3.Sila & Moral 1. Sila (dalam agama Buddha)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.Sila & Moral 1. Sila (dalam agama Buddha)"

Transkripsi

1 3.Sila & Moral 1. Sila (dalam agama Buddha) Sila adalah etika atau moral yang dilakukan berdasarkan cetana atau kehendak. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS yang artinya kebiasaan atau adat. Oleh karena itu etika sering dijelaskan sebagai moral. Dalam pandangan Buddhis sila memiliki banyak arti antara lain: norma (kaidah), peraturan, perintah, sikap, keadaan, perilaku, sopan santun, dan sebagainya. Buddhagosa dalam Kitab Visuddhimagga menafsirkan sila sebagai berikut : Sila menunjukkan sikap batin(cetana) Sila menunjukkan penghindaran (virati) yang merupakan unsur batin (cetasika) Sila menunjukkan pengendalian diri (samvara) Sila menunjukkan tiada pelanggaran pada peraturan yang telah ditetapkan (avitikhama) Sila pertama kali diajarkan Buddha kepada lima orang petapa yang bernama Kon ṇd ṇañña, Vappa, Bhaddiya, Mahānāma, dan Assaji ketika menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Isipatana. Dalam khotbah tersebut dijelaskan tentang jalan menuju lenyapnya dukkha yang dinamakan jalan tengah. Dalam jalan tengah sila memiliki kelompok Ucapan benar, Perbuatan benar dan Mata Pencaharian benar. Sila merupakan dasar yang paling utama dalam pengamalan kehidupan beragama. Dengan memiliki agama merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang luhur. Hal tersebut disampaikan dalam Kitab Samyutta Nikaya V, 143, antara lain : Apakah permulaan dari batin yang luhur? Sila yang sempurna

2 CIRI, FUNGSI, WUJUD DAN SEBAB TERDEKAT DARI SILA 1. Ciri Sila (Lakkhana) adalah ketertiban dan ketenangan 2. Fungsi (rasa) adalah untuk menhancurkan yang salah (dussiliya) dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah (ancajja) 3. Wujud sila (paccupatthana) adalah kesucian (soceyya) 4. Sebab terdekat adalah Hiri dan Ottapa, hiri adalah perasaan malu untuk berbuat jahat atau kesalahan, ottapa ada perasaan takut akan akibat dari perbuatan jahat. Hiri dan Ottapa disebut Lokapaladhamma atau pelindung dunia. Sila atau kemoralan dalam agama Buddha dapat disebut dalam berbagai macam pengertian antara lain: sebagai mengatur (silana) yaitu mengkoordinasikan (samadhana), berarti menyelaraskan perbuatan jasmani, dan sebagainya, dengan sila atau menunjang (upadharana), juga berarti sebagai dasar (adhara) karena berfungsi sebagai dasar bagi keadaan-keadaan yang baik atau menguntungkan. Sila juga mengandung pengertian kepala (siras), juga mengandung pengertian dingin (Sitala) (Vism.i, 1996;10). Sila dalam Patisambhida dikatakan sebagai Kehendak (cetana) yaitu kehendak yang hadir dalam batin seseorang untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup dan sebagainya, atau seseorang yang menjalankan kewajiban (melatih pengendalian diri, yaitu tujuh kehendak yang (menyertai tujuh pertama) dari sepuluh jalan perbuatan/kamma seseorang yang menjauhkan diri dari pembunuhan makhluk hidup, dan sebagainya (Vism.1). Sila sebagai corak batin (cetasika) adalah keadaan yang berpaling dari dalam diri seseorang yang menghindari pembunuhan makhluk hidup dan sebagainya, meliputi tiga macam keadaan yang meliputi tiada ketamakan, tiada itikad jahat, dan memiliki pandangan benar. Sila sebagai pengendalian (samvara) harus dipahami sebagai pengendalian dengan lima cara yaitu: (1) Pengendalian terhadap peraturan kebhikkhuan (patimokkha-samvara) (2) Pengendalian dengan perhatian murni (sati-samvara) (3) Perhatian dengan Pengetahuan (ñana-samvara) (4) Pengendalian dengan Kesabaran (khanti-samvara) (5) Pengendalian dengan semangat (viriya-samvara).

3 Sila sebagai tidak melanggar (avitikkama-samvara) adalah tidak melakukan pelanggaran dengan jasmani dan ucapan, tidak melanggar, peraturan latihan yang telah berlaku (Vism.l). Pahala melaksanakan sila, antara lain : 1. Bebas dari penyesalan 2. Menimbulkan kegembiraan 3. Menghilangkan kegiuran (piti) 4. Mendapatkan ketenangan (Passadi) 5. Mudah memusatankan pikiran (Ekaggata) 6. Memiliki pengetahuan tentang kebenaran 7. Memunculkan kesadaran yang kuat tentang kebenaran 8. Memiliki pengetahuan yang luas 9. Pikiran tenang dan terkendali 10. Tidak terpengaruh oleh kleadaan apapun 11. Tidak mudah marah Teliti dalam mengerjakan segala sesuatu, dll BENTUK -BENTUK SILA Dalam Visuddimagga,sila-sila yang banyak itu dikelompokkan atas lima klasifikasi dan masing-masing klasifikasi itu terdiri lagi atas beberapa bagian dengan keterangan rinci. * Klasifikasi pertama, terdiri dari satu bagian dan terdiri dari satu kelompok: semua sila yang bertujuandan membawa kepada peningkatan batin yang luhur. * Klasifikasi kedua, terdiri dari tujuh bagian, masing-masing bagian terdiri dari dua kelompok sila: 1. Caritta-sila dan varitta sila Melakukan yang telah ditetapkan oleh Sang Buddha adalah caritta sila dan tidak melakukan apa yang telah ditetapkan oleh Sang Buddha adalah varitta-sila. 2. Abhisamacarika-sila dan Adibrahmacarika-sila

4 Pola perilaku kehidupan keviharaan yang luhur adalah abhisamacarika,sedangkan adibrahamacarika adalah kondisi awal untuk Jalan Kehidupan Suci(magga brahmacariya). Abhisamacarika-sila adalah peraturan kecil yang berada di luar adibrahamacarika-sila. 3. Viratti-sila dan Aviratti-sila Suatu sila yang bercorak pantangan (cetasika viratti). Pantangan yang merupakan unsur utama untuk timbulnya sila adalah viratti-sila. Aviratti-sila adalah suatu sila yang bercorak kehendak (aviratti-sila) dan kehendak ini merupakan unsur utama untuk timbulnya sila. Jadi, bukan karena pantangan,melainkan karena kehendak untuk tidak melakukan yang bertentangan dengan sila. 4. Nissita-sila dan Anissita-sila Nissita-sila adalah sila yang berkaitan dengan keinginan atau pandangan salah. Sedangkan anissita-sila adalah sila yang tidak berkaitan dengan keinginan dan pandangan salah. 5. Kalapariyanta-sila dan Apanakotika-sila Sila yang pelakunya bertekad untuk melaksanakannya dalam jangka waktu yang terbatas disebut kalapariyanta, bila pelakunya bertekad melaksanakan suatu sila untuk seumur hidupnya adalah apanakotika. 6. Sapariyanta-sila dan Apariyanta Sapariyanta-sila adalah sila yang dilanggar demi untuk keuntungan,kemashyuran,sanak keluarga,anggota badan,dan hidup. Sila yang dilaksanakan dengan konsisten meskipun harus mengorbankan jiwanya adalah apariyanta-sila. 7. Lokiya-sila dan Lokuttara-sila Sila yang disertai oleh kekuatan batin (asava) adalah lokiya-sila dan sila yang bebas dari semua kekotoran batin (anasava) disebut lokuttara-sila. * Klsifikasi ketiga, terdiri dari lima bagian, masing-masing bagian terdiri dari tiga kelompok sila: 1. Hina-sila,majjima-sila,dan panita-sila

5 Sila yang dilaksanakan untuk kemasyuran,kedudukan dan sebagainya disebut hinasila;bila dilaksanakan demi hasil kebajikan adalah majjima-sila;yang dilaksanakan dengan pengertian bahwa sila itu sudah sewajarnya, sudah sepatutnya dilaksanakan disebut panita-sila. 2. Attadhitapateyya-sila,lokadhipateyya-sila,dan dhammadhi-pateyya-sila. Attadhipateyya-sila adalah sila yang dilaksanakan untuk kehormatan bagi dirinya sendiri karena kedudukannya dan untuk menghargai dirinya sendiri. Sila yang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan untuk pendapat umum disebut Lokadhipateyya-sila. Dan bila sila dilaksanakan demi menghormati Dharma adalah Dhammadhipateyya-sila. 3. Paramattha-sila,aparamattha-sila,dan patipassadhi-sila Nissita-sila ialah sila yang berkaitan dengan (tanha) dan pandangan salah (miccaditthi. Sila-sila yang termasuk ke dalam nissita-sila adalah paramattha-sila. Aparamattha-sila adalah sila yang sedikit dicemari oleh keingian dan pandangan salah dari seorang perumah-tangga yanh bajik,dan sila dari orang suci yang masih harus melatih diri lagi dinamakan aparamattha-sila. Sila dari Arahat, orang suci yang tidak perlu lagi melatih diri disebut patipassadhi-sila. 4. Vissuddha-sila,avisuddha-sila,dan vematika-sila Visuddha-sila adalah sila dari seseorang yang telah dibersihkan kembali setelah terjadi penggaran sila. Sila dari seseorang yang telah dilanggarnya,tetapi ia tidak membersihkannya kembali adalah avisuddha-sila. Dan suatu sila yang dilaksanakan oleh seseorang yang ragu-ragu apakah sudah terjadi pelanggaran,atau sampai taraf yang bagaimanakah yang telah terjadi, atau apakah dirinya telah melakukan pelanggaran disebut vematika-sila. 5. Sekha-sila,asekha-sila,dan nevasekha-nasekha-sila Sila dari mereka yang telah mencapai Sotapanna-magga sampai dengan Aarahantamagga adalah sekha-sila. Sila dari mereka yang telah mencapai Arahanta-phala adalah adalah asekha-sila. Sedangkan yang selebihnya yang tidak termasuk ke dalam sekha-sila dan asekha-sila dinamakan nevasekha-nasekha-sila. * Klasifikasi keempat,terdiri dari empat bagian,masing-masing bagian terdiri empat bagian sila: 1. Hanabhagiya-sila, tithibhagiya-sila, visesabhagiya-sila,dan nibedabhagiyasila Hanabhagiya-sila adalah sila dari seseorang yang jatuh dari suatu kedudukan sila karena kecerobohan. Sila dari seseorang yang tetap dimana ia berada,tidak

6 mengalami kejatuhan adalah thitibhagiya-sila. Sila dari seseorang yang mendapat kemajuan dalam kehidupan keagamaan karena silanya disebut visesabhagiya-sila. Dan Sila dari seseorang yang dapat mengembangkan pandangan terang sehingga dapat melihat hakikat fenomena alam sebagaimana adanya disebut nibbedabhagiya-sila. 2. Bikkhu-sila,bikkhuni-sila,anupasampanna-sila, dan gahattha-sila Semua peraturan-pelatihan yang ditetapkan oleh Sang Buddha untuk para Bhikkhu adalah Bhikkhu-sila. Untuk para Bhikkhuni adalah Bhikkhuni-sila. Dasa sikkhapada untuk para samanera dan samaneri adalah anupasam-panna-sila, sedangkan gahattha sila adalah pancasila atau atthangika uposatha yang dilaksanakan pada waktu tertentu, khususnya pada hari uposatha 3. Pakatti-sila, acara-sila, dhammata-sila, pubbahetuka-sila Pakati sila tidak lain dari pancasila, ialah suatu sila alamiah yang berlaku di mana-mana tanpa dibatasi zaman. Acara sila adalah tradisi yang terdapat dalam masyarakat tertentu yang mencakup semua tatatertib, peraturan, tata susila, tatanan masyarakat dan lain-lain semacam itu yang terdapat dalam diri seseorang, keluarga dan masyarakat. Dhammata-sila adalah sila yang luar biasa yang hanya terdapat dalam peristiwa alam yang luar biasa, misalnya sila yang dilaksanakan oleh ibu yang sedang mengandung bodhisattva-salah satunya adalah tidak melakukan hubungan kelamin atau tindakan yang menuruti keinginan nafsu-berahi. Sila yang luhur dari makhluk suci yang timbul dari pengamalan hidupnya yang lalu disebut pubbahetuka-sila. 4. Patimokkha-samvara-sila, indiya-samvara-sila, ajivapari-suddhi-sila, dan paccaya-sannissita-silla patimokkha-samvar-sila. Sila berupa pengendalian panca indria: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit atau sentuhan jasmani disebut indriaya-samvara-sila. Ajivaparisuddhi-sila adalah sila berupa penghindaran memperoleh kebutuhan hidup dengan mata pencaharian yang salah, seperti : penipuan atau memperdayakan orang lain (kuhana), menjilat (lapana), membisu (nemittikata), pemaksaan (nippesikata), memberi sedikit dengan harapan memperoleh balasan yang lebih banyak (labhena labham nijigimsana). Sila beruapa penggunaan empat kebutuhan pokok: jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan yang sesuai dengan fungsinya yang pokok dan kehidupan sebagai samana/petapa disebut paccayasannissita-sila.

7 Keempat kelompok sila tersebut di atas khusus untuk para Bhikkhu dan Bhikkhuni. Sila-sila ini juga dilaksanakan oleh samanera dan samaneri, tetapi tidak seluas yang dilaksanakan oleh para bhikku dan bhikkuni. * Klasifikasi kelima terdiri dari dua bagian, masing-masing bagian terdiri dari lima kelompok sila: 1. Pariyamtaparisuddhi-sila (sila yang terbatas penyuciannya). Sila ini bukan untuk orang yang telah menjalani upasampada menjadi bhikku atau bhikkhuni. Apariyantaparisuddhi-sila (sila yang tidak terbatas penyuciannya) adalah sila untuk orang yang telah mengalami upasampada menjadi bhikkhu dan bhikkhuni. Paripwmaparisuddhi-sila (sila yang paripurna penyuciannya) adalah sila orang duniawi yang baik karena silanya bersih dari keinginan dan pendangan-salah, atau sila yang bukan merupakan nissita-sila. Aparamatthaparisuddhi-sila (sila dari sekha-puggala yang masih memerlukan penyucian) adalah sila dari ariyapuggala mulai dari sotapanna-magga sampai dengan Arahanta-mangga yang masih memerlukan latihan untuk kesempurnaan sila. Patipasaddhiparisudhi-sila (sila yang tidak memerlukan latihan lagi) adalah sila dari seoarng arahat. 2. Pahana-sila (sila meninggalkan), veramani-sila (sila menghindari), cetanasila (sila kehendak atau kemauan), sanvara-sila ( sila pengendalain diri), dan avitkkama-sila (sila pelanggaran). 2. Definisi Moral Moral berasal dari bahasa Latin mos yang berarti: Ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban:sinonim dengan akhlak, budi pekerti, dan susila. Kondisi mental yang membuat mereka tetap berani, bersemangat, bergairah, dan berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.

8 Menurut bahasa Pali, sila dalam pengertian luas adalah etika dan dalam pengertian sempitnya adalah moral. Moral dalam Agama Buddha yang dipersepsikan sebagai sila bertujuan praktis untuk menuntun orang menuju tujuan akhir yaitu kebahagiaan tertinggi. Setiap individu bertanggung jawab pada keberuntungan maupun ketidak-beruntungannya sendiri, sehingga ia harus mengusahakan pembebasannya sendiri melalui pemahaman dan usaha. Teori etika atau moralitas umat Buddha terungkap secara praktis dalam berbagai prinsip sebagai panduan umum untuk menunjukkan arah menuju pembebasan akhir, dengan perimbangan antara moralitas negatif yang melarang dan moralitas positif yang menganjurkan. Prinsip-prinsip moralitas tersebut dapat kita temukan dalam nasehat Buddha (Buddha Ovada) kepada para siswanya yang berbunyi: "Jangan berbuat kejahatan, berbuat kebajikan, sucikan hati dan pikiran... "(Dh. 183). 3. Dasar dasar pelaksanaan Sila Pelaksanaan Sila A. Dengan Pengendalian Diri (Samvara) 1. Patimokkha Samvara : mentaati peraturan atau disiplin yang telah ditentukan. 2. Sati Samvara : mengendalikan diri dengan Perhatian yang Benar. 3. Nana Samvara : mengendalikan diri dengan Pengetahuan. 4. Khanti Samvara : mengendalikan diri dengan Kesabaran. 5. Viriya Samvara : mengendalikan diri dengan kekuatan semangat atau kemauan. Cara untuk mengendalikan diri dari segala perbuatan, ucapan, dan pikiran yang tidak baik, dapat juga digolongkan dalam tiga cara, yaitu sbb : 1. Sikkhapada : melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri seperti melaksanakan Panca Sila, Atthanga Sila, Dasa Sila, dll. 2. Carita Sila : dengan jalan melaksanakan hal-hal yang baik, seperti berdana, merawat orang tua, menolong makhluk lain, dan sebagainya yang berhubungan dengan kebajikan. 3. Varitta Sila : dengan jalan menghindari hal-hal yang tidak baik, seperti tidak bergaul dengan orang jahat, tidak melakukan hal-hal yang dilarang, dsb.

9 B. Dengan Pantangan (Viratti) Mereka yang dapat menjauhkan diri dari kejahatan-kejahatan, dapat dikatakan telah mematuhi Sila. Perbuatan menahan diri yang demikian itu, disebut Viratti, dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu : 1. Sampatti Viratti (Pantangan Seketika) Pantangan seketika adalah pantangan dari seseorang tanpa rencana terlebih dahulu untuk menahan diri dari melakukan perbuatan jahat. Walaupun ada kesempatan untuk melakukannya, dia cukup kuat untuk menahan diri dari godaan. Jadi dia tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, atau meminum minuman keras, karena menurut hematnya perbuatan itu tidak pantas dilakukan. 2. Samadana Viratti (Pantangan karena Janji) Pantangan ini dijalankan karena suatu janji (kaul). Misalnya umat Buddha yang telah berjanji melaksanakan Panca Sila, juga para bhikkhu dan bhikkhuni dalam menjalankan Sila-sila mereka. Fungsi pantangan disini adalah untuk memenuhi janji tersebut. 3. Samuccheda Viratti (Pantangan Mutlak) Pantangan Mutlak adalah pantangan melalui penghancuran semua sebab yang akan membawa pada pelanggaran. Ini menunjukkan sifat dari seorang Arahat, yang mutlak tidak akan melanggar sila-sila ini pada saat ia telah mencapai Penerangan Sempurna Sati dan Sampajanna Sati artinya perhatian, kewaspadaan, dan ingatan. Lawan dari sati adalah lupa. Akibat dari lemahnya sati(perhatian) adalah kehancuran. Misalnya : Anda mempunyai janji penting untuk interview pekerjaan, namun Anda melupakannya. Sang Buddha menyabdakan : "Sati Sabbattha Patthiya : perhatian diperlukan dalam setiap kondisi dan tempat". Mengapa kita bisa bangun lebih awal, ikut kebhaktian, ingat janji yang telah diutarakan, melunasi utang tepat waktunya, belajar dengan sungguh sungguh dikala ujian, makan obat secara rutin dikala sakit dan seterusnya? Semuanya bisa terlaksana dengan baik, tidaklah terlepas karena "sati: perhatian" yang dimiliki, masih stabil keberadaannya. Lawan dari Sati adalah lupa. Jadi konsekwensi (resiko) dari lemahnya sati (perhatian) adalah kehancuran, misalnya: dikala ada rapat penting, kita terlambat atau lupa menghadirinya, lupa

10 melunasi utang, lupa makan atau berobat dan seterusnya. Selanjutnya, apakah yg bakal terjadi? Semua bentuk kemalangan kemalangan yg tidak semestinya, pasti akan muncul kepermukaan. Jadi, sati (perhatian) selain bermanfaat agar kita terhindari dari perbuatan perbuatan yang tidak baik, juga bisa mencegah atau mengurangi diri kita, dari serangan serangan karma yang mungkin saja, akan matang disaat tersebut. Dengan dimilikinya sati (perhatian), kita tidak akan mudah terpedaya atau terdorong ke lembah dukkha (derita) sebagai akibat dari tindakan salah yang diperbuat. Disamping itu, sati juga akan mempe-teguh bathin kita, untuk senantiasa mau menyemai, menabur atau menanam kebajikan sebanyak banyaknya. "Na pa-ram napi atta-nam-vihimsati sama hito : Orang yang BATHIN nya teguh, tidak akan MENGANIAYA orang lain maupun diri sendiri", demikianlah yg disabdakan oleh Sang Buddha. Satu hal yang pasti, bahwa sati yang telah terbina dengan baik, tidak akan mudah luntur dan hancur, walaupun sakit bertahun tahun, kurang makan, mengalami proses penuaan atau kematian yang datang menjelang. Tetapi bukanlah berarti bahwa sati yang telah terbina dengan baik, akan permanen keberadaanya didalam diri kita. Sati harus dibina terus menerus dan sekali kita lengah, maka sati akan rapuh dan mudah sekali mengalami kehancuran. Salah satu penyebab hancurnya Sati adalah jika kita terlena sehingga melanggar sila ke V dari Pancasila Buddhis, yang isinya adalah sebagai berikut: "Surameraya majja pama-da-tthana veramani sikha-padang samadiyami : Kami berjanji/bertekad untuk menghindari memakan atau meminum segala sesuatu, yang mana bisa menyebabkan hilangnya kesadaran diri (mabuk )". Dizaman yang serba praktis dan materialitis ini, apapun bisa dijumpai dan didapatkan, asalkan memiliki sejumlah materi. Disinyalir saat ini, minuman minuman yang berkadar alkohol rendah sampai yang tinggi atau obat obat penenang (terlarang) yang mana bisa membuat sipemakai "on/fly" seketika, adalah hal yang umum dijumpai atau didapatkan, di tempat tempat hiburan malam. Nach, bagi yang bathinnya tidak terbina dengan baik serta terbius akan nikmatnya (menurut pengakuan si bodoh yang telah mencoba) benda benda terlarang ini, akan segera memakainya. Pemakaian obat obat terlarang ini, akan mempercepat hancurnya sati. Dan bathin yang satinya telah hancur, akan mudah sekali terjerumus ke liang derita, sebagai akibat dari perbuatan perbuatan tercela yang dilakukan. Dikala mabuk atau istilah ngetopnya saat ini adalah lagi "on/fly", semua tindakan, baik melalui ucapan maupun tin-dakan badan jasmani yg sifatnya tercela adalah hal umumnya dijumpai. Dia tidak akan ada lagi rasa malu atau segan, untuk mau melakukan perbuatan perbuatan jahat, baginya berbicara kasar (jorok), mencuri, menyiksa, menipu dan bahkan membunuh adalah hal yang biasa. Sebagai akhir dari lemahnya sati adalah penderitaan yang berlarut larut dan akan jauh dari kebahagiaan. Didalam sabda Nya, Sang Buddha menyabdakan bahwa salah satu cara agar sati ini terawat dengan baik adalah dengan menghindari orang bodoh

11 (jahat). " Na bhaje papake mitte: Janganlah bergaul dengan teman yang jahat ", demikianlah yang selalu ditegaskan Sang Buddha. Bergaul dengan orang jahat, tiada manfaat yang bisa diraih, selain dari pada penderitaan yang berkesinambungan. Bergaul dengan orang jahat, sama ibaratnya dengan kertas wangi yang membungkusi kotoran busuk. Setelah kotoran tersebut dibuang maka sisa aroma busuknya, akan tetap melekat dikertas tersebut, disamping wanginya hilang. Singkatnya dikatakan, tiada manfaat sama sekali bergaul dengan orang jahat, selain dari pada penderitaan yang ditimbulkan. Selanjutnya, ditekankan pula bahwa sati akan semakin kuat keberadaannya di bathin kita, jika sering mempraktekkan meditasi (pemusatan pikiran pada suatu sasaran tertentu). Sampajanna artinya menyadari. maksudnya disini adalah menyadari dengan baik apapun yang berlaku pada keseluruhan indera. Misalnya dikala melihat, bathinnya sadar betul akan apa yang sedang dilihat, sehingga tidak sampai menimbulkan kemerosotan bathin. Di Buddhis di kenal enam indera kesadaran 1. Cakkhu vinnana : kesadaran mata 2. Sota Vinnana : kesadaran telinga 3. Ghana vinnana : kesadaran hidung 4. Jivha vinnana : kesadaram lidah 5. Kaya vinnana : kesadaran badan jasmani 6. Mano vinnana : kesadaran pikiran Sampa-janna dalam hal ini adalah menyadari dengan baik, dikala melihat bathinnya sadar betul akan apa yang sedang dilihat, sehingga tidak sampai menimbulkan kemerosotan bathin. Disaat mendengar, apakah sesuatu yang sifatnya pujian atau gossip belaka, bathin harus sadar sepenuhnya akan makna dari suara tersebut, sehingga tidak sampai terperdaya, untuk emosi/marah. Begitu juga dikala mencium aroma, bathin harus senantiasa sadar akan apa yang tercium, sehingga tidak spontanitas mengeluarkan komentar yang tidak seyogianya dilontarkan. Disaat merasakan sesuatu, apakah manis, pahit, asin atau asam; bathin harus sadar akan hal ini. Selanjutnya dikala tubuh merasakan sentuhan, apakah yang lembut atau kasar; bathin harus menyadari akan maknanya. Kemudian, disaat

12 pikiran berkreasi atau memutuskan suatu permasalahan, sadarilah apa yang seharusnya diputuskan, agar tidak menimbulkan kerugian di kedua sisi, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Didalam kitab suci Patikavagga diuraikan empat ciri khas dari sampajanna, yang terdiri dari: 1) Sadar akan manfaat dari perbuatan yang sedang dilakukan. 2) Sadar bahwa perbuatan yang sedang dilakukan, sesuai atau tidak dengan diri sendiri. 3) Sadar bahwa perbuatan yang sedang dilakukan, akan menimbulkan sukkha (kebahagiaan) atau dukkha (penderitaan). 4) Sadar bahwa perbuatan yang sedang dilakukan, merupakan kebodohan atau kepandaian. Jadi manfaat dari dimilikinya Sampajanna ini adalah agar kita sadar dan tidak terlena, akan apa yang berlangsung pada diri kita. Disaat memegang pisau, kita sadar akan apa yang sedang dipegang, sehingga tidak mencelakai orang lain atau diri sendiri. Disaat mengendarai mobil, kitapun harus sadar akan apa yang seharusnya diperbuat, sehingga tidak terjadi kecelakaan. Diceritakan pada masa kehidupan Sang Buddha, terdapat seorang umat yang sangat berbakti dan senantiasa menimbun kebajikan. Umat tersebut bernamavisakha, seorang wanita yang telah divisudhikan menjadi seorang Upasika. Ia adalah pemimpin dari para upasika yang sangat berkeyakinan dan berbakti, terhadap Sang buddha. Dia telah berhasil mendirikan sebuah Vihara yang sangat indah, kemudian di persembahkan kepada Sang Buddha, sebagai wujud dari rasa cinta kasih dan bhaktinya. Pada waktu Vihara itu selesai di bangun, dia sangat bahagia dan gembira sekali. Diajaknya, anak dan cucunya berbaris rapi, berjalan mengelilingi Vihara sambil menyanyikan lagu lagu yang merdu sekali. Orang orang yang menyaksikan kejadian ini, sangat kagum dan terharu bathinnya. Kemudian mereka menceritakan kepada Sang Buddha, semua kejadian yang mengharukan tersebut. Berkenan dengan peristiwa ini, Sang Buddha bersabda : "Bagaikan sebuah karangan yang dirangkai dengan beraneka macam bunga, demkian pula halnya dengan KEBAJIKAN, harus dilaksanakan sebanyak mungkin oleh orang yang hidup di dunia fana ini". Selanjutnya, dikisahkan pula, ada seorang Bhikkhu yang bernama Yang Arya Maha Kassapa yang sangat mulia karena perbuatan perbuatan baiknya. Beliau sangat memperhatikan keadaan dan kehidupan orang miskin. Bilamana beliau pergi berkelana dan mengumpulkan dana, beliau selalu memberi kesempatan kepada fakir miskin, terlebih dahulu. Pada suatu hari diceritakan, Sakka atau Batara Indra, raja dari para dewa turun dari alam kedewaan, ke atas mayapada ini dengan menyamar sebagai tukang tenun yang miskin. Tukang tenun itu lalu menghampiri Yang Ariya Maha Kassapa dan memberikan dana kepada

13 beliau. Hal ini diketahui oleh Sang Buddha dan beliau lalu memuji Yang Ariya Maha Kassapa, sambil menyatakan bahwa sampai Batara Indra turun ke atas mayapada ini, karena beliau sangat tertarik dengan kebajikan Yang Ariya Maha Kassapa. Selanjutnya Sang buddha bersabda : " Sesungguhnya tiada seberapa nilainya keharuman tagara dan kayu cendana. Keharuman orang yang BERPRIKEBAJIKAN membubung tinggi sampai ke alam dewa. Sesungguhnya sangat mulia KEBAJIKAN itu." Dari dua kisah yang singkat ini, jelaslah bagi kita semua bahwa kebajikan yang diperbuat, pasti akan memberikan kebahagian dan kesejahteraan Hiri dan Ottapa Hiri adalah hal yang dijunjung oleh mereka yang menghargai martabat dan kehormatan mereka. Sedangkan Ottappa adalah hal yang dijunjung oleh mereka yang menghormati orang tua, guru, teman, dan anggota keluarga lainnya. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : Ketika seseorang beralasan : Saya berasal dari keluarga baik-baik, jadi tidak seharusnya saya melakukan tindakan yang tidak terpuji, tidak pantas bagi saya berpenghidupan sebagai nelayan atau pemburu binatang. Demikian, dia merasa malu untuk melakukan penghidupan yang tidak benar dan dia selalu mengembangkan kehormatan keluarga atau marganya. Seseorang yang terpelajar juga berpendapat Kita adalah orang terpelajar, kita seharusnya merasa malu melakukan tindakan tidak baik. Kita seharusnya menghindarkan diri dari pembunuhan, pencurian, dan sebagainya. Para orang tua juga beralasan : Kita sudah tua, dan sepantasnya bersikap dewasa serta bijaksana. Jika kita berbuat buruk, kita akan jatuh ke situasi yang memalukan. Ketiga contoh tersebut menunjukkan peranan penting hiri, suatu faktor mental positif, yang ada pada orang yang menghargai martabat dan kehormatan. Mereka yang memikirkan orang lain juga akan berpikir : Jika saya melakukan kejahatan, keluarga, teman, kerabat, guru akan disalahkan karena perbuatan saya. Oleh karena itu saya tidak akan melakukan kejahatan apa pun. Saya akan menghindari kejahatan. Ini merupakan contoh yang baik untuk Ottappa. Jadi seseorang bisa memiliki hiri dan ottappa dengan mencoba memikirkan orang lain

14 dengan dasar simpati dan memegang kehormatan dan martabat kenalan dekatnya. Namun jika Anda tidak memiliki pertimbangan simpati terhadap keluarga, guru, dan lain-lain. Anda kekurangan hiri dan ottappa, dan akibatnya akan melakukan banyak perbuatan buruk dalam hidup Anda. Hiri dan Ottappa melindungi Anda dari perbuatan amoral, mencegah anak berbuat tak pantas kepada ibunya, atau mencegah saudara laki-laki berbuat asusila terhadap saudara perempuannya. Keduanya dijuluki sebagai penjaga dunia-lokapala Dhamma: hiri dan ottappa melindungi Anda dari perbuatan amoral. Jadu keduanya adalah murni dan postif, yang disebut juga dengan Sukka Dhamma. Kedua Dhamma tersebut menjaga manusia agar selalu dalam disiplin moral dan pengendalian moral yang membedakan manusia dengan binatang. Tanpa adanya hiri dan ottappa, manusia akan tenggelam dalam kejahatan, dan tak ada bedanya dengan binatang. Dewasa ini malah banyak orang yang kurang punya hiri dan ottappa, sebagai contoh dari cara berpakaian, cara makan, dan kelakuan yang kurang senonoh. Jika hal ini dibiarkan berkembang, dunia segera berakhir dalam keruntuhan. Hiri dan Ottappa Palsu Meskipun hiri dan ottappa adalah faktor mental positif (kusala cetasika), ada juga hiri dan ottappa yang palsu. Malu dan takut melakukan kejahatan, pantang melakukan perbuatan salah (duccarita) adalah karena hiri dan ottapa sejati. Malu dan takut untuk menjalankan sila, mengunjungi pagoda dan vihara, mendengarkan uraian Dhamma, berbicara di depan umum, bekerja kasar (tidak malu hidup tanpa pekerjaan dan mati kelaparan), atau malu dan takut seorang pemuda untuk bertemu dengan seorang gadis, adalah contoh-contoh hiri dan ottappa palsu. Dalam kenyataannya mereka hanya berpura-pura dan memelihara kesombongan yang tak berguna. Menurut abhidhamma semua contoh tersebut tergolong dalam tanha. Empat Hal dimana Rasa Malu Harus Disingkirkan Dalam berbagai buku disebutkan ada empat hal dimana rasa malu harus disingkirkan : 1. Dalam melakukan perdagangan 2. Dalam belajar dibawah bimbingan guru. 3. Dalam hal makan

15 4. Dalam hal cinta Keempat hal tersebut hanya untuk menegaskan bahwa seseorang harus mantap dalam melakukan sesuatu yang bermanfaat. Contoh lain dari hiri dan ottappa adalah takut dengan pengadilan dan hukuman. Sungkan pergi ke toilet semasa perjalanan, takut dengan anjing, takut dengan hantu, takut dengan tempat yang belum dikenal, takut pada lawan jenis, takut pada saudara dan orang tua, takut berbicara di hadapan para sesepuh, dan sebagainya, adalah bukan hiri dan ottappa yang sebenarnya. Itu semua adalah semata-mata karena kurangnya kepercayaan diri dan merupakan keadaan buruk (akusala) yang terdorong oleh domanassa (Penderitaan batin). Jalan Tengah Penjelasan diatas akan menjernihkan kenyataan bahwa hanya hiri dan ottappa sejatilah yang harus dikembangkan. Tidak perlu merasa malu dan takut untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat, tetapi tidak berarti seseorang harus ceroboh dan nekat dalam semua kasus. Kecerobohan akan membawa ketidakhormatan kepada orang tua, kemarahan, kebencian, dan kesombongan. keberanian dan ketidaktakutan berbuat kebaikan patut di puji, sedangkan kecerobohan dan ketidakhormatan adalah hal yang tidak pantas. Kenekatan, ketidakhormatan, dan keberanian sia-sia adalah hal yang tidak diinginkan; seseorang harus mantap dan tidak takut hanya dalam melakukan perbuatan baik. Malu dan takut secara berlebihan juga tidak diinginkan. Ada jalan tengah yang harus diikuti oleh semua orang. Seseorang semestinya merasa takut dalam lingkungan di mana dia seyogianya merasa takut; seseorang harus takut dengan perbuatan jahat. Buddha berkata ; Abhayitabbe bhayanti, bhayitabbe na bayare. -Kebanyakan orang takut terhadap sesuatu yang tidak perlu ditakuti dan tidak takut terhadap sesuatu yang seharusnya ditakuti. 4. Pembagian Sila 4.1. Sila menurut jenisnya Pakati Sila Pakati Sila artinya sila alamiah (sila yang tidak dibuat oleh manusia). Contohnya hukum tertib kosmis (utu, bija, kamma, dhamma, citta niyama)

16 4.1.2.Pannati Sila Pannati Sila adalah sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan kesepakatan atas dasa tujuan tertentu. Contoh : peraturan kebhikkhuan, adat istiadat, peraturan Negara, dan lain-lain 4.2. Sila menurut cara pelaksanaannya Sikkhapada sila Sikkhapada sila yaitu melakukan latihan pengendalian diri Carita Sila Carita sila yaitu sila dalam aspek positif (mengembangkan 10 perbuatan baik). 10 jenis perbuatan baik / karma baik 1. Gemar beramal dan bermurah hati, akibatnya adalah diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang. 2. Hidup bersusila, akibatnya adalah penitisan dalam keluarga luhur yang keadaannya bahagia. 3. Sering melakukan meditasi, akibatnya adalah penitisan di alam bahagia. 4. Berendah hati dan hormat, akibatnya adalah penitisan dalam keluarga luhur 5. Berbakti, akibatnya akan diperoleh penghargaan dari masyarakat 6. Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain. 7. Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, akibatnya adalah menyebabkan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan. 8. Sering mendengarkan Dharma, akibatnya adalah berbuah dengan bertambahnya kebahagian. 9. Gemar menyebarkan Dharma, akibatnya adalah berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan 10.Meluruskan pandangan orang lain yang keliru, akibatnya berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.

17 4.2.3.Varita Sila Varita sila yaitu sila dalam aspek negatif (10 karma buruk) 1. Pembunuhan, akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari keadaan atau orang yang dicintai, dalam hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan. 2. Pencurian, akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh keinginan yang senantiasa tidak tercapai, penghidupannya senantiasa tergantung kepada orang lain. 3. Perbuatan asusila, akibatnya mempunyai banyak musuh, beristri atau suami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak normal perasaan seks-nya. 4. Berdusta, akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya khalayak ramai. 5. Bergunjing, akibatnya kehilangan teman-teman tanpa sebab yang berarti. 6. Kata-kata atau ucapan kasar dan kotor, akibatnya sering didakwa yang bukanbukan oleh orang lain. 7. Omong kosong, akibatnya bertubuh cacat, berbicara tidak tegas, tidak dipercaya oleh khalayak ramai. 8. Keserakahan, akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-harapkan. 9. Dendam, kemauan jahat/niat untuk mencelakakan makhluk lain, akibatnya rupa buruk, macam-macam penyakit, watak tercela. 10. Pandangan salah, akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya, kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, pendapat yang tercela. 5. Empat Sila untuk kemurnian anggota Sangha (Catuparisuddhi Sila) 1. Indriya Samvara Sila (kemoralan dengan mengendalikan indera) 2. Patimokkha Samvara Sila (kemoralan dengan pengendalian melalui peraturan moralitas awam atau bhikkhu, Patimokka Sila)

18 3. Ajiva Parisuddhi Sila (kemoralan dalam pengendalian mendapatkan/ menggunakan kebutuhan penghidupan, seperti makanan, obat, pakaian, tempat tinggal) 4. Paccayasannissita Sila (kemoralan dg pegendalian untuk tidak mempergunakan 4 kebutuhan pokok(jubah,makanan, tempat tinggal, obat2an) karena keserakahan). 6.Sila menurut jumlah latihannya 6.1.Cula Sila Cula Sila adalah cara pengendalian diri dari segala perbuatan dan ucapan yang tidak baik. Disebut Cula Sila karena jumlah sila tersebut paling sedikit yaitu lima sila yang dilaksanakan oleh umat biasa atau upasaka dan upasika. 6.2.Majjhima Sila Majjhima Sila adalah sila yang sedang dalam jumlah peraturun. Sila ini terdiri dari sepuluh latihan (Dasasila) dilaksanakan oleh samanera. 6.3.Maha Sila Maha Sila adalah sila yang banyak/berat dalam jumlah peraturan. Sila ini disebut Patimokkhasila dilaksanakan oleh para bhikkhu berjumlah 227 latihan dan bhikkhuni berjumlah 311 latihan. 7. Sila menurut jenis orang yang melaksanakan Sila menurut jenis orang yang melaksanakan terdiri dari 3 macam, yaitu : a. Sila upasaka-upasika adalah pancasila Buddhis. Bila kelima sila ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan memiliki 5 macam kekayaan, al: Keyakinan terhadap Triratna dan diri sendiri Kemurnian sila dan pelaksanaannya Keyakinan terhadap hukum karma Mencari kebaikan di dalam dhamma Berbuat baik sesuai dengan dhamma

19 b. Sila bagi Samanera-samaneri adalah majjhima sila (sila menengah). Untuk aliran Theravada melaksanakan 10 sila dan 75 sekhiya. Untuk aliran Mahayana melaksanakan 10 sila dan 100 siksakaranya. c. Sila para bhikkhu dan bhikkhuni disebut patimokkhasila atau panita sila (sila yang tinggi). Sila bagi bhikkhu Theravada berjumlah 227 sila, bhikkhuni 311 sila. Khusus sila bagi para bhikkhuni Theravada telah dihapuskan sejak tahun 1257 m karena dalam aliran Theravada tidak ada lagi sangha bhikkhuni. Sila bagi bhikkhu Mahayana berjumlah 250 sila dan bhikkhuni 348 sila. 7.1.Sila Upasaka-Upasika Gahattha Sila Sila bagi para umat awam, yaitu Panca Sila atau Atthanga Sila (pada waktu-waktu tertentu). Atthanga Sila Delapan Sila atau Atthanga Sila merupakan praktik latihan disiplin diri. Ada sebagaian Upasaka-Upasika seumur hidupnya mempraktikkan 8 sila, ada juga yang hanya mempraktikkan 8 sila pada hari tertentu di tanggal 1, 8 15, 22/23 atau 2X sebulan pada waktu bulan gelap dan bulan terang di hari Uposattha. Uposattha berarti masuk untuk diam yang berarti kepatuhan kepada sila. Delapan Peraturan yang terdapat dalam Atthanga Sila, antara lain: 1. Pannatipata veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari membunuh makhluk hidup 2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan 3. Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari berbuat asusila (hubungan kelamin) 4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari berkata bohong 5. Surameraya majjhapamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami

20 Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan 6. Vikala bhojana veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari makan makanan pada waktu yang salah (setelah jam 12 siang) 7. Naccagitavadita visukadassana, malagandhavilepanna dharanamandana vibhusanatthana veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari menari, menyanyi, bermain music, dan melihat pertunjukkan, memakai kalungan bunga, perhiasan, wangi-wangian dan kosmetik untuk menghiasi dan mempercantik diri 8. Ucca sayana mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami Aku bertekad akan melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi dan mewah 7.2.Sila bagi Samanera-samaneri Anupasampanna Sila Sila bagi para samanera dan samaneri, yaitu Dasa Sila. Dasa Sila 1. Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari pembunuhan. 2. Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan. 3. Kamesu Micchacara Veramani Sikhapadam Samadiyami(umat Buddha biasa) Aku bertekad untuk melatih diri menghindari perbuatan asusila. Abrahmacariya Veramani Sikhapadam Samadiyami (untuk Bhikkhu) 4. Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.

21 5. Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. 6. Vikalabhojana Veramani Sikhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari makan makanan setelah tengah hari. 7. Naccagitavadita Visukadassana Malagandhavilepana Dharanamandana Vibhusanatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari untuk tidak menari, menyanyi, bermain musik serta pergi melihat tontonan-tontonan. 8. Malagandhavilepana Dharanamandana vibhusanatthana Veramani Sikhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari pemakaian bungabungaan, wangi-wangian,& alat kosmetik untuk tujuan menghias & mempercantik tubuh. 9. Uccasayana Mahasayana Veramani Sikkhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi dan mewah. 10.Jataruparajata Patiggahana Veramani Sikhapadam Samadiyami Aku bertekad untuk melatih diri menghindari menerima emas dan perak (uang). 7.3.Sila Para bhikkhu-bhikkhuni Bhikkhu Sila Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu. Bhikkhu Sila ada 227, yaitu Patimokkha Sila. Para bhikkhu menjalankan/mempraktikkan Patimokkha setiap harinya, yaitu: Parajika 4, Sanghadisesa 13, Aniyata 2, Nissagiya Pacittiya 30,

22 Suddhika Paccittiya 92, Patidesaniya 4, Sekhiyavatta 75, Adhikarana Samatha 7. Bhikkhuni Sila Semua tata tertib yang ditetapkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhuni. Bikkhuni Sila ada 311, yaitu Patimokkha Sila untuk Bhikkhuni. 7.4.Bodhisatva Sila Peraturan Bodhisattva berasal dari Tapasilavrata yang diuraikan di dalam Mahasimbhanada Sutra, dan salah satu pasalnya menuntut memakan sayuranis. Bodhisattva Sila adalah suatu perpaduan (gabungan) antara Pratimoksa dengan peraturan kebhikshuan untuk tata kelakuan umum dari bhikshu yang mengabdikan dirinya pada Buddhisme Utara demi memperkembangkan mereka sendiri ke dalam suatu Bodhisattva- Sangha. Peraturan ini tidak hanya diperuntukkan bagi anggota Bodhisattva Sangha, tetapi juga untuk perumah tangga yang disebut Grastha- Bodhisattva. Peraturan Bodhisattva diambil dari Teks Tionghoa Brahmajala Sutra yang diterjemahkan loleh Kumarajiva yang berisi 58 Pasal dan diklasifikasikan dalam 2 bagian, yaitu: 1. Garukapatti Lahukapatti 48 Garukapatti 10 (Kesalahan berat) Membunuh Mencuri

23 Mengumbar diri dalam hubungan kelamin Penyombongan diri palsu Berniaga dalam minuman keras Membuat tuduhan palsu Membanggakan diri sendiri Mengotori moral Kosong dari rasa hati nurani. Menjelek-jelekkan Tri Ratna Lahukapatti 48 Seorang Bhikshu yang tidak sopan terhadap pendiksanya, sesame pendiksanya atau seniornya. Seorang Bhikshu yang meminum minuman keras atau sesuatu yang memabukkan Seorang Bhikshu yang memakan daging hewan Seorang Bhikshu yang memakan 5 macam akar pedas yang terlarang, yang menimbulkan Raga (Nafsu dan sebagainya) Seorang Bhikshu yang tidak menasehati sesame Bhikshu agar melakukan pengakuan kesalahan secara teratur. Seorang Bhikshu yang menolak permintaan upaca pemberian amal atau upacara kepada pengkhotbah Buddha Dharma. Seorang Bhikshu yang melalaikan pelajaran Buddha Dharma Seorang Bhikshu yang menjelek-jelekkan atau menentang Buddha Dharma Seorang Bhikshu yang tidak memberikan bantuan kepada orang sakit yang meminta bantuannya

24 Seorang Bhikshu yang memiliki senjata yang dapat menyebabkan pembunuhan makhluk lain atau hewan. Seorang Bhikshu yang mengembangkan diri sebagai diplomat, duta atau utusan dalam urusan perundingan internasional. Seorang Bhikshu yang denga diri sendiri atau melalui petunjuknya melakukan perbuatan immoral yang menyebabkan penderitaan makhluk lain ( perbudakan, pembantaian hewan, dll) Seorang Bhikshu yang menyebabkan menurunnya nama baik orang lain dan meningkatkan nama baik sendiri. Seorang Bhikshu yang membakar hutan yang dapat menyebabkan kebakaran besar Seorang Bhikshu yang berbicara secara mengutuk atau menyindir Seorang Bhikshu yang dengan samara-samar berbicara demi keuntungannya sendiri Seorang Bhikshu yang menggunakan gaya bicara yang memaksa agar diberi pemberian Seorang Bhikshu yang dengan tidak benar menyombongkan kepintarannya atau pahala-pahalanya. Seorang Bhikshu yang tidak dapat dipercaya ucapannya (tidak dapat diandalkan) Seorang Bhikshu yang tidak mempunyai belas kasihan kepada binatang dan tidak menyelamatkan mereka dari bahaya maut. Seorang Bhikshu yang melakukan balas dendam Seorang Bhikshu yang congkak dan tinggi hati Seorang Bhikshu yang membanggakan pengetahuannya Seorang Bhikshu yang malas mempelajari Buddha Dharma Seorang Bhikshu yang merusak keselarasan dari sesama Bhikshu. Seorang Bhikshu yang serakah dan mementingkan diri sendiri

25 Seorang Bhikshu yang mengalihkan kekayaan seseorang kepada dirinya sendiri Seorang Bhikshu yang mengalihkan kekayaan seseorang kepada orang lain yang disenanginya Seorang Bhikshu yang minuman pengasih Seorang Bhikshu yang bertindak sebagai perantara jodoh Seorang Bhikshu yang tidak membebaskan seseorang dari perbudakan meskipun dia bias berbuat demikian Seorang Bhikshu yang berniaga senjata, baik melalui tangannya sendiri maupun dengan petunjuknya Seorang Bhikshu yang pergi untuk melihat suatu pasuka besar bersenjata yang siap untuk berperang Seorang Bhikshu yang tidak mempunyai kesabaran dalam menjalankan peraturan Seorang Bhikshu yang melanggar janji kebhikshuannya Seorang Bhikshu yang gagal untuk menjalankan aturan kebhikshuan. Seorang Bhikshu yang melakukan Dhutanga-vrata (hidup dihutan untuk perenungan keagamaan) atau Aranyaka (hidup di hutan) dan tinggal di suatu tempat yang berbahaya Seorang Bhikshu yang tidak membawa diri dengan kerendahan hati serta tidak menghormati Bhikshu yang tua. Seorang Bhikshu yang tidak menanam suatu sebab yang baik untuk suatu akibat yang baik Seorang Bhikshu yang dalam melakukan pentahbisan (pendiksaan) dengan pikiran condong pada keuntungan Seorang Bhikshu yang mengajarkan Dharma untuk keuntungan uang Seorang Bhikshu yang melakukan Sangha Karma (Pengakuan kesalahan) kepada seorang penjahat

26 Seorang Bhikshu yang sengaja berbuat bertentangan dengan Vinaya Seorang Bhikshu yang tidak menghormati Kitab Suci Buddhis Seorang Bhikshu yang tidak memberitahukan pengetahuan Dharma demi membebaskan orang dari penderitaan Seorang Bhikshu yang duduk di suatu tempat yang lebih rendah dan mengajarkan Dharma kepada mereka yang duduk di suatu tempat yang lebih tinggi Seorang Bhikshu yang menyerah pada permintaan atasannya yang menurut Dharma tidak benar Seorang Bhikshu yang melanggar Vinaya. 8. Sila Menurut besar kecil tujuan atau maknanya 1. Hina Sila Suatu tata tertib yang dilaksanakan dengan kemauan, pikiran, semangat, dan amatan yang rendah; yaitu dilaksanakan dengan mengharapkan pengikut atau kedudukan. 2. Majjhima Sila Dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan. 3. Panita Sila Dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang benarbenar patut dilaksanakan. Dalam artian lain lagi, Sila yang dilaksanakan dengan mengharapkan harta kekayaan disebut Hina Sila; yang dilaksanakan untuk meraih pembebasan bagi diri sendiri disebut Majjhima Sila; dan yang dilaksanakan demi pembebasan makhluk-makhluk lain disebut Panita Sila. 9. Panca Sila dan Panca Dhamma

27 Pancasila adalah lima latihan kemoralan yang wajib dilaksanakan oleh kita (umat Buddha) semua dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila (Lima latihan kemoralan) terdiri dari : a. Panatipata Veramani artinya melatih untuk menghindari membunuh b. Adinnadana Veramani artinya melatih untuk menghindari mengambil barang yang tidak diberikan (mencuri) c. Kamesumicchacara Veramani artinya melatih diri untuk menghindari berbuat asusila (berhubungan kelamin yang bukan sebagai suami/istri) d. Musavada Veramani artinya melatih untuk menghindari berkata kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong. e. Suramerayamajjapamadatthana Veramani artinya melatih untuk menghindari mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Syarat terjadinya pelanggaran lima sila: a. Syarat terjadinya pembunuhan adalah : adanya makhluk hidup, tahu bahwa makhluk itu hidup, ada niat/kehendak untuk membunuh, ada usaha untuk membunuh, makhluk tersebut mati/lenyap. b. Syarat terjadinya terjadinya pencurian adalah : adanya barang, tahu bahwa barang itu, milik orang lain, ada niat/ kehendak untuk mengambil, ada usaha, barang tersebut berpindah tempat. c. Syarat terjadinya perbuatan asusila adalah : ada obyek, ada niat untuk melakukan, ada usaha melakukan, berhasil melakukan. d. Syarat terjadinya berkata kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong adalah : ada hal yang tida benar, ada niat untuk menyampaikan, ada usaha, ada orang lain yang percaya. e. Syarat terjadinya karena minuman keras, adalah: adanya barang yang memabukan, mempunyai niat untuk meminum, melakukan usaha untuk minum, terjadi mabuk Akibat Pelanggaran Pancasila a. Akibat buruk dari membunuh yaitu: umur pendek, sering sakit-sakitan, selalu bersedih karena berpisah dengan yang dicintai, selalu ketakutan

28 b. Akibat buruk dari mencuri yaitu: kemiskinan, penderitaan, kekecewaan, hidup tergantung pada pihak lain c. Akibat berbuat asusila yaitu: mempunyai banyak musuh, mendapat suami atu istri yang tidak diinginkan, lahir dengan keadaan biologis yang tidak sempurna d. Akibat ucapan tidak benar: Berbohong yaitu: menjadi sasaran fitnah dan cacimakian, tidak dipercaya,mulut berbau Akibat memfitnah: pecahnya persahabatan tanpa sebab Akibat berkata kasar: dibenci pihak lain walaupun tidak mutlak salah, memiliki suara parau Akibat bergunjing adaah: cacat aat tubuh, sering bicara tidak masuk akal sehingga orang lain tidak percaya e. Akibat Minum-minuman yang memabukkan Akibat dibicarakan banyak orang, kecerdasan menurun, tergantung pada orang lain pelanggaran sila ke 5 akan mengakibat melanggar 4 sila lainnya Pancadharma adalah lima kebaikan atau kesunyataan yang harus dilaksanakan oleh para siswa Sang Buddha Gotama, yang terdiri dari : 1. Metta Karuna adalah cinta kasih dan belas kasihan terhadap semua makhluk. Kalau seseorang dapat melaksanakan metta karuna dengan baik, maka ia akan dapat menghindari pembunuhan makhluk hidup, sehingga sila I dalam Pancasila Buddhis akan akan dapat dilaksanakan dengan baik. 2. Samma-Ajiva adalah matapencaharian benar, maksudnya adalah mencari penghidupan dengan cara yang baik, yaitu : Ø tidak mengakibatkan pembunuhan Ø wajar dan halal (bukan hasil pencurian, mencopet dan merampok) Ø tidak berdasarkan penipuan Ø tidak berdasarkan ilmu yang rendah seperti meramal, perdukunan, dll Jika kita dapat melaksanakan dhamma kedua ini dengan baik, maka kita akan dapat melaksanakan sila ke II dalam Pancasila Buddhis. 3. Santutthi artinya puas dengan apa yang dimiliki. Puas disini adalah puas dalam hal hawa nafsu. (Contoh : jika sudah punya istri harus puas dengan istri tersebut

29 dan tidak melakukan perjinahan dengan orang lain). Jika kita dapat melaksanakan hal tersebut maka kita dapat melaksanakan sila ke III dalam Pancasila Buddhis. 4. Sacca artinya kebenaran atau kejujuran. Jujur disini berhubungan dengan pembicaraan seseorang terhadap orang lain yang disertai kehendak/niat. 5. Sati-Sampajanna artinya ingat dan waspada Jika kita selalu ingat pada jenis-jenis makan dan minuman yang dapat menimbulkan lenyapnya kesadaran serta tidak akan terjerat oleh semua hal sejenisnya, maka kita akan dapat melaksanakan Sila ke V dari Pancasila Buddhis.

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA 1. Raja Sudhodhana mengundang 108 pertapa/brahmana, diantara 108 pertapa itu ada 8 orang pertapa bijak 2. Salah satu orang bijak adalah Kondanya 3.

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Lesson 3 for October 21, 2017 SEMUA ORANG BERDOSA Seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 1 2 3 4 1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 2. Siapa bersungguh-sungguh, mendapat. 3. Siapa yang sabar beruntung. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā. o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,

Lebih terperinci

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa 301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul

1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul Titus Salam 1:1-4 1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul Isa Al Masih, demi iman semua orang pilihan Allah dan demi pengetahuan akan kebenaran yang memimpin kepada kesalehan. 2 Iman dan pengetahuan ini didasarkan

Lebih terperinci

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary) Injil Maria Magdalena (The Gospel of Mary) Para Murid Berbincang-bincang dengan Guru Mereka, Sang Juruselamat Apakah segala sesuatu akan hancur? Sang Juruselamat berkata, Segenap alam, segala hal yang

Lebih terperinci

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA Pengantar Pernahkah Anda berharap bahwa Tuhan tidak memberi kita kehendak bebas? Bahwa Ia mengendalikan saja pikiran kita? Bahwa kita dapat taat kepada-nya tanpa pergumulan atau

Lebih terperinci

Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda

Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda Sebagaimana sudah menjadi sifat manusia, kita semuanya cenderung menyalahkan orang-orang lain untuk kekurangan-kekurangan

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada jemaat Roma

Surat Paulus kepada jemaat Roma Roma 1:1 1 Roma 1:6 Surat Paulus kepada jemaat Roma 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Roma: Salam dari Paulus, hamba Kristus Yesus. Allah sudah memanggil saya menjadi seorang rasul,

Lebih terperinci

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... Lesson 12 for December 23, 2017 ALLAH Roma 12:1-2 Roma 13:11-14 KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI HUKUM TAURAT Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... GEREJA ORANG LAIN

Lebih terperinci

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

2. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.  Kolose 4:5. 1. "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya 0 1 Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang membunuh yang diluarnya nampak lembut tetapi di

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

1 Timotius. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus.

1 Timotius. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus. 308 1 Timotius 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus. Aku telah menjadi rasul karena perintah dari Allah, Juruselamat kita dan Kristus Yesus, pengharapan kita. 2Kepada Timotius. Engkau adalah anakku yang

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA MANUSIA MAKHLUK BUDAYA: HAKEKAT MANUSIA Manusia Makhluk ciptaan Tuhan, terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai kesatuan utuh. Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] 1 Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] [Buddha]: Menghampiri para Nigantha yang mengajarkan demikian, saya bertanya kepada mereka, Sahabat- sahabat Nigantha,

Lebih terperinci

"Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan."

Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan. "Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan." SOPAN SANTUN Nilai sopan santun sangat kurang dihargai. Banyak orang yang baik hatinya kurang memiliki tingkah laku yang baik. Banyak orang dihormati karena

Lebih terperinci

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Seseorang harus benar-benar mempertimbangkan dan merenungkan penderitaan yang akan dijalaninya di neraka. Sewaktu Sang Buddha

Lebih terperinci

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

Seni Menata Hati Dalam Bergaul Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

للسنة االولى مصلح فتح الرمحن.

للسنة االولى مصلح فتح الرمحن. .. احملفوظات للسنة االولى مصلح فتح الرمحن. Page 1 Coba! Dan perhatikanlah! Niscaya kamu akan mengetahuinya Siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat Siapa

Lebih terperinci

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2 1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

"Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Powerpoint Templates Page 1

Berusaha... bekerja dengan tanganmu.  Powerpoint Templates Page 1 "Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Page 1 Pada waktu penciptaan dunia, bekerja telah ditetapkan sebagai suatu berkat. Bekerja dimaksudkan untuk perkembangan, kuasa dan kebahagiaan. Perubahan keadaan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum Pelanggaran hukum merupakan bentuk

Lebih terperinci

1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul

1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul 2 Petrus Salam 1:1-2 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Isa Al-Masih. Kepada semua orang yang telah memperoleh iman yang sama indahnya dengan iman kami, karena apa yang benar, yang berasal dari Tuhan

Lebih terperinci

SILA. Bhikkhu Sikkhānanda

SILA. Bhikkhu Sikkhānanda SILA Penjelasan disertai dengan Cerita Oleh Bhikkhu Sikkhānanda Dipersembahkan sebagai Dana Dhamma Oleh Keluarga Besar Amir Sujono & Rima Sulastri Pendahuluan Tulisan ini, seperti tulisan-tulisan sebelumnya,

Lebih terperinci

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011 DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK Minggu I; Bulan: Februari 2011 BUAH ROH PENDAHULUAN Matius 12:33,35 :... a) Tuhan Yesus memberikan perumpamaan keberadaan manusia seperti sebuah pohon. Ada 2 jenis pohon yang

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

Seri Terang Ilahi: Mengapa Saya Ada di Dunia? Page 1 of 7 Kurt De Haan (BAGIAN KEDUA)

Seri Terang Ilahi: Mengapa Saya Ada di Dunia? Page 1 of 7 Kurt De Haan (BAGIAN KEDUA) Seri Terang Ilahi: Mengapa Saya Ada di Dunia? Page 1 of 7 BAGIAN 3. PEKERJAAN Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (4/10)

Seri Iman Kristen (4/10) Seri Iman Kristen (4/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Kejatuhan Manusia Kode Pelajaran : DIK-P04 Pelajaran 04 - KEJATUHAN MANUSIA DAFTAR ISI Ayat Alkitab Ayat Kunci 1. Larangan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Abhidhammatthasaṅgaha: (1) Ucapan-benar; (2) Perbuatan-benar; (3) Penghidupan-benar. Ketiganya dinamakan pantangan. (Sammāvācā sammākammanto

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya Pendidikan Agama Buddha 2 Hari Raya Agama Buddha Petunjuk Belajar Sebelum belajar materi ini Anda diharapkan berdoa terlebih dahulu dan membaca materi dengan benar serta ketika mengerjakan latihan soal

Lebih terperinci

oleh Tog-me Zong-po (Thogs.med bzang.po, )

oleh Tog-me Zong-po (Thogs.med bzang.po, ) Namo Lokesvaraya Tiga Puluh Tujuh Cara Hidup Seorang Bodhisattva: Ringkasan tentang Sepak terjang Bodhisattva (The 37 Practices of a Bodhisattva: A Summary of How an Awakening Being Behaves) oleh Tog-me

Lebih terperinci

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1 Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1. Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu, Bhagavan

Lebih terperinci

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa 1 Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa Sujud kepada Guruku, Manjushri yang belia! Yang melihat dan membabarkan pratityasamutpada (saling

Lebih terperinci

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan;

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan; 01. Bersyukur apabila mendapat nikmat; 02. Sabar apabila mendapat kesulitan; 03. Tawakal apabila mempunyai rencana/ rancangan; 04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan; 05. Jangan membiarkan hati larut dalam

Lebih terperinci

1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman [jemaat Efesus] a

1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman [jemaat Efesus] a Surat Paulus kepada jemaat Efesus 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman [jemaat Efesus] a yaitu kalian yang percaya penuh kepada Kristus Yesus dan yang disucikan-nya: Salam dari Paulus, rasul

Lebih terperinci

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Tiga Jenis Virati 1. Pantangan kesempatan telah datang (sampattavirati) Seseorang, walaupun tidak sedang melatih

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

SEKOLAH SESUDAH INI. Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka. SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang

Lebih terperinci

Surat Petrus yang kedua

Surat Petrus yang kedua 1 Surat Petrus yang kedua Kepada yang kekasih Saudara-saudari saya seiman yaitu kalian yang sudah diberkati Allah sehingga kalian percaya penuh kepada Kristus Yesus sama seperti kami. Dan oleh karena percaya

Lebih terperinci

Mudah. Buku siswa. dengan Buah Roh. Mudah

Mudah. Buku siswa. dengan Buah Roh. Mudah Unit 3 Mudah dengan Buah Roh Mudah Mudah Buku siswa Untuk menjadi JUARA kamu dan saya harus belajar hidup dengan Buah Roh, dan melawan dosa kita sehari-hari. Ini bukanlah olahraga yang mudah, dan akan

Lebih terperinci

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran

Lebih terperinci

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan Dhammavihārī Buddhist Studies DHAMMAVIHARI B U D D H I S T S T U D I E S www.dhammavihari.or.id Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan Parābhava Sutta (Khotbah tentang Keruntuhan) Sn 1.6; KN 5.6 Demikianlah

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XII/VI Alokasi Waktu : 120 menit

Lebih terperinci

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-4 Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Definisi Bhikkhu Leher-Kuning Anggota-anggota dari silsilah Buddha Gotama yang berleherkuning,

Lebih terperinci

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kesadaran Indah-Lingkup Inderawi Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Saṅgaha: Pāpāhetukamuttāni, sobhanānīti vuccare. Ekūnasaṭṭhi cittāni, athekanavutīpi vā.

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

Sila-sila Zhen Fo Zong

Sila-sila Zhen Fo Zong Sila-sila Zhen Fo Zong Jumlah siswa Zhen Fo Zong sampai saat ini telah mencapai 4 juta siswa berdasarkan jumlah sertifikat sarana yang telah diterbitkan. Setiap hari banyak orang yang bercatur sarana dalam

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA PENDAHULUAN Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahaptahap

Lebih terperinci

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih Manusia dan Cinta Kasih Cinta kasih Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SEKOLAH DASAR KECAMATAN SELO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Nama Sekolah : Nama Siswa : Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Hari, tanggal : No. Absen : Kelas : V (lima)

Lebih terperinci

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. TAHUN AYIN ALEPH Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33) Minggu I Pada tanggal 8 September 2010, kalender orang Yahudi berubah

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 12

Level 2 Pelajaran 12 Level 2 Pelajaran 12 KASIHNYA ALLAH (Bagian 1) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai kasihnya Allah. Di 1 Korintus 13:13 tertulis berikut ini: Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,

Lebih terperinci

PEMBAHARUAN KESUCIAN Membangun Kesucian Pribadi dalam dunia yang Amoral

PEMBAHARUAN KESUCIAN Membangun Kesucian Pribadi dalam dunia yang Amoral 1 PEMBAHARUAN KESUCIAN Membangun Kesucian Pribadi dalam dunia yang Amoral I. TIGA PERINTAH UNTUK KESUCIAN PRIBADI (1 Tesalonika 4:3-6a) Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu... (4:3a). Perintah #1

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

SAUDARA BELAJAR BERJALAN SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG A. Makna Selibat Menurut Bikkhu/ Bikkhuni di Bandar Lampung 1. Sebagai sarana meningkatkan

Lebih terperinci

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD 28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci