta Restarea Km226. Seperti antrian di Barrier Gate Palimanan yang memerlukan waktu 3,7 jam, arus di ruas ini juga memerlukan waktu tempuh lama mencapai 2,6jam untuk jarak 20 Km sampai Kanci. Ciperna Mertapada LEBARAN 2015 H-1 JAM 06:00 KEPADATAN PALIMANAN- PEJAGAN Gambar 1.6 Pejagan

7 Pada H-1 kemacetan bergeser semakin ke timur. Pada tol Palikanci kemacetan bergeser ke Ciperna sampai bertemu antrian Mertapada. Kemacetan di Gate Mertapada terbentuk sejak H-1 dini hari. Sebagaimana sempat terjadi antrian panjang Mertapada pada H-2 dinihari. Kemacetan panjang 21km di Tol Pejagan terjadi di H-1 pagi mulai dari Exit Pejagan sampai restarea Km246. LEBARAN 2015 H-1 JAM 10:40 KEPADATAN PEJAGAN Gambar 1.7 Namun tidak lama, segera menyusut sampai sore hari dan kemudian hilang di malam hari. Durasi kemacetan disini lebih panjang dari Palimanan, sekitar 24 jam. Banyaknya hambatan di ruas tol ini menyebabkan kendaraan lambat mencapai arteri Pantura atau kolektor Pejagan. LEBARAN 2015 H-1 JAM 17:30 KEPADATAN PEJAGAN Gambar 1.8

8 Kemacetan di Exit Pejagan berdasarkan survey primer disebabkan oleh bottleneck di jalan kolektor dua lajur dua arah (UD2) Pejagan- Ketanggungan. Jalan ini kapasitasnya kecil dan banyak friksi dari: SPBU, rumah makan/ istirahat, tempat ibadah dan lalu lintas lokal. Kondisi lalu lintas di jalan Arteri Pantura Brebes-Tegal juga berat karena menampung beban yang besar baik dari arteri Jabar juga dari tol melalui Brebes Timur- Kaligangsa (darurat) dan dari simpang Pejagan. Konstruksi jalan arteri ini adalah 4 lajur dua arah dengan median (D4) dengan friksi yang tinggi tidak mampu dibebani volume yang ada walaupun telah dilakukan contraflow 3+1. Dampak kemacetan yang ditimbulkan sampai jauh masuk wilayah Ciebon Timur sekitar pasar Gebang. Kemacetan di Brebes, Tegal, Surodadi bahkan lebih ke timur berlangsung sampai H- 0. Banyak pemudik bermalam di wilayah ini. Sebagian tidak kebagian hotel, sebagian tidak dapat melaksanakan sholat Ied. Namun tidak terdengar ada yang meninggal. D. DATA KINERJA LALU LINTAS LEBARAN 2016 Hari Ied Fitri 1437 H jatuh pada Rabu-Kamis, 6-7 Juli 2016, seperti Tahun 2015 tidak ada perbedaan penetapan antar ormas besar Islam. Cuti bersama dimulai Senin 4 Juli 2016 (H-2), dan masuk kerja kembali Senin 11 Juli Lalu bagaimana dengan kondisi lalu lintas Tahun 2016 ini?. Tidak ada data primer yang kami lakukan. Data yang ada bersumber dari informasi (media, pelaku pemudik), dan realtime kepadatan/ kecepatan Google Maps serta Waze. Visual kondisi lalu lintas dapat dilihat pada penjelasan berikut. D.1 Seksi Cikampek- Palimanan Lebaran 2016 Keterangan: warna hijau: lancar, oranye: ramai lancar, merah:padat merayap, coklat macet. Gambar 2.1 LEBARAN 2016 H-5 JAM 10:31 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI

9 Pada Jumat pagi H-5 Lebaran 2016 arus mudik telah memberikan dampak kepadatan di sebagian ruas Tol Cipali, khususnya pada Barrier Gate Palimanan dimana antrian telah terbentuk. Arus mudik yang cukup besar diperkirakan telah dimulai hari Kamis H-6. Sepanjang pengamatan arus mudik, ekor antrian terpanjang di Palimanan mencapai 11 km atau 2,4 km sebelum Exit Sumberjaya (Tahun 2015: 32-38km). Kondisi antrian ini berlangsung singkat kurang dari 7 jam berlangsung. Sore- malam muncul kembali namun juga singkat. Rencana 21 pintu mungkin sudah diterapkan, lebih banyak dari 2015 yang berjumlah pintu. Tol Cikampek belum memperlihatkan kepadatan yang tinggi sampai menjelang sore, demikian pula jalan arteri Pantura. LEBARAN 2016 H-5 JAM 17:16 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.2 Menjelang sore H-5 arus mudik mulai memadati kembali Tol Cikampek setelah jeda sepanjang Jumat siang. Tol Palikanci masih cukup lengang. LEBARAN 2016 H-5 JAM 22:00 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.3

10 H-5 malam Tol Cikampek dan Tol Cipali sudah padat. Kemacetan timbul di Tol Cikampek, namun belum muncul di Tol Cipali. Di Barrier Gate Palimanan pemudik merayap sekitar 5-7 km secara konstan dengan waktu tunggu yang singkat. Hal ini menjelaskan bahwa kedatangan kendaraan pemudik di Gate Palimanan secara umum dapat dilayani oleh jumlah pintu yang ada. Hal ini juga berarti kendaraan yang dilepas ke Tol Palikanci sebesar kapasitas Gate Palimanan total. Beberapa lokasi di Tol Cipali mengalami kemacetan kecil, khususnya sekitar restarea. Keadaan ini terus berlanjut sampai dengan H-3 pagi. LEBARAN 2016 H-4 JAM 11:20 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.4 LEBARAN 2016 H-3 JAM 00:47 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.5

11 Gambar siang kedatangan pemudik mulai menyusut di dua tol ini. Namun Menjelang H-3 menjelang malam gelombang pemudik kembali memenuhi kedua tol tersebut. Keadaan ini berlangsung sampai H H-2 dinihari. Dengan demikian kendaraan endaraan yang dilepas ke Tol Palikanci- Pejagan bertambah terus. LEBARAN 2016 H-3 JAM 21:18 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.7

12 LEBARAN 2016 H-2 JAM 02:40 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.8 LEBARAN 2016 H-2 JAM 03:49 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.9

13 Gambar 2.10 H-2 pagi kepadatan Tol Cikampek dan Cipali kembali normal, namun kemacetan di tol Pejagan mencapai puncaknya sampai memasuki wilayah tol Palikanci. D.2 Seksi Palimanan- Pejagan Lebaran 2016 LEBARAN 2016 H-2 JAM 06:41 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI LEBARAN 2015 H-5 JAM 10:30 KEPADATAN TOL PALIKANCI - PEJAGAN Gambar 2.11 Pada H-5 pagi kepadatan di tol Palimanan dan Pejagan masih cukup rendah, namun diujung tol Pejagan sudah terbentuk antrian 6km. Jalan ateri Pantura juga lancar, baru mengalami hambaran di Kota Brebes dan Tegal. Jalur Ketanggungan arah ke Purwokerto sudah nampak padat dan menimbulkan kemacetan..

14 LEBARAN 2016 H-5 JAM 15:23 KEPADATAN TOL CIKAMPEK- CIPALI Gambar 2.12 H-5 siang hari antrian di Pejagan mencapai maksimum, menjelang sore mulai menurun sampai jam 22:00. Mulai dini hari H-4 antrian naik lagi, mengikuti pasokan dari Tol Cipali - Palikanci. Kenaikan antrian ini berltambah terus dan sampai puncaknya pada H-2 pagi, dimana ekor antrian mencapai Kanci. Jalan arteri Pantura juga macet karena arus besar dari barat dan tambahan arus tol yang keluar dari Kanci. LEBARAN 2016 H-2 JAM 01:41 KEPADATAN TOL KANCI- PAJAGAN Gambar 2.13

15 LEBARAN 2016 H-2 JAM 09:32 KEPADATAN TOL KANCI- PAJAGAN Gambar 2.14 Puncaknya terjadi pada H-2 pagi dimana antrian berkombinasi dengan antrian Exit Kanci hingga restarea Km226 hingga total dari Pejagan mencapai 40 Km. Saat itu pemudik dialihkan untuk keluar di Kanci ke arteri. LEBARAN 2015 H-2 JAM 13:41 KEPADATAN TOL PALIKANCI - PEJAGAN Gambar 2.15

16 Kemacetan mulai berangsur surut menjelang siang hari H-2, arus banyak keluar di Kanci untuk menhindari Tol Pejagan sehingga arteri Pantura kepadatannya bertahan lebih lama. LEBARAN 2015 H-1 JAM 07:20 KEPADATAN TOL PALIKANCI - PEJAGAN Gambar 2.16 Proses pengurangan antrian Tol Pejagan berjalan lambat, sampai H-1 pagi antrian masih panjang. Kendaraan yang sudah terlanjur melewati Kanci memasuki Tol Pejagan nampaknya sulit untuk memilih jalan keluar. Sementara salah satu akses keluar yaitu ke jalan kolektor Ketanggungan (bagi pemudik yang hendak ke selatan) masih sangat padat dan ini menghalangi proses penyusutan H-1 pagi sampai siang hari arus mudik tampaknya sudah mulai surut, hal ini dapat dilihat dari kepadatan yang terjadi di arteri Pantura berkurang jauh lebih cepat dari Tol Pejagan. LEBARAN 2015 H-1 JAM 13:04 KEPADATAN TOL PALIKANCI - PEJAGAN Gambar 2.17

17 Menjelang siang H-1 proses pelancaran berjalan jauh lebih cepat baik pada arteri maupun Tol Pejagan, sampai kemudian normal kembali di sore hari H-1. Hal ini karena pasokan arus mudik dari arteri maupun Tol Palikanci sudah jauh berkurang, dan mungkin exit Brebes Timur sudah lancar. Kepadatan tinggi yang tersisa terjadi di jalan arteri mulai kota Brebes sampai Surodadi. Kepadatan perlahan bergeser ke timur pada H-0 dinihari, kepadatan masih tampak mulai Kota Tegal sampai menjelang Kota Pemalang. LEBARAN 2015 H-0 JAM 00:43 KEPADATAN TOL PALIKANCI PEJAGAN Sudah ada arus balik Gambar 2.18 Pada H-0 dinihari, kepadatan tinggi di jalan Ketanggungan masih terjadi cukup panjang dari Pasar Larangan Brebes sampai simpang Margasari/ Prupuk. Penguraian berjalan lambat, hingga H+1 sore (Kamis 7 Juli) masih tersisa 3 km. D.3 Seksi Pejagan-Brebes Timur Lebaran 2016 Untuk melihat kinerja lalu lintas Tol Brebes Timur digunakan informasi Waze, karena Google Map belum mencantumkuan ruas tersebut. Penyajian data dilakukan mulai Sabtu 2 Juli 2016 pagi (H-4), saat itu sudah terbentuk antrian panjang Exit Brebes Timur, 14 Km pada kecepatan rata-rata 5 Mph.

18 Ekor antrian (14Km dari Simp. Kaligangsa) Simp. Kaligangsa LEBARAN 2016 H-4 JAM 08:49 KEPADATAN TOL BREBES TIMUR Gambar 2.19 Av.Speed= 5Mph LEBARAN 2016 H-4 JAM 08:49 KECEPATAN TOL BREBES TIMUR Gambar 2.20 Antrian panjang akibat Exit Pejagan sendiri sudah terbentuk secara terpisah, namun masih ada jarak antar keduanya, akibat dari kendaraan yang akan ke Brebes Timur masih tertahan oleh antrian Exit Pejagan ini. Namun tidak lama kemudian antrian ini bertemu.

19 Av.Speed= 2Mph LEBARAN 2016 H-4 JAM 09:24 KECEPATAN TOL BREBES TIMUR ANTRIAN BT SUDAH BERSAMBUNG DENGAN PEJAGAN Gambar 2.21 Walaupun sempat berkurang di siang hari namun keadaan ini bertahan lama, sampai H-3 sore belum berakhir dan bertambah panjang. Pada H-3 tengah malampun keadaan sama bahkan antrian Pejagan mendekati Kanci. Arteri Pantura juga nampak padat. Pengalihan arus mudik di Kanci menambah berat arteri. Tampaknya ada kemacetan yang begitu lama. Ekor antrian Av.Speed= 2Mph LEBARAN 2016 H-3 JAM 17:51 KECEPATAN TOL BREBES TIMUR Gambar 2.22 Dinihari H-2 di Tol Brebes Timur mulai terjadi penguraian dengan cepat sehingga pagi sudah lancar. Namun jalan arteri kondisinya sangat padat. Demikian pula kemacetan di Tol Pejagan masih berlangsung sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Tampak kemacetan di tol Pejagan terjadi lebih lama lagi.

20 Gambar 2.23 Dengan mempelajari seksama proses terjadinya kinerja lalu lintas melalui tahap aliran arus di atas diharapkan mendapat cukup bahan untuk memahami hubungan sebabakibatnya, dan manajemen apa yang harus diterapkan. E. INFORMASI TENTANG MANAJEMEN ARUS MUDIK YANG DIGUNAKAN E.1 Manajemen Demand. LEBARAN 2016 H-2 JAM 16:56 KECEPATAN TOL BREBES TIMUR Manajemen dalam mengelola demand tidak nampak dengan jelas. Sama halnya dengan Tahun 2015 atau sebelumnya, pada tahun ini juga berlaku kebijakan tentang cuti bersama. Hal ini menyebabkan libur bersama. Beberapa kekecualian adanya pegawai swasta yang mengambil cuti, atau PNS yang terlanjur mengambil cuti dapat mulai libur sebelum cuti bersama. Hal ini memberikan dampak yang sebenarnya baik karena arus mudik sudah terjadi pada H-7 atau sebelumnya, mengurangi beban puncak pada H-4 dan H-3. Walaupun nampaknya hal itu tidak cukup. Pada Tahun 2015 total hari libur bersama adalah 7 hari dimulai Rabu 15 Juli (H-2) sampai Selasa 21 Juli (H+4). Pada Tahun 2016 ini total hari libur berjumlah 9 hari dimulai Sabtu 2 Juli (H-4) sampai Minggu 10 Juli (H+4). Dengan demikian maka jumlah hari libur Tahun 2016 ini lebih panjang, demikian pula waktu untuk untuk perjalanan mudik lebih panjang 2 hari. Namun mengapa kemacetan di jaringan jalan jauh lebih besar? Volume mudikah yang bertambah besar?, dan perilaku mudik yang sama untuk bergerak mudik sesegera mungkin? Jika perilaku memang tidak berubah maka kemungkinan sebab adalah karena volume pemudik yang bertambah. Press Release Jasa Marga tanggal 3 Juli 2016 menjelaskan bahwa volume mudik meninggalkan Jakarta di Gerbag Cikarang Utama dari H-7 sampai dengan H-4 mencapai kendaraan. Dibandingkan dengan data tahun 2015 pada periode yang sama

21 yaitu kendaraan maka terjadi kenaikan 12,87%. Puncak mudik periode ini terjadi Jumat 1 Juli 2016 (H-5) sebesar kendaraan. Humas PT Jasa Marga Tol Jakarta- Cikampek menyebukan volume mudik sampai dengan H-3 mengalami kenaikan 5%. Sumber yang sama menyebutkan dari H-7 sampai H-1 yang melalui tol Jakarta- Cikampek mengalami penurunan 5% ( vs ) bila dibandingkan dengan Tahun 2015 sebelumnya. Jika data ini benar maka mulai H-3 sampai H-1 terjadi penurunan yang tajam di Tol Cikampek. Itu berarti memang benar perilaku mayoritas pemudik yang sesegera mungkin untuk mudik. Bagaimana dengan data Tol Cipali? Belum diperoleh data yang lengkap, namun informasi yang dipublikasikan oleh PT. Lintas Marga Sedya menyebutkan bahwa mulai Jumat pagi (H-5) sampai Sabtu tercatat sejumlah kendaraan/hari mudik tercatat di Gate Palimanan (hari sebelumnya ). Angka ini lebih besar dari angka tertinggi tahun 2015 yang sebesar kendaraan/hari. Pada hari Minggu (H-3) angka itu naik 3% menjadi kendaraan/ hari. Jika ini benar maka kenaikan volume di hari-hari pertama Tol Cipali mirip dengan kenaikan di Tol Cikampek jika dibandingkan dengan Tahun Bahan evaluasi: Apakah demand dari tol sekitar kendaraan perhari dan bertemu arus pantura berhari-hari membebani arteri Pantura tidak telalu besar? Apakah dengan kenaikan 12%-14% sampai dengan H-3 dan kemudian turun tajam sampai dengan H-1 pasti akan menyebabkan kemacetan di jaringan jalan yang begitu besar dan lama apapun bentuk manajemen supply-nya, jika dibandingkan dengan tahun 2015? Sampai kapankah sebaiknya manajemen cuti bersama yang menciptakan arus mudik-serentak/sesegera-mungkin akan dipertahankan? Apakah tidak sebaiknya cuti bersama diganti dengan cuti periodik untuk memecah puncak gelombang arus mudik? Seberapa besar puncak beban arus lebaran harus diperkecil agar manajemen dapat efektif dilakukan? E.2 Manajemen Supply Secara umum jaringan jalan yang digunakan untuk arus mudik di pantura Jabar- Jateng sama antara 2015 dan Kesamaanya adalah arteri pantura tidak ada perubahan dimensi yang drastis. Tol Brebes Timur juga sudah digunakan secara darurat (dan berdebu) pada Tahun 2015, Tahun 2016 ini Tol Brebes Timur sudah diresmikan sehingga kendaraan lebih cepat melaju. Jalan Kolektor Pejagan-Keanggungan- Prupuk juga masih sama, rawan macet. Exit Cileduk tetap tidak dibuka.

22 Namun demikian bila dipelajari, terdapat perbedaan utama antara lain: Pada Tahun 2015 terdapat 4 Barrier Gate sepanjang Tol Cipali-Pejagan yaitu: Gate Cikopo, Gate Plumbon, Gate Ciperna, dan Gate Mertapada. Ke-4nya telah mengalami kemacetan yang besar pada tahun lalu, namun tidak disadari itu merupakan filter -fiter untuk meredam kemacetan yang lebih panjang dan lama di satu tempat. Tahun 2016 ini, ke-4 nya dihapus (artinya kendaraan tidak terhalang, manjadi lebih lancar). Teoritisnya Vc Rasio berhubungan secara eksponensial positif dengan tundaan. Tahun 2016 transaksi Tol Cikampek dengan Tol Cipali dijadikan satu (masih Cluster 1 integrasi sistem transaksi), Arus mudik dari Tol Cikampek tidak terhalang memasuki Tol Cipali. Gerbang Tol Palimanan ditambah menjadi 21, lebih banyak dari Tahun 2015 (17-18 pintu), menjadikan kapasitas gate lebih besar, volume lebih besar memasuki Tol Palikanci. Exit Tol Palimanan ke arteri ditutup, arus tol dari Gate Palimanan lebih lancar memasuki Tol Palikanci. Bahan evaluasi: Apakah arus mudik di tol lebih lancar Tahun 2016 ini? Apakah beban arus di jalan Kolektor Pejagan tidak menjadi lebih besar? Apakah beban arteri di ujung sistem tol Cluster 2 (Simp. Kaligangsa) tidak terlalu berat?. Jika manajemen supply sudah benar apakah manajemen demand yang tidak tepat? Untuk menjawab persoalan ini perlu dibantu dengan simulasi lalu lintas yang dinamis. Model simulasi yang dikembangkan sebaiknya mempertimbangkan manajemen operasional berikut, semaksimal mungkin. E.3 Manajemen Operasional Manajemen operasional terdiri dari supply dan informasi yang bersifat sementara dan dapat berubah sesuai kebutuhan yang mendesak. Tahun 2015 manajemen operasional yang dilakukan sudah ekstrim dalam arti sangat tidak biasa. Bukan sekedar menyesuaikan waktu traffic light namun sudah pada tingkat penutupan simpang dan pengalihan arus, contraflow, buka jalan darurat, penutupan u-turn, pemagaran median, dan lainya. Tampak bahwa yang dilakukan telah dikerjakan oleh tim yang sudah berpengalaman dengan situasi itu, namun hasilnya tetap adanya kemacetan besar di Tahun Manajemen operasional arus mudik Tahun 2016 yang telah diterapkan dan sempat teramati cukup berbeda dan berkembang kearah peningkatan kapasitas apabila dibandingkan dengan Tahun 2015, antara lain:

23 Dibukanya Jalingkut Tegal (walau darurat) sebagai alternatif Simpang Maya/Dr Sutomo. Perpanjangan contraflow Simp. Kaligangsa- Simp. Maya Perpanjangan contraflow di ruas- ruas jalan tol Palikanci-Pejagan Contraflow Tol Pejagan- Brebes Timur Jalan alternatif di Wilayah Cirebon Timur. Pengalihan arus tol Pejagan ke arteri di Kanci Buka tutup Exit Wanasari Dengan upaya seperti itu, tetap saja kemacetan yang terjadi melampaui kondisi Tahun Bahan evaluasi: Apakah dengan adanya macet yang berlebihan manajemen operasional berhasil? Jika tidak, apakah ada kekeliruan pada manajemen supply-nya atau juga pada manajemen demandnya? Banyak pemudik kebingungan dalam pilihan rute. Apakah informasi telah dikelola dan disampaikan dengan baik kepada pemudik? Banyak kendaraan kehabisan bbm dan kesulitan mendapatkannya, adakah sistem distribusi bbm yang memadai? Adanya pemudik yang akan memutar balik atau darurat pengobatan, apakah telah disiapkan jalurnya.? E.4 Manajemen Tanggap Darurat. Menurut informasi, posko kesehatan sudah disiapkan oleh instansi terkait masingmasing Pemda. Namun nampaknya tindak penyelamatan mengalami kesulitan. Jalur escape nampaknya tidak tersedia dengan cukup. Kelebihan kemacetan telah melampaui tingkat ketahanan fisik, emosi, kendaraan (mesin dan bbm), dan komunikasi sehingga menyebabkan tundaan yang tak terduga menjadi beragam dan berakumulasi sangat besar. Kelelahan menyebabkan kesehatan menurun dan sakit pada pemudik yang sehat. Pada pemudik yang awalnya mengidap sakit akan lebih buruk lagi. Mengakibatkan panik dan berujung tambahan delay yang besar. Kehabisan bbm karena antri begitu lama menyebabkan mogok dan berujung delay. Demikian pula jika bekal habis atau ingin ke peturasan. Wah horor. Jika vc rasio terlampau besar memang tundaan menjadi sangat besar mengikuti kurva eksponensial positif. Apakah sudah cukup manajemen tanggap darurat atau keselamatan?

24 F. RENCANA MANAJEMEN LALU LINTAS Untuk menyambut mudik Labaran Tahun 2017 harus dilakukan persiapan yang lebih hati-hati, khususnya menyangkut kajian manajemen lalu lintas jaringan jalan yang menyeluruh, tidak hanya tol. Direncanakan tahun depan Tol Pemalang beroperasi. Dengan pertambahan beban normal apakah jaringan akan cukup mampu menampung?. Dari sisi teknik lalu lintas menjawab soal ini harus dilakukan analisis rinci yang cukup waktu, berdasarkan data dan informasi lengkap serta menggunakan model simulasi yang mencukupi. E. PENUTUP Dari beberapa penjelasan di atas akhirnya melahirkan pertanyaan- pertanyaan yang harus ditindak-lanjuti untuk sampai kepada sumber masalahnya. Nampaknya perlu melalui evaluasi lengkap multi sektor tidak hanya menyangkut manajemen sarana dan prasarana lalu lintas namun juga skenario kebijakan cuti bersama. Apa yang telah terjadi adalah pelajaran berharga untuk semua pihak. Tanpa harus mencari siapa yang bersalah, kita dapat duduk bersama melakukan evaluasi dan mencari solusi..

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai aspek kehidupan saat ini meningkatkan aktivitas pergerakan masyarakat. Hal tersebut berdampak pada perkembangan sarana dan prasana transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 Jalan Raden Intan sepenuhnya berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jalan ini cenderung macet terutama pagi dan sore

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG Fikhry Prasetiyo, Rahmat Hidayat H., Harnen Sulistio, M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Rilis PUPR #1. 2 Juni 2018 SP.BIRKOM/VI/2018/263

Rilis PUPR #1. 2 Juni 2018 SP.BIRKOM/VI/2018/263 Rilis PUPR #1 2 Juni 2018 SP.BIRKOM/VI/2018/263 Jalan Nasional dan Jalan Tol Siap Dilalui, Pemudik Dihimbau Tetap Hati-Hati dan Bijak Memilih Jalur Mudik Jakarta-Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian PT Jasa Marga (Persero) merupakan sektor transportasi, khususnya di transportasi darat, dan salah satu pelopor penyelenggara jalan bebas hambatan. Jalan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

Kementerian PUPR Lakukan Persiapan Dini Mendukung Kelancaran Arus Mudik Lebaran 2018

Kementerian PUPR Lakukan Persiapan Dini Mendukung Kelancaran Arus Mudik Lebaran 2018 Rilis PUPR #1 30 Januari 2018 SP.BIRKOM/I/2018/047 Kementerian PUPR Lakukan Persiapan Dini Mendukung Kelancaran Arus Mudik Lebaran 2018 Jakarta - Pemerintah sejak jauh hari telah mempersiapkan penanganan

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

Dua Pekan Jelang Lebaran, Menteri Basuki Cek Kesiapan Jalan

Dua Pekan Jelang Lebaran, Menteri Basuki Cek Kesiapan Jalan Rilis PUPR #1 10 Juni 2017 SP.BIRKOM/VI/2017/305 Dua Pekan Jelang Lebaran, Menteri Basuki Cek Kesiapan Jalan Cikampek - Dua pekan jelang arus mudik Lebaran 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di daerah kota-kota besar di Indonesia contohnya kota Medan. Hal seperti ini sering terjadi pada

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN JALAN TOL CIREBON (PALIMANAN KANCI)

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN LOKASI PENELITIAN ` Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Sumber : Peta Lapangan Sebagaimana tujuan tugas akhir ini, untuk mengetahui performance

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung juga merupakan kota terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan raya yang merupakan prasarana transportasi darat memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa,

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH Chamelia Badi Semuel Y. R. Rompis, Freddy Jansen Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI ARUS MUDIK DAN BALIK LEBARAN 1438 H (2017) 3 April 2017

RENCANA OPERASI ARUS MUDIK DAN BALIK LEBARAN 1438 H (2017) 3 April 2017 RENCANA OPERASI ARUS MUDIK DAN BALIK LEBARAN 1438 H (2017) 3 April 2017 2017 1. VOLUME LALU LINTAS Prediksi Volume Lalu Lintas Lebaran 2017 Rencana Operasional Pelayanan Arus Mudik dan Balik Lebaran Tahun

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian disusun untuk mengarahkan langkah-langkah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai. Secara garis besar, metodologi penelitian pada studi ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

Jalan Nasional Siap Hadapi Arus Kendaraan Lebaran

Jalan Nasional Siap Hadapi Arus Kendaraan Lebaran Jalan Nasional Siap Hadapi Arus Kendaraan Lebaran Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto memastikan, jalan-jalan nasional di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi siap menghadapi arus kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kian hari pergerakan transportasi di perkotaan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami perkembangan pada sektor ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah dan jenis kendaraan yang semakin

Lebih terperinci

dipresentasikan pada hari Sabtu dan Senin, sedangkan untuk hari Minggu tingkat

dipresentasikan pada hari Sabtu dan Senin, sedangkan untuk hari Minggu tingkat BABVI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Pada ruas Jalan Bhayangkara tingkat penggunaan area parkir tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persimpangan merupakan pertemuan dari beberapa ruas jalan yang memungkinkan terjadinya perpindahan kendaraan dari suatu ruas jalan ke ruas jalan lainnya. Daerah persimpangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya Volume 1, Nomor 1, Agustus 26 Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya Dunat Indratmo Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: dunat@ce.its.ac.id ABSTRAK Jumlah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan jalan bebas hambatan dan menjadi bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kawasan Kota Industri, wilayah Kabupaten Tangerang khususnya wilayah Balaraja Barat juga tidak lepas dari masalah kemacetan yang merupakan masalah umum yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan pada ruas dan simpang jalan Pamulang II di kota Tangerang Selatan. Berikut diagram alur pikir

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK U. Winda Dwi Septia 1) Abstrak Jalan-jalan yang ada di Kota Pontianak merupakan salah satu sarana perhubungan bagi distribusi arus lalu lintas, baik angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu sistem transportasi yang baik dan bermanfaat.

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu sistem transportasi yang baik dan bermanfaat. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan raya yang merupakan prasarana darat yang memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa, baik dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas antar suatu daerah dengan daerah lainnya, baik itu barang maupun manusia. Seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE EVALUASI. Metode evaluasi adalah tahapan-tahapan yang penjabarannya secara rinci

BAB III METODE EVALUASI. Metode evaluasi adalah tahapan-tahapan yang penjabarannya secara rinci BAB III METODE EVALUASI Metode evaluasi adalah tahapan-tahapan yang penjabarannya secara rinci dan harus ditetapkan sebelum melakukan pemecahan masalah yang ada. Tujuannya agar penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Purworejo merupakan suatu kota di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah. Pertumbuhan tingkat kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kebutuhan transportasi

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO Agus Surandono 1, Ardinal Putra Ariya 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS DUNAT INDRATMO Teknik Sipil FTSP - ITS Telp. : (031) 8290332 ; Fax. : (031) 8292953 ;

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kinerja Lalu Lintas Jalan Kriteria kinerja lalu lintas dapat ditentukan berdasarkan nilai derajat kejenuhan atau kecepatan tempuh pada suatu kondisi jalan tertentu yang terkait

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN

REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TA 33 REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : MEHTY

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul Rest Area (Tempat Isirahat) : Berdasarkan Standar Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol No. 007/BM/2009, suatu tempat dan fasilitas yang disediakan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa keuntungan dalam penghematan waktu bagi pelaku perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa keuntungan dalam penghematan waktu bagi pelaku perjalanan BAB I 1.1. Latar Belakang Lalu lintas yang padat merupakan suatu problema yang semakin besar karena pengaruhnya pada perdagangan, kelayakan transportasi umum dan konsekuensi lingkungan yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian sebelumnya tentang ruas jalan yang digunakan sebagai tinjauan pustaka adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan Software Vissim untuk evaluasi hitungan MKJI 1997

Lebih terperinci

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN Jl. Siliwangi No. 145 Banjar 46333 Tlp. 743945 Nomor Klasifikasi : B / 739 / VII / 2014 / Humas Res Bjr : BIASA Banjar, 06 Agustus 2014 Kepada Yth. KEPALA KEPOLISIAN di Bandung SURAT PENGANTAR up. Kabid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan atau kebutuhan akan jasa transportasi makin bertambah meningkat dan meluas mengikuti perkembangan zaman dan peradaban manusia. Hal tersebut didasari dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lalu lintas adalah dengan membangun median. Median sebagai

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lalu lintas adalah dengan membangun median. Median sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi permasalahan lalu lintas adalah dengan membangun median. Median sebagai bagian dari geometrik jalan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG Fernanda Gilsa Rahmatunnisa 1, Mutia Ravana Sudarwati 1, Angga Marditama Sultan Sufanir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk biasanya diikuti pula dengan bertambahnya aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah satu prasana yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Inti dari metodologi penelitian adalah menguraikan cara penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Inti dari metodologi penelitian adalah menguraikan cara penelitian ini 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Inti dari metodologi penelitian adalah menguraikan cara penelitian ini dilakukan. Studi dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang membahas tentang tingkat kinerja

Lebih terperinci

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung yang tengah bergerak dalam masa pembangunan, menuntut dilangsungkannya aktivitas secara maksimal. Dalam hal ini, penyediaan transportasi sebagai syarat

Lebih terperinci

PENGANTAR TRANSPORTASI

PENGANTAR TRANSPORTASI PENGANTAR TRANSPORTASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Penyebab permasalahan transportasi

Lebih terperinci

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH Suhartono 1, Christine Tjokrorahardjo 2, Rudy Setiawan 3 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA Rian Doto Gumilar 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) ABSTRAK Bukaan median dengan fasilitas u-turn tidak secara keseluruhan mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya jumlah kendaraan di daerah perkotaan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya jumlah kendaraan di daerah perkotaan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah kendaraan di daerah perkotaan menyebabkan terjadinya kemacetan di beberapa ruas jalan. Semakin tinggi jumlah kendaraan berbanding terbalik dengan

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Geometrik Tinjauan Titik I Lokasi Penelitian.

Gambar 5.1. Geometrik Tinjauan Titik I Lokasi Penelitian. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Ruas Jalan Lingkar Selatan Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, depan kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan jalan

Lebih terperinci

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT.

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT. TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data BAB IV METODE PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah survei lapangan dan analisis data yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN A. Jenis Observasi Penulisan observasi ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan sebagai mengumpulkan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk

Lebih terperinci

TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO. James A. Timboeleng ABSTRAK

TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO. James A. Timboeleng ABSTRAK TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO James A. Timboeleng ABSTRAK Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang rawan terjadi konflik lalu lintas karena

Lebih terperinci

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016

EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016 EVALUASI KECELAKAAN LALULINTAS SELAMA MUDIK LEBARAN MELALUI JALUR DARAT DI INDONESIA TAHUN 2015 DAN 2016 Mentary Adisthi Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 16425 adisthimentary@gmail.com Vinensia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI

ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.11 November (759-766) ISSN: 2337-6732 ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI Rafael Masarrang Lintong E., Joice E. Waani Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. yang ada dapat terpakai secara optimal dalam melayani kendaraan yang

BAB IV ANALISA DATA. yang ada dapat terpakai secara optimal dalam melayani kendaraan yang BAB IV ANALISA DATA 4. 1 Analisis Kondisi Geometri 4.1.1 Denah dan Dimensi Parkir Denah parkir merupakan salah satu faktor perencanaan suatu fasilitas parkir. Dalam denah inilah dapat diatur sedemikian

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI Ridwansyah Nuhun Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Jl. HEA.Mokodompit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antrian adalah suatu proses kegiatan manusia yang memerlukan waktu, tempat dan tujuan yang bersamaan, dimana kegiatan tersebut tidak adanya keseimbangan antara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Studi Parkir Studi ini dilaksanakan dengan maksud agar memperoleh informasi tentang fasilitas ruang parkir yang ada. Adapun informasi yang diperoleh berupa karakteristik-karekteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perparkiran Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA 4.1 DASAR-DASAR PENGUMPULAN DATA Perancangan simpang yang individual atau tidak terkoordinasi dengan simpang lainnya pada prinsipnya hanya dipengaruhi oleh kendaraan

Lebih terperinci

Kata kunci : Kinerja ruas jalan, Derajat kejenuhan, On street parking

Kata kunci : Kinerja ruas jalan, Derajat kejenuhan, On street parking ABSTRAK Kabupaten Bangli khususnya pada ruas Jalan Brigjen Ngurah Rai sebagai kawasan yang memiliki aktivitas cukup ramai akibat adanya aktivitas seperti sekolah, kantor, pertokoan dan RSUD Bangli disepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkup penelitian yang meliputi ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang diambil dalam penyusunan penulisan ini berdasarkan pada metode analisa kinerja ruas jalan yang mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tranportasi darat saat ini khususnya di jalan raya, dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tranportasi darat saat ini khususnya di jalan raya, dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam menentukan keberhasilan perkembangan daerah. Kebutuhan

Lebih terperinci

2015 ANALISA KINERJA STRUKTUR PERKERASAN LENTUR JALAN TOL JAKARTA CIKAMPEK

2015 ANALISA KINERJA STRUKTUR PERKERASAN LENTUR JALAN TOL JAKARTA CIKAMPEK BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jalan merupakan prasarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan mobilitas keseharian sehingga volume kendaraan yang melewati

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA

PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA OLEH: RATNA PUTRI HASANAH NRP. 3111.030.050 RATNA PUTRI HIDAYATI NRP. 3111.030.058

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu lintasnya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi penduduk sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari mulainya penelitian sampai selesainya penelitian yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci